bab i pengantar 1.1 latar belakang -...

15
1 BAB I PENGANTAR Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, serta masyarakat, bangsa dan negara. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Kamlasi, 2010). Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program Wajar (wajib belajar) 9 Tahun yaitu Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (depdiknas, 2011) . Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang disediakan bagi para siswa untuk menuntut ilmu. Selama belajar di sekolah, para siswa diwajibkan untuk mengikuti

Upload: truongmien

Post on 06-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

1

BAB I

PENGANTAR

Dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan.

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengenalan

diri, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan yang

diperlukan dirinya, serta masyarakat, bangsa dan negara.

Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (Kamlasi, 2010).

Sekolah Menengah Pertama yang disingkat dengan SMP

merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal

di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat).

Sekolah Menengah Pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun,

mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah

Pertama menjadi program Wajar (wajib belajar) 9 Tahun yaitu

Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (depdiknas,

2011) .

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang

disediakan bagi para siswa untuk menuntut ilmu. Selama

belajar di sekolah, para siswa diwajibkan untuk mengikuti

Page 2: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

2

semua mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah

ditetapkan. Salah satu mata pelajaran yang diberikan di

semua sekolah, baik di jenjang pendidikan dasar maupun

pendidikan menengah, adalah matematika. Damayanti (2008),

mengatakan matematika merupakan salah satu bidang studi

yang menduduki peranan penting dalam pendidikan.

Kegunaan matematika tidak hanya dalam bidang keilmuwan

saja, tetapi matematika mempunyai peranan penting dalam

kehidupan sehari hari. Banyak persoalan yang dapat

diselesaikan dengan matematika. Liebeck (dalam Fatimah,

2005) mengungkapkan matematika berguna untuk kehidupan

sehari-hari seperti perdagangan, perindustrian dan ilmu

pengetahuan. Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa

tujuan diberikannya pelajaran matematika mulai dari tingkat

sekolah dasar hingga sekolah menengah adalah

mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan

keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu

berkembang. Akan tetapi Karakteristik matematika yang

abstrak dan sistematis menjadi salah satu alasan sulitnya

siswa mempelajari matematika serta menjadikan kurang

berminat dalam mempelajarinya.

Nawangsari (2007) menyatakan bahwa matematika

sejak dulu memang dianggap oleh siswa sebagai pelajaran

yang sulit dan menakutkan. Misalnya kecenderungan siswa

untuk menghafal rumus matematika; sebagian besar siswa

menganggap bahwa matematika itu penuh dengan rumus

yang membuat mereka pusing tujuh keliling, sehingga mereka

Page 3: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

3

berusaha untuk menghapal semua rumus yang telah

dipelajari. Hal inilah yang membuat matematika sulit, jika

matematika harus dihafal, maka akan sulit sekali

penerapannya untuk menyelesaikan permasalahan yang

berhubungan dengan masing-masing konsep (Andini, 2010).

Pentingnya penguasaan dan manfaat di bidang

matematika, menaruh perhatian terhadap proses penguasaan

matematika dalam konteks pendidikan. Semua pihak

berupaya agar siswa dapat menguasai matematika. Usaha

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan

mengajar guru dalam bidang studi matematika telah banyak

dilakukan, antara lain penyediaan buku paket, penataran

guru bidang studi matematika dan kelengkapan alat-alat

peraga matematika. Ternyata yang terjadi di lapangan

(sekolah) terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan

dari prestasi belajar matematika yang ditunjukan siswa,

masih belum memuaskan. Umar (dalam Fatimah, 2005)

mengakui kemampuan anak Indonesia pada mata pelajaran

matematika dan IPA memang relative rendah. Rendahnya

prestasi belajar matematika di Indonesia juga diperkuat oleh

hasil survey pengukuran dan penilaian pendidikan oleh The

Third International match and Science study Report (TIMSS-R)

pada tahun 1999. Dari 38 negara peserta yang dinilai,

Indonesia berada pada peringkat 34 untuk mata pelajaran

matematika (www.depdiknas.go.id).

Salah satu lembaga pendidikan menengah yang populer

di kalangan masyarakat Kota So’e adalah Sekolah Menengah

Page 4: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

4

Pertama Negeri 1 So’e. Dengan salah satu visi mereka yakni

‘’Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

terutama dibidang sains dan matematika’’. Hal tersebut yang

membuat peneliti ingin meneliti apakah prestasi matematika

sejalan dengan salah satu visi tersebut, sehingga dari sekian

banyak SMP di kota So’e peneliti memilih SMP Negeri 1 So’e

untuk dijadikan tempat penelitian. Dan kelas VIII/2 di pilih

oleh penulis untuk dijadikan sampel penelitian. Kelas VIII di

pilih oleh penulis untuk dijadikan sampel penelitian adalah

agar siswa mulai diyakinkan bahwa pelajaran matematika

juga merupakan pelajaran yang penting dari pelajaran-

pelajaran yang lain yang akan di ujikan pada Ujian Nasional

(UN) ketika mereka melangkah ke jenjang kelas IX/3 nantinya,

penelitian ini menekankan khususnya kepada siswa/i agar

mempersiapkan diri sedini mungkin agar mereka tidak ‘’kaget’’

pada saat menerima pelajaran matematika yang lebih

kompleks/susah di jenjang kelas IX/3. Gambaran umum

proses belajar mengajar di sekolah adalah siswa diwajibkan

mengikuti proses belajar sesuai dengan jadual yang telah

diatur oleh sekolah baik pada jam pelajaran wajib maupun

pada les tambah diluar jam pelajaran sekolah. Guru

diharuskan melaksanakan KBM (kegiatan belajar mengajar)

sesuai jadwal dengan memperhatikan waktu mengajar sesuai

jam mengajar dalam hal ini tepat waktu dengan menggunakan

metode pembelajaran yang bervariasi.

Hasil prestasi belajar dilihat dari nilai raport siswa

dikategorikan bahwa prestasi belajar matematika adalah

Page 5: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

5

cukup; dilihat dari presentasi nilai raport yang baik: 62,077 %

dan yang buruk : 37, 923 %. Hasil Ujian Nasional matematika

2011 sebesar 9,40. Fenomena pada prestasi belajar

matematika menurut pengamatan seorang guru Matematika

SMPN 1 So’E adalah guru sering menghadapi kendala ketika

memberikan tugas PR maupun tugas langsung pada siswa di

kelas. Tetapi yang menjadi perhatiannya adalah kenapa pada

saat pelajaran matematika berlangsung di kelas banyak siswa

yang menunjukan sikap negatif, misalnya malas, ragu-ragu/

takut dalam memberikan jawaban, bolos, melamun dan

sebagainya. Hal lain yang menjadi sorotan penulis adalah

ketika ikut terlibat dalam proses kegiatan belajar matematika

yang berlangsung di dalam kelas pada beberapa kelas pada

saat guru memberikan penjelasan tentang matematika,

beberapa siswa tidak mengikuti penjelasan dari guru dan

mereka sedang melakukan aktifitas lain seperti melamun,

bercerita dengan teman sebangku mereka, disamping itu juga

ada sebagian yang memperhatikan dan mencatat penjelasan

dari guru walaupun semuanya sudah dibeberkan dan tersedia

di buku cetak, ditambah ketika diberikan latihan soal

matematika rata-rata nilai yang di dapat adalah sedang. Dari

hasil wawancara pada beberapa siswa pada SMP Negeri 1 Soe,

mengatakan bahwa mereka merasa bosan dan malas untuk

mengikuti pelajaran matematika. Alasannya adalah proses

belajar matematika berada pada akhir jam pelajaran sekolah.

Dan hal-hal yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung

adalah banyak siswa yang tidur-tiduran di dalam kelas ketika

Page 6: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

6

guru sedang melangsungkan pembelajaran. Lebih lanjut

mereka mengatakan bahwa ada siswa yang sering bolos ketika

pelajaran matematika berlangsung dikarenakan dari mereka

merasa takut tidak mengerjakan PR. Hal yang membuat

mereka malas dalam menerima pelajaran matematika adalah

banyak rumus-rumus matematika yang menurut mereka

susah untuk dihafalkan, dan juga ketika mereka belajar

mengenai bangun ruang. Pengakuan dari mereka adalah

mereka takut dan malu/ragu-ragu ketika guru meminta

mereka untuk mengerjakan soal-soal matematika di dalam

kelas. Hal ini terlihat ketika guru meminta mereka untuk

maju ke depan dan menyelesaikan pekerjaannya di papan

tulis.

Menurut guru yang mengampu pelajaran matematika

mengatakan bahwa, siswa yang tidak memiliki keyakinan diri

dan niat dalam mengikuti pelajaran matematika di kelas.

Lanjutnya mereka katakan bahwa mereka memberikan

kebebasan penggunaan fasilitas baik berupa buku cetak,

internet, perpustakaan, untuk mencari dan belajar sesuatu hal

yang bersangkutan dengan matematika tetapi hal tersebut sia-

sia. Dikatakan oleh Spears dan Jordan (dalam Prakoso,1996),

siswa di sekolah dapat mencapai keberhasilannya jika siswa

merasa mampu untuk berhasil, dan arti keberhasilan itu

dianggap penting. Dampak yang ada yang dikatakan oleh guru

matematika adalah hasil pra-ujian nasional matematika untuk

kelas IX/3 pada pelajaran matematika masih tergolong

rendah, karena didapati ada peserta didik yang tidak bisa

Page 7: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

7

mencapai hasil yang baik dari standar yang diberikan oleh

guru. Bagi siswa yang mendapat hasil yang rendah akan

dilakukan tes ulang dengan soal yang sama tetapi hasilnya

tetap sama. Penulis juga melakukan wawancara dengan

beberapa siswa kelas IX/3 menyangkut dengan hasil pra-ujian

nasional matematika. Mereka mengatakan bahwa mereka

merasa takut ketika dihadapi dengan soal-soal bangun ruang

seperti menghitung sisi segitiga sama kaki, trapesium,

menghitung jari-jari sebuah lingkaran dan juga soal-soal

cerita. Mereka mengatakan lebih lanjut bahwa mereka sudah

belajar tetapi ketika dihadapkan dengan soal-soal tersebut

mereka tidak bisa mengerjakannya. Hal ini yang menjadi

dasar penulis untuk memilih kelas VIII/2 untuk dijadikan

sampel penelitian. Tujuannya agar siswa/i siap pada saat

melaksanakan UN ketika naik ke jenjang kelas IX/3.

Berdasarkan dengan adanya masalah yang berkaitan

dengan matematika tersebut pada siswa/I SMP N 1 So’e dan

fenomena yang terjadi, maka langkah-langkah yang harus

diambil adalah mencari solusi atau cara untuk memerangi

kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, dilihat

dari faktor-faktor yang berpengaruh kuat pada prestasi

belajar matematika.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi prestasi belajar

antara lain yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut

Winkel, (dalam Fatimah, 2005) proses belajar mengajar

matematika ini dipengaruhi oleh keadaan awal yang

mencakup faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa

Page 8: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

8

(faktor internal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri

siswa (faktor eksternal). Faktor internal antara lainnya

mencakup intelegensi, motivasi, sikap, efikasi diri, minat dan

kondisi fisik. Sedangkan faktor eksternal meliputi guru,

keluarga, sekolah dan peer group. yang menjadi sorotan

berdasarkan fenomena di lingkungan sekolah tersebut adalah

pada diri siswa yang bersangkutan karena untuk memiliki

nilai hasil belajar yang baik harus memiliki keyakinan dan

juga motivasi dari dalam dirinya.

Menurut Suryabrata, 1993 (dalam Fatimah, 2005),

prestasi belajar itu dipengaruhi oleh dua faktor. Salah satunya

adalah faktor internal seperti efikasi diri. Di dunia pendidikan

efikasi diri mempunyai peranan penting dalam mencapai

prestasi belajar, karena tanpa efikasi diri yang tinggi siswa

tidak dapat berprestasi secara optimal. Siswa yang memiliki

efikasi diri tinggi akan memperlihatkan prestasi belajar yang

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki self

efficacy rendah, Zimmerman (dalam Fatimah, 2005). Hal ini

dilihat dari sumber–sumber efikasi diri yang antara lainnya

menurut Bandura (dalam Gerrits, 2008) adalah pencapaian

prestasi, meniru, persuasi sosial dan kondisi fisik. Keempat

hal tersebut berpengaruh pada tinggi rendahnya efikasi diri

pada diri individu dalam pencapaian prestasi belajar.

Prakoso (1996) dalam jurnalnya mengatakan efikasi diri

yaitu keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mampu

melaksanakan tingkah laku yang dibutuhkan dalam suatu

tugas. (Bandura, 1995) dalam teori belajar kognitif sosialnya

Page 9: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

9

mengungkapkan efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan

kemampuan dirinya untuk mengatur dan melakukan suatu

tindakan. Begitu pula dalam pelajaran matematika, bila ia

merasa yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugas-tugas

matematika dengan baik, maka ia akan menunjukan usaha

dan bekerja lebih keras untuk memecahkan suatu masalah

yang dihadapainya. Sebaliknya ia merasa kurang yakin akan

kemampuan dirinya, maka ia akan mudah menyerah dan

tidak berusaha mencari jalan untuk pemecahan masalah.

Selanjutnya efikasi diri terbentuk dari pengalaman-

pengalaman terdahulu yang diperoleh seseorang. Bila seorang

siswa seringkali mendapat prestasi yang kurang baik dalam

mata pelajaran matematika maka akan terbentuk efikasi diri

yang rendah. Ia akan merasa kurang mampu dalam

memecahkan masalah-masalah pada mata pelajaran

matematika.

Hal ini didukung oleh Feltz (dalam Gerrits, 2008) yang

mengemukakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan yang ada

di dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan

tertentu secara tuntas. Semakin tinggi efikasi diri yang di

miliki individu, maka akan semakin tinggi pula motivasi

individu tersebut untuk memperbesar usahanya agar

mencapai hasil yang lebih optimal. Tapi di Indonesia sendiri,

banyak di antara para pendidik, khususnya dibidang

matematika belum sadar bahkan belum mengetahui fakta

bahwa salah satu aspek psikologi yang dinamakan efikasi diri

ini dapat mempengaruhi pencapaian prestasi seorang siswa.

Page 10: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

10

Semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki seorang siswa, maka

akan semakin baik prestasi yang mampu dicapainya. Begitu

juga sebaliknya, semakin rendah efikasi diri yang dimiliki

seorang siswa, maka akan semakin rendah pula prestasi yang

mampu dicapai siswa tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Retnaning (2008)

mengenai hubungan antara self efficacy dengan prestasi

belajar matematika siswa SMA Laboratorium Universitas

Negeri Malang menunjukan ada hubungan positif yang

signifikan antara efikasi diri dengan prestasi belajar

matematika dengan r = 0,974, p = 0,000 < 0,05. Hasil

penelitian oleh Fatimah (2005) mengatakan bahwa ada

kontribusi yang positif antara efikasi diri dengan prestasi

belajar matematika sebesar 23,4%. Hal ini dilihat dari hasil

regresi antara efikasi diri dengan prestasi belajar matematika

berpengaruh dengan R Square = 0,21 artinya variabel efikasi

diri dapat menjelaskan variabel-variabel prestasi belajar

matematika sebesar 2,1%.

Hal-hal di atas menunjukan bagaimana self-efficacy

dapat memengaruhi prestasi belajar siswa, tetapi ada juga

faktor lain yang memengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu

faktor motivasi belajar siswa itu. Adapun faktor-faktor lainnya

yang turut mempengaruhi prestasi belajar, seperti

dikemukakan oleh Ahmadi dan Supriyono (2004)

mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar salah satunya adalah dari

faktor internal yaitu motivasi. Motivasi merupakan perubahan

Page 11: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

11

tenaga dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan

afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut

Winkel (1987) motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk belajar. Seseorang yang memiki

motivasi belajar yang tinggi cenderung ingin mendapatkan

prestasi yang tinggi pula dibandingkan dengan orang yang

tidak memiliki motivasi.

Mc Donald (dalam Setyowati, 2007) mengatakan bahwa

motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri

seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan

dan reaksi untuk mencapai tujuan. Tetapi menurut Alderfer

(dalam Setyowati, 2007), motivasi belajar adalah

kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang

didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil

belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar juga merupakan

kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara

optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik,

berprestasi dan kreatif. selanjutnya Clayton Alderfer (dalam

Setyowati, 2007) mengatakan motivasi belajar adalah suatu

dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang

(individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai tujuan,

sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan

terjadi.

Penelitian yang dilakukan oleh Siskandar (2008)

mengenai sikap dan motivasi siswa dalam kaitannya dengan

hasil belajar matematika di SD menunjukan hubungan yang

signifikan antara motivasi dengan hasil belajar dimana r =

Page 12: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

12

0.1928 ; α < 0.05. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh

Setyowati (2007) berdasarkan perhitungan pada lampiran 5

diperoleh F hitung sebesar 29,766 dengan taraf signifikansi

0,000 . Perhitungan uji hipotesis secara simultan

membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

motivasi belajar dengan hasil belajar. Kemudian penelitian

oleh Istiqomah (2009) mengatakan bahwa hubungan antara

motivasi siswa dengan hasil belajar matematika adalah positif.

Dengan korelasi parsial ry21 sebesar 0,293. Kemudian

Cleopatra (2011) dalam penelitian tesis mengenai gaya hidup

dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika,

menunjukkan tingkat sangat signifikan, karena nilai sig. =

0.000 < 0.01. Artinya hipotesis penelitian yang menyatakan

bahwa ada pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi

Belajar Matematika dapat diterima.

Berdasarkan uraian di atas, hasil-hasil penelitian yang

ada menunjukan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri

dan motivasi belajar sebagai prediktor prestasi belajar

matematika. Akan tetapi hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya belum tentu dapat digeneralisasikan

pada tempat lain dan subyek penelitian yang berbeda, karena

melihat dari latar belakang budaya dan lingkungan tempat

penelitian yang berbeda.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah efikasi

Page 13: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

13

diri dan motivasi belajar sebagai prediktor yang berpengaruh

secara simultan terhadap prestasi belajar matematika pada

siswa SMP N 1 So’e kelas VIII?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian yang akan dicapai adalah untuk

mengetahui pengaruh efikasi diri dan motivasi belajar secara

simultan terhadap prestasi belajar matematika pada siswa

SMP N 1 So’e kelas VIII.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Merunjuk pada tujuan penelitian di atas, maka

penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai

berikut:

1.4.1 Manfaat teoritis

Dapat memberikan suatu sumbangan pengetahuan

teori mengenai pengaruh efikasi diri (self-efficacy) dan

motivasi belajar terhadap pada prestasi belajar

matematika.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi sekolah dalam hal ini guru matematika dapat

memberikan informasi tentang pentingnya self-

efficacy dan juga motivasi belajar kepada siswa/i

dalam kehidupan di dalam lingkungan sekolah dalam

hal ini yang berkaitan dengan pelajaran matematika.

2. Bagi keluarga, diharapkan orang tua dapat

mendorong dan mendidik anak agar mau berusaha

Page 14: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

14

dengan giat untuk meluangkan waktu belajar di

rumah sehingga anak akhirnya mempunyai

keyakinan dan dorongan dalam belajar bidang studi

matematika. Dan juga orang tua mau memberikan

sebuah pengertian bahwa matematika itu adalah

suatu ilmu yang bukan saja diterapkan dalam

lingkungan sekolah saja melainkan ilmu yang

diterapkan selama dia hidup.

3. Bagi siswa sendiri diharapkan dapat

mengembangkan kognitif mereka dalam pelajaran

matematika, yakin akan kemampuan mereka dalam

mengerjakan tugas matematika, sehingga ada

dorongan atau keinginan belajar yang tinggi agar

nantinya berpengaruh pada hasil belajarnya.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan topik

yang serupa, penelitian ini juga dapat digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan

dan melakukan penelitian-penelitian lanjutan yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti di

sini.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis,

penulis menyusun tulisan ini ke dalam beberapa bab, antara

lain:

Page 15: BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2897/2/T2_832008014_BAB I.pdf · (UN) ketika mereka ... mereka untuk mengerjakan soal-soal

15

Bab I, dalam bab ini penulis menguraikan pendahuluan

yang di dalamnya membahas tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan.

Bab II, dalam bab ini penulis menguraikan tentang

landasan teoritis yang terdiri dari pengertian masing-masing

variabel (XI, X2, dan Y), teori masing-masing variabel, aspek-

aspek, faktor pengaruh, hasil-hasil penelitian sebelumnya,

model penelitian, serta hipotesis penelitian.

Bab III, dalam bab ini penulis menguraikan tentang

variabel penelitian, defenisi operasional, metodologi

pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur,

populasi dan sampel penelitian, serta teknik analisis data.

Bab IV, dalam bab ini penulis menguraikan tentang

deskripsi tempat penelitian, karakteristik responden, hasil uji

validitas dan reliabelitas alat ukur, hasil pengukuran variabel,

hasil uji statistik, serta diskusi.

Bab V, dalam bab ini penulis menguraikan tentang

kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.