bab i pendahuluan - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/bab_i_erma.pdf · industri yang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf
kehidupan penduduknya berupa kenaikan pendapatan wilayah yang ditunjukkan
dengan pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi. Pertumbuhan ini juga
membawa dampak pada penggunaan sumberdaya alam yang lebih besar dan
pengeksploitasian lingkungan untuk kebutuhan industri, bisnis maupun kegiatan
sosial. Kegiatan perdagangan dan industri yang mampu menjadi peranan pokok
dalam pembangunan ekonomi ditandai oleh proses perubahan struktural, yaitu
suatu perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat. Dalam proses perubahan
yang dimaksud, maka produksi di sektor sekunder (industri manufaktur dan
konstruksi) beserta produksi di sektor tersier (sektor jasa) semakin meningkat dan
meluas dibandingkan dengan pengembangan di sektor primer yang meliputi
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan (Djojohadikusumo,
1985).
Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum di berbagai
wilayah, terutama bagi suatu wilayah yang sedang berkembang akan menjadi
menonjol bersamaan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan proses
industrialisasi (Sitorus, 1985). Menghadapi tekanan penduduk yang semakin
tinggi, maka tantangan yang dihadapi adalah bagaimana dan seberapa cepat
lapangan pekerjaan baru dapat diciptakan bagi para angkatan kerja yang setiap
tahunnya selalu bertambah. Pertumbuhan angkatan kerja baru di suatu wilayah
sangat perlu diimbangi dengan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Salah satu
usaha untuk menekan jumlah pengangguran dan mengurangi tingkat kemiskinan
penduduk adalah dengan pembangunan industri. Pengembangan industri dalam
rangka pembangunan dilihat dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya
manusia antara lain dengan meningkatkan produktivitasnya dan kemampuan
memanfaatkan secara optimal sumber alam dan daya produksi lainnya.
Pembangunan industri setidaknya akan membuka peluang kerja bagi masyarakat
2
yang tidak mempunyai kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidupnya secara ekonomi.
Pembangunan industri akan memberikan dampak positif terhadap
lingkungan dan masyarakat, seperti tersedianya jaringan jalan, telekomunikasi,
listrik, air bersih, dan kesempatan kerja yang mampu berperan bagi peningkatan
pendapatan daerah. Kehadiran industri dalam skala besar yang dapat menyerap
tenaga kerja lebih banyak juga menjadi faktor yang menyebabkan aktifitas
perekonomian tinggi. Namun di sisi lain, apabila pengembangan industri tidak
diarahkan, maka akibatnya dapat merugikan daya dukung lingkungan serta
menimbulkan masalah kerusakan lingkungan sehingga dapat merugikan
pembangunan baik dari segi fisik maupun sosial ekonomi.
Suatu lahan agar memberikan produktivitas yang optimal dan seminimal
mungkin menimbulkan kerusakan lahan, maka diperlukan perencanaan tata ruang
yang matang dalam pembangunan suatu daerah. Pemilihan lokasi untuk
pembangunan industri perlu diperhitungkan sebaik-baiknya agar tidak terjadi
degradasi lahan maupun gangguan terhadap kondisi sosial ekonomi di sekitarnya.
Oleh sebab itu kebijaksanaan pembangunan pada suatu wilayah harus
memberikan perhatian umum terhadap perkembangan industri melalui tindakan
penunjangan dan perlindungan.
Penentuan lokasi yang tepat untuk industri memerlukan suatu analisis
kesesuaian lahan yang menggunakan beberapa data parameter lahan. Data
parameter lahan tersebut dapat diperoleh dari citra non-fotografik berupa citra
satelit. Penyadapan data tersebut dapat dilakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Teknik penginderaan jauh yang mempunyai peran sangat besar
dalam penyadapan informasi mengenai potensi lahan. Pemilihan lokasi yang
dilakukan secara terestrial akan menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya
(Sutanto, 1986). Dengan teknik penginderaan jauh, hal ini dapat diminimalkan
karena selain efisien, penggunaan citra satelit mampu mencakup area yang luas.
Interpretasi Citra Quickbird dapat membantu dalam berbagai masalah
dalam penentuan situs atau lokasi, pemetaan penggunaan lahan dan memantau
perubahan penggunaan lahan disuatu wilayah yang didukung oleh data sekunder
3
berupa peta-peta tematik. Keunggulan inilah yang akan dimanfaatkan oleh para
perencana suatu wilayah, sehingga dengan penggunaan citra satelit masalah
pemborosan waktu, tenaga maupun biaya dapat lebih ditekan.
Pengolahan data dari hasil interpretasi citra satelit dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem informasi geografis (SIG), karena sistem ini mempunyai
kemampuan dalam mengelola, menyimpan, memproses/memanipulasi dan
menganalisis serta merepresentasikan data. Mengingat kemampuan yang dimiliki
oleh sistem informasi geografis (SIG) dalam menangani masalah informasi yang
bereferensi geografis dengan berbagai cara dan bentuk, maka peneliti
memanfaatkan sistem ini guna merencanakan dan menganalisis lahan yang
diperuntukkan untuk lokasi pengembangan industri.
Kecamatan Godean merupakan wilayah aglomerasi Kota Yogyakarta,
sehingga di daerah tersebut banyak terdapat pusat pendidikan, perdagangan dan
jasa. Kecamatan Godean dapat dijadikan wilayah pengembangan industri dilihat
dari sumber daya manusianya yang cukup besar yaitu 63.642 jiwa dan luas
wilayah 2.684 ha (BPS, 2010). Perkembangan industri di Kecamatan Godean
meningkat dari tahun 2000 yang berjumlah 3 unit untuk industri menengah dan
industri besar yang belum terbangun pada tahun tersebut, sampai dengan tahun
2010 yang berjumlah 9 unit untuk industri menengah dan 3 unit industri besar.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Diagram Jumlah Unit Industi di Kecamatan Godean Tahun 2000-2010
Sumber: Data BPS 2000-2010
4
Pembangunan industri yang direalisasikan dengan pendirian pabrik-pabrik
diharapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi migrasi, dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah setempat. Sehingga dengan adanya
pembangunan industri di daerah penelitian maka diharapkan dapat membantu
membuka peluang kerja serta mampu meningkatkan taraf hidup penduduk daerah
setempat dan sekitarnya. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri menengah
dan besar di Kecamatan Godean juga mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke
tahun 2010 yaitu dari 8,14% menjadi 8,47% (BPS, 2010). Perkembangan ini
menjadi salah satu alasan penting untuk pembangunan pabrik yang merupakan
bagian dari kegiatan industri. Sehingga dengan alokasi industri yang sesuai
dengan potensi lahan di wilayah Kecamatan Godean tentunya akan lebih
meningkatkan produktivitas hasil produksi.
Berdasarkan kenyataan bahwa pertumbuhan industri di daerah penelitian
berlangsung meningkat dari tahun ke tahun, maka perlu adanya pengaturan tata
ruang untuk lokasi industri agar pertumbuhan industri dapat terkonsentrasi dan
tidak mengganggu penggunaan lahan lainnya terutama di sektor pertanian.
1.2 Perumusan Masalah Penelitian
Perkembangan industri di Kecamatan Godean memungkinkan terjadinya
peningkatan dari industri kecil menjadi industri menengah sampai industri besar
untuk beberapa tahun ke depan, terutama untuk industri genteng, batubata maupun
keramik. Hal tersebut dikarenakan melihat dari potensi lahan di Kecamatan
Godean yang mampu menyediakan bahan baku berupa tanah lempung di daerah
perbukitan denudasional dan bukit sisa seperti Gunung Butak maupun Gunung
Berdjo dengan kualitas cukup baik. Faktor sumberdaya alam inilah yang
dipergunakan sebagai modal dasar untuk menarik para investor sehingga industri
mempunyai orientasi pemasaran yang lebih besar.
Pembangunan industri di Kecamatan Godean dapat dipergunakan sebagai
salah satu usaha pemerataan pembangunan ekonomi pada wilayah tersebut.
Melihat fakta bahwa masih tingginya jumlah penduduk miskin di Kecamatan
Godean yaitu 22,1% dari keseluruhan jumlah penduduk serta pendapatan per
5
kapita yang masih rendah yaitu 14,8% dibandingkan dengan kecamatan lain di
Kabupaten Sleman (BPS, 2010), maka diperlukan penambahan lapangan
pekerjaan baru bagi penduduk setempat terutama penduduk usia kerja.
Pengembangan industri di lokasi penelitian membutuhkan analisis
mengenai kesesuaian lahan yang berkaitan dengan kondisi fisik di Kecamatan
Godean. Penentuan lokasi industri yang tidak diarahkan dapat merugikan daya
dukung lingkungan dan menimbulkan masalah kerusakan lingkungan. Disamping
itu penelitian mengenai kesesuaian lahan untuk prioritas lokasi industri di
Kecamatan Godean belum pernah dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah
tersebut di atas dibantu dengan penggunaan teknologi penginderaan jauh dan
sistem informasi geografis (SIG), maka penulis bermaksud melaksanakan
penelitian dengan mengambil judul “Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Penentuan
Prioritas Lokasi Industri Menengah dan Besar di Kecamatan Godean, Kabupaten
Sleman” dengan permasalahan pokok sebagai berikut ini.
1. Bagaimana karakteristik lahan yang sesuai untuk penentuan lokasi industri
menengah dan besar di Kecamatan Godean?
2. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan untuk penentuan lokasi industri
menengah dan besar di Kecamatan Godean?
3. Bagaimana tingkat prioritas pengembangan lokasi industri menengah dan
besar di Kecamatan Godean berdasarkan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Mengetahui karakteristik lahan yang sesuai untuk penentuan lokasi industri
menengah dan besar di Kecamatan Godean.
2. Menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk lokasi industri menengah dan
besar di Kecamatan Godean.
3. Menentukan tingkat prioritas pengembangan lokasi industri menengah dan
besar di Kecamatan Godean berdasarkan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR).
6
Tabel 1.1. Hubungan Antara Tujuan dengan Perumusan Masalah Penelitian
Tujuan Perumusan Masalah
1. Mengetahui karakteristik lahan
yang sesuai untuk penentuan
lokasi industri menengah dan
besar di Kecamatan Godean.
1. Bagaimana karakteristik lahan
yang sesuai untuk penentuan
lokasi industri menengah dan
besar di Kecamatan Godean?
2. Menentukan tingkat kesesuaian
lahan untuk lokasi industri
menengah dan besar di
Kecamatan Godean.
2. Bagaimana tingkat kesesuaian
lahan untuk penentuan lokasi
industri menengah dan besar di
Kecamatan Godean?
3. Menentukan tingkat prioritas
pengembangan lokasi industri
menengah dan besar di
Kecamatan Godean berdasarkan
Rencana Detil Tata Ruang
(RDTR).
3. Bagaimana tingkat prioritas
pengembangan lokasi industri
menengah dan besar di Kecamatan
Godean berdasarkan Rencana
Detil Tata Ruang (RDTR)?
1.4 Kegunaan Penelitian
Adanya penelitian diharapkan bermanfaat sebagai berikut ini.
1. Memberikan informasi mengenai lokasi yang menjadi prioritas
pengembangan industri menengah dan besar baik kepada masyarakat umum
maupun investor.
2. Memberikan masukan informasi bagi pemerintah daerah dalam merumuskan
pelaksanaan kegiatan pembangunan industri.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
dalam pengembangan ilmu penginderaan jauh dan sistem informasi geografis
khususnya untuk studi industri.
7
1.5 Telaah Pustaka dan Telaah Penelitian Sebelumnya
1.5.1 Telaah Pustaka
1.5.1.1 Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) menurut Peraturan Menteri PU No.20
Tahun 2011 adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota
yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Kebijakan pemerintah dalam
merencanakan atau menentukan kawasan industri yang telah diatur dalam
Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) selama ini lebih banyak menggunakan
pendekatan antara lain.
1. Pendekatan sosial budaya (culture and social approach), yaitu pembangunan
industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya
penciptaan suasana dan lingkungan kemasyarakatan dengan nilai-nilai sosial
budaya yang harmonis berdasarkan kegotongroyongan. Kearifan lokal (local
wisdom) perlu dimunculkan dan dikembangkan untuk menguatkan eksistensi
masyarakat di Kecamatan Godean.
2. Pendekatan ekonomi (economic approach), yang menyangkut pada upaya
efisiensi dan efektifitas penggunaan potensi-potensi yang dimiliki Kecamatan
Godean untuk digunakan dalam kegiatan industri.
3. Pendekatan teknis (technical approach), yang menyangkut upaya
mengoptimalisasikan pembangunan industri kaitannya dengan pemanfaatan
ruang, sarana dan prasarana secara tepat, transportasi dan lain-lain sesuai
dengan kaidah teknis perencanaan (bedasarkan standar-standar teknis).
Ketiga jenis pendekatan tersebut lebih mengutamakan mengenai kondisi
lingkungan kemasyarakatan dan pendayagunaan sarana prasarana pendukung
pembangunan kawasan industri di wilayah setempat. Sehingga hasil yang
diharapkan lebih menekankan dalam pencapaian pendapatan wilayah serta
pemerataan ekonomi penduduk. Walaupun secara tujuan strategis pembangunan
industri sudah baik, namun pendekatan – pendekatan tersebut tidak
memperhatikan masalah lingkungan dan daya dukung lahan yang dialokasikan
sebagai kawasan industri. Hal tersebut tentu saja akan membawa dampak negatif
jangka panjang karena lahan yang direncanakan sebagai lokasi pengembangan
8
industri ternyata tidak mempunyai kualitas lahan yang sesuai dengan karakteristik
industri. Solusi untuk mengatasi kekurangan dalam menentukan lokasi
pembangunan industri di suatu wilayah terkait dengan masalah daya dukung
lingkungan adalah dengan menggunakan pendekatan antara lain di bawah ini.
1. Pendekatan lingkungan (ecological approach), yang menyangkut pada upaya
menempatkan industri dengan memperhatikan konsep daya dukung
lingkungan atau daya dukung lahannya agar degradasi lingkungan dapat
dikurangi dan konsep keberlanjutan dapat tetap terjaga.
2. Pendekatan keruangan (spatial approach), yang menyangkut upaya dalam
mengkaji rangkaian persamaan dari perbedaan fenomena geosfer dalam ruang.
Di dalam pendekatan keruangan ini yang perlu diperhatikan adalah persebaran
penggunaan ruang dan penyediaan ruang yang akan dimanfaatkan.
Penggunaan pendekatan lingkungan (ecological approach) dalam
merencanakan lokasi industri dapat membantu untuk mengetahui di lahan yang
bagaimanakah suatu industri dapat dikembangkan tanpa terhambat masalah faktor
fisik lahan. Selain itu juga dapat mengurangi kerusakan lingkungan terkait dengan
pengelolaan limbah industri serta menghindari terjadinya degradasi lahan akibat
pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi lahannya. Penggunaan
pendekatan keruangan (spatial approach) akan lebih banyak memberikan
informasi mengenai distribusi karakteristik lahan yang sesuai maupun tidak sesuai
untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan industri di suatu wilayah. Sehingga
dapat diketahui persebaran lokasi strategis lahan yang dapat dikembangkan
sebagai kawasan industri baik baik secara aspek fisik lahan maupun aspek sosial
ekonominya.
Kelima jenis pendekatan tersebut apabila digunakan untuk merencanakan
sebuah lokasi industri di suatu wilayah, maka akan dapat dicapai tujuan
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan
dimana tidak hanya pencapaian secara segi sosial ekonomi saja, namun juga
memperhatikan masalah lingkungan agar keseimbangan tetap terjaga.
9
1.5.1.2 Teori Lokasi Industri
Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu
ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Djojodipuro (1992) dalam
bukunya yang berjudul Teori Lokasi mengemukakan bahwa pada prinsipnya teori
lokasi dipergunakan untuk memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum,
yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi. Teori lokasi
industri yang sesuai dengan kondisi di Kecamatan Godean adalah teori lokasi
industri (Theory of Industrial Location) dari Alfred Weber.
Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan
mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan
asumsi sebagai berikut ini.
a. Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan
penduduknya relatif homogen.
b. Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.
c. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum
Regional (UMR).
d. Hanya ada satu jenis alat transportasi.
e. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.
f. Terdapat persaingan antar kegiatan industri.
g. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.
1.5.1.3 Profil Industri di Kecamatan Godean
Letak Kecamatan Godean yang cukup strategis, dengan dilalui oleh jalan
kolektor Godean – Nanggulan dan kedekatannya dengan akses jalan arteri
Yogyakarta – Wates, menimbulkan banyak berkembanganya kegiatan-kegiatan
pergudangan, terutama skala regional. Beberapa industri dan pergudangan yang
berkembang di Godean seperti industri kerajinan kulit (sarung tangan), furniture
dan handicraft. Hal ini ditunjang dengan kelas jalan yang memungkinkan
angkutan bertonase besar melalui jalan kolektor ini. Sebagian besar industri yang
berkembang pesat di Kecamatan Godean adalah industri genteng yang bahan baku
utamanya diperoleh di daerah Sidorejo.
10
Jumlah industri di Kecamatan Godean mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun seiring dengan pengembangan lokasi industri yang semakin banyak
dibangun. Jumlah industri yang tercatat di Kecamatan Godean berdasarkan data
dari Data Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Penanaman Modal
Kabupaten Sleman tahun 2010 adalah 435 unit. Jumlah industri berdasarkan
jenisnya dari tahun 2007 sampai 2010 disajikan dalam Tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2. Jumlah Industri Berdasarkan Jenisnya di Kecamatan Godean
Jenis Industri Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Kerajinan Bambu 40 43 45 50
Keramik 10 9 13 15
Pasir Semen 20 25 28 30
Genteng 312 308 315 320
Makanan 29 30 23 20
Jumlah 411 Unit 415 Unit 424 Unit 435 Unit
Sumber: Data Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Penanaman Modal
Kabupaten Sleman 2007-2010
1.5.1.4 Parameter Penentuan Lokasi Industri
Kajian geografi berperan dalam penentuan lokasi industri. Salah satu aspek
yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi industri adalah aspek biofisik.
Menurut Sutanto (1992) aspek biofisik merupakan karakterstik (atribut) lahan
yang dapat diukur atau diestimasi dengan menggunakan parameter di bawah ini.
1. Bentuklahan
Bentuklahan merupakan salah satu aspek fisik yang penting untuk
mengetahui karakteristik dalam hal struktur lahan, ekspresi topografi maupun
jenis tanahnya. Sehingga dengan informasi bentuklahan maka dapat diketahui
gambaran secara umum mengenai sumberdaya alam pada suatu wilayah.
2. Penggunaan Lahan
Dalam perencanaan pengembangan industri perlu mengetahui penggunaan
lahan lainnya, karena ada beberapa penggunaan lahan yang tidak boleh
dialihfungsikan, seperti sawah irigasi, permukiman, kawasan lindung (sempadan
sungai, sempadan pantai, serta kawasan strategis militer).
11
3. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng sangat berguna dalam penentuan lokasi industri karena
berpengaruh terhadap kestabilan lahan sehingga menentukan suatu lahan nantinya
berisiko atau tidak untuk dibangun sebagai lokasi industri. Lokasi industri
biasanya berasosiasi dengan wilayah yang mempunyai topografi datar, dengan
tingkat kemiringan yang relatif kecil.
4. Kerawanan Bencana
Salah satu faktor yang menghambat dalam penentuan lokasi sebuah industi
di suatu wilayah adalah bencana alam yang biasanya meliputi erosi, longsor
maupun banjir. Data mengenai kerawanan bencana sangat penting dalam
mendukung pengembangan suatu lokasi industri karena berpengaruh terhadap
berisiko atau tidaknya kawasan tersebut dari bencana alam.
5. Tekstur Tanah
Kondisi mengenai tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat
kestabilan tanah, daya permeabilitas, dan infiltrasi yang hubungannya dengan
daya dukung suatu bangunan baik bangunan industri maupun bangunan
pengelolaan limbah. Sehingga tekstur tanah merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan dalam penentuan lokasi industri karena berkaitan erat dengan
kemampuan tanah untuk dibangun suatu bangunan.
6. Kembang Kerut Tanah
Kembang kerut tanah merupakan aspek yang penting dalam mendirikan
sebuah bangunan industri karena berhubungan dengan kondisi tanah. Kembang
kerut tanah dinyatakan dengan besaran nilai COLE. Tanah dengan nilai COLE
yang besar akan berpotensi dalam meretakkan dinding bangunan, merobohkan
dan menghancurkan bangunan yang berada di atasnya.
7. Kedalaman Muka Air Tanah
Kedalaman tanah merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam
pendirian bangunan industri karena aspek ini berpengaruh dalam pembiayaan,
yaitu proses pembuatan pondasi, saluran pembuangan, dan gudang bawah tanah.
Lahan dengan kondisi kedalaman muka air tanah yang terlalu dangkal dan terlalu
dalam tidak sesuai untuk penentuan lokasi industri di suatu wilayah.
12
8. Daya Dukung Tanah
Daya dukung tanah merupakan paremeter penting dalam penentuan lokasi
industri karena berhubungan pada konstruksi bangunan industri. Kondisi daya
dukung tanah juga berhubungan erat dengan jenis tekstur tanah, misalnya tanah
berpasir atau tanah berkerikil menunjukkan daya dukung tanah yang baik.
Sebaliknya tanah lempung dan lanau menunjukkan daya dukung tanah yang jelek.
9. Drainase Tanah
Drainase tanah mempengaruhi kondisi suatu lahan sehingga merupakan
aspek fisik yang perlu dipertimbangkan apabila lahan tersebut akan digunakan
sebagai lokasi industri. Lahan dengan drainase yang baik akan sesuai
dikembangkan sebagai lokasi industri karena penyerapan air ke dalam tanah akan
lebih mudah dan cepat sehingga tidak menimbulkan genangan air.
10. Infrastruktur
Jaringan jalan berperan penting dalam aksesibilitas atau daya angkut
barang dan manusia. Transportasi memegang peranan penting sebab akan
menentukan harga pasar dan biaya produksi.
Fasilitas yang terdapat di sebuah wilayah tidak kalah penting dalam
menunjang kegiatan industri. Jarak terhadap fasilitas umum seperti gardu listrik,
telepon maupun air bersih akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi
dalam sebuah bangunan industri.
1.5.1.5 Teknologi Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena dan
gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1997 dalam Nurhayati, 2003). Karena
tanpa kontak langsung maka diperlukan media berupa citra (image atau gambar).
Citra dihasilkan melalui proses perekaman dengan bantuan sensor. Sensor secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua buah jenis yaitu sensor fotografik
(kamera) dan sensor non-fotografik. Perbandingan antara citra foto dan citra non-
foto dapat di lihat pada Tabel 1.3. di bawah ini.
13
Tabel 1.3. Spesifikasi Citra Non-Fotografik dan Cita Fotografik
Variabel Pembeda Citra Non -Foto Citra Foto
Sensor Non-Kamera, mendasarkan atas
penyiaman. Kamera yang
detektornya bukan film.
Kamera.
Detektor Pita magnetic, termistor, foto
kondusif, foto voltaic, dsb.
Film.
Proses Perekaman Elektronik. Fotografi/Kimiawi.
Mekanisme Perekaman Parsial. Serentak.
Spektrum
Elektromagnetik
Spektra tampak dan perluasannya,
thermal, dan gelombang mikro.
Spektrum tampak
dan perluasannya.
Sumber : Sutanto, 1986
Prinsip kerja dari sistem penginderaan jauh adalah sebagai berikut: tenaga,
baik yang berasal dari sumber tenaga alamiah maupun yang berasal dari sumber
buatan, akan mengenai obyek di permukaan bumi, kemudian dipantulkan ke
sensor, bila tenaganya dari obyek maka tenaga tersebut akan dipancarkan. Tenaga
yang datang dari obyek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh sensor.
Perolehan data dapat dilakukan secara manual yaitu dengan interpretasi secara
visual, dan dapat dilakukan dengan cara numeric atau secara digital dengan
menggunakan komputer. Data yang diperoleh dari hasil perekaman kemudian
digunakan oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih jelasnya
mengenai sistem penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini.
Gambar 1.2. Skematis Sistem Penginderaan Jauh
Sumber: Sutanto, 1986
14
1.5.1.6 Citra Satelit Quickbird
Citra Quickbird diluncurkan pertama kali pada bulan Oktober tahun 2001
di California AS. Quickbird merupakan salah satu satelit komersial yang
mempunyai resolusi spasial yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan
satelit citra yang lain, yaitu 61 cm untuk saluran pankromatiknya dan 2,5 untuk
saluran multispektralnya.
Citra Quickbird mengorbit pada ketinggian 450 km dengan periode orbit
93,4 menit. Satelit Citra Quickbird mempunyai 2 sensor utama, yaitu pankromatik
dan multispektral, dengan resolusi radiometrik 11 bit per piksel (2048 tingkat
keabuan). Keterangan mengenai lebar liputan dan resolusi spasial pada setiap
saluran lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4. di bawah ini.
Tabel 1.4. Keterangan Lebar Liputan dan Resolusi Spasial Setiap Saluran
Saluran Lebar Liputan Resolusi Spasial
Saluran 1 0.45-0.52 µm (biru) 2.44-2.88 meter
Saluran 2 0.52-0.60 µm (hijau) 2.44-2.88 meter
Saluran 3 0.63-0.69 µm (merah) 2.44-2.88 meter
Saluran 4 0.76-0.90 µm (inframerah dekat) 2.44-2.88 meter
Sumber: www.spaceimaging.com, 2007
Sedangkan untuk spesifikasi dari sensor Citra Quickbird dapat dilihat lebih
jelasnya pada Tabel 1.5 dibawah ini.
Tabel 1.5. Spesifikasi Sensor Quickbird
Tanggal dan Tempat
Peluncuran
24 September 1999 at Vandenberg Air Force Base,
California,USA
Pesawat Peluncur Boeing Delta II
Masa Operasi 7 tahun lebih
Orbit 97.2°, sun synchronous
Kecepatan pada Orbit 7.1 Km/detik (25,560 Km/jam)
Kecepatan diatas bumi 6.8 km/detik
Akurasi 23 meter horizontal (CE90%)
Ketinggian 450 kilometer
Resolusi
Pankromatik : 61 cm (nadir) to 72 cm (25° off-nadir)
Multi Spektral: 2.44 m (nadir) to 2.88 m (25° off-
nadir)
Cakupan Citra 16.5 Km x 16.5 Km at nadir
Waktu Melintas
Ekuator 10:30 AM (descending node) solar time
Waktu Lintas Ulang 1-3.5 days, tergantung latitude (30° off-nadir)
Saluran Citra Pan: 450-900 nm
Sumber: www.spaceimaging.com, 2007
15
1.5.1.7 Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi geografis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola,
memanipulasi, memperbaharui, dan menghasilkan informasi yang mempunyai
rujukan spasial dan geografis.
Longley, et al., (2005) menyebutkan bahwa sistem informasi geografis
merupakan bagian penting dari sistem informasi yang melacak tidak hanya
peristiwa ataupun kegiatan, tetapi juga dari mana peristiwa, kegiatan, dan hal
tersebut terjadi. Sistem informasi geografis membantu untuk mengelola apa yang
kita ketahui, dengan membuatnya lebih mudah untuk mengatur dan menyimpan,
mengakses dan mengambil, memanipulasi dan mensintesis, serta menerapkan
pengetahuan untuk solusi dari suatu masalah
Sistem informasi geografis (SIG) dapat diuraikan menjadi beberapa
subsistem diantaranya yaitu: data input, data output, data managemen dan data
manipulasi dan data analisis. Disamping subsistem tersebut, Sistem informasi
geografis (SIG) juga terdiri dari berbagai komponen diantaranya perangkat keras,
perangkat lunak, data dan informasi geografi dan manajemen.
1.5.2 Penelitian Sebelumnya
Agung Ady Imanuson (2008) mengadakan penelitian tentang keberadaan
kawasan industri di Kota Surakarta dengan menggunakan data-data fisik lahan
untuk menentukan kesesuaian lahan untuk kawasan industri di Kota Surakarta
dengan menggunakan metode pengharkatan (scoring). Hasil dari kelas kesesuaian
lahan kemudian dijadikan dasar untuk melakukan analisis mengenai keberadaan
industri yang telah terbangun di Kota Surakarta.
Ria Nurhayati (2003) melakukan penelitian mengenai kesesuaian lahan
untuk menentukan lokasi industri di Kota Cilacap dengan menggunakan metode
pengharkatan (scoring). Parameter yang digunakan adalah parameter fisik lahan
sehingga dapat diketahui tingkat kesesuaiannya berdasarkan kualitas lahan. Hasil
yang diperoleh adalah peta kesesuaian lahan untuk lokasi industri di Kota Cilacap.
16
Endang Surjati (1999) mengadakan penelitian tentang kesesuaian lahan
untuk penentuan lokasi kawasan industri dengan pemanfaatan penginderaan jauh
berupa Foto Udara Pankromatik dan sistem informasi geografis (SIG) dengan
metode pengharkatan (scoring). Hasil yang diperoleh berupa peta kesesuaian
lahan untuk lokasi kawasan industri. Pebandingan antara penelitian-penelitian
sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.6 di bawah ini.
Tabel 1.6. Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Judul Tujuan Metodologi Hasil Penelitian
Integrasi Penginderaan
Jauh dan Sistem
Informasi Geografi untuk
Menentukan dan
Mengevaluasi Kesesuaian
Lahan untuk Lokasi
Industri Dasar di
Kecamatan Sentolo
(Endang Surjati, 1999)
1. Menentukan lokasi yang
sesuai untuk kawasan industri
dasar
2. Mengetahui kegunaan berupa
Foto Udara Pankromatik
Hitam Putih dalam
penyadapan informasi fisik
lahan
Metode
pengharkatan
(scoring)
Peta kesesuaian
lahan untuk
kawasan industri
dasar yang
berada di
Kecamatan
Sentolo
Kesesuaian Lahan untuk
Lokasi Industri dengan
Memanfaatkan
Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi
Geografi di Kota Cilacap
(Ria Nurhayati, 2003)
1. Menentukan wilayah yang
sesuai untuk dikembangkan
sebagai lokasi industri
2. Mengetahui kegunaan Foto
Udara Pankromatik Berwarna
dalam penyadapan informasi
fisik lahan
Metode
pengharkatan
(scoring)
Peta kesesuaian
lahan untuk
lokasi industri di
Kota Cilacap
Analisis Keberadaan
Kawasan Industri
Terhadap Tingkat
Kesesuaian Lahan di Kota
Surakarta Propinsi Jawa
Tengah (Agung Ady
Imanuson, 2008)
1. Menentukan kesesuaian lahan
untuk kawasan industri
2. Menganalisis keberadaan
kawasan industri terhadap
tingkat kesesuaian lahan
Metode
pengharkatan
(scoring)
Peta Kesesuaian
Lahan untuk
Kawasan Industri
di Kota Surakarta
Analisis Kesesuaian
Lahan Untuk
Penentuan Prioritas
Lokasi Industri
Menengah dan Besar di
Kecamatan Godean,
Kabupaten Sleman
(Erma Wahyuningrum,
2013)
1. Mengetahui karakteristik
lahan yang sesuai untuk
penentuan lokasi industri
menengah dan besar di
Kecamatan Godean.
2. Menentukan tingkat
kesesuaian lahan untuk lokasi
industri menengah dan besar
di Kecamatan Godean.
3. Menentukan tingkat prioritas
pengembangan lokasi industri
menengah dan besar di
Kecamatan Godean
berdasarkan Rencana Detil
Tata Ruang (RDTR).
Metode
pengharkatan
(scoring) dan
matching
*1.Peta
Kesesuaian
Lahan untuk
Lokasi Industri
2. Peta Prioritas
Lokasi
Pengembangan
Industri
*Hasil yang diharapkan:
17
Hal yang membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
sebelumnya adalah selain menggunakan metode scoring peneliti juga akan
melakukan perpaduan antara hasil peta kesesuaian lahan dengan Peta Rencana
Detil Tata Ruang Kecamatan Godean. Penggunaan metode tersebut dimaksudkan
untuk menghasilkan lokasi-lokasi yang menjadi prioritas pengembangan industri
menengah dan besar yang sesuai dengan peraturan pemerintah daerah. Sehingga
pengembangan lokasi industri tidak hanya memenuhi syarat fisik lahan tetapi juga
sesuai dengan rencana detil tata ruang yang ada di Kecamatan Godean.
1.6 Kerangka Penelitian
Jumlah industri di Kecamatan Godean yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya dapat menjadi solusi bagi masalah pemerataan ekonomi penduduk.
Pembangunan industri di Kecamatan Godean membutuhkan analisis mengenai
kesesuaian lahan yang berkaitan dengan kondisi fisik untuk mengurangi dampak
yang merugikan bagi lingkungan. Analisis kesesuaian lahan dapat memanfaatkan
penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) yang dipadukan dengan
dokumen rencana detil tata ruang Kecamatan Godean, sehingga menghasilkan
lokasi-lokasi yang menjadi prioritas pengembangan industri menengah dan besar.
Gambar 1.3 Kerangka Penelitian
Peningkatan Jumlah Industri
Ketersediaan Lahan
Analisis Kesesuaian Lahan
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG)
Rencana Detil Tata
Ruang (RDTR)
Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Industri Menengah dan Besar
Prioritas Pengembangan Lokasi Industri Menengah dan Besar
18
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Alat dan Bahan Penelitian
1.7.1.1 Alat Penelitian
Alat yang dipergunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Piranti lunak remote sensing and GIS ENVI 4.5 dan ArcGIS 10.
2. Printer.
3. Scanner.
4. Global Positioning System (GPS).
5. Kalkulator.
1.7.1.2 Bahan Penelitian
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Citra Quickbird tahun 2010.
2. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) daerah Yogyakarta lembar 1408-223
dan daerah Sleman lembar 1408-241 skala 1:25.000 tahun 2005.
3. Peta RDTR Kecamatan Godean skala 1:30.000 tahun 2010-2030.
1.7.2 Data Penelitian
1.7.2.1 Data Primer Penelitian
Merupakan data yang dihasilkan dari pencatatan, perhitungan, pengukuran
atau penelitian langsung di lapangan. Data primer yang dibutuhkan dalam
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.7 dibawah ini.
Tabel 1.7 Jenis Data Primer, Sumber Data dan Kegunaannya
No. Jenis Data Sumber Data Kegunaan Data
1. Data Penggunaan
Lahan
Interpretasi visual Citra
Quickbird dan survei lapangan
Analisis penggunaan lahan di
Kecamatan Godean
2. Data Jalan Interpretasi visual Citra
Quickbird
Analisis jarak terhadap jalan
utama di Kecamatan Godean
3. Data Lokasi
Gardu Listrik
Survei lapangan dengan
menggunakan GPS
Analisis jarak terhadap gardu
listrik di Kecamatan Godean
4. Data Lokasi
Gardu Telepon
Survei lapangan dengan
menggunakan GPS
Analisis jarak terhadap gardu
telepon di Kecamatan Godean
5. Data Lokasi
PDAM
Survei lapangan dengan
menggunakan GPS
Analisis jarak terhadap PDAM
di Kecamatan Godean
6. Data Kedalaman
Muka Air Tanah
Survei lapangan dengan
pengamatan terhadap sumur
gali di rumah penduduk
Analisis kedalaman muka air
tanah di Kecamatan Godean
19
1.7.2.2 Data Sekunder Penelitian
Merupakan data yang diperoleh dari sumber data yang berupa perhitungan,
pencatatan, pengukuran atau penelitian sebelumnya. Data sekunder yang
dibutuhkan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.8 dibawah ini.
Tabel 1.8 Jenis Data Sekunder, Sumber Data dan Kegunaannya
No. Jenis Data Sumber Data Kegunaan Data
1. Data
bentuklahan
Peta Geomorfologi Kecamatan
Godean skala 1:30.000 tahun 2005
Analisis bentuklahan di
Kecamatan Godean
2. Data kerawanan
erosi
Peta Kerawanan Bencana Alam
Kecamatan Godean skala 1:30.000
tahun 2009
Analisis kerawanan erosi di
Kecamatan Godean
3. Data tekstur
tanah
Peta Tanah Kecamatan Godean
skala 1:30.000 tahun 2009
Analisis tekstur tanah di
Kecamatan Godean
4. Data kembang
kerut tanah
Peta Tanah Kecamatan Godean
skala 1:30.000 tahun 2009
Analisis kembang kerut
tanah di Kecamatan Godean
5. Data drainase
tanah
Peta Hidrologi Kecamatan Godean
skala 1:30.000 tahun 2009
Analisis drainase tanah di
Kecamatan Godean
6. Data kemiringan
lereng
Data titik ketinggian Kecamatan
Godean tahun 2007
Analisis kemiringan lereng
di Kecamatan Godean
7. Data daya
dukung tanah
Data daya dukung tanah
Kecamatan Godean tahun 2005
Analisis daya dukung tanah
di Kecamatan Godean
1.7.3 Tahap Penelitian
Tahap penelitian merupakan prosedur penelitian yang dilakukan dalam
penelitian yag meliputi tahapan di bawah ini.
1.7.3.1 Tahap Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut ini.
1. Menentukan tema dan judul penelitian.
2. Menentukan daerah penelitian dan menentukan obyek-obyek kajian.
3. Studi pustaka yang mengenai kawasan industri dan topik yang relevan.
4. Menentukan parameter-parameter yang dibutuhkan dalam penentuan lokasi
industri menengah dan besar.
5. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian.
6. Pembuatan peta tentatif penggunaan lahan dan peta jalan di Kecamatan Godean
yang diperoleh dari citra Quickbird tahun 2010 dengan proses pengolahan
sebagai berikut.
20
a. Koreksi Citra Quickbird
Koreksi geometri biasa disebut sebagai registration, untuk mereferensi
citra sehingga mempunyai koordinat geografi dan/atau mengkoreksi serta
mencocokan secara geometri dengan peta yang menjadi dasar koreksi. Dalam
penelitian ini Citra Quickbird akan dikoreksi secara geometrik menggunakan peta
dasar koreksi yaitu Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000.
b. Pemotongan Citra Quickbird
Pemotongan citra pada suatu besaran liputan wilayah biasa disebut dengan
cropping citra. Pemotongan data dilakukan untuk memfokuskan areal penelitian
yaitu daerah administrasi Kecamatan Godean. Pemotongan ini bereferensikan
Citra Quickbird yang telah bertampalan.
c. Interpretasi Citra Quickbird
Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan
sifat obyek yang tampak pada citra dengan memperhatikan 8 unsur interpretasi
yang digunakan secara konvergen untuk dapat mengenali suatu obyek yang ada
pada citra. Kedelapan unsur tersebut ialah warna/rona, bentuk, ukuran, bayangan,
tekstur, pola, situs dan asosiasi (Sutanto, 1986). Pada penelitian kali ini proses
interpretasi Citra Quickbird berupa jenis penggunaan lahan dan jalan dilakukan
secara visual dengan menggunakan metode digitasi.
Digitasi merupakan proses pengubahan data grafis analog ke dalam bentuk
digital yang disimpan dalam media magnetik dengan format data vektor. Proses
digitasi dilakukan secara on screen dengan menggunakan software pemetaan.
d. Editing Citra Quickbird
Editing dipergunakan untuk memperbaiki kesalahan pada hasil digitasi
Citra Quickbird. Dalam proses digitasi data penginderaan jauh dimungkinkan juga
untuk mengedit atau membetulkan hasil digitasi dengan cara memilih task sesuai
dengan kasus digitasi yang dihadapi.
7. Desain Sampel
Penentuan titik sampel di lapangan menggunakan metode cluster random
sampling. Metode ini bertujuan untuk memilih anggota sampel dari anggota
populasi yang terdiri dari kelompok-kelompok (cluster). Sedangkan random
21
merupakan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak untuk setiap satuan
pemetaan (Yunus, 2010). Parameter fisik lahan yang akan dilakukan survey
lapangan meliputidi bawah ini.
a. Penggunaan Lahan
Pada survey lapangan di Kecamatan Godean ditentukan jumlah sampel
yaitu 55 titik dari 11 jenis penggunaan lahan, sehingga setiap satu jenis
penggunaan lahan akan diambil 5 titik sampel yang tersebar secara acak di 7
kelurahan yaitu Sidorejo, Sidoluhur, Sidomulyo, Sidoagung, Sidokarto, Sidoarum,
dan Sidomoyo.
b. Kedalaman Muka Air Tanah
Untuk mendapatkan data mengenai kedalaman muka air tanah pada
penelitian ini akan dilakukan pengamatan langsung terhadap kedalaman sumur
gali di rumah-rumah penduduk. Pada survey lapangan di Kecamatan Godean
ditentukan jumlah sampel yaitu 84 titik dari 7 kelurahan, sehingga setiap satu
kelurahan akan diambil 12 titik sampel kedalaman muka air tanah yang tersebar
secara acak di 7 kelurahan yaitu Sidorejo, Sidoluhur, Sidomulyo, Sidoagung,
Sidokarto, Sidoarum, dan Sidomoyo.
1.7.3.2 Tahap Kerja Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan survei lapangan
di Kecamatan Godean yang meliputi kegiatan di bawah ini.
1. Plot data lokasi infrastruktur gardu listrik, gardu telepon dan Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) di Kecamatan Godean menggunakan alat Global
Positioning Sytem (GPS).
2. Melakukan pengamatan langsung terhadap kedalaman sumur gali di beberapa
rumah-rumah penduduk untuk mendapatkan data kedalaman muka air tanah.
3. Melakukan cek lapangan terhadap hasil interpretasi penggunaan lahan dari data
penginderaan jauh. Penggunaan lahan merupakan data yang dinamis, sehingga
akan cepat perubahannya. Hasil pengecekan penggunaan lahan ini digunakan
untuk memperbaiki peta tentatif penggunaan lahan yang sebelumnya dibuat
berdasarkan hasil interpretasi visual dari Citra Quickbird tahun 2010.
22
1.7.3.3 Tahap Pasca Kerja Lapangan
Tahap pasca kerja lapangan merupakan tahap setelah survei lapangan di
daerah penelitian berakhir yang meliputi kegiatan di bawah ini.
1. Plot data lokasi infrastruktur gardu listrik, gardu telepon dan Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) yang telah diketahui koordinatnya dari Global
Positioning Sytem (GPS) ke dalam peta digital Kecamatan Godean kemudian
dilakukan proses buffering.
2. Memetakan kembali penggunaan lahan yang telah dilakukan cek lapangan
dari peta tentatif ke dalam peta penggunaan lahan Kecamatan Godean.
3. Mengolah data yang diperoleh dari peta tematik serta data sekunder mengenai
parameter fisik lahan di Kecamatan Godean meliputi proses digitasi,
interpolasi, editing, labeling dan layout.
4. Penulisan laporan.
1.7.4 Analisis Data
1.7.4.1 Analisis Tingkat Kesesuaian Lahan
Analisis tingkat kesesuaian lahan untuk lokasi industri menengah dan
besar dalam penelitian ini menggunakan metode pengharkatan (scoring) yang
mempertimbangkan faktor pembobot/penimbang untuk setiap parameter. Metode
pengharkatan (scoring) yaitu suatu cara menilai potensi lahan dengan jalan
memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga diperoleh kelas
kemampuan lahan bedasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter lahan
tersebut (Jamulya, 1995). Faktor pembobot/penimbang pada masing-masing
parameter didasarkan atas tingkatan pengaruhnya terhadap kesesuaian lahan untuk
penentuan lokasi industri menengah dan besar.
Parameter yang akan diberikan harkat dan bobot meliputi faktor fisik lahan
yang digunakan sebagai penentu pengembangan lokasi industri menengah dan
besar antara lain penggunaan lahan, jarak terhadap jalan utama, jarak terhadap
infrastruktur yang meliputi gardu listrik, gardu telepon dan PDAM, kedalaman
muka air tanah, bentuklahan, kemiringan lereng, kerawanan bencana, tekstur
tanah, kembang kerut tanah, drainase tanah, dan daya dukung tanah. Keterangan
23
mengenai jenis kelas, pengharkatan dan nilai pembobot pada masing-masing
parameter tersebut dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 1. Dari penilaian
dengan metode scoring dan pembobotan tersebut maka diperoleh nilai akhir untuk
mengetahui kelas kesesuaiannya untuk lokasi industri menengah dan besar.
Penentuan interval pada setiap kelas tersebut dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 1.9. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Industri Menengah dan Besar
No. Kelas Kesesuaian Lahan Keterangan
1. Sangat Sesuai (S1) Lahan memiliki pembatas ringan apabila digunakan
untuk lokasi industri
2. Cukup Sesuai (S2) Lahan memiliki pembatas sedang apabila digunakan
untuk lokasi industri
3. Sesuai Marginal (S3) Lahan memiliki pembatas berat apabila digunakan
untuk lokasi industri
4. Tidak Sesuai Saat ini (N1) Lahan memiliki pembatas sangat berat apabila
digunakan untuk lokasi industri namun dapat diatasi
hanya tidak dapat diatasi dengan pengetahuan
sekarang dan membutuhkan biaya banyak
5. Tidak Sesuai Permanen
(N2)
Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat
sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu
penggunaan yang lestari
Sumber : Sutanto (1992)
1.7.4.2 Analisis Tingkat Prioritas Pengembangan
Penentuan prioritas pengembangan lokasi industri menengah dan besar
dilakukan dengan menggunakan metode matching yaitu suatu metode yang
memadukan antara dua variabel sehingga diperoleh suatu data baru. Penelitian ini
akan membandingkan antara peta kesesuaian lahan dengan peta Rencana Detil
Tata Ruang (RDTR). Peta Rencana Tata Ruang Kecamatan Godean berisi
mengenai alokasi lahan-lahan yang direncanakan untuk pengembangan berbagai
jenis kawasan termasuk lahan untuk pengembangan industri. Berdasarkan hasil
perpaduan tersebut, jenis prioritas untuk pengembangan industri menengah dan
besar di Kecamatan Godean terbagi dalam 3 kelas di bawah ini.
1. Prioritas I
Lahan dengan prioritas I merupakan lahan dengan kondisi sangat sesuai
(S1) apabila dikembangkan sebagai lokasi industri menengah dan besar apabila
KI = (skor tertinggi) – (skor terendah)
jumlah kelas
……………............................(1)
24
dilihat dari segi fisik lahan serta selaras dengan rencana pemanfaatan ruang
Kecamatan Godean yang ada. Sehingga nantinya diharapkan lahan untuk
pengembangan lokasi industri tersebut mampu meningkatkan hasil produksinya
serta mempunyai orientasi pemasaran yang lebih luas.
2. Prioritas II
Lahan dengan prioritas II merupakan lahan dengan kondisi yang cukup
sesuai (S2) dan kelas sesuai marginal (S3) apabila dikembangkan sebagai lokasi
industri menengah dan besar yang dilihat dari segi fisik lahan dan juga selaras
dengan rencana pemanfaatan ruang Kecamatan Godean yang ada.
3. Tidak Prioritas
Lahan yang tidak diprioritaskan merupakan daerah dimana dalam rencana
pemanfaatan ruang Kecamatan Godean yang dibuat oleh pemerintah daerah
setempat tidak diperbolehkan untuk pengembangan lokasi kawasan industri
walaupun secara fisik lahan masuk ke dalam kelas sangat sesuai (S1), cukup
sesuai (S2) maupun sesuai marginal (S3). Selain itu apabila lahan termasuk kelas
tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai permanen (N2) namun selaras maupun
tidak selaras dengan RDTR akan tetap menjadi lahan yang tidak diprioritaskan.
Hubungan antara kesesuaian lahan dan RDTR dengan prioritas pengembangan
lokasi industri menengah dan besar dapat dilihat pada Tabel 1.10 berikut:
Tabel 1.10. Hubungan Antara Kesesuaian Lahan dan RDTR Dengan Prioritas
Pengembangan Lokasi Industri Menengah dan Besar
No. Kelas Kesesuaian Lahan RDTR Prioritas Pengembangan
1. Sangat Sesuai (S1) Selaras Prioritas I
2. Cukup Sesuai (S2) Selaras Prioritas II
3. Sesuai Marginal (S3) Selaras Prioritas II
4. Sangat Sesuai (S1) Tidak Selaras Tidak Prioritas
5. Cukup Sesuai (S2) Tidak Selaras Tidak Prioritas
6. Sesuai Marginal (S3) Tidak Selaras Tidak Prioritas
7. Tidak Sesuai Saat ini (N1) Selaras Tidak Prioritas
8. Tidak Sesuai Permanen (N2) Selaras Tidak Prioritas
9. Tidak Sesuai Saat ini (N1) Tidak Selaras Tidak Prioritas
10. Tidak Sesuai Permanen (N2) Tidak Selaras Tidak Prioritas
Sumber : Pengolahan data
Untuk lebih jelasnya mengenai proses analisis kesesuaian lahan untuk
prioritas pengembangan industri menengah dan besar di Kecamatan Godean,
maka dapat dilihat pada diagram Gambar 1.4.
25
Gambar 1.4. Diagram Alir Penelitian
Industri Menengah dan Besar Ketersediaan Lahan
Lokasi Industri Menengah dan Besar
Citra Satelit Quickbird Data Primer Data Sekunder
1. Data Tentatif
Penggunaan Lahan
2. Data Tentatif Jalan
1. Data Jarak
terhadap Gardu
Listrik
2. Data Jarak
terhadap PDAM
3. Data Jarak
terhadap Gardu
Telepon
4. Data Kedalaman
Muka Air Tanah
1. Data Bentuklahan
2. Data Kemiringan
Lereng
3. Data Kerawanan
Erosi
4. Data Tekstur Tanah
5. Data Kembang Kerut
Tanah
6. Data Drainase Tanah
7. Data Daya Dukung
Tanah
1. Data Penggunaan Lahan
2. Data Jarak terhadap Jalan
Utama
Pengharkatan dan Overlay
Peta Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Industri
Menengah dan Besar di Kecamatan Godean
Peta Prioritas Pengembangan Lokasi Industri
Menengah dan Besar di Kecamatan Godean
Rencana Detil Tata
Ruang (RDTR)
Kecamatan Godean
Peta Rupabumi
Skala 1:25.000
Matching
Keterangan: : Input : Proses : Hasil
Cek
Lapangan
26
1.8 Batasan Operasional
Batasan masalah dalam penelitian di Kecamatan Godean perlu dilakukan
mengingat bervariasinya parameter fisik lahan yang menjadi penentu tingkat
kesesuaian lahan untuk pengembangan industri menengah dan besar. Sehingga
nantinya hasil penelitian menjadi lebih akurat. Batasan operasional penelitian
meliputi di bawah ini.
1. Jenis industri
Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga
menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya
menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada
pemakai akhir (BPS, 2002). Dalam penelitian di Kecamatan Godean tidak semua
jenis industri yang akan dikaji, tetapi hanya terbatas pada jenis industri menengah
dan industri besar yang kriterianya didasarkan atas jumlah tenaga kerja. Industri
menengah merupakan industri jenis industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja
antara 20 − 99 karyawan, sedangkan industri besar jumlah tenaga kerja lebih dari
100 karyawan (BPS, 2002).
2. Jenis Kerawanan Bencana
Kerawanan bencana yang akan dijadikan sebagai parameter penentu lokasi
industri menengah dan besar di Kecamatan Godean dibatasi pada jenis kerawanan
bencana erosi. Menurut Arsyad (1989), erosi adalah peristiwa pindahnya atau
terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh
media alami. Pembatasan kerawanan bencana erosi tersebut disebabkan karena
melihat dari bentuklahan dan kemiringan lereng di beberapa daerah Kecamatan
Godean yang merupakan perbukitan denudasional dengan kemiringan lereng
>15% sehingga lebih rawan terhadap bahaya erosi.