bab i penerapan samakan kulit sapi.docx
TRANSCRIPT
KAJIAN PRODUKSI BERSIH PADA INDUSTRI
PENYAMAKAN KULIT SAPI
Dosen Pengampu Mata Kuliah Produksi Bersih : Hadi Prasetyo Suseno, ST., MSi.
Disusun oleh :
Nadya Alfini 1111.11.012
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS SAINS TERAPAN
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRINDYOGYAKARTA
2013
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..........……..
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..........……..
PRAKATA ………………………………………………………………………...........
BAB I PENDAHULUAN …………………...........……………………………………..
I.1 Latar Belakang …………………………..........……………………………..
I.2 Rumusan Masalah ...……………………………............………….………...
I.3 Tujuan Makalah ..............................................................................................
I.4 Manfaat Makalah ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................
II.1 Penyamakan Kulit Sapi ..................................................................................
II.2 Kajian Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Penyamakan Kulit Sapi ...
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................
Kesimpulan ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................
ii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah “Kajian Produksi Bersih Pada Industri
Penyamakan Kulit Sapi” ini. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas acuan bagi
mahasiswa untuk bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat pada mata kuliah Produksi
Bersih.
Adapun makalah ini berisi penjelasan tentang penerapan produksi bersih pada
industri penyamakan kulit sapi meliputi proses penyamakan kulit sapi, penerapan produksi
bersih, dampak yang ditimbulkan setelah penerapan produksi bersih dijalankan dan
kendala pelaksanaan produksi bersih. Kiranya Kita semua dapat mengambil inti pokok dari
materi yang disajikan.
Makalah ini memang jauh dari Kesempurnaan, baik dalam isi,susunan maupun
penyajiannya. Untuk itu segala kritik dan saran yang membangun penulis diharapkan dari
pembaca. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Yogyakarta, 4 Desember 2013
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit sapi adalah bagian paling luar daging sapi. Kulit sapi biasanya dikeringkan
dan digoreng menjadi rambak. Kulit merupakan organ tunggal tubuh paling berat, pada
sapi sekitar 6-8%, dan domba 8-12%, dengan demikian kulit juga merupakan hasil
ikutan ternak yang paling tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai
keseluruhan by-product yang dihasilkan oleh seekor ternak.
Pada ternak hidup, kulit mempunyai banyak fungsi antara lain sebagai alat perasa,
pelindung jaringan di bawahnya, memberi bentuk, mengatur suhui tubuh, tempat
sintesis vitamin D, alat gerak pada ular, alat pernapasan pada amfibi, dan tempat
menyimpan cadangan energi terutama pada domba dan babi. Fungsi utama kulit adalah
melindungi kerusakan dan infeksi mikroba jaringan yang ada di bawahnya. Setelah
ternak dipotong, kulit akan kehilangan fungsinya, dan menjadi hasil ikutan yang akan
segera turun kualitasnya bila tidak segera disamak atau diawetkan.
Secara histologi, kulit, tersusun dari tiga lapisan
yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Epidermis merupakan bagian kulit paling atas
tersusun dari sel epitel pipih kompleks, pada lapisan ini juga terdapat asesori epidermis
seperti rambut, kelenjar minyak, kelenjar keringat, dan otot penegak rambut. Di
bawahnya terletak lapisan dermis atau kulit jangat yang tersusun dari jaringan ikat
padat. Pada lapisan paling bawah terdapat hipodermis yang tersusun dari jaringan ikat
longgar, jaringan adiposa, dan sisa daging.
Pada proses penyamakan, kulit jangat inilah yang akan disamak dan diubah
menjadi kulit samak yang bersifat lentur, fleksibel, kuat dan tahan terhadap pengaruh
cuaca dan serangan mikroba. Lapisan epidermis tersusun dari jaringan ikat keratin
yang relatif tahan terhadap serangan bahan kimia maupun agen biologi (mikroba dan
ensim). Pada kulit terdapat dua jenis keratin yaitu keratin lunak yang menyusun akar
rambut dan lapisan epidermis bawah, dan keratin keras menyusun batang rambut.
Keratin lunak mudah larut dan mudah diserang oleh ensim (misal alkalin protease),
sedangkan keratin keras sangat tahan terhadap bahan kimia dan ensim kecuali sulfida
dan keratinase.
iv
1.2 Rumusan Masalah
Adapun dari judul makalah yang tertera dapat diambil beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses penyamakan kulit sapi ?
2. Bagaimana penerapan produksi bersih pada penyamakan kulit sapi ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas ketiga mata kuliah Produksi Bersih.
2. Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dari mata kuliah Produksi Bersih.
1.4 Manfaat
Dari latar belakang dan rumusan masalah yang ada dapat kita lihat, manfaat dari
dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami proses penyamakan kulit sapi.
2. Mengetahui penerapan produksi bersih pada penyamakan kulit sapi.
v
BAB II
PEMBAHASAN
1.5 Penyamakan Kulit Sapi
1.1.1. Pengertian penyamakan kulit
Proses penyamakan kulit adalah proses pengawetan terhadap kulit binatang
dengan menggunakan berbagai bahan kimia pembantu proses. Bahan baku yang
digunakan adalah kulit binatang (sapi, kerbau, kambing dll) terutama hasil dari
rumah potong hewan (RPH).
1.1.1. Proses penyamakan kulit sapi
1.1.1.1. pra-penyamakan (beamhouse)
Pencelupan kulit dalam air selama satu malam untuk menghilangkan darah,
kotoran, larutan garam dan protein.
Menghilangkan bulu dengan perendaman dalam kapur dan sodium sulfida,
Pengolahan menggunakan larutan kapur kembali (reliming).
Pencukuran dan penghilangan mekanis jaringan ekstra dari sisi daging
kulit, selanjutnya pemisahan (menggunakan kapur) 2/3 lapisan atas dari
bagian bawah.
Penghilangan kapur dengan menggunakan asam lemah (Vatic acid) dan
pemukulan/bating dengan menggunakan bahan kimia pembantu untuk
menghilangkan sisa-sisa bulu dan protein yang hancur.
Pengawetan menggunakan larutan garam dan asam sulfur untuk
pengasaman dengan rentan pH 4-6 untuk mencegah pengendapan garam-
garam krom pada serat kulit.
vi
Gambar 1. Pencukuran Dan Penghilangan Mekanis Jaringan Ekstra Dari Sisi
Daging Kulit
1.1.1.2. penyamakan
Penyamakan krom dilakukan dengan menggunakan krom sulfat. Proses ini
untuk menstabilkan jaringan protein (collagen) dari kulit.
Gambar 2. Tanin (Rotary Drum) Sebagai Reaktor Penyamakan
1.1.1.3. Pasca penyamakan
Pressing (samming) untuk menghilangkan kelembaban kulit segar.
Pencukuran,
vii
Pewarnaan dan pelembutan kulit yang sudah disamak menggunakan
minyak-minyak emulsi (fatliquoring), didahului dengan sekali-sekali
penyamakan sekunder menggunakan tanin sintesis (syntans) dan ekstrak
penyamakan.
Pengeringan dan pencukuran akhir,
Pelapisan permukaan dan buffing (finishing)
Gambar 3. Pressing (Samming) Untuk Menghilangkan Kelembaban.
Gambar 4. Pengeringan Kulit Dengan Panas Matahari
Proses penyamakan banyak menggunakan air sebagai pelarut maupun sebagai
pembersih. Air bekas proses penyamakan akan terbuang sebagai Iimbah cair.
Kandungan pulutan dalam Iimbah cair tersebut antara lain bahan kimia pembantu
viii
proses, lemak, protein dan bahan organik lainnya dari kulit dan daging, dan padatan
(kotoran dari lokasi kerja, bulu, serpihan kulit dan daging).
Disamping menghasilkan limbah cair, usaha penyamakan juga menghasilkan
limbah padat. Limbah padat yang dihasilkan banyak mengandung serpihan kulit
dan daging, bulu, garam, kotoran dll. Limbah cair dan padat pada usaha ini
dihasilkan dad berbagai sumber (unit proses) dan setiap sumber yang ada akan
menghasilkan limbah dengan karakteristik yang berlainan. Sumber dan jenis
polutan yang ada pada setiap unit proses tersebut dapat dilihat seperti pada diagram
alir proses penyamakan kulit di bawah ini :
ix
Gambar 5. Diagram Alir Skematis Operasi Penyamakan Kulit
Gambar 6. Diagram Alir Skematis Operasi Penyamakan Lanjutan
x
1.6 Kajian Penerapan Produksi Bersih Pada Industri Penyamakan Kulit Sapi
Kajian ini adalah hasil evaluasi di sebuah industri penyamakan kulit sapi mentah.
Tujuan dari kajian adalah untuk mengusulkan suatu program produksi bersih yang
akan :
1) Mengurangi jumlah bahan beracun, bahan baku, dan energi yang dipakai dalam
proses manufakturing,
2) Mendemonstrasikan nilai ekonomi dan manfaat bagi lingkungan dari metoda
produksi bersih pada industri penyamakan
3) Meningkatkan efisiensi operasi dan kualitas produk.
Studi kasus ICIP diambil dari kegiatan-kegiatan produksi bersih di beberapa
negara. Studi kasus ini adalah sebuah contoh jenis bantuan ICIP yang disediakan
untuk industri di Indonesia. Secara keseluruhan, kajian telah mengidentifikasi
delapan peluang produksi bersih pada industri ini. Rekomendasi yang dibuat adalah :
1) Daur ulang limbah penyamakan khrom yang telah dipakai
2) Mengoksidasi sulfida yang mengandung limbah
3) Menurunkan pembuangan organik yang mudah menguap dengan mengubah
bahan untuk proses akhir
4) Mengurangi pemakaian air dengan pencucian tumpukan (batch) dan
5) Menggunakan limbah padat dari aliran limbah sebagai pupuk.
1.1.2. Latar belakang pabrik penyamakan kulit sapi
Pabrik ini adalah sebuah industri penyamakan kulit sapi mentah, menghasilkan
kulit tersamak khrom untuk bagian atas sepatu dari kulit mentah sapi garaman.
Pabrik penyamakan mempunyai kapasitas nominal lima ratus kulit mentah per hari.
Pabrik bekerja 25 hari kerja per bulan dengan produksi 400 kulit mentah per hari,
dimana berat kulit mentah rata-rata 23 kg. Jumlah kulit mentah yang diproses per
harinya adalah 9.200 kg.
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik penyamakan, berasal dari kulit mentah dan
bahan kimia yang dipakai dalam proses penyamakan. Limbah dari pabrik
penyamakan selama berproduksi setiap harinya dibuang dalam beberapa tumpukan.
1.1.3. Masalah-masalah polusi yang ada
xi
Dari hasil yang dilakukan kajian, sejumlah masalah polusi yang
diidentifikasikan di pabrik ini adalah :
1) Pembuangan khrom
2) Pembuangan VOC (Volatile
Organic Compound)
3) Pemakaian air
4) Limbah kulit,
5) Limbah sulfida
6) Benda padat yang tersuspensi
dalam buangan
7) Minyak dan lemak dalam
buangan
8) Buangan BOD
1.1.4. Peluang-peluang produksi bersih
Kajian telah mengidentifikasi delapan peluang produksi bersih yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut, dengan manfaat-manfaat yang sangat berarti, baik
bagi lingkungan maupun ekonomi. Dua dari seluruh rekomendasi dapat
dilaksanakan tanpa modal investasi.
Tindakan-tindakan yang direkomendasikan dibuat berdasarkan pada metoda-
metoda biaya efektif, yang telah dibuktikan pada berbagai aplikasi komersial.
1) Daur ulang khrom.
Larutan penyamakan khrom yang telah dipakai dikumpulkan dan tanpa
pengenceran atau kontaminasi, digunakan kembali dalam proses pengasaman
(pickling) serta penyamakan. Karena penyamakan juga menyamak kulit
belahan, larutan penyamakan khrom yang telah dipakai, juga dapat digunakan
dalam proses ini. Penyamakan kulit belahan, menghasilkan fiksasi (pengikatan)
khrom yang sangat baik sekali, sehingga konsentrasi khrom pada buangan
akhir, akan memenuhi persyaratan peraturan pembuangan. Sistem ini
menghasilkan suatu penghematan kurang lebih 25 % dalam penggunaan bahan
kimia khrom.
2) Pelarut (solvent).
Para pemasok produk-produk jadi telah mengembangkan pelarut berbasis
air, mengandung pelarut yang tidak mudah menguap. Bahan semacam ini,
sekarang telah diterima sebagai produk yang berkualitas, dan dianjurkan sekali
untuk digunakan oleh semua pihak.
3) Proses dengan air.
xii
Dalam beberapa proses pembasahan kulit mentah, ada peluang untuk daur
ulang pembilasan terakhir. Air limbah pembilasan terakhir dalam proses ini,
sama dengan cairan yang dipergunakan pada waktu pembasahan kulit mentah
untuk pertama kalinya dilakukan.
4) Limbah padat.
Menghilangkan limbah kulit padat yang dibuang, melalui cara pemotongan
(trimming) pada kulit yang disusun kembali, akan mengurangi beban pada
waktu dilakukan penimbunan tanah.
5) Modifikasi padat modal.
Menghilangkan sulfida dari buangan sangat penting sekali, karena sulfida
akan membuat pipa berkarat, menyebabkan bau yang tidak enak, serta dapat
mengakibatkan kecelakaan yang fatal. Larutan kapur sulfida yang dicuci dari
proses ini, dapat dikumpulkan tanpa terjadinya kontaminasi dari larutan-larutan
lainnya. Limbah yang dikumpulkan tersebut, dapat ditempatkan dalam sebuah
tangki, dimana sulfida akan di-oksidasi oleh udara dengan suatu katalisator.
Cara ini sangat efektif dan dapat menghancurkan sulfida dalam waktu empat
jam.
Pada tahap ini, limbah kapur yang mengandung BOD tinggi serta benda
padat tersuspensi, dapat digunakan untuk menetralisasi limbah asam yang
secara kontinu terbuang terus. Limbah asam dan alkali dari proses penyamakan
akan bereaksi menghasilkan endapan-gabungan benda padat tersuspensi dan
BOD. Proses ini dapat dilakukan dengan memakai sebuah tanki pencampur dan
pengendalian pH otomatis. Bahan pengental (coagulant) dapat pula
ditambahkan dalam tahap ini.
Aliran yang netral selanjutnya dapat mengalir ke sebuah penjernih primer
untuk mengeluarkan benda padat tersuspensi yang akan menjadi lumpur. Air
dalam lumpur dapat dihilangkan pada sebuah lapisan pasir, sehingga mencapai
50 % padat yang siap untuk dibuang. Walaupun buangan ini kadar BOD-nya
tinggi, lebih dari 80 % beban polusi telah dapat dikeluarkan. Lumpur ini
merupakan pupuk tanah yang baik, dan bila digunakan dengan tepat, akan
menghilangkan kemungkinan-kemungkinan biaya pembuangan sampah yang
tinggi.
6) Pengolahan sekunder.
xiii
Pada masa yang akan datang, suatu sistem pengolahan sekunder dapat
ditambahkan untuk mengeluarkan BOD. Sistem sekunder hanya diperlukan
untuk menjernihkan limbah, dan terdiri dari sebuah saringan menetes (trickle
filter), penjernih kedua dan/atau sebuah saringan penekan (filter press).
1.1.5. Dampak lingkungan
Dari hasil kajian penerapan produksi bersih diatas, akan menimbulkan
sejumlah manfaat positif bagi lingkungan diantaranya :
1) Daur ulang khrom akan mengurangi jumlah khrom dalam pembuangan
dengan 80 - 90 %.
2) Pengurangan pelarut (solvent) yang mudah menguap, akan menurunkan
VOC yang terbang ke udara dengan 60 - 75 %.
3) Perubahan pada pola pemakaian air, akan mengurangi volume buangan
dengan 30 %.
4) Menghilangkan limbah kulit padat yang dibuang melalui pemotongan
dalam penyusunan kembali kulit, mengurangi beban pada timbunan
tanah.
5) Dengan pengolahan primer dan sekunder, BOD dapat dikurangi dengan
75 %.
6) Ditambah lagi, pengurangan benda padat tersuspensi, akan
menimbulkan sebuah produk sampingan yang berguna dalam bentuk
pupuk organik.
xiv
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Proses penyamakan kulit sapi dibagi menjadi tiga proses, yaitu proses pra-
penyamakan (beamhouse), penyamakan dan pasca penyamakan, yang masing-masing
proses menghasilkan karakter limbah yang berbeda-beda. Sehingga diperlukan
penerapan produksi bersih dalam prosesnya.
Adapun penerapan proses produksi bersih dalam industri kulit sapi meliputi daur
ulang krom, pelarut (solvent), proses penggunaan air berulang, limbah padat, modifikasi
padat modal dan pengolahan sekunder.
Dengan diterapkannya produksi bersih dalam industri kulit sapi ini, diharapkan
memberi manfaat positif bagi lingkungan, diantaranya :
1) Daur ulang khrom akan mengurangi jumlah khrom dalam pembuangan dengan 80 -
90 %.
2) Pengurangan pelarut (solvent) yang mudah menguap, akan menurunkan VOC yang
terbang ke udara dengan 60 - 75 %.
3) Perubahan pada pola pemakaian air, akan mengurangi volume buangan dengan 30
%.
4) Menghilangkan limbah kulit padat yang dibuang melalui pemotongan dalam
penyusunan kembali kulit, mengurangi beban pada timbunan tanah.
5) Dengan pengolahan primer dan sekunder, BOD dapat dikurangi dengan 75 %.
6) Ditambah lagi, pengurangan benda padat tersuspensi, akan menimbulkan sebuah
produk sampingan yang berguna dalam bentuk pupuk organik.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Referensi kajian penerapan produksi bersih pada Industri Kulit Sapi.http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/23/penyamakan-kulit-dan-limbah-yang-
dihasilkan/, Diakses pada tanggal 04 Desember 2013
http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/753_pp0906037.pdf, Diakses pada tanggal 04 Desember 2013
xvi