bab i pendahuluan - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/bab_i_erma.pdf · industri yang...

26
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf kehidupan penduduknya berupa kenaikan pendapatan wilayah yang ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi. Pertumbuhan ini juga membawa dampak pada penggunaan sumberdaya alam yang lebih besar dan pengeksploitasian lingkungan untuk kebutuhan industri, bisnis maupun kegiatan sosial. Kegiatan perdagangan dan industri yang mampu menjadi peranan pokok dalam pembangunan ekonomi ditandai oleh proses perubahan struktural, yaitu suatu perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat. Dalam proses perubahan yang dimaksud, maka produksi di sektor sekunder (industri manufaktur dan konstruksi) beserta produksi di sektor tersier (sektor jasa) semakin meningkat dan meluas dibandingkan dengan pengembangan di sektor primer yang meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan (Djojohadikusumo, 1985). Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum di berbagai wilayah, terutama bagi suatu wilayah yang sedang berkembang akan menjadi menonjol bersamaan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan proses industrialisasi (Sitorus, 1985). Menghadapi tekanan penduduk yang semakin tinggi, maka tantangan yang dihadapi adalah bagaimana dan seberapa cepat lapangan pekerjaan baru dapat diciptakan bagi para angkatan kerja yang setiap tahunnya selalu bertambah. Pertumbuhan angkatan kerja baru di suatu wilayah sangat perlu diimbangi dengan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Salah satu usaha untuk menekan jumlah pengangguran dan mengurangi tingkat kemiskinan penduduk adalah dengan pembangunan industri. Pengembangan industri dalam rangka pembangunan dilihat dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia antara lain dengan meningkatkan produktivitasnya dan kemampuan memanfaatkan secara optimal sumber alam dan daya produksi lainnya. Pembangunan industri setidaknya akan membuka peluang kerja bagi masyarakat

Upload: phungbao

Post on 15-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah mampu meningkatkan taraf

kehidupan penduduknya berupa kenaikan pendapatan wilayah yang ditunjukkan

dengan pertumbuhan kegiatan produksi dan konsumsi. Pertumbuhan ini juga

membawa dampak pada penggunaan sumberdaya alam yang lebih besar dan

pengeksploitasian lingkungan untuk kebutuhan industri, bisnis maupun kegiatan

sosial. Kegiatan perdagangan dan industri yang mampu menjadi peranan pokok

dalam pembangunan ekonomi ditandai oleh proses perubahan struktural, yaitu

suatu perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat. Dalam proses perubahan

yang dimaksud, maka produksi di sektor sekunder (industri manufaktur dan

konstruksi) beserta produksi di sektor tersier (sektor jasa) semakin meningkat dan

meluas dibandingkan dengan pengembangan di sektor primer yang meliputi

pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan (Djojohadikusumo,

1985).

Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum di berbagai

wilayah, terutama bagi suatu wilayah yang sedang berkembang akan menjadi

menonjol bersamaan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan proses

industrialisasi (Sitorus, 1985). Menghadapi tekanan penduduk yang semakin

tinggi, maka tantangan yang dihadapi adalah bagaimana dan seberapa cepat

lapangan pekerjaan baru dapat diciptakan bagi para angkatan kerja yang setiap

tahunnya selalu bertambah. Pertumbuhan angkatan kerja baru di suatu wilayah

sangat perlu diimbangi dengan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Salah satu

usaha untuk menekan jumlah pengangguran dan mengurangi tingkat kemiskinan

penduduk adalah dengan pembangunan industri. Pengembangan industri dalam

rangka pembangunan dilihat dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya

manusia antara lain dengan meningkatkan produktivitasnya dan kemampuan

memanfaatkan secara optimal sumber alam dan daya produksi lainnya.

Pembangunan industri setidaknya akan membuka peluang kerja bagi masyarakat

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

2

yang tidak mempunyai kesempatan kerja sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidupnya secara ekonomi.

Pembangunan industri akan memberikan dampak positif terhadap

lingkungan dan masyarakat, seperti tersedianya jaringan jalan, telekomunikasi,

listrik, air bersih, dan kesempatan kerja yang mampu berperan bagi peningkatan

pendapatan daerah. Kehadiran industri dalam skala besar yang dapat menyerap

tenaga kerja lebih banyak juga menjadi faktor yang menyebabkan aktifitas

perekonomian tinggi. Namun di sisi lain, apabila pengembangan industri tidak

diarahkan, maka akibatnya dapat merugikan daya dukung lingkungan serta

menimbulkan masalah kerusakan lingkungan sehingga dapat merugikan

pembangunan baik dari segi fisik maupun sosial ekonomi.

Suatu lahan agar memberikan produktivitas yang optimal dan seminimal

mungkin menimbulkan kerusakan lahan, maka diperlukan perencanaan tata ruang

yang matang dalam pembangunan suatu daerah. Pemilihan lokasi untuk

pembangunan industri perlu diperhitungkan sebaik-baiknya agar tidak terjadi

degradasi lahan maupun gangguan terhadap kondisi sosial ekonomi di sekitarnya.

Oleh sebab itu kebijaksanaan pembangunan pada suatu wilayah harus

memberikan perhatian umum terhadap perkembangan industri melalui tindakan

penunjangan dan perlindungan.

Penentuan lokasi yang tepat untuk industri memerlukan suatu analisis

kesesuaian lahan yang menggunakan beberapa data parameter lahan. Data

parameter lahan tersebut dapat diperoleh dari citra non-fotografik berupa citra

satelit. Penyadapan data tersebut dapat dilakukan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Teknik penginderaan jauh yang mempunyai peran sangat besar

dalam penyadapan informasi mengenai potensi lahan. Pemilihan lokasi yang

dilakukan secara terestrial akan menghabiskan banyak waktu, tenaga dan biaya

(Sutanto, 1986). Dengan teknik penginderaan jauh, hal ini dapat diminimalkan

karena selain efisien, penggunaan citra satelit mampu mencakup area yang luas.

Interpretasi Citra Quickbird dapat membantu dalam berbagai masalah

dalam penentuan situs atau lokasi, pemetaan penggunaan lahan dan memantau

perubahan penggunaan lahan disuatu wilayah yang didukung oleh data sekunder

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

3

berupa peta-peta tematik. Keunggulan inilah yang akan dimanfaatkan oleh para

perencana suatu wilayah, sehingga dengan penggunaan citra satelit masalah

pemborosan waktu, tenaga maupun biaya dapat lebih ditekan.

Pengolahan data dari hasil interpretasi citra satelit dapat dilakukan dengan

menggunakan sistem informasi geografis (SIG), karena sistem ini mempunyai

kemampuan dalam mengelola, menyimpan, memproses/memanipulasi dan

menganalisis serta merepresentasikan data. Mengingat kemampuan yang dimiliki

oleh sistem informasi geografis (SIG) dalam menangani masalah informasi yang

bereferensi geografis dengan berbagai cara dan bentuk, maka peneliti

memanfaatkan sistem ini guna merencanakan dan menganalisis lahan yang

diperuntukkan untuk lokasi pengembangan industri.

Kecamatan Godean merupakan wilayah aglomerasi Kota Yogyakarta,

sehingga di daerah tersebut banyak terdapat pusat pendidikan, perdagangan dan

jasa. Kecamatan Godean dapat dijadikan wilayah pengembangan industri dilihat

dari sumber daya manusianya yang cukup besar yaitu 63.642 jiwa dan luas

wilayah 2.684 ha (BPS, 2010). Perkembangan industri di Kecamatan Godean

meningkat dari tahun 2000 yang berjumlah 3 unit untuk industri menengah dan

industri besar yang belum terbangun pada tahun tersebut, sampai dengan tahun

2010 yang berjumlah 9 unit untuk industri menengah dan 3 unit industri besar.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Diagram Jumlah Unit Industi di Kecamatan Godean Tahun 2000-2010

Sumber: Data BPS 2000-2010

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

4

Pembangunan industri yang direalisasikan dengan pendirian pabrik-pabrik

diharapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi migrasi, dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah setempat. Sehingga dengan adanya

pembangunan industri di daerah penelitian maka diharapkan dapat membantu

membuka peluang kerja serta mampu meningkatkan taraf hidup penduduk daerah

setempat dan sekitarnya. Penyerapan tenaga kerja pada sektor industri menengah

dan besar di Kecamatan Godean juga mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke

tahun 2010 yaitu dari 8,14% menjadi 8,47% (BPS, 2010). Perkembangan ini

menjadi salah satu alasan penting untuk pembangunan pabrik yang merupakan

bagian dari kegiatan industri. Sehingga dengan alokasi industri yang sesuai

dengan potensi lahan di wilayah Kecamatan Godean tentunya akan lebih

meningkatkan produktivitas hasil produksi.

Berdasarkan kenyataan bahwa pertumbuhan industri di daerah penelitian

berlangsung meningkat dari tahun ke tahun, maka perlu adanya pengaturan tata

ruang untuk lokasi industri agar pertumbuhan industri dapat terkonsentrasi dan

tidak mengganggu penggunaan lahan lainnya terutama di sektor pertanian.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Perkembangan industri di Kecamatan Godean memungkinkan terjadinya

peningkatan dari industri kecil menjadi industri menengah sampai industri besar

untuk beberapa tahun ke depan, terutama untuk industri genteng, batubata maupun

keramik. Hal tersebut dikarenakan melihat dari potensi lahan di Kecamatan

Godean yang mampu menyediakan bahan baku berupa tanah lempung di daerah

perbukitan denudasional dan bukit sisa seperti Gunung Butak maupun Gunung

Berdjo dengan kualitas cukup baik. Faktor sumberdaya alam inilah yang

dipergunakan sebagai modal dasar untuk menarik para investor sehingga industri

mempunyai orientasi pemasaran yang lebih besar.

Pembangunan industri di Kecamatan Godean dapat dipergunakan sebagai

salah satu usaha pemerataan pembangunan ekonomi pada wilayah tersebut.

Melihat fakta bahwa masih tingginya jumlah penduduk miskin di Kecamatan

Godean yaitu 22,1% dari keseluruhan jumlah penduduk serta pendapatan per

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

5

kapita yang masih rendah yaitu 14,8% dibandingkan dengan kecamatan lain di

Kabupaten Sleman (BPS, 2010), maka diperlukan penambahan lapangan

pekerjaan baru bagi penduduk setempat terutama penduduk usia kerja.

Pengembangan industri di lokasi penelitian membutuhkan analisis

mengenai kesesuaian lahan yang berkaitan dengan kondisi fisik di Kecamatan

Godean. Penentuan lokasi industri yang tidak diarahkan dapat merugikan daya

dukung lingkungan dan menimbulkan masalah kerusakan lingkungan. Disamping

itu penelitian mengenai kesesuaian lahan untuk prioritas lokasi industri di

Kecamatan Godean belum pernah dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah

tersebut di atas dibantu dengan penggunaan teknologi penginderaan jauh dan

sistem informasi geografis (SIG), maka penulis bermaksud melaksanakan

penelitian dengan mengambil judul “Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Penentuan

Prioritas Lokasi Industri Menengah dan Besar di Kecamatan Godean, Kabupaten

Sleman” dengan permasalahan pokok sebagai berikut ini.

1. Bagaimana karakteristik lahan yang sesuai untuk penentuan lokasi industri

menengah dan besar di Kecamatan Godean?

2. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan untuk penentuan lokasi industri

menengah dan besar di Kecamatan Godean?

3. Bagaimana tingkat prioritas pengembangan lokasi industri menengah dan

besar di Kecamatan Godean berdasarkan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Mengetahui karakteristik lahan yang sesuai untuk penentuan lokasi industri

menengah dan besar di Kecamatan Godean.

2. Menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk lokasi industri menengah dan

besar di Kecamatan Godean.

3. Menentukan tingkat prioritas pengembangan lokasi industri menengah dan

besar di Kecamatan Godean berdasarkan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

6

Tabel 1.1. Hubungan Antara Tujuan dengan Perumusan Masalah Penelitian

Tujuan Perumusan Masalah

1. Mengetahui karakteristik lahan

yang sesuai untuk penentuan

lokasi industri menengah dan

besar di Kecamatan Godean.

1. Bagaimana karakteristik lahan

yang sesuai untuk penentuan

lokasi industri menengah dan

besar di Kecamatan Godean?

2. Menentukan tingkat kesesuaian

lahan untuk lokasi industri

menengah dan besar di

Kecamatan Godean.

2. Bagaimana tingkat kesesuaian

lahan untuk penentuan lokasi

industri menengah dan besar di

Kecamatan Godean?

3. Menentukan tingkat prioritas

pengembangan lokasi industri

menengah dan besar di

Kecamatan Godean berdasarkan

Rencana Detil Tata Ruang

(RDTR).

3. Bagaimana tingkat prioritas

pengembangan lokasi industri

menengah dan besar di Kecamatan

Godean berdasarkan Rencana

Detil Tata Ruang (RDTR)?

1.4 Kegunaan Penelitian

Adanya penelitian diharapkan bermanfaat sebagai berikut ini.

1. Memberikan informasi mengenai lokasi yang menjadi prioritas

pengembangan industri menengah dan besar baik kepada masyarakat umum

maupun investor.

2. Memberikan masukan informasi bagi pemerintah daerah dalam merumuskan

pelaksanaan kegiatan pembangunan industri.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya

dalam pengembangan ilmu penginderaan jauh dan sistem informasi geografis

khususnya untuk studi industri.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

7

1.5 Telaah Pustaka dan Telaah Penelitian Sebelumnya

1.5.1 Telaah Pustaka

1.5.1.1 Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)

Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) menurut Peraturan Menteri PU No.20

Tahun 2011 adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota

yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Kebijakan pemerintah dalam

merencanakan atau menentukan kawasan industri yang telah diatur dalam

Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) selama ini lebih banyak menggunakan

pendekatan antara lain.

1. Pendekatan sosial budaya (culture and social approach), yaitu pembangunan

industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya

penciptaan suasana dan lingkungan kemasyarakatan dengan nilai-nilai sosial

budaya yang harmonis berdasarkan kegotongroyongan. Kearifan lokal (local

wisdom) perlu dimunculkan dan dikembangkan untuk menguatkan eksistensi

masyarakat di Kecamatan Godean.

2. Pendekatan ekonomi (economic approach), yang menyangkut pada upaya

efisiensi dan efektifitas penggunaan potensi-potensi yang dimiliki Kecamatan

Godean untuk digunakan dalam kegiatan industri.

3. Pendekatan teknis (technical approach), yang menyangkut upaya

mengoptimalisasikan pembangunan industri kaitannya dengan pemanfaatan

ruang, sarana dan prasarana secara tepat, transportasi dan lain-lain sesuai

dengan kaidah teknis perencanaan (bedasarkan standar-standar teknis).

Ketiga jenis pendekatan tersebut lebih mengutamakan mengenai kondisi

lingkungan kemasyarakatan dan pendayagunaan sarana prasarana pendukung

pembangunan kawasan industri di wilayah setempat. Sehingga hasil yang

diharapkan lebih menekankan dalam pencapaian pendapatan wilayah serta

pemerataan ekonomi penduduk. Walaupun secara tujuan strategis pembangunan

industri sudah baik, namun pendekatan – pendekatan tersebut tidak

memperhatikan masalah lingkungan dan daya dukung lahan yang dialokasikan

sebagai kawasan industri. Hal tersebut tentu saja akan membawa dampak negatif

jangka panjang karena lahan yang direncanakan sebagai lokasi pengembangan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

8

industri ternyata tidak mempunyai kualitas lahan yang sesuai dengan karakteristik

industri. Solusi untuk mengatasi kekurangan dalam menentukan lokasi

pembangunan industri di suatu wilayah terkait dengan masalah daya dukung

lingkungan adalah dengan menggunakan pendekatan antara lain di bawah ini.

1. Pendekatan lingkungan (ecological approach), yang menyangkut pada upaya

menempatkan industri dengan memperhatikan konsep daya dukung

lingkungan atau daya dukung lahannya agar degradasi lingkungan dapat

dikurangi dan konsep keberlanjutan dapat tetap terjaga.

2. Pendekatan keruangan (spatial approach), yang menyangkut upaya dalam

mengkaji rangkaian persamaan dari perbedaan fenomena geosfer dalam ruang.

Di dalam pendekatan keruangan ini yang perlu diperhatikan adalah persebaran

penggunaan ruang dan penyediaan ruang yang akan dimanfaatkan.

Penggunaan pendekatan lingkungan (ecological approach) dalam

merencanakan lokasi industri dapat membantu untuk mengetahui di lahan yang

bagaimanakah suatu industri dapat dikembangkan tanpa terhambat masalah faktor

fisik lahan. Selain itu juga dapat mengurangi kerusakan lingkungan terkait dengan

pengelolaan limbah industri serta menghindari terjadinya degradasi lahan akibat

pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi lahannya. Penggunaan

pendekatan keruangan (spatial approach) akan lebih banyak memberikan

informasi mengenai distribusi karakteristik lahan yang sesuai maupun tidak sesuai

untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan industri di suatu wilayah. Sehingga

dapat diketahui persebaran lokasi strategis lahan yang dapat dikembangkan

sebagai kawasan industri baik baik secara aspek fisik lahan maupun aspek sosial

ekonominya.

Kelima jenis pendekatan tersebut apabila digunakan untuk merencanakan

sebuah lokasi industri di suatu wilayah, maka akan dapat dicapai tujuan

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan

dimana tidak hanya pencapaian secara segi sosial ekonomi saja, namun juga

memperhatikan masalah lingkungan agar keseimbangan tetap terjaga.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

9

1.5.1.2 Teori Lokasi Industri

Pertimbangan utama dalam menentukan alternatif lokasi industri yaitu

ditekankan pada biaya transportasi yang rendah. Djojodipuro (1992) dalam

bukunya yang berjudul Teori Lokasi mengemukakan bahwa pada prinsipnya teori

lokasi dipergunakan untuk memberikan masukan bagi penentuan lokasi optimum,

yaitu lokasi yang terbaik dan menguntungkan secara ekonomi. Teori lokasi

industri yang sesuai dengan kondisi di Kecamatan Godean adalah teori lokasi

industri (Theory of Industrial Location) dari Alfred Weber.

Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan

mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan

asumsi sebagai berikut ini.

a. Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan

penduduknya relatif homogen.

b. Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.

c. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum

Regional (UMR).

d. Hanya ada satu jenis alat transportasi.

e. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.

f. Terdapat persaingan antar kegiatan industri.

g. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.

1.5.1.3 Profil Industri di Kecamatan Godean

Letak Kecamatan Godean yang cukup strategis, dengan dilalui oleh jalan

kolektor Godean – Nanggulan dan kedekatannya dengan akses jalan arteri

Yogyakarta – Wates, menimbulkan banyak berkembanganya kegiatan-kegiatan

pergudangan, terutama skala regional. Beberapa industri dan pergudangan yang

berkembang di Godean seperti industri kerajinan kulit (sarung tangan), furniture

dan handicraft. Hal ini ditunjang dengan kelas jalan yang memungkinkan

angkutan bertonase besar melalui jalan kolektor ini. Sebagian besar industri yang

berkembang pesat di Kecamatan Godean adalah industri genteng yang bahan baku

utamanya diperoleh di daerah Sidorejo.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

10

Jumlah industri di Kecamatan Godean mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun seiring dengan pengembangan lokasi industri yang semakin banyak

dibangun. Jumlah industri yang tercatat di Kecamatan Godean berdasarkan data

dari Data Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Penanaman Modal

Kabupaten Sleman tahun 2010 adalah 435 unit. Jumlah industri berdasarkan

jenisnya dari tahun 2007 sampai 2010 disajikan dalam Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2. Jumlah Industri Berdasarkan Jenisnya di Kecamatan Godean

Jenis Industri Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Kerajinan Bambu 40 43 45 50

Keramik 10 9 13 15

Pasir Semen 20 25 28 30

Genteng 312 308 315 320

Makanan 29 30 23 20

Jumlah 411 Unit 415 Unit 424 Unit 435 Unit

Sumber: Data Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Penanaman Modal

Kabupaten Sleman 2007-2010

1.5.1.4 Parameter Penentuan Lokasi Industri

Kajian geografi berperan dalam penentuan lokasi industri. Salah satu aspek

yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi industri adalah aspek biofisik.

Menurut Sutanto (1992) aspek biofisik merupakan karakterstik (atribut) lahan

yang dapat diukur atau diestimasi dengan menggunakan parameter di bawah ini.

1. Bentuklahan

Bentuklahan merupakan salah satu aspek fisik yang penting untuk

mengetahui karakteristik dalam hal struktur lahan, ekspresi topografi maupun

jenis tanahnya. Sehingga dengan informasi bentuklahan maka dapat diketahui

gambaran secara umum mengenai sumberdaya alam pada suatu wilayah.

2. Penggunaan Lahan

Dalam perencanaan pengembangan industri perlu mengetahui penggunaan

lahan lainnya, karena ada beberapa penggunaan lahan yang tidak boleh

dialihfungsikan, seperti sawah irigasi, permukiman, kawasan lindung (sempadan

sungai, sempadan pantai, serta kawasan strategis militer).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

11

3. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng sangat berguna dalam penentuan lokasi industri karena

berpengaruh terhadap kestabilan lahan sehingga menentukan suatu lahan nantinya

berisiko atau tidak untuk dibangun sebagai lokasi industri. Lokasi industri

biasanya berasosiasi dengan wilayah yang mempunyai topografi datar, dengan

tingkat kemiringan yang relatif kecil.

4. Kerawanan Bencana

Salah satu faktor yang menghambat dalam penentuan lokasi sebuah industi

di suatu wilayah adalah bencana alam yang biasanya meliputi erosi, longsor

maupun banjir. Data mengenai kerawanan bencana sangat penting dalam

mendukung pengembangan suatu lokasi industri karena berpengaruh terhadap

berisiko atau tidaknya kawasan tersebut dari bencana alam.

5. Tekstur Tanah

Kondisi mengenai tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat

kestabilan tanah, daya permeabilitas, dan infiltrasi yang hubungannya dengan

daya dukung suatu bangunan baik bangunan industri maupun bangunan

pengelolaan limbah. Sehingga tekstur tanah merupakan hal penting yang perlu

diperhatikan dalam penentuan lokasi industri karena berkaitan erat dengan

kemampuan tanah untuk dibangun suatu bangunan.

6. Kembang Kerut Tanah

Kembang kerut tanah merupakan aspek yang penting dalam mendirikan

sebuah bangunan industri karena berhubungan dengan kondisi tanah. Kembang

kerut tanah dinyatakan dengan besaran nilai COLE. Tanah dengan nilai COLE

yang besar akan berpotensi dalam meretakkan dinding bangunan, merobohkan

dan menghancurkan bangunan yang berada di atasnya.

7. Kedalaman Muka Air Tanah

Kedalaman tanah merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam

pendirian bangunan industri karena aspek ini berpengaruh dalam pembiayaan,

yaitu proses pembuatan pondasi, saluran pembuangan, dan gudang bawah tanah.

Lahan dengan kondisi kedalaman muka air tanah yang terlalu dangkal dan terlalu

dalam tidak sesuai untuk penentuan lokasi industri di suatu wilayah.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

12

8. Daya Dukung Tanah

Daya dukung tanah merupakan paremeter penting dalam penentuan lokasi

industri karena berhubungan pada konstruksi bangunan industri. Kondisi daya

dukung tanah juga berhubungan erat dengan jenis tekstur tanah, misalnya tanah

berpasir atau tanah berkerikil menunjukkan daya dukung tanah yang baik.

Sebaliknya tanah lempung dan lanau menunjukkan daya dukung tanah yang jelek.

9. Drainase Tanah

Drainase tanah mempengaruhi kondisi suatu lahan sehingga merupakan

aspek fisik yang perlu dipertimbangkan apabila lahan tersebut akan digunakan

sebagai lokasi industri. Lahan dengan drainase yang baik akan sesuai

dikembangkan sebagai lokasi industri karena penyerapan air ke dalam tanah akan

lebih mudah dan cepat sehingga tidak menimbulkan genangan air.

10. Infrastruktur

Jaringan jalan berperan penting dalam aksesibilitas atau daya angkut

barang dan manusia. Transportasi memegang peranan penting sebab akan

menentukan harga pasar dan biaya produksi.

Fasilitas yang terdapat di sebuah wilayah tidak kalah penting dalam

menunjang kegiatan industri. Jarak terhadap fasilitas umum seperti gardu listrik,

telepon maupun air bersih akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi

dalam sebuah bangunan industri.

1.5.1.5 Teknologi Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh

dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena dan

gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1997 dalam Nurhayati, 2003). Karena

tanpa kontak langsung maka diperlukan media berupa citra (image atau gambar).

Citra dihasilkan melalui proses perekaman dengan bantuan sensor. Sensor secara

garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua buah jenis yaitu sensor fotografik

(kamera) dan sensor non-fotografik. Perbandingan antara citra foto dan citra non-

foto dapat di lihat pada Tabel 1.3. di bawah ini.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

13

Tabel 1.3. Spesifikasi Citra Non-Fotografik dan Cita Fotografik

Variabel Pembeda Citra Non -Foto Citra Foto

Sensor Non-Kamera, mendasarkan atas

penyiaman. Kamera yang

detektornya bukan film.

Kamera.

Detektor Pita magnetic, termistor, foto

kondusif, foto voltaic, dsb.

Film.

Proses Perekaman Elektronik. Fotografi/Kimiawi.

Mekanisme Perekaman Parsial. Serentak.

Spektrum

Elektromagnetik

Spektra tampak dan perluasannya,

thermal, dan gelombang mikro.

Spektrum tampak

dan perluasannya.

Sumber : Sutanto, 1986

Prinsip kerja dari sistem penginderaan jauh adalah sebagai berikut: tenaga,

baik yang berasal dari sumber tenaga alamiah maupun yang berasal dari sumber

buatan, akan mengenai obyek di permukaan bumi, kemudian dipantulkan ke

sensor, bila tenaganya dari obyek maka tenaga tersebut akan dipancarkan. Tenaga

yang datang dari obyek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh sensor.

Perolehan data dapat dilakukan secara manual yaitu dengan interpretasi secara

visual, dan dapat dilakukan dengan cara numeric atau secara digital dengan

menggunakan komputer. Data yang diperoleh dari hasil perekaman kemudian

digunakan oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih jelasnya

mengenai sistem penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 1.2 berikut ini.

Gambar 1.2. Skematis Sistem Penginderaan Jauh

Sumber: Sutanto, 1986

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

14

1.5.1.6 Citra Satelit Quickbird

Citra Quickbird diluncurkan pertama kali pada bulan Oktober tahun 2001

di California AS. Quickbird merupakan salah satu satelit komersial yang

mempunyai resolusi spasial yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan

satelit citra yang lain, yaitu 61 cm untuk saluran pankromatiknya dan 2,5 untuk

saluran multispektralnya.

Citra Quickbird mengorbit pada ketinggian 450 km dengan periode orbit

93,4 menit. Satelit Citra Quickbird mempunyai 2 sensor utama, yaitu pankromatik

dan multispektral, dengan resolusi radiometrik 11 bit per piksel (2048 tingkat

keabuan). Keterangan mengenai lebar liputan dan resolusi spasial pada setiap

saluran lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4. di bawah ini.

Tabel 1.4. Keterangan Lebar Liputan dan Resolusi Spasial Setiap Saluran

Saluran Lebar Liputan Resolusi Spasial

Saluran 1 0.45-0.52 µm (biru) 2.44-2.88 meter

Saluran 2 0.52-0.60 µm (hijau) 2.44-2.88 meter

Saluran 3 0.63-0.69 µm (merah) 2.44-2.88 meter

Saluran 4 0.76-0.90 µm (inframerah dekat) 2.44-2.88 meter

Sumber: www.spaceimaging.com, 2007

Sedangkan untuk spesifikasi dari sensor Citra Quickbird dapat dilihat lebih

jelasnya pada Tabel 1.5 dibawah ini.

Tabel 1.5. Spesifikasi Sensor Quickbird

Tanggal dan Tempat

Peluncuran

24 September 1999 at Vandenberg Air Force Base,

California,USA

Pesawat Peluncur Boeing Delta II

Masa Operasi 7 tahun lebih

Orbit 97.2°, sun synchronous

Kecepatan pada Orbit 7.1 Km/detik (25,560 Km/jam)

Kecepatan diatas bumi 6.8 km/detik

Akurasi 23 meter horizontal (CE90%)

Ketinggian 450 kilometer

Resolusi

Pankromatik : 61 cm (nadir) to 72 cm (25° off-nadir)

Multi Spektral: 2.44 m (nadir) to 2.88 m (25° off-

nadir)

Cakupan Citra 16.5 Km x 16.5 Km at nadir

Waktu Melintas

Ekuator 10:30 AM (descending node) solar time

Waktu Lintas Ulang 1-3.5 days, tergantung latitude (30° off-nadir)

Saluran Citra Pan: 450-900 nm

Sumber: www.spaceimaging.com, 2007

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

15

1.5.1.7 Sistem Informasi Geografis

Sistem informasi geografis secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola,

memanipulasi, memperbaharui, dan menghasilkan informasi yang mempunyai

rujukan spasial dan geografis.

Longley, et al., (2005) menyebutkan bahwa sistem informasi geografis

merupakan bagian penting dari sistem informasi yang melacak tidak hanya

peristiwa ataupun kegiatan, tetapi juga dari mana peristiwa, kegiatan, dan hal

tersebut terjadi. Sistem informasi geografis membantu untuk mengelola apa yang

kita ketahui, dengan membuatnya lebih mudah untuk mengatur dan menyimpan,

mengakses dan mengambil, memanipulasi dan mensintesis, serta menerapkan

pengetahuan untuk solusi dari suatu masalah

Sistem informasi geografis (SIG) dapat diuraikan menjadi beberapa

subsistem diantaranya yaitu: data input, data output, data managemen dan data

manipulasi dan data analisis. Disamping subsistem tersebut, Sistem informasi

geografis (SIG) juga terdiri dari berbagai komponen diantaranya perangkat keras,

perangkat lunak, data dan informasi geografi dan manajemen.

1.5.2 Penelitian Sebelumnya

Agung Ady Imanuson (2008) mengadakan penelitian tentang keberadaan

kawasan industri di Kota Surakarta dengan menggunakan data-data fisik lahan

untuk menentukan kesesuaian lahan untuk kawasan industri di Kota Surakarta

dengan menggunakan metode pengharkatan (scoring). Hasil dari kelas kesesuaian

lahan kemudian dijadikan dasar untuk melakukan analisis mengenai keberadaan

industri yang telah terbangun di Kota Surakarta.

Ria Nurhayati (2003) melakukan penelitian mengenai kesesuaian lahan

untuk menentukan lokasi industri di Kota Cilacap dengan menggunakan metode

pengharkatan (scoring). Parameter yang digunakan adalah parameter fisik lahan

sehingga dapat diketahui tingkat kesesuaiannya berdasarkan kualitas lahan. Hasil

yang diperoleh adalah peta kesesuaian lahan untuk lokasi industri di Kota Cilacap.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

16

Endang Surjati (1999) mengadakan penelitian tentang kesesuaian lahan

untuk penentuan lokasi kawasan industri dengan pemanfaatan penginderaan jauh

berupa Foto Udara Pankromatik dan sistem informasi geografis (SIG) dengan

metode pengharkatan (scoring). Hasil yang diperoleh berupa peta kesesuaian

lahan untuk lokasi kawasan industri. Pebandingan antara penelitian-penelitian

sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.6 di bawah ini.

Tabel 1.6. Perbandingan Penelitian Sebelumnya

Judul Tujuan Metodologi Hasil Penelitian

Integrasi Penginderaan

Jauh dan Sistem

Informasi Geografi untuk

Menentukan dan

Mengevaluasi Kesesuaian

Lahan untuk Lokasi

Industri Dasar di

Kecamatan Sentolo

(Endang Surjati, 1999)

1. Menentukan lokasi yang

sesuai untuk kawasan industri

dasar

2. Mengetahui kegunaan berupa

Foto Udara Pankromatik

Hitam Putih dalam

penyadapan informasi fisik

lahan

Metode

pengharkatan

(scoring)

Peta kesesuaian

lahan untuk

kawasan industri

dasar yang

berada di

Kecamatan

Sentolo

Kesesuaian Lahan untuk

Lokasi Industri dengan

Memanfaatkan

Penginderaan Jauh dan

Sistem Informasi

Geografi di Kota Cilacap

(Ria Nurhayati, 2003)

1. Menentukan wilayah yang

sesuai untuk dikembangkan

sebagai lokasi industri

2. Mengetahui kegunaan Foto

Udara Pankromatik Berwarna

dalam penyadapan informasi

fisik lahan

Metode

pengharkatan

(scoring)

Peta kesesuaian

lahan untuk

lokasi industri di

Kota Cilacap

Analisis Keberadaan

Kawasan Industri

Terhadap Tingkat

Kesesuaian Lahan di Kota

Surakarta Propinsi Jawa

Tengah (Agung Ady

Imanuson, 2008)

1. Menentukan kesesuaian lahan

untuk kawasan industri

2. Menganalisis keberadaan

kawasan industri terhadap

tingkat kesesuaian lahan

Metode

pengharkatan

(scoring)

Peta Kesesuaian

Lahan untuk

Kawasan Industri

di Kota Surakarta

Analisis Kesesuaian

Lahan Untuk

Penentuan Prioritas

Lokasi Industri

Menengah dan Besar di

Kecamatan Godean,

Kabupaten Sleman

(Erma Wahyuningrum,

2013)

1. Mengetahui karakteristik

lahan yang sesuai untuk

penentuan lokasi industri

menengah dan besar di

Kecamatan Godean.

2. Menentukan tingkat

kesesuaian lahan untuk lokasi

industri menengah dan besar

di Kecamatan Godean.

3. Menentukan tingkat prioritas

pengembangan lokasi industri

menengah dan besar di

Kecamatan Godean

berdasarkan Rencana Detil

Tata Ruang (RDTR).

Metode

pengharkatan

(scoring) dan

matching

*1.Peta

Kesesuaian

Lahan untuk

Lokasi Industri

2. Peta Prioritas

Lokasi

Pengembangan

Industri

*Hasil yang diharapkan:

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

17

Hal yang membedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian

sebelumnya adalah selain menggunakan metode scoring peneliti juga akan

melakukan perpaduan antara hasil peta kesesuaian lahan dengan Peta Rencana

Detil Tata Ruang Kecamatan Godean. Penggunaan metode tersebut dimaksudkan

untuk menghasilkan lokasi-lokasi yang menjadi prioritas pengembangan industri

menengah dan besar yang sesuai dengan peraturan pemerintah daerah. Sehingga

pengembangan lokasi industri tidak hanya memenuhi syarat fisik lahan tetapi juga

sesuai dengan rencana detil tata ruang yang ada di Kecamatan Godean.

1.6 Kerangka Penelitian

Jumlah industri di Kecamatan Godean yang mengalami peningkatan setiap

tahunnya dapat menjadi solusi bagi masalah pemerataan ekonomi penduduk.

Pembangunan industri di Kecamatan Godean membutuhkan analisis mengenai

kesesuaian lahan yang berkaitan dengan kondisi fisik untuk mengurangi dampak

yang merugikan bagi lingkungan. Analisis kesesuaian lahan dapat memanfaatkan

penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) yang dipadukan dengan

dokumen rencana detil tata ruang Kecamatan Godean, sehingga menghasilkan

lokasi-lokasi yang menjadi prioritas pengembangan industri menengah dan besar.

Gambar 1.3 Kerangka Penelitian

Peningkatan Jumlah Industri

Ketersediaan Lahan

Analisis Kesesuaian Lahan

Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

Rencana Detil Tata

Ruang (RDTR)

Tingkat Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Industri Menengah dan Besar

Prioritas Pengembangan Lokasi Industri Menengah dan Besar

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

18

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Alat dan Bahan Penelitian

1.7.1.1 Alat Penelitian

Alat yang dipergunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Piranti lunak remote sensing and GIS ENVI 4.5 dan ArcGIS 10.

2. Printer.

3. Scanner.

4. Global Positioning System (GPS).

5. Kalkulator.

1.7.1.2 Bahan Penelitian

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Citra Quickbird tahun 2010.

2. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) daerah Yogyakarta lembar 1408-223

dan daerah Sleman lembar 1408-241 skala 1:25.000 tahun 2005.

3. Peta RDTR Kecamatan Godean skala 1:30.000 tahun 2010-2030.

1.7.2 Data Penelitian

1.7.2.1 Data Primer Penelitian

Merupakan data yang dihasilkan dari pencatatan, perhitungan, pengukuran

atau penelitian langsung di lapangan. Data primer yang dibutuhkan dalam

penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.7 dibawah ini.

Tabel 1.7 Jenis Data Primer, Sumber Data dan Kegunaannya

No. Jenis Data Sumber Data Kegunaan Data

1. Data Penggunaan

Lahan

Interpretasi visual Citra

Quickbird dan survei lapangan

Analisis penggunaan lahan di

Kecamatan Godean

2. Data Jalan Interpretasi visual Citra

Quickbird

Analisis jarak terhadap jalan

utama di Kecamatan Godean

3. Data Lokasi

Gardu Listrik

Survei lapangan dengan

menggunakan GPS

Analisis jarak terhadap gardu

listrik di Kecamatan Godean

4. Data Lokasi

Gardu Telepon

Survei lapangan dengan

menggunakan GPS

Analisis jarak terhadap gardu

telepon di Kecamatan Godean

5. Data Lokasi

PDAM

Survei lapangan dengan

menggunakan GPS

Analisis jarak terhadap PDAM

di Kecamatan Godean

6. Data Kedalaman

Muka Air Tanah

Survei lapangan dengan

pengamatan terhadap sumur

gali di rumah penduduk

Analisis kedalaman muka air

tanah di Kecamatan Godean

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

19

1.7.2.2 Data Sekunder Penelitian

Merupakan data yang diperoleh dari sumber data yang berupa perhitungan,

pencatatan, pengukuran atau penelitian sebelumnya. Data sekunder yang

dibutuhkan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.8 dibawah ini.

Tabel 1.8 Jenis Data Sekunder, Sumber Data dan Kegunaannya

No. Jenis Data Sumber Data Kegunaan Data

1. Data

bentuklahan

Peta Geomorfologi Kecamatan

Godean skala 1:30.000 tahun 2005

Analisis bentuklahan di

Kecamatan Godean

2. Data kerawanan

erosi

Peta Kerawanan Bencana Alam

Kecamatan Godean skala 1:30.000

tahun 2009

Analisis kerawanan erosi di

Kecamatan Godean

3. Data tekstur

tanah

Peta Tanah Kecamatan Godean

skala 1:30.000 tahun 2009

Analisis tekstur tanah di

Kecamatan Godean

4. Data kembang

kerut tanah

Peta Tanah Kecamatan Godean

skala 1:30.000 tahun 2009

Analisis kembang kerut

tanah di Kecamatan Godean

5. Data drainase

tanah

Peta Hidrologi Kecamatan Godean

skala 1:30.000 tahun 2009

Analisis drainase tanah di

Kecamatan Godean

6. Data kemiringan

lereng

Data titik ketinggian Kecamatan

Godean tahun 2007

Analisis kemiringan lereng

di Kecamatan Godean

7. Data daya

dukung tanah

Data daya dukung tanah

Kecamatan Godean tahun 2005

Analisis daya dukung tanah

di Kecamatan Godean

1.7.3 Tahap Penelitian

Tahap penelitian merupakan prosedur penelitian yang dilakukan dalam

penelitian yag meliputi tahapan di bawah ini.

1.7.3.1 Tahap Persiapan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut ini.

1. Menentukan tema dan judul penelitian.

2. Menentukan daerah penelitian dan menentukan obyek-obyek kajian.

3. Studi pustaka yang mengenai kawasan industri dan topik yang relevan.

4. Menentukan parameter-parameter yang dibutuhkan dalam penentuan lokasi

industri menengah dan besar.

5. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian.

6. Pembuatan peta tentatif penggunaan lahan dan peta jalan di Kecamatan Godean

yang diperoleh dari citra Quickbird tahun 2010 dengan proses pengolahan

sebagai berikut.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

20

a. Koreksi Citra Quickbird

Koreksi geometri biasa disebut sebagai registration, untuk mereferensi

citra sehingga mempunyai koordinat geografi dan/atau mengkoreksi serta

mencocokan secara geometri dengan peta yang menjadi dasar koreksi. Dalam

penelitian ini Citra Quickbird akan dikoreksi secara geometrik menggunakan peta

dasar koreksi yaitu Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000.

b. Pemotongan Citra Quickbird

Pemotongan citra pada suatu besaran liputan wilayah biasa disebut dengan

cropping citra. Pemotongan data dilakukan untuk memfokuskan areal penelitian

yaitu daerah administrasi Kecamatan Godean. Pemotongan ini bereferensikan

Citra Quickbird yang telah bertampalan.

c. Interpretasi Citra Quickbird

Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan

sifat obyek yang tampak pada citra dengan memperhatikan 8 unsur interpretasi

yang digunakan secara konvergen untuk dapat mengenali suatu obyek yang ada

pada citra. Kedelapan unsur tersebut ialah warna/rona, bentuk, ukuran, bayangan,

tekstur, pola, situs dan asosiasi (Sutanto, 1986). Pada penelitian kali ini proses

interpretasi Citra Quickbird berupa jenis penggunaan lahan dan jalan dilakukan

secara visual dengan menggunakan metode digitasi.

Digitasi merupakan proses pengubahan data grafis analog ke dalam bentuk

digital yang disimpan dalam media magnetik dengan format data vektor. Proses

digitasi dilakukan secara on screen dengan menggunakan software pemetaan.

d. Editing Citra Quickbird

Editing dipergunakan untuk memperbaiki kesalahan pada hasil digitasi

Citra Quickbird. Dalam proses digitasi data penginderaan jauh dimungkinkan juga

untuk mengedit atau membetulkan hasil digitasi dengan cara memilih task sesuai

dengan kasus digitasi yang dihadapi.

7. Desain Sampel

Penentuan titik sampel di lapangan menggunakan metode cluster random

sampling. Metode ini bertujuan untuk memilih anggota sampel dari anggota

populasi yang terdiri dari kelompok-kelompok (cluster). Sedangkan random

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

21

merupakan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak untuk setiap satuan

pemetaan (Yunus, 2010). Parameter fisik lahan yang akan dilakukan survey

lapangan meliputidi bawah ini.

a. Penggunaan Lahan

Pada survey lapangan di Kecamatan Godean ditentukan jumlah sampel

yaitu 55 titik dari 11 jenis penggunaan lahan, sehingga setiap satu jenis

penggunaan lahan akan diambil 5 titik sampel yang tersebar secara acak di 7

kelurahan yaitu Sidorejo, Sidoluhur, Sidomulyo, Sidoagung, Sidokarto, Sidoarum,

dan Sidomoyo.

b. Kedalaman Muka Air Tanah

Untuk mendapatkan data mengenai kedalaman muka air tanah pada

penelitian ini akan dilakukan pengamatan langsung terhadap kedalaman sumur

gali di rumah-rumah penduduk. Pada survey lapangan di Kecamatan Godean

ditentukan jumlah sampel yaitu 84 titik dari 7 kelurahan, sehingga setiap satu

kelurahan akan diambil 12 titik sampel kedalaman muka air tanah yang tersebar

secara acak di 7 kelurahan yaitu Sidorejo, Sidoluhur, Sidomulyo, Sidoagung,

Sidokarto, Sidoarum, dan Sidomoyo.

1.7.3.2 Tahap Kerja Lapangan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan survei lapangan

di Kecamatan Godean yang meliputi kegiatan di bawah ini.

1. Plot data lokasi infrastruktur gardu listrik, gardu telepon dan Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) di Kecamatan Godean menggunakan alat Global

Positioning Sytem (GPS).

2. Melakukan pengamatan langsung terhadap kedalaman sumur gali di beberapa

rumah-rumah penduduk untuk mendapatkan data kedalaman muka air tanah.

3. Melakukan cek lapangan terhadap hasil interpretasi penggunaan lahan dari data

penginderaan jauh. Penggunaan lahan merupakan data yang dinamis, sehingga

akan cepat perubahannya. Hasil pengecekan penggunaan lahan ini digunakan

untuk memperbaiki peta tentatif penggunaan lahan yang sebelumnya dibuat

berdasarkan hasil interpretasi visual dari Citra Quickbird tahun 2010.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

22

1.7.3.3 Tahap Pasca Kerja Lapangan

Tahap pasca kerja lapangan merupakan tahap setelah survei lapangan di

daerah penelitian berakhir yang meliputi kegiatan di bawah ini.

1. Plot data lokasi infrastruktur gardu listrik, gardu telepon dan Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) yang telah diketahui koordinatnya dari Global

Positioning Sytem (GPS) ke dalam peta digital Kecamatan Godean kemudian

dilakukan proses buffering.

2. Memetakan kembali penggunaan lahan yang telah dilakukan cek lapangan

dari peta tentatif ke dalam peta penggunaan lahan Kecamatan Godean.

3. Mengolah data yang diperoleh dari peta tematik serta data sekunder mengenai

parameter fisik lahan di Kecamatan Godean meliputi proses digitasi,

interpolasi, editing, labeling dan layout.

4. Penulisan laporan.

1.7.4 Analisis Data

1.7.4.1 Analisis Tingkat Kesesuaian Lahan

Analisis tingkat kesesuaian lahan untuk lokasi industri menengah dan

besar dalam penelitian ini menggunakan metode pengharkatan (scoring) yang

mempertimbangkan faktor pembobot/penimbang untuk setiap parameter. Metode

pengharkatan (scoring) yaitu suatu cara menilai potensi lahan dengan jalan

memberikan harkat pada setiap parameter lahan, sehingga diperoleh kelas

kemampuan lahan bedasarkan perhitungan harkat dari setiap parameter lahan

tersebut (Jamulya, 1995). Faktor pembobot/penimbang pada masing-masing

parameter didasarkan atas tingkatan pengaruhnya terhadap kesesuaian lahan untuk

penentuan lokasi industri menengah dan besar.

Parameter yang akan diberikan harkat dan bobot meliputi faktor fisik lahan

yang digunakan sebagai penentu pengembangan lokasi industri menengah dan

besar antara lain penggunaan lahan, jarak terhadap jalan utama, jarak terhadap

infrastruktur yang meliputi gardu listrik, gardu telepon dan PDAM, kedalaman

muka air tanah, bentuklahan, kemiringan lereng, kerawanan bencana, tekstur

tanah, kembang kerut tanah, drainase tanah, dan daya dukung tanah. Keterangan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

23

mengenai jenis kelas, pengharkatan dan nilai pembobot pada masing-masing

parameter tersebut dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 1. Dari penilaian

dengan metode scoring dan pembobotan tersebut maka diperoleh nilai akhir untuk

mengetahui kelas kesesuaiannya untuk lokasi industri menengah dan besar.

Penentuan interval pada setiap kelas tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Tabel 1.9. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Industri Menengah dan Besar

No. Kelas Kesesuaian Lahan Keterangan

1. Sangat Sesuai (S1) Lahan memiliki pembatas ringan apabila digunakan

untuk lokasi industri

2. Cukup Sesuai (S2) Lahan memiliki pembatas sedang apabila digunakan

untuk lokasi industri

3. Sesuai Marginal (S3) Lahan memiliki pembatas berat apabila digunakan

untuk lokasi industri

4. Tidak Sesuai Saat ini (N1) Lahan memiliki pembatas sangat berat apabila

digunakan untuk lokasi industri namun dapat diatasi

hanya tidak dapat diatasi dengan pengetahuan

sekarang dan membutuhkan biaya banyak

5. Tidak Sesuai Permanen

(N2)

Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat

sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu

penggunaan yang lestari

Sumber : Sutanto (1992)

1.7.4.2 Analisis Tingkat Prioritas Pengembangan

Penentuan prioritas pengembangan lokasi industri menengah dan besar

dilakukan dengan menggunakan metode matching yaitu suatu metode yang

memadukan antara dua variabel sehingga diperoleh suatu data baru. Penelitian ini

akan membandingkan antara peta kesesuaian lahan dengan peta Rencana Detil

Tata Ruang (RDTR). Peta Rencana Tata Ruang Kecamatan Godean berisi

mengenai alokasi lahan-lahan yang direncanakan untuk pengembangan berbagai

jenis kawasan termasuk lahan untuk pengembangan industri. Berdasarkan hasil

perpaduan tersebut, jenis prioritas untuk pengembangan industri menengah dan

besar di Kecamatan Godean terbagi dalam 3 kelas di bawah ini.

1. Prioritas I

Lahan dengan prioritas I merupakan lahan dengan kondisi sangat sesuai

(S1) apabila dikembangkan sebagai lokasi industri menengah dan besar apabila

KI = (skor tertinggi) – (skor terendah)

jumlah kelas

……………............................(1)

Page 24: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

24

dilihat dari segi fisik lahan serta selaras dengan rencana pemanfaatan ruang

Kecamatan Godean yang ada. Sehingga nantinya diharapkan lahan untuk

pengembangan lokasi industri tersebut mampu meningkatkan hasil produksinya

serta mempunyai orientasi pemasaran yang lebih luas.

2. Prioritas II

Lahan dengan prioritas II merupakan lahan dengan kondisi yang cukup

sesuai (S2) dan kelas sesuai marginal (S3) apabila dikembangkan sebagai lokasi

industri menengah dan besar yang dilihat dari segi fisik lahan dan juga selaras

dengan rencana pemanfaatan ruang Kecamatan Godean yang ada.

3. Tidak Prioritas

Lahan yang tidak diprioritaskan merupakan daerah dimana dalam rencana

pemanfaatan ruang Kecamatan Godean yang dibuat oleh pemerintah daerah

setempat tidak diperbolehkan untuk pengembangan lokasi kawasan industri

walaupun secara fisik lahan masuk ke dalam kelas sangat sesuai (S1), cukup

sesuai (S2) maupun sesuai marginal (S3). Selain itu apabila lahan termasuk kelas

tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai permanen (N2) namun selaras maupun

tidak selaras dengan RDTR akan tetap menjadi lahan yang tidak diprioritaskan.

Hubungan antara kesesuaian lahan dan RDTR dengan prioritas pengembangan

lokasi industri menengah dan besar dapat dilihat pada Tabel 1.10 berikut:

Tabel 1.10. Hubungan Antara Kesesuaian Lahan dan RDTR Dengan Prioritas

Pengembangan Lokasi Industri Menengah dan Besar

No. Kelas Kesesuaian Lahan RDTR Prioritas Pengembangan

1. Sangat Sesuai (S1) Selaras Prioritas I

2. Cukup Sesuai (S2) Selaras Prioritas II

3. Sesuai Marginal (S3) Selaras Prioritas II

4. Sangat Sesuai (S1) Tidak Selaras Tidak Prioritas

5. Cukup Sesuai (S2) Tidak Selaras Tidak Prioritas

6. Sesuai Marginal (S3) Tidak Selaras Tidak Prioritas

7. Tidak Sesuai Saat ini (N1) Selaras Tidak Prioritas

8. Tidak Sesuai Permanen (N2) Selaras Tidak Prioritas

9. Tidak Sesuai Saat ini (N1) Tidak Selaras Tidak Prioritas

10. Tidak Sesuai Permanen (N2) Tidak Selaras Tidak Prioritas

Sumber : Pengolahan data

Untuk lebih jelasnya mengenai proses analisis kesesuaian lahan untuk

prioritas pengembangan industri menengah dan besar di Kecamatan Godean,

maka dapat dilihat pada diagram Gambar 1.4.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

25

Gambar 1.4. Diagram Alir Penelitian

Industri Menengah dan Besar Ketersediaan Lahan

Lokasi Industri Menengah dan Besar

Citra Satelit Quickbird Data Primer Data Sekunder

1. Data Tentatif

Penggunaan Lahan

2. Data Tentatif Jalan

1. Data Jarak

terhadap Gardu

Listrik

2. Data Jarak

terhadap PDAM

3. Data Jarak

terhadap Gardu

Telepon

4. Data Kedalaman

Muka Air Tanah

1. Data Bentuklahan

2. Data Kemiringan

Lereng

3. Data Kerawanan

Erosi

4. Data Tekstur Tanah

5. Data Kembang Kerut

Tanah

6. Data Drainase Tanah

7. Data Daya Dukung

Tanah

1. Data Penggunaan Lahan

2. Data Jarak terhadap Jalan

Utama

Pengharkatan dan Overlay

Peta Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Industri

Menengah dan Besar di Kecamatan Godean

Peta Prioritas Pengembangan Lokasi Industri

Menengah dan Besar di Kecamatan Godean

Rencana Detil Tata

Ruang (RDTR)

Kecamatan Godean

Peta Rupabumi

Skala 1:25.000

Matching

Keterangan: : Input : Proses : Hasil

Cek

Lapangan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/27161/2/Bab_I_ERMA.pdf · industri yang memperhatikan kondisi masyarakat kaitannya dengan upaya penciptaan suasana dan lingkungan

26

1.8 Batasan Operasional

Batasan masalah dalam penelitian di Kecamatan Godean perlu dilakukan

mengingat bervariasinya parameter fisik lahan yang menjadi penentu tingkat

kesesuaian lahan untuk pengembangan industri menengah dan besar. Sehingga

nantinya hasil penelitian menjadi lebih akurat. Batasan operasional penelitian

meliputi di bawah ini.

1. Jenis industri

Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga

menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya

menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada

pemakai akhir (BPS, 2002). Dalam penelitian di Kecamatan Godean tidak semua

jenis industri yang akan dikaji, tetapi hanya terbatas pada jenis industri menengah

dan industri besar yang kriterianya didasarkan atas jumlah tenaga kerja. Industri

menengah merupakan industri jenis industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja

antara 20 − 99 karyawan, sedangkan industri besar jumlah tenaga kerja lebih dari

100 karyawan (BPS, 2002).

2. Jenis Kerawanan Bencana

Kerawanan bencana yang akan dijadikan sebagai parameter penentu lokasi

industri menengah dan besar di Kecamatan Godean dibatasi pada jenis kerawanan

bencana erosi. Menurut Arsyad (1989), erosi adalah peristiwa pindahnya atau

terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh

media alami. Pembatasan kerawanan bencana erosi tersebut disebabkan karena

melihat dari bentuklahan dan kemiringan lereng di beberapa daerah Kecamatan

Godean yang merupakan perbukitan denudasional dengan kemiringan lereng

>15% sehingga lebih rawan terhadap bahaya erosi.