bab i skripsi riyono

54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2009 dilaksanakan partai-partai politik mulai berbenah dan mempersiapkan diri serta berupaya keras meraih simpati masyarakat. guna memenangkan Pemilihan Umum Tahun 2009 dengan target hasil perolehan suara yang harus lebih besar dari hasil perolehan suara pada Pemilihan Umum Tahun 2004 yang lalu. Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2009 merupakan momentum penting bagi partai politik dalam menunjukkan eksistensinya. Bagi partai politik, Pemilihan Umum Tahun 2009 memiliki arti strategis sekaligus krusial. Strategis dalam arti, jika Pemilihan Umum dapat dilaksanakan dengan baik dalam kualitas demokrasi yang memadai, jalan menuju demokrasi akan semakin mulus. Namun, jika Pemilihan Umum Tahun 2009 tidak menunjukkan kualitas yang memadai, demokrasi itu 1

Upload: fennomulya

Post on 18-Jun-2015

1.139 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Skripsi Riyono

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2009 dilaksanakan partai-

partai politik mulai berbenah dan mempersiapkan diri serta berupaya keras meraih

simpati masyarakat. guna memenangkan Pemilihan Umum Tahun 2009 dengan

target hasil perolehan suara yang harus lebih besar dari hasil perolehan suara pada

Pemilihan Umum Tahun 2004 yang lalu.

Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2009 merupakan momentum

penting bagi partai politik dalam menunjukkan eksistensinya. Bagi partai politik,

Pemilihan Umum Tahun 2009 memiliki arti strategis sekaligus krusial. Strategis

dalam arti, jika Pemilihan Umum dapat dilaksanakan dengan baik dalam kualitas

demokrasi yang memadai, jalan menuju demokrasi akan semakin mulus. Namun,

jika Pemilihan Umum Tahun 2009 tidak menunjukkan kualitas yang memadai,

demokrasi itu sedang memasuki titik krusial.

Dewasa ini di era reformasi telah menyebabkan adanya perubahan

paradigma dalam sistem perpolitikan bangsa Indonesia. Salah satu bukti nyata

yang paling dominan adalah menjamurnya partai politik yang ikut berkompetisi

dalam pemilihan anggota legislatif pada kancah perpolitikan di Indonesia.

Banyaknya partai politik yang berkompetisi pada Pemilihan Umum Tahun 2009

ternyata mempengaruhi kualitas calon anggota legislatif yang diusung oleh

masing-masing partai politik. Dimana yang terjadi saat ini, partai politik yang ada

tidak lagi memperhatikan kualitas calon anggota legislatif, tetapi partai politik

1

Page 2: BAB I Skripsi Riyono

lebih memprioritaskan perolehan suara dalam Pemilihan Umum.

Setiap masa periode pemerintahan, performance lembaga legislatif selalu

diwarnai permasalahan yang tidak seharusnya dilakukan sebagai wakil rakyat,

seperti misalnya perbuatan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), tindakan

asusila, money politics, pemalsuan ijazah saat pencalonan dan lain-lain.

Seharusnya demi menegakkan etika dan moralitas, seorang elit politik pada partai

politik sudah sepatutnya memberikan pernyataan politik kepada konstituennya

demi mendukung upaya penegakan hukum. Karena pada sisi lain partai politik

sering menutupi kesalahan yang dilakukan oleh kadernya, terutama calon anggota

legislatif yang notabene adalah penyampai aspirasi masyarakat.

Husjar dan stevenson (2000 : 53) mengemukakan pandangannya tentang

partai politik antara lain :

“Partai politik ialah sekelompok orang yang terorganisir  serta berusaha untuk  mengendalikan pemerintahan supaya dapat melaksanakan program-programnya serta menempatkan dan mendudukan anggota-anggotanya dalam jabatan pemerintahan;  partai politik berusaha untuk memperoleh kekuasaan dengan dua cara yaitu ikut seerta dalam pelaksanaan pemerintahan secara sah, dengan tujuan bahwa dalam pemilihan umum memperoleh suara mayoritas dalam badan legislatif, atau mungkin bekerja secara tidak sah atau secara subversif untuk memperoleh kekuasaan tertinggi dalam negara yaitu melelui revolusi atau coup d’etat”.

Kemudian sejalan dengan hal tersebut di atas maka E.M.  Sait (2002 : 21)

menyebutkan  ”partai politik dapat dirumuskan sebagai kelompok orang yang

terorganisir serta berusaha untuk mengendalikan baik  kebijaksanaan

pemerintahan muapun pegawai negeri”.

Friedrich (2000 : 41) merumuskan bahwa ”Partai politik ialah

sekelompok manusia yang terorganisir secara mapan  dengan tujuan untuk

2

Page 3: BAB I Skripsi Riyono

menjamin dan mempertahankan  pemimpinnya, tetap mengendalikan

pemerintahan dan lebih jauh lagi memberikan keuntungan-keuntungan terhadap

anggota baik keuntungan yang bersifat materil maupun spirituil”.

Melihat rumusan di atas jelaslah bahwa kajian ilmu pemerintahan juga

mencakup tentang partai politik di dalamnya dengan mengacu dari pendapat SE.

Finer dalam Wasitono (2002 : 20) yang melihat ”Pemerintah mempunyai

kegiatan terus-menerus (process), wilayah negara tempat kegiatan itu berlangsung

(state), pejabat yang memerintah (the duty), dan cara, metode serta sistem

(manner, method, and system) dari pemerintah terhadap masyarakatnya”.

Termasuklah di dalamnya sebagai suatu cara, metode maupun sistem dalam

pemerintahan di Indonesia yakni lembaga legislatif yang diuisung oleh partai

politik.

Keberadaan suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai

politik tersebut dalam melaksanakan fungsinya. Salah satu fungsi yang terpenting

yang dimiliki partai politik adalah fungsi rekrutmen politik. Seperti yang

diungkapkan oleh pakar politik Surbakti (2003 : 10), bahwa “Rekrutmen politik

mencakup pemilihan, seleksi, dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang

untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan

pemerintah pada khususnya”. Untuk itu partai politik memiliki cara tersendiri

dalam melakukan perekrutan calon anggota legislatif, terutama dalam pelaksanaan

sistem dan prosedural perekrutan yang dilakukan partai politik tersebut.

Tidak hanya itu proses rekrutmen juga merupakan fungsi mencari dan

mengajak orang-orang yang memiliki kemampuan untuk turut aktif dalam

3

Page 4: BAB I Skripsi Riyono

kegiatan politik, yaitu dengan cara menempuh berbagai proses penjaringan, yang

nantinya akan diusung sebagai calon anggota legislatif.

Saat ini partai-partai politik kontestan Pemilihan Umum Tahun 2009

sedang menjalankan rekrutmen politik yang merupakan salah satu fungsi

elementernya. Partai-partai politik kontestan Pemilihan Umum sampai harus

mengajukan nama-nama calon anggota legislatif (caleg) ke Komisi Pemilihan

Umum (KPU) sebagai bagian dari tahapan Pemilihan Umum untuk memilih

wakil-wakil rakyat.

Karena rekrutmen politik merupakan salah satu fungsi elementer, maka

pola dan mekanismenya merupakan salah satu indikasi kualitas sebuah partai

politik. Partai politik yang berkualitas adalah partai politik yang dikelola secara

modern berdasarkan kepada mekanisme internal partai yang dijalankan secara

konsisten, sehingga prinsip demokrasi dapat berjalan dengan baik. Dengan kata

lain, partai politik modern memiliki aturan main yang jelas dan tidak memusatkan

kekuasaan pada tokoh-tokoh kharismatik tertentu yang mendominasi dan bahkan

menentukan segala macam keputusan organisasi partai, termasuk penentuan calon

anggota legislatif yang diajukan. Dengan mekanisme internal inilah, orang-orang

yang memang memiliki prestasi akan memiliki kesempatan besar untuk direkrut

menjadi calon-calon pengisi jabatan politik.

Walaupun Pemilihan Umum legislatif Tahun 2009 diperkirakan akan

semakin kompetitif, karena rakyat sudah semakin cerdas dan semakin banyak

jumlah kontestannya, partai politik seyogyanya tidak boleh terjebak kepada sikap

hanya mengandalkan popularitas calon anggota legislatifnya. Popularitas calon

4

Page 5: BAB I Skripsi Riyono

anggota legislatif harus diseimbangkan dengan kapabilitas atau kemampuan yang

bersangkutan. Sebab, jika terpilih nanti, yang bersangkutan memiliki tugas-tugas

yang menuntut keunggulan komparatif dan kompetitif di dalam lembaga legislatif

yang penuh dengan persaingan, dan oleh karenanya diperlukan kecerdasan

intelektual. Sebab, dalam kondisi-kondisi tertentu, pada akhirnya sebuah

keputusan harus ditentukan melalui voting. Untuk dapat menghasilkan sebuah

keputusan politik yang baik, tentu diperlukan bukan hanya politisi yang memiliki

kapasitas gagasan politik yang memadai, tetapi juga kemampuan untuk

memenangkan gagasan politik tersebut, sehingga dapat tertransformasi di dalam

setiap keputusan (Peraturan Daerah) yang dihasilkan. Popularitas tanpa disertai

dengan kapabilitas yang memadai, dalam jangka panjang akan merusak citra

partai. Sebab, apabila para wakil rakyat dari partai tersebut tidak mampu

memperjuangkan aspirasi rakyat, maka rakyat akan secara bersamaan tidak puas

pula kepada partai tersebut.

Sebelum seorang calon anggota legislatif diajukan kepada Komisi

Pemilihan Umum (KPU), maka partai politik terlebih dahulu melakukan

rekrutmen atau penyeleksian terhadap calon anggota legislatif, baik penelitian

terhadap persyaratan administrasi yang mencakup legalitas dari penilaian ijazah,

kesehatan, maupun keterangan bebas hukum. Selanjutnya partai politik juga wajib

melakukan penilaian terhadap moralitas calon anggota legislatif misalnya ketaatan

beribadah, kemampuan baca kitab suci serta kecakapan berkomunikasi

berdasarkan etika berbahasa. Untuk mempermudah penyeleksian maka partai politik

harus melibatkan para ahli yang mengerti tentang bidang-bidang yang dibutuhkan.

5

Page 6: BAB I Skripsi Riyono

Kelemahan lain dari proses rekrutmen politik pada partai politik yaitu

segala persyaratan pencalonan anggota legislatif tidak disampaikan secara umum.

Selama ini persyaratan yang ditawarkan oleh masing-masing partai untuk menjadi

anggota legislatif hanya disampaikan pada tingkat kepengurusan partai saja

sehingga masing-masing calon anggota legislatif mayoritas dipegang oleh orang-

orang yang memiliki jabatan di partai. Seharusnya persyaratan tersebut dapat

disosialisasikan melalui bermacam cara, misalnya melalui pamflet, poster, atau

melalui media massa, seperti halnya ketika perusahaan dalam mencari tenaga

kerja. Jadi menurut penulis cara seperti ini akan lebih kompetitif dan demokratis.

Karena hal ini akan mengundang persepsi masyarakat secara luas, bahwa

pencalonan anggota legislatif pada partai politik tidak hanya diperuntukkan bagi

pengurus partai saja tetapi masyarakat di luar partai juga mempunyai kesempatan

untuk ikut berkompetisi dan memonitor dalam proses pencalonan anggota

legislatif.

Apabila partai politik melakukan rekrutmen politik secara transparan maka

tingkat kompetisi antar calon anggota legislatif akan lebih terlihat agesif karena

nantinya masyarakat akan mampu memilih seorang politisi yang benar-benar

dikehendaki. Dengan demikian, bagi setiap calon anggota legislatif yang terpilih

akan merasa memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap para pemilihnya.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka pelaksanaan rekrutmen

politik dalam pencalonan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

Tanjungpinang oleh Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota

6

Page 7: BAB I Skripsi Riyono

Tanjungpinang pada Pemilihan Umum Tahun 2009 belum terlaksana sebagaimana

yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa gejala, antara lain:

1. Dalam melaksanakan rekrutmen politiknya, khususnya dalam hal penentuan

calon anggota legislatif oleh Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya

Kota Tanjungpinang pada kenyataannya belum dapat sepenuhnya

merealisasikan kriteria atau persyaratan calon anggota legislatif sebagaimana

yang diamanatkan oleh Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan

Karya Nomor : 01/RAPIMNAS/II/GOLKAR/XI/2006 tentang Rekomendasi

Bidang Organisasi, dan KEP. 134 DPP/GOLKAR/II/2007 tentang Pedoman

Penyusunan Calon anggota Legislatif Tahun 2009. Dimana gejala ini dapat

dilihat dengan adanya calon anggota legislatif yang belum mencapai 5 (lima)

tahun berkiprah di Partai Golongan Karya yang merupakan salah satu

persyaratan bagi calon anggota legislatif untuk tingkat Kabupaten/Kota.

2. Sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)

Partai Golongan Karya bahwa Partai Golongan Karya merupakan partai kader

yakni partai yang selalu mengutamakan dan berupaya meningkatkan kualitas

para kadernya. Namun dalam pelaksanaannya pencalonan anggota legislatif

oleh Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang

mengalami kesulitan dalam merekrut kadernya yang memenuhi persyaratan

yang telah ditentukan, sehingga harus merekrut sebagian kader yang belum

memenuhi persyaratan yang ada. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kuota

calon anggota legislatif sebanyak 30 (tiga puluh) orang atau 120% (seratus

dua puluh persen) dari jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

7

Page 8: BAB I Skripsi Riyono

(DPRD) Kota Tanjungpinang.

Dengan demikian, berdasarkan gejala-gejala yang ada maka penulis

tertarik untuk menjadikan penelitian dan penulisan usulan penelitian yang

berjudul : “PELAKSANAAN REKRUTMEN POLITIK DALAM

PENCALONAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KOTA TANJUNGPINANG OLEH DEWAN PIMPINAN DAERAH

PARTAI GOLONGAN KARYA KOTA TANJUNGPINANG PADA

PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009”

B. Perumusan Masalah

Partai Politik merupakan suatu wadah yang paling tepat untuk proses

rekrutmen politik, dalam rangka pengorganisasian kekuasaan secara demokratis.

Dimana rekrutmen merupakan arena untuk membangun kaderisasi, regenerasi,

dan seleksi para kandidat, serta membangun legitimasi dan relasi antara partai

dengan masyarakat sipil. Selama ini ada argumen bahwa rekrutmen politik

merupakan sebuah proses awal yang akan sangat menentukan kinerja parlemen

(legislatif). Jika sekarang kapabilitas dan legitimasi lembaga DPRD (Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah) sangat lemah, salah satu penyebabnya adalah proses

rekrutmen yang buruk.

Salah satu kelemahan partai politik sekarang adalah dalam merumuskan

persyaratan di tingkat partai. Persyaratan masih bersifat umum dan tidak

menggambarkan kebutuhan jangka panjang. Sedangkan bagi calon sendiri yang

terpikirkan adalah bagaimana mendapatkan nomor urut teratas dalam daftar calon

dan lupa berkaca diri. Oleh karena itu, pada tataran ini demokrasi dapat dikatakan

8

Page 9: BAB I Skripsi Riyono

masih berjalan secara prosedural, belum subtansi. Idealnya, untuk menetapkan

kualifikasi bagi calon anggota legislatif, partai perlu merumuskan apa yang akan

diharapkan dari keanggotaan seseorang selama menjabat di kursi legislatif.

Kemudian partai menurunkannya menjadi sejumlah persyaratan untuk bahan

kualifikasi. Pertimbangan politis seperti jabatan struktural di internal partai dan

masa keanggotaan itu penting tapi tidak menjadi suatu yang dominan dan

mengabaikan faktor kualitas. Sedangkan bagi calon selain menunjukkan kinerja

dan loyalitas kepada partai perlu juga berkaca diri.

Dari uraian tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : “Bagaimana pelaksanaan rekrutmen politik dalam pencalonan anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjungpinang oleh Dewan Pimpinan

Daerah Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang pada Pemilihan Umum

Tahun 2009?”.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk Mengetahui pelaksanaan rekrutmen politik dalam pencalonan

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjungpinang oleh

Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang

pada Pemilihan Umum Tahun 2009.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan

rekrutmen politik dalam pencalonan anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kota Tanjungpinang oleh Dewan Pimpinan Daerah Partai

Golongan Karya Kota Tanjungpinang pada Pemilihan Umum Tahun 2009.

9

Page 10: BAB I Skripsi Riyono

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi mahasiswa, adalah sebagai media belajar untuk mengetahui dan

mendapatkan gambaran yang jelas mengenai bagaimana pelaksanaan

rekrutmen politik dalam pencalonan anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kota Tanjungpinang oleh Dewan Pimpinan Daerah Partai

Golongan Karya Kota Tanjungpinang pada Pemilihan Umum Tahun 2009

yang dihubungkan dengan disiplin ilmu yang telah dipelajari oleh

mahasiswa.

b. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan, informasi dan bacaan ilmiah bagi pihak yang memerlukan.

D. Kerangka Teori

Dalam rangka memperjelas uraian penulisan ini dan untuk mendapat

pengertian-pengertian yang lebih mendasar sesuai dengan judul yang

diketengahkan, maka di bawah ini akan diuraikan kerangka teori yang berkaitan

dengan permasalahan yang akan dibahas.

1. Partai Politik

Perubahan UUD 1945 telah menegaskan bahwa partai politik sebagai

salah satu pilar demokrasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam rangka

membangun kehidupan politik nasional. Bahkan, partai politik sebagai wahana

demokrasi tidak bisa diabaikan eksistensinya, karena rekrutmen

kepemimpinan dan anggota lembaga kenegaraan nasional dan lokal di bidang

eksekutif dan legislatif hanya dapat dilakukan melalui partai politik. Sejauh

mana kualitas kelembagaan negara tersebut sangat tergantung dari proses

10

Page 11: BAB I Skripsi Riyono

rekrutmen kader yang nantinya akan diusulkan oleh partai politik sebagai

calon pemimpin dan anggota lembaga-lembaga negara tersebut.

Budiardjo (1982:40) menerangkan fungsi partai politik sebagai:a. Sarana komunikasi politikb. Sosialisasi politik (political socialization)c. Sarana rekrutmen politik (political recruitment)d. Pengatur konflik (conflict management).

Sedangkan menurut Meny dan Andrew (2003:71) menegaskan fungsi

partai politik antara lain :

a. Mobilisasi dan integrasib. Sarana pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih (voting

patterns)c. Sarana rekrutmen politikd. Sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan.

Selanjutnya Sartori (Budiarjo :2008:404-405) mengatakan bahwa

“partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan

umum, dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-

calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik”. Jadi, pemilihan umum

merupakan jalan bagi partai-partai politik untuk menempatkan calonnya

menduduki jabatan-jabatan publik.

Surbakti (1999:116-121) mengemukakan “Fungsi utama partai politik

ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-

program yang disusun berdasarkan idiologi tertentu”. Berikut ini dikemukakan

sejumlah fungsi lain tersebut :

a. Sosialisasi politikb. Rekrutmen politikc. Partisipasi politikd. Pemandu Kepentingane. Komunikasi Politikf. Pengendalian konflik

11

Page 12: BAB I Skripsi Riyono

g. Kontrol politik

Untuk memperluas atau menyebarkaan kegiatan politiknya, partai

politik membutuhkan anggota. Stiftung (2001:28) menyebutkan “Anggota

adalah sumber dukungan utama suatu partai politik. Para anggota,

menyebarkan dan menyuarakan platform dan program partai politik dalam

kehidupan mereka sehari-hari kepada masyarakat luas”. Dari sini dapat kita

lihat bahwa Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota

Tanjungpinang dalam merekrut anggota untuk calon pengurusnya atau bahkan

calon anggota legislatifnya tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, karena

jika anggotanya tidak berkompeten tentunya akan membawa citra buruk bagi

partai di masyarakat.

Sistem manajemen organisasi partai politik yang baik tentunya

mempunyai dampak positif terhadap kenyamanan seseorang dalam menjadi

anggota partai politik tertentu sehingga ia setia kepada partai tersebut. Juga

Stiftung (2001:29) mengemukakan bahwa “Kenyamanan tersebut dirasakan

anggotanya karena penerapan sistem ganjaran/penghargaan dan hukuman

secara konsisten dan transparan. Seseorang yang berprestasi bagi kemajuan

partai politik dapat dinaikkan posisinya”. Dengan demikian anggota yang

telah berjasa bagi kemajuan partai politik pantas mendapatkan penghargaan,

begitu juga sebaliknya bagi anggota yang melakukan tindakan kesalahan dan

pelanggaran ketentuan partai politik harus diberikan sanksi atau hukuman

sesuai dengan kesalahannya baik berupa skorsing ataupun sampai pada

pemecatan sabagai anggota partai politik tersebut.

12

Page 13: BAB I Skripsi Riyono

2. Rekruitmen Politik

Menurut Rahman (2007:246) bahwa “Rekrutmen politik berasal dari

dua kata yaitu Rekrutmen dan Politik. Rekrutmen berarti penyeleksian dan

politik berarti urusan Negara

Sejalan dengan hal tersebut di atas, Seligman (1964) menyatakan

“Rekrutmen politik adalah proses ke arah pengisian peran-peran politik yang

telah dirumuskan dalam sistem politik”.

Menurut Cornelis (4:1997) menegaskan bahwa :

“Proses rekrutmen politik selalu bermakna ganda. Pertama, menyangkut seleksi untuk menduduki posisi-posisi politik yang tersedia, seperti anggota legislatif, kepala negara, dan kepala daerah. Kedua, menyangkut transformasi peran-peran non-politik warga yang berasal dari aneka subkultur agar menjadi layak untuk memainkan peran-peran politik”.

Koirudin (2004:99) menyebutkan “Salah satu tugas pokok dalam

rekrutmen politik ini adalah bagaimana partai-partai politik yang ada dapat

menyediakan kader-kadernya yang berkualitas untuk duduk di lembaga

legislatif”.

Sebagaimana Maran (1999:89) menyebutkan “Partai politik pun

berfungsi sebagai sarana rekrutmen politik (political recruitment). Tanpa

rekrutmen politik, suatu partai politik tidak memiliki anggota-anggota atau

tokoh-tokoh yang dapat diandalkan dalam berbagai kegiatan politik”. Hal ini

13

Page 14: BAB I Skripsi Riyono

menunjukkan bahwa rekrutmen politik bagi partai politik memegang peranan

yang sangat penting dalam berbagai kegiatan politik.

Budiarjo (2003:164) menyebutkan partai politik sebagai sarana

rekrutmen politik :

“Partai politik juga berfungsi untuk mencari orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai politik. Dengan demikian partai politik turut memperluas partisipasi politik. Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang di masa depan akan menggantikan pimpinan yang lama”.

Begitu juga Koirudin (2004:99) mengatakan pentingnya fungsi

rekrutmen politik :

“Rekrutmen politik adalah suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota-anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik. Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur-prosedur rekrutmen yang berbeda. Partai politik yang ada seharusnya dapat melakukan mekanisme rekrutmen politik yang dapat menghasilkan pelaku-pelaku politik yang berkualitas di masyarakat”.

Selanjutnya Surbakti (1999:118) berpendapat “Rekrutmen politik

ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau

sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik

pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya”.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik

menyebutkan bahwa “Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan

politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan

gender”.

Disini dapat kita lihat bahwa rekrutmen politik merupakan

seleksi/pemilihan dan pengangkatan dari orang-orang muda yang berbakat

14

Page 15: BAB I Skripsi Riyono

tanpa memperhatikan jenis kelamin, untuk menjadi calon pemimpin bangsa di

masa depan juga untuk menjalankan sejumlah peranannya dalam suatu sistem

politik.

Rekrutmen politik harus dilakukan dengan ketat, karena keberadaan

partai politik di masa depan jangan bergantung pada anggota yang telah

direkrut. Rekrutmen berkaitan dengan karir politik seseorang. Anggota-

anggota ini pun telah dipersiapkan oleh partai politik sebagai calon pengganti

pimpinan partai politik di waktu yang akan datang, sehingga partai politik

tersebut mampu terus eksis dalam jangka panjang dan tetap sanggup mencari

serta mempertahankan kekuasaannya.

Sejalan dengan itu, Surbakti (1999:118) mengemukakan “Fungsi

rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan

kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi

kelangsungan sistem politik, sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan

peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam”.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melaksanakan

rekrutmen politik. Dalam hal ini Rush dan Althoff (2001:187-188)

berpendapat :

a. Metode giliran atau rotasi. Metode ini digunakan untuk mencegah dominasi pemegang jabatan dari kelompok tertentu atau orang yang berkuasa.

b. Perebutan kekuasaan. Yaitu dengan jalan menggunakan kekerasan atau dengan mengancam.

c. Patronage, merupakan bagian dari suatu sistem penyuapan dan sistem korupsi yang rumit.

15

Page 16: BAB I Skripsi Riyono

Suatu partai politik untuk terus bisa berkembang haruslah

meregenerasi pimpinannya. Dalam hal ini rekrutmen menjadi hal yang penting

untuk meregenerasi pimpinannya dengan menarik kaum muda yang dilatih

untuk kelangsungan hidup suatu partai di masa yang akan datang.

Surbakti (1999:118) lebih jauh menyatakan “Fungsi semakin besar

porsinya manakala partai politik itu merupakan partai tunggal seperti dalam

sistem politik totaliter, atau manakala partai politik itu merupakan partai

mayoritas dalam badan perwakilan rakyat sehingga berwenang dalam

membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokrasi”. Untuk itu partai

politik harus memiliki anggota yang cakap dan berdedikasi tinggi.

Mujani (2007:275) menjelaskan bahwa “Jaringan rekrutmen sangat

terkait dengan keterlibatan warga negara dalam berbagai kelompok sosial”.

Adanya organisasi-orgasnisasi massa yang melibatkan seperti buruh, petani,

pemuda dan lainnya, maka partai politik berusaha untuk mengajak/merekrut

orang yang ikut dalam organisasi tersebut untuk menjadi anggota partai

sehingga kesempatan partai politik untuk berkembang sangat terbuka.

Kemudian menurut Mujani (2007:275) menambahkan bahwa “Orang yang

terlibat dalam kelompok sosial sangat mungkin siap dalam mobilisasi politik

oleh kelompok tersebut”.

Partai politik sangat membutuhkan dukungan dari anggotanya,

dukungan itu bisa berupa materi maupun non materi seperti gagasan-gagasan.

Akan tetapi tidak semua orang yang memberi dukungan dapat otomatis

menjadi anggota partai politik. Begitu juga Stiftung (2001:28)

16

Page 17: BAB I Skripsi Riyono

mengemukakan bahwa “Partai politik yang baik tentu memiliki sistem

rekrutmen yang baik. Sistem rekrutmen tersebut mencakup pola seleksi,

perjenjangan dan pendidikan bagi para anggotanya”.

Menurut Czudnowski (Koirudin : 2004:101) menyebutkan definisi

dari rekrutmen politik :

“Rekutmen politik didefinisikan sebagai suatu proses yang berhubungan dengan individu-individu atau kelompok individu yang dilantik dalam peran politik aktif. Rekrutmen politik ini berlangsung dalam suatu tatanan politik yang jelas. Tatanan ini membutuhkan kontinuitas institusional. Namun kontinuitas ini juga mengandung pengertian terjadinya pergeseran/pergantian pada tingkat personal, karena itu rekrutmen politik memiliki fungsi memelihara sistem sekaligus sebagai saluran bagi terjadinya perubahan”.

Adakalanya partai politik juga merekrut anggotanya secara luar biasa,

sebagaimana Stiftung (2001:28) mengemukakan :

“Rekrutmen anggota secara luar biasa ditujukan begi orang-orang dengan kualifikasi khusus. Rekrutmen luar biasa ditujukan kepada pakar atau kepada orang-orang yang dinilai memiliki jasa yang besar bagi partai politik. Karena direkrut secara luar biasa, mereka dengan kualifikasi khusus tidak harus mengikuti seleksi berjenjang sesuai dengan tingkatan keanggotaan. Selain itu partai politik juga perlu merekrut para tenaga profesional yang diharapkan dapat menata manajemen organisasi, dan pengembangan yang bersifat strategis”.

Jadi dari pendapat Stiftung dapat dimengerti bahwa dalam merekrut

orang yang profesional/ahli di bidang tertentu tidak selalu harus mengikuti

seleksi, karena anggota yang profesional ini diharapkan mampu memberikan

pengaruh positif seperti peran, hak, kewajiban, tanggungjawab, dan

kewenangan pada masing-masing pengurus yang telah direkrut dalam partai

politik disusun serta diatur menurut sistem manajeman organisasi yang

merupakan ketetapan partai. Sistem manajemen tersebut telah menetapkan hak

17

Page 18: BAB I Skripsi Riyono

dan kewajiban masing-masing pengurus partai sesuai dengan ruang lingkup

agar tidak tumpang-tindih juga saling melempar tanggung-jawab.

Sebagaimana Haryanto (1990:51) menyebutkan bahwa “Rekrutmen

politik yaitu penseleksian individu-individu yang berbakat untuk dapat

menduduki jabatan-jabatan politik maupun jabatan-jabatan pemerintah”.

Metode atau pelaksanaan rekrutmen politik sebagaimana disebutkan oleh

Haryanto (1990:51) :

a. Secara terbuka, yakni semua individu berhak atau terbuka bagi seluruh warga Negara.

b. Secara tertutup, yakni individu-individu yang tertentu saja yang dapat direkrut untuk kemudian menduduki jabatan-jabatan politik maupun jabatan pemerintahan.

Mathis dan Jackson (2001:298) mengatakan bahwa “Dua kelompok

umum dari sumber-sumber perekrutan adalah sumber internal dan sumber

eksternal. Sumber perekrutan internal berarti fokus kepada anggota yang ada”.

Sejalan dengan itu, Hasibuan (2007:42) berpendapat “Sumber perekrutan

terbagi atas sumber internal dan sumber eksternal”. Ini menunjukkan bahwa

dalam melakukan rekrutmen bisa dari internal partai dan juga boleh dari

eksternal partai. Selanjutnya Hasibuan (2006 :175-176) menambahkan bahwa

“Sumber eksternal artinya untuk mengisi lowongan jabatan yang kosong

ditarik orang-orang dari luar”.

Menurut Firmanzah (2007:92) mengemukakan bahwa partai politik

harus melaksanakan :

“Cara melakukan seleksi terhadap orang-orang yang akan menjadi pengurus partai politik harus diubah dan lebih berorientasi pada masalah bangsa dan negara. Selain itu, proses pengkaderan dan muatan-muatan politis yang diberikan kepada mereka harus diubah.

18

Page 19: BAB I Skripsi Riyono

Perlu ditanamkan kesadaran bahwa mereka merupakan bagian dari bangsa dan negara, dan bahwa di pundak mereka terdapat segudang permasalahan bangsa dan negara yang harus diselesaikan”.

Lebih jauh, Hasibuan (2006:52-53) menyebutkan dewasa ini cara

seleksi dikenal dengan dua metode yaitu metode ilmiah dan non ilmiah :

a. Metode ilmiah adalah seleksi yang dilakukan berpedoman kepada

kriteria dan standar-standar tertentu.

b. Non ilmiah adalah seleksi yang dilaksanakan dengan tidak

didasarkan pada kriteria dan standar tertentu, melainkan hanya

berdasarkan pada perkiraan saja.

Menurut Stiftung (2001:29) menyebutkan “Partai politik yang

demokratis tidak diskriminatif dalam merekrut anggota. Dalam merekrut

anggota, partai politik tidak boleh melakukan pembedaan berdasarkan atribut

yang melekat pada diri seseorang. Atribut yang melekat pada diri seseorang

antara lain, asal usul, suku, ras, golongan, agama dan kepercayaan dan jenis

kelamin (gender)”. Pendapat di atas menunjukkan dalam melakukan

rekrutmen politik, partai politik harus mengabaikan akan jenis kelamin

(gender) serta anti diskriminasi baik faktor primordial maupun faktor

kedekatan.

Rekrutmen politik adalah proses menarik dan mengajak orang untuk

menjadi anggota partai politik dan aktif dalam kegiatan politik, proses

rekrutmen politik meliputi metode rekrutmen, sumber perekrutan dan cara

seleksi, sehingga anggota partai politik yang telah direkrut benar-benar

19

Page 20: BAB I Skripsi Riyono

berkualitas dan membawa kemajuan bagi Dewan Pimpinan Daerah Partai

Golongan Karya Kota Tanjungpinang.

E. Konsep Operasional dan Pengukuran

Operasionalisasi sangat penting dalam suatu penelitian, karena merupakan

suatu petunjuk bagaimana variabel dapat diukur. Atau dengan kata lain konsep

operasional merupakan jembatan teori dan praktek, dengan begitu

konsep operasional merupakan penetapan dari indikator-indikator yang akan

dipelajari dan dianalisis, sehingga nantinya dapat diperoleh gambaran yang jelas

terhadap variabel-variabel gejalanya.

Untuk mencapai realitas dalam rangka penelitian secara empiris, maka

sejumlah konsep yang masih abstrak perlu dioperasionalkan agar benar-benar

menyentuh fenomena yang akan diteliti. Adapun konsep-konsep yang

dioperasionalkan dari variabel pelaksanaan rekrutmen politik dalam pencalonan

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjungpinang oleh Dewan

Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang pada Pemilihan

Umum Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

a. Rekrutmen, adalah proses menarik dan mengajak orang untuk menjadi

anggota partai politik dan aktif dalam kegiatan politik (pasif atau aktif).

b. Partai politik, organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh kelompok

warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan

cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,

masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

20

Page 21: BAB I Skripsi Riyono

c. DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), merupakan lembaga legislatif

di tingkat daerah, baik itu provinsi maupun kabupaten/kota. Dalam penelitian

ini DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) yang dimaksud adalah DPRD

(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kota Tanjungpinang. Dengan demikian

maka calon anggota legislatif dapat diartikan sebagai orang yang bakal duduk

di lembaga legislatif atau DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kota

Tanjungpinang sebagai wakil rakyat yang dipilih melalui suatu pemilihan

umum.

d. Dewan Pimpinan Daerah, merupakan badan pelaksana partai di tingkat

daerah, baik itu provinsi maupun kabupaten/kota.

e. Pemilihan Umum, sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat melalui demokrasi

yang diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali untuk memilih anggota legislatif

seperti DPR-RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia), DPRD

(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) maupun DPD (Dewan Perwakilan

Daerah).

Adapun pengukuran dari pelaksanaan rekrutmen politik dalam pencalonan

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjungpinang oleh Dewan

Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang pada Pemilihan

Umum Tahun 2009 mencakup indikator-indikator sebagai berikut :

1. Metode rekrutmen

Metode rekrutmen merupakan cara dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD)

Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang dalam melakukan rekrutmen

politiknya dalam usahanya untuk merekrut pengurus partai serta penempatan

21

Page 22: BAB I Skripsi Riyono

calon anggota legislatif pada Pemilihan Umum tahun 2009 secara terbuka

maupun secara tertutup. Metode rekrutmen ini memiliki indikator secara

terbuka dan secara tertutup, yaitu :

a. Secara terbuka, yaitu rekrutmen yang dilakukan secara terbuka bagi

seluruh anggota partai, sehingga semua orang yang memiliki

kesempatan yang sama untuk direkrut atau ditempatkan sebagai calon

anggota legislatif (caleg), dimana rekrutmen tersebut dilakukan secara

transparan, secara adil dan secara objektif. Adapun sub indikatornya

adalah sebagai berikut :

1) Transparan

2) Adil

3) Objektif

b. Secara tertutup, yaitu rekrutmen pengurus yang dilakukan secara

tertutup dimana kesempatan untuk direkrut atau ditempatkan sebagai

calon anggota legislatif partai hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu

saja, sehingga rekrutmen tersebut dilakukan berdasarkan hubungan

kekeluargaan, primordial dan hubungan kedekatan. Adapun sub

indikatornya adalah sebagai berikut :

1) Kekeluargaan

2) Primordial

3) Hubungan dekat

22

Page 23: BAB I Skripsi Riyono

2. Sumber perekrutan

Sumber perekrutan adalah sumber tersedianya orang-orang yang dapat

direkrut untuk menjadi calon anggota legislatif, baik yang bersumber dari

lingkungan internal partai maupun yang bersumber dari eksternal partai.

Sumber perekrutan ini memiliki indikator sumber internal dan sumber

eksternal, yaitu :

a. Sumber internal, yaitu orang-orang yang direkrut untuk menjadi calon

anggota legislatif partai yang berasal dari lingkungan internal partai, calon

anggota legislatif tersebut direkrut berasal dari organisasi sayap partai,

Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya Kota

Tanjungpinang dan Pimpinan Kecamatan Partai Golongan Karya se Kota

Tanjungpinang serta yang berasal dari departemen dan badan milik partai.

Adapun sub indikatornya adalah sebagai berikut :

1) Organisasi sayap partai

2) Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya Kota

Tanjungpinang dan Pimpinan Kecamatan (PK) Partai Golongan Karya

Se Kota Tanjungpinang

3) Departemen-departemen dan badan-badan partai

b. Sumber eksternal, yaitu orang-orang yang direkrut untuk menjadi calon

anggota legislatif dari Partai Golongan Karya yang berasal dari luar

lingkungan partai. Calon anggota legislatif tersebut ada yang berasal dari

organisasi luar partai, adanya mantan kader partai lain, maupun adanya

anggota atau tokoh masyarakat yang ditempatkan menjadi calon anggota

23

Page 24: BAB I Skripsi Riyono

legislatif dari Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang. Adapun sub

indikatornya adalah sebagai berikut :

1) Berasal dari organisasi luar partai (Lembaga Swadaya Masyarakat,

organisasi profesional, organisasi agama dan organisasi bisnis)

2) Mantan kader partai lain

3) Anggota/tokoh masyarakat

3. Cara seleksi

Cara seleksi adalah suatu penilaian di antara calon-calon legislatif yang akan

direkrut maupun ditolak untuk menjadi calon anggota legislatif partai

Golongan Karya, sehingga didapatkan calon anggota legislatif yang benar-

benar tepat dan cakap, cara seleksi untuk merekrut calon anggota legislatif

partai dapat digunakan metode ilmiah ataupun non ilmiah dalam penentuan

pengurus yang direkrut. Cara seleksi ini memiliki indikator metode ilmiah dan

non ilmiah, yaitu :

a. Metode ilmiah merupakan seleksi yang dilakukan berdasarkan standar-

standar ilmiah dan perhitungan serta analisis yang matang, juga

berdasarkan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan tingkat

kemampuan, sehingga yang akan direkrut menjadi calon anggota

legislatif dari partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang adalah

orang-orang yang benar-benar memiliki kompetensi yang baik.

Adapun sub indikatornya adalah sebagai berikut :

1) Tingkat pendidikan

2) Pengetahuan

24

Page 25: BAB I Skripsi Riyono

3) Kemampuan

b. Non ilmiah, yaitu cara seleksi yang berdasarkan hal-hal yang sifatnya

tidak ilmiah, seperti penampilan fisik, keturunan serta tingkat usia,

sehingga calon anggota legislatif yang akan direkrut hanya

berdasarkan perkiraan-perkiraan semata. Adapun sub indikatornya

adalah sebagai berikut :

1) Penampilan fisik

2) Keturunan

3) Usia

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengukuran dengan

skala Guttman yang berguna untuk mendapatkan jawaban yang tegas dalam suatu

permasalahan penelitian. Skala Guttman mempunyai dua kriteria, yaitu bentuk

positif dan negatif. Kemudian bentuk positif diberikan nilai atau poin 1 (satu) = a,

sedangkan bentuk negatif diberikan nilai atau poin 0 (nol) = b.

Sugiyono (2006:111) menjelaskan mengenai Skala Guttman ini sebagai

berikut “Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu

‘ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif”; dan lain-lain.

Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dua alternatif”. Dalam

skala ini dapat dibuat skor tertinggi, yaitu 1 (satu) dan terendah yaitu 0 (nol), serta

dapat dimisalkan :

a. Poin 1 (satu) = ya / setuju / benar

b. Poin 0 (nol) = tidak / tidak setuju / salah

25

Page 26: BAB I Skripsi Riyono

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif

Kualitatif. Menurut Sugiyono (2006 : 6) “Penelitian Deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat

perbandingan, atau dengan menggabungkan dengan variabel lain.”

Selanjutnya Nasir (1999 : 63) menjelaskan bahwa :

“Penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.”

Sedangkan menurut Santoso (2005 : 28) ”Kualitatif adalah data yang

berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Dimana bertujuan

mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi

atau daerah tertentu mengenai berbagai sifat dan faktor tertentu”.

Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini dikarenakan

secara prinsip tujuan dari metode ini adalah untuk mendeskripsikan secara riil

mengenai suatu situasi tertentu atau keterkaitan hubungan antar berbagai

fenomena secara faktual dan teratur. Sehingga melalui jenis ini diharapkan

akan menghasilkan informasi bagi pembentukan pengetahuan baru atau

kebenaran ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan data

tentang pelaksanaan rekrutmen politik dalam pencalonan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjungpinang oleh Dewan Pimpinan Daerah

26

Page 27: BAB I Skripsi Riyono

Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang pada Pemilihan Umum Tahun

2009, yang kemudian dideskripsikan atau digambarkan secara jelas

sebagaimana kenyataan di lapangan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Sekretariat Dewan Pimpinan Daerah Partai

Golongan Karya Kota Tanjungpinang. Alasan diambilnya Sekretariat Dewan

Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang sebagai lokasi

penelitian adalah :

a. Partai Golongan Karya merupakan partai politik yang berasal dari

masa pemerintahan Orde Baru yang bertahan dan masih tetap eksis

hingga masa reformasi saat ini, dengan menggunakan sistem suara

terbanyak dalam penentuan calon anggota legislatif yang akan duduk

di lembaga legislatif pada Pemilihan Umum Tahun 2009, sehingga

memberikan warna baru bagi kehidupan politik di Indonesia.

b. Partai politik merupakan lembaga bagi masyarakat untuk menyalurkan

aspirasinya, sehingga para calon anggota legislatif yang direkrut

haruslah benar-benar mengabdi untuk menyampaikan aspirasi

masyarakat kepada pemerintah.

3. Populasi dan Sampel

3.1. Populasi

Menurut Nasir (1999 : 325) menjelaskan bahwa “Populasi adalah

kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri yang telah ditetapkan,

27

Page 28: BAB I Skripsi Riyono

sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki karakteristik

tertentu.”

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah semua

pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota

Tanjungpinang periode 2005-2010 yang berjumlah 97 orang, serta Tim

Penyusun Calon Anggota Legislatif Tahun 2009 yang bertugas sebagai tim

yang menyusun calon anggota legislatif yang berjumlah 9 (sembilan)

orang, dimana 4 (empat) dari 9 (sembilan) orang tersebut merupakan

pengurus DPD Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang, sehingga

dalam penelitian ini jumlah populasinya yakni sebesar 106 orang.

3.2. Sampel

Sebagaimana Arikunto (2006:131) menyatakan “Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini populasi

berjumlah 106 orang. Sehingga berdasarkan besarnya populasi yang ada

yakni di atas 100, maka sampel yang diambil hanyalah sebesar 25% dari

setiap sub populasi agar masing-masing sub populasi dapat terwakili

dalam penelitian ini, namun untuk pimpinan partai dijadikan sebagai

informan kunci yang kedudukannya sebagai orang yang dapat memberikan

banyak informasi dalam penelitian.

Dalam penetapan sampel yang dimaksud penulis melakukan

pertimbangan dengan tolak ukur loyalitas kader pada Partai Golongan

Karya, sehingga dari beberapa sampel yang penulis lampirkan sebagai

responden terpilih diantaranya terdapat kader yang sifatnya fanatik

28

Page 29: BAB I Skripsi Riyono

terhadap Partai Golongan Karya (loyalitas yang tinggi) dan juga kader

yang tidak begitu fanatik terhadap Partai Golongan Karya (loyalitas yang

rendah). Sehingga dengan penetapan sampel tersebut dimaksudkan untuk

mendapatkan jawaban yang lebih bervariasi seputar penelitian mengenai

rekrutmen politik di Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota

Tanjungpinang.

Tabel I.1Jumlah Populasi dan Sampel

No RespondenPopulasi(Orang)

Sampel(Orang)

Persentase(%)

1.

2.

Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang

Tim Penyusun Calon Anggota Legislatif Tahun 2009

97

9

24

2

25%

25%

J U M L A H 106 26 25%

Sumber : Sekretariat DPD Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang, 2009

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik yang

mengacu kepada metode penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan

peneliti, adapun penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

a. Wawancara

Interview merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data

dengan melalui wawancara. Dimana dua orang atau lebih secara fisik yang

29

Page 30: BAB I Skripsi Riyono

saling berhadap-hadapan. Dalam hal ini Sutrisno (1987:156) menegaskan

bahwa “interview sebagai proses tanya jawab lisan dalam mana dua atau

lebih secara berhadap-hadapan secara fisik dengan yang lain, serta dapat

melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri tampaknya

merupakan alat ukur informasi yang langsung tentang beberapa jenis

gejala sosial, baik yang mendalam maupun manifest”.

Penulis mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan

terpilih untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian melalui

pedoman wawancara. Dalam wawancara ini penulis menggunakan

purposive sampling.

b. Kuesioner

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

jalan memberikan sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang telah tersedia

alternative jawabannya yang berhubungan dengan masalah penelitian

kepada responden. Alat yang digunakan adalah angket. Kuesioner ini

adalah berisikan daftar pertanyaan tertulis dengan bahasa yang mudah

dimengerti, agar responden bisa memberikan jawaban yang tepat.

c. Obsevasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati obyek

penelitian secara langsung dan meninjau lokasi-lokasi yang menjadi obyek

penelitian, serta mencatat hal-hal yang ada hubungannya dengan bahan

penelitian. Sehubungan dengan teknik observasi ini, maka Sutrisno

(1987:192) mengemukakan bahwa “sebagai metode ilmiah, observasi

30

Page 31: BAB I Skripsi Riyono

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki. Kegunaan metode observasi ini

adalah untuk memperoleh data yang tidak diperoleh atau tidak mungkin

dilakukan dengan menggunakan metode lain.

Observasi dilakukan langsung di lapangan dengan mengamati

pelaksanaan penempatan (rekrutmen) calon anggota legislatif di Dewan

Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang Adapun

cara yang digunakan dalam melakukan observasi adalah dengan

mengambil catatan-catatan ketika mengamati berbagai fenomena yang

terjadi pada pelaksanaan rekrutmen tersebut dengan menggunakan

panduan pengamatan seperti daftar ceklist serta catatan harian.

5. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber Data

Data bersumber dari sampel atau informan yang telah ditetapkan

sebelumnya, yaitu dari pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai

Golongan Karya Kota Tanjungpinang, yang terdiri dari Wakil-wakil

Ketua, Sekretaris, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil

Bendahara dan lain sebagainya. Adapun bentuk dari data yang diperoleh

ini berupa data primer yang selanjutnya harus dianalisis dan diambil

generalisasinya. Dalam menentukan konsep pertanyaan kepada responden,

maka digunakanlah data-data yang telah tersedia di Sekretariat Dewan

Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Kota Tanjungpinang. Data yang

akan diambil dari Sekretariat Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan

31

Page 32: BAB I Skripsi Riyono

Karya Kota Tanjungpinang berupa data sekunder yang menunjang atau

mendukung data primer.

b. Jenis data

1. Data Primer

Data ini merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui objek

yang akan diteliti, dengan sumber data yang dikumpulkan langsung

dari pihak pertama berupa pendapat subyektif karena berbentuk

persepsi pribadi masing-masing yang diterima dari pihak pertama

(orang yang dijadikan obyek penelitian).

2. Data Sekunder

Data yang sifatnya sudah obyektif, dimana data sekunder merupakan

data yang tidak diperoleh secara langsung oleh peneliti, melainkan

bersumber dari data-data yang telah ada dan tersedia. Maka dalam

penelitian ini data sekunder yang dimaksud antara lain seperti daftar

struktur organisasi partai, daftar rapat internal, biodata kader partai,

Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai, dan

sebagainya.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (2004 : 103) mendefinisikan analisis data sebagai

berikut : “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan data”.

32

Page 33: BAB I Skripsi Riyono

Dalam mengolah data hasil penelitian, peneliti menggunakan analisis

deskriptif dengan pengolahan data kualitatif. Dimana setelah data-data yang

diperlukan terkumpul lalu dilakukan proses editing dengan cara mengecek

keabsahan data dan kesempurnaan data, seterusnya dilakukan coding yaitu

memberikan kode-kode tertentu sekaligus memberikan skor dengan

menggunakan Skala Guttman untuk mendapatkan suatu jawaban yang tegas

terhadap suatu permasalahan.

Selanjutnya dilakukan pengelompokan berdasarkan kategori-kategori

tertentu. Lalu disusun dalam bentuk tabel frekwensi yang dijelaskan secara

kualitatif, kemudian dibuat interval untuk mencari tingkat rata-rata dari

berbagai indikator yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini,

selanjutnya alternatif jawaban dari pertanyaan dikategorikan a = 1, b = 0,

terhadap indikator maupun sub indikator yang ada.

G. Sistematika Penulisan

Guna memberikan gambaran terhadap penelitian ini maka disusun suatu

sistem yang disebut dengan sistematika penulisan yang disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan Bab pendahuluan yang menggambarkan tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

kerangka teoritis, konsep operasional dan pengukuran, metode penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI

GOLONGAN KARYA KOTA TANJUNGPINANG

33

Page 34: BAB I Skripsi Riyono

Merupakan Bab yang berisikan tentang gambaran umum lokasi

penelitian yang memuat tentang sejarah singkat berdirinya Partai

Golongan Karya, struktur organisasi dan tata kerja, sarana dan prasarana

yang dimiliki.

BAB III PELAKSANAAN REKRUTMEN POLITIK DALAM PENCALONAN

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA

TANJUNGPINANG OLEH DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI

GOLONGAN KARYA KOTA TANJUNGPINANG PADA

PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

Merupakan Bab temuan dan analisa data yang didalamnya dipaparkan

keseluruhan proses dari penelitian ini. Termasuk juga proses

penganalisaan data yang berhasil dirangkum dalam proses penelitian.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan Bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dari hasil

penelitian serta saran-saran yang didasarkan pada hasil analisa yang

telah dilakukan.

34