bab i pengantar gis · dimanfaatkan oleh berbagai program internal baik di puskesmas, dinas...
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENGANTAR GIS
Untuk mempermudah akses informasi mengenai pelaksanaan tindakan dan untuk
memonitor kondisi pasien selama masa antepartum, intrapartum dan postpartum diperlukan
medical record yang berbasis teknologi informasi dengan memanfaatkan software perangkat
lunak (Nielsen et al. 2000). WHO mengkategorikan sistem informatika kesehatan dalam 5
subsistem yang saling terkait:
a. Surveilans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi lingkungan
dan faktor risiko)
b. Pelaporan rutin dari puskesmas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah, gudang
farmasi, praktek swasta
c. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi, HIV/AIDS, yang
biasanya bersifat vertikal.
d. Sistem administratif, meliputi sistem pembiayaan, keuangan, sistem kepegawaian, obat dan
logistik, program pelatihan, penelitian dan lain-lain
e. Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun migrasi
Dalam aplikasinya kegiatan surveilans memerlukan dukungan teknologi informasi.
Beberapa alasan-alasan yang mendasari penggunaan teknologi informasi adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi duplikasi data
b. Meningkatkan efisiensi dalam proses analisis data dalam jumlah besar yang tidak
mungkin dilakukan secara manual.
c. Meningkatkan analisis informasi untuk memfasilitasi interpretasi data yang akan
digunakan dalam pengambilan keputusan
d. Meningkatkan kualitas data melalui otomatisasi validasi data selama pemasukan data
e. Memproduksi beragam informasi untuk kegiatan Feedback, diseminasi dan pelaporan
dari berbagai tingkatan serta kombinasi data antar institusi
-
2
Berbagai peran sistem informasi dalam operasional kegiatan surveilans dalam
menunjang pelayanan kesehatan antara lain:
a. Peranan sistem informasi dalam pengumpulan data
Pengumpulan data sangat didukung oleh sistem informasi yang ada. Kemajuan teknologi
informasi terutama pengunaan komputer sangat mendukung dalam pelaksanaan
surveilans, sehingga kecepatan dan ketepatan informasi yang dihasilkan dapat segera
diakses oleh pihak yang melakukan tindakan pencegahan. Kegiatan pengumpulan data
dapat dimasukan langsung kedalam perangkat lunak sehingga dalam kegiatan
pengumpulan data dapat mengefisienkan tenaga yang melakukan pengumpulan data.
b. Peranan sistem informasi dalam analisis data
Perkembangan dalam sistem informasi kesehatan dapat mempermudah kegiatan analisis
data baik dalam bentuk tabel, grafik, dan peta. Disamping pada kegiatan analisis itu
sendiri, dengan pemanfaatan sistem informasi diharapkan hasil dari analisis dapat
dimanfaatkan oleh berbagai program internal baik di puskesmas, dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan pusat.
c. Peranan sistem informasi dalam Feedback dan diseminasi
Dalam kegiatan Feedback dan diseminasi, peranan sistem informasi sangat mendukung.
Kegiatan penyebaran data kesehatan dapat melalui media cetak dan media elektronik.
Kegiatan dari penyebaran data dapat juga memanfaatkan internet dimana semua orang
dapat mengakses data.
-
3
BAB II
PENGUNAAN GIS
Pengunaan GPS (Geographic Positioning Systems (GPS) dan Geographical
Information System (GIS) pada survei dan pelaporan penyakit dan masalah kesehatan merupakan
kebutuhan yang perlu dalam peningkatan pengumpulan data secara rutin, sehingga informasi
lebih mudah untuk dipahami bagi pengambil kebijakan (Tatem et al.,2012). Gething et al.,
(2012) penelitian tentang akses geografis terhadap pelayanan kesehatan ibu menyimpulkan
bahwa berdasarkan analisis geografis signifikan memberikan informasi tentang rencana
pelayanan, pengembagan SDM dan sebagai pengamatan bagi pengambil kebijakan khususnya
pada daerah-daerah yang rawan dan miskin sehingga ada strategi khusus pada daerah-daerah
tertentu.
Seng et al., (2005) mengatakan bahwa dengan metode spasial berdasarkan waktu
terhadap kelompok menunjukkan bahwa kategori tipe transmisi dapat diketahui. Beberapa studi
ditemukan bahwa analisis spasial sangat membantu dalam epidemiologi penyakit dan pendekatan
geostatistikal memberikan jawaban terhadap penanganan penyakit. Tatem et al., (2012)
menyebutkan bahwa tersedianya data dasar yang detail dan menarik terkait atribut penduduk
yang disajikan dalam pemetaan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari mekanisme terjadinya
penyakit di masyarakat.
Tujuan dari maping masalah kesehatan antara lain Rytkönen (2004):
1. Untuk mendiskripsikan variasi dari insiden masalah kesehatan guna untuk melakukan
formulasi hippotesis penyabab penyakit
2. Untuk mengidentifikasi area yang dengan peningkatan kasus sehingga dapat dilakukan
tindakan intervensi dengan segera.
3. Untuk memberikan alasan yang terkait lokasi dari risiko penyakit disuatu daerah guna
untuk alokasi sumber daya dan kajian risiko.
Data spasial dapat mengambarkan distribusi demografi dan struktur demografi dalam
masyarakat. Data spasial sangat diperlukan dalam pencatatan risiko masalah kesehatan,
gambaran masalah kesehatan dan dinamika penduduk. Faktor risiko yang heterogen yang terkait
-
4
dengan kelompok-kelompok dalam masyarakat atau model faktor penularan individu dalam
masyarakat (Tatem et al.,2012).
Tatem et al., (2012) mapping penyakit dan model spasial dapat dijadikan kemudi dan
strategi pedoman terkait data demografi dan kewilayahan yang digunakan untuk estimasi besaran
dan karakteristik dari penduduk yang berrisko. Root et al., (2013) identifikasi lokasi tempat dan
kondisi status sosial ekonomi berkontribusi terhadap masalah kesehatan di suatu wilayah.
Tatem et al., (2012) menyebutkan bahwa adanya mapping populasi dan tersedianya
data spasial membantu untuk mengidentifikasi wilayah dan waktu dari risiko suatu penyakit dan
dapat membantu dalam perencanaan target intervensi.
Gething et al., (2012) tersedianya data spasial yang detail membantu dalam kebijakan
penentuan prioritas kesehatan ibu hamil. Moïsi et al., (2010) ketersediaan fasilitas pelayanan,
akses geografis untuk berobat tidak mempengaruhi tingkat kematian bayi. Root et al., (2013)
menyebutkan bahwa model buffer pada analisis spasial dijadikan model analisis statistik dan
hasil buffer menunjukan hasil yang sama dengan analisis statistik. Analisis pemetaan geografis
menunjukkan efek yang sama pada analisis statistik.
-
5
BAB III
PEMANFAATAN SOFWARE EPI INFO DAN HEALTH MAPPER
3.1. Pengantar
Aplikasi ilmu statistik dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu statistik deskriptif dan
statistik induktif (inferensial). Statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau mengambarkan
karakteristik data seperti rata-rata, variasi data, proporsi dan persentase. Statistik inferensial
mengambarkan berbagai inferensi terhadap sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel.
Pada bab ini akan dibahas tentang analisis deskriptif yang memanfaatkan program epi info dan
health mapper yang digunakan untuk mengambarkan keadaan tempat, orang dan waktu. Dalam
mempelajari epidemiologi keadaan tempat orang dan waktu sangat penting dalam menjelaskan
keadaan suatu masalah kesehatan.
Aplikasi sofware yang terkait dengan analisis deskriptif seperti pemanfaatan peta dapat
memanfaatkan program epi info dan program health mapper. Sofware yang mengunakan peta
tematik sangat penting untuk mengambarkan keadaan lokasi tempat. Keadaan lokasi tempat
dapat mengambarkan keadaan distribusi suatu penyakit yang berada pada tempat tersebut.
Sofware health mapper merupakan sofware yang digunakan untuk kegiatan analisis data dengan
pemetaaan. Analisis yang bersifat pemetaan membutuhkan data dalam bentuk shp sehingga
untuk melakukan analisis perlu melakukan modifikasi bentuk file dari jenis exel menjadi acces
kemudian baru mengabungkan dengan shp. Data yang digunakan dalam program health mapper
dapat berbentuk data dBASE yang kapasitas datanya dapat diambil dari sofware lain seperti
sofware Exel.
Panduan ini dibuat untuk mengelola data menggunakan program komputer yang sangat
sederhana yaitu EPI Data, sehingga semua orang bisa menggunakannya dengan mudah dan
cepat. Program EPI Data merupakan versi windows dari EPI INFO. Program ini tidak
diperdagangkan (gratis).
-
6
3.2. Sekilas Program Exel, Epi Info dan Health Mapper
Program exel
Program exel merupakan program dasar yang sering digunakan untuk analisis karena
kelebihan program exel yang digunakan untuk perhitungan dan dapat di baca oleh program lain
seperti Epi Info, Health Mapper.
Berikut contoh program epi info dan entri data.
Gambar. Bentuk Program Exel
Program exel dapat difugsikan sebagai alat untuk entri data karena menu fungsi exel
sebagai dapat di baca dengan program lain sehingga mempermudahkan untuk kepentingan
analisis data. Program exel merupakan program yang umum di gunakan diberbagai kepentingan
dan instansi sehingga dimungkinkan program ini sudah familier bagi setiap orang termasuk
penguna di luar bidang analisis.
Data titik
ordinat
-
7
Program Epi Info
Program pengolahan data khususnya di bidang kesehatan sering mengunakan aplikasi
dBase, Foxpro, dan Acces karena mempunyai fasilitas untuk dapat diprogram sesuai keinginan
kita. File yang beada dalam bentuk dBase, Foxpro, dan Acces dapat di baca dengan program lain
sehingga analisis yang kita inginkan akan lebih mudah. Program ini juga mefasilitasi program
lain untuk melakukan analisis lebih lanjut.
Berikut merupakan program epi info yang umum digunakan
Program ini menyediakan berbagai menu antara lain, menu Make View yang diguakan
untuk membuat instrumen/kuesioner yang nantinya dapat di manfaatkan utuk entri data. Menu
Enter data menu yang digunakan untuk melakukan entri data sesuai informasi yang ada pada
kuesioner sehingga peran dari entri data tinggal memasukan isian sesuai kuesioner. Program epi
info sering digunakan di bidang kesehatan, sehingga tidak semua orang mampu menggunakan
program tersebut untuk pengelolaan data, karena membutuhkan pengetahuan dasar tentang
pemrograman komputer. Program epi info pada prinsipnya mengeluarkan data dalam bentuk
acces.
-
8
Menu Analyse Data dapat dimanfaatkan untuk analisis data dan pada menu analisis
menyediakan berbagai fasilitas untuk membaca data dari program lain seperti program exel.
Menu analisis menyediakan berbagai menu analisis yang kompleks sehingga dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan banyak hal. Untuk detail analisis akan di bahas pada bab berikutnya.
Menu Creative Maps dapat dimanfaatkan untuk membuat peta digitasi atau membaca data dalam
bentuk shp. Untuk pemanfaatan pemetaan diperlukan keahlian dalam mengoprasionalkan
program analisis data.
3.3. Program Health Mapper
Program health mapper merupakan salah satu program khusus pemetaan yang dapat
digunakan untuk aktivitas analisis berbasis geografis. Software ini merupakan sofware open
source yang dapat di download secara geratis. Berikut merupakan gambar sofware health
mapper.
-
9
BAB IV
PEMANFAATAN PROGRAM EXEL, EPI INFO
4.1. Membaca Data dari Format Exel
Untuk mengoperasionalkan analisis data dengan program epi info dapat dilakukan dengan
merubah data yang semula dalam bentuk exel dapat di baca oleh program epi info. Adapun
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Buka menu utama epi info, kemudian klik menu Analysis data, sehingga layar terlihat
sebagai berikut:
2. Kemudian buka data dalam bentuk exel 8.0 dengan mengaktifkan menu Ok, kemudian
memilih file yang ingin di baca dalam menu epi info, pada layar akan tampak gambar
sebagai berikut:
-
10
-
11
3. Kemudian memilih file yang ingin di baca, sehingga terlihat seperti gambar berikut:
Ini adalah hasil data yang di baca oleh program epi info. Data tidak ada perubahan dari
data exel sebelumnya.
4. Setelah data bisa di baca dalam menu analisis epi info kemudian data dilanjutkan pada
analisis yang di inginkan. Pada menu epi info terdapat berbagai fasilias untuk merubah
variabel, melakukan perhitungan dan melakukan berbagai analisis.
5. Detail menu analisis yang ada di program epi info seperti terlihat pada tabel berikut:
Kelebihan-kelebihan dalam menu analisis seperti terlihat pada gambar berikut:
-
12
6. Ada beberapa kelebihan dalam pemanfaatan analisis pada menu efi info. Dalam menu epi
info terdapat analisis bivariat yang menlihat hubungan, perbedaan atau analisis
mutlivariat yang melihat seperti regresi logistik, atau regresi linier atau analisis kaplan-
meier survival yang melihat laju waktu kejadian,
4.2. Merubah variabel, merubah skala variabel.
Langkah merubah variabel dapat melalui menu recode.
Langkah-langkah sebagai berikut:
1. Buka menu utama epi info
2. Kemudian pilih variabel yang akan dilakukan recode dengan mengaktifkan menu recode
Seperti terlihat pada gambar berikut:
Menu
analisis
bivariat
Menu Analisis
Multivariat
-
13
Kemudian pilih variabel yang di inginkan dan variabel yang baru dengan memberikan
nama pada variabel baru (jika di rubah ke dalam variabel baru). Jika tidak di rubah dalam
variabel baru maka variabel tetap seperti terlihat pada gambar berikut:
3. Kemudian masukkan kolom form nama variabel yang ingin di rubah dan To masukan
variabel yang ingin dirubah dengan nama baru atau lama.
Kemudian aktifkan menu OK. Secara otomatis data akan berubah dengan membuat kode
Var
iab
el
-
14
4.3. Mengubah / membaca Data
Program exel merupakan progam yang multi fungsi untuk kegiatan perhitungan karena
sofware exel lebih praktis dan general untuk di gunakan. Perkembangan teknologi menuntut
adanya saling koordinasi antar satu sofware dengan sofware lain yang dapat di manfaatkan untuk
kegiatan analisis.
Health mapper merupakan salah satu menu yang digunakan untuk kegiatan analisis data
LANGKAH DALAM MERUBAH DATA DARI BENTUK EXEL KEDALAM BENTUK
Dbase.
1. Buka menu exel (jika data dalam bentuk exel)
2. Kemudian rubah dari data bentuk exel menjadi data bentuk dBase dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Buka menu utama epi info, seperti terlihat pada gambar berikut:
Data dalam bentuk
exel
-
15
Aktifkan menu Read untuk membaca data dalam bentuk lain dalam hal ini data dalam
bentui exel.
-
16
Kemudian cari file yang akan di baca, cari file exel dimana file berada seperti gambar
berikut:
Dalam hal ini contoh yang ingin di baca untuk data dalam bentuk exel dengan nama
ManData3 yang, kemudian buka file data dalam bentuk exel tersebut, seperti terlihat
pada tabel berikut:
-
17
Kemudian OK untuk membuka menu file dalam versi exel, sehingga pada layar akan
tampak gambar seperti berikut:
Data dalam versi exel sudah siap untuk di transformasi ke data dBase. Untuk
mengaktifkan atau mentransfer data kedalam versi lain /dalam bentuk lain.
-
18
Untuk memulai melakukan transfer data dalam bentuk dBase aktifkan menu export,
seperti terlihat pada gambar berikut:
Kemudian, setelah data dalam bentuk Dbase data dapat di baca dalam versi lain.
Pilihan data
base yang di
inginkan
-
19
Kemudian pilih data dBase IV
Kemudian memberikan nama file baru dalam versi Dbase seperti terlihat pada gambar
berikut:
-
20
Kemudian setelah memberikan nama file kemudian dalam kolom data tabel ketik
angka 1. Seperti terlihat pada gambar berikut:
-
21
Data dalam bentuk dBase sudah tersedia. Kemudian tutup menu epi info melalui
menu exit. Data dalam versi Dbase sudah tersedia di komputer sehingga untuk
membukan file perlu diperhatikan tempat file tersebut di simpan agar tidak lupa.
-
22
BAB V
APLIKASI HEALTH MAPPER
Program health mapper merupakan program yang digunakan untuk pemetaan khususnya
di bidang kesehatan. Program health mapper merupakan program yang diterbitkan oleh WHO
yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan di bidang kesehatan. Program health mapper
menyediakan vitur untuk digitasi dan dapat membaca data dalam bentuk Dbase atau data shp.
5.1. Pembacaan data dari Program Lain
Untuk membuat peta tematik dalam program health mapper menyediakan fasilitas untuk
membuat peta tematik. Langkah-langkah dalam membut peta tematik seperti berikut:
1. Membuka menu utama untuk memulai aktifitas kegiatan analisis dengan mengunakan
sofware health mapper, dengan mengaktifkan sofware health mapper dan memulai
memulai untuk kegiatan analisis seperti terlihat pada gambar berikut:
2. Contoh untuk memulai kegiatan analisis data menunakan kecamatan yang berada
diwilayah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Kemudian buat peta yang sesuai dengan data
-
23
titik ordinat yang ada dalam peta, misalkan data NGEMPLAK, DEPOK dst.. seperti pada
gambar beriut:
3. Kemudian aktifkan dan memilih level atau tingkat administratif yang di inginkan. Dalam
peta ini tersedia peta tematik level desa, tetapi dalam modul ini akan dipilih level tingkat
kecamatan, seperti terlihat pada gambar berikut:
Data peta yang akan di pilih
berdasarkan status administratif
-
24
4. Kemudian memulai membut peta dengan menaktifkan Kecamatan yang akan di pilh
untuk dilakukan analisis data seperti berikut:
5. Dalam hal ini 3 kecamatan di wilayah kerja Kabupaten Sleman kita pilih seperti terlihat
pada gambar tersebut diatas. Setelah peta tersebut di buat maka kita dapat melakukan
-
25
perubahan dengan memberi nama dengan mengaktifkan menu yag berada di Layer
Properties. Karena ada 3 kecamatan dalam data maka peta di buat 3 kecamatan seperti
terlihat pada gambar Berikut:
6. Data dalam bentuk peta sudah siap dilakukan analisis sehingga untuk melakukan analisis
diperlukan data dalam versi lain. Untuk kegiatan analisis pemetaan biasanya peta tetep
(NGEMPLAK, DEPOK, KALASAN) yang berubah adalah variabel yang ingin
dilakukan analisis.
5.2. Pembacaan/Penambahan Data dengan file exel
Untuk melakukan kegiatan analisis kita membutukan data dalam versi exel untuk
dimasukan kedalam peta tersebut. Langkah-langkah dalam melakukan analisis health mapper
dengan mengunakan data dalam bentuk exel sebagai berikut:
1. Buka menu utama health mapper yang sudah ada peta tematiknya. Kemudian pilih get
external data untuk mengambil data dari dBase
Menu untuk
menejemen
peta
-
26
2. Kemudian memasukan data dalam versi exel dengan mengaktifkan Get External Data
pada menu epi info. Kemudian pilih file yang akan di baca dalam bentuk Dbase, seperti
terlihat pada gambar berikut:
-
27
3. Kemudian buka data dBase pada tempat yang tadi menyimpan dengan mengaktifkan
menu seprti terlihat pada gambar berikut:
4. Kemudia klik OK. Maka data base dalam program health mapper sudah tersedia. Setelah
menu data Dbase diaktifkan sehingga pada layar terlihat pada tabel berkut:
-
28
5. Kemudian setelah data versi exel terbuka dalam program health mapper maka pada layar
terlihat pada gambar berikut:
6. Gambar berikut menyajikan data pemetaan dan data exel sehingga untuk mengabungkan
data aktifkan menu JOIN agar data peta dan data exel dapat singkron. Seperti terlihat
pada gambar berikut:
-
29
7. Kemudian aktifkan menu joint sehingga pada layar seperti terlihat pada gambar berikut:
-
30
8. Kemudian simpan dan keluar melalui menu save and exit. Data dalam versi exel dan peta
digitasi sudah siap dilakukan analisis.
-
31
BAB VI
STUDI KASUS
Faktor epidemiologis yang meliputi ketingian lokasi, jarak pelayanan bidan, terkait dengan
kegawatdaruratan obstetrik seperti terlihat pada gambar :
Keterangan:
Radius 1 KM Tidak gawat obstetric Gawat obstetric
Gambar Faktor Epidemiologis yang Terkait dengan Kegawatdaruratan Obstetrik.
Gambar Menunjukkan bahwa wilayah kerja Puskesmas Imogiri cenderung berada pada
daerah ketinggian yang didapatkan beberapa kasus perdarahan berada pada kondisi kemiringan.
Kasus perdarahan diluar radius jangkauan pelayanan bidan maupun BPS. Jika dilihat pada aspek
kondisi transportasi jalan didapatkan bahwa sebagian kasus perdarahan berada pada daerah
-
32
dengan kondisi jauh dari jalan utama desa. Sehingga akses lebih sulit untuk terhubung dengan
daerah lain.
Jika dilihat dari aspek faktor ibu hamil yang menyebabkan terjadinya eklamsi terkait
dengan pelayanan bidan desa dan puskesmas pada ibu hamil seperti terlihat pada gambar :
Keterangan:
Radius 1 KM Tidak eklamsi Eklamsi
Gambar Faktor Spasial Pelayanan Puskesmas, Pelayanan BPS yang Terkait dengan Lokasi Eklamsi di
Tempat Penelitian.
Gambar menunjukkan bahwa wilayah kerja Puskesmas Imogiri cenderung berada pada
daerah ketinggian yang didapatkan beberapa kasus eklamsi berada pada kondisi kemiringan.
Selain itu beberapa kasus eklamsi di luar radius jangkauan pelayanan bidan maupun BPS. Jika
dilihat pada aspek kondisi transportasi jalan didapatkan bahwa sebagian kasus eklamsi berada
-
33
pada daerah dengan kondisi jauh dari jalan utama desa, sehingga akses lebih sulit untuk
terhubung dengan daerah lain.
Jika dilihat distribusi penyebaran kasus perdarahan, eklamsi dan riwayat abortus di
masing-masing kecamatan, berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja puskesmas Imogiri
seperti terlihat pada gambar berikut:
Keterangan:
Radius 3 KM
Tidak perdarahan
Perdarahan
puskesmas
Gambar Distribusi Ibu Hamil yang Mengalami Perdarahan di Wilayah Puskesmas Imogiri Menurut
Keberadaan Bidan Praktek dan Puskesmas.
Gambar menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami perdarahan di wilayah kerja
puskesmas Imogiri sebagian diluar jangkauan pelayanan puskesmas dengan radius 3 kilo meter.
Beberapa lokasi juga tidak didapatkan pelayanan BPS di wilayah kerja puskesmas imogiri.
-
34
Jika dilihat dari distribusi ibu hamil yang mengalami eklamsi di wilayah kerja puskesmas
Imogiri seperti terlihat pada gambar berikut:
Keterangan:
Keberadaan BPS
Tidak eklamsi
Eklamsi
Puskesmas
Gambar Distribusi Ibu Hamil yang Mengalami Eklamsi Di Kecamatan Imogiri Menurut Letak
Puskesmas dan Bidan Praktek Swasta.
Gambar menunjukkan bahwa wilayah kerja puskesmas imogiri 1 sarana pelayanan
kesehatan yang ada puskesmas Imogiri 1 dan untuk sarana rumah sakit tidak tersedia. Dilihat
dari sarana BPS di wilayah kerja puskesmas imogiri terdapat 4 BPS. Jika dilihat distribusi
penyebaran perdarahan yang terkait dengan jangkauan pelayanan rumah sakit di kecamatan
Bantul seperti terlihat pada gambar berikut:
-
35
Keterangan:
Puskesmas
Tidak perdarahan
Perdarahan
RS Radius 3 km BPS
Gambar Distribusi perdarahan di Kecamatan Batul berdasarkan jangkauan puskesmas dan
rumah sakit.
Gambar menunjukkan bahwa pada wilayah kerja puskesmas bantul sebagian besar berada
dalam jangkauan pelayanan rumah sakit dengan radius 3 kilo. Beberapa kasus perdarahan berada
di kondisi dekat jalan. Pada wilayah puskesmas bantul terdapat 2 pelayanan rumah sakit.
Jika dilihat dari aspek kondisi eklamsi di wilayah kerja puskesmas Batul seperti terlihat
pada gambar berikut:
-
36
Keterangan:
Keberadaan BPS
Tidak eklamsi
Eklamsi
Rumah sakit Radius 3 km puskesmas
Gambar. Distribusi Eklamsi Berdasarkan Jangkauan Rumah Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Bantul
Berdasarkan gambar menunjukkan bahwa penyebaran tempat pelayanan RS di wilayah
kerja puskesmas bantul 1 mengumpul di desa Bantul. kasus kejadian eklamsi sebagian besar
dekat dengan pelayanan rumah sakit dengan radius kurang dari 3 kilo meter.
-
37
BAB VII
PENUTUP
Modul ini berisikan tentang pemanfaatan teknologi informasi dan beberapa manfaat
sofware dalam pengolahan dan analisis data. Pada modul ini juga berisi tentang studi kasus yang
sudah dikerjakan dalam penelitian. Sofware yang digunakan dalam modul ini antara lain
sofware health mapper, sofware epi info dan Ms Exel. Pada modul ini juga dilengkapi aplikasi
singkat tentang pemanfaatan pengunaan sofware dengan mengambil contoh dari penelitian-
penelitian yang sudah dikerjakan.
Contoh-contoh aplikasi hasil analisis dalam modul ini merupakan hasil perpaduan
aplikasi analisis dalam penelitian yang telah dilakukan. Pada modul ini juga dibahas tentang
hasil-hasil penelitian dan interpretasi data penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
badan kesehatan dunia yang telah mengeluarkan software health mapper, epi info yang bersifat
open source. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian modul ini.
-
38
REFERENSI
Gething et al., (2012) Gething, P. W., Johnson, F. A., Ainguah, F. F., Nyarko, P., Baschieri, A.,
Aboagye, P., Falkingham, J., Matthews, Z., and Atkinson, P. M., (2012) Geographical
access to care at birth in Ghana: a barrier to saFe motherhood, BMC Public Health 2012,
12:991, http://www.biomedcentral.com/1471-2458/12/991
Moïsi et al., (2010) Moisi, J., Gatakaa, H., Noor, A. M., Williams, T. N., Bauni, E., Tsofa., B,
Levine,O., Scott, J. A., (2010) Geographic access to care is not a determinantof child
mortality in a rural Kenyan setting with high health facility density BMC Public Health
2010, 10:142, http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/142
Nielsen, P. E., Thomson, B. A., Jackson, R. B., Kosman, K. & Kiley, K. C. (2000) Standard
obstetrik record charting system: evaluation of a new electronic medical record. Obstet
Gynecol, 96(6): 1003-8.
Root, E.D., (2013) Moving Neighborhoods and Health Research Forward: Using Geographic
Methods to Examine the Role of Spatial Scale in Neighborhood EfFects on Health, Ann
Assoc Am Geogr. Author manuscript; available in PMC 2013 September 01.; 102(5):
986–995. doi:10.1080/00045608.2012.659621
Rytkönen, M.J.P (2004) Not All Maps Are Equal: GIS ad Spatial Analysis In Epidemiology,
International Journal of Circumpolar Health 63:1 2004
Seng, S.B., Chong, A.K., Moore, A., (2005) Geostatistical Modelling, Analysis and Mapping of
Epidemiology of Dengue Fever in Johor State, Malaysia Presented at SIRC 2005 – The
17th Annual Colloquium of the Spatial Information Research Centre University of Otago,
Dunedin, New Zealand November 24th-25th 2005.
Susanto (2014) Model Analsis Faktor Risiko Komplikasi Kehamilan Berbasis Geographic
Information System (GIS) Di KABUPATEN BANTUL, Universitas Airlangga Surabaya,
Disertasi.
Tatem, A. J., Adamo, S., Bharti, N., Burgert, C. R., Castro, M., Dorelien, A., Fink, G., Linard,
C., John, M., Montana, L., Montgomery, M. R., Nelson, A., Noor, A. M., Pindolia, D.,
Yetman, G., and Balk, D., (2012) Mapping populations at risk: improving spatial
demographic data for inFectious disease modeling and metric derivation Mapping
populations at risk: improving spatial demographic data for inFectious disease modeling
and metric derivation, Population Health Metrics 2012, 10:8,
http://www.pophealthmetrics.com/Content/10/1/8
http://www.biomedcentral.com/1471-2458/12/991http://www.biomedcentral.com/1471-2458/10/142http://www.pophealthmetrics.com/Content/10/1/8