bab i pendahuluan penggemukan sapi

Upload: abdul-wahab-mulia

Post on 13-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Proposal Usaha

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Kebutuhan masyarakat akan daging sapi semakin meningkat, akan tetapi hal tersebut tidak selaras dengan ketersediaan sapi di dalam negeri, termasuk di Aceh. Permasalahan tersebut menghasilkan kebijakan impor sapi setiap tahunnya dari negara tetangga, Australia merupakan salah satu negara kerabat yang menjadi pengimpor sapi. Seharusnya kebutuhan daging sapi harus diimbangi dengan ketersediaan sapi di dalam negeri, kurangnya pemahaman dan disiplin ilmu para peternak sapi menyebabkan sektor ini tidak memiliki perkembangan yang baik. Selain itu sektor ini masih kurang mendapatkan perhatian dari kita semua. Dalam mengatasi permasalahan mendasar ini, solusi yang paling tepat adalah pembibitan dan penggemukan sapi yang dilaksanakan dengan disiplin ilmu dan mengikuti perkembangan teknologi. Dalam dunia usaha peternakan, pembibitan sapi dianggap terlalu kompleks untuk dijalankan. Maka banyak para pengusaha lebih memilih cara penggemukan sapi untuk memenuhi pasokan daging sapi. Penggemukan sapi dianggap lebih murah, mudah, berkualitas, menguntungkan, perputaran uang yang cepat dan ramah lingkungan. Usaha penggemukan sapi di Aceh belum banyak mendapat perhatian masyarakat. Seharusnya hal ini menjadi perhatian yang paling utama bagi peternak sapi aceh yang terkenal dengan karakteristiknya. Sapi Aceh memilki fisik lebih besar dari sapi lainnya dipulau sumatera, produksi daging berat karkas sapi Aceh yang jantan berkisar 129,9 kg dan sapi Aceh betina 109,8 kg. (ditjennak.deptan.go.id)Produksi daging tersebut sebenarnya bisa lebih ditingkatkan produktivitasnya dengan melakukan penggemukan sapi yang tepat serta disiplin ilmu. Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HTP) Indrapuri-Aceh menyatakan dilaman resminya bahwa industri penggemukan sapi di aceh masih belum menyentuh masyarakat dan masih sangat minim dikembangkan. Masyarkat dan pengusaha dibagian ternak sapi lebih memilih mempertahankan cara konvensional yang menyebabakan tidak adanya peningkatan produksi daging di Aceh. Majalah Tempo menggungkapkan Aceh baru menjalin kerjasama dengan pihak asing yaitu Australia dalam pengembangan Industri Pembibitan dan Penggemukan sapi pada April yang silam. Jadi sektor ini merupakan sektor yang baru di Aceh, dan sudah seharusnya masyarakat juga ikut ambil andil dalam pengembangan Industri Pembibitan atau Penggemukan sapi. Kebutuhan akan pengembangan industri penggemukan sapi sudah sangat mendesak mengingat Negara kita masih melakukan impor daging sapi, dan di daerah kita Aceh harga daging sapi selalu mengalami kenaikan dan permintaan pasar akan daging juga semakin meningkat. Aceh yang terkenal dengan tradisi Mak Meugang nya tentu memiliki kebutuhan pasokan daging yang tidak sedikit. Serambi Indonesia edisi 6 Oktober 2014 memaparkan tentang harga daging di Aceh pada saat Mak Meugang lebaran Idul Adha yang berada dikisaran harga Rp 120.000 per kg sampai Rp 150.000 per kg bahkan mencapai Rp 160.000 per kg. Kondisi ini tidak mungkin diatasi dengan intervensi pemerintahan tetapi bisa dengan bekerjasama dengan masyarakat dan berbagai pihak untuk meningkatkan produksi daging sapi yang akan berpengaruh dalam menstabilkan harga daging sapi di Aceh.Usaha budidaya penggemukan sapi potong dengan produk utama sapi siap potong memiliki prospek atau peluang usaha yang tinggi. Usaha tersebut dapat diarahkan sebagai unit usaha berkelompok yang mampu meningkatkan pendapatan dan memberikan nilai tambah bagi peternak sapi potong. Model usaha ini memiliki peluang pasar yang baik karena usaha penggemukan selama +4 bulan akan menghasilkan bobot sapi sekitar 450 kg. Dengan harapan memenuhi pasokan kebutuhan daging sapi dan menjaga kestabilan harganya. Secar teknis, industri atau budidaya penggemukan sapi bisa dikondisikan untuk unit usaha kecil dan menengah. Kebijakan Bank Indonesia melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/PD.400/9/2009 tentang penyediaan kredit usaha budidaya pembibitan sapi dan Peraturan pemerintah No. 6 tahun 2013 tentang akses sumber pembiayaan dan permodalan yang menerbitkan pola pembayaran usaha kecil dari usaha pengembangbiakan sapi dan budidaya (penggemukan). Pola tersebut menegaskan kalayakan pemberiaan biaya dari lembaga keuangan perbankan maupun non-bank untuk memberikan bantuan modal usaha, terutama untuk pembiayaan investasi maupun modal kerja. Tentunya dengan adanya kebijakan antar lembaga ini dan dasar hukum yang baku kan sangat membantu pengusaha dalam menjalankan usahanya untuk menjaga kestabilan harga daging sapi dan mengurangi ketergantungan akan impor.