bab i pengantar 1.1 latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENGANTAR
Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengenalan
diri, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan yang
diperlukan dirinya, serta masyarakat, bangsa dan negara.
Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Kamlasi, 2010).
Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP
merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal
di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat).
Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun,
mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah
Pertama menjadi program Wajar (wajib belajar) 9 Tahun yaitu
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (depdiknas,
2011) .
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
disediakan bagi para siswa untuk menuntut ilmu. Selama
belajar di sekolah, para siswa diwajibkan untuk mengikuti
2
semua mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah
ditetapkan. Salah satu mata pelajaran yang diberikan di
semua sekolah, baik di jenjang pendidikan dasar maupun
pendidikan menengah, adalah matematika. Damayanti (2008),
mengatakan matematika merupakan salah satu bidang studi
yang menduduki peranan penting dalam pendidikan.
Kegunaan matematika tidak hanya dalam bidang keilmuwan
saja, tetapi matematika mempunyai peranan penting dalam
kehidupan sehari hari. Banyak persoalan yang dapat
diselesaikan dengan matematika. Liebeck (dalam Fatimah,
2005) mengungkapkan matematika berguna untuk kehidupan
sehari-hari seperti perdagangan, perindustrian dan ilmu
pengetahuan. Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
tujuan diberikannya pelajaran matematika mulai dari tingkat
sekolah dasar hingga sekolah menengah adalah
mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu
berkembang. Akan tetapi Karakteristik matematika yang
abstrak dan sistematis menjadi salah satu alasan sulitnya
siswa mempelajari matematika serta menjadikan kurang
berminat dalam mempelajarinya.
Nawangsari (2007) menyatakan bahwa matematika
sejak dulu memang dianggap oleh siswa sebagai pelajaran
yang sulit dan menakutkan. Misalnya kecenderungan siswa
untuk menghafal rumus matematika; sebagian besar siswa
menganggap bahwa matematika itu penuh dengan rumus
yang membuat mereka pusing tujuh keliling, sehingga mereka
3
berusaha untuk menghapal semua rumus yang telah
dipelajari. Hal inilah yang membuat matematika sulit, jika
matematika harus dihafal, maka akan sulit sekali
penerapannya untuk menyelesaikan permasalahan yang
berhubungan dengan masing-masing konsep (Andini, 2010).
Pentingnya penguasaan dan manfaat di bidang
matematika, menaruh perhatian terhadap proses penguasaan
matematika dalam konteks pendidikan. Semua pihak
berupaya agar siswa dapat menguasai matematika. Usaha
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan
mengajar guru dalam bidang studi matematika telah banyak
dilakukan, antara lain penyediaan buku paket, penataran
guru bidang studi matematika dan kelengkapan alat-alat
peraga matematika. Ternyata yang terjadi di lapangan
(sekolah) terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan
dari prestasi belajar matematika yang ditunjukan siswa,
masih belum memuaskan. Umar (dalam Fatimah, 2005)
mengakui kemampuan anak Indonesia pada mata pelajaran
matematika dan IPA memang relative rendah. Rendahnya
prestasi belajar matematika di Indonesia juga diperkuat oleh
hasil survey pengukuran dan penilaian pendidikan oleh The
Third International match and Science study Report (TIMSS-R)
pada tahun 1999. Dari 38 negara peserta yang dinilai,
Indonesia berada pada peringkat 34 untuk mata pelajaran
matematika (www.depdiknas.go.id).
Salah satu lembaga pendidikan menengah yang populer
di kalangan masyarakat Kota So’e adalah Sekolah Menengah
4
Pertama Negeri 1 So’e. Dengan salah satu visi mereka yakni
‘’Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
terutama dibidang sains dan matematika’’. Hal tersebut yang
membuat peneliti ingin meneliti apakah prestasi matematika
sejalan dengan salah satu visi tersebut, sehingga dari sekian
banyak SMP di kota So’e peneliti memilih SMP Negeri 1 So’e
untuk dijadikan tempat penelitian. Dan kelas VIII/2 di pilih
oleh penulis untuk dijadikan sampel penelitian. Kelas VIII di
pilih oleh penulis untuk dijadikan sampel penelitian adalah
agar siswa mulai diyakinkan bahwa pelajaran matematika
juga merupakan pelajaran yang penting dari pelajaran-
pelajaran yang lain yang akan di ujikan pada Ujian Nasional
(UN) ketika mereka melangkah ke jenjang kelas IX/3 nantinya,
penelitian ini menekankan khususnya kepada siswa/i agar
mempersiapkan diri sedini mungkin agar mereka tidak ‘’kaget’’
pada saat menerima pelajaran matematika yang lebih
kompleks/susah di jenjang kelas IX/3. Gambaran umum
proses belajar mengajar di sekolah adalah siswa diwajibkan
mengikuti proses belajar sesuai dengan jadual yang telah
diatur oleh sekolah baik pada jam pelajaran wajib maupun
pada les tambah diluar jam pelajaran sekolah. Guru
diharuskan melaksanakan KBM (kegiatan belajar mengajar)
sesuai jadwal dengan memperhatikan waktu mengajar sesuai
jam mengajar dalam hal ini tepat waktu dengan menggunakan
metode pembelajaran yang bervariasi.
Hasil prestasi belajar dilihat dari nilai raport siswa
dikategorikan bahwa prestasi belajar matematika adalah
5
cukup; dilihat dari presentasi nilai raport yang baik: 62,077 %
dan yang buruk : 37, 923 %. Hasil Ujian Nasional matematika
2011 sebesar 9,40. Fenomena pada prestasi belajar
matematika menurut pengamatan seorang guru Matematika
SMPN 1 So’E adalah guru sering menghadapi kendala ketika
memberikan tugas PR maupun tugas langsung pada siswa di
kelas. Tetapi yang menjadi perhatiannya adalah kenapa pada
saat pelajaran matematika berlangsung di kelas banyak siswa
yang menunjukan sikap negatif, misalnya malas, ragu-ragu/
takut dalam memberikan jawaban, bolos, melamun dan
sebagainya. Hal lain yang menjadi sorotan penulis adalah
ketika ikut terlibat dalam proses kegiatan belajar matematika
yang berlangsung di dalam kelas pada beberapa kelas pada
saat guru memberikan penjelasan tentang matematika,
beberapa siswa tidak mengikuti penjelasan dari guru dan
mereka sedang melakukan aktifitas lain seperti melamun,
bercerita dengan teman sebangku mereka, disamping itu juga
ada sebagian yang memperhatikan dan mencatat penjelasan
dari guru walaupun semuanya sudah dibeberkan dan tersedia
di buku cetak, ditambah ketika diberikan latihan soal
matematika rata-rata nilai yang di dapat adalah sedang. Dari
hasil wawancara pada beberapa siswa pada SMP Negeri 1 Soe,
mengatakan bahwa mereka merasa bosan dan malas untuk
mengikuti pelajaran matematika. Alasannya adalah proses
belajar matematika berada pada akhir jam pelajaran sekolah.
Dan hal-hal yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung
adalah banyak siswa yang tidur-tiduran di dalam kelas ketika
6
guru sedang melangsungkan pembelajaran. Lebih lanjut
mereka mengatakan bahwa ada siswa yang sering bolos ketika
pelajaran matematika berlangsung dikarenakan dari mereka
merasa takut tidak mengerjakan PR. Hal yang membuat
mereka malas dalam menerima pelajaran matematika adalah
banyak rumus-rumus matematika yang menurut mereka
susah untuk dihafalkan, dan juga ketika mereka belajar
mengenai bangun ruang. Pengakuan dari mereka adalah
mereka takut dan malu/ragu-ragu ketika guru meminta
mereka untuk mengerjakan soal-soal matematika di dalam
kelas. Hal ini terlihat ketika guru meminta mereka untuk
maju ke depan dan menyelesaikan pekerjaannya di papan
tulis.
Menurut guru yang mengampu pelajaran matematika
mengatakan bahwa, siswa yang tidak memiliki keyakinan diri
dan niat dalam mengikuti pelajaran matematika di kelas.
Lanjutnya mereka katakan bahwa mereka memberikan
kebebasan penggunaan fasilitas baik berupa buku cetak,
internet, perpustakaan, untuk mencari dan belajar sesuatu hal
yang bersangkutan dengan matematika tetapi hal tersebut sia-
sia. Dikatakan oleh Spears dan Jordan (dalam Prakoso,1996),
siswa di sekolah dapat mencapai keberhasilannya jika siswa
merasa mampu untuk berhasil, dan arti keberhasilan itu
dianggap penting. Dampak yang ada yang dikatakan oleh guru
matematika adalah hasil pra-ujian nasional matematika untuk
kelas IX/3 pada pelajaran matematika masih tergolong
rendah, karena didapati ada peserta didik yang tidak bisa
7
mencapai hasil yang baik dari standar yang diberikan oleh
guru. Bagi siswa yang mendapat hasil yang rendah akan
dilakukan tes ulang dengan soal yang sama tetapi hasilnya
tetap sama. Penulis juga melakukan wawancara dengan
beberapa siswa kelas IX/3 menyangkut dengan hasil pra-ujian
nasional matematika. Mereka mengatakan bahwa mereka
merasa takut ketika dihadapi dengan soal-soal bangun ruang
seperti menghitung sisi segitiga sama kaki, trapesium,
menghitung jari-jari sebuah lingkaran dan juga soal-soal
cerita. Mereka mengatakan lebih lanjut bahwa mereka sudah
belajar tetapi ketika dihadapkan dengan soal-soal tersebut
mereka tidak bisa mengerjakannya. Hal ini yang menjadi
dasar penulis untuk memilih kelas VIII/2 untuk dijadikan
sampel penelitian. Tujuannya agar siswa/i siap pada saat
melaksanakan UN ketika naik ke jenjang kelas IX/3.
Berdasarkan dengan adanya masalah yang berkaitan
dengan matematika tersebut pada siswa/I SMP N 1 So’e dan
fenomena yang terjadi, maka langkah-langkah yang harus
diambil adalah mencari solusi atau cara untuk memerangi
kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, dilihat
dari faktor-faktor yang berpengaruh kuat pada prestasi
belajar matematika.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi prestasi belajar
antara lain yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut
Winkel, (dalam Fatimah, 2005) proses belajar mengajar
matematika ini dipengaruhi oleh keadaan awal yang
mencakup faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa
8
(faktor internal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri
siswa (faktor eksternal). Faktor internal antara lainnya
mencakup intelegensi, motivasi, sikap, efikasi diri, minat dan
kondisi fisik. Sedangkan faktor eksternal meliputi guru,
keluarga, sekolah dan peer group. yang menjadi sorotan
berdasarkan fenomena di lingkungan sekolah tersebut adalah
pada diri siswa yang bersangkutan karena untuk memiliki
nilai hasil belajar yang baik harus memiliki keyakinan dan
juga motivasi dari dalam dirinya.
Menurut Suryabrata, 1993 (dalam Fatimah, 2005),
prestasi belajar itu dipengaruhi oleh dua faktor. Salah satunya
adalah faktor internal seperti efikasi diri. Di dunia pendidikan
efikasi diri mempunyai peranan penting dalam mencapai
prestasi belajar, karena tanpa efikasi diri yang tinggi siswa
tidak dapat berprestasi secara optimal. Siswa yang memiliki
efikasi diri tinggi akan memperlihatkan prestasi belajar yang
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki self
efficacy rendah, Zimmerman (dalam Fatimah, 2005). Hal ini
dilihat dari sumber–sumber efikasi diri yang antara lainnya
menurut Bandura (dalam Gerrits, 2008) adalah pencapaian
prestasi, meniru, persuasi sosial dan kondisi fisik. Keempat
hal tersebut berpengaruh pada tinggi rendahnya efikasi diri
pada diri individu dalam pencapaian prestasi belajar.
Prakoso (1996) dalam jurnalnya mengatakan efikasi diri
yaitu keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mampu
melaksanakan tingkah laku yang dibutuhkan dalam suatu
tugas. (Bandura, 1995) dalam teori belajar kognitif sosialnya
9
mengungkapkan efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan
kemampuan dirinya untuk mengatur dan melakukan suatu
tindakan. Begitu pula dalam pelajaran matematika, bila ia
merasa yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugas-tugas
matematika dengan baik, maka ia akan menunjukan usaha
dan bekerja lebih keras untuk memecahkan suatu masalah
yang dihadapainya. Sebaliknya ia merasa kurang yakin akan
kemampuan dirinya, maka ia akan mudah menyerah dan
tidak berusaha mencari jalan untuk pemecahan masalah.
Selanjutnya efikasi diri terbentuk dari pengalaman-
pengalaman terdahulu yang diperoleh seseorang. Bila seorang
siswa seringkali mendapat prestasi yang kurang baik dalam
mata pelajaran matematika maka akan terbentuk efikasi diri
yang rendah. Ia akan merasa kurang mampu dalam
memecahkan masalah-masalah pada mata pelajaran
matematika.
Hal ini didukung oleh Feltz (dalam Gerrits, 2008) yang
mengemukakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan yang ada
di dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan
tertentu secara tuntas. Semakin tinggi efikasi diri yang di
miliki individu, maka akan semakin tinggi pula motivasi
individu tersebut untuk memperbesar usahanya agar
mencapai hasil yang lebih optimal. Tapi di Indonesia sendiri,
banyak di antara para pendidik, khususnya dibidang
matematika belum sadar bahkan belum mengetahui fakta
bahwa salah satu aspek psikologi yang dinamakan efikasi diri
ini dapat mempengaruhi pencapaian prestasi seorang siswa.
10
Semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki seorang siswa, maka
akan semakin baik prestasi yang mampu dicapainya. Begitu
juga sebaliknya, semakin rendah efikasi diri yang dimiliki
seorang siswa, maka akan semakin rendah pula prestasi yang
mampu dicapai siswa tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Retnaning (2008)
mengenai hubungan antara self efficacy dengan prestasi
belajar matematika siswa SMA Laboratorium Universitas
Negeri Malang menunjukan ada hubungan positif yang
signifikan antara efikasi diri dengan prestasi belajar
matematika dengan r = 0,974, p = 0,000 < 0,05. Hasil
penelitian oleh Fatimah (2005) mengatakan bahwa ada
kontribusi yang positif antara efikasi diri dengan prestasi
belajar matematika sebesar 23,4%. Hal ini dilihat dari hasil
regresi antara efikasi diri dengan prestasi belajar matematika
berpengaruh dengan R Square = 0,21 artinya variabel efikasi
diri dapat menjelaskan variabel-variabel prestasi belajar
matematika sebesar 2,1%.
Hal-hal di atas menunjukan bagaimana self-efficacy
dapat memengaruhi prestasi belajar siswa, tetapi ada juga
faktor lain yang memengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu
faktor motivasi belajar siswa itu. Adapun faktor-faktor lainnya
yang turut mempengaruhi prestasi belajar, seperti
dikemukakan oleh Ahmadi dan Supriyono (2004)
mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar salah satunya adalah dari
faktor internal yaitu motivasi. Motivasi merupakan perubahan
11
tenaga dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan
afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut
Winkel (1987) motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang memiki
motivasi belajar yang tinggi cenderung ingin mendapatkan
prestasi yang tinggi pula dibandingkan dengan orang yang
tidak memiliki motivasi.
Mc Donald (dalam Setyowati, 2007) mengatakan bahwa
motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri
seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tetapi menurut Alderfer
(dalam Setyowati, 2007), motivasi belajar adalah
kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang
didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil
belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar juga merupakan
kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara
optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik,
berprestasi dan kreatif. selanjutnya Clayton Alderfer (dalam
Setyowati, 2007) mengatakan motivasi belajar adalah suatu
dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang
(individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan,
sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan
terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Siskandar (2008)
mengenai sikap dan motivasi siswa dalam kaitannya dengan
hasil belajar matematika di SD menunjukan hubungan yang
signifikan antara motivasi dengan hasil belajar dimana r =
12
0.1928 ; α < 0.05. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati (2007) berdasarkan perhitungan pada lampiran 5
diperoleh F hitung sebesar 29,766 dengan taraf signifikansi
0,000 . Perhitungan uji hipotesis secara simultan
membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
motivasi belajar dengan hasil belajar. Kemudian penelitian
oleh Istiqomah (2009) mengatakan bahwa hubungan antara
motivasi siswa dengan hasil belajar matematika adalah positif.
Dengan korelasi parsial ry21 sebesar 0,293. Kemudian
Cleopatra (2011) dalam penelitian tesis mengenai gaya hidup
dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika,
menunjukkan tingkat sangat signifikan, karena nilai sig. =
0.000 < 0.01. Artinya hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa ada pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar Matematika dapat diterima.
Berdasarkan uraian di atas, hasil-hasil penelitian yang
ada menunjukan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri
dan motivasi belajar sebagai prediktor prestasi belajar
matematika. Akan tetapi hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya belum tentu dapat digeneralisasikan
pada tempat lain dan subyek penelitian yang berbeda, karena
melihat dari latar belakang budaya dan lingkungan tempat
penelitian yang berbeda.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah efikasi
13
diri dan motivasi belajar sebagai prediktor yang berpengaruh
secara simultan terhadap prestasi belajar matematika pada
siswa SMP N 1 So’e kelas VIII?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian yang akan dicapai adalah untuk
mengetahui pengaruh efikasi diri dan motivasi belajar secara
simultan terhadap prestasi belajar matematika pada siswa
SMP N 1 So’e kelas VIII.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Merunjuk pada tujuan penelitian di atas, maka
penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai
berikut:
1.4.1 Manfaat teoritis
Dapat memberikan suatu sumbangan pengetahuan
teori mengenai pengaruh efikasi diri (self-efficacy) dan
motivasi belajar terhadap pada prestasi belajar
matematika.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi sekolah dalam hal ini guru matematika dapat
memberikan informasi tentang pentingnya self-
efficacy dan juga motivasi belajar kepada siswa/i
dalam kehidupan di dalam lingkungan sekolah dalam
hal ini yang berkaitan dengan pelajaran matematika.
2. Bagi keluarga, diharapkan orang tua dapat
mendorong dan mendidik anak agar mau berusaha
14
dengan giat untuk meluangkan waktu belajar di
rumah sehingga anak akhirnya mempunyai
keyakinan dan dorongan dalam belajar bidang studi
matematika. Dan juga orang tua mau memberikan
sebuah pengertian bahwa matematika itu adalah
suatu ilmu yang bukan saja diterapkan dalam
lingkungan sekolah saja melainkan ilmu yang
diterapkan selama dia hidup.
3. Bagi siswa sendiri diharapkan dapat
mengembangkan kognitif mereka dalam pelajaran
matematika, yakin akan kemampuan mereka dalam
mengerjakan tugas matematika, sehingga ada
dorongan atau keinginan belajar yang tinggi agar
nantinya berpengaruh pada hasil belajarnya.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan topik
yang serupa, penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan
dan melakukan penelitian-penelitian lanjutan yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti di
sini.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis,
penulis menyusun tulisan ini ke dalam beberapa bab, antara
lain:
15
Bab I, dalam bab ini penulis menguraikan pendahuluan
yang di dalamnya membahas tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
Bab II, dalam bab ini penulis menguraikan tentang
landasan teoritis yang terdiri dari pengertian masing-masing
variabel (XI, X2, dan Y), teori masing-masing variabel, aspek-
aspek, faktor pengaruh, hasil-hasil penelitian sebelumnya,
model penelitian, serta hipotesis penelitian.
Bab III, dalam bab ini penulis menguraikan tentang
variabel penelitian, defenisi operasional, metodologi
pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur,
populasi dan sampel penelitian, serta teknik analisis data.
Bab IV, dalam bab ini penulis menguraikan tentang
deskripsi tempat penelitian, karakteristik responden, hasil uji
validitas dan reliabelitas alat ukur, hasil pengukuran variabel,
hasil uji statistik, serta diskusi.
Bab V, dalam bab ini penulis menguraikan tentang
kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.