bab i pendahuluan - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian,...

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang heterogen. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Keberagaman suku bangsa yang ada di Indonesia merupakan salah satu kekayaan alam di Indonesia. Masing masing memiliki keunikan dan kelebihan yang berbeda beda. Keragaman budaya yang ada di Indonesia memimbulkan adanya komunikasi. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa komunikasi adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan norma norma atau nilai-nilai yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu (Deddy Mulyana, 2000:6). Edward B. Taylor (dalam T.O.Ihromi 1980: 42) “ Kebudayaan sebagai suatu keseluruhan yang bersifat rumit, yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan

Upload: dangthuy

Post on 06-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang heterogen. Hal ini dapat

dilihat dari berbagai aspek seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama,

bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Keberagaman suku bangsa yang ada di

Indonesia merupakan salah satu kekayaan alam di Indonesia. Masing masing

memiliki keunikan dan kelebihan yang berbeda beda. Keragaman budaya yang

ada di Indonesia memimbulkan adanya komunikasi.

Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua

sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari prilaku komunikasi dan pada

gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau

mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa komunikasi

adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi. Pada satu sisi, komunikasi

merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya

masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat

lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada

sisi lain, budaya merupakan norma norma atau nilai-nilai yang dianggap sesuai

untuk kelompok tertentu (Deddy Mulyana, 2000:6).

Edward B. Taylor (dalam T.O.Ihromi 1980: 42) “ Kebudayaan sebagai

suatu keseluruhan yang bersifat rumit, yang mencangkup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

2  

kebiasaan mana pun dari manusia yang diperolehnya sebagai anggota suatu

masyarakat ”.

Komunikasi antarbudaya didalam bukunya Human Communication Deddy

Mulyana (1996: 236) adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya

( baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan perbedaan sosio ekonomi ).

Komunikasi antar budaya terjadi karena adanya pernikahan antar budaya.

Perkawinan antar budaya atau antar bangsa rentan menghadapi persoalan karena

banyaknya perbedaan. Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 bahwa

pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu pernikahan

merupakan salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua

belah pihak baik dari pihak suami maupun istri

Perkawinan adalah sesuatu yang sakral dan pastinya dinanti setiap orang.

Apapun itu masalahnya, hubungan dalam perkawinan harus dipertahankan,

termasuk dalam perkawinan campuran yang rentan persoalan. Perkawinan antar

budaya atau yang bisa disebut perkawinan campuran, sesungguhnya adalah

perkawinan antara laki-laki dan perempuan yang berbeda kebangsaan atau

kewarganegaraan, berbeda keyakinan (agama), dan berbeda asal keturunan.

Perkawinan antar budaya sangat rentan akan konflik karena banyak sekali

konflik konflik yang akan terjadi dalam membina hubungan dalam rumah tangga

konflik dapat timbul disebabkan karena diri sendiri maupun orang lain. Seperti

halnya jika seseorang menginginkan sesuatu yang diharapkan dan semua itu tidak

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

3  

tercapai maka akan menimbulkan konflik. Begitu pula jika seseorang itu

mengharapkan sesuatu yang diinginkannya kepada orang lain dan semua itu sama

sekali tidak didapatnya, maka juga akan menimbulkan konflik. Sebagian besar

pasangan yang menikah memiliki konflik dan perbedaan pendapat hingga taraf

tertentu. Ketika kesulitan dapat diselesaikan secara konstruktif maka pernikahan

lebih mungkin untuk bertahan, tetapi ketika permasalahan menjadi lebih buruk

dan berakibat adanya interaksi yang buruk pula, sehingga kemungkinan

pernikahan akan gagal (Baron,2005:48).

Komunikasi yang terjadi antara pasangan suami istri dapat dikategorikan

sebagai komunikasi interpersonal, karena individu-individu yang terdapat

didalamnya berkomunikasi secara langsung dengan bertatap muka. Keefektifan

dari komunikasi interpersonal adalah komunikator dapat menguasai situasi

komunikasi yang sedang berlangsung. Cara bagaimana komunikator

berkomunikasi dengan efektif yaitu dengan cara bertatap muka langsung (face to

face). Komunikasi tatap muka digunakan jika komunikator mengharapkan efek

perubahan tingkah laku (behaviour change) dari komunikan. Mengapa demikian,

sebab sewaktu kita berkomunikasi membutuhkan umpan balik secara langsung

(immediate feedback). Hal ini dapat dicontohkan seperti antar guru dengan murid,

atasan dengan bawahan, suami dengan istri dsb (Devito.1997:236).

Aspek umum dalam hubungan interpersonal dan variasi lintas budaya

dalam pembangunan hubungan interpersonal. Setidaknya ada empat dimensi

hubungan interpersonal tampak ada di semua budaya: asosiasi-disosiasi,

subordinasi- superordination, keintiman-formalitas dan terbuka rahasia.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

4  

Bagaimana individu dalam budaya tertentu memandang hubungan interpersonal,

Namun, berbeda sebagai fungsi dari dimensi keragaman budaya yang dipilih.

asosiasi-disosiasi misalnya adalah fungsi dari kluckhohn dan strodtbeck's (1961)

sifat orientasi nilai manusia. Hofstede's (1980) individualisme-kolektivisme dan

Hall (1976) dimensi konteks rendah-tinggi tampaknya pengaruh besar pada proses

penetrasi sosial dan pengurangan ketidakpastian.

Masalah atau perbedaan yang mungkin ada dalam sebuah perkawinan

antar budaya tidak akan diselesaikan dengan mudah hanya karena kognitif orang-

orang menyadari alasan perbedaan dan strategis ada solusi yang ditentukan untuk

itu. budaya adalah sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman dalam kehidupan

awal. individu telah mengembangkan lampiran emosional yang kuat dengan

budayanya. terkait dengan sistem kepercayaannya, nilai, dan kebiasaan gaya

hidupnya. Dalam proses penyesuaian pernikahan antarbudaya dia harus belajar

bagaimana mengatasi, benar dan menyesuaikan reaksi emosi untuk perubahan

yang diperlukan dan perluasan perilaku budayanya.

Komunikasi interpersonal yang terjadi pada pasangan suami-istri yang

memiliki latar belakang budaya yang berbeda rentan akan konfik. Menurut

Webster (1966), istilah “conflict”di dalam bahasa aslinya berarti suatu

perkelahian, peperangan, atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara

beberapa pihak. Tetapi arti kata itu kemudian berkembang dengan masuknya

“ketidaksepakatan yang tajam atau oposisis atas berbagai kepentingan, ide, dan

lain-lain”. Secara singkat, istilah “conflict” menjadi begitu meluas sehingga

beresiko kehilangan statusnya sebagai sebuah konsep tunggal. Definisi Webster

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

5  

yang kedua konflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived

divergence of interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang

berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan (Dean G. Pruitt, 2004:9-10).

Raven dan Rubin (1983) (dalam Dean G. Pruitt, 2004:21) mengatakan

bahwa konflik adalah suatu persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived

divergence of interest). Istilah Kepentingan bisa juga diartikan sebagai “nilai-

nilai” (value) atau “kebutuhan”(needs). Kepentingan adalah perasaan orang

mengenai apa yang sesungguhnya ia inginkan. Perasaan itu cenderung bersifat

sentral dalam pikiran dan tindakan orang, yang membentuk inti dari banyak sikap,

tujuan dan niat (intensi)-nya.

Liliwery berpendapat bahwa konflik antar pribadi merupakan konflik yang

ditimbulkan oleh persepsi terhadap perilaku yang sama, namun bersumber dari

harapan-harapan yang berbeda-beda. Konflik antar pribadi selalu terjadi hanya

karena mereka yang terlibat dalam komunikasi menampilkan persepsi yang

berbeda (Liliwery,2001:148). Perbedaan persepsi tersebut sebenarnya sangatlah

wajar terjadi, karena setiap orang memiliki pandangan sendiri terhadap suatu

masalah.

Konflik yang timbul dalam suatu hubungan perkawinan dalam keluarga

bisa disebabkan karena beberapa hal, misalnya masalah perbedaan persepsi dan

masalah perbedaan sikap dan nilai diantara suami istri tersebut. Konflik juga bisa

disebabkan bisa timbul karena perilaku dan keingginan seseorang menghalangi

tujuan orang lain, sebagai akibat adanya perselisihan nilai, perilaku, kekuasaan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

6  

dan sumber daya dimana setiap pihak berusaha mencapai tujuannya, yang biasany

mengorbankan orang lain (Galvin and Brommel,1994:166 dalam Utami,2005:45).  

Banyak pasangan suami istri yang cenderung ingin menampilkan diri

masing-masing secara dominan satu sama lain. Tetapi mereka tidak sadar bahwa

dorongan seperti itu muncul karena mereka tidak mempunyai kemampuan untuk

melakukan komunikasi yang efektif satu sama lain, tanpa ada komunikasi yang

efektif akan sering muncul hambatan-hambatan dalam berkomunikasi yang

nantinya menyebabkan suatu konflik.

Konflik yang terjadi pada pasangan suami-istri dalam mrnjalani bahtera

rumah tangganya disebabkan oleh beberapa hal. Bahkan masalah yang seharusnya

tidak diributkan bisa menjadi persoalan besar yang tak kunjung selesai. Menurut

data yang diperoleh dari sumber harian kompas mengenai sumber konflik. Bahwa

konflik yang muncul pada pasangan suami istri disebabkan karena adanya factor

ekonomi, anak, kehadiran pihak lain, seks, keyakinan, mertua, ragam perbedaan,

komunikasi terbatas.

Beberapa sumber konflik diatas, salah satu sumber konflik yang sering

muncul pada pasangan suami istri yang menikah berdasarkan latar belakang

budaya yang berbeda yaitu adanya ragam perbedaan, seperti yang kita ketahui

bahwa menyatukan dua hati berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang

tentu juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri

cerewet dan meledak-ledak emosinya. Apabila kedua pribadi ini disatukan

biasanya terjadi kesalahfahaman dalam komunikasi. Masing-masing tidak ada

yang mau mengalah, sehingga terjadi keributan di dalam rumah tangga mereka.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

7  

Pasangan suami-istri yang berbeda latar belakang tersebut bernama Rudi

yang berasal dari etnis Jawa dan sang istri bernama Tuti Berasal dari etnis

Palembang yang tinggal di Yogyakarta. Masing masing etnis memiliki budaya

dan kebiasaan yang dapat berbeda. Sehingga pada saat menikah memiliki banyak

permasalahan ataupun konflik yang terjadi antara lain perbedaan pola pikir ,

kesalah fahaman dalam berbicara, kebudayaan. Di awal-awal pernikahan salah

satu contoh konflik ini sering kali muncul karena masalah masalah yang

sederhana terlihat pada perbedaan dalam cara makan, cara berbicara yang kadang

kadang menimbulkan pertengkaran. Menginjak usia pernikahan lebih dari 20

tahun hubungan dalam rumah tangganya menjadi sedikit rengang karena

kesibukan suaminya bekerja. Setiap hari suaminya sering pulang larut malam.

Karena ibu Tuti curiga beliau menyelidikinya ternyata beliau baru tahu bahwa

selama ini suaminya telah selingkuh (Hasil wawancara dengan informan pada

tanggal 16 Desember 2009, jam 15.00 di Jogokaryan, Yogyakarta).

Penelitian ini mengambil study kasus di dalam hubungan rumah tangga

pada pasangan suami istri yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

Penelitian ini akan dilakukan sekota Yogyakarta. Dengan adanya masyarakat dari

luar pulau yang tinggal di kota Yogyakarta tidak menutup kemungkinan

munculnya pernikahan antar budaya atau pernikahan campur sehingga lokasi

penelitian ini sekota Yogyakarta pada pasangan suami istri etnis jawa dan

Palembang.

Hal ini ditunjang oleh data yang diperoleh dilapangan menurut data nikah

RI Kantor Urusan Agama sekota Yogyakarta Tahun 2009 di peroleh data bahwa

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

8  

pernikahan antara Jawa dengan Sumatera ada 0,0525 % yang meliputi pernikahan

antara Jawa-Palembang ada 0,0275 %, pernikahan antara Jawa-Lampung ada

0,015%, pernikahan antara Jawa-Riau ada 0,005 %, pernikahan antara Jawa-

Jambi ada 0,005 %, pernikahan antara Jawa-Bengkulu ada 0,0025 %. Sementara

itu, pernikahan antara Jawa-Kalimantam hanya ada 0,015 %, pernikahan antara

Jawa-Sulawesi ada 0,0125 %, dan pernikahan antara Jawa-NTT/NTB ada 0,005

%. Dari data tersebut maka peneliti melakukan penelitian antara Jawa-Sumatera

yang lebih diperdalam yaitu pernikahan antara Jawa-Palembang.

Penelitian ini mengambil 3 pasang informan, yaitu pasangan suami istri

etnis jawa-palembang. Dengan karakter pasangan suami istri etnis Jawa-

Palembang yang menjadi acuan dalam pengambilan informan pada penelitian ini

yaitu dipilihnya 3 pasang informan suami istri etnis jawa-palembang, berdasarkan

watak informan etnis jawa-palembang sebab ketika seseorang terlibat dalam

komunikasi antarbudaya, maka emotional vulnerability (kerentanan emosi), maka

emotional vulnerability akan muncul. Dalam arti, identitas kultural dan identitas

individu (sifat-sifat kepribadian) akan mempengaruhi cara-cara seseorang dalam

mempersepsikan, berpikir, dan berperilaku (http://www.suaramerdeka.com/harian

/0210/30/kha2.htm, diakses 4-08-10). Dipilihnya 3 pasang informan tersebut

dikarenakan ketiga informan tersebut dianggap telah mencukupi untuk penelitian

ini..

Data-data diatas kita dapat mengetahui karakteristik informan dalam

penelitian ini sebab penelitian ini mengenai konflik interpersonal pasangan suami

istri etnis Jawa- Palembang. Sebenarnya Etnis Jawa dan Palembang memiliki

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

9  

karakteristik budaya yang berbeda. Apabila kedua budaya disatukan maka akan

banyak sekali konflik yang terjadi disebabkan oleh masing-masing perbedaan

perbedaan budaya. Orang Jawa sering menyebut dirinya wong Jowo atau tiang

jawi. Jumlah populasinya paling banyak dibandingkan dengan suku-suku bangsa

lain, dan persebarannya di seluruh Indonesia paling luas. Etnis jawa memiliki

budaya kejawen yang sangat kental dengan tradisinya. Pada prinsipnya hubungan

kekerabatan dalam masyarakat Jawa adalah bilateral. Sesudah upacara

perkawinan orang jawa tidak terlalu mempersoalkan dimana mereka akan

menetap. Namun mereka akan bangga kalau langsung memiliki rumah sendiri.

Walaupun perinsip hubungan kekerabatan masyarakat Palembang juga bilateral

namun pola menetap sesudah kawin biasanya uksorilokal, karena pasangan yang

baru menikah biasanya mendirikan rumah tangganya dekat lingkungan keluarga

luas pihak perempuan (Hidayah, Zulyani.1996:105).

Contoh kasus pada pasangan Bapak Firman (40 th) yang berasal dari

Palembang dan Ibu Erna (37 th) berasal dari Jawa yang tinggal di Yogyakarta.

Permasalahan yang paling mendasar pada saat mereka akan menikah dikarenakan

tidak mendapat restu dari kedua belah pihak. Terutama dari pihak suami. Hal ini

disebabkan karena orang tua dari pihak suami mengginginkan anaknya menikah

dengan orang Palembang juga. Sehingga pada saat mereka meminta restu orang

tuanya untuk menikah dengan orang jawa mereka menolak dan tidak merestui.

Hal ini disebabkan tradisi atau adat Palembang yang biasanya uksorilokal yaitu

pasangan yang baru menikah biasanya mendirikan rumah tangganya dekat

lingkungan keluarga luas pihak perempuan. Inilah yang menjadi dasar ketidak

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

10  

setujuan orang tua dari pihak bapak Firman karena orang tua mereka berfikir

kalau anaknya menikah dengan orang jawa secara otomatis mereka akan tinggal

di Jawa. Ini yang menyebabkan mereka tidak mendapat restu karena orang tua

mereka takut kehilangan anak mereka setelah menikah (wawancara dengan bapak

firman tanggal 06-05-10 ).

Etnis jawa atau orang Jawa terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan

halus, tetapi mereka juga terkenal sebagai suatu suku bangsa yang tertutup dan

tidak mudah berterus terang (http://ms.wikipedia.org/wiki/sukujawa, diakses

jumat tgl 15 januari 2010 jam 19.30). Disisi lain, etnis Palembang atau orang

Palembang terkenal dengan suku yang terbuka dan berterus terang dalam hal

berbicara sehingga cenderung keras dan kasar. Disamping itu orang Palembang

memiliki sifat boros dan pelit (http://elfrieda.wordpress.com/sekilas-tentang-

palembang, diakses, kamis 22 0kt.2009). Perbedaan perbedaan inilah yang sering

kali memicu terjadinya konflik yang ditimbulkan oleh pasangan suami istri beda

etnis tersebut sehingga menarik untuk diteliti.

Contoh konflik lainya pasangan suami istri etnis Jawa-Palembang pada

pasangan suami istri bapak Hendy dan ibu Sulimarta konflik muncul karena ibu

Sulimarta meminta uang dari suaminya untuk membeli susu tapi bapak Hendry

tidak member uang dengan alasan tidak mempunyai uang. Tapi secara diam-diam

ibu Sulimarta mengambil dompet suaminya tanpa sepengetahuan suami. Dan

ternyata ada beberapa lembar. Karena emosi dan merasa suaminya berbohong, Ibu

Sulimarta pun dengan emosi dan marah berkata “Wo la pantes wong palembang

ki pelit yo pak? Sambil menyindir suaminya. Karena merasa tersindir bapak

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

11  

Hendypun marah dan memberikan uang kepada istrinya sambil berkata duit,,

duiit,, terus,,!! dengan emosi lalu pergi keluar rumah (wawancara dengan bapak

Hendy dan ibu Sulimarta tanggal 15 Agustus 2010).

Konflik konflik yang sering kali terjadi pada pasangan suami istri yang

memiliki latarbelakang budaya yang berbeda disebabkan oleh perbedaan latar

belakang budaya atau perbedaan adat istiadat. Perbedaan-perbedaan inilah yang

menimbulkan persepsi negative dalam berkomunikasi sehingga komunikasi

menjadi tidak efektif. Bagaimanapun juga, kalau dikelola dengan baik konflik-

konflik yang muncul tidak membuat perpecahan ataupun dampak yang besar bagi

kedua pasangan tersebut tergantung bagaimana kita mencegah konflik itu agar

tidak berkepanjangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat

permasalahan tersebut dalam penelitian ini yaitu bagaimana konflik interpersonal

pada pasangan suami-istri beda etnis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan bahwa

“Bagaimana bentuk konflik Interpersonal pada pasangan Suami-Istri Etnis Jawa-

Palembang dalam menjaga Keharmonisan Rumah Tangganya?”.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

12  

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan sumber konflik yang terjadi pada pasangan suami-istri

yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya yang berbeda.

2. Mendeskripsikan bentuk konflik yang terjadi pada pasangan suami-istri

yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya yang berbeda.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka manfaat penelitian yang dapat

diambil adalah :

1. Manfaat Teoritis

Peneliti diharapkan dapat menambah wawasan pemahaman dalam

bidang ilmu pengetahuan khususnya dalam Konflik Interpersonal,

yang berkaitan dengan Konflik Interpersonal pasangan suami istri

beda etnis dan bagaimana sumber konflik serta bentuk konflik yang

terjadi pada pasangan suami istri tersebut dalam menjaga

keharmonisan rumah tangganya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pasangan suami istri beda etnis/budaya

Diharapkan bagi pasangan suami istri yang menikah berdasarkan latar

belakang budaya yang berbeda akan lebih mengetahui bahwa setiap

pasangan suami istri yang menikah berdasarkan latar belakang yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

13  

berbeda pasti akan terjadi konflik. Konflik yang terjadi pada pasangan

suami istri pasti berbeda-beda tergantung penyebab konflik serta cara

kita dalam menghadapi suatu konflik. Sehingga harus bisa

menyesuaikan diri sebab dalam menjalani bahtera rumah tangga pasti

akan terjadi suatu konflik.

b. Bagi Peneliti

Peneliti diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pola

komunikasi antara suami istri yang memiliki latar belakang budaya

yang berbeda dalam menjaga keharmonisan keluarganya selain itu

peneliti juga dapat mengetahui penyebab konflik serta bentuk konflik

yang terjadi pada pasangan suami istri agar konflik yang ada agar tidak

berakhir dengan perpisahan.

E. Kajian Teori

Dalam penelitian ini dibutuhkan landasan teori yang di gunakan sebagai

landasan berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi, sehingga

landasan teori ini akan memuat pokok pokok pikiran dalam penggambaran

masalah dan memudahkan kita untuk mencari pemecahan masalah yang dihadapi.

Adapun kerangaka teori yang digunakan antara lain :

1. Pengertian Konflik

Menurut Webster (1966), istilah “conflict”di dalam bahasa aslinya berarti

suatu perkelahian, peperangan, atau perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik

antara beberapa pihak. Tetapi arti kata itu kemudian berkembang dengan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

14  

masuknya “ketidaksepakatan yang tajam atau oposisis atas berbagai kepentingan,

ide, dan lain-lain”. Secara singkat, istilah “conflict” menjadi begitu meluas

sehingga beresiko kehilangan statusnya sebagai sebuah konsep tunggal. Definisi

Webster yang kedua konflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan

(perceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-

pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan (Dean G. Pruitt,

2004:9-10).

Menurut Johnson dalam bukunya Supratiknya yang dimaksud konflik

yaitu situasi dimana tindakan salah satu pihak bersifat menghalangi, menghambat

maupun mengganggu pihak lain. Pada umumnya bahwa masyarakat memandang

konflik sebagai keadaan yang buruk dan harus diselesaikan. Selain itu konflik

dapat diterjemahkan dari beberapa istilah, yaitu perbedaan pendapat, persaingan

maupun permusuhan. Orang sering menganggap konflik terjadi karena sebuah

persoalan, namun konflik sebenarnya terjadi kemungkinan karena komunikasi

yang kurang baik/buruk. Komunikasi yang buruk merupakan permasalahan

terbesar terjadinya konflik. Banyak sekali konflik yang terselesaikan jika

komunikasi berjalan dengan lancar dalam suatu hubungan

(Supraktiknya,1995:94).

Liliwery berpendapat bahwa konflik antar pribadi merupakan konflik yang

ditimbulkan oleh persepsi terhadap perilaku yang sama, namun bersumber dari

harapan-harapan yang berbeda-beda. Konflik antar pribadi selalu terjadi hanya

karena mereka yang terlibat dalam komunikasi menampilkan persepsi yang

berbeda (Liliwery,1991:148). Perbedaan persepsi tersebut sebenarnya sangatlah

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

15  

wajar terjadi, karena setiap orang memiliki pandangan sendiri terhadap suatu

masalah.

Pasangan suami-istri yang menikah dengan latarbelakang budaya yang

berbeda akan sering terjadi konflik dalam rumah tangganya. Hal ini disebabkan

oleh adanya perbedaan-perbedaan persepsi, pola pikir, sikap dan cara pandang.

Perbedaan latarbelakang budaya itulah yang sering menimbulkan suatu konflik.

Didalam hubungan rumah tangga konflik pasti akan terjadi tergantung bagaimana

kita bisa menyikapi konflik tersebut.

2. Sumber Konflik

Setiap pasangan suami-istri dalam menjalankan kehidupan rumah

tangganya tidak bisa berjalan dengan baik, pasti akan menemui berbagai

hambatan ataupun konflik. Konflik-konflik yang terjadi pada pasangan suami istri

disebabkan oleh berbagai sumber konflik.

Menurut Alo Liliweri (2005:261) sumber konflik secara umum sebagai

berikut:

a. Konflik Nilai. Kebanyakan konflik terjadi karena perbedaan nilai. Nilai

merupakan sesuatu yang menjadi dasar, pedoman, tempat setiap manusia

menggantungkan pikiran, perasaan dan tindakan seseorang.

b. Kurangnya komunikasi. Jangan anggap sepele komunikasi antar manusia,

karena konflik bisa terjadi hanya karena dua pihak kurang berkomunikasi.

Kegagalan berkomunikasi karena dua pihak tidak menyampaikan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

16  

pemikiran, perasaan dan tindakan sehingga membuka jurang perbedaan

informasi diantara mereka yang dapat menyebabkan konflik.

c. Kepemimpinan yang kurang efektif / pengambilan keputusan tidak adil.

Jenis konflik ini sering terjadi dalam organisasi atau kehidupan bersama

dalam sebuah komunitas dan masyarakat.

d. Ketidakcocokan peran. Hal ini terjadi karena dua pihak mempresepsikan

sangat berbeda peran mereka masing-masing.

e. Produktivitas rendah. Konflik sering terjadi karena out put atau out come

dari dua pihak atau lebih yang bekerja sama kurang atau tidak mendapat

keuntungan.

f. Perubahan keseimbangan. Konflik terjadi karena perubahan keseimbangan

yang dialami oleh dua pihak atau lebih.

g. Konflik belum terpecahkan. Banyak konflik antara dua pihak sebelumnya

tidak dapat diselesaikan.

Beberapa sumber konflik diatas, Menurut Roloff (1987) (didalam

Gudykuns2003:296) konflik tidak dapat dihindarkan dalam setiap hubungan yang

sedang berlangsung. Ada beberapa sumber konflik antara lain:

1. Konflik terjadi ketika orang salah menafsirkan perilaku masing-masing.

ketika pasangan salah menafsirkan maksud misalnya adalah salah satu

penyebab utama ketidakpuasan didalam pernikahan.

2. Konflik dapat timbul dari persepsi tentang ketidakcocokan, seperti

memahami bahwa kepribadian atau karakteristik kelompok tidak

kompatibel.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

17  

3. Konflik muncul ketika orang tidak setuju terhadap perilaku diri sendiri

atau perilaku orang lain.

Hal hal lain yang menjadi hambatan dalam proses komunikasi antar

budaya. Selain itu, ada pula beberapa faktor penghambat lain seperti

etnosentrisme, prasangka dan stereotip. Secara ringakas Zatrow (1989) dalam

Liliweri (2001:169) menyebutkan bahwa setiap kelompok etnik memiliki

keterikatan etnik yang tinggi melalui sikap etnosentrisme. Etnosentrisme

merupakan suatu kecenderungan untuk memandang norma-norma dan nilai dalam

kelompok budayanya sebagai yang absolute dan digunakan sebagai standar untuk

mengukur dan bertindak terhadap semua kebudayaan yang lain.

Effendy (1981) dalam Liliweri,2001:175 mengemukakan bahwa

prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu

kegiatan komunikasi oleh karena orang orang yang mempunyai prasangka belum

apa apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikasi yang melancarkan

komunikasi. Dalam prasangka emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan

atas dasar syak wasangka tanpa menggunakan pikiran dan pandangan kita

terhadap fakta yang nyata bagaimanapun. Oleh karena, sekali prasangka itu sudah

mencekam, seorang tak akan dapat berfikir objektif dan segala apa yang

dilihatnya selalu akan dinilai secara negative.

Prasangka menurut Jones (1972) adalah sikap antipasti yang didasari pada

suatu cara yang menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Kesalahan itu

mungkin saja terungkap dengan nyata dan langsung ditujukan pada seorang yang

menjadi anggota suatu kelompok tertentu. Prasangka merupakan sikap yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

18  

negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan

kelompok sendiri.( Liliweri ,2001:175)

Stereotip cenderung mengarah pada sikap negatif terhadap orang lain.

Menurut Gerungen (1988) (dalam Liliweri 2001:177), stereotype merupakan

suatu gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat sifat dan watak pribadi

orang golongan lain yang umumnya bercorak negatif. Selanjutnya kata Gerungen,

Stereotipe mengenai orang lain sudah terbentuk pada orang yang berprasangka

sebelum ia mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan orang orang

lain yang dikenaikan prasangka itu.

contoh stereotype : masyarakat palembang yang memiliki streotip yang kasar

tegas, boros, pelit sedangkan masyarakat Jawa dikenal sebgaia masyarakat yang

luwes, lemah, dan penurut.

Dari uraian tentang prasangka dan stereotip, perbedaan utama diantara

keduanya adalah jika prasangka merupakan sikap (attitude), namun kalau

stereotip merupakan keyakinan (belief). Tapi, keduanya sama‐sama dapat

menjadi positif maupun negatif. Baik stereotip maupun prasangka akan

mempengaruhi persepsi seseorang ketika melakukan kontak antar budaya dalam

berbagai cara.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

19  

3. Bentuk/Tipe Konflik

Teori identitas Negosiasi (Face-Negotiation Theory) menurut Stella Ting

Toomey ini membantu menjelaskan perbedaan–perbedaan budaya dalam

merespon konflik serta memudahkan kita untuk mengetahui bentuk /tipe konflik.

Bentuk/tipe konflik dalam teori ini antara lain:

a. Avoiding (penghindaran) – saya akan menghindari diskusi

perbedaan-perbedaan saya dengan anggota kelompok. Avoiding atau

penghindaran merupakan sikap kita tidak setuju dengan situasi

tersebut

b. Obliging (keharusan) – saya akan menyerahkan pada ke kebijakan

anggota kelompok. Obliging kita ingin mengalah kepada orang lain.

c. Compromising (kompromi) – saya akan menggunakan memberi dan

menerima sedemikian sehingga suatu kompromi bisa dibuat. Kompromi

merupakan suatu cara menemukan suatu pendapat yang disetujui oleh

diri kita dan org lain

d. Dominating – saya akan memastikan penanganan isu sesuai

kehendak-ku. Disini dominasi merupakan sikap untuk menguasai situasi.

e. Integrating – saya akan menukar informasi akurat dengan anggota

kelompok untuk memecahkan masalah bersama-sama.

Face-negotiation teory menyatakan bahwa avoiding, obliging,

compromising, dominating, dan integrating bertukar-tukar menurut campuran

perhatian mereka untuk self-face dan other -face.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

20  

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang memaparkan situasi dan

peristiwa yang terjadi. Penelitian ini juga tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis dan membuat prediksi. Penelitian ini dapat

diuraikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang sedang diselidiki dengan

menggambarkan atau menuliskan keadaan subyek atau obyek penelitian, suatu

lembaga, masyarakat dan lain lain (Siregar, 1987 : 8).

Metode Deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah

yang akan diteliti, dengan menggambarkan keadaan obyek peneliti pada saat

sekarang, berdasarkan fakta yang tepat atau sebagaimana adanya. (Nawawi,1996)

Pada hakekatnya, penelitian deskriptif mengumpulkan data secara

keseluruhan. Karakteristik data diperoleh dari survei survei langsung, wawancara,

dan mencari wacana yang revelensi dengan obyek penelitian. Ciri lain metode

deskriptif ialah titik berat pada observasi dan suasana alamiah. Disini peneliti

hanya bertindak sebagai pengamat, yang hanya membuat kategori perilaku,

mengamati gejala dan mencatat ke dalam buku observasi. Dengan suasana

alamiah dimaksudkan bahwa peneliti terjun langsung ke lapangan ( Sugiyono,

1999 : 79 )

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

21  

2. Teknik Pengumpulan Data

Pada teknik pengumpulan data ini, data dikumpulkan secara langsung dari

sumber primer yaitu pasangan suami istri etnis Jawa - Palembang dan peneliti

terjun langsung dan menghabiskan waktunya untuk menggumpulkan data dan

analisis data langsung

Peneliti dalam penelitian ini akan menggunakan teknik penggumpulan

data melalui wawancara mendalam ( Indepth Interview ). Wawancara/interview

adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh

pewawancara kepada responden dan jawaban jawaban respoden dicatat atau

direkam dengan alat rekam. Daftar pertanyaan untuk wawancara ini disebut

sebagai interview scedule sedangkan catatan garis besar tentang pokok pokok

yang akan ditanyakan disebut sebagai pedoman wawancara atau interview quide (

Soehartono , 2000 : 67 )

Menurut stewart dan cash ,1988 hal 3 di bukunya pengantar Deddy Mulyana

dalam Human Communication, Wawancara adalah suatu proses komunikasi

diadik, rasional dengan tujuan serius dan ditetapkan terlebih dahulu yang

dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab .

Dengan melakukkan tanya jawab kita secara perlahan dapat memasuki alam

pikiran orang lain, sehingga kita memperoleh gambaran tentang mereka. Jadi

wawancara dapat berfungsi deskriptif, yaitu melukiskan kehidupan orang lain

yang akan kita teliti (Nasution,1996:114)

Data utama dari peneliti ini adalah kata kata dan tindakan. Wawancara

mendalam sangatlah penting karena metode ini dilakukan untuk mengajukan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

22  

pertanyaan pertanyaan kepada sampel atau informan yang mengarah kepada focus

penelitian, maka sebelum dilakukan wawancara terlebih dahulu disusun garis

besar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan. Adapun informan yang

dipilih penulis untuk diwawancarai adalah pasangan suami istri yang berlatar

belakang etnis Jawa dan etnis Palembang.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan mengambil study kasus di dalam hubungan rumah

tangga pada pasangan suami istri yang memiliki latar belakang budaya yang

berbeda. Penelitian ini akan dilakukan di kota Yogyakarta.

4. Teknik Pengambilan Informan

Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu

sampel yang dipilih secara cermat sehingga relevan dengan desain penelitian

purposive sampling dilakukan dengan mengambil orang orang yang terpilih betul

oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu (Nasution,

1996:98) jadi pengumpulan data yang telah diberikan penjelasan oleh peneliti

akan mengambil siapa yang menurut pertimbangannya sesuai dengan maksud dan

tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini, Peneliti mencari informan dan mengambil 3 pasang

informan, yaitu pasangan suami istri etnis jawa - palembang , hal ini dimaksudkan

agar maksud dan tujuan penelitian dapat tercapai. Karakter pasangan suami istri

etnis Jawa - Palembang yang menjadi acuan dalam pengambilan informan pada

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

23  

penelitian ini yaitu dipilihnya 3 pasang informan, dilihat berdasarkan watak

informan. Dipilihnya 3 pasang informan tersebut dikarenakan ketiga informan

tersebut dianggap telah mencukupi untuk penelitian ini.

Tabel 1. Karakter Informan Pasangan suami istri berbeda Budaya

5. Tekhnik Analisis Data

Penelitian ini bentuknya deskriptif kualitatif, maka metode analisis

datanya adalah analisis data kualitatif, dimana dalam analisis data kualitatif ini

tidak menjelaskan suatu korelasi ( hubungan ) antara variable . Analisis kualitatif

No Nama pasangan (informan )

Umur Karakter sifat / watak informan

Pendidikan

Terakhir

Budaya Alamat

1. Bpk Hendri yusan

Ibu Sully Marta

43 th

39 th

Keras kepala, boros

Keras kepala

Sarjana

SMA

Etnis Palembang

Etnis Jawa

Jl bumijo lor Yogyakarta

2.

Bpk Rudi

Ibu Tuti

46 th

43th

Pendiam,cuek

Keras kepala, emosi tinggi,boros

SMP

Tidak sekolah

Etnis Jawa

Etnis Palembang

Jalan Jogokaryan gg.Grinsing mj3/625 Yogyakarta 55143

3. Bpk Firman

Ibu Erna

40 th

37 th

Sabar, sedikit keraskepala,tegaspeliit

Sabar, lemahlembut.

S1 hukum

D2

Etnis Palembang

Etnis Jawa

Jatimulyo TR 1 no 766 kecamatan tegalrejo

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

24  

adalah analisis yang dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa kata tertulis

atau lisan dari orang orang dan perilaku yang dapat diamati ( Sugiono, 1999 :78 ).

Penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif untuk mengolah data yang

telah diperoleh menjadi beberapa tahap, yaitu:

a. Pengumpulan data

Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian yang

menggunakan beberapa tehnik wawancara tak struktur.

b. Reduksi data

Pada tahapan ini dilakukan pemilihan dan pemusatan pada data-data yang

relevan dengan permasalahan yang diteliti.

c. Penyajian data

Data yang sudah direduksi selanjutnya dipaparkan secara deskriptif untuk

menggambarkan fenomena keadaan sosial.

d. Kesimpulan

Menarik kesimpulan dengan permasalahan penelitian yang menjadi pokok

pemikiran terhadap apa yang diteliti.

6. Uji Validitas Data

Maksud dan tujuan validitas adalah untuk mengetahui keabsahan data.

Kevalidan data dapat diketahui dengan ada atau tidak adanya kesamaan antara

data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya yang terjadi pada objek

tertentu yang diteliti. Menguji kevalidan data itu sendiri memiliki berbagai

semacam tekhnik sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t16800.pdfkepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan ... konflik konflik yang akan terjadi

 

25  

Menurut Patton, uji validitas data dengan trianggulasi sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif (dalam

Moleong, 2002:178)

Langkah langkah yang dilakukan dalam uji validitas data dengan

trianggulasi yaitu dengan cara :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pandapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Dengan menggunakan uji validitas data trianggulasi sumber diharapkan

dapat menambah kevalidan data dan informasi yang peneliti dapatkan dalam

penelitian mengenai pasangan suami-istri beda etnis.