bab i rds
DESCRIPTION
chicyTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan
sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram. Bayi premature dengan Berat Bayi Lahir Rendah yang berhasil
bertahan hidup biasanya menderita gangguan perkembangan saraf, masalah
penafasan, dan anomalikongenital.(1)
Prematuritas dibedakan atas dua yaitu prematuritas murni dan bayi
dismatur. Prematuritas murni merupakan bayi yang lahir dengan berat badan
sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dengan berat badan 1800-2000 gram.Sedangkan bayi dismatur merupakan bayi
dengan berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir
setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.(2)
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia, dan asidosis. Asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 per 100.000
kematian di Amerika Serikat.Sedangkan menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2007 di Indonesia asfiksia mengakibatkan kematian
neonatal sebanyak 27%.Tingginya kasus ini dapat disebabkan karena factor
maternal dan intrauterine. Penanganan bayi dengan asfiksia adalah dengan
melakukan resusitasi neonates.(2)
Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting
sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa
neonatus.Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2010,
sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan saluran nafas.Neonatus
dianggap menderita gawat nafas apabila ditemukan gejala meningkatnya frekuensi
nafas (lebih dari 60x/menit). Gejala gangguan nafas lainnya antara lain sesak
nafas, adanya tarikan dinding dada dan apabila gangguan sudah sangat berat dapat
terjadi sianosis. Penanganan gangguan napas didasarkan atas penanganan umum
dan penanganan spesifik didasarkan atas klasifikasi WHO3,4.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) atau Penyakit Membran Hialin
(PMH) merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan
terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Penyebab terbanyak
dari angka morbiditas dan mortalitas pada bayi prematur adalah RDS. Sekitar 5 -
10% didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat badan lahir
1500 gram. PMH merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi selama
periode baru lahir.5,6
Respiratory Distress Syndrome (RDS) ini terjadi pada bayi kurang bulan
karena pematangan parunya yang belum sempurna. Pada RDS tingkat pematangan
paru lebih berperan terhadap timbulnya penyakit bila dibandingkan dengan
masalah kurang bulan sehingga dengan pengelolaan yang baik bayi dengan RDS
dapat diselamatkan sehingga angka kematian dapat ditekan. Keberhasilan ini
dapat dicapai dengan memperbaiki keadaan surfaktan paru yang belum sempurna
dengan ventilasi mekanik, pemberian surfaktan dari luar tubuh, asuhan antenatal
yang baik serta pemberian steroid pada ibu kehamilan kurang bulan dengan janin
yang mengalami stres pernapasan. Defisiensi surfaktan diperkenalkan pertama
kali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai faktor penyebab terjadinya RDS.
Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang
kedokteran karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator
dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Surfaktan dapat diberikan
sebagai pencegahan PMH maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi
yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan surfaktan.5,6
RDS biasanya muncul dalam beberapa menit setelah bayi lahir yang
ditandai dengan pernapasan cepat , frekuensi lebih dari 60x/menit, pernapasan
cuping hidung, retraksi interkostal, suprasternal, dan epigastrium. Manifestasi dari
RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan
selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga
menghambat fungsi surfaktan. Faktor yang mempermudah terjadinya RDS adalah
persalinan kurang bulan, asfiksia intrauterin, tindakan seksio caesaria, diabetes
melitus dan ibu dengan riwayat persalinan kurang bulan sebelumnya, kelahiran
yang dipercepat setelah perdarahan antepartum, serta riwayat sebelumnya dengan
penyakit membran hialin.5,6
Ikterus adalah deskolorasi kuning pada kulit, membran mukosa, dan sklera
akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pada neonatus penampakan
kuning terjadi bila kadar bilirubin serum > 5 mg/dl (6)
Ikterus yang terdapat pada bayi baru lahir merupakan suatu gejala fisiologis
(terdapat pada 20-25% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus
kurang bulan) atau dapat merupakan hal yang patologis misalnya pada
inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, galaktosemia dan sebagainya (2)
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus mengenai Bayi premature (SMK)
yang mengalami Asfiksia sedang + Gangguan nafas berat +Respiratory Distress
Syndrome di RSUD Undata Palu.
LAPORAN KASUS
Tanggal Masuk: 25-11-2015
Nama : Bayi Ny. dini
Tanggal Lahir : 24-11-2015
Jenis kelamin : Perempuan
Anamnesis:
Bayi masuk dengan BBLR + RDS rujukan dari puskesmas tambu. Bayi lahir
tanggal 24-11-2014 jam 00.00 dengan spontan letak bayi kepala dipustu ditolong
bidan. Bayi lahir langsung menangis Apgar Skor 5/7, panjang bayi 46 cm,
ketuban tidak diketahui. mekonium(+)/miksi(-), pusat baik berat badan 2400 gram
riwayat ibu G1P0A0 35 minggu. Riwayat maternal ibu pasien sering demam
selama kehamilan dan mengkonsumsi obat panas dari dokter, riwayat antenal care
rutin ke bidan pembantu ditambu
Jam 21.00 bayi tiba-tiba apneu(+), sianosis(+), kemudian dilakukan
resusitasi, oksigen saat resusitasi. Selama diperjalanan(mobil) 3x apneu sianosis
dilakukan resusitasi tanpa oksigen.
Tiba diperisti bayinya merintih(+), sianosis (+) mekonium (+)/ miksi(-),
pusat baik, oksigen 1 liter, apneu(-) BB 2000 gram, denyut jantung 160 respirasi
49x/menit, suhu 36,44 ºC
Pemeriksaan Fisik
DJ : 160 x/menit T : 36,4 ºC
R : 70 x/menit CRT : < 2detik
Berat Badan : 2000 gram
Panjang Badan : 46 cm
LK: 33 cm LD: 30,5 cm
LL:9,5 cm LP: 29 cm
1. Sistem Pernapasan
Sianosis : +
Merintih : +
Apnea : +
Retraksi Dinding Dada :+
Pergerakan Dinding Dada : simetris biateral
Cuping Hidung : +
Stridor :-
Bunyi Napas :bronkovesikuler+/+
Bunyi Tambahan : Rhonki-/-, wheezing-/-.
Skor DOWN
Frekuensi Napas :1
Retraksi :1
Sianosis :1
Udara Masuk :0
Merintih :2
Total Skor :5
Kesimpulan :Gawat napas(+) karena nilai skor down 4-7
Kriteria WHO gangguan nafas berat >60x/m dengan sianosis sentral dan
tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.
2. Sistem Kardiovaskuler
Bunyi Jantung : bunyi jantung I/II murni reguler
Murmur : -
3. Sistem Hematologi
Pucat : +
Ikterus : -
4. Sistem Gastrointestinal
Kelainan Dinding Abdomen : -
Muntah : +
Diare : -
Residu Lambung : -
Organomegali : -
Bising usus : (+) kesan normal
Umbilikus
Keluaran : -
Warna Kemerahan : -
Edema : -
5. Sistem Saraf
Aktivitas : kurang aktif
Kesadaran : komposmentis
Fontanela : datar
Sutura : membuka
Refleks Terhadap Cahaya : +/+
Kejang : -
Tonus Otot : dalam batas normal
6. Sistem Genitalia
Anus Imperforata : -
Laki-laki
Hipospadia : -
Hidrokel : -
Hernia :-
Testis :-
Perempuan
Keluaran :-
Skor BALLARD
Maturitas Neuromuskuler
Sikap Tubuh : 3
Persegi Jendela : 3
Rekoil Lengan : 4
Sudut Poplitea : 4
Tanda Selempang : 2
Tumit ke Kuping :-1
Maturitas Fisik
Kulit : 1
Lanugo : 1
Permukaan Plantar : 3
Payudara : 4
Mata/telinga : 3
Genitalia : 3
- Total skor : 30
- Estimasi Umur Kehamilan : 36 minggu
Perkiraan umur kehamilan berdasarkan kurva Lubchencho
Sesuai Masa Kehamilan
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan gula darah : 70 mg/dl
Pemeriksaan darah rutin
Hemoglobin 11,2 g/dl (13,5-19,5)
Hemotokrit 34,8 % (44-64)
trombosit 261x103/mm3 (200-400)
leukosit 18,5x103/mm3 (10-26)
RESUME
Bayi masuk dengan BBLR + RDS rujukan dari puskesmas tambu. Bayi lahir
tanggal 24-11-2014 jam 00.00 dengan spontan letak bayi kepala dipustu ditolong
bidan. Bayi lahir langsung menangis Apgar Skor 5/7 panjang bayi 46 cm, ketuban
tidak diketahui. Mekonium(+), pusat baik, berat badan 2400 gram, dan riwayat
ibu G1P0A0 35 minggu.
Jam 21.00 bayi tiba-tiba apneu(+), sianosis(+), kemudian dilakukan
resusitasi, oksigen – saat resusitasi. Selama diperjalanan(mobil) 3x apneu sianosis
dilakukan resusitasi tanpa oksigen. Tiba diperisti bayinya merintih(+), sianosis (+)
mekonium (+)/ miksi(-), pusat baik, oksigen 1 liter, apneu(-) Berat Badan 2000
gram, denyut jantung 160 respirasi 49 suhu 36,4. bayi merintih (+), bayi
mengalami retraksi dinding dada (+), pernapasan yang cepat , pernapasan dengan
cuping hidung (+), bayi rewel, bayi aktif dan sadar.
Riwayat maternal ibu pasien sering demam selama kehamilan dan
mengkonsumsi obat panas dari dokter, riwayat antenal care rutin ke bidan
pembantu ditambu, Dari pemeriksaan fisik skor Ballard 36 minggu, skor Down 5
(sesak napas berat), dan Dari pemeriksaan penunjang didapatkan peningkatan
kadar WBC 18,5 mg/dl.
DIAGNOSIS : Bayi premature (SMK) + Asfiksia ringan-sedang+ Gangguan
nafas berat + Respiratory Distress Syndrome
TERAPI :
Oksigen 0,5- 1 liter
IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit
Injeksi ampisilin 3x 65 mg
Injeksi gentamisin 2x5 mg
Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg
Pasien dipuasakan dan Bayi dirawat di inkubator
Follow up
Tanggal 26-11-2015
S: -
O: keadaan lemah, sesak(+), infus tidak terpasang, dipuasakan,mec(-), mic(-),
pusat baik, demam(-) Suhu 37, pernapasan 72x/m, nadi 150x/m berat badan
2000 gram
A:Diagnosis: Bayi premature + Gangguan nafas sedang + Respiratory Distress
Syndrome
P: Oksigen 0,5- 1 liter
IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit
Injeksi ampisilin 3x 65 mg
Injeksi gentamisin 2x5 mg
Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg
Tanggal 27-11-2015
S: -
O: keadaan lemah, sesak(+), infus terpasang, dipuasakan,mec(+), mic(+), pusat
baik, demam(-) Suhu 36,7, pernapasan 75x/m, nadi 152x/m, berat badan 2000
A: Diagnosis: Bayi premature + Gangguan nafas sedang + Respiratory Distress
Syndrome
P: Oksigen 0,5- 1 liter
IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit
Injeksi ampisilin 3x 65 mg
Injeksi gentamisin 2x5 mg
Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg
Tanggal 28-11-2015
S: -
O: Keadaan lemah, sesak(+), infus terpasang, dipuasakan,mekonium (+),
miksi(+), pusat baik, demam(-), ikterus(+), Suhu 37, pernapasan 72x/m, nadi
150x/m, berat badan 2000.
A: Diagnosis: Bayi premature + Gangguan nafas sedang+ Respiratory Distress
Syndrome+ ikterus.
Periksa bilirubin total
P: Oksigen 0,5- 1 liter
IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit
Injeksi ampisilin 3x 65 mg
Injeksi gentamisin 2x5 mg
Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg
Periksa bilirubin total
Tanggal 29-11-2015
S: -
O: Keadaan lemah, sesak(+), infus terpasang, dipuasakan,mec(+), mic(+), pusat
baik, demam(-), ikterus(+), Suhu 37, pernapasan 72x/m, nadi 150x/m.
A: Diagnosis: Bayi premature + Gawat nafas + Respiratory Distress Syndrome+
ikterus.
Bilirubin total: 13,76 mg/dl
Bilirubin indirek 9,6
Bilirubun direk 4,16
P: Oksigen 0,5- 1 liter
IVFD Destrosa 5% 6 tetes/menit
Injeksi ampisilin 3x 65 mg
Injeksi gentamisin 2x5 mg
Injeksi dexametasone 3x 0,3 mg dan fototerapi
DISKUSI
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus ini bayi premature
yang mengalami asfikasi, gangguan napas, dan RDS.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan
sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram1
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Banyak keadaan yang
dapat menyebabkan asfiksia pada janin diantaranya sebagai berikut ;(1)
Table 1.Faktor risiko asfiksia neonatorum
Faktor risiko antepartum
Faktor risiko intrapartum
Faktor risiko janin
- Primipara- Penyakit pada
ibu- Demam saat
kehamilan- Hipertensi dalam
kehamilan- Anemia- Diabetes
gestasional- Penyakit hati dan
ginjal- Penyakit kolagen
dan pembuluh darah
- Malpresentasi- Partus lama- Persalinan yang
sulit dan traumatic- Ketuban
bercampur meconium
- Ketuban pecah dini
- Induksi oksitosin- Prolapse tali pusat
- Prematuritas- Pertumbuhan
janin yang terhambat
- Kelainan kongenital
Pada kasus ini bayi mengalami asfiksia sedang karena berdasarkan skor
apgar 5/7, yang dimana pada pemeriksaan fisik ditemukan denyut jantung
>100x/menit, tonus otot baik, bayi menangis lemah, tubuh merah muda
Berdasarkan tabel faktor risiko diatas maka dapat disimpulkan beberapa faktor
risiko yang dialami oleh bayi diantaranya ;2
Faktor antepartum : ibu pasien sering mengalami demam selama
kehamilan
Faktor janin : bayi mengalami prematuritas
Pada bayi yang mengalami asfiksia sangat rentan mengalami gangguan napas.
Gangguan napas adalah adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan
yang ditandai dengan ;2
1. Takipneu : frekuensi napas > 60-80 kali/menit
2. Retraksi intercostal atau substernal
3. Napas cuping hidung selama inspirasi
4. Merintih saat inspirasi
5. Sianosis ; sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir. Dapat
mencerminkan abnormalitas jantung, hematologi, atau pernapasan yang
harus dilakukan tindakan segera
6. Apnu atau henti napas
7. Bila takipneu, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap beberapa pada
beberapa jam setelah lahir harus dilakukan tindakan segera.
Gangguan napas memiliki faktor predisposisi diantaranya sebagai berikut :1
1. Bayi kurang bulan : Paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan
kekurangan surfaktan yang melapisi rongga alveoli
2. Depresi neonatal ( kegawatan neonatal )
3. Bayi dari ibu DM : terjadi distres respirasi akibat kelambatan pematangan
paru
4. Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar,
dapat mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (TTN)
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau
air ketuban yang berbau dapat mengakibatkan pneumonia bakterialis atau
sepsis
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium yang kemungkinan terjadi
akibat aspirasi mekonium.
Faktor penyebab terjadinya gangguan nafas :3
1. Kelainan paru: Pnemonia
2. Kelainan jantung : Penyakit Jantung Bawaan, Disfungsi miokardium
3. Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia, Perdarahan otak
4. Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik
5. Kelainan Bedah : Pneumotoraks, Fistel Trakheoesofageal, Hernia
diafragmatika
6. Kelainan lain : Sindrom Aspirasi Mekonium, “Transient tachypnea of the
Newborn“ dan Penyakit Membran Hialin
Penyebab gangguan nafas menurut masa gestasi 4
1. Pada Bayi Kurang Bulan :
a. Penyakit Membran Hialin
b. Pneumonia
c. Asfiksia
d. Kelainan atau Malformasi Kongenital
2. Pada Bayi Cukup Bulan :
a. Sindrom Aspirasi Mekonium
b. Pneumonia
c. ”Transient Tachypnea of the Newborn ”
d. Asidosis metabolik
e. Kelainan atau Malformasi Kongenital
Pada kasus ini faktor predisposisi terjadinya gangguan nafas adalah bayi
kurang bulan, bayi lahir dengan secsio cesarean. Selain itu, kemungkinan besar
diakibatkan oleh penyakit membran hialin dimana hal ini sering didapatkan pada
bayi prematur dengan berat badan lahir rendah. Didalam paru terdapat surfaktan
yang melapisi alveoli paru.Fungsi dari surfaktan adalah menjaga alveoli agar tidak
kolaps pada saat pengisian oksigen pada paru. Produksi surfaktan terjadi pada
trimester ketiga kehamilan sehingga bayi yang lahir kurang bulan (prematur),
belum mempunyai surfaktan yang cukup untuk menjaga stabilisasi alveoli
sehingga dapat terjadi gangguan pernafasan(2,5,6).
Diagnosis bayi dengan gangguan napas dapat ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.Pada kasus ini dari
anamnesis didapatkan persalinan yang kurang bulan, ketuban pecah dini, dan ibu
yang sering mengalami demam.Sedangkan pada bayi didapatkan bayi mengalami
prematuritas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan skor down 5 dan pasien
mengalami gangguan napas sedang berdasarkan klasifikasi gangguan napas
WHO, yaitu
Tabel 2.klasifikasi gangguan napas WHO
Frekuensi napas Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi
> 60 kali/menit Dengan Sianosis sentral dan tarikan dinding dada
atau merintih saat ekspirasi.
Gangguan
napas
berat
Atau > 90 kali/
menit
Dengan Sianosis sentral atau tarikan dinding dada
atau merintih saat ekspirasi.
Atau < 30 kali/
menit
DenganAtau
tanpa
Gejala lain dari gangguan napas.
60-90 kali/menit Dengan Tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi
Gangguan
napas
sedang
Tetapi
Tanpa
Sianosis sentral
Atau > 90 kali/
menit
Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral.
60-90 kali/menit Tanpa Tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral.
Gangguan
napas
ringan
60-90 kali/menit Dengan Sianosis sentral Kelainan
jantung
kongenita
l
TetapiTanpa Tarikan dinding dada atau merintih.
Berdasarkan kriteria WHO pada kasus ini pasien mengalami gangguan
napas berat karena mengalami retraksi subcostal,takipneu, merintih saat ekspirasi
dan adanya sianosis sentral.2
Penangan bayi dengan gawat napas dibagi menjadi 2 yaitu management umum
dan management spesifik, yaitu diantaranya ;2
A. Manajemen secara umum yaitu :
1. Pasang jalur infus intravena Dekstrosa 5% berdasarkan kebutuhan
cairan perhari
2. Pantau selalu tanda vital
3. Jaga patensi jalan napas dan memberikan oksigen 2-3 liter/menit
4. Jika bayi mengalami apnea:
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
5. Bila terjadi kejang potong kejang
6. Segera periksa kadar glukosa darah(7)
B. Management spesifik
Management gangguan napas berat adalah
- Dengan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang, Bila bayi
menunjukan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral, naikkan
pemberian 02 pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas bayi
semakin berat dan sianosis sentral menetap walaupun diberikan 02 100% ,
segera rujuk
- Jika gangguan napas masih menetap setelah 2 jam, pasang pipa lambung
untuk mengosongkan cairan lambung dan udara.
- Jika bayi sudah menunjukkan tanda perbaikan ( frekuensi napas menurun,
tarikan dinding dada berkurang dan warna kulit membaik).
Management gangguan napas sedang adalah
- Lanjutkan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang
- Bayi dipuasakan
- Bila suhu aksila 34-36,50 C atau 37,5-390 C tangani untuk suhu abnormal
- Bila suhu normal terus amati, pada kasus ini suhu bayi normal
- Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan
setalah 2 jam. Kemungkinan besar sepsis. Pada bayi ini ditemukkan
adanya tanda-tanda sepsis neonatorm.
- Bila telah menunjukan perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan
dinding dada berkurang atau suara merintih berkurang
- Kurangi terapi 02 secara bertahap. (2)
Management gangguan napas ringan
- Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
- Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala
sespsis lainnya terapi dengan kemungkinan sepsis dan tangani gangguan
napas sedang atau berat
- Beri ASI bila bayi mampu mengisap
- Kurangi pemberian 02 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas.
Hentikan pemberian 02 jika frekuensi napas antara 30-60 x/menit. Jika
frekuensi napas menetap 30-60 x/menit dan tidak ada tanda-tanda sepsis
pasien dapat dipulangkan.
Pada kasus ini bayi mendapatkan terapi gangguan napas berat, bayi
mendapatkan oksigen 1-2 Lpm, mendapatkan terapi antibiotik dexametasone
untuk demamnya dan dexametasone untuk kecurigaan adanya infeksi bakteri atau
virus disalam tubuh bayi dan pasien dipuasakan.
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang terlihat pada kulit atau
selaput lendir oleh karena adanya penimbunan bilirubin di jaringan bawah kulit
atau selaput lendir sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan
konsentrasi bilirubin yang menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau
ensefalopati bilirubin bila tidak terkendali. Penyebab terjadinya ikterus antara lain
adalah produksi yang berlebihan (akibat sepsis, perdarahan tertutup,
inkompatibilitas darah), gangguan pada transportasi, gangguan dalam proses
uptake dan konyugasi di hepar (imaturitas hepar, defisiensi enzim, gangguan
fungsi hepar) dan gangguan dalam eksresi (obstruksi). ()
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah
lengkap, dan bilirubin total/indirek.
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis ini merupakan tanda
adanya infeksi bakteri maupun virus pada bayi sedangkan Pemeriksaan bilirubin
total/direk diperlukan untuk menentukan jenis ikterus neonatorum, dan
penanganannya. Ikterus neonatorum terbagi atas ikterus patologis dan fisiologis.
Gejala klinis ikterus dapat mengambarkan kadar bilirubin darah. Pasien ini
menunjukkan gejala ikterus Kramer V sudah sampai pada daerah telapak tangan
dan kaki. Menurut perkiraan dari Kramer: 12,13
Derajat
IkterusDaerah Ikterus
Perkiraan
kadar bilirubin
I Daerah Kepala dan leher 5,0 mg %
II Sampai badan atas 9,0 mg%
III Sampai badan bawah hingga tungkai 11,4 mg%
IV Sampai daerah lengan, kaki bawah, lutut 12, 4 mg %
V Sampai daerah telapak tangan dan kaki 16,0 mg%
Pada kasus ini didapatkan kadar bilirubin total 13,76 mg/dl dan sudah pada
tahap ikterus kramer V.
Pada kasus hasil pemeriksaan bilirubin Pada kasus ini didapatkan kadar
bilirubin total 13,76 mg/dl, kadar bilirubin direk 4,16 mg/dl dan bilirubin indirek
9,6 mg/dl, sehingga dilakukan fototerapi karena sesuai kurva pada hari ke 5 untuk
bayi dengan risiko tinggi indikasi fototerapi dilakukan jika kadar bilirubin total >
15 mg/dL, tetapi pada pasien karena kondisinya yang sudah ikterus dan kramer V
maka dapat dilakukan fototerapi dan hasil labnya sudah mendukung.
Untuk managemen Ikterus fisiologis biasanya hanya dilakukan rawat jalan
pemberian ASI dini dan ekslusif dan sering serta bayi dapat cukup sinar matahari
pagi, kemudian biasanya dilakukan fototerapi. Indikasi dilakukan fototerapi:5,13
1. Bayi lahir ikterus.
2. Bila ikterus terlihat dibagian mana saja dari tubuh bayi pada hari 2,
menunjukan kondisi bayi sangat serius dan tidak menuggu hasil kadar
bilirubin. (sampai kadar bilirubinnya 15 mg, yang berisiko 13 mg)
3. Bila ikterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai ke tangan dan kaki
pada hari kedua menunjukan kondisi bayi sangat serius dan tidak menggu
hasil kadar bilirubin( sampai kadar bilirubinnya 8 mg yang berisiko 16
mg)
4. Bila ikterusnya pada hari 4 (sampai kadar bilirubinnya 20 mg yang
berisiko 17 mg).
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N.S., Supriatno B., 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. ed I. pp: 286-90. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
2. Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku
Ajar Neonatologi. ed I. pp: 127-137. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
3. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan
Penerbit IDAI
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI., 2011. Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak. Jilid 3. pp: 1124-5. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.
5. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI., 2012. Gangguan Nafas Pada Bayi
Baru Lahir. Palu. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD UNDATA.
6. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan
Penerbit IDAI
7. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I,
ed 15. pp: 589-598. Jakarta. EGC
8. Nur A, Etika R, Damanik SM dkk. Pemberian Surfaktan Pada Bayi
Prematur Dengan Respiratory Distress Syndrome. Available from:
www.pediatrik.com/buletin/06224113905-76sial.doc . Accessed Dis
30 th ,201 5 .
9. Lubis HNU. Penyakit Membran Hialin. Available from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08PenyakitMembranHialin121.pdf/
08PenyakitMembranHialin121.html . Accessed Dis 30 th ,201 5 .
10. Dudell GG, Stoll BJ. Respiratory Distress Syndrome (Hyaline
Membrane Disease). Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB,
Stanton BF, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke 18.
Philadelphia: Saunders; 2007.
11. Mohamed FB. Hyaline Membrane Disease (Respiratory Distress
Syndrome). Dalam: Gomella TL, Eyal FG, Zenk KE, editors.
Neonatology: Management, Procedures, On-Call Problems, Diseases, and
Drugs. Edisi ke-5. New York: The McGraw-Hill Companies; 2009.
12. IDAI. 2008. Buku Ajar Neonatalogi; Edisi pertama. IDAI. Badan Penerbit
IDAI
13. IDAI. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Badan Penerbit
IDAI. Jakarta