bab i rds

34
PENDAHULUAN Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Bayi premature dengan Berat Bayi Lahir Rendah yang berhasil bertahan hidup biasanya menderita gangguan perkembangan saraf, masalah penafasan, dan anomalikongenital. (1) Prematuritas dibedakan atas dua yaitu prematuritas murni dan bayi dismatur. Prematuritas murni merupakan bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan 1800-2000 gram.Sedangkan bayi dismatur merupakan bayi dengan berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram. (2) Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis. Asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 per 100.000 kematian di Amerika Serikat.Sedangkan menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 di Indonesia asfiksia

Upload: chicy-cintya-esa

Post on 10-Apr-2016

228 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

chicy

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I rds

PENDAHULUAN

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan

sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang

dari 2500 gram. Bayi premature dengan Berat Bayi Lahir Rendah yang berhasil

bertahan hidup biasanya menderita gangguan perkembangan saraf, masalah

penafasan, dan anomalikongenital.(1)

Prematuritas dibedakan atas dua yaitu prematuritas murni dan bayi

dismatur. Prematuritas murni merupakan bayi yang lahir dengan berat badan

sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu

dengan berat badan 1800-2000 gram.Sedangkan bayi dismatur merupakan bayi

dengan berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir

setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.(2)

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur

pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,

hiperkarbia, dan asidosis. Asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 per 100.000

kematian di Amerika Serikat.Sedangkan menurut Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia tahun 2007 di Indonesia asfiksia mengakibatkan kematian

neonatal sebanyak 27%.Tingginya kasus ini dapat disebabkan karena factor

maternal dan intrauterine. Penanganan bayi dengan asfiksia adalah dengan

melakukan resusitasi neonates.(2)

Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting

sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa

neonatus.Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2010,

sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan saluran nafas.Neonatus

dianggap menderita gawat nafas apabila ditemukan gejala meningkatnya frekuensi

nafas (lebih dari 60x/menit). Gejala gangguan nafas lainnya antara lain sesak

nafas, adanya tarikan dinding dada dan apabila gangguan sudah sangat berat dapat

Page 2: BAB I rds

terjadi sianosis. Penanganan gangguan napas didasarkan atas penanganan umum

dan penanganan spesifik didasarkan atas klasifikasi WHO3,4.

Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau Penyakit Membran Hialin

(PMH) merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan

terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Penyebab terbanyak

dari angka morbiditas dan mortalitas pada bayi prematur adalah RDS. Sekitar 5 -

10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat badan lahir

1500 gram. PMH merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi selama

periode baru lahir.5,6

Respiratory Distress Syndrome (RDS) ini terjadi pada bayi kurang bulan

karena pematangan parunya yang belum sempurna. Pada RDS tingkat pematangan

paru lebih berperan terhadap timbulnya penyakit bila dibandingkan dengan

masalah kurang bulan sehingga dengan pengelolaan yang baik bayi dengan RDS

dapat diselamatkan sehingga angka kematian dapat ditekan. Keberhasilan ini

dapat dicapai dengan memperbaiki keadaan surfaktan paru yang belum sempurna

dengan ventilasi mekanik, pemberian surfaktan dari luar tubuh, asuhan antenatal

yang baik serta pemberian steroid pada ibu kehamilan kurang bulan dengan janin

yang mengalami stres pernapasan. Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertama

kali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai faktor penyebab terjadinya RDS.

Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang

kedokteran karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator

dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Surfaktan dapat diberikan

sebagai pencegahan PMH maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi

yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan surfaktan.5,6

Page 3: BAB I rds

RDS biasanya muncul dalam beberapa menit setelah bayi lahir yang

ditandai dengan pernapasan cepat , frekuensi lebih dari 60x/menit, pernapasan

cuping hidung, retraksi interkostal, suprasternal, dan epigastrium. Manifestasi dari

RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan

selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga

menghambat fungsi surfaktan. Faktor yang mempermudah terjadinya RDS adalah

persalinan kurang bulan, asfiksia intrauterin, tindakan seksio caesaria, diabetes

melitus dan ibu dengan riwayat persalinan kurang bulan sebelumnya, kelahiran

yang dipercepat setelah perdarahan antepartum, serta riwayat sebelumnya dengan

penyakit membran hialin.5,6

Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera

akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pada neonatus penampakan

kuning terjadi bila kadar bilirubin serum > 5 mg/dl (6)

Ikterus yang terdapat pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis

(terdapat pada 20-25% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus

kurang bulan) atau dapat merupakan hal yang patologis misalnya pada

inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, galaktosemia dan sebagainya (2)

Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus mengenai Bayi premature (SMK)

yang mengalami Asfiksia sedang + Gangguan nafas berat +Respiratory Distress

Syndrome di RSUD Undata Palu.

LAPORAN KASUS

Page 4: BAB I rds

Tanggal Masuk: 25-11-2015

Nama : Bayi Ny. dini

Tanggal Lahir : 24-11-2015

Jenis kelamin : Perempuan

Anamnesis:

Bayi masuk dengan BBLR + RDS rujukan dari puskesmas tambu. Bayi lahir

tanggal 24-11-2014 jam 00.00 dengan spontan letak bayi kepala dipustu ditolong

bidan. Bayi lahir langsung menangis Apgar Skor 5/7, panjang bayi 46 cm,

ketuban tidak diketahui. mekonium(+)/miksi(-), pusat baik berat badan 2400 gram

riwayat ibu G1P0A0 35 minggu. Riwayat maternal ibu pasien sering demam

selama kehamilan dan mengkonsumsi obat panas dari dokter, riwayat antenal care

rutin ke bidan pembantu ditambu

Jam 21.00 bayi tiba-tiba apneu(+), sianosis(+), kemudian dilakukan

resusitasi, oksigen saat resusitasi. Selama diperjalanan(mobil) 3x apneu sianosis

dilakukan resusitasi tanpa oksigen.

Tiba diperisti bayinya merintih(+), sianosis (+) mekonium (+)/ miksi(-),

pusat baik, oksigen 1 liter, apneu(-) BB 2000 gram, denyut jantung 160 respirasi

49x/menit, suhu 36,44 ºC

Pemeriksaan Fisik

DJ : 160 x/menit T : 36,4 ºC

R : 70 x/menit CRT : < 2detik

Berat Badan : 2000 gram

Panjang Badan : 46 cm

LK: 33 cm LD: 30,5 cm

LL:9,5 cm LP: 29 cm

Page 5: BAB I rds

1. Sistem Pernapasan

Sianosis : +

Merintih : +

Apnea : +

Retraksi Dinding Dada :+

Pergerakan Dinding Dada : simetris biateral

Cuping Hidung : +

Stridor :-

Bunyi Napas :bronkovesikuler+/+

Bunyi Tambahan : Rhonki-/-, wheezing-/-.

Skor DOWN

Frekuensi Napas :1

Retraksi :1

Sianosis :1

Udara Masuk :0

Merintih :2

Total Skor :5

Kesimpulan :Gawat napas(+) karena nilai skor down 4-7

Kriteria WHO gangguan nafas berat >60x/m dengan sianosis sentral dan

tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.

2. Sistem Kardiovaskuler

Bunyi Jantung : bunyi jantung I/II murni reguler

Murmur : -

3. Sistem Hematologi

Pucat : +

Ikterus : -

Page 6: BAB I rds

4. Sistem Gastrointestinal

Kelainan Dinding Abdomen : -

Muntah : +

Diare : -

Residu Lambung : -

Organomegali : -

Bising usus : (+) kesan normal

Umbilikus

Keluaran : -

Warna Kemerahan : -

Edema : -

5. Sistem Saraf

Aktivitas : kurang aktif

Kesadaran : komposmentis

Fontanela : datar

Sutura : membuka

Refleks Terhadap Cahaya : +/+

Kejang : -

Tonus Otot : dalam batas normal

6. Sistem Genitalia

Anus Imperforata : -

Laki-laki

Hipospadia : -

Hidrokel : -

Hernia :-

Testis :-

Perempuan

Keluaran :-

Skor BALLARD

Page 7: BAB I rds

Maturitas Neuromuskuler

Sikap Tubuh : 3

Persegi Jendela : 3

Rekoil Lengan : 4

Sudut Poplitea : 4

Tanda Selempang : 2

Tumit ke Kuping :-1

Maturitas Fisik

Kulit : 1

Lanugo : 1

Permukaan Plantar : 3

Payudara : 4

Mata/telinga : 3

Genitalia : 3

- Total skor : 30

- Estimasi Umur Kehamilan : 36 minggu

Perkiraan umur kehamilan berdasarkan kurva Lubchencho

Page 8: BAB I rds

Sesuai Masa Kehamilan

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Pemeriksaan gula darah : 70 mg/dl

Pemeriksaan darah rutin

Hemoglobin 11,2 g/dl (13,5-19,5)

Hemotokrit 34,8 % (44-64)

trombosit 261x103/mm3 (200-400)

leukosit 18,5x103/mm3 (10-26)

RESUME

Page 9: BAB I rds

Bayi masuk dengan BBLR + RDS rujukan dari puskesmas tambu. Bayi lahir

tanggal 24-11-2014 jam 00.00 dengan spontan letak bayi kepala dipustu ditolong

bidan. Bayi lahir langsung menangis Apgar Skor 5/7 panjang bayi 46 cm, ketuban

tidak diketahui. Mekonium(+), pusat baik, berat badan 2400 gram, dan riwayat

ibu G1P0A0 35 minggu.

Jam 21.00 bayi tiba-tiba apneu(+), sianosis(+), kemudian dilakukan

resusitasi, oksigen – saat resusitasi. Selama diperjalanan(mobil) 3x apneu sianosis

dilakukan resusitasi tanpa oksigen. Tiba diperisti bayinya merintih(+), sianosis (+)

mekonium (+)/ miksi(-), pusat baik, oksigen 1 liter, apneu(-) Berat Badan 2000

gram, denyut jantung 160 respirasi 49 suhu 36,4. bayi merintih (+), bayi

mengalami retraksi dinding dada (+), pernapasan yang cepat , pernapasan dengan

cuping hidung (+), bayi rewel, bayi aktif dan sadar.

Riwayat maternal ibu pasien sering demam selama kehamilan dan

mengkonsumsi obat panas dari dokter, riwayat antenal care rutin ke bidan

pembantu ditambu, Dari pemeriksaan fisik skor Ballard 36 minggu, skor Down 5

(sesak napas berat), dan Dari pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan

kadar WBC 18,5 mg/dl.

DIAGNOSIS : Bayi premature (SMK) + Asfiksia ringan-sedang+ Gangguan

nafas berat + Respiratory Distress Syndrome

TERAPI :

Oksigen 0,5- 1 liter

IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit

Injeksi ampisilin 3x 65 mg

Injeksi gentamisin 2x5 mg

Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg

Pasien dipuasakan dan Bayi dirawat di inkubator

Follow up

Page 10: BAB I rds

Tanggal 26-11-2015

S: -

O: keadaan lemah, sesak(+), infus tidak terpasang, dipuasakan,mec(-), mic(-),

pusat baik, demam(-) Suhu 37, pernapasan 72x/m, nadi 150x/m berat badan

2000 gram

A:Diagnosis: Bayi premature + Gangguan nafas sedang + Respiratory Distress

Syndrome

P: Oksigen 0,5- 1 liter

IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit

Injeksi ampisilin 3x 65 mg

Injeksi gentamisin 2x5 mg

Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg

Tanggal 27-11-2015

S: -

O: keadaan lemah, sesak(+), infus terpasang, dipuasakan,mec(+), mic(+), pusat

baik, demam(-) Suhu 36,7, pernapasan 75x/m, nadi 152x/m, berat badan 2000

A: Diagnosis: Bayi premature + Gangguan nafas sedang + Respiratory Distress

Syndrome

P: Oksigen 0,5- 1 liter

IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit

Injeksi ampisilin 3x 65 mg

Injeksi gentamisin 2x5 mg

Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg

Tanggal 28-11-2015

Page 11: BAB I rds

S: -

O: Keadaan lemah, sesak(+), infus terpasang, dipuasakan,mekonium (+),

miksi(+), pusat baik, demam(-), ikterus(+), Suhu 37, pernapasan 72x/m, nadi

150x/m, berat badan 2000.

A: Diagnosis: Bayi premature + Gangguan nafas sedang+ Respiratory Distress

Syndrome+ ikterus.

Periksa bilirubin total

P: Oksigen 0,5- 1 liter

IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit

Injeksi ampisilin 3x 65 mg

Injeksi gentamisin 2x5 mg

Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg

Periksa bilirubin total

Tanggal 29-11-2015

S: -

O: Keadaan lemah, sesak(+), infus terpasang, dipuasakan,mec(+), mic(+), pusat

baik, demam(-), ikterus(+), Suhu 37, pernapasan 72x/m, nadi 150x/m.

A: Diagnosis: Bayi premature + Gawat nafas + Respiratory Distress Syndrome+

ikterus.

Bilirubin total: 13,76 mg/dl

Bilirubin indirek 9,6

Bilirubun direk 4,16

P: Oksigen 0,5- 1 liter

IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit

Injeksi ampisilin 3x 65 mg

Injeksi gentamisin 2x5 mg

Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg dan fototerapi

Page 12: BAB I rds

DISKUSI

Page 13: BAB I rds

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan dengan melakukan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini bayi premature

yang mengalami asfikasi, gangguan napas, dan RDS.

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan

sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang

dari 2500 gram1

Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses

persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Banyak keadaan yang

dapat menyebabkan asfiksia pada janin diantaranya sebagai berikut ;(1)

Table 1.Faktor risiko asfiksia neonatorum

Faktor risiko antepartum

Faktor risiko intrapartum

Faktor risiko janin

- Primipara- Penyakit pada

ibu- Demam saat

kehamilan- Hipertensi dalam

kehamilan- Anemia- Diabetes

gestasional- Penyakit hati dan

ginjal- Penyakit kolagen

dan pembuluh darah

- Malpresentasi- Partus lama- Persalinan yang

sulit dan traumatic- Ketuban

bercampur meconium

- Ketuban pecah dini

- Induksi oksitosin- Prolapse tali pusat

- Prematuritas- Pertumbuhan

janin yang terhambat

- Kelainan kongenital

Pada kasus ini bayi mengalami asfiksia sedang karena berdasarkan skor

apgar 5/7, yang dimana pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut jantung

>100x/menit, tonus otot baik, bayi menangis lemah, tubuh merah muda

Page 14: BAB I rds

Berdasarkan tabel faktor risiko diatas maka dapat disimpulkan beberapa faktor

risiko yang dialami oleh bayi diantaranya ;2

Faktor antepartum : ibu pasien sering mengalami demam selama

kehamilan

Faktor janin : bayi mengalami prematuritas

Pada bayi yang mengalami asfiksia sangat rentan mengalami gangguan napas.

Gangguan napas adalah adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan

yang ditandai dengan ;2

1. Takipneu : frekuensi napas > 60-80 kali/menit

2. Retraksi intercostal atau substernal

3. Napas cuping hidung selama inspirasi

4. Merintih saat inspirasi

5. Sianosis ; sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir. Dapat

mencerminkan abnormalitas jantung, hematologi, atau pernapasan yang

harus dilakukan tindakan segera

6. Apnu atau henti napas

7. Bila takipneu, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap beberapa pada

beberapa jam setelah lahir harus dilakukan tindakan segera.

Gangguan napas memiliki faktor predisposisi diantaranya sebagai berikut :1

1. Bayi kurang bulan : Paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan

kekurangan surfaktan yang melapisi rongga alveoli

2. Depresi neonatal ( kegawatan neonatal )

3. Bayi dari ibu DM : terjadi distres respirasi akibat kelambatan pematangan

paru

4. Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar,

dapat mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (TTN)

5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau

air ketuban yang berbau dapat mengakibatkan pneumonia bakterialis atau

sepsis

Page 15: BAB I rds

6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium yang kemungkinan terjadi

akibat aspirasi mekonium.

Faktor penyebab terjadinya gangguan nafas :3

1. Kelainan paru: Pnemonia

2. Kelainan jantung : Penyakit Jantung Bawaan, Disfungsi miokardium

3. Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia, Perdarahan otak

4. Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik

5. Kelainan Bedah : Pneumotoraks, Fistel Trakheoesofageal, Hernia

diafragmatika

6. Kelainan lain : Sindrom Aspirasi Mekonium, “Transient tachypnea of the

Newborn“ dan Penyakit Membran Hialin

Penyebab gangguan nafas menurut masa gestasi 4

1. Pada Bayi Kurang Bulan :

a. Penyakit Membran Hialin

b. Pneumonia

c. Asfiksia

d. Kelainan atau Malformasi Kongenital

2. Pada Bayi Cukup Bulan :

a. Sindrom Aspirasi Mekonium

b. Pneumonia

c. ”Transient Tachypnea of the Newborn ”

d. Asidosis metabolik

e. Kelainan atau Malformasi Kongenital

Pada kasus ini faktor predisposisi terjadinya gangguan nafas adalah bayi

kurang bulan, bayi lahir dengan secsio cesarean. Selain itu, kemungkinan besar

diakibatkan oleh penyakit membran hialin dimana hal ini sering didapatkan pada

bayi prematur dengan berat badan lahir rendah. Didalam paru terdapat surfaktan

yang melapisi alveoli paru.Fungsi dari surfaktan adalah menjaga alveoli agar tidak

Page 16: BAB I rds

kolaps pada saat pengisian oksigen pada paru. Produksi surfaktan terjadi pada

trimester ketiga kehamilan sehingga bayi yang lahir kurang bulan (prematur),

belum mempunyai surfaktan yang cukup untuk menjaga stabilisasi alveoli

sehingga dapat terjadi gangguan pernafasan(2,5,6).

Diagnosis bayi dengan gangguan napas dapat ditegakkan dengan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Pada kasus ini dari

anamnesis didapatkan persalinan yang kurang bulan, ketuban pecah dini, dan ibu

yang sering mengalami demam.Sedangkan pada bayi didapatkan bayi mengalami

prematuritas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan skor down 5 dan pasien

mengalami gangguan napas sedang berdasarkan klasifikasi gangguan napas

WHO, yaitu

Tabel 2.klasifikasi gangguan napas WHO

Page 17: BAB I rds

Frekuensi napas Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi

> 60 kali/menit Dengan Sianosis sentral dan tarikan dinding dada

atau merintih saat ekspirasi.

Gangguan

napas

berat

Atau > 90 kali/

menit

Dengan Sianosis sentral atau tarikan dinding dada

atau merintih saat ekspirasi.

Atau < 30 kali/

menit

DenganAtau

tanpa

Gejala lain dari gangguan napas.

60-90 kali/menit Dengan Tarikan dinding dada atau merintih saat

ekspirasi

Gangguan

napas

sedang

Tetapi

Tanpa

Sianosis sentral

Atau > 90 kali/

menit

Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat

ekspirasi atau sianosis sentral.

60-90 kali/menit Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat

ekspirasi atau sianosis sentral.

Gangguan

napas

ringan

60-90 kali/menit Dengan Sianosis sentral Kelainan

jantung

kongenita

l

TetapiTanpa Tarikan dinding dada atau merintih.

Page 18: BAB I rds

Berdasarkan kriteria WHO pada kasus ini pasien mengalami gangguan

napas berat karena mengalami retraksi subcostal,takipneu, merintih saat ekspirasi

dan adanya sianosis sentral.2

Penangan bayi dengan gawat napas dibagi menjadi 2 yaitu management umum

dan management spesifik, yaitu diantaranya ;2

A. Manajemen secara umum yaitu :

1. Pasang jalur infus intravena Dekstrosa 5% berdasarkan kebutuhan

cairan perhari

2. Pantau selalu tanda vital

3. Jaga patensi jalan napas dan memberikan oksigen 2-3 liter/menit

4. Jika bayi mengalami apnea:

a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan

b. Lakukan penilaian lanjut

5. Bila terjadi kejang potong kejang

6. Segera periksa kadar glukosa darah(7)

B. Management spesifik

Management gangguan napas berat adalah

- Dengan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang, Bila bayi

menunjukan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral, naikkan

pemberian 02 pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas bayi

semakin berat dan sianosis sentral menetap walaupun diberikan 02 100% ,

segera rujuk

- Jika gangguan napas masih menetap setelah 2 jam, pasang pipa lambung

untuk mengosongkan cairan lambung dan udara.

- Jika bayi sudah menunjukkan tanda perbaikan ( frekuensi napas menurun,

tarikan dinding dada berkurang dan warna kulit membaik).

Page 19: BAB I rds

Management gangguan napas sedang adalah

- Lanjutkan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang

- Bayi dipuasakan

- Bila suhu aksila 34-36,50 C atau 37,5-390 C tangani untuk suhu abnormal

- Bila suhu normal terus amati, pada kasus ini suhu bayi normal

- Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.

Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan

setalah 2 jam. Kemungkinan besar sepsis. Pada bayi ini ditemukkan

adanya tanda-tanda sepsis neonatorm.

- Bila telah menunjukan perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan

dinding dada berkurang atau suara merintih berkurang

- Kurangi terapi 02 secara bertahap. (2)

Management gangguan napas ringan

- Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya

- Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala

sespsis lainnya terapi dengan kemungkinan sepsis dan tangani gangguan

napas sedang atau berat

- Beri ASI bila bayi mampu mengisap

- Kurangi pemberian 02 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas.

Hentikan pemberian 02 jika frekuensi napas antara 30-60 x/menit. Jika

frekuensi napas menetap 30-60 x/menit dan tidak ada tanda-tanda sepsis

pasien dapat dipulangkan.

Pada kasus ini bayi mendapatkan terapi gangguan napas berat, bayi

mendapatkan oksigen 1-2 Lpm, mendapatkan terapi antibiotik dexametasone

untuk demamnya dan dexametasone untuk kecurigaan adanya infeksi bakteri atau

virus disalam tubuh bayi dan pasien dipuasakan.

Page 20: BAB I rds

Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang terlihat pada kulit atau

selaput lendir oleh karena adanya penimbunan bilirubin di jaringan bawah kulit

atau selaput lendir sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan

konsentrasi bilirubin yang menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau

ensefalopati bilirubin bila tidak terkendali. Penyebab terjadinya ikterus antara lain

adalah produksi yang berlebihan (akibat sepsis, perdarahan tertutup,

inkompatibilitas darah), gangguan pada transportasi, gangguan dalam proses

uptake dan konyugasi di hepar (imaturitas hepar, defisiensi enzim, gangguan

fungsi hepar) dan gangguan dalam eksresi (obstruksi). ()

Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah

lengkap, dan bilirubin total/indirek.

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis ini merupakan tanda

adanya infeksi bakteri maupun virus pada bayi sedangkan Pemeriksaan bilirubin

total/direk diperlukan untuk menentukan jenis ikterus neonatorum, dan

penanganannya. Ikterus neonatorum terbagi atas ikterus patologis dan fisiologis.

Page 21: BAB I rds

Gejala klinis ikterus dapat mengambarkan kadar bilirubin darah. Pasien ini

menunjukkan gejala ikterus Kramer V sudah sampai pada daerah telapak tangan

dan kaki. Menurut perkiraan dari Kramer: 12,13

Derajat

IkterusDaerah Ikterus

Perkiraan

kadar bilirubin

I Daerah Kepala dan leher 5,0 mg %

II Sampai badan atas 9,0 mg%

III Sampai badan bawah hingga tungkai 11,4 mg%

IV Sampai daerah lengan, kaki bawah, lutut 12, 4 mg %

V Sampai daerah telapak tangan dan kaki 16,0 mg%

Pada kasus ini didapatkan kadar bilirubin total 13,76 mg/dl dan sudah pada

tahap ikterus kramer V.

Page 22: BAB I rds

Pada kasus hasil pemeriksaan bilirubin Pada kasus ini didapatkan kadar

bilirubin total 13,76 mg/dl, kadar bilirubin direk 4,16 mg/dl dan bilirubin indirek

9,6 mg/dl, sehingga dilakukan fototerapi karena sesuai kurva pada hari ke 5 untuk

bayi dengan risiko tinggi indikasi fototerapi dilakukan jika kadar bilirubin total >

15 mg/dL, tetapi pada pasien karena kondisinya yang sudah ikterus dan kramer V

maka dapat dilakukan fototerapi dan hasil labnya sudah mendukung.

Untuk managemen Ikterus fisiologis biasanya hanya dilakukan rawat jalan

pemberian ASI dini dan ekslusif dan sering serta bayi dapat cukup sinar matahari

pagi, kemudian biasanya dilakukan fototerapi. Indikasi dilakukan fototerapi:5,13

1. Bayi lahir ikterus.

2. Bila ikterus terlihat dibagian mana saja dari tubuh bayi pada hari 2,

menunjukan kondisi bayi sangat serius dan tidak menuggu hasil kadar

bilirubin. (sampai kadar bilirubinnya 15 mg, yang berisiko 13 mg)

Page 23: BAB I rds

3. Bila ikterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai ke tangan dan kaki

pada hari kedua menunjukan kondisi bayi sangat serius dan tidak menggu

hasil kadar bilirubin( sampai kadar bilirubinnya 8 mg yang berisiko 16

mg)

4. Bila ikterusnya pada hari 4 (sampai kadar bilirubinnya 20 mg yang

berisiko 17 mg).

Page 24: BAB I rds

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe N.S., Supriatno B., 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. ed I. pp: 286-90. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.

2. Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku

Ajar Neonatologi. ed I. pp: 127-137. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

3. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan

Penerbit IDAI

4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI., 2011. Buku Kuliah Ilmu

Kesehatan Anak. Jilid 3. pp: 1124-5. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak

FKUI.

5. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI., 2012. Gangguan Nafas Pada Bayi

Baru Lahir. Palu. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD UNDATA.

6. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan

Penerbit IDAI

7. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I,

ed 15. pp: 589-598. Jakarta. EGC

8. Nur A, Etika R, Damanik SM dkk. Pemberian Surfaktan Pada Bayi

Prematur Dengan Respiratory Distress Syndrome. Available from:

www.pediatrik.com/buletin/06224113905-76sial.doc . Accessed Dis

30 th ,201 5 .

9. Lubis HNU. Penyakit Membran Hialin. Available from:

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08PenyakitMembranHialin121.pdf/

08PenyakitMembranHialin121.html . Accessed Dis 30 th ,201 5 .

10. Dudell GG, Stoll BJ. Respiratory Distress Syndrome (Hyaline

Membrane Disease). Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,

Stanton BF, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke 18.

Philadelphia: Saunders; 2007.

11. Mohamed FB. Hyaline Membrane Disease (Respiratory Distress

Syndrome). Dalam: Gomella TL, Eyal FG, Zenk KE, editors.

Page 25: BAB I rds

Neonatology: Management, Procedures, On-Call Problems, Diseases, and

Drugs. Edisi ke-5. New York: The McGraw-Hill Companies; 2009.

12. IDAI. 2008. Buku Ajar Neonatalogi; Edisi pertama. IDAI. Badan Penerbit

IDAI

13. IDAI. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Badan Penerbit

IDAI. Jakarta