bab i. pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program P2BN menargetkan peningkatan produksi padi sebesar 5% per tahun
pada tahun 2008-2009 (Purwanto, 2008), sedangkan pada tahun 2014 ditergetkan
surplus beras 10 juta ton. Untuk mencapai target tersebut perlu diimplementasikan
beberapa strategi, ada tiga strategi utama, yaitu: (1) perluasan areal tanam dengan
mencetak sawah baru, (2) peningkatan produktivitas dengan menerapkan budidaya
padi sawah sesuai konsep PTT padi sawah, antara lain penggunaan; varietas unggul
baru (VUB), benih bermutu, bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan
lahan dan air yang tepat, pemupukan lengkap yang rasional, pengendalian organisme
pengganggu tanamam (OPT) sesuai konsep pengendalian hama/penyakit terpadu
(PHT), dan (3) perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP).
Dalam upaya mencapai sasaran P2BN beberapa strategi yang perlu dilakukan
adalah: (1) peningkatan produktivitas, antara lain melalui pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT) padi sawah yang merupakan suatu pendekatan inovatif dan
dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan
komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Badan Litbang, 2009).
Komponen teknologi tersebut, seperti perbaikan mutu benih dan penggunaan varietas
unggul baru (VUB), pemupukan berimbang dan rasional, pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT) dan pengelolaan air serta penggunaan pupuk organik, (2)
Perluasan areal tanam, antara lain dicapai melalui peningkatan indeks pertanaman
(IP), pemanfaatan lahan-lahan suboptimal, pencetakan sawah baru, penyediaan air
melalui rehabilitasi jaringan irigasi primer, sekunder, tersier dan jaringan irigasi tingkat
usahatani, maupun jaringan irigasi desa (Purwanto, 2008).
Salah satu strategi yang diterapkan dalam upaya mendukung peningkatan
produksi padi sawah, kacang tanah dan jagung melalui penerapan inovasi teknologi.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah menghasilkan berbagai
inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas, diantaranya varietas
unggul yang telah banyak dimanfaatkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan
IPTEK, Badan Litbang juga telah megembangkan suatu pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas dan
efisien dalam pemanfaatan input produksi.
2
Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) yang merupakan
pendekatan dalam budidaya tanaman padi sawah adalah salah satu bentuk
implementasi dari revolusi hijau lestari. Berbeda dengan revolusi hijau generasi
pertama yang lebih mengutamakan peningkatan produksi pada lahan sawah irigasi,
revolusi hijau lestari mencakup semua agroekosistem padi, yaitu lahan sawah irigasi,
lahan sawah tadah hujan, lahan kering, lahan pasang surut dan lahan rawa lebak. PTT
padi sawah merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi
masukan (input) produksi dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam
yang bijak dengan melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi yang
saling menunjang (sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi), dan
partisipasi petani sejak awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif). Melalui PTT
diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani padi dapat
ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dapat menjadi usahatani berkelanjutan.
1.2. DASAR PERTIMBANGAN
Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah program PTT telah menjadi
program nasional sejak tahun 2003, dan dijadikan sebagai landmark pangan nasional
oleh Kementrian Riset dan Teknologi dan Program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN). Untuk mendukung pengembangan Program PTT secara nasional,
Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT adalah
sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan. Tujuan
utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau
narasumber lainnya. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran
teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara
alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani di sekitarnya. Seiring dengan perjalanan
waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT padi sawah yang
dikembangkan (Deptan, 2008a). Kegiatan SL-PTT padi sawah telah dimulai sejak
tahun 2008 di seluruh Indonesia, untuk mempercepat pelaksanaan dan
pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi
inovasi teknologi dalam mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut.
PTT diterapkan dengan prinsip utama antara lain: 1) Partisipatif, petani
berperan aktif dalam pemilihan dan pengujian teknologi; 2) Spesifik lokasi,
memperhatikan keseuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya, dan
3
ekeonomi stempat; 3) Terpadu, sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan
baik secara terpadu; 4) Sinergis atau Serasi, pemenfaatan teknologi terbaik,
memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung; dan 5)
Dinamis, penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan
IPTEK serta kondisi sosial ekonomi setempat (Badan Litbang, 2009).
Anjuran teknologi produksi padi yang dilaksanakan dalam program PTT adalah:
1) Penggunaan varietas padi unggul (VUB) atau berdaya hasil tinggi dan atau bernilai
ekonomi tinggi; 2) Penggunaan benih bersertifikat dengan mutu bibit tinggi; 3)
Penggunaan pupuk berimbang spesifik lokasi; 4) Penggunaan kompos bahan organik
dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah (soil amandement); 5)
Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui: a) Pengaturan tanam, sistem
legowo, tegel maupun sistem tebar benih langsung, dengan tetap mempertahankan
populasi minimum, b) Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat dan
serempak yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi penuh); c)
Penanaman bibit umur muda (<21 hari setelah semai) dengan jumlah bibit terbatas
antara 1-3 bibit per lubang; d) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang, dan
e) Pengendalian gulma; 6) Pengendalian hama dan penyakit dengan pendekatan PHT,
dan 7) Penggunaan alat perontok gabah mekanis atau mesin perontok (Abdullah dkk,
2008).
Hasil pengujian demplot adaptasi beberapa VUB padi sawah pada Tahun 2011
di beberapa kelompok tani pada beberapa kecamatan di Kabupaten Agam
menunjukkan hasil dicapai cukup tinggi untuk VUB Inpari 12 dengan rataan hasil 7,54
t/ha, Silugonggo dengan rataan 6,52 t/ha. Hasil analisis tanah pada beberapa
hamparan kelompok tani pada lima kecamatan menunjukkan bahwa untuk unsur hara
P dan K dengan kandungan hara Rendah sd Tinggi.
1.3. TUJUAN KEGIATAN
Pengkajian bertujuan untuk: Mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi
sawah melalui identifikasi biofisk dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA,
demplot uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) padi sawah, kegiatan pelatihan untuk
PPL dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota kelompok
tani, pendistribusian media cetak dan temu lapang dalam mendukung program SL-PTT
padi sawah sehingga dapat meningkatkan produksi.
4
1.4. KELUARAN (OUTPUT) YANG DIHARAPKAN
Terlaksananya percepatan diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui
identifikasi biofisik dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA, demplot uji adaptasi
varietas unggul baru (VUB) padi sawah, melaksanakan kegiatan pelatihan untuk PPL
dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota kelompok tani,
pendistribusian media cetak dan temu lapang dalam mendukung program SL-PTT padi
sawah sehingga dapat meningkatkan produksi padi sawah minimal 15%.
1.5. HASIL (OUTCOMES) YANG DIHARAPKAN
Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah diharapkan memberikan hasil
terhadap VUB padi sawah yang diuji adaptasinya sehingga dengan penanaman VUB
padi sawah tersebut dapat meningkatkan produktivitas, disamping itu diharapkan
dapat menambah ilmu pengetahuan PPL/POPT dalam penerapan inovasi teknologi PTT
padi sawah, baik melalui pelatihan ataupun dari distribusi media cetak.
1.6. MANFAAT (BENEFIT) YANG DIHARAPKAN
Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah dapat memberikan manfaat bagi
petani dalam menambah pilihan akan VUB padi sawah yang akan ditanam dalam
upaya peningkatan produksi padi sawah.
1.7. DAMPAK (IMPACT) YANG DIHARAPKAN
Kegiatan pendampingan SLPTT akan memberikan dampak dalam peningkatan
produksi padi sawah.
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
PTT Padi Sawah
Pengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) ternyata
mampu meningkatkan produktivitas padi dan efisiensi input produksi (Deptan, 2008)
melalui keterpaduan (integrasi) berbagai komponen teknologi yang saling menunjang
(sinergis) dengan sumberdaya setempat (spesifik lokasi), dan partisipasi petani sejak
awal pelaksanaan kegiatan (partisipatif).
Penerapan PTT padi sawah di Sumatera Barat yang dimulai pada tahun 2001 di
Kabupaten Padang Pariaman, Agam dan Tanah Datar, dapat meningkatkan
produktivitas padi sebesar 12,3-21,0%. Kemudian pada tahun 2004-2006, PTT
diterapkan dengan menggunakan varietas Batang Piaman di Kabupaten Padang
Pariaman, Tanah Datar, Agam, Sijunjung, Kota Padang, Solok. Pada penerapan PTT
tersebut terjadi peningkatan produksi 15,5-56,6% serta keuntungan bagi petani
sebesar 16,4-85,6% (Abdullah dkk, 2008).
Adapun teknologi produksi yang dianjurkan pada Model PTT padi sawah
adalah: (1) Varietas unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan
dan keinginan petani setempat; (2) Benih bermutu (kemurnian dan daya kecambah
tinggi); (3) Bibit muda (umur <21 hari setelah semai); (4) Jumlah bibit 1-3 batang per
lubang dan sistem tanam jajar legowo 2:1 atau legowo 4:1; (5) Pemupukan N
berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD); (6) Pemupukan P dan K berdasarkan status
hara tanah, yang ditentukan dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau petak
omisi, serta pemecahan masalah kesuburan tanah apabila terjadi di lokasi; (7) Bahan
organik (kompos jerami 5 t/ha, atau pupuk kandang 2 t/ha); (8) Pengairan berselang
(intermittent irrigation); (9) Pengendalian gulma secara terpadu; (10) Pengendalian
hama dan penyakit secara terpadu (PHT); dan (11) Panen beregu dan pasca panen
menggunakan alat perontok (Abdullah dkk, 2008).
Penerapan PTT diawali dengan pemahaman terhadap masalah dan peluang
(PMP) pengembangan sumberdaya dan kondisi lingkungan dengan tujuan: (1)
Mengumpulkan informasi dan menganalisis masalah, kendala, dan peluang usahatani;
(2) Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan produksi; dan (3)
6
Mengidentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani di wilayah setempat
(Hasan dkk, 2009).
Varietas Unggul Baru (VUB)
Saat ini telah banyak varietas unggul baru (VUB) padi sawah yang dihasilkan
oleh Badan Litbang Deptan, khusus untuk masyarakat Sumbar yang suka dengan rasa
nasi pera (kandungan amilosa >25%) dan memberikan produksi cukup tinggi adalah:
Logawa, Inpari 12, IR-66, dan Tukad Unda yang perlu didiseminasikan kepada petani
Sumatera Barat. Selain memberikan hasil yang cukup tinggi, VUB juga mempunyai
umur yang lebih pendek. Logawa baik untuk lahan sawah dataran rendah sampai 500
m dpl dengan umur 110-120 hari (15-25 hari lebih genjah dari IR-42), potensi hasil
7,5 t/ha dan tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 2, serta tahan terhadap
penyakit hawar daun strain III. IR-66 termasuk varietas yang berumur cukup genjah,
yaitu 110-120 hari tetapi mempunyai potensi hasil yang lebih rendah dibanding
Logawa, yaitu 5,5, t/ha, tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1,2,dan 3, tahan
wereng hijau, dan agak tahan wereng punggung putih, serta tahan hawar daun,
tungro dan agak tahan blas. Tukad Unda mempunyai umur yang lebih pendek yaitu
105-115 hari, potensi hasil 7,0 t/ha, agak tahan terhadap wereng coklat biotipe 3,
tahan terhadap penyakit blas, serta agak tahan hawar daun bakteri strain VIII. Tukad
Unda dan IR-66 merupakan varetas pilihan bagi daerah endemik tungro karena kedua
varietas tersebut tahan terhadap penyakit tungro yang akhir-akhir ini banyak
menyerang pertanaman padi sawah di Sumatera Barat. Inpari 12 merupakan VUB
yang paling baru dilepas yaitu pada tahun 2009, sesuai selera masyarakat Sumbar
dengan kadar amilosa 26,4 %, umur 103 hari, potensi hasil lebih tinggi yaitu 8,0 t/ha,
agak tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, tahan penyakit blas
ras 033, agak tahan terhadap ras 133 dan 073. Deskripsi varietas-varietas yang telah
dilepas Kementerian Pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.
7
Tabel 1. Deskripsi beberapa varietas unggul baru dan varietas unggul lokal padi sawah
Varietas Potensi
hasil (t/ha)
Umur tanaman
(hari)
Bobot 1000 butir
(g)
Tekstur nasi (Kadar amilosa)
Silugonggo Batang Piaman Batang Lembang Logawa Tukad Unda IR-66 Sarinah Maro Rokan Hipa 4 Inpari 12 Inpari 21-Batipuah Dodokan Ciherang Cisokan IR-42 Anak Daro Kuriak Kusuik Junjuang Sagamgam Panuah
5,5 7,6 7,8 7,5 7,0 5,5 8,0 9,5 9,0 10,0 8,0 8,20 7,0 8,5 6,0 7,0 6,4 6,5 6,0 7,8
85-90 105-117 93-115 110-120 105-115 110-120 107-116 114-120 108-115 114-116 103-112
±120 100-105 116-125 90-100 135-145 135-145
±155 ±125 ±141
25,0 27,0 29,0 27,0 24,0 25,0 25,5 27,0 26,0 24,5 25,1 25,3 23,3 28,0 22,0 23,0 22,4 24,9 24,8 24,9
Pera (26,9%) Pera (28,0%) Pera (27,0%) Pera (26,0%) Pera (25,0%) Pera (25%) Pulen (23,3%) Pulen (23,1%) Sedang (23,5%) Pera (24,7%) Pera (26,4%) Pera (26,0%) Pulen (20,7%) Agak Pulen (23,0%) Pera (26,0%) Pera (27%) Pera (27,0%) Pera (27,0%) Pera (24,8%) Pera (26,5%)
Sumber: Suprihatno, dkk. 2010
8
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah dilaksanakan di Kabupaten Solok
Selatan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2012.
3.2. Tahapan Pelaksanan
Kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah dilaksanakan dengan beberapa
tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Koordinasi dan sosialiasi inovasi teknologi PTT dan SL-PTT padi sawah
Kegiatan koordinasi dan sosialisasi pelaksanaan pendampingan SL-PTT padi
sawah dilaksanakan dengan Dinas Pertanian dan Kantor Penyuluhan Kabupaten Solok
Selatan. Kegiatan koordinasi dan sosialisasi meliputi penyampaian rencana kegiatan
pendampingan SL-PTT oelh BPTP kepada Dinas terkait yang meliputui aspek: kegiatan
pendampingan yang dilakukan, Kalender tanam padi sawah, serta inovasi teknologi
lainnya yang mendukung kegiatan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Solok Selatan.
b. Identifikasi Biofisik Lokasi Pendampingan SL-PTT Padi Sawah
Lokasi kegiatan pendampingan SL-PTT model melalui peningkatan
produktivitas dan peningkatan Indek Pertanaman (IP) dan kegiatan pendampingan
SLPTT padi sawah melalui displai VUB padi sawah dilakukan terlebih dahulu identifikasi
biofisik lokasi dengan metode PRA. Data yang dikumpulkan meliputi biofisik, sosial
ekonomi, inovasi teknologi padi sawah yang dilakukan seperti: varietas yang dipakai,
pemupukan, jenis OPT dan pengendaliannya, sistem tanam dan inovasi teknologi PTT
padi sawah lainnya serta .
Displai VUB Padi Sawah
Displai VUB padi sawah dilakukan dengan menguji 1-3 varietas unggul padi
sawah dan satu varietas unggul lokal padi sawah sebagai pembanding yang telah
digunakan petani secara luas di lokasi pelaksanaan SL-PTT di Solok Selatan. VUB yang
digunakan seperti: Inpari 21, dan Inpara-3, dan Caredek Merah. Sedangkan varietas
unggul lokal yang banyak berkembang di Kabupaten Solok Selatan seperti: Cisokan,
Anak Daro dan Kuriek Kusuik. Demplot displai VUB dilaksanakan berdampingan
9
dengan lokasi SL-PTT di luar Labor Lapang (LL) dengan luasan 0,50-1,00 ha dengan
menggabungkan beberapa lokasi SLPTT dari beberapa kelompok tani, atau
digabungkan dengan Gelar Teknologi/inovasi teknologi PTT padi sawah. Inovasi
teknologi yang digunakan adalah PTT padi sawah dengan pilihan teknologi dasar
seperti: benih bermutu, pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke
sawah, pengaturan populasi tanam secara optimum (sistem tanam legowo 4:1 atau
6:1), pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara dengan
penggunaan PUTS dan BWD, pengendalian OPT dengan pendekatan PHT. Teknologi
pilihan disesuaikan dengan kondisi setempat seperti: pengolahan tanah sesuai musim,
penggunaan bibit muda (<21 hari), tanam benih 1-3 batang per rumpun, pengairan
secara efektif dan efisien, dan panen tepat waktu dan gabah segera dirontok.
Pelaksanaan di lapangan demplot VUB dilaksanakan oleh peneliti, penyuluh bekerja
sama dengan PPL/THL/POPT dan petugas pertanian lainnya. Secara umum pupuk
yang digunakan dengan takaran 300 kg NPK Phonska + 100 kg Urea/ha dan bahan
organik 1 ton/ha. Mendukung pelaksanaan pendampingan SL-PTT padi sawah di
Kabupaten Solok Selatan dilaksanakan kajian tentang Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi
(PHSL) padi sawah untuk menentukan penggunaan hara spesifik lokasi. Data yang
dikumpulkan meliputi komponen hasil setiap VUB yang digunakan, serangan H/P,
produksi, serta umur VUB yang di displaikan.
c. Pelatihan
Kegiatan diseminasi lainnya adalah peneliti dan penyuluh BPTP Sumbar sebagai
narasumber inovasi teknologi PTT padi sawah untuk PPL dan POPT, dengan
menyampaikan inovasi teknologi PTT padi sawah seperti: peggunaan hara spesifik
lokasi (PHSL), penangkaran benih padi sawah, jenis OPT utama padi sawah dan cara
pengendaliannya. Disamping itu juga dilalukan pelatihan untuk PL-2, PL-3 dan SL yang
dilaksanakan oleh kelompok tani pelaksana SLPTT padi sawah di Kabupaten Solok
Selatan. Kegiatan pelatihan dikoordinasikan dengan Dinas Pertanian dan Kantor
Penyuluhan setempat.
10
d. Kegiatan Perbanyakan dan Distribusi Media Cetak
Dalam pelaksanaan pendampingan program SL-PTT di Kabupaten Solok
Selatan juga dilakukan pendistribusian media cetak dan media terekam berupa inovasi
teknologi PTT, brosur dan leaflet yang berhubungan dengan inovasi teknologi PTT
padi sawah seperti: PHSL, pengendalian OPT dan inovasi teknologi lainnya kepada PPL
dan anggota kelompok tani.
e. Temu Lapang Inovasi Teknologi Padi Sawah
Dalam mendukung pelaksanaan pendampingan program SL-PTT padi sawah di
Kabupaten Solok Selatan juga akan dilakukan temu lapang baik pada saat tanam
ataupun panen padi sawah untuk kegiatan GT VUB/demplot displai introduksi/uji
adaptasi VUB bekerjasama dengan Dinas/Bapeluh/Kelompok Tani. Kegiatan temu
lapang jika memungkinkan akan dilakukan oleh Bapak Kepala Badan Litbang
Kementan atau Bapak Menteri Pertanian. Kegiatan temu lapang dihadiri oleh peneliti,
penyuluh, penyuluh lapang dan anggota kelompok tani sekitarnya.
11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Koordinasi dengan Pemda Kabupaten Solok Selatan
Kegiatan koordinasi di tingkat Pemda dan BPTP dilakukan dengan Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Peternakan dan Perikanan serta Kantor
Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan telah
dilaksanakan dengan menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan pendampingan
SLPTT padi sawah tahun anggaran 2012 di Kabupaten Solok Selatan. Dalam
kesempatan ini pihak Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan juga telah
menyampaikan data data jumlah kelompok pelaksana dan luasan kagiatan SLPTT baik
yang difasilitasi dari Cadangan Benih Nasional (CBN) maupun BLBU berdasarkan hasil
CP/CL. Sampai dengan bulan Oktober BLBU tidak terealisasi, namun demikian
program ini dlaksanakan dengan Dana Kontigensi berupa program SL-PTT Model
yang melibatkan sebanyak 40 kelompok tani yang tersebar pada 5 kecamatan.
Sosialisasi dilakukan secara berjenjang mulai dari propinsi, kabupaten, kecamtan
sampai pada kelompok tani.
2. Identifikasi Biofisik Lokasi Pendampingan SL-PTT Padi Sawah
Kegiatan identifikasi biofisik (PRA) lokasi pendampingan SL-PTT padi sawah
dilaksanakan pada kelompok tani pelaksana SLPTT di masing-masing kecamatan
sesuai kesepakatan dengan pihak dinas, dan BPP. Di Solok Selatan dari 7 kecamatan
yang ada hanya 5 kecamatan yang mmendapatkan alokasi program SLPTT yaitu
kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir dan Sangir
Jujuhan. Berdasarkan hasil PRA yang dilakukan telah didapatkan informasi tentang
berbagai kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh petani dalam mengelola usaha
tani atau budidaya padi sawah baik secara teknis maupun biofisik dan ekonomi
dimasing-masing kecamatan.
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh
Hasil PRA yang dilaksanakan pada lokasi pendampingan SL-PTT di kecamatan
Koto Parik Gadang Diateh ditemukan eksisting inovasi teknologi budidaya padi sawah
mulai dari pengolahan tanah, benih, persemaian, jarak tanam, pemupukan,
pemeliharaan, pengendalian OPT, panen dan pasca panen, maupun permasalahan
yang dihadapi para petani dalam usaha budidaya padi sawah.
12
Pengolahan tanah di kecamatan Koto Parik Gadang Diateh umumnya dilakukan
dengan menggunakan traktor. Namun yang menjadi permasalahan disini adalah
waktu pengolahan tanah biasanya dilakukan beberapa hari setelah benih disemaikan
dan rentang waktu dari pengolahan pertama ke pangolahan kedua hanya beberapa
hari saja. Pada hal tanah atau lahan sawah telah mengalami bera selama beberapa
bulan dimana kondisi bekas tanaman padi dan gulama dibiarkan tumbuh secara liar
sehingga diindikasikan dapat menjadi inang atau sumber berbagai jenis hama dan
penyakit. Disamping itu dengan pola pengolahan tanah seperti ini juga dapat
menyebabkan proses perombakan atau pelapukan bahan organik yang berasal dari
tanam liar yang ada dan proses pelumpuran tidak sempurna.
Varietas padi yang banyak ditanam oleh masyarakat didaerah ini adalah
varietas unggul lokal seperti Anak Daro, Cisokan, Ceredek dan Batang Maung,
sedangkan varietas unggul yang berkembang adalah IR 66 dan Batang Piaman.
Benih yang digunakan umumnya tidak berlabel dan kebanyakan berasal dari
hasil panen sendiri atau dari tetangga. Dengan demikian jelas kualitas benih yang
digunakan sangat tidak bermutu dan disamping itu para petani tidak melakukan
seleksi benih terlebih dahulu sebelum disemai sehingga pemakian benih sangat tinggi
untuk setiap satuan luasnya. Tidak digunakannya benih bermutu oleh petani
didaerah ini disebabkan berbagai faktor antara lain tidak tersedianya benih bermutu
yang sesuai dengan selara atau permintaan pasar, dan kalau ada menurut petani
harganya masih tergolong tinggi serta masih rendahnya pengetahuan petani tentang
benih bermutu.
Sistem persemaian yang dilakukan petani umumnya persemaian basah dengan
yang biasanya dilaksanakan sebelum mulai pengolahan lahan/tanah. Luasan
persemaian relatif sempit dan pengolahan tanahnya kurang sempurna serta masih
sedikit sekali yang melakukan pemupukan persemaian. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan benih lambat dan kurang sempurna (lemah) yang mengakibat umur
bibit untuk dapat dipindahkan menjadi lebih lama (20 hari setelah semai).
Sistim tanam secara umum menggunakan sistim tanam pindah dengan jarak
tanam yang beragam. Dalam pengaturan jarak tanam masih banyak menerapkan
sesui dengan kebiasaan petani (25x25 cm, 30 x 30 cm) dan ada yang tidak beraturan.
Sedangkan jumlah pemakaian bibit per rumpun masih diatas 5 batang untuk setiap
13
rumpun tanaman. Kondisi yang demikian tentu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman padi dan merupakan salah satu faktor penyebab masih
rendahnya produksi.
Pemupukan untuk tanaman padi di daerah ini sudah dilakukan, namun masih
belum sesuai dengan teknologi anjuran baik ditinjau dari dosis, waktu pemberian,
jenis dan cara pemberiannya. Umumnya dosis pupuk yang diberikan relative rendah
yang disesuaikan dengan kemampuan modal mereka. Sedangkan jenis pupuk
umumnya dipakai Urea dan NPK Phonska ditambah dengan 250 kg pupuk kandang
per hektarnya dan umumnya diberikan hanya satu kali. Sedangkan kebiasaan yang
paling jelek adalah para petani selalu membakar jerami setelah selesai panen
sehingga pengembalian bahan organic kedalam tanah sangat minim.
Hama utama yang sering menyerang tanaman padi petani didaerah ini adalah
tikus, keong mas, wereng coklat, kepinding tanah, walang sangit dan hama putih.
Sedangkan penyakit utama yang menyerang tanaman padi didaerah ini adalah tungro,
dan blast. Bahkan untuk penyakit tungro daerah ini sudah merupakan daerah
endemik tungro. Untuk pengedalian hama dan penyakit utama ini para petani belum
malaksanakan konsep pengedalian hama terpadu (PHT) dimana petani tidak
melakukan pengamatan sejak dini sehingga tidak jarang terjadi serangan OPT
diketahui telah diatas ambang batas. Secara umum pengendalian delakukan dengan
menggunakan pestisida kimia sesuai dengan yang tersedia dipasar/ kios saprodi
setempat.
Kecamatan Sungai Pagu
Hasil PRA yang dilaksanakan pada lokasi pendampingan SL-PTT di kecamatan
Sungai Pagu ditemukan eksisting inovasi teknologi budidaya padi sawah mulai dari
pengolahan tanah, benih, persemaian, jarak tanam, pemupukan, pemeliharaan,
pengendalian OPT, panen dan pasca panen, maupun permasalahan yang dihadapi
para petani dalam usaha budidaya padi sawah.
Di kecamatan Sungai Pagu pengolahan tanah umumnya dilakukan dengan
menggunakan traktor, yang biasanya dilakukan beberapa hari setelah benih
disemaikan dan rentang waktu dari pengolahan pertama ke pangolahan kedua hanya
beberapa hari saja. Pada hal tanah atau lahan sawah telah mengalami bera selama
14
beberapa bulan dimana kondisi bekas tanaman padi dan gulma dibiarkan tumbuh
secara liar sehingga diindikasikan dapat menjadi inang atau sumber berbagai jenis
hama dan penyakit. Sistim pengolahan tanah seperti ini juga dapat menyebabkan
proses perombakan atau pelapukan bahan organik yang berasal dari sisa tanam liar
yang ada dan proses pelumpuran tidak sempurna.
Varietas padi yang banyak ditanam oleh masyarakat didaerah ini adalah
varietas unggul lokal seperti Anak Daro, Cisokan, Ceredek, Rengat dan Bawan
sedangkan varietas unggul yang berkembang adalah IR 66. Hal ini disebabkan masih
sedikitnya varietas unggul baru yang tersedia dan cocok dengan selera masyarakat.
Benih yang digunakan umumnya tidak berlabel dan kebanyakan berasal dari
hasil panen sendiri atau dari tetangga. Dengan demikian jelas kualitas benih yang
digunakan sangat tidak bermutu dan disamping itu para petani tidak melakukan
seleksi benih terlebih dahulu sebelum disemai sehingga jumlah pemakian benih sangat
tinggi. Masih kurangnya penggunaan benih bermutu oleh petani didaerah ini
disebabkan berbagai faktor antara lain ketersediaan benih bermutu yang sesuai
dengan selara atau permintaan pasar masih sedikit , dan kalau ada menurut petani
harganya masih tergolong tinggi serta masih rendahnya pengetahuan petani tentang
manfaat penggunaan benih bermutu.
Sistem persemaian yang dilakukan petani umumnya persemaian basah dimana
persemaian biasanya dilaksanakan sebelum mulai pengolahan lahan/tanah. Luasan
persemaian relatif sempit dan pengolahan tanahnya kurang sempurna serta masih
sedikit sekali yang melakukan pemupukan persemaian. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan benih lambat dan kurang sempurna (lemah) yang mengakibat umur
bibit untuk dapat dipindahkan menjadi lebih lama (20 – 25 hari setelah semai).
Sistim tanam secara umum menggunakan sistim tanam pindah dengan jarak
tanam yang beragam. Dalam pengaturan jarak tanam masih banyak menerapkan
sesui dengan kebiasaan petani (25x25 cm, 30 x 30 cm) dan tidak beraturan.
Sedangkan jumlah pemakaian bibit per rumpun masih diatas 7 batang untuk setiap
rumpun tanaman. Kondisi yang demikian tentu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman padi dan merupakan salah satu faktor penyebab masih
rendahnya produksi.
15
Pemupukan tanaman padi di daerah ini sudah dilakukan oleh petani, namun
masih belum sesuai dengan teknologi anjuran baik ditinjau dari dosis, waktu
pemberian, jenis dan cara pemberiannya. Umumnya dosis pupuk yang diberikan
relative rendah yang disesuaikan dengan kemampuan modal mereka. Sedangkan jenis
pupuk umumnya dipakai Urea dan NPK Phonska ditambah dengan 250 kg pupuk
kandang per hektarnya dan umumnya diberikan hanya satu kali. Sedangkan
kebiasaan yang paling jelek adalah para petani selalu membakar jerami setelah selesai
panen sehingga pengembalian bahan organik kedalam tanah sangat minim.
Pengaturan air secara umum belum dilakukan oleh petani, dimana kondisi
tanaman selalu diari sepanjang musim dan dikeringkan saat akan panen dan ataupun
kalau ada serangan hama tikus. Sementara itu yang tak kalah pentingnya kebersihan
lingkungan atau sanitasi dimana pematang sawah dan saluran irigasi sering dibiarkan
tumbuh semak sehingga menjadi tempat bersarangnya bebagai hama dan penyakit
yang dapat menyerang padi mereka.
Hama utama yang sering menyerang tanaman padi petani didaerah ini adalah
tikus, keong mas, wereng coklat, kepinding tanah, walang sangit dan hama putih.
Sedangkan penyakit utama yang menyerang tanaman padi didaerah ini adalah tungro,
dan blast. Bahkan untuk penyakit tungro sebagian daerah ini sudah merupakan
daerah endemik tungro. Untuk pengedalian hama dan penyakit utama ini para petani
belum malaksanakan konsep pengedalian hama terpadu (PHT) dimana petani tidak
melakukan pengamatan sejak dini sehingga tidak jarang terjadi serangan OPT
diketahui telah diatas ambang batas. Secara umum pengendalian delakukan dengan
menggunakan pestisida kimia sesuai dengan yang tersedia dipasar/ kios saprodi
setempat.
Kecamatan Pauh Duo
Tidak jauh berbeda dengan kecamatan Sungai Pagi hasil PRA yang
dilaksanakan pada lokasi pendampingan SL-PTT di kecamatan Pauh Duo ditemukan
eksisting inovasi teknologi budidaya padi sawah mulai dari pengolahan tanah, benih,
persemaian, jarak tanam, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian OPT, panen dan
pasca panen, maupun permasalahan yang dihadapi para petani dalam usaha
budidaya padi sawah.
16
Di kecamatan Pauh Duo pengolahan tanah umumnya dilakukan dengan
menggunakan traktor, yang biasanya dilakukan beberapa hari setelah benih
disemaikan dan rentang waktu dari pengolahan pertama ke pangolahan kedua hanya
beberapa hari saja. Pada hal tanah atau lahan sawah telah mengalami bera selama
beberapa bulan dimana kondisi bekas tanaman padi dan gulma dibiarkan tumbuh
secara liar sehingga diindikasikan dapat menjadi inang atau sumber berbagai jenis
hama dan penyakit. Sistim pengolahan tanah seperti ini juga dapat menyebabkan
proses perombakan atau pelapukan bahan organik yang berasal dari sisa tanam liar
yang ada dan proses pelumpuran tidak sempurna.
Varietas padi yang banyak ditanam oleh masyarakat didaerah ini adalah
varietas unggul lokal seperti Anak Daro, Cisokan, Ceredek dan Batang Maung, dan
Bawan sedangkan varietas unggul yang berkembang adalah IR 66. Hal ini disebabkan
masih sedikitnya varietas unggul baru yang tersedia dan cocok dengan selera
masyarakat.
Benih yang digunakan umumnya tidak berlabel dan kebanyakan berasal dari
hasil panen sendiri atau dari tetangga. Dengan demikian jelas kualitas benih yang
digunakan sangat tidak bermutu dan disamping itu para petani tidak melakukan
seleksi benih terlebih dahulu sebelum disemai sehingga jumlah pemakian benih sangat
tinggi. Masih kurangnya penggunaan benih bermutu oleh petani didaerah ini
disebabkan berbagai faktor antara lain ketersediaa benih bermutu yang sesuai dengan
selara atau permintaan pasar masih sedikit , dan kalau ada menurut petani harganya
masih tergolong tinggi serta masih rendahnya pengetahuan petani tentang manfaat
penggunaan benih bermutu.
Sistem persemaian yang dilakukan petani umumnya persemaian basah dimana
persemaian biasanya dilaksanakan sebelum mulai pengolahan lahan/tanah. Luasan
persemaian relatif sempit dan pengolahan tanahnya kurang sempurna serta masih
sedikit sekali yang melakukan pemupukan persemaian. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan benih lambat dan kurang sempurna (lemah) yang mengakibat umur
bibit untuk dapat dipindahkan menjadi lebih lama (20 – 30 hari setelah semai).
Sistim tanam secara umum menggunakan sistim tanam pindah dengan jarak
tanam yang beragam. Dalam pengaturan jarak tanam masih banyak menerapkan
sesui dengan kebiasaan petani ( 30 x 30 cm) dan tidak beraturan. Sedangkan jumlah
17
pemakaian bibit per rumpun masih diatas 7- 10 batang untuk setiap rumpun
tanaman. Kondisi yang demikian tentu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman padi dan merupakan salah satu faktor penyebab masih rendahnya produksi.
Pemupukan tanaman padi sebagian besar di daerah ini sudah dilakukan oleh
petani, namun masih belum sesuai dengan teknologi anjuran baik ditinjau dari dosis,
waktu pemberian, jenis dan cara pemberiannya. Umumnya dosis pupuk yang
diberikan relative rendah yang disesuaikan dengan kemampuan modal mereka.
Sedangkan jenis pupuk umumnya dipakai Urea dan NPK Phonska ditambah dengan
500-1000 kg pupuk kandang per hektarnya dan umumnya diberikan hanya satu kali.
Di kecamatan ini ada satu daerah yang belum menggunakan pupuk an organic sama
sekali yaitu didaerah Simancuang. Para petani hanya menggunakan pupuk organik
dalam usahatani mereka. Yang menarik didaerah ini masih dilaksanakannya budaya
turun kesawah bersama dengan melakukan kaul terlebih dahulu. Dalam kesempatan
berkaul tersebut masyarakat menyepakati jadwal mulai dari pengolahan tanah dan
tanam secara serempak.
Sedangkan kebiasaan yang jelek adalah para petani selalu membakar jerami
setelah selesai panen sehingga pengembalian bahan organik kedalam tanah sangat
minim. Pembakaran jerami ini kadang kala dilakukan oleh orang iseng yang lewat
dilokasi dengan tidak sengaja.
Pengaturan air secara umum belum dilakukan oleh petani, dimana kondisi
tanaman selalu diari sepanjang musim dan dikeringkan saat akan panen dan ataupun
kalau ada serangan hama tikus. Sementara itu yang tak kalah pentingnya kebersihan
lingkungan atau sanitasi dimana pematang sawah dan saluran irigasi sering dibiarkan
tumbuh semak sehingga menjadi tempat bersarangnya bebagai hama dan penyakit
yang dapat menyerang padi mereka.
Hama utama yang sering menyerang tanaman padi petani didaerah ini adalah
atikus, keong mas, wereng coklat, kepinding tanah, walang sangit dan hama putih.
Sedangkan penyakit utama yang menyerang tanaman padi didaerah ini adalah blast.
dan sebagian daerah ini sudah mulai terserang tungro. Untuk pengedalian hama dan
penyakit utama ini para petani belum malaksanakan konsep pengedalian hama
terpadu (PHT) dimana petani tidak melakukan pengamatan sejak dini sehingga tidak
jarang terjadi serangan OPT diketahui telah diatas ambang batas. Secara umum
18
pengendalian delakukan dengan menggunakan pestisida kimia sesuai dengan yang
tersedia dipasar/ kios saprodi setempat.
Kecamatan Sangir
Hasil PRA yang dilaksanakan pada lokasi pendampingan SL-PTT di
kecamatan Sangir ditemukan eksisting inovasi teknologi budidaya padi sawah mulai
dari pengolahan tanah, benih, persemaian, jarak tanam, pemupukan, pemeliharaan,
pengendalian OPT, panen dan pasca panen, maupun permasalahan yang dihadapi
para petani dalam usaha budidaya padi sawah.
Di kecamatan Sangir pengolahan tanah umumnya dilakukan dengan
menggunakan traktor, yang biasanya dilakukan beberapa hari setelah benih
disemaikan dan rentang waktu dari pengolahan pertama ke pangolahan kedua hanya
beberapa hari saja. Pada hal tanah atau lahan sawah telah mengalami bera selama
beberapa bulan dimana kondisi bekas tanaman padi dan gulma dibiarkan tumbuh
secara liar sehingga diindikasikan dapat menjadi inang atau sumber berbagai jenis
hama dan penyakit. Sistim pengolahan tanah seperti ini juga dapat menyebabkan
proses perombakan atau pelapukan bahan organik yang berasal dari sisa tanam liar
yang ada dan proses pelumpuran tidak sempurna.
Varietas padi yang banyak ditanam oleh masyarakat didaerah ini adalah
varietas unggul lokal seperti Hitam Kuriek, Anak Daro, Cisokan, Ceredek, Rengat,
Batang Maung, dan Bawan sedangkan varietas unggul yang berkembang adalah IR 66
Batang Piaman. Hal ini disebabkan masih sedikitnya varietas unggul baru yang
tersedia dan cocok dengan selera masyarakat.
Benih yang digunakan umumnya tidak berlabel dan kebanyakan berasal dari
hasil panen sendiri atau dari tetangga. Dengan demikian jelas kualitas benih yang
digunakan sangat tidak bermutu dan disamping itu para petani tidak melakukan
seleksi benih terlebih dahulu sebelum disemai sehingga jumlah pemakian benih sangat
tinggi. Masih kurangnya penggunaan benih bermutu oleh petani didaerah ini
disebabkan berbagai faktor antara lain ketersediaa benih bermutu yang sesuai dengan
selara atau permintaan pasar masih sedikit , dan kalau ada menurut petani harganya
masih tergolong tinggi serta masih rendahnya pengetahuan petani tentang manfaat
penggunaan benih bermutu.
19
Sistem persemaian yang dilakukan petani umumnya persemaian basah dimana
persemaian biasanya dilaksanakan sebelum mulai pengolahan lahan/tanah. Luasan
persemaian relatif sempit dan pengolahan tanahnya kurang sempurna serta masih
sedikit sekali yang melakukan pemupukan persemaian. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan benih lambat dan kurang sempurna (lemah) yang mengakibat umur
bibit untuk dapat dipindahkan menjadi lebih lama (20 – 30 hari setelah semai).
Sistim tanam secara umum menggunakan sistim tanam pindah dengan jarak
tanam yang beragam. Dalam pengaturan jarak tanam masih banyak menerapkan
sesui dengan kebiasaan petani (25x25 cm, 30 x 30 cm) dan tidak beraturan.
Sedangkan jumlah pemakaian bibit per rumpun masih diatas 7 – 12 batang untuk
setiap rumpun tanaman. Kondisi yang demikian tentu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman padi dan merupakan salah satu faktor penyebab masih
rendahnya produksi.
Pemupukan tanaman padi di daerah ini sudah dilakukan oleh petani, namun
masih belum sesuai dengan teknologi anjuran baik ditinjau dari dosis, waktu
pemberian, jenis dan cara pemberiannya. Umumnya dosis pupuk yang diberikan
relative rendah yang disesuaikan dengan kemampuan modal mereka. Sedangkan jenis
pupuk umumnya dipakai Urea, SP 36 dan NPK Phonska ditambah dengan 500 kg
pupuk kandang per hektarnya dan umumnya diberikan hanya satu kali. Sedangkan
kebiasaan yang paling jelek adalah para petani selalu membakar jerami setelah selesai
panen sehingga pengembalian bahan organik kedalam tanah sangat minim.
Pengaturan air secara umum belum dilakukan oleh petani, dimana kondisi
tanaman selalu diari sepanjang musim dan dikeringkan saat akan panen dan ataupun
kalau ada serangan hama tikus dan keong mas. Sementara itu yang tak kalah
pentingnya kebersihan lingkungan atau sanitasi dimana pematang sawah dan saluran
irigasi sering dibiarkan tumbuh semak sehingga menjadi tempat bersarangnya bebagai
hama dan penyakit yang dapat menyerang padi mereka.
Hama utama yang sering menyerang tanaman padi petani didaerah ini adalah
tikus, keong mas, wereng coklat, kepinding tanah, walang sangit dan hama putih.
Sedangkan penyakit utama yang menyerang tanaman padi didaerah ini adalah blast.
Sedangkan untuk penyakit tungro sebagian daerah ini sudah mulai terlihat adanya
gejala serangan. Untuk pengedalian hama dan penyakit utama ini para petani belum
20
malaksanakan konsep pengedalian hama terpadu (PHT) dimana petani tidak
melakukan pengamatan sejak dini sehingga tidak jarang terjadi serangan OPT
diketahui telah tingkat serangan diatas ambang batas. Secara umum pengendalian
delakukan dengan menggunakan pestisida kimia sesuai dengan yang tersedia dipasar/
kios saprodi setempat. Dalam menggunakan pestisida masih banyak petani yang
mencampur berbagai merek tanpa melihat atau memperhatikan bahan aktif dari
pestisida tersebut.
Kecamatan Sangir Jujuhan
Hasil PRA yang dilaksanakan pada lokasi pendampingan SL-PTT di kecamatan
Sangir Jujuhan ditemukan eksisting inovasi teknologi budidaya padi sawah mulai dari
pengolahan tanah, benih, persemaian, jarak tanam, pemupukan, pemeliharaan,
pengendalian OPT, panen dan pasca panen, maupun permasalahan yang dihadapi
para petani dalam usaha budidaya padi sawah.
Di kecamatan Sangir Jujuhan pengolahan tanah umumnya dilakukan dengan
menggunakan traktor, yang biasanya dilakukan beberapa hari setelah benih
disemaikan dan rentang waktu dari pengolahan pertama ke pangolahan kedua hanya
beberapa hari saja. Pada hal tanah atau lahan sawah telah mengalami bera selama
beberapa bulan dimana kondisi bekas tanaman padi dan gulma dibiarkan tumbuh
secara liar sehingga diindikasikan dapat menjadi inang atau sumber berbagai jenis
hama dan penyakit. Sistim pengolahan tanah seperti ini juga dapat menyebabkan
proses perombakan atau pelapukan bahan organik yang berasal dari sisa tanam liar
yang ada dan proses pelumpuran tidak sempurna.
Varietas padi yang banyak ditanam oleh masyarakat didaerah ini adalah
varietas unggul lokal seperti Anak Daro, Cisokan, Ceredek, Rengat sedangkan varietas
unggul yang berkembang adalah IR 66, Batang Piaman. Hal ini disebabkan masih
sedikitnya varietas unggul baru yang tersedia dan cocok dengan selera masyarakat.
Benih yang digunakan umumnya tidak berlabel dan kebanyakan berasal dari
hasil panen sendiri atau dari tetangga. Dengan demikian jelas kualitas benih yang
digunakan sangat tidak bermutu dan disamping itu para petani tidak melakukan
seleksi benih terlebih dahulu sebelum disemai sehingga jumlah pemakian benih sangat
tinggi. Masih kurangnya penggunaan benih bermutu oleh petani didaerah ini
21
disebabkan berbagai faktor antara lain ketersediaa benih bermutu yang sesuai dengan
selara atau permintaan pasar masih sedikit , dan kalau ada menurut petani harganya
masih tergolong tinggi serta masih rendahnya pengetahuan petani tentang manfaat
penggunaan benih bermutu.
Sistem persemaian yang dilakukan petani didaerah ini ada 2 macam yaitu
persemaian basah persemaian kering dimana persemaian biasanya dilaksanakan
sebelum mulai pengolahan lahan/tanah. Luasan persemaian relatif sempit dan
pengolahan tanahnya kurang sempurna serta masih sedikit sekali yang melakukan
pemupukan persemaian. Hal ini menyebabkan pertumbuhan benih lambat dan kurang
sempurna (lemah) yang mengakibat umur bibit untuk dapat dipindahkan menjadi lebih
lama (20 – 35 hari setelah semai).
Sistim tanam secara umum menggunakan sistim tanam pindah dengan jarak
tanam yang beragam. Dalam pengaturan jarak tanam masih banyak menerapkan
sesui dengan kebiasaan petani (25x25 cm s/d 30 x 30 cm) dan tidak beraturan.
Sedangkan jumlah pemakaian bibit per rumpun masih diatas 5 -7 batang untuk setiap
rumpun tanaman. Kondisi yang demikian tentu sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman padi dan merupakan salah satu faktor penyebab masih
rendahnya produksi.
Pemupukan tanaman padi di daerah ini sudah dilakukan oleh petani, namun
masih belum sesuai dengan teknologi anjuran baik ditinjau dari dosis, waktu
pemberian, jenis dan cara pemberiannya. Umumnya dosis pupuk yang diberikan
relative rendah yang disesuaikan dengan kemampuan modal mereka. Sedangkan jenis
pupuk umumnya dipakai Urea dan NPK Phonska ditambah dengan 500 kg pupuk
kandang per hektarnya dan umumnya diberikan hanya satu kali. Sedangkan
kebiasaan yang paling jelek adalah para petani selalu membakar jerami setelah selesai
panen sehingga pengembalian bahan organik kedalam tanah sangat minim.
Pengaturan air secara umum belum dilakukan oleh petani, dimana kondisi
tanaman selalu diari sepanjang musim dan dikeringkan saat akan panen dan ataupun
kalau ada serangan hama tikus. Sementara itu yang tak kalah pentingnya kebersihan
lingkungan atau sanitasi dimana pematang sawah dan saluran irigasi sering dibiarkan
tumbuh semak sehingga menjadi tempat bersarangnya bebagai hama dan penyakit
yang dapat menyerang padi mereka.
22
Hama utama yang sering menyerang tanaman padi petani didaerah ini adalah
tikus, keong mas, wereng coklat, kepinding tanah, walang sangit dan hama putih.
Sedangkan penyakit utama yang menyerang tanaman padi didaerah ini adalah tungro,
dan blast. Untuk pengedalian hama dan penyakit utama ini para petani belum
malaksanakan konsep pengedalian hama terpadu (PHT) dimana petani tidak
melakukan pengamatan sejak dini sehingga tidak jarang terjadi serangan OPT
diketahui telah diatas ambang batas. Secara umum pengendalian delakukan dengan
menggunakan pestisida kimia sesuai dengan yang tersedia dipasar/ kios saprodi
setempat.
3. Kegiatan Displai Adaptasi VUB Padi Sawah
Kegiatan displai uji adatasi VUB padi sawah dalam kegiatan pendampingan
program SL-PTT pada di Kabupaten Solok Selatan telah dilaksanakan di 4 (empat)
kecamatan yakni Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (kelompok tani Ayam Bamo),
Kecamatan Sungai Pagu (kelompok tani Andeh Bapak), Kecamatan Pauh Duo
(Kelompok tani Tunas Baru) dan Kecamatan Sangir (Kelompok tani Anak Daro). Untuk
masing-masing lokasi dilaksanakan demplot VUB seluas 1 (satu) hektar. Varietas yang
digunakan adalah INPARI 21 dan Ceredek Merah.
Disamping varietas unggul baru (VUB) dalam pelaksanaan displai ini juga
diintroduksikan dengan teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan mengacu pada
hasil uji tanah dengan menggunakan PUTS dan warna bagan daun (BWD), pemberian
pupuk organik atau kompos serta sistem tanam jajar legowo.
Untuk daerah kecamatan Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) pemupukan
spesifik lokasi yang dianjurkan atau dintroduksikan adalah Urea 50 kg, NPK Phonska
200 kg dan KCl 25 kg per hektar. Pupuk Dasar diberikan pada saat tanaman berumur
1 minggu setelah tanam, sedangkan pemberian Urea susulan disesuaikan dengan
kondisi pertumbuhan tanaman dengan menggunakan BWD (Bagan Warna Daun)
untuk melihat kenutuhan Urea tersebut. Cara ini dapat mengurangi pemborosan
pemakaian urea dan sekaligus menghemat biaya produksi atau efisisensi.
Untuk daerah kecamatan Sungai Pagu pemupukan spesifik lokasi yang
dianjurkan atau dintroduksikan adalah Urea 50 kg, NPK Phonska 150 kg dan KCl 25 kg
per hektar. Pupuk Dasar diberikan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah
23
tanam, sedangkan pemberian Urea susulan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan
tanaman dengan menggunakan BWD (Bagan Warna Daun) untuk melihat kebutuhan
Urea tersebut. Cara ini dapat mengurangi pemborosan pemakaian urea dan sekaligus
menghemat biaya produksi atau efisisensi.
Untuk daerah kecamatan Pauh Duo pemupukan spesifik lokasi yang
dianjurkan atau dintroduksikan adalah Urea 50 kg, NPK Phonska 150 kg dan KCl 25 kg
per hektar. Pupuk Dasar diberikan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah
tanam, sedangkan pemberian Urea susulan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan
tanaman dengan menggunakan BWD (Bagan Warna Daun) untuk melihat kebutuhan
Urea tersebut. Cara ini dapat mengurangi pemborosan pemakaian urea dan sekaligus
menghemat biaya produksi atau efisisensi.
Untuk daerah kecamatan Sangir pemupukan spesifik lokasi yang dianjurkan
atau dintroduksikan adalah Urea 50 kg, NPK Phonska 200 kg dan KCl 25 kg per hektar.
Pupuk Dasar diberikan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam,
sedangkan pemberian Urea susulan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan
tanaman dengan menggunakan BWD (Bagan Warna Daun) untuk melihat kebutuhan
Urea tersebut. Cara ini dapat mengurangi pemborosan pemakaian urea dan sekaligus
menghemat biaya produksi atau efisisensi.
Untuk hasil panen belum dapat dilaporkan karena ke empat lokasi kondisi
pertanaman saat ini sedang primordial bunga, dan pertumbuhan tanam dan respon
patani relatif cukup baik.
4. Pelatihan/Narasumber
Dalam pendamping SL-PTT padi sawah telah dilakukan pelatihan tentang
inovasi teknologi PTT Padi sawah yang telah dilaksanakan di Kabupaten Solok Selatan
berupa PL 3 untuk para penyuluh sebanyak 1 (satu) kali dan SL padi sawah yang
persertanya adalah pelaksana demfarm SLPPT padi sawah sebanyak 3 kelompok tani.
Pelatihan dilaksanakan sebanyak 3 kali di BPP KPGD dengan jumlah peserta masing-
masing sebanyak 30 orang petani dan ditambah dengan penyuluh pendamping.
Materi yang disampaikan disesuaikan dengan kegiatan lapang mulai dari
seleksi benih, pengolahan tanah, persemaian, pemupukan pengendaalian hama
penyakit (OPT) kalender tanam dan sebagainya.
24
5. Media Cetak
Dalam rangka mempercepat proses penyebaran informasi inovasi teknologi
kepada pengguna disamping dilakukan pelatihan juga dilakukan melalui media cetak.
BPTP Sumbar dalam kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah umumnya dan
khususnya di Kabupaten Solok Selatan pada tahun anggaran 2012 ini telah
disdistribusikan berbagai media seperti dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perkembangan Penyebarluasan Inovasi (Leaflet) untuk Distan, Bapeluh, PPL dan POPT di KabupatenSolok Selatan, Juni 2012
No. Judul Materi Leaflet Jumlah Eksemp
Jumlah Inovasi Yang Dimuat
Target Penerima Media Informasi
Realisasi
1. Deskripsi VUB Spesifik Sumatera Barat
50 4 VUB padi sawah PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
2. Teknologi Perbanyakan Benih
50 Teknologi perbanyakan benih
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
3. Pemupukan Spesifik Lokasi
50 2 inovasi teknologi padi sawah penggunaan PUTS dan BWD
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor
Telah didistribusikan
25
Penyuluahan Kab. Solok Selatan
4. Hama utama dan pengendaliannya
50 4 jenis hama utama padi sawah
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
5. Penyakit utama dan pengendaliannya
50 3 jenis penyakit utama padi sawah
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
6. Pengelollaan Hara Spesifik Lokasi
50 PHSL untuk padi sawah dan PUJS untuk jagung
PPL dan PHP Kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Batang Hari, Sangir BalaiJanggo, Sangir Jujuhan Ka Distan dan Ka Kantor Penyuluahan Kab. Solok Selatan
Telah didistribusikan
Dengan adanya penyebarluasan media informasi ini diharapkan dapat
menambah materi /bahan penyuluhan bagi para penyuluh dan meningkatkan
penguasaan teknologi oleh petani dalam berusaha tani.
26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Telah dilakukan kegiatan koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Hortikultura, Peternakan dan Perikanan serta Kantor Penyuluhan Pertanian dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan dengan menyampaikan rencana
pelaksanaan kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah tahun 2012 di Kabupaten
Solok Selatan.
2. Hasil identifiksi biofiisik melalui metode PRA ditemukan gambaran umum
permasalahn dan eksisting teknologi yang hampir sama di setiap kecamatan. Dari
hasil PRA tersebut telah disampaikan rekomendasi teknologi untuk satiap
kecamatan.
3. Untuk kegiatan demplot display VUB padi sawah telah ditetapkan beberapa lokasi
yaitu di kecamatan KPGD, Sungai Pagu, Pauh Duo dan Sangir. Namun belum
dapat dilaporkan hasilnya karena belum panen.
4. Pelatihan inovasi teknologi untuk peningkatan produksi padi sawah serta kalender
tanam untuk PPL dan POPT telah dilakukan di BPP Kecamatan KPGD dengan
peserta para petani pelaksana demfarm SL-PTT sebanyak 3 kelompok tani.
5. Media cetak inovasi teknologi PTT padi sawah dan buku saku Hama Penyakit pasi
sawah dan pengendaliannya telah didistribusikan kepada Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Hortikultura, Peternakan dan Perikanan serta Kantor
Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan
5.2. Saran
Dalam upaya peningkatan produksi padi sawah disarankan agar pendamping
dilakukan lebih secara intensif sehingga petani dapat mengadopsi dan melaksanakan
inovasi teknologi padi sawah spesifik lokasi sesuai dengan yang telah diterapkan
dalam kegiatan pendampingan SLPTT padi sawah seperti penggunaan VUB, sistem
tanam legowo serta pemupukan spesifik lokasi.
27
BAB VI. KINERJA KEGIATAN
6.1. KELUARAN (OUTPUT) YANG DICAPAI
Terlaksananya sebagian kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah non hebrida
dikabupaten Solok Selatan dan terjalinnya komunikasi dan koordinasi sesama
pelaku muali dari peneliti, penyuluh, petani serta SKPD terkait
6.2. HASIL (OUTCOMES) YANG DICAPAI
Terlaksananya pelatihan dan distribusi inovasi teknologi PTT padi sawah
sehingga dapat meningkatkan kemampuan petugas dan petani dalam
implementasi/penerapan teknologi PTT di lapangan
6.3. MANFAAT (BENEFIT) YANG DICAPAI
Diadopsinya teknologi PTT padi sawah oleh petani sebagai pelaku usaha baik
secara individu maupun berkelompok terutama dengan menyebarnya varitas
unggul baru (VUB) sesuai dengan pilihan petani setempat.
6.4. DAMPAK (IMPACT) YANG DICAPAI
Dengan penerapan berbagai teknologi budidaya padi sawah, para petani lebih
efisien dalam mengembangan usahataninya. Dengan diperkenalkan VUB dalam
pendapingan maka alternatif pilihan varitas semakin banyak sehingga produksi
dan pendapatan petani meningkat dan ketahanan pangan secara nasional dapat
dicapai.
6.5. KISAH SUKSES (SUCCESS STORY)
Belum ada
28
BAB VII . DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., R. Roswita, N. Hasan, Ismon L., dan Z. Irfan. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Lahan Irigasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. 51 hal.
Badan Litbang. 2009. Pedoman Umum PTT Padi Sawah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 20 hal
Bappeda dan BPS Propinsi Sumatera Barat. 2011. Sumatera Barat Dalam Angka (Sumatera Barat in Figures) 2010/2011. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Barat. 633 hal.
Dirjen Tanaman Pangan. 2007. Rencana operasional peningkatan tambahan produksi beras 2 juta ton tahun 2007. Makalah disampaikan pada Lokakarya P2BN, Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Maret 2007.
Deptan, 2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian. 38 hal.
Las,I. H. Syahbuddin, E. Surmaini, dan Achmad M. Fagi. 2008. Iklim dan Tanaman Padi: Tantangan dan peluang. Dalam: Suyamto et al (Eds).Buku Padi, Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.151-189.
Purwanto.S. 2008. Implementasi kebijakan untuk pencapaian P2BN. Dalam. B. Suprihatno et al. (Eds). Hasil-Penelitian Padi Menunjang P2BN. Prosid. Seminar Apresiasi (Buku I), Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Badan Litbang Pertanian. p.9-37.
Puslitbangtan dan BBP2TP. 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Puslitbangtan dan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pertanian. 20 hal.
Suprihatno, B., AA. Daradjat, Satoto, Suwarno, E. Lubis, Baehaki SE., Sudir, SD. Indrasari, P. Wardana, dan MJ. Mejaya. 2011. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. 118 hal.