bab i pendahuluan - abstrak.ta.uns.ac.id · penelitian ini membahas tentang makna paribahasa bali...

31
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu lambang yang berwujud bunyi atau ujar yang diujarkan manusia sebagai alat komunikasi. Bahasa itu terbentuk dari budaya dan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Setiap daerah pasti memiliki bahasa yang berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi dikarenakan pola pikir dan pengetahuan manusia serta keadaan alam yang berbeda-beda pula. Perbedaan bahasa ini dapat dilihat dari segi budaya, alam sekitar dan mata pencaharian. Bahasa-bahasa dalam keseharian masyarakat saat ini terjadi karena adanya suatu kejadian yang diolah dan akhirnya diberi nama dengan kesepakatan antar masyarakat itu sendiri. Pemberian nama dalam suatu bahasa tidak bersifat semena- mena, melainkan terdapat korelasi antara nama dengan sesuatu yang dirujuk. Nama tersebut dibuat seperti simbol. Simbol tersebut merupakan sebuah benda yang memiliki arti sendiri dan dapat memberikan makna sesuai dengan yang dituju. Sehingga simbol-simbol tersebut memiliki makna dua arti diantaranya adalah arti dari benda itu sendiri yang disebut dengan makna leksikal dan arti yang berkaitan dengan sesuatu yang dirujuk yang disebut dengan makna kultural. Adapun ilmu yang paling sesuai untuk mengkaji nama-nama tersebut adalah Etnolinguistik. Etnolinguistik adalah suatu bidang linguistik yang mempelajari tentang hubungan bahasa dengan kebudayaan. Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang erat hubungannya dengan budaya Jawa. kebanyakan dari masyarakat tersebut, yang bertempat tinggal di desa

Upload: nguyenkiet

Post on 08-Apr-2019

233 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan suatu lambang yang berwujud bunyi atau ujar yang

diujarkan manusia sebagai alat komunikasi. Bahasa itu terbentuk dari budaya dan

pengetahuan masyarakat itu sendiri. Setiap daerah pasti memiliki bahasa yang

berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi dikarenakan pola pikir dan pengetahuan

manusia serta keadaan alam yang berbeda-beda pula. Perbedaan bahasa ini dapat

dilihat dari segi budaya, alam sekitar dan mata pencaharian.

Bahasa-bahasa dalam keseharian masyarakat saat ini terjadi karena adanya

suatu kejadian yang diolah dan akhirnya diberi nama dengan kesepakatan antar

masyarakat itu sendiri. Pemberian nama dalam suatu bahasa tidak bersifat semena-

mena, melainkan terdapat korelasi antara nama dengan sesuatu yang dirujuk. Nama

tersebut dibuat seperti simbol. Simbol tersebut merupakan sebuah benda yang

memiliki arti sendiri dan dapat memberikan makna sesuai dengan yang dituju.

Sehingga simbol-simbol tersebut memiliki makna dua arti diantaranya adalah arti

dari benda itu sendiri yang disebut dengan makna leksikal dan arti yang berkaitan

dengan sesuatu yang dirujuk yang disebut dengan makna kultural. Adapun ilmu

yang paling sesuai untuk mengkaji nama-nama tersebut adalah Etnolinguistik.

Etnolinguistik adalah suatu bidang linguistik yang mempelajari tentang hubungan

bahasa dengan kebudayaan.

Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang erat hubungannya dengan

budaya Jawa. kebanyakan dari masyarakat tersebut, yang bertempat tinggal di desa

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

2

masih menjunjung tinggi budayanya. Ketika mereka ingin merencanakan atau

melakukan sesuatu kegiatan yang besar, mereka selalu meminta ijin kepada para

leluhurnya. Hal itu dilakukan dengan cara melakukan upacara-upacara kecil yang

diiringi dengan pembuatan sesaji. Cara pembuatan sesaji dan jenis-jenis sesaji yang

disajikan pun berbeda-beda. Perbedaan tersebut tergantung dari niat dan tujuannya.

Pada saat pembangunan rumah misalnya, pada awal dan akhir pembangunan rumah

masih ada orang yang melakukan upacara dan membuat sesaji. Pembuatan sesaji

dalam rangka pembangunan rumah ini masih sering dilakukan karena mereka

meyakini bahwa dengan adanya upacara dan pembuatan sesaji, pembangunan akan

selamat, tanpa ada korban dalam proses pembangunannya serta dapat selesai tepat

waktu. Selain itu, pembuatan sesaji memiliki harapan agar rumah tersebut bisa awet

dan kokoh, baik bangunannya maupun isi yang ada didalamnya (rumah tangga).

Tradisi pemasangan sesaji sudah jarang lagi diterapkan pada

pembangunan rumah, karena hal-hal yang berhubungan dengan sesaji dianggap

musrik. Di Desa Sidorejo, peneliti menemukan proses pembangunan rumah yang

masih menggunakan sesaji lengkap dengan upacara slametan. Warga yang masih

menggunakan sesaji adalah warga yang memiliki kepercayaan kuat terhadap

budaya Jawa. Mereka meyakini bahwa meninggalkan sesaji akan memberikan

dampak buruk terhadap hajat yang mereka lakukan seperti halnya sesaji dalam

pembangunan rumah di Desa Sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Pada

pembangunan fondasi rumah nampak jelas terdapat sesaji pada setiap sudut fondasi.

Setelah ditinjau lebih dalam, sesaji ini memiliki makna yang berkorelasi dengan

jenis, nama, dan sifat dari benda-benda yang disertakan dalam sesaji. Akan tetapi,

kebanyakan masyarakat Desa Sidorejo tidak mengetahui fungsi dan makna sesaji

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

3

yang disertakan dalam pembangunan rumah. Masyarakat selalu meminta bantuan

seorang dukun untuk mempersiapkan sesaji. Tidak semua dukun di Desa Sidorejo

mengetahui fungsi dan makna sesaji, dan hanya mengetahui jenis sesaji apa yang

harus disiapkan. Disamping itu peneliti juga menemukan perbedaan penggunaan

sesaji. Perbedaan itu merupakan sebuah perkembangan yang terjadi dari masa ke

masa. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji agar fungsi, makna dan

perkembangan dari sesaji tersebut dapat diketahui oleh generasi selanjutnya. Selain

itu, peneliti juga menganalisis bentuk istilah untuk mengetahui perbedaan makna

antara kata dasar dan kata yang sudah mengalami perubahan bentuk. Sampai saat

ini belum ada penulisan mengenai istilah-istilah sesaji dalam pembangunan rumah

di Desa Sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk megkaji

“Istilah-istilah Sesaji dalam Pembangunan Rumah di Desa Sidorejo,

Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi” (Suatu Kajian Etnolinguistik).

Adapun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan kajian etnolinguistik

antara lain sebagai berikut.

Iswati, 2004, dalam skripsi yang berjudul “Istilah Unsur-Unsur Sesaji

dalam Upacara Nyadranan di Makam Sewu Wiji Rejo Kecamatan Pondok

Kabupaten Bantul” (Suatu Kajian Etnolinguistik). Penelitian ini membahas

bentuk dan makna dari istilah unsur-unsur sesaji dalam upacara nyadranan makam

sewu Desa Wiji Kecamatan Pondok Kabupaten Bantul.

Hidhawatari, 2008, dalam skripsi yang berjudul “Istilah Unsur-Unsur

Sesaji dalam Tradisi Bersih Desa di Desa Gondang Kecamatan Gondang

Kabupaten Sragen” (Suatu Kajian Etnolinguistik). Penelitian ini membahas

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

4

tentang makna leksikal dan kultural perlengkapan sesaji bersih desa di Desa

Gondong Kecamatan Gondong Kabupaten Sragen.

Andina Dyah Sitaresmi, 2009, dalam skripsi yang berjudul “Istilah

Perlengkapan Sesaji Jamasan Nyai Setomi di Siti Hanggil Keraton Surakarta

Hadinngrat” (Suatu Kajian Etnolinguistik). Penelitian ini membahas bentuk,

makna leksikal, dan makna kultural Istilah Sesaji Jamasan Nyai Setomi di Siti

Hanggil Keraton Kusunanan Surakarta Hadiningrat.

Ninuk Diah Pratiwi, 2010, dalam skripsi yang berjudul “Istilah Unsur-

Unsur sesaji Tradisi Buku Luwur di Desa Candisari Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali” (Suatu Kajian Etnolinguistik). Penelitian ini membahas

tentang bentuk, makna leksikal dan makna kultural sesaji buka luwur di Desa

Candisari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

Ida Ayu Putu Aridawati, dalam Jurnal Budaya Volume 19 Nomor 2,

Agustus 2014 yang berjudul “Makna Ssioluktural Paribahasa Bali dalam Seni

Pertunjukan Drama Gong Lakon Kalung Berlian. Penelitian ini membahas tentang

makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian.

Wakit Abdullah, dalam Jurnal Linguistik Jawa Volume 1 Nomor 1,

Februari 2003 yang berjudul “Masyarakat Samin di Kabupaten Blora: Tradisi,

Bahasa, dan Modernitas” (Suatu Awal Etnolinguistik). Penelitian ini mengkaji

tentang bahasa samin di Kabupaten Blora yang berkaitan dengan tradisi, bahasa,

dan modernitas.

Bebetho Frederik Kasmiadi, Bambang Wibisono, Andang Subaharianto,

dalam Jurnal Publik Budaya Volume 1 Nomor 1, November 2013 yang berjudul

“Istilah-istilah yang Digunakan Pada Acara Ritual Petik Pari Oleh Masyarakat

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

5

Jawa di Desa Sumberpucung Kabupaten Malang” (Suatu Kajian Etnolinguistik).

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk, makna, dan

penggunaan istilah-istilah yang digunakan pada ritual petik pari oleh masyarakat

Jawa di Desa Sumberpucung Kabupaten Malang.

Adapun alasan peneliti mengkaji “Istilah-istilah Sesaji dalam

Pembuatan Rumah di Desa Sidorejo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi”

(Suatu Kajian Etnolingistik) adalah sebagai berikut:

1. Istilah-istilah sesaji dalam pembuatan rumah di Desa Sidorejo,

Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi ini belum pernah diteliti.

2. Pengetahuan mengenai makna dari istilah-istilah sesaji dalam

pembuatan rumah ini adalah suatu pengetahuan yang mendasar ketika

ingin membangun sebuah rumah.

3. Kebanyakan masyarakat Jawa pada saat ini hanya menerapkan upacara

tersebut tanpa mengetahui makna dan fungsi dari sesaji yang

digunakan.

4. Sesaji dalam pembuatan rumah memiliki makna leksikal dan kultural

yang berdasarkan pada masyarakat sesuai dengan budaya yang berlaku

di Desa sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka

penelitian ini akan mengkaji permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakankah bentuk dan makna leksikal istilah-istilah sesaji

dalam pembangunan rumah di Desa Sidorejo Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi?

2. Bagaimanakah makna kultural dari istilah-istilah sesaji dalam

pembangunan rumah di Desa Sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten

Ngawi?

3. Bagaimanakah perkembangan sesaji dalam pembangunan rumah di

Desa Sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi?

C. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk dan makna leksikal istilah-istilah sesaji

dalam pembangunan rumah di Desa Sidorejo Kecamatan Kendal

Kabupaten ngawi.

2. Mendeskripsikan makna kultural dari istilah-istilah sesaji dalam

pembangunan rumah di Desa Sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten

Ngawi.

3. Mendeskrisikan perkembangan sesaji dalam pembangunan rumah di

Desa Sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

7

D. Pembatasan Masalah

Penelitian yang berjudul “Istilah-istilah Sesaji dalam Pembangunan

Rumah di Desa Sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi” ini dikaji

menggunakan teori etnolinguistik. Untuk mempermudah penelitian dan tidak

melebar dari permasalahan yang ada maka permasalahan dibatasi pada masalah

bentuk istilah, makna leksikal, makna kultural, dan perkembangan sesaji dalam

pembangunan rumah di Desa Sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi.

E. Landasan Teori

1. Etnolinguistik

Istilah ‘etnolinguistik’ berasal dari kata ‘etnologi’ berarti ilmu yang

mempelajari tentang suku-suku tertentu dan ‘linguistik’ berarti ilmu yang mengkaji

seluk-beluk bahasa keseharian manusia atau disebut juga ilmu bahasa yang lahir

karena adanya penggabungan antara pendekatan yang biasa dilakukan oleh para

ahli etnologi (kini antropologi budaya) (Sudaryanto, 1996: 9).

Etnolinguistik adalah jenis linguistik yang menaruh perhatian terhadap

dimensi bahasa (kosakata, frasa, klausa, wacana, unit-unit lingual lainnya) dalam

dimensi sosial dan budaya (seperti upacara ritual, peristiwa budaya, folklor, dan

lainya) yang lebih luas untuk memajukan dan mempertahankan praktik-praktik

budaya dan struktural sosial masyarakat. (Wakit Abdullah, 2003: 10)

Ditegaskan lagi bahwa etnolinguistik adalah suatu ilmu bagian yang pada

mulanya erat bersangkutan dengan ilmu antropologi yang objek penelitinya berupa

daftar kata-kata, pelukisan-pelukisan dari ciri-ciri dan pelukisan-pelukisan tentang

tata bahasa dari bahasa-bahasa lokal yang tersebar di berbagai tempat dimuka bumi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

8

ini, terkumpul bersama-sama dengan bahan tentang unsur kebudayaan sesuatu suku

bangsa (Koentjaraningrat, 1977: 2).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

etnolinguistik adalah ilmu yang mempelajari istilah-istilah yang berkaitan dengan

budaya masyarakat.

2. Istilah

Istilah adalah suatu kata atau gabungan kata yang dengan cermat

mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang

tertentu (KBBI: 390).

Istilah yaitu perkataan khusus yang mengandung arti tertentu di

lingkungan suatu kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan

konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu (Harimurti

Kridalaksana, 2011:97).

Koentjaraningrat mengartikan istilah sebagai keseluruhan dari isi serta

kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam hal menanggapi

lingkungannya (dalam Pratiwi, 2010: 22)

Berdasarkan pendapat peneliti tersebut, disimpulkan bahwa istilah adalah

suatu kata atau frase yang memiliki makna khusus, makna tersebut berasal dari arti

kosakata yang bersifat umum dari alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam

menghadapi lingkunganya. Adapun penelitian ini membahas tentang istilah-istilah

yang memiliki makna sesuai dengan alam pikiran manusia dalam lingkungannya.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

9

3. Sesaji

Sajen yaiku apa-apa sing disajekake (lumrahe awujud kembang, menyan,

lan sak piturute )’sajen yaitu semua yang disajikan (biasanya berwujud bunga,

menyan, dsb)’ (Widada dkk, 2001: 685) dalam setiap upacara orang Jawa selalu

diikuti dengan pembuatan sesaji, bahkan ada juga pembuatan sesaji yng dilakukan

tanpa adanya suatu upacara.

Sesaji memang ada dalam setiap upacara orang Jawa, bahkan pembuatan

sesaji yang dilakukan tanpa adanya suatu upacara. Adapun bentuk dari sesaji terdiri

dari berbagai jenis makanan, antara lain nasi tumpeng, berbagai jenis panganan,

rempah-rempah, bermacam-macam benda kecil yang diatur dalam sebuah pinggan

kecil yang terbuat dari bambu (Koentjaraningrat, 1984: 365). Selanjutnya Geertz

(dalam Koentjaraningrat, 1984: 365) menambahkan dengan membuat daftar dari

sebanyak 15 buah jenis benda, mulai dari sisir rambut saku sampai mata uang logam

serta makanan, yang diperlukan dalam suatu upacara tingkeban di Mojokuto dalam

1954.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesmpulan bahwa

sesaji merupakan perlengkapan simbolik yang terdapat dalam setiap upacara adat

Jawa. sesaji ini merupakan simbol-simbol yang emiliki makna khusus tergantung

pada tujuan suatu acara dilakukan. Dalam upacara adat selamatan, sesaji adalah

salah satu bagian penting yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap upacara mempunyai

kelengkapan sesaji sesuai dengan jenis upacaranya, seperti dalam proses pembuatan

rumah di Desa Sidorejo.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

10

4. Selamatan

Di pusat seluruh sistem keagamaan orang Jawa terdapat suatu upacara

yang sederhana, formal, tidak dramatis, dan hampir-hampir mengandung rahasia

yang disebut dengan selametan atau slametan. Slametan adalah versi Jawa dari apa

yang merupakan upacara keagamaan yang paling umum di dunia, karena

melambangkan kesatuan mistis dan sosial mereka yang ikut serta di dalamnya.

Teman, tetangga, rekan sekerja, sanak keluarga, arwah setempat, nenek moyang

yang sudah mati, dan dewa-dewa yang hampir terlupakan, semuanya duduk

bersama mengelilingi suatu meja dan karena itu terikat ke dalam suatu kelompok

sosial tertentu yang diwajibkan utnuk tolong-menolong dan bekerja sama (Geertz,

1983: 13). Slametan atau wilujengan adalah suatu upacara pokok atau unsur

terpenting dari hampir semua ritus dan upacara dalam sistem religi orang Jawa pada

umumnya, dan penganut Agami Jawi khususnya (Koentjaraningrat, 1984: 344).

Slametan adalah upacara adat Jawa yang berupa sedekah makanan dan doa

bersama yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan ketentraman untuk

keluarga yang menyelenggarakan. Orang Jawa meyakini bahwa slametan adalah

syarat spiritual yang wajib dan jika dilanggar akan mendapatkan ketidakberkahan

atau kecelakaan.

Dalam pembangunan rumah terdapat berbagai slametan agar para pekerja

pembuat rumah dalam proses pembangunan akan selamat, lancar tidak ada suatu

halangan apapun. Rumah yang dibangun pun juga akan kokoh kuat, awet, dan tidak

terganggu oleh hal-hal yang bersifat merugikan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

11

5. Bentuk Istilah

a. Monomorfemis

Monomorfemis terjadi dalam satu morfem (Harimurti Kridalaksana, 2011:

257) monomorfemis adalah suatu kata yang terdiri dari satu morfem. Morfem

adalah satuan gramatikal yang terkecil yang mempunyai makna (Abdul Chaer,

2007: 146). Morfem merupakan satuan bahasan terkecil yang maknanya secara

relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian-bagian bermakna yang lebih

kecil (Harimurti Kridalaksana, 2011: 158).

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

monomorfemis adalah satuan gramatikal yang bermakna dan tidak dapat dibagi lagi

menjadi makna yang lebih kecil. Dalam istilah-istilah unsur sesaji dalam

pembangunan rumah di Desa Sidorejo terdapat istilah monomorfemis seperti

ingkung, peyek, takir.

b. Polimorfemis

Polimorfemis merupakan kata yang telah mengalami proses morfologis.

Hal tersebut dikarenakan terjadinya afiksasi, pemajemukan dan reduplikasi. Kata

yang bermorfem lebih dari satu disebut polimorfemis (Joko Kentjono, 1982: 44).

Istilah-istilah sesaji dalam pembangunan rumah di Desa sidorejo Kecamatan

Kendal Kabupaten Ngawi terdapat beberapa istilah yang termasuk dalam bentuk

polimorfemis. Bentuk ini terjadi dari proses pembubuhan afiks atau afiksasi dan

pemajemukan.

Afikasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk

dasar. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya morfem terikat yang diimbuhkan pada

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

12

sebuah dasar dalam proses pembentukan kata (Abdul Chaer, 2007: 177). Pada

dasarnya polimorfemis adalah sebuah kata yang telah dibubuhi imbuhan yang akan

menumbulkan makna baru. Contoh: kuluban, [kulupan] yaitu sebutan untuk

berbagai jenis sayuran yang dapat dihidangkan dengan sambal kacang atau sambal

kelapa. Kulub “sebutan untuk jenis sayuran yang dimasak dengan direbus dan

dihidangkan dengan sambal kacang atau sambel kelapa” + Sufiks –an → kuluban

‘sebutan untuk berbagai jenis sayuran yang dapat dihidangkan dengan sambal

kacang atau sambal kelapa’.

Pemajemukan atau kata majemuk adalah sebutan kata yang memiliki

makna baru yang tidak merupakan gabungan makna unsur-unsurnya (Alisjahbana,

1953 dalam Cheer, 2007: 186). Kata majemuk adalah gabungan leksem dengan

leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis,

gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan

(Harimurti Kridalaksana, 2010: 111). Kata majemuk adalah proses morfemis yang

menggabungkan dua morfem dasar (atau pradasar) menjadi satu kata yang namanya

“kata majemuk” atau “kompaun” (Verhaar, 2010: 154).

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kata

majemuk adalah proses morfemis yang menggabungkan antara leksem dengan

leksem yang menghasilkan makna baru yang tidak merupakan gabungan dari unsur-

unsurnya. Pada penelitian ini terdapat kata yang merupakan kata majemuk

diantaranya adalah kata gedhang raja.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

13

c. Frasa

Frasa adalah suatu gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

terlampaui batas fungsi unsur klausa. Frasa adalah kelompok kata yang merupakan

bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang (Verhaar, 2010: 291). Frasa

adalah sebagai satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata

yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya tidak menjadi pembentukan

klausa (Joko Kentjono, 1982: 57). Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang

sifatnya tidak predikatif. (Harimurti Kridalaksana, 2011: 66).

Dari beberapa pendapat diatas jelas bahwa frasa adalah suatu gabungan

kata yang tidak predikatif yang tidak dapat dikatakan sebagai klausa. Kebanyakan

kata yang terdapat pada istilah-istilah sesaji dalam pembangunan rumah di Desa

Sidorejo Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi berupa frasa seperti: sega gurih,

dhuwit cring, janur kuning, cengkir kuning gadhing.

6. Makna

Makna adalah arti yang dimiliki oleh sebuah kata (baca: leksem) karena

hubungannya dengan makna leksem lain dalam sebuah tuturan (Edi Subroto, 2011:

23). Makna adalah maksud pembicara, pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman

persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia, hubungan, dalam arti

kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa dan alam di luar bahasa atau

antara ujaran dan semua hal yang ditunjuknya. Makna adalah cara menggunakan

lambang-lambang bahasa (Harimurti Kridalaksana, 2011: 148). Berdasarkan uraian

diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna adalah arti dari sebuah kata karena

hubungannya dengan hal-hal lain dalam sebuah tuturan.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

14

a. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah arti yang terkandung dalam kata-kata sebuah

bahasa yang lebih kurang bersifat tetap (Edi Subroto, 2011: 31). Makna leksikal

adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa dll. Unsur-

unsur bahasa lepas dari penggunaanya atau konteksnya (Harimurti Kridalaksana,

2011: 149). Makna leksikal merupakan sebuah arti yang sesungguhnya yang

terbebas dari konteks.

b. Makna Kultural

Makna kultural adalah arti yang secara khas mengungkapkan unsur-unsur

budaya dan keperluan budaya secara khas aspek kebudayaannya, arti kultural itu

begitu khasnya sehinngga hampir tidak mungkin diterjemahkan kedalam bahasa

lain (Edi Subroto, 2011: 36), kemudian dijelaskan (Subroto dalam Abdullah, 2013:

20) makna kultural adalah makna yang dimiliki bahasa sesuai dengan konteks

budaya penuturnya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut jelas bahwa makna

kultural adalah arti bahasa yang khas yang berkitan dengan konteks budaya.

7. Prosesi Pembangunan Rumah

Perihal pembangunan rumah ada beberapa prosesi atau upacara. Upacara

ini dimaksudkan untuk mengantarkan doa selamat kepada tukang-tukang dan

penggarap lainnya. Pemberian doa ini bertujuan agar proses pembangunan rumah

lancer tanpa ada halangan. Pembangunan rumah di Desa Sidorejo ini terdiri dari

dua tahap diantaranya adalah Dhudhuk pondhasi ‘menggali tanah untuk pembuatan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

15

fondasi’ dan Ngedegne omah ‘mendirikan rumah’. Dhudhuk pondasi adalah proses

awal dalam pembangunan sebuah rumah, yaitu membuat atau membangun pondhsi

rumah. Pada awal pembuatan fondasi, sesaji diletakkan di luar fondasi seperti

gambar berikut.

Gambar 1. Pemasangan Sesaji Takir di luar Fondasi

Ngedegne omah adalah proes pembangunan rumah yang mendekati tahap akhir

yaitu dengan didirikannya tiang penyangga, atau bila dalam model rumah tersebut

tidak memiliki tiang maka peristiwa itu ditandai dengan dinaikanya kayu sebagai

panuwun’kayu besar penyangga atap rumah’. Pada saat ngedegne omah juga diikuti

dengan pemasangan sesaji takir dan sesaji yang dipasang pada tiang penyangga

rumah seperti kelapa gading, janur kuning ‘daun kelapa yang berwarna kuning’,

tebu ireng ‘sejenis tebu hitam’, daun andong, dan lain-lain. Untuk sesaji takir

diletakkan di dalam lingkar sudut fondasi seperti gambar berikut.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

16

Gambar 2. Pemasangan sesaji ngedegne omah

Untuk rumah model baru sesaji tetap digunakan dan diletakkan menyerupai model

lama. Sesaji tiang diletakkan pada bangunan utama diambil empat titik tengah dari

ujung fondasi. Untuk mengetahui bangunan utama dapat dilihat dari letak pintu

utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. berikut

merupakan cara peletakkan sesaji takir dalam rumah yang berbentuk ‘L’.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

17

Gambar 3. Pemasangan Sesaji pada Rumah Model ‘L’ dengan Pintu di Belakang

gambar di atas menunjukkan rumah yang letak pintunya berada diujung huruf ‘L’.

Bila pintu berada di sisi lain maka perhatikan gambar berikut.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

18

Gambar 4. Pemasangan Sesaji pada Rumah Model ‘L’ dengan Pintu di Depan

Rumah model baru sudah tidak menggunakan tiang penyangga, maka

peletakkan sesaji tiang dapat diselipkan pada tembok rumah seperti pada gambar di

atas.

8. Selamatan dalam Membuat Rumah

Prosesi pembangunan rumah di Desa Sidorejo didahului dengan

mengadakan upacara slamatan. Kemudian pembanguan dimulai dengan menggali

tanah untuk membangun fondasi rumah. Penggalian tersebut diikuti dengan

menaruh sesaji takir pada setiap sudut fondasi dan pada bagian tengah bangunan

Slametan selanjutnya adalah slametan yang dilakukan pada saat akan

membersihkan, membentuk dan memasang bahan kayu bangunan bagian atas

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

19

rumah, slametan ini disebut ngedegne omah. Upacara pada tahapan ini terdapat

berbagai unsur sesaji yang diletakkan pada tiang, seperti janur kuning, gedhang

satundhun, jarit, dll. Kegiatan ini didahului dengan acara slametan yang dilakukan

oleh kerabat dan tetangga dekat.

Para peserta upacara slametan pada tahapan ini terdiri dari para kerabat

dan tetangga dekat ditambah dengan tenaga-tenaga tukang dan tenaga sukarela

tertentu yang disebut dengan sambatan. Tetangga dekat ini terdiri dari dua pihak,

yaitu tetangga dekat lama yang terdiri dari orang-orang di sekitar rumah tempat

tinggal yang mempunyai hajat dan tetangga dekat baru yang terdiri dari orang-

orang di sekitar lokasi bangunan rumah yang akan ditegakkan.

Penyelenggara upacara slametan adalah seseorang yang membangun

rumah, maksudnya adalah jika ada seseorang yang belum mampu membangun

rumah melainkan dibuatkan oleh orang lain seperti orang tua atau secara gotong-

royong maka yang menyelenggarakan adalah orang yang membuatkan rumah.

Orang tersebut juga harus menyiapkan seluruh peralatan upacara selamatan yang

diperlukan.

Pimpinan upacara slametan adalah seorang kiai atau seseorang yang lebih

dalam hal agama. Akan tetapi, ada juga yang mempercayakannya kepada seorang

dukun yang sangat dipercayai oleh masyarakat Desa Sidorejo Kecamatan Kendal

kabupaten Ngawi.

Adapun alat-alat upacaranya adalah sebagai berilut:

1) Jenis makanan untuk dihidangkan/dibagikan dalam upacara slametan.

a) Bothok pelas, makanan yang terbuat dari kedelai dan dalam prosesinya

dilakukan perendaman selama dua jam, kemudian ditumbuk dengan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

20

campuran ketumbar, bawang putih, laos, garam, gula dan parutan kelapa,

adonan tersebut kemudian dibungkus dengan daun pisang dan kemudian

direbus sampai matang.

b) Gedhang raja, salah satu jenis pisang yang memiliki bentuk besar, panjang

dan berwarna kuning. Gedhang raja ini memiliki rasa yang manis dan jenis

pisang ini sangat dominan sebagai “alat upacara”, sedangkan jenis pisang

lainnya kurang berperanan dalam system upacara suku Jawa.

c) Ingkung, masakan daging ayam utuh, artinya daging tersebut seolah-olah

masih berwujud seekor ayam hanya saja kepala ditarik ke atasbv dan dijepit

dengan sayap. Ayam tersebut direbus dan dicampur dengan bumbu kemiri,

ketumbar, kunir, bawang merah, bawang putih, santan, laos, daun salam,

dan bawang goreng.

d) Jadah putih, makanan yang berbahan dasar ketan yang dicampur dengan

kelapa. Makanan ini di masak dengan cara dikukus.

e) Jangan lodheh, yaitu sayuran yang dimasak dengan santan dan bahan-bahan

yang digunakan adalah labu jipang, kacang panjang, petai, tempe, cabai, dan

santan, sedangkan bumbunya: bawang merah, bawang putih, tempe busuk

dan penyedap rasa. Jangan lodheh memiliki cita rasa gurih dan segar.

f) Jangan tempe, sayuran yang dimasak dengan bahan dasar tempe yang diberi

santan dan berbagai bumbu seperti bawang merah, bawang putih, tempe

yang sudah membusuk, cabe yang ditumbuk halus, lalu diberi daun salam

dan lengkuas.

g) Jenag abang memiliki leksikal yaitu sejenis makanan yang terbuat dari

tepung beras yang diolah dan dicampur dengan santan, garam dan gula

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

21

merah. Gula merah di sini berfungsi sebagai penghasil warna merah pada

jenang.

h) Jenang putih memiliki makna leksikal yaitu sejenis makanan yang terbuat

dari tepung beras yang dicampur dengan santan dan garam. Makanan ini

memiliki tekstur yang lunak seperti bubur.

i) Kulupan, yaitu sayur yang dimasak dengan cara direbus sampai matang,

biasanya diberi bumbu kacang atau sambal kelapa. Sayuran yang digunakan

dalam membuat kulupan seperti daun ketela pohon, kecambah, kol, bacam,

kacang panjang, dan lain-lain.

j) Kupat, makanan yang terbuat dari beras dan dalam prosesinya dibutuhkan

perendaman terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam anyaman

daun kelapa berbentuk jajaran genjang, kemudian direbus dengan air sampai

matang.

k) Lepet, makanan yang terbuat dari ketan putih yang dibungkus menggunakan

daun kelapa, kemudian ditalipada tiga bagian, yaitu pada bagian atas, tengah

dan bawah.

l) Opak gaplek, sebuah olahan makanan yang terbuat dari ketela pohon, yang

kemudian diiris tipis-tipis untuk dijadikan kerupuk.

m) Pala kependem, yaitu jenis ubi-ubian yang terpendam di dalam tanah,

seperti: suweg, uwi, ketela, ganyong, garut dsb.

n) Panggang, yaitu ayam kampong utuh yangtelah dibersihkan jeroannya

kemudian disujeni, yaitu ditusuk dari tengah tepat di belakang brutu sampai

tembus pangkal leher. Setelah itu kepalanya ditarik ke depan dan dijepit

dengan sayap dan kaki. Ayam yang sudah disujeni kemudian dipanggang

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

22

dengan bara api dan diolesi bumbu yang terbuat dari campuran ketumbar,

bawang putih, gula Jawa, dan daun salam yang ditumbuk dan diberi sedikit

mentega, kemudian dipanggang sampai berwarna kecoklatan.

o) Peyek, yaitu makanan seperti kerupuk yang terbuat dari tepung beras yang

dicampur dengan berbagai bumbu. Biasanya diberi campuran kacang atau

teri.

p) Sega golong pitu, yaitu nasi putih yang dibentuk bulat dengan cara dikepal-

kepal menggunakan tangan. Nasi ini dibuat sejumlah tujuh buah.

q) Sega gurih, yaitu nasi putih yang rasanya gurih. Dalam proses

pengolahannya, nasi tersebut direbus terlebih dahulu dengan menggunakan

santan kelapa yang kental (Santen kanil) dan diberi garam secukupnya.

r) Srondeng, yaitu lauk yang terbuat dari parutan kelapa yang kemudian

dicampur dengan bumbu-bumbu seperti kunyit, ketumbar, bawang putih,

bawang merah, dan ditambah dengan daun salam, daun jeruk purut dan

lengkuas. Srondeng berwarna coklat kehitaman dan rasanya manis.

Srondeng ini biasanya diikutkan dalam takir dan adajuga yang dibuat lauk

dalam selametan.

2) Peralatan yang digunakan dalam sesaji

a) Andong, sebuah tanaman perdu yang bercabang. Mempunyai tinggi 2-4

meter dan bercabang. Andong memiliki daun yang panjang dan meruncing.

Biasanya tanaman andong ini digunakan sebagai tanaman hias dan bisa juga

dimanfaatkan sebagi obat.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

23

b) Brabon, sebuah kain berwarna merah yang diletakkan pada ujung atas tiang

penyangga dalam prosesi pembangunan rumah. Kain ini berbentuk persegi

empat dan diberi lubang di tengah, dengan tujuan agar bisa dimasukki ujung

kecil yang dimiliki oleh tiang penyangga.

c) Cengkir kuning gadhing, yaitu buah kelapa gadhing muda yang berwarna

kuning. Berbentuk lonjong seperti buah pepaya dan berwarna kuning.

d) Dhahdhap, sebuah daun berwarna hijau yang berbentuk menyerupai daun

sirih namun agak melebar. Daun ini memiliki tekstur permukaan yang kasar.

Berasal dari pohon yang lunak, kecil dan pendek.

e) Dhuwit cring, yaitu uang logam. Nama tersebut muncul dikarenakan adanya

persentuhn antar permukaan uang logam yang menghasilkan bunyi cring.

Oleh sebab itu masyarakat Desa Sidorejo menyebutnya dengan dhuwit

cring.

f) Janur kuning, yaitu daun kelapa muda yang berwarna kuning. Daun ini

sering diikutsertakan dalam tradisi upacara adat Jawa, khususnya dalam

pernikahan. Janur kuning biasanya dipasang dan dibuat seperti gapura pintu

masuk lokasi acara dilaksanakan.

g) Jarit atau sewek, yaitu sebuah selendang. Selendang ini biasanya bermotif

batik yang biasanya digunakan untuk menggendong anak. Jarik juga

merupakan sebuah kain yang digunakan para kaum wanita sebagai pakaian

bawahan.

h) Manggar, sebuah bunga yang dihasilakn oleh pohon kelapa. Manggar

memiliki warna kuning muda dan jika diraba memiliki tekstur yang lembut.

Manggar merupakan bakal calon buah kelapa.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

24

i) Pari, arane tetuwuhan sing wohe ditutu dadi beras (Bausastra Jawa,

2000:575). Sejenis tumbuhan yang buahnya digiling menjadi beras. Pari

memiliki tinggi 0,3 sampai dengan 1 meter. Jika sudah tua tanaman padi

berwarna kekuningan dan ujung tanamannya merunduk ke bawah.

j) Ringin, arane wit godhonge akeh ketel (Bausastra Jawa, 2000:672) yaitu

sebuah pohon besar yang memiliki daun yang rindang. Untuk benda atau

alat upacara ini digunakan seranting atau dua ranting daun beringin, dalam

arti daun pada ranting tidak dipetik.

k) Takir, sebuah wadah dari berbagai isi dari sesaji. Wadah ini terbuat dari dari

daun pisang yang dibentuk seperti mangkuk. Isi dari takir ini adalah telur,

kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, uang logam, bunga dan gantal.

l) Tebu ireng, adalah sejenis rumput-rumputan berbatang tinggi dan beruas-

ruas. Tanaman ini memiliki batang yang lunak dan berair. Tanaman ini

merupakan bahan baku dalam pembuatan gula pasir. Tebu ireng memiliki

daun yang berwarna keungu-unguan, bila batang dikupas warnanya

kekuning-kuningan dan memiliki batang yang lebih kecil daripada tebu

pada umumnya.

F. Data dan Suber Data

1. Data

Data adalah bahan penelitian (Sudaryanto, 1990:3). Dalam penelitian, data

yang dipandang sahih (valid) dan terhandal (terpercaya, reliable) adalah yang

berasal dari penutur asli bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1988:26) Data

dalam penelitian ini adalah data lisan yang berupa tuturan dari narasumber yang

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

25

mengandung istilah-istilah sesaji dalam pembuatan rumah di Desa Sidorejo

Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Dalam penelitian ini data yang terkumpul

berbentuk kata-kata, analisis dan hasil laporan analisis menggunakan kata-kata.

2. Sumber data

Sumber data adalah penghasil atau pencipta data yang dimaksud, biasanya

disebut denngan narasumber (Sudaryanto dalam Pratiwi, 2010:23). Sumber data

dalam penelitian ini berasal dari informasi terpilih sesuai kriteria. Adapun kriteria

informan adalah sebagai berikut:

1. Penutur asli berbahasa Jawa

2. Usia di atas 50 tahun

3. Penganut budaya Jawa

4. Mengerti sesaji dalam adat Jawa

5. Sehat jasmani dan rohani

6. Memiliki alat wicara lengkap

7. Menguasai bahasa Indonesia

8. Bersedia untuk menjadi informan

Untuk memperoleh data peneliti menggunakan tiga informan yang sesuai

dengan kriteria. Informan yang dimaksud adalah:

1) Bapak Jumani selaku sesepuh desa di Desa Sidorejo Kecamtan Kendal

Kabupaten Ngawi yang masih melestarikan tradisi memasang sesaji

dalam pembangunan rumah.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

26

2) Bapak Sugeng Jabir selaku dukun di Desa Sidorejo Kecamatan Kendal

Kabupaten Ngawi yang masih melestarikan tradisi memasang sesaji

dalam pembangunan rumah.

3) Bapak Wagiman selaku dukun dan sesepuh di Desa Sidorejo Kecamatan

Kendal Kabupaten Ngawi yang masih melestarikan tradisi memasang

sesajidalam pembangunan rumah.

G. Metode dan Teknik

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena

secara empiris hidup pada penutur-penuturnya. Sehingga menghasilkan catatan

berupa pemberian bahasa dan sifatnya seperti potret (Sudaryanto, 1993:62).

Deskripsi merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari

Nawawi, 1983:63). Penelitian kualitatif adalah metode pengkajian atau metode

penelitian suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan

prosedur-prosedur statistik (Edi Subroto, 2010: 5)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat atau objek penelitian. Lokasi penelitian ini

ada di wilayah Kabupaten Ngawi, yaitu lebih tepatnya di Desa Sidorejo. Peneliti

engambil lokasi ini sebagai objek penelitian karena merupakan salah satu wilayah

Page 27: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

27

Jawa yang masih melestarikan kebudayaan Jawa terutama dalam pembangunan

rumah. Oleh karena itu dapat dipastikan pemilihan lokasi tersebut tepat dijadikan

sebagai lokasi penelitian.

3. Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama merupakan

alat paling dominan dalam penelitian yaitu peneliti sendiri, sedangkan alat bantu

yaitu alat yang berguna untuk memperlancar penelitian seperti alat tulis, buku

catatan, kamera, komputer, dan alat-alat lain yang menunjang dalam menyelesaikan

penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis dan

menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksana, 2008:153). Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode cakap. Metode cakap ini disebut juga

metode wawancara yaitu peneliti melakukan dengan mengajukan pertanyaan

kemudian dijawab oleh narasumber. Disebut metode cakap karena dalam

percakapan terjadi kontak antara peneliti dengan penutur selaku narasumber

(Sudaryanto, 1990:7). Teknik lanjutan yang digunakan yaitu teknik pancing, teknik

rekam dan teknik catat.

a. Teknik pancing, yaitu dengan memancing informan agar memberikan data.

Peneliti untuk mendapat data pertama-tama harus dengan segenap

kecerdikan dan kemauannya memancing seseorang atau beberapa orang

agar berbicara (Sudaryanto, 1988:7).

Page 28: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

28

b. Teknik rekam, teknik rekam dilakukan dengan merekam tuturan informan.

Teknik ini digunakan sebagai bukti pendukung keabsahan penelitian.

Selain itu juga unuk menghindari ketertinggalan pencatatan data yang telah

diberikan oleh informan.

c. Teknik catat, teknik catat dilaksanakan dengan mencatat hal-hal yang

penting dalam penggunaan bahasa, pencatatan dapat dilakukan pada waktu

pengamatan atau segera setelah pengamatan berlangsung. Setelah data

terkumpul kemudian dianalisis. Dalam penelitian ini mencatat hal-hal yang

penting atau yang termasuk data yang kemudian dikumpulkan, disusun dan

kemudian dianalisis.

5. Metode dan Analisis Data

Metode yang digunakan peneliti untuk menganlisis data yaitu dengan

metode agih (distribusional) dan metode padan. Metode distibusional digunakan

untuk menganalisis bentuk. Metode padan digunakan untuk menganalisis makana

istilah-istilah yang terdapat dalam sesaji pembangunan rumah ini. Selain kedua

metode tersebut, untuk analisis makna leksikal peneliti memanfatkan kamus Jawa

dan panca indra.

a. Metode Agih (Distribusional)

Metode distribusional merupakan metode analisis data yang

penentunya unsur dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto,

1993:15). Adapun teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

bagi unsur langsung (BUL), yaitu teknik yang digunakan dengan membagi

satuan lingualnya menjadi beberapa bagian dan unsur-unsur yang

Page 29: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

29

bersangkutan dipandang sebagai sebagian yang langsung membentuk satuan

lingual yang dimaksud. Teknik ini digunakan untuk menganalisis bentuk dari

istilah-istilah sesaji dalam pembuatan rumah dengan penerapanya sebagai

berikut.

Sega gurih [səgɔ gurIh] nasi putih yang gurih rasanya, karena dalam

proses pengolahannya, nasi tersebut terlebih dahulu direbus dengan santan

kelapa yang kental (Santan kanil) dan diberi garam secukupnya. Istilah sega

gurih bersifat frasa nomina. Hal tersebut dapat dibuktikan sebgai berikut.

Sega + gurih → sega gurih

N + adj → FN

Berdasarkan skema di atas, kata inti sega yang berjenis nomina yang diikuti

dengan modifikator gurih yang berjenis adjektif, sehingga frasa sega gurih

berjenis frasa nomina.

b. Metode Padan

Metode padan adalah metode analisis data yang penentuannya di

luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (language) yang

bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode padan referensi, yang alat penentunya berupa

kenyataan yang ditunjukkan oleh bahasa atau referen bahasa. Metode ini

digunakan untuk menganalisis makna leksikal dan makna kultural serta

Page 30: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

30

perkembagan istilah-istilah dalam sesaji pembangunan rumah. Penerapan

metode ini sebagai berikut.

Sega gurih [səgɔ gurIh]

Sega gurih memiliki makna leksikal nasi putih yang memiliki

cita rasa gurih. Sega gurih terbuat dari nasi yang direbus dengan santen

kanil ‘santan kelapa yang kental’ dan diberi garam secukupnya.

Sega gurih

Sega gurih memiliki makna kultural sebagai lambang kekuatan.

Beras merupakan sumber daya kekuatan hidup dan kehidupan. Jelas

kiranya maksud simbolis dipakainya nasi (beras, padi) beberapa

upacara mendirikan bangunan rumah, rumah adalah tempat tinggal

manusia-manusia atau satu keluarga. Gurih ini melambangkan bahwa

masing-masing memerlukan kekuatan dan sumber hidup. Selain itu

juga sebagai lambang karena sega gurih berwarna putih maka sebagai

lambang kesucian. Hal itu dilakukan untuk menghormati seseorang.

Putih yaitu pimpinan umat Islam yaitu baginda Rasullulah SAW dan

para sahabat nabi yaitu Abu Bakar, Usman, dan Ali.

6. Sistematika Penyajian

Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode deskriptif,

formal dan informal. Metode deskriptif adalah metode yang semata-mata hanya

berdasarkan fakta-fakta yang ada atau fenomena-fenomena secara empiris hidup

pada penutur-penutur (Sudaryanto, 1993:63).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id · Penelitian ini membahas tentang makna paribahasa Bali dalam seni pertunjukan drama gong lakon kalung berlian. Wakit Abdullah, dalam Jurnal

31

Metode informal, yaitu metode penyajian hasil analisis data yang

menggunakan kata-kata biasa atau sederhana agar mudah dipahami. Analisis

metode informal dalam penelitian ini agar mempermudah pemahaman terhadap

setiap hasil penelitian. Metode formal yaitu metode penelitian data denngan

menggunakan dokumen tentang data yang dipergunakan sebagai lampiran.

Lampiran tersebut dapat berupa gambar-gambar, bagan, table, grafik, dan

sebagainya. Dalam penelitian ini menggunakan lampiran gambar yaitu gambar

dokumentasi foto.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari tiga bab diantaranya adalah

sebagai berikut.

Bab l pendahuluan. Pendahuluan ini terdiri dari (A) Latar Belakang, (B) Rumusan

Masalah, (C) Tujuan Pembahasan, (D) Pembatasan Masalah, (E) Teori, (F)

Sumber Data, (G) Metode dan Teknik, dan (H) Sistematika Penyajian.

Bab ll Isi. Isi terdiri dari (A) Bentuk, (B) Makna, dan (C) perkembangan.

Bab lll Penutup. Penutup terdiri dari (A) kesimpulan, dan (B) Saran.