bab i pendahuluan i.1. latar...

84
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada institusi birokrasi. Keluhan masyarakat terhadap kurangnya kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan belum memadainya pelayanan yang diberikan oleh aparatur birokrasi. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi birokrasi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik.Untuk itu, institusi birokrasi perlu menerapkan strategi peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan- kebutuhan masyarakat yang menghendaki kualitas pelayanan.Penataan dan pembinaan, dan pendayagunaan aparatur yang “gagap teknologi” sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman ini untuk dapat mencapai pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan yang didambakan masyarakat. Pembekalan keterampilan dan pengetahuan akan teknologi menjadi kebutuhan bagi aparatur birokrasi saat ini. Peningkatan tuntutan dan kebutuhan masyarakat haruslah diimbangi dengan peningkatan keterampilan dan kompetensi aparatur birokrasinya juga. Selain itu, dituntut juga kinerja yang efektif dan efisien. Dengan ini, pelayanan terhadap masyarakat benar-benar menjadi prioritas utama dan para aparat birokrasi sebagai pelayan masyarakat akan lebih mampu melayani, mengayomi, dan menumbuhkan partisipasi

Upload: doanduong

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan

pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat,

terutama kepada institusi birokrasi. Keluhan masyarakat terhadap kurangnya

kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan belum

memadainya pelayanan yang diberikan oleh aparatur birokrasi.

Tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi

birokrasi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat

melaksanakan fungsinya dengan baik.Untuk itu, institusi birokrasi perlu

menerapkan strategi peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-

kebutuhan masyarakat yang menghendaki kualitas pelayanan.Penataan dan

pembinaan, dan pendayagunaan aparatur yang “gagap teknologi” sangat

diperlukan untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman ini untuk dapat

mencapai pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan yang didambakan

masyarakat.

Pembekalan keterampilan dan pengetahuan akan teknologi menjadi

kebutuhan bagi aparatur birokrasi saat ini. Peningkatan tuntutan dan kebutuhan

masyarakat haruslah diimbangi dengan peningkatan keterampilan dan

kompetensi aparatur birokrasinya juga. Selain itu, dituntut juga kinerja yang

efektif dan efisien. Dengan ini, pelayanan terhadap masyarakat benar-benar

menjadi prioritas utama dan para aparat birokrasi sebagai pelayan masyarakat

akan lebih mampu melayani, mengayomi, dan menumbuhkan partisipasi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

2

masyarakat, sehingga birokrasi yang baik dan sesuai dengan harapan serta

aspirasi masyarakat dapat tercipta.

Berbagai inovasi mengenai pelayanan telah banyak dilakukan oleh

sebagian besar instansi publik. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk

mewujudkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik, mudah serta

terjangkau. Dan juga sebagai jawaban kepercayaan yang telah diberikan oleh

masyarakat terhadap kinerja dari birokrasi pelayanan publik yang notabene

selama ini mendapatkan “image” kurang memuaskan dari sebagian besar

kalangan masyarakat yang mengurus pelayanan baik itu pelayanan perizinan

maupun pelayanan non perizinan seperti proses pengurusan yang terlalu

berbelit-belit, memakan waktu yang terlalu panjang serta memakan biaya yang

mahal.

Corak permasalahan yang biasa terjadi pada Kantor Badan Pertanahan

Nasional (BPN) yang cenderung mengitari pengurusan sertifikasi tanah adalah

birokrasi yang rumit dan tidak praktis, serta perilaku sejumlah oknum yang

mengambil keuntungan. Kondisi semacam ini berdampak negatif karena

masyarakat menjadi apatis dalam mengurus sertifikasi tanah di Kantor BPN.

Padahal sertifikasi tanah itu sangat penting, tidak hanya untuk legalitas

kepemilikan tanah.Namun jika dilihat dari perspektif ekonomi, Sertipikat tanah

dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat untuk mendapatkan modal usaha,

sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahterannya.

Adapun upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

mengenai pelayanan publik adalah dengan cara mencari formula-formula baru

yang dapat membantu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya.

Salah satu instansi publik yang melakukan inovasi pelayanan publik adalah pada

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

3

Kantor Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Berdasarkan pada

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2009 tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

maka secara resmi LARASITA diterapkan di seluruh kantor Badan Pertanahan

Nasional. LARASITA (Layanan Rakyat Sertipikat Tanah) merupakan sebuah

program baru dari Kantor Badan Pertanahan Nasional. Adapun yang menjadi

fokus dari program ini adalah memberikan kepastian hukum dalam proses serta

memudahkan bagi masyarakat yang hendak melakukan sertifikasi tanah,

sekaligus memotong mata rantai pengurusan Sertipikat tanah dan meminimalisir

biaya pengurusan.

LARASITA dibangun dan dikembangkan untuk mewujudnyatakan amanat

pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Undang-Undang Pokok Agraria serta seluruh

peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Pengembangan

LARASITA berangkat dari kehendak dan motivasi untuk mendekatkan Badan

Pertanahan Nasional dengan masyarakat, sekaligus mengubah paradigma

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPN dari menunggu atau pasif menjadi aktif

atau proaktif (Pendahuluan Undang-Undang No.18 Tahun 2009 Tentang

LARASITA BPN-RI).

Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan

program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN

dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik

persoalan Sertipikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah

dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk

menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang

tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

4

pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang

besar.

Program Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) ini bisa

dinikmati warga makassar. Dengan program ini ditargetkan sertifikasi 122.740

persil tahun ini dapat tercapai. Program mutakhir dari Badan Pertanahan

Nasional (BPN) ini bertujuan untuk mempercepat waktu, memperpendek jarak,

dan memudahkan pengurusan sertifikasi tanah. Untuk lebih mengefektifkan

implementasi, menurut Van Meter dan Van Horn salah satu variabel yang

mempengaruhi efektivitas pelaksanaan adalah komunikasi, dan bentuk

komunikasi dalam program LARASITA adalah sosialisasi, diharapkan dengan

adanya sosialisasi yang dilakukan oleh jajaran pegawai BPN, baik itu sosialisasi

internal maupun eksternal LARASITA dapat berjalan lancar. Hal ini dimaksudkan

sebagai sebuah program baru, sosialisasi internal lebih bertujuan untuk

pembinaan dan pelatihan bagi para pegawai yang secara teknis berhubungan

dengan IT (Information Technology) LARASITA.

Sedangkan sosialisasi eksternal bertujuan untuk menyampaikan kepada

masyarakat luas bahwa dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan, BPN

mempunyai sebuah program baru yang dikenal dengan sebutan LARASITA,yaitu

sebuah program penerbitan Sertipikat tanah secara cepat, mudah dan

terjangkau.

Dengan LARASITA, kantor pertanahan menjadi mampu

menyelenggarakan tugas-tugas pertanahan dimanapun target kegiatan berada.

Pergerakan tersebut juga akan memberikan ruang interaksi antara aparat Badan

Pertanahan Nasional khususnya aparatur BPN Kota Makassar dengan

masyarakat sampai pada tingkat kecamatan, kelurahan/desa, dan tingkat

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

5

komunitas masyarakat, di seluruh wilayah kerjanya, terutama pada lokasi yang

jauh dari kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar. Berdasarkan latar

belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Implementasi Program LARASITA (Layanan Rakyat

Untuk Sertipikasi Tanah) di Kota Makassar”.

I.2. Rumusan Masalah

Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat

dilaksanakan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya

sehingga jelas dari mana harus mana memulai, ke mana harus pergi, dan

dengan apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan suatu

penelitian. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan

yang akan diangkat pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah implementasi Layanan Rakyat Sertipikat Tanah

(LARASITA) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota

Makassar?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Layanan Rakyat Sertipikat

Tanah (LARASITA) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Kota Makassar?

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

6

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu

sumbangan pemikiran kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota

Makassar dan juga sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi

kebijakan khususnya dalam hal program penerbitan Sertipikat tanah

lainnya.

2. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan penulis

mendalami tentang konsep maupun penerapan LARASITA (Layanan

Rakyat Sertipikat Tanah).

3. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi salah satu referensi bagi mereka yang hendak melakukan

penelitian mengenai Sertipikat tanah dan juga diharapkan akan lebih

melengkapi ragam penelitian pada kajian Ilmu Administrasi Negara.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. LANDASAN TEORI

II.1.1 Konsep Pelaksanaan (Implementasi)

Dalam setiap perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program

maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan

atau implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa

implementasi, maka tidak akan banyak berarti. Berikut disampaikan beberapa

pengertian implementasi menurut para ahli.

Pengertian pelaksanaan seperti yang dikemukakan oleh Pariata Westra

dan Kawan-kawan (1991: 256) adalah :

“Aktivitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk semua rencana dari kebijaksanaan yang telah dirumuskaan dan ditetapkan, dan dilengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana pelaksanaannya, kapan waktu mulai dan berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan”. Pengertian pelaksanaan kebijakan, dikemukakan oleh Syukur Abdullah

(1987: 10), adalah :

“Suatu rangkaian tindak lanjut, setelah sebuah rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah-langkah strategi maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program ataupun kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula”. Adapun definisi Pelaksanaan (Implementasi) menurut Daniel Mazmanian

dan Paul Sabatier (1983; 61) sebagaimana yang dikutip dalam buku Leo

Agustino (2006;139), yaitu :

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

8

“Pelaksanaan (implementasi) kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin dibatasi, menyebutkan secara tegas tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”. Van Meter dan Van Horn (Budi Winarno, 2002; 102) membatasi

pelaksanaan (Implementasi) sebagai :

“Tindakan-tindakan yang dilakukan individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarhakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya”. Michael Howlet dan M. Ramesh (1995;11) dalam buku Subarsono (2006;

13), bahwa :

“Pelaksanaan (Implementasi) adalah proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil”.

Dalam proses implementasi (pelaksanaan) sekurang-kurangnya terdapat

tiga unsur yang penting dan mutlak, seperti yang dikemukakan oleh Syukur

Abdullah (1987;11) , yaitu :

a. Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan

b. Target Groups, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran,

dan diharapkan dapat menerima manfaat dari program tersebut,

perubahan atau peningkatan:

c. Unsur pelaksana (Implementor), baik organisasi atau perorangan,

yang bertanggungjawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan

pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

9

Grindle menjelaskan bahwa pelaksanaan (Implementasi) kebijakan akan

dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks kebijakan. Yang termasuk isi

kebijakan yaitu :

a. Kepentingan

b. Jenis manfaat

c. Derajat perubahan yang diinginkan

d. Kedudukan pembuat kebijakan

e. Pelaksana

f. Sumber daya

Sedangkan konteks kebijakan terdiri dari :

a. Kekuasaan

b. Karakteristik lembaga

c. Kepatuhan

Keberhasilan pelaksanaan (Implementasi) kebijakan akan ditentukan oleh

banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling

berhubungan satu sama lain. Dalam pandangan Edwards III yang dikutip dalam

buku Subarsono (2006;90), implementasi atau pelaksanaan kebijakan

dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu :

a. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan

agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana

yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan

kepada kelompok sasaran (target Group) sehingga akan mengurangi

distorsi implementasi

b. Sumberdaya (resource), meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan

secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

10

sumber daya manusia untuk melaksanakan, maka implementasi tidak

akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumber

daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya

finansial

c. Sikap birokrasi dan pelaksana (disposisi ) adalah watak dan

karakteristik yang dimiliki oleh implementor. Apabila implementor

memiliki disposisi yang baika, maka implementor tersebut dapat

menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan. Edward III(1980:98) menyatakan bahwa sikap

dari pelaksana kadangkala menyebabkan masalah apabila sikap atau

cara pandangnya berbeda dengan pembuat kebijakan. Oleh karena

itu untuk mengantisipasi hal tersebut, kita dapat

mempertimbangkan/memperhatikan aspek penempatan pegawai

(pelaksana) dan insentif.

d. Faktor Struktur Birokrasi, merupakan susunan komponen (unit-unit)

kerja dalam organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja

serta adanya kejelasan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang

berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan, selain itu struktur

organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah

dan penyampaian laporan (Edward III 1980;125). Struktur organisasi

yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan

menimbulkan red-type, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan

kompleks yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Aspek

dari struktur organisasi adalah Standard operating Procedure (SOP)

dan fragmentasi.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

11

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ahli

tersebut diatas, guna pembatasan dalam penelitian ini maka peneliti memilih

pendekatan yang dikemukakan oleh Edward III, yang dianggap relevan dengan

materi pembahasan dari objek atau masalah yang diteliti. Hal ini bukan berarti

bahwa peneliti menjustifikasi teori-teori lain tidak lagi relevan dalam

perkembangan teori pelaksanaan suatu program atau kebijakan, melainkan lebih

kepada mengarahkan peneliti agar lebih fokus terhadap variabel- variabel yang

dikaji melalui penelitian ini, sehinggapenelitian ini lebih terarah dan membantu

dalam menjawab tujuan dari penelitian ini.

Edward III (Subarsono, 2006:90) menyarankan untuk memperhatikan

empat faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan suatu program atau

kebijakan sehingga pelaksanaan atau implementasi dari program atau kebijakan

bisa menjadi efektif, yaitu ;

a. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan

pencapaian tujuan dari pelaksanaan atau implementasi suatu program/kebijakan.

Komunikasi menyangkut proses penyampaian informasi atau transmisi, kejelasan

informasi tersebut serta konsistensi informasi yang disampaikan. Pengetahuan

atas hal-hal yang mereka kerjakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan

dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan pelaksanaan

harus dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat.

Komunikasi sangat penting, karena suatu program hanya dapat

dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana, dimana komunikasi

diperlukan agar para pembuat keputusan dan para implementer akan semakin

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

12

konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan atau program yang akan

diterapkan dalam masyarakat

Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan

aspek komunikasi ini, yaitu :

1. Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan

suatu hasil implementasi atau pelaksanaan yang baik pula. Seringkali yang

terjadi dalam proses transmisiini yaitu adanya salah pengertian, hal ini terjadi

karena komunikasi pelaksanaan tersebut telah melalui beberapa tingkatan

birokrasi, sehingga hal yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.

2. Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima oleh

pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan. Kejelasan

informasi kebijakan tidak selalu menghalangi pelaksanaan kebijakan atau

program, dimana pada tataran tertentu para pelaksana membutuhkan

fleksibilitas dalam melaksanakan program, tetapi pada tataran yang lain maka

hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh

kebijakan yang telah ditetapkan.

3. Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun informasi

yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah jelas dan

konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan. Apabila perintah yang

diberikan seringkali berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungann

bagi pelaksana dilapangan.

b. Sumberdaya

Meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan

konnsisten, akan tetapi pelaksana atau implementor kekurangan sumber daya

untuk melaksanakan kebijakan, maka implementasi tidak akan berjalan secara

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

13

efektif. Sumber daya adalah faktor penting untuk pelaksanaan program agar

efektif, dimana tanpa sumberdaya maka program atau kebijakan hanya

sekedar kertas dokumen.

Edward III (1980:53) menyatakan bahwa hal ini meliputi empat

komponen, yaitu :

1. Staf (staff), dimana kuantitas dan kualitas pelaksana yang memadai

merupakan hal yang penting dalam implementasi atau pelaksanaan

program

2. Informasi (Information) yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan

3. Kewenangan (outhority) tugas dan tanggungg jawab

4. Fasilitas (Facilities) yang dibutuhkan dalam pelaksanaan, dimana seorang

pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami

apa yang harus dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang untuk

melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa fasilitas yang memadai untuk

melakukan koordinasi mmaka besar kemungkinan pelaksanaan program

yang direncanakan tidak akan berhasill dengan efektif

c. Dispoisi atau attitudes

Disposisi adalah sikap dan komitmen aparat pelaksana terhadap

program, khususnya dari mereka yang menjadi pelaksana atau implementor

dari program, dalam hal ini teruutama adalah aparatur birokrasi. Apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan

kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan atau

program,sedangkan apabila implementor atau pelaksana memiliki sikap yang

berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi atau

pelaksanaan program juga menjadi tidak efektif. Edward III (1980:98)

Page 14: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

14

menyatakan bahwa dua aspek yang perlu diperhatikan dalam mengatasi

dampak dan sikap birokrat atau pelaksanan yang sering kali

mengesampingkan pelaksanaan program yang telah dibuat, yaitu :

1. Penempatan pegawai (staffing the bureaucracy), dimana sikap dari para

aparat birokrasi kadangkala menyebabkan masalah apabila sikap

ataupun cara pandangnya berbeda dengan pembuat kebijakan. Apabila

mendapat maslah dalam pelaksanaan program khususnya dari perilaku

aparat birokrasi pelaksana. Hal ini diselesaikan dengan

mempertimbangkan pengangkatan eksekutif, sistem pelayanan publik,

sistem aturan kepegawaian dan metode-metode personel yang sudah

ada.

2. Insentif (incentivies), dimana mengganti susunan pegawai pada birokrasi

pemerintahan adalah hal yang tidak mudah dan hal tersebut tidak

menjamin proses pelaksanaan berjalan lancar. Teknik lain yang dapat

digunakan adalah dengan mengubah insentif. Memanipulasi atau

mengubah insentif pembuat kebijakan pada level atas diharapkan dapat

mempengaruhi kinerja atau tindakannya.

d. Struktur birokrasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen (unit-unit) kerja dalam

organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta danya kejelasan

bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan

atau dikoordinasikan, selain itu struktur organisasi juga menunjukkan

spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Struktur organisasi yang yang bertugas mengimplementasikan atau

melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Page 15: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

15

implementasi atau pelaksanaan program. Edward III (1980: 125) menyatakan

bahwa aspek-aspek dari struktur birokrasi yaitu :

1. Adanya suatu SOP (Standard Operation Procedure) yang mengatur tata

aliran pekerjaan dan pelaksana program. SOP juga memberikan

keseragaman dalam tindakan para pegawai dalam organisasi yang

kompleks dan luas, dimana dalam pelaksanaannya dapat menghasilkan

fleksibilitas yang sangat baik (Seseorang dapat dipindahkan dari suatu

lokasi ke lokasi yang lain) serta adanya keadilan dalam pelaksanaan aturan

2. Fragmentasi (fragmentation) adanya penyebaran tanggungjawab pada

suatu area kebijakan diantara beberapa unit organisasi. Adapun akibat dari

adanya fragmentasi yaitu menyebabkan penyebaran tanggung jawab

dalam hal ini mengakibatkan koordinasi kebijakan menjadi sulit, dimana

sumber daya dan kebutuhan atas kewenangan untuk menyelesaikan

masalah yang timbul kadangkala tersebar diantara beberapa unit birokrasi.

Oleh sebab itu perlu adanya kekuatan pemusatan koordinasi antara unit-

unit yang terkait dan hal tersebut bukan hal yang mudah.Keempat faktor

tersebut mempengaruhi keberhasilan proses pelaksanaan atau

implementasi dan saling mempengaruhi satu faktor dengan faktor yang

lain.

Menurut Jeffri L.Pressman and Aaron B.Wildavski (dalam Jones 1996 :

295), mengartikan implementasi sebagai sebuah proses interaksi antara suatu

perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya. Implementasi

adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam

rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

16

Perangkat-perangkat yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :

adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang

sering disebut dengan resources. Dengan demikian berdasar pada pendapat

diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan dari implementasi

tersebut dibutuhkan: manusia, anggaran, dan juga kemampuan organisasi

ataupun instansi seperti teknologi informasi.

Sementara itu, Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno, 2002:101)

membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta

yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam

keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Implementasi merupakan penerapan sesuatu yang memberikan efek atau

dampak. Dengan kata lain bahwa implementasi merupakan sebuah penempatan

ide , konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga

memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan

maupun nilai dan sikap. Lineberry (dalam Putra, 2003:81) menyatakan bahwa

proses implementasi memiliki elemen-elemen sebagai berikut :

1. Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana

2. Penjabaran tujuan kedalam berbagai aturan pelaksana

3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok

sasaran, pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas atau

badan pelaksana

4. Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

17

II.1.2 Model Implementasi Kebijakan

Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono, 2005: 99) ada

enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni :

a) Standar dan Sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga

dapat direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan

terjadi muti interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para

agen implementasi.

b) Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber

daya manusia maupun sumber daya non manusia.

c) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam

implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi

lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi

keberhasilan suatu program.

d) Karakteristik agen pelaksana Agen pelaksana mencakup struktur

birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam

brokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu

program.

e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik Variabel ini mencakup sumber

daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan

implementasi kebijakan; sejauh mana kelompokkelompok kepentingan

dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;

karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak;

Page 18: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

18

Komunikasi Antar Organisasi Dan Kegiatan

Pelaksanaan

Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja Implemen

tasi Karakteristik

badan Pelaksana

Sumber daya

Disposisi Pelaksana

Lingkungan ekonomi dan sosial politik

bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elit

politik mendukung implemantasi kebijakan.

f) Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni: (a) respon

implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya

untuk melaksanakan kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya

terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni

prefensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Gambar 1. Model implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Sumber : Subarsono, 2005 : 100

Page 19: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

19

II.1.3 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan yang telah ditetapkan haruslah berjalan efektif.

Untuk mencapai hal ini diperlukan tahap-tahap implementasi kebijakan. Brian W.

Hoogwood dan Lewis A. Gunn (Solichin Abdul Wahab, 1991, 36) menguraikan

ada beberapa tahapan implementasi yaitu :

Tahapan I, memuat kegiatan pokok sebagai berikut :

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan

secara jelas

b. Menentukan standar pelaksanaan

c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan

Tahapan II,

Merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur staf,

sumber daya, prosedur, biaya serta metode.

Tahapan III, memuat kegiatan pokok sebagai berikut :

a. Menentukan jadwal

b. Melakukan pemantauan

c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan

program. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran

dapat diambil tindakan yang sesuai dengan segera.

II.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi Program

a) Standar dan Sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat

direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan terjadi muti

interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

20

b) Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya

manusia maupun sumber daya non manusia.

c) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam implementasi

program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu

diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu

program.

d) Karakteristik agen pelaksana Agen pelaksana mensakup struktur

birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam brokrasi,

yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program.

e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik Variabel ini mencakup sumber

daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi

kebijakan; sejauh mana kelompokkelompok kepentingan

dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para

partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang

ada di lingkungan; dan apakah elit politik mendukung implemantasi kebijakan.

f) Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni: (a) respon implementor

terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan

kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c)

intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh

implementor.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

21

II.3 Pengertian Program

Secara umum pengertian program adalah penjabaran dari suatu

rencana. Dalam hal ini program merupakan bagian dari perencanaan. Sering

pula diartikan bahwa program adalah kerangka dasar dari pelaksanaan

suatu kegiatan. Untuk lebih memahami mengenai pengertian program,

berikut ini akan dikemukakan defenisi oleh beberapa ahli:

Pariata Westra dkk, (1989:236) mengatakan bahwa:

“Program adalah rumusan yang membuat gambaran pekerjaan yang akan dilaksanakan beserta petunjuk cara-cara pelaksanaannya”

Hal yang sama dikemukakan oleh Sutomo Kayatomo (198:162) yang

mengatakan bahwa:

“Program adalah rangkaian aktivitas yang mempunyai saat permulaan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan suatu tujuan”

Menurut manullang (1987:1) mengatakan bahwa:

“Sebagai unsur dari suatu perencanaan, program dapat pula dikatakan sebagai gabungan dari poltik, prosedur dan anggaran, yang dimaksudkan untuk menetapkan suatu tindakan untuk waktu yang akan dating”

S.P. Siagian, (2006:117) mengemukakan bahwa:

“Perumusan program kerja merupakan perincian daripada suatu rencana. Dalam hubungannya dengan pembangunan nasional program kerja itu berwujud berbagai macam bentuk dan kegiatan”

Dengan penjabaran yang tepat terlihat dengan jelas paling sedikit

lima hal, yaitu:

1. Berbagai sasaran konkrit yang ingin dicapai.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

22

2. Jangka waktu yang yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan

tertentu.

3. Besarnya biaya yang diperlukan beserta identifikasi sumbernya.

4. Jenis-jenis kegiatan operasional yang akan dilaksanakan

5. Tenaga kerja yang dibutuhkan, baik ditinjau dari sudut kualifikasinya

maupun ditinjau dari segi jumlahnya.

Suatu program yang baik menurut Bintoro Tjokroamidjojo (1984:181)

harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tujuan yang dirumuskan secara jelas.

2. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten atau proyek yang saling

berkaitan untuk mencapai tujuan program seefektif mungkin.

4. Pengukuran dengan ongkos-ongkos yang diperkirakan dan keuntungan-

keuntungan yang duharapkan akan dihasilkan program tersebut.

5. Hubungan dalam kegiatan lain dalam usaha pembangunan dan program

pembangunan lainnya.

6. Berbagai upaya dalam bidang mamajemen, termasuk penyediaan tenaga,

pembiayaan, dan lain-lain untuk melaksanakan program tersebut. Dengan

demikian, dalam menentukan suatu program harus dirumuskan secara

matang sesuai dengan kebutuhan agar dapat mencapai tujuan melalui

partisipasi dari masyarakat.

Dengan beberapa pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan

bahwa program adalah serangkaian tindakan atau aktivitas untuk dapat

melaksanakan sesuai dengan target rencana yang telah ditetapkan.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

23

II.4. Konsep LARASITA (Layanan Rakyat Sertipikasi Tanah)

II.4.1 Pengertian LARASITA

Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Tentang

LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, dalam pasal 1

dikatakan bahwa dalam rangka mendekatkan pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia kepada masyarakat

dikembangkan pola pengelolaan pertanahan yang disebut dengan LARASITA.

LARASITA adalah kebijakan inovatif yang beranjak dari pemenuhan rasa

keadilan yang diperlukan, diharapkan dan dipikirkan oleh masyarakat. LARASITA

merupakan Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah. Program ini memadukan

teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan

bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan Sertipikat tanah dan

memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan

kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus daerahdaerah yang sulit

dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan

mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

jauh dan biaya transportasi yang besar.

LARASITA juga merupakan layanan sistem front office mobile secara

online dengan kantor pertanahan setempat. Sehingga seluruh proses pelayanan

dari mobil/sepeda motor Larasita saat itu juga langsung terdata di kantor

pertanahan.Penerbitan Sertipikat tanah yang dilaksanakan oleh kantor BPN

berdasarkan atas Undang-Undang Pokok Agraria mengenai pendaftaran tanah.

Pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi

pengumpulan, pengolahan, pembukuan, penyajian, pemeliharaan data fisik, data

Page 24: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

24

yuridis dalam bentuk peta, daftar mengenai bidang –bidang tanah dan satuan-

satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-

bidang tanah yang sudah ada haknya, hak millik atas satuan rumah susun dan

hak-hak tertentu yang membebaninya (Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997).

Dalam Pasal 3 PP No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, adapun

yang menjadi tujuan pendaftaran tanah adalah sebagai berikut :

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-

hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya

sebagai pemegang hak yan bersangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat

memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan

hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah

susun yang sudah terdaftar.

c. Untuk terselenggarakannya tertib administrasi pertanahan.

Dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan maka pemerintah

telah menetapkan suatu kebijaksanaan khusus yang dikenal dengan istilah Catur

Tertib Pertanahan yang meliputi :

a. Tertib Hukum Pertanahan

b. Tertib Administrasi Pertanahan

c. Tertib Penggunaan Tanah

d. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup

Berdasarkan Catur Tertib Pertanahan diatas, berarti BPN disini memiliki

Page 25: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

25

fungsi melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara

tertib administrasi pertanahan. Dimana Tertib Administrasi Pertanahan juga

merupakan salah satu dari tujuan pendaftaran tanah. Dalam hubungan

LARASITA dengan pelaksanaan Catur Tertib Pertanahan tersebut maka segala

sesuatu yang menyangkut bidang pertanahan harus diselesaikan melalui

prosedur hukum yang berlaku bukan diselesaikan dengan mempergunakan

kekerasan ataupun mempergunakan kekuasaan.

II.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi LARASITA

LARASITA menjalankan tugas pokok dan fungsi yang ada pada kantor

pertanahan. Namun sesuai dengan sifatnya yang bergerak, pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi tersebut diperlukan pemberian atau pendelegasian

kewenangan yang diperlukan guna kelancaran pelaksanaan di lapangan.

Dengan demikian LARASITA menjadi mekanisme untuk:

1. Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria

nasional (reforma agraria);

2. Melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di

bidang pertanahan;

3. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar;

4. Melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diindikasi

bermasalah;

5. Memfasilitasi penyelesaian tanah yang bermasalah yang mungkin

diselesaikan di lapangan;

6. Menyambungkan program BPN RI dengan aspirasi yang

berkembang di masyarakat;

Page 26: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

26

7. Meningkatkan dan mempercepat legalisasi aset tanah.

II.4.3 Manfaat LARASITA

1. Pelayanan kepada masyarakat lebih dekat

2. Beban biaya masyarakat menjadi lebih ringan

3. Masyarakat langsung dilayani petugas BPN

4. Kepastian pelayanan yang bertanggung jawab

5. Proses lebih cepat

II.4.4 Jenis Pelayanan LARASITA

1. Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali

2. Pengakuan dan Penegasan Hak Sporadik

3. Pemecahan Sertipikat

4. Pemisahan Sertipikat

5. Penggabungan Sertipikat

6. Pengembalian Batas

7. Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah

8. Pengukuran Ulang dan Pemetaan Bidang Tanah

9. Peralihan Hak – Hibah

10. Peraliahn Hak – Jual Beli

11. Peralihan Hak – Pembagian Hak Bersama

12. Peralihan Hak – Pewarisan

13. Peralihan Hak – Tukar Menukar

14. Peralihan Hak Dari Hak Guna Bangunan Menjadi Hak Milik

15. Salinah Warkah / Peta / Surat Ukur

16. Sertipikat Wakaf Untuk Tanah Terdaftar

Page 27: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

27

II.5 Kerangka Pikir

Kerangka berpikir ialah penjelasan terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan kita. Kerangka berpikir disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan

hasil penelitian yang relevan.

Agar apa yang diuraikan dalam penelitian ini dapat dipahami dengan jelas

maka penulis membuat kerangka berpikir sebagaimana tertera pada gambar di

bawah ini:

Gambar 2. Kerangka Pikir

Efektifiktas Program LARASITA di Kota

Makassar

Implementasi Program (LARASITA) di Kota

Makassar

Penerima Manfaat Program LARASITA di

Kota Makassar

Enam variabel yang mempengaruhi

implementasi kebijakan

1. Standar dan sasaran kebijakan

2. Sumberdaya 3. Komunikasi antar

organisasi dan penguatan aktivitas

4. Karakteristik agen pelaksana;

5. Disposisi implementor 6. Lingkungan kondisi

sosial, ekonomi dan politik

Page 28: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

28

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Pendekatan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah. Pada penelitian ini penulis menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif yaitu terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat

mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif tentang

keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti, dalam Hadari Nawawi (2007 : 33-

34). Selanjutnya Sugiono (2003 : 11) berpendapat bahwa pada penelitian

kualitatif, teori diartikan sebagai paradigma. Penelitian kualitatif bertujuan untuk

mengungkapkan informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada masalah

proses dan makna dengan cara mendeskripsikan sesuatu masalah.

Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif adalah pendekatan interaksi

simbolik, diasumsikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki

pengertian sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan kepada mereka.

Pengertian yang diberikan orang pada pengalaman dan proses penafsirannya

bersifat esensial serta menentukan. Penelitian ini juga menginterpretasikan atau

menterjemahkan dengan bahasa peneliti tentang hasil penelitian yang diperoleh

dari informan dilapangan sebagai wacana untuk mendapat penjelasan tentang

kondisi yang ada menghubungkan variabel-variabel dan selanjutnya akan

dihasilkan diskripsi tentang obyek penelitian

Page 29: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

29

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar dengan melihat bahwa

program LARASITA yang dikeluarkan oleh BPN Kota Makassar di laksanakan di

seluruh kecamatan yang ada di Makassar.

III.3 Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe studi

kasus. Studi kasus digunakan untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer,

bila peristiwa yang relevan tak dapat dimanipulasi. Studi kasus yang digunakan

dalam penelitian ini adalah studi kasus deskriptif. Menurut Prof. Dr. Robert K. Yin

(2000 : 5), kasus deskriptif yaitu studi kasus tunggal yang hanya mencakup

sebuah lingkungan sosial (Cornerville) dan satu periode waktu. Sedangkan dasar

penelitian adalah mengecek kembali dengan wawancara kepada

narasumber/informan yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan rumusan masalah penelitian.

III.4. Fokus Penelitian

Fokus penelitian digunakan sebagai dasar dalam pengumpulan data

sehingga tidak terjadi bias terhadap data yang diambil. Untuk menyamakan

pemahaman dan cara pandang terhadap karya ilmiah ini, maka penulis akan

memberikan penjelasan mengenai maksud dan focus penelitian terhadap

penulisan karya ilmiah ini.

Fokus penelitian merupakan penjelasan dari kerangka konsep. Adapun

variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

implementasi program layanan rakyat untuk sertipikasi tanah yang telah

dilaksanakan sejak tahun 2009 di Kota Makassar,bagaimana proses impelemtasi

yang dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa indikator diantaranya:

Page 30: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

30

1. Standar dan sasaran kebijakan

2. Sumberdaya

3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas

4. Karakteristik agen pelaksana;

5. Disposisi implementor

6. Lingkungan kondisi sosial, ekonomi dan politik

Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis mmenggunakan pendekatan

tujuan (goal approach) dalam mengukur keberhasilan implementasi program

LARASITA di Kota Makassar. Penedekatan proses itu sendiri bertujuan untuk

melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan program dari semua kegiatan

proses internal atau mekanisme organisasi.

III.5 Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi

dan kondisi latar penelitian. Informan ini harus banyak pengalaman tentang

penelitian, serta dapat memberikan pandangannya dari dalam tentang nilai-nilai,

sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Dalam

penelitian ini informan yang peneliti maksudkan adalah semua provider yang

terkait dengan impelementasi program LARASITA di Kota Makassar, yakni

seluruh staff Kantor BPN Kota Makassar, dan juga masyarakat yang

memanfaatkan program tersebut .

III.6 Jenis Dan Sumber Data

III.6.1. Data primer

Data primer yaitu yang diperoleh secara langsung pada sumber data yaitu

pada kantor BPN Kota Makassar dan beberapa daerah yang memanfaatkan

Page 31: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

31

program LARASITA yang bersangkutan dengan cara pengamatan atau observasi

dan wawancara pada informan untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan

dengan

III.6.2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung untuk

mendukung penulisan pada penelitian ini melalui dokumen atau catatan yang

ada serta tulisan-tulisan karya ilmiah dari berbagai media, literatur-literatur,

arsip-arsip resmi yang dapt mendukung kelengkapan data primer yang

senantiasa berkaitan dengan masalah

III.7. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Sistematik

Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan

terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis

tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Pedoman

wawancara tersebut digunakan oleh pewawancara sebagai alur yang

harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir wawancara, karena biasanya

pedoman tersebut telah tersusun sedemikian rupa sehingga merupakan

sederetan pertanyaan, dimulai dari hal-hal yang mudah dijawab oleh

responden sampai dengan hal-hal yang lebih kompleks.

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati oleh

peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan

peneliti melalui penggunaan pancaindra.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

32

Studi Dokumen (Dokumentasi)

Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka,

dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan

dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan

tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen peraturan

pemerintah dan Undang-Undang yang telah tersedia pada lembaga yang

terkait dipelajari, dikaji dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa

sehingga dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan

dengan penelitian yang akan dilakukan.

III.8. Teknik Analisis Data

Untuk menghasilkan dan memperoleh data yang akurat dan objektif

sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, maka analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dengan

cara analisis konteks dari telaah pustaka dan analisis pernyataan dari hasil

wawancara dari informan. Dalam melakukan análisis data peneliti mengacu pada

beberapa tahapan yang terdiri dari beberapa tahapan antara lain:

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key informan

yang compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke

lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar

mendapatkan sumber data yang diharapkan.

2. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, tranformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan di lapangan selama meneliti tujuan diadakan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

33

transkrip data (transformasi data) untuk memilih informasi mana yang

dianggap sesuai dengan masalah yang menjadi pusat penelitian

dilapangan.

3. Uji Confirmability, Uji confirmability berarti menguji hasil penelitian.

Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang

dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

confirmability-nya.

4. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi

dalam bentuk teks naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang

bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi

yang dipilih kemudian disajikan dalam tabel ataupun uraian

penjelasan.

Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclution

drawing/ verification), yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang

mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. penarikan kesimpulan dilakukan

secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-

catatan di lapangan sehingga data-data di uji validitasnya.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

34

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. LETAK WILAYAH

Kota Makassar terletak di pesisir pantai Barat bagian Selatan pulau

Sulawesi. Secara geografis, Kota Makassar berada pada garis lintang antara

05°31’30,”81 - 05°14’6,”49 LS dan garis bujur antara 119° 28’19” – 119°32’31”

BT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene

Kepulauan;

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa;

- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Wilayah Kota Makassar yang berbatasan langsung dengan Selat

Makassar mempunyai garis pantai sepanjang 32 km yang membentang dari arah

Selatan ke Utara, membujur ke arah Timur Laut. Wilayahnya mencakup

beberapa pulau, diantaranya ada 13 pulau yang mempunyai nama, yaitu : Pulau

Kayangan, Pulau Lae-Lae, Pulau Lanjukang, Pulau Langkai, Pulau Lumu-Lumu,

Pulau Bone Batang, Pulau Barang Lompo, Pulau Barangkeke, Pulau

Kodingarenglompo, Pulau Samalona dan Pulau-pulau kecil lainnya.

B. LUAS WILAYAH

Luas Wilayah Kota Makassar adalah 17.577 Ha. Secara umum

konfigurasi bentuk wilayah Kota Makassar termasuk datar dan menurut

morfologi regional merupakan deretan pegunungan Lompobattang yang

Page 35: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

35

berelief rendah. Keadaan topogratifinya datar hingga berombak

dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter di atas permukaan laut.

Satuan relief di daerah ini pada umumnya ditutupi aluvium hasil

sedimentasi rawa, pantai dan sungai serta material hasil gunung api,

dengan kemiringan lereng 0-2 %.

Bentuk lahan adalah hasil bentukan asal aluvial di beberapa

tempat mempunyai ketinggian yang sangat rendah dari permukaan laut

sehingga sering tergenang dan merupakan rawa-rawa. Bentuk lahan ini

dijumpai disekitar muara Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang yang

secara geomorfologi dikategorikan sebagai dataran banjir sungai.

Selanjutnya daerah yang mempunyai bentuk topografi berombak

sebagai bagian terkecil dari wilayah Kota Makassar hanya dijumpai di

Wilayah Utara dan Timur yang secara administratif termasuk Kecamatan

Biringkanaya.

C. ADMINISTRASI

Secara administratif Kota Makassar sebagai Ibukota Propinsi

Sulawesi Selatan, mempunyai luas wilayah 17.577 Ha atau 0,28 % dari

luas wilayah Sulawesi Selatan, terdiri dari 14 Kecamatan 143 Kelurahan.

Dari 14 Wilayah Kecamatan, Kecamatan Tamalate yang

merupakan wilayah terluas yaitu : 1,997 Ha dan Kecamatan Mariso yang

merupakan wilayah Kecamatan terkecil dengan luas wilayah : 0, 182 Ha.

Gambaran Luas Wilayah perkecamatan dalam Kota Makassar

dapat dilihat pada tabel 1.daftar kecamatan kota makassar :

Page 36: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

36

No. NAMA KECAMATAN LUAS WILAYAH (Ha)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

MARISO

MAMAJANG

TAMALATE

MAKASSAR

UJUNG PANDANG

WAJO

BONTOALA

UJUNG TANAH

TALLO

PANAKKUKANG

BIRINGKANAYA

TAMALANREA

MANGGALA

RAPPOCINI

182.000

542.000

1.997.000

251.000

263.000

199.000

209.000

593.000

583.000

1.686.000

4.654.000

3.352.000

2.433.000

947.000

JUMLAH 17.577.000

Page 37: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

37

Secara geografis wilayah Kota Makassar berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Pangkep

b. Sebalah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

c. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar

d. Sebelah Barat dengan Selat Makassar

Badan pertanahan nasional terbentuk sesuai dengan keputusan presiden

republik Indonesia dengan nomor 26 tahun 1988, pada tahun 2006 diadakan

perubahan struktur baik di BPN pusat, kanwil, maupun kantor pertanahan

kota/kabupaten. Berdasarkan peraturan kepala badan pertanahan nasional

republic Indonesia untuk melaksanakan fungsi badan pertanahan nasional

didaerah maka berdasarkan keputusan badan pertanahan nasional nomor 1

tahun 1989 dibentuklah kantor pertanahan ditingkat kota dan kabupaten.

Sebelas agenda Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia :

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada badan pertanahan nasional

RI.

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah serta

sertipikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

38

3. Memastikan penguatan atas hak-hak tanah.

4. Menyelesaikan persoalan-persoalan pertanahan di daerah-daerah korban

bencana alam dan di daerah-daerah konflik diseluruh tanah air.

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik

pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

6. Membangun sistem informasi dan manajemen pertanahan (SIMTANAS)

dan sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.

7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat.

8. Membangun database penguasaan dan pemilikan tanah

9. Melakasanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan

pertanahan yang telah ditetapkan.

10. Menata kelembagaan pertanahan nasional.

11. Mengembangkan dan memperbaharui politik, hukum dan kebijakan

pertanahan.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

39

IV.I.Badan Pertanahan Kota Makassar

Kantor pertanahan kota Makassar adalah instansi vertical badan

pertanahan nasional kota/kabupaten yang berada dibawah tanggung jawab

kepada kepala kantor wilayah badan pertanahan nasional provinsi Sulawesi

selatan. Dimana mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi

BPN yang bersangkutan yang dipimpin oleh seorang kepala.

IV.2 Visi, misi dan motto pelayanan Kantor

IV.2.1 Visi Kantor

Bersertipikatnya seluruh Bidang Tanah dalam Wilayah Kota Makassar

Tahun 2020.

IV.2.2 Misi

1. Meningkatnya Penyelesaian Sertipikat Hak Atas Tanah.

2. Meningkatkan Pemanfaatan, Penggunaan, Penguasaan, dan Kepemilikan

Tanah yang Efektif.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

40

3. Memberikan Jaminan Kepastian Hukum dan Kepastian Hak serta

Perlindungan Hukum kepada Masyarakat dan Investor.

4. Mendukung Peningkatan Ekonomi Masyarakat dalam Rangka

Mewujudkan Makassar sebagai Kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya

dan Jasa yang Berorientasi Global, Berwawasan lingkungan dan Paling

Bersahabat.

IV.2.3 Motto Pelayanan Pegawai

Satukan Tekad Tiada Hari Tanpa Penyerahan Sertipikat. Motto pelayanan

masyarakat “Pelayanan Cepat Tepat Akurat Akuntable dan Berkeadilan”. Janji

layanan “Mudah, Cepat, dan Transparan”

Dalam menyelenggarakan tugas, kantor pertanahan nasional mempunyai

fungsi :

1. Penyusunan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka

pelaksanaan tugas pertanahan.

2. Pelayanan, perijinan, dan rekomendasi dibidang pertanahan

3. Pelaksanaan survey, pengukuran, dan pemetaan dasar, pengukuran, dan

pemetaan bidang, pembukuan tanah, pemetaan tematik, dan survey

potensi tanah.

4. Pelaksanaan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, dan

penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan

wilayah tertentu

Page 41: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

41

5. Pengusulan dan pelaksanaan penetapan hak tanah, pendaftaran hak

tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah asset

pemerintah.

6. Pelaksanaan pengendalian pertanahan, pengelolaan tanah Negara, tanah

terlantar dan tanah kritis, peningkatan partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat..

7. Penanganan konflik, sengketa dan perkara tanah.

8. Pengkordinasian pemangku kepentingan pengguna tanah.

9. Pengelolaan sistem informasi manajemen pertanahan nasional

(SIMTANAS)

10. Pemberian penerangan dan informasi pertanahan kepada masyarakat,

pemerintah dan swasta.

11. Pengkoordinasian, penelitian, dan pengembangan.

12. Pengkoordinasian pengembangan sumberdaya manusia pertanahan.

13. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana dan

prasarana, perundang-undangan serta pelayanan pertanahan

IV.3 Sumber Daya Manusia

a. Berdasarkan golongan :

- Golongan IV : 2 orang

- Golongan III : 59 orang

- Golongan II : 9 orang

- Golongan I : 7 orang

b. Berdasarkan sub bagian dan seksi :

- Tata usaha : 15 orang

Page 42: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

42

- Survey, pengukuran dan pemetaan : 13 orang

- Hak tanah dan pendaftaran hak : 28 orang

- Pengaturan dan penataan pertanahan : 4 orang

- Pengendalian dan pemberdayaan : 4 orang

- Sengketa konflik dan perkara : 6 orang

IV.4 Loket Pelayanan Kantor

Dalam Kantor Pertanahan Kota Makassar untuk mengoptimalkan

pelayanan maka dia lakukan dengan sistem loket, adapun loket-loket tersebut

adalah :

Loket 1 : Informasi Pelayanan

Loket 2 : Berkas penerimaan permohonan

2.A Pelayanan :

- Kegiatan Pengukuran

- Pengembalian Batas

- Kutipan SU

2.B Pelayanan :

- Konversi/Pengakuan

- Pemberian Hak

Page 43: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

43

- Peningkatan Hak

2.C Pelayanan :

- Pendaftaran SK

- Peningkatan hak RSS

- Pemecahan/Pemisahan/Penggabungan

- Penggantian Sertipikat

2.D Pelayanan :

- Pengecekan Sertipikat

- SKPT

2.E Pelayanan :

- Peralihan Hak

- Roya

- Pemasangan Hak Tanggungan

Loket 3

- Pelayanan Administrasi Pembayaran/Keuangan

Loket 4

- Pelayanan administrasi Penyerahan Hasil Pekerjaan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

44

IV.5 Struktur Organisasi

Sesuai dengan peraturan KBPN no : 4 tahun 2006 maka dirancang

struktur organisasi kantor pertanahan kota Makassar. Kantor pertanahan kota

Makassar dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertanggung jawab kepada

Kepala Badan Pertanahan Nasional.

Kepala kantor pertanahan kota Makassar, membawahi :

Kepala sub bagian tata usaha, membawahi :

- Kepala urusan umum dan kepegawaian

- Kepala urusan perencanaan dan keuangan

Kepala seksi survey, pengukuran dan pemetaan, membawahi :

- Kepala sub seksi pengukuran dan pemetaan

- Kepala sub seksi tematik dan potensi tanah

Kepala seksi hak tanah dan pendaftaran tanah, membawahi :

- Kepala sub seksi penetapan hak tanah

- Kepala sub seksi pengaturan tanah pemerintah

- Kepal sub seksi pendaftaran hak

- Kepala sub seksi peralihan, pembebanan hak dan PPAT

Kepala seksi pengaturan dan penetaan pertanahan, membawahi :

- Kepala sub seksi penatagunaan tanah dan kawasan tertentu

- Kepala sub seksi landreform dan konsolidasi tanah

Kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan, membawahi :

- Kepala sub seksi pengendalian pertanahan

- Kepala sub seksi pemberdayaan masyarakat

Kepala seksi sengketa, konflik dan perkara, membawahi :

Page 45: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

45

- Kepala sub seksi perkara pertanahan

- Kepala sub seksi sengketa dan konflik pertanahan

Page 46: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

46

IV.6 Hasil Penelitian dan Pembahasan

IV.6.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada Kantor

Badan Pertanahan Nasional Kota Makassar, maka dapat digambarkan hasil

penelitian sebagai berikut:

1. Implementasi Program LARASITA ( Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi

Tanah) di Kota Makassar .

Implementasi Program LARASITA di Kota Makassar, dapat dilihat dengan

membandingkan antara sasaran kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

dengan penerima manfaat kebijakan. Artinya, apabila isi kebijakan yang

dikeluarkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat penerima

kebijakan maka kebijakan tersebut dianggap berhasil Sebaliknya, apabila

Masyarakat mengangap bahwa program yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak

cukup efektif maka kebijakan tersebut dianggap gagal .

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van

Horn (dalam Subarsono, 2005: 99) ada enam variabel yang mempengaruhi

kinerja implementasi, yakni :

a) Standar dan Sasaran kebijakan

b) Sumber Daya

c) Komunikasi antar organisasi

d) Karakteristik agen pelaksana

e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik.

f) Disposisi implementor

Page 47: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

47

.

Jika kita memperhatikan sudah sangat banyak daftar yang melakukan

permohonan mengenai sertipikasi tanah.seperti data yang di dapatkan dari seksi

pengendalian dan pemberdayaan.

Tabel.2 Daftar permohonan sejak 2009-2011 di program LARASITA

No. Jenis Kegiatan Permohonan

Keterangan Masuk Selesai Sisa

1

2

3

4

5

6

Balik Nama

Hak Tanggungan

.

Roya

Tukar Menukar

Ganti Nama

Cassie

800

540

460

14

4

3

660

494

430

14

4

3

140

36

30

-

-

-

J u m l a h 1821 1605 206

Adapun sasaran dari pelaksanaan program LARASITA (Layanan rakyat

untuk sertipikasi tanah) adalah memudahkan masyarakat dalam pengurusan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

48

tanah utamanya masyrakat yang berada di daerah terpencil,Hal ini juga terdapat

dalam UU No.18 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa LARASITA bersifat

pendekatan terhadap masyarakat dalam rangka pengurusan tanah. maka

berdasarkan hasil wawancara dan observasi oleh peneliti, maka dapat dijabarkan

sebagai berikut :

Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan yang mengkoordinir kegiatan

LARASITA di Kota Makassar berharap bahwa dengan adanya program yang

dikeluarkan oleh BPN RI tentang LARASITA sebagaimana seperti yang tertuang

dalam pendahuluan Undang-Undang No.18 Tahun 2009 Tentang LARASITA

BPN-RI dimana berangkat dari kehendak dan motivasi untuk mendekatkan

Badan Pertanahan Nasional dengan masyarakat, sekaligus mengubah

paradigma pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPN dari menunggu atau pasif

menjadi aktif atau proaktif.Melalui program ini diharapkan masyarakat mampu

melakukan pengurusan tanah secara terjangkau,mudah,dan cepat.

Seperti hal yang diutarakan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota

Makassar) bahwa :

“Jika Bapak Joyo ingin membuat kantor pertanahan di setiap kelurahan/kecamatan berapa biaya yang akan dikeluarkan,namun jika melalui program LARASITA ini memungkinkan pengurusan tanah dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien”

(Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Hal tersebut juga dikemukan oleh Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan

bahwa :

“Kebanyakan Masyarakat menganggap bahwa pengurusan sertipikat tanah dan lain sebagainya itu sangat lama dan mahal,hal ini dikarenakan mereka sendiri yang menggunakan jasa calo sehingga mereka sendiri yang mengalami kesulitan.dimana di Makassar ini biro jasa terdapat sekitar 600 orang,oleh karena itu dengan adanya program LARASITA dianggap dapat memotong hal-hal dan jaringan yang seperti itu” (Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Page 49: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

49

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

program LARASITA dianggap lebih memudahkan masyarakat dalam proses

pengurusan tanah serta dianggap mampu memutus jaringan penerima jasa

pengurusan tanah atau calo sehingga masyarakat bisa langsung mengurusnya

melalui LARASITA.seperti yang dikemukakan oleh salah satu masyarakat

penerima manfaat program LARASITA, bahwa ;

“Pada awalnya saya malas mengurus sertipikat tanah,karena sangat berbelit-belit dan biaya yang mahal,namun setelah LARASITA ada di kelurahan kalukuang saya menganggap bahwa kepengurusan sertipikat tanah tidak serumit yang saya bayangkan”

(Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Dengan program LARASITA juga diharapkan dapat memberikan

pelayanan prima di seluruh kecamatan yang ada di Kota Makassar sebagaimana

yang dikemukakan oleh Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan bahwa :

“Program LARASITA dilaksanakan di 7 Kecamatan prioritas,namun tidak menutup kemungkinan kecamatan lain yang non-prioritas kami akan kunjungi jika terdapat waktu luang dan kecamatan lain telah terselesaikan”

(Hasil Wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Pernyataan dari Kasi Pengedalian dan Pemberdayaan diperkuat dengan

data – data dari BPN Kota Makassar mengenai Kecamatan dan Kelurahan yang

dikunjungi oleh LARASITA.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

50

Adapun Lokasi Kegiatan LARASITA adalah di 7 Kecamatan meliputi :

Tabel 3. Daerah Prioritas Kunjungan LARASITA

No. Kecamatan Kelurahan

1. Kecamatan Tamalate Kelurahan Barombong dan Jongayya

2. Kecamatan Tamalanrea Kelurahan Tamalanrea,

Tamalanrea Jaya,

Tamalanrea Indah,dan Kapasa

3. Kecamatan Manggala Kelurahan Borong,

Tamangapa,Antang,Batua,Kapasa

4. Kecamatan Tallo Kel.Rappokalling,dan Kalukuang

5. Kecamatan Mariso Kel.Lette,dan Pannambuang

6. Kecamatan Biringkanaya Kel.Bulorokeng,Paccerakkang,Pai,

dan Sudiang raya

7. Kecamatan Bontoala Kel.Wajo Baru,Tompo Balang,dan

Bontoala tua. Sumber BPN Kota Makassar Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

jumlah kecamatan yang prioritas dikunjungi oleh LARASITA terdapat 7

Kecamatan dan 22 Kelurahan.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

51

Secara sederhana jumlah pendaftaran tanah melalui LARASITA yang

telah dilaksanakan 1 Januari – 30 Desember 2011 sebagai berikut :

Tabel 4.Pengurusan Tanah Melalui LARASITA

No.

Jenis Kegiatan /

Pelayanan

Permohonan yang

masuk

Realisasi

Keterangan

1.

2.

3.

4.

Pendaftaran Pertama kali

Roya

Balik Nama

Peningkatan Hak

290

16

35

290

-

16

35

290

Dalam proses

selesai

selesai

selesai

Jumlah 631 341 Sumber BPN Kota Makassar Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa cukup besar

kontribusi yang diberikan oleh program LARASITA di Kota Makassar guna

meningkatkan proses penyelesaian masalah-masalah yang menyangkut dengan

pertanahan khususnya di daerah-daerah terpencil.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Implementasi

Dalam implementasi atau pelaksanaan suatu kebijakan/program

dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitupun dengan pelaksanaan program

LARASITA ( Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah) di Kota Makassar. Sesuai

dengan tujuan penelitian yang hendak melihat implementasi program LARASITA

dengan memperhatikan variabel-variabel yang mempengaruhi. Adapun

berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, maka dapat dijabarkan

sebagai berikut :

Page 52: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

52

a. Standar dan sasaran kebijakan / ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya dari

ukuran dan tujuan kebijakan yang bersifat realistis dengan sosio-kultur yang ada

di level pelaksana kebijakan.Sama halnya pada kantor BPN Kota Makassar

dimana dengan dikeluarkannya program LARASITA maka para implementor

harus mengetahui sasaran dan tujuan dari kebijakan tersebut. Pemahaman

tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting.

Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para

pelaksana (officials), tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan

kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan erat dengan disposisi

para pelaksana (implementors). Arah disposisi para pelaksana (implementors)

terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang “crucial”.

Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam melaksanakan kebijakan,

dikarenakan mereka menolak atau tidak mengerti apa yang menjadi tujuan suatu

kebijakan

Sasaran dan tujuan yang jelas dan terarah sangatlah penting guna

menyukseskan program yang ingin dilaksanakan.

Seperti hal yang diutarakan oleh Kepala Kantor BPN Kota Makassar bahwa:

“ Program LARASITA ini sebenarnya memiliki tujuan yang sangat membantu bagi masyarakat pedesaan yang memiliki akses sulit dalam pengurusan tanah,Bapak Joyo Winoto juga membuat program ini guna lebih mendekatkan BPN kepada seluruh rakyat agar mereka dapat lebih mudah dalam proses pengurusan tanah” (Hasil wawancara tanggal 17 April 2012)

Hal yang serupa pula dikemukankan oleh Kasi Pengendalian dan

Pemberdayaan,bahwa :

Page 53: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

53

“ Sebetulnya filosofi dari dikeluarkannya program LARASITA ini adalah agar masyarakat lebih mudah dalam mengurus sertipikasi tanah,seluruh proses dan syarat-syarat yang dibutuhkan sama halnya dengan yang ada dikantor cuma bedanya kami menjemput berkas dan mendatangi wilayah-wilayah dan pelosok daerah yang sulit untuk mereka jika datang ke kantor BPN Kota Makassar”

Berdasarkan dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa

sasaran dari program LARASITA adalah masyarakat daerah-daerah pelosok

yang memiliki akses yang sulit untuk kepengurusan sertipikasi tanah.dan

tujuannya adalah agar mereka lebih mudah dalam melakukan proses

kepengurusan sertipikasi tanah.

b. Sumber daya

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya

yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan.

Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang

berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah

ditetapkan secara apolitik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial

dan waktu menjadi perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi

kebijakan. Sumber daya merupakan salah satu faktor penting dalam proses

implementasi atau pelaksanaan suatu program, dimana tanpa adanya dukungan

dari sumber daya yang memadai, baik itu berupa jumlah maupun kemampuan

ataupun keahlian para pelaksana program, pelaksanaan suatu program tidak

akan mencapai tujuannya.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

54

1.Kualitas dan Kuantitas Pelaksana

Dalam pelaksanaan suatu program tentu saja perlukan pelaksana guna

mendukung terlaksananya program dengan baik. Tanpa adanya personil untuk

melaksanakan suatu program, maka kebijakan atau program apapun tidak dapat

berjalan dengan baik dan hanya akan tinggal sebagai dokumen tanpa ada

realisasinya. Oleh karena itu ketersediaan pelaksana yang cukup serta

berkompetensi dalam mendorong keberhasilan suatu program sangat diperlukan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Kantor BPN Kota

Makassar,bahwa :

“ Pelatihan-pelatihan yang dberikan kepada seluruh staf sering dilaksanakan seperti arahan-arahan mengenai LARASITA sehingga mereka pastinya sudah tau tentang teknis dalam pelaksanaan program ini,malah pada waktu itu eselon 1 yang memberikan arahan di puncak,bogor” (Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Hal tersebut juga dipertegas oleh Kasi Pengendalian dan

Pemberdayaan,bahwa :

“ Kami sudah memberikan kepada para pegawai bagaimana petunjuk teknis dalam LARASITA baik berupa proses multimedia,karena di dalam mobil itu ada komputer yang sudah terhubung langsung dengan kantor.Kalau untuk pelatihan secara teknis permohonan sertipikasi tentunya mereka sudah mengetahui karena pegawai yang di turunkan untuk LARASITA ini adalah pegawai BPN juga,jadi mereka sudah sering berhubungan dengan masalah tersebut,baik itu mengenai persyaratan maupun informasi lain yang terkait dengan pengurusan tanah” (Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Dalam hal ketersediaan sumberdaya pelaksana, didalamnya termasuk

adalah jumlah pelaksana atau kuantitas yang memadai, Hal ini sesuai yang

dikemukakan lebih lanjut oleh Sekretaris Kasi Pengendalian dan Pemberdayaan

yang menyatakan bahwa :

“ Semua yang ikut ambil bagian dari LARASITA ini adalah seluruh pegawai BPN Kota Makassar yang telah di SK kan langsung oleh Bapak

Page 55: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

55

Walikota,namun di prioritaskan kepada pegawai bagian pemberdayaan dan pengendalian “ (Hasil wawancara pada tanggal 16 Aril 2012)

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan tersebut diatas,

dapat diketahui bahwa secara kuantitas pelaksana dari program LARASITA ini

sudah sangat memadai dan hal yang paling penting adalah partisipasi aktif oleh

pihak-pihak yang terkait, karena jumlah pelaksana yang mencukupi merupakan

salah satu aspek yang mempengaruhi kinerja dan pelaksanaan program.

Selain jumlah pelaksana yang memadai juga diperlukan adanya

pelaksana yang kompeten dalam menjalankan program tersebut, karena apabila

jumlah pelaksana telah mencukupi, namun tanpa diimbangi dengan kemampuan

atau keahlian dalam menjalankan program, maka dalam proses pelaksanaannya

tidak dapat berjalan dengan maksimal. Ketersediaan sumber daya manusia yang

terampil merupakan hal yang sangat penting agar pelaksanaan program lebih

efisien dan efektif, dimana kadangkala pelaksanaan suatu kegiatan terhambat

bukan karena jumlah pelaksana yang tidak memadai, tetapi lebih pada

kurangnya kualitas sumber daya manusia sebagai pelaksana.

Pada pelaksanaan program LARASITA ini, menurut kepala seksi

pengendalian dan pemberdayaan bahwa :

“Para pelaksana program LARASITA secara umum memiliki kemampuan yang memadai, terlebih lagi telah dilakukan beberapa kali pelatihan sehingga secara langsung dapat menambah keterampilan dan keahlian masing-masing pelaksana dalam melaksanakan tugasnya masing-masing”. (hasil wawancara pada tanggal 12 April 2012)

Page 56: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

56

Sebagaimana diketahui bahwa latar belakang dan tingkat pendidikan

seseorang sangat berpengaruh terhadap pengetahuan dan pemahaman dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawab. Belau juga menambahkan bahwa :

“Para pelaksana program LARASITA pada umumnya memiliki latar belakang pendidikan yang hampir sama. Rata-rata merupakan lulusan Strata-1 (S-1)”. (Hasil wawancara pada tanggal 12 April 2012)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas , maka dapat diketahui

bahwa secara umum keterampilan dan keahlian para pelaksana sudah sangat

memadai.

2. Sumber Daya Kebijakan

Sumber daya kebijakan (policy resources) tidak kalah pentingnya dengan

komunikasi. Sumber daya kebijakan ini harus juga tersedia dalam rangka untuk

memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri

atas dana atau insentif lain yang dapat memperlancar pelaksanaan

(implementasi) suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana atau insentif

lain dalam implementasi kebijakan, adalah merupakan sumbangan besar

terhadap gagalnya implementasi kebijakan.

Seperti yang dikemukakan oleh Sekretaris Kepala Seksi Pengendalian

dan Pemberdayaan,bahwa:

“ Untuk dana yang dibutuhkan oleh LARASITA itu semua dari pusat,untuk perbaikan kendaraan dan kebutuhan keperluan penyelengaraan LARASITA tidak pernah mengalami kesulitan,kami tidak pernah meminta uang makan ataupun tambahan gaji dari pimpinan karena kami tahu bahwa ini adalah tugas kami cuma bedanya kantornya ada di dalam mobil” (hasil wawancara pada tanggal 12 April 2012)

Page 57: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

57

Hal yang sama dipertegas oleh kepala seksi pengendalian dan

pemberdayaan,bahwa :

“ Saya rasa untuk pendanaan program LARASITA ini tidak mengalami kendala,walaupun dana yang dikeluarkan dari pusat namun untuk anggaran tersebut telah di anggarkan oleh bendahara BPN Kota Makassar,sehingga untuk segala jenis pendanaan dapat di selesaikan secepat mungkin dalam rangka guna suksesnya program ini” (hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Dari hasil wawancara tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa

untuk masalah pembiayaan dalam hal program LARASITA ini sudah

terdistribusikan secara baik,sehingga program dapat terlaksana sebagaimana

mestinya karena sebagaimana yang dikemukan oleh Van Horn dan Varn Meter

bahwa selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi

perhitungan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan.

c. Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

Agar kebijakan publik bisa dilaksanakan dengan efektif, menurut Van

Horn dan Van Mater (dalam Widodo 1974) apa yang menjadi standar tujuan

harus dipahami oleh para individu (implementors). Yang bertanggung jawab atas

pencapaian standar dan tujuan kebijakan, karena itu standar dan tujuan harus

dikomunikasikan kepada para pelaksana. Komunikasi dalam kerangka

penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi

standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity)

dari berbagai sumber informasi.

Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap

suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan

kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan kejelasan itu, para pelaksana

Page 58: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

58

kebijakan dapat mengetahui apa yang diharapkan darinya dan tahu apa yang

harus dilakukan. Dalam suatu organisasi publik, pemerintah daerah misalnya,

komunikasi sering merupakan proses yang sulit dan komplek. Proses

pentransferan berita kebawah di dalam organisasi atau dari suatu organisasi ke

organisasi lain, dan ke komunikator lain, sering mengalami ganguan (distortion)

baik yang disengaja maupun tidak. Jika sumber komunikasi berbeda memberikan

interprestasi yang tidak sama (inconsistent) terhadap suatu standar dan tujuan,

atau sumber informasi sama memberikan interprestasi yang penuh dengan

pertentangan (conflicting), maka pada suatu saat pelaksana kebijakan akan

menemukan suatu kejadian yang lebih sulit untuk melaksanakan suatu kebijakan

secara intensif.

Dalam upaya pencapaian keberhasilan pelaksanaan program LARASITA

ini, salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah berupa adanya komunikasi

yang berjalan dengan baik diantara pihak-pihak yang terkait. Apa yang menajadi

tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran

(target group), sehingga akan mengurangi distorsi implementasi atau

pelaksanaan dalam upaya pencapaian tujuan dari suatu program. Komunikasi

dalam hal ini menyangkut tentang cara atau upaya dalam proses penyampaian

informasi, selain pentingnya informasi sebagai pendukung dalam komunikasi,

juga diperlukan proses transmisi atau penyampaian informasi, kejelasan dan

konsistensi atas informasi.

1).Transmisi atau penyampaian informasi

Proses penyampaian informasi mengenai program dari suatu kebijakan,

yaitu terjadi antara pembuat kebijakan dan pelaksanan program, agar apa yang

Page 59: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

59

diharapkan oleh pembuat kebijakan dapat tercapai. Selain itu penyampaian

informasi juga harus dilakukan antara pelaksana program kebijakan dengan

target group dalam hal ini adalah masyarakat penerima manfaat LARASITA.

Proses penyampaian informasi antara pembuat kebijakan dengan

pelaksanan menyangkut keterkaitan antara keputusan yang telah dibuat dengan

aturan mengenai pelaksanaannya, termasuk petunjuk teknis pelaksanaan,

sehingga pelaksana tidak mengalami kesalahan dalam melaksanakan program

yang bersangkutan.

Berdasarkan penjelasan dari sekretaris kepala seksi pengendalian dan

pemberdayaan yang menyatakan bahwa :

“Proses penyampaian informasi mengenai program LARASITA telah dijelaskan melalui beberapa peraturan pemerintah yang dikirim langsung ke kantor BPN Kota Makassar. Sedangkan tata cara pelaksanaan program, telah diberikan melalui pelatihan-pelatihan.” (Hasil wawancara pada tanggal 16 April 2012)

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh kepala seksi pengendalian dan

pengawasan bahwa :

“Penyaluran informasi mengenai prosedur pelaksanaan program dilakukan melalui pelatihan-pelatihan serta arahan yang dilakukan oleh kepala kantor ataupun saya sendiri, dimana para petugas yang akan melayani LARASITA dibekali dengan beberapa pengetahuan tentang tujuan dan tata cara pelaksanaan program ini.” (hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa penyampaian

informasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana diberikan melalui pelatihan-

pelatihan serta penyebaran peraturan-peraturan yang terkait dengan program

LARASITA.

Selain penyampaian informasi dari pembuat kebijakan dengan pelaksana

program seperti yang telah dikemukakan tersebut diatas, maka yang tidak kalah

Page 60: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

60

pentingnya adalah penyampaian informasi dari pelaksana program kepada target

group atau masyarakat khususnya penerima manfaat LARASITA. Agar penerima

manfaat yang dimaksud mengerti tentang sasaran ataupun manfaat dari

program tersebut. Adapun pada program LARASITA sistem penyampaian isi dan

tujuan dari program ini kepada masyarakat khususnya masyarakat penerima

manfaat LARASITA di pelosok-pelosok daerah, dilakukan melalui proses

sosialisasi dengan sebelumnya memberikan surat sosialiasasi kepada lurah

terkait untuk kemudian di follow up dan disosialisasikan kepada masyarakat

sekitar .

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari sekretaris kepala seksi

pengendalian dan pemberdayaan, yang menyatakan bahwa:

“Proses penyampaian informasi kepada masyarakat sudah dilakukan melalui beberapa proses sosialisasi, surat penugasan dari bapak walikota 1 minggu sebelum kami sosialisasi sudah dikirim ke keluruhan sehingga pada saat kami sosialisasi masyarakat sudah berkumpul di kantor lurah terkait.” (Hasil wawancara pada tanggal 16 April 2012)

Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu masyarakat yang memanfaatkan

program LARASITA, bahwa:

“Program LARASITA ini saya dengar setelah disosialisasikan oleh pak lurah,sehingga pada saat orang dari BPN datang saya sudah di kantor lurah mendengarkan sosialisasi tersebut. Oleh karena itu saya bisa mengetahui bahwa ada suatu program yang sedang berjalan di kelurahan tamalanrea.” (hasil wawancara pada tanggal 19 April 2012)

Hal serupa juga dibenarkan oleh salah satu masyarakat yang

memanfaatkan program ini, bahwa :

“Program ini saya tahu dari sosialisasi yang dilakukan pegawai BPN di kelurahan dia sampaikan bahwa LARASITA katanya salah satu tempat kami mengurus sertipikasi tanah,balik nama,atau roya jadi tidak usah ke kantor BPN ” (Hasil wawancara pada tanggal 19 april 2012)

Page 61: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

61

Namun berbeda dengan apa yang disampaikan oleh salah satu

sekretaris kelurahan kalukuang,bahwa:

“ Kalau untuk surat memang kami sudah terima,tapi saya tidak pernah mendengar kalau ada orang dari BPN yang sosialisasi di kantor lurah,Cuma mereka langsung datang dan mobil LARASITAnya mereka parkir di depan kantor lurah” (hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas dapat diketahui bahwa

penyampaian informasi dari pelaksana ke masyarakat khususnya penerima

manfaat LARASITA yaitu melalui sosialisasi di kantor kelurahan,belum berjalan

secara optimal dan menyeluruh sehingga ada beberapa kelurahan yang masih

kurang mendapatkan informasi dari LARASITA itu sendiri.

Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif, sangat

ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan

konsisten (accuracy and consistency) (Van Mater dan Varn Horn, dalam Widodo

1974). Disamping itu, koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam

implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-

pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin

kecil, demikian sebaliknya.

2).Kejelasan informasi

Selain penyampaian informasi mengenai prosedur dan tujuan program,

maka aspek lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu adanya kejelasan atas

informasi yang disampaikan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari

kebingungan dan perbedaan persepsi antara pembuat kebijakan,, pelaksana dan

masyarakat.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

62

Hal ini dikemukakan oleh Kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan,

bahwa :

“Petunjuk pelaksana atas hal-hal yang mesti dilakukan oleh pelaksana, sejauh ini sudah jelas dan dipahami oleh semua pihak yang terlibat, semuanya sudah tahu apa yang menjadi kewajiban masing-masing dan prosedur pelaksanaannya. Selain itu para pelaksana sudah dibekali dengan beberapa peraturan pemerintah yang terkait dengan pelaksanaan program tersebut.” (Hasil wawancara pada tanggal 17 Aprilt 2012)

Berdasarkan penjelasan kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa kejelasan informasi bagi pelaksana sejauh ini

sudah baik, selain itu semuanya telah dijelaskan dalam petunjuk pelaksanaan

dan beberapa peraturan-peraturan pemerintah. Dengan adanya kejelasan

informasi mengenai tujuan dan petunjuk pelaksanaan maka dapat mendukung

dalam pelaksanaan guna mencapai tujuan.

Selain kejelasan informasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana,

maka hal yang tidak kalah pentingnya adalah kejelasan informasi bagi

masyarakat khususnya bagi wajib pajak.

Adapun mengenai kejelasan informasi mengenai program kepada

masyarakat penerima manfaat LARASITA, disampaikan oleh salah satu

penerima manfaat bahwa:

“Bagi saya informasi atas program ini, sudah lumayan jelas, inti dari program ini saya sudah tahu, namun secara keseluruhan mengenai syarat-syarat serta hal-hal yang lain saya belum mengetahui dengan jelas”. (Hasil wawancara pada tanggal 12 april 2012)

Kemudian ditambahkan oleh salah satu masyarakat kelurahan sudiang

raya yang juga memanfaatkan program ini, bahwa :

“Kalau tujuannya saya cukup mengerti, tapi yang saya tidak tahu masalah tata cara serta syarat sehingga saya bisa memanfaatkan program ini”. (Hasil wawancara pada tanggal 12 april 2012)

Page 63: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

63

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas, dapat diketahui bahwa

tujuan umum dari program LARASITA ini telah dipahami dengan jelas oleh

masyarakat, meskipun secara detail dan lengkap mengenai syarat, waktu

pelaksanaan serta prosedur-prosedur belum dipahami oleh seluruh masyarakat.

Hal ini dikarenakan karena kurangnya kesadaran dan partisipasi

masyarakat baik dalam mengikuti sosialisasi maupun ikut serta dalam

pelaksanaannya.

Adapun ketidakjelasan informasi menyebabkan kesalahan .persepsi bagi

pelaksana dan masyarakat sehingga menyebabkan pelaksanaan dapat

melenceng dari tujuan awal. Oleh karena itu dalam komunikasi perlu

memperhatikan dan memastikan kejelasan informasi agar dipahami oleh semua

pihak. Hal tersebut dapat berupa pelayanan kontak masyarakat dengan

pelaksana, serta upaya aktif dari semua pihak dalam mencari kejelasan

informasi.

3). Konsistensi informasi

Dalam komunikasi antara pelaksana program, tidak hanya merupakan

suuatu proses penyampaian informasi, tetapi juga merupakan proses interaksi

yang saling mempengaruhiantara pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu

diperlukan adanya konsistensi dan kepastian informasi yang disampaikan harus

diperhatikan, agar tidak berbeda diantara satu pihak dengan pihak lainnya.

Menurut pendapat dari kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan

yang menyatakan bahwa :

“Informasi mengenai program LARASITA ini merupakan program yang berkesinambungan dikarenakan program ini telah dilaksanakan sejak

Page 64: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

64

tahun 2009 sampai sekarang dan belum ada batas waktu sampai kapan program LARASITA ini selesai dilaksanakan. (Hasil wawancara pada tanggal 17 april 2012)

Selain itu penjelas dari sekretaris kepala pendalian dan pemberdayaan

yang menyatakan bahwa :

”Sejauh ini informasi mengenai pelaksanaannya sudah tetap yakni kami berangkat 2 kali seminggu pada hari selasa dan kamis,panitia dan lokasi yang kami datangi sudah di SK kan langsung dari kepala kantor dan kami juga sudah mensosialisasikannya kepada masyarakat. Informasi ini diharapkan dapat membantu dalam hal pelaksanaan program tersebut.”. (Hasil wawancara pada tanggal 16 april 2012)

Berdasarkan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

pelaksanaan LARASITA ini telah ada konsistensi sesuai dengan informasi yang

diberikan sebelumnya dalam hal pelaksanaan.

d. Karakteristik organisasi pelaksana

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa struktur birokrasi adalah

suatu prosedur atau pola yang mengatur jalannya pekerjaan didalam

pelaksanaan suatu program. Adapun struktur birokrasi yang dimaksud adalah

adanya prosedur yang mengatur tata aliran pekerjaan dan pelaksanaan suatu

program. Selain itu kadangkala dalam pelaksanaan suatu program terdapat

penyebaran tanggung jawab diantara beberapa unit pelaksana, sehingga

dibutuhkan adanya koordinasi.

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Hal

ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh

ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan

Page 65: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

65

dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan pada beberapa kebijakan

dituntut pelaksana kebijakan yang ketat dan displin. Pada konteks lain diperlukan

agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Selain itu, cakupan atau luas

wilayah menjadi pertimbangan penting dalam menentukan agen pelaksana

kebijakan.

1. SOP (Standar Operational System)

Pelaksanaan suatu program membutuhkan suatu prosedur yang menjadi

standar pelaksanaannya. Adapun menurut kepala seksi pengendalian dan

pemberdayaan yang menyatakan bahwa :

“Dalam pelaksanaan LARASITA , terdapat adanya suatu standar baku yang menjadi petunjuk pelaksanaan. Jadi segala sesuatu dilaksanakan sesuai aturan yang sudah diatur sebelumnya, namun tidak berarti para pelaksana menjadi kaku dalam pelaksanaanya”. (Hasil wawancara pada tanggal 17 April 2012)

Selain itu berdasarkan pernyataan dari salah seorang pegawai

pemberdayaan, yang menyatakan bahwa :

“Pelaksanaan LARASITA sama dengan pendaftaran yang ada dikantor BPN melalui beberapa tahapan,contohnya jika kita ingin melakukan pendaftaran tanah untuk pertama kali pemohon harus melampirkan surat permohonan,identitas para pihak(fotocopy ktp),bukti tertulis antara lain : petuk D atau fotocopy C desa yang telah dilegalisasi,segel atau akta PPAT dan SSB,putusan pengadilan yang berkekuatan hukum telap,dan terakhir bukti lain dengn disertai pernyataan yang bersangkutan”. (Hasil wawancara pada tanggal 16 april 2012)

Dari pernyataan tersebut diatas, diketahui bahwa prosedur yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan LARASIITA diatur dalam bentuk tatacara baku

pelaksanaan, yang lebih dikenal dengan SOP, SOP inilah yang menjadi acuan

untuk seluruh pelaksana di Kantor BPN Kota Makassar. Namun secara umum

prosedur pelaksanaan program ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan

Page 66: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

66

waktu yang lama. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu masyarakat yang

memanfaatkan LARASITA bahwa :

“Prosedur yang saya lewati tidak terlalu rumit, ketika mobil LARASITA datang ke kantor lurah saya langung menyetor berkas-berkas saya yang sebelumnya sudah saya siapkan,dan setalah membayar biaya PP13 Rp.50.000,berkasnya lalu di terima dan disampaikan untuk menunggu sekitar 2 minggu”.

(Hasil wawancara p`ada tanggal 19 april 2012)

2. Fragmentasi

Dalam pelaksanaan suatu program, kadangkala terdapat penyebaran

tanggungjawab diantara beberapa unit kerja maupun instansi. Sehingga

dibutuhkan adanya koordinasi dan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait

tersebut. Adapun dalam pelaksanaan program LARASITA ini, melibatkan

beberapa pihak yang terkait, diantaranya BPN Kota Makassar itu sendiri,Kantor

BPN Provinsi,Kelurahan-kelurahan yang membantu sosialisasi dan masyarakat

yang memanfaatkan program LARASITA

Berdasarkan wawancara dengan sekretaris kepala seksi pengendalian

dan pemberdayaan yang menyatakan bahwa:

“Koordinasi dan kerjasama yang terjalin antar pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan LARASITA ini bisa dikatakan berjalan dengan baik, kami juga setiap 3 bulan melaporkan jumlah pemohon kepada kanwil untuk di laporkan lansung ke pusat,begitu juga dengan kelurahan yang terdapat di daerah masing-masing yang telah mengumpulkan segala jenis permohonan sehingga berkas para pemohon bisa secepatnya diselesaikan ”. (Hasil wawancara pada tanggal 16 April 2012)

Hal yang serupa juga disampaikan oleh kepala seksi pengendalian dan

pemberdayaan yang menyatakan bahwa :

“Koordinasi kami lakukan dalam segala hal, termasuk dalam hal menyelesaikan masalah yang timbul sehingga strategi yang kami sampaikan kepada masing-masing kelurahan jika melakukan permohonan untuk sertipikasi tanah untuk yang pertama kali di kumpulkan hingga 20 pemohon,guna mengefektifkan dan mengefisienkan dala proses pengurusan berkas”. (Hasil wawancara pada tanggal 17 april 2012)

Page 67: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

67

Lebih lanjut kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan menjelaskan

bahwa:

“Untuk koordinasi dengan kanwil kami melakukan evaluasi per triwulan,dimana berkas-berkas jumlah pemohon dari program LARASITA yang tercatat kami kirim ke kanwil.dan juga kami mengevaluasi segala macam hambatan-hambatan yang kami temukan dalam pelaksanaan program ini” (hasil wawancara pada tanggal 17 april 2012)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut diatas dapat diketahui

bahwa bentuk koordinasi dan kerjasama antar pihak-pihak yang terkait dalam

pelaksanaan program LARASITA berjalan dengan baik, ini terlihat dengan

kesigapan para pelaksana dalam menyelesaikan berbagai masalah yang timbul.

adanya penyebaran tanggung jawab dari beberapa pihak dapat menyebabkan

kendala, namun jika koordinasi dan kerjasama dapat dilakukan dengan baik hal

tersebut tidak akan menjadi kendala dalam pelaksanaan suatu program, tetapi

bisa dijadikan kekuatan sehingga pelaksanaan suatu program dapat berjalan

dengan efektif dan efisien.

e. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat

mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana kelompok-

kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi

kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak;

bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elit politik

mendukung implemantasi kebijakan.

Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan kepala seksi

pengendalian dan pemberdayaan,bahwa :

Page 68: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

68

“ Dukungan dari bapak walikota makassar sangat positif,hal ini bisa dilihat dari SK penandatanganan langsung tentang seluruh pegawai yang di utus dalam program ini,SK yang dikeluarkan berupa nama-nama pegawai yang mengurus program LARASITA dan jadwal daerah-daerah yang dikunjungi setiap hari selasa dan kamis oleh program LARASITA,dan SK ini akan berganti setiiap 6 bulan sekali” (hasil wawancara pada tanggal 17 april 2012) Hal yang lain pula ditegaskan oleh kepala seksi pengendalian dan

pemberdayaan yang meyatakan,bahwa:

“ Dengan adanya program ini kita bisa lihat dari pendapatan perkapita masyarakat sekitar yang memanfaatkan program ini,jika pendapatan yang dimiliki masyarakat sekitar bertambah dari tahun ke tahun tentunya program yang kami laksanakan dapat dikatakan berjalan dengan baik dan hal ini sangat mendapat respon positif bagi masyarakat” (hasil wawancara pada tanggal 17 april 2012) Dari hasil wawancara tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa

kelompok-kelompok kepentingan yang terkait sangat mendukung program

LARASITA ini,seperti penindakan langsung terhadap pegawai yang di utus dalam

pelaksanaan program tersebut,aspek lingkungan dan ekonomi juga berpengaruh

dimana para masyarakat sangat merespon program LARASITA ini.

f. Disposisi atau sikap para pelaksana

Disposisi adalah aspek yang berkaitan dengan bagaimana sikap dan

komitmen para pelaksana terhadap program, dimana pelaksanaan program

kadangkala bermasalah apabila pelaksana yang terkait didalamnya tidak dapat

menjalankan program dengan baik. Apabila pelaksana memiliki disposisi yang

baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan atau program dengan baik seperti

yang didinginkan oleh pembuat kebijakan, sedangkan apabila palaksana

memiliki sikap yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses

pelaksanaan suatu program juga tidak akan efektif.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

69

Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn bahwa sikap penerimaan

atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat

mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi

warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka

rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat

mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu

menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan.

Sikap mereka itu dipengaruhi oleh pendangannya terhadap suatu

kebijakan dan cara melihat pengaruh kebijakan itu terhadap kepentingan-

kepentingan organisasinya dan kepentingan-kepentingan pribadinya. Van Mater

dan Van Horn (1974) menjelaskan disposisi bahwa implementasi kebijakan

diawali penyaringan (befiltered) lebih dahulu melalui persepsi dari pelaksana

(implementors) dalam batas mana kebijakan itu dilaksanakan. Terdapat tiga

macam elemen respon yang dapat mempengaruhi kemampuan dan kemauannya

untuk melaksanakan suatu kebijakan, antara lain terdiri dari pertama,

pengetahuan (cognition), pemahaman dan pendalaman (comprehension and

understanding) terhadap kebijakan, kedua, arah respon mereka apakah

menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality, and rejection), dan

ketiga, intensitas terhadap kebijakan.

Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan

kebijakan adalah penting. Karena, bagaimanapun juga implementasi kebijakan

yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (officials), tidak

sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Arah disposisi

Page 70: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

70

para pelaksana (implementors) terhadap standar dan tujuan kebijakan. Arah

disposisi para pelaksana (implementors) terhadap standar dan tujuan kebijakan

juga merupakan hal yang “crucial”. Implementors mungkin bisa jadi gagal dalam

melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka menolak apa yang menjadi tujuan

suatu kebijakan.

Sebaliknya, penerimaan yang menyebar dan mendalam terhadap standar

dan tujuan kebijakan diantara mereka yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan kebijakan tersebut, adalah merupakan suatu potensi yang besar

terhadap keberhasilan implementasi kebijakan (Kaufman dalam Van Mater dan

Van Horn, 1974). Pada akhirnya, intesitas disposisi para pelaksana

(implementors) dapat mempengaruhi pelaksana (performance) kebijakan.

Kurangnya atau terbatasnya intensitas disposisi ini, akan bisa menyebabkan

gagalnya implementasi kebijakan.

1. Respon dan Kognisi terhadap kebijakan

Pemahaman akan kebijakan sangatlah penting begitu pula dengan

respon dari implementor yang pastinya sangatlah berpengaruh terhadap

pelaksanaan dari kebijakan tersebut. Hal ini dinyatakan oleh Kepala kantor

pengendalian dan pemberdayaan bahwa :

“Untuk pelatihan yang di ikuti oleh para implementor dari program LARASITA ini sudah sering dilaksanakan baik berupa peraturan pemerintah maupun pelatihan yang kami ikuti yang di sampaikan langsung oleh eselon 1,sehingga program ini sudah kami pahami dan mudah-mudahan dapt terlaksana sebagaimana mestinya”. (Hasil wawancara pada tanggal 17 april 2012)

Selain itu ditambahkan pula oleh salah satu pegawai di bidang

pemberdayaan dan pengendalian, bahwa :

Page 71: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

71

“Respon dari pimpinan baik itu dari kepala kantor maupun dari kepala seksi pengendalian dan pemberdayaan sangat baik,seperti mereka sudah beberapa kali ikut turun ke lapangan langsung dan bersentuhan langsung kepada masyarakat.” (Hasil wawancara pada tanggal 16 april 2012)

Adapun pendapat yang diutarakan oleh kepala kelurahan sudiang raya

bahwa :

“ Saya lihat respon dari penanggung jawab LARASITA di Kota Makassar ini sangat baik,hal ini dapat dilihat dari penindakan langsung oleh kepala bagiannya ke kelurahan kami dalam bentuk penyuluhan dan penyampaian isi dari program ini”. (Hasil wawancara pada tanggal 12 april 2012)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas diketahui bahwa respon

dan pemahaman akan kebijakan oleh implementor dapat dikatakan sudah sangat

baik.hal ini dilihat dari bagaimana mereka ikut terjun langsung dalam proses

LARASITA dan sering melakukan kontrol terhadap pegawai-pegawainya.

2. Intensitas disposisi implementor

Intensitas terhadap kebijakan yakni sampai sejauh mana para

implementor melakukan kontrol terhadap kebijakan ataupun program yang

dilaksanakan.

Berdasarkan hasil wawancara oleh sekretaris kepala seksi pengendalian

dan pemberdayaan,bahwa :

“ Selama ini kami bapak andi akbar selalu menekankan kepada seluruh pegawai agar selalu menyampaikan informasi terbaru ataupun kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut,kami juga dalam pelaksanaan selalu mengupayakan agar dalam seluruh

Page 72: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

72

permohonan yang di terima dapat terselesaikan secepatnya tanpa mengalami hambatan” (hasil wawancara pada tanggal 16 april 2012)

Hal yang sama juga ditegaskan oleh kepala seksi pengendalian dan

pemberdayaan,bahwa:

“ Selama 6 bulan terakhir kami selalu melakukan upaya-upaya pembenahan dan pengontrolan terhadap program LARASITA ini,karena program ini merupakan program yang sangat membantu masyarakat pelosok dalam permohonan pengurusan tanah mereka” (hasil wawancara pada tanggal 17 april 2012)

Demikian pula yang disampaikan oleh kepala kantor BPN kota

makassar,bahwa:

“ Saya pernah ikut melakukan penyuluhan-penyuluhan terkait LARASITA,namun tidak hanya turun penyuluhan saya juga biasanya ikut mengontrol ke lapangan terkait program LARASITA ini” (hasil wawancara pada tanggal 17 april 2012)

Selain itu menurut pendapat salah satu masyarakat yang memanfaatkan

program LARASITA,bahwa:

“ Para pegawai-pegawai yang bekerja saya rasa sudah cukup baik dan jelas dalam hal intensitas pengontrolan sertipikasi kami,biasanya dijanji kurang lebih sampai 2 minggu,dan katanya jika kelurahan kami belum dikunjungi sertipikasinya bisa di ambil di kelurahan lain yang dikunjungi pada jangka waktu yang telah ditentukan” (hasil wawancara pada tanggal 12 april 2012)

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas dari

disposisi oleh implementor dapat dikatakan sudah cukup baik,hal ini dilihat dari

bagaimana para implementor yang selalu melakukan proses pengontrolan

terhadap program LARASITA dan juga para implementor yang biasa ikut

langsung dalam pelaksanaan program tersebut.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

73

IV.5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah kami dapatkan di atas maka secara umum

program LARASITA (Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah) di Kota Makassar

secara umum dapat di bahas sebagai berikut:

Secara keseluruhan jumlah permohonan yang masuk sejak 2009-2011

dalam program LARASITA adalah 1821 dan yang terealisasikan 1605,dan

keseluruhan jumlah permohonan yang masuk januari 2011 – desember 2011

adalah 631 berkas dan yang telah terealiasi 341 berkas.

Seluruh kota makassar dapat memanfaatkan program ini,namun ada 7

kecamatan yang di prioritaskan dalam pemanfaatan program LARASITA

diantaranya adalah: Kecamatan Biringkanaya,kecamatan tallo,kecamatan

tamalanrea,kecamatan manggala,kecamatan mariso,kecamatan tamalate,dan

kecamatan bontoala.

Berdasarkan dari wawancara dan observasi peneliti bahwa sasaran dari

program LARASITA adalah masyarakat daerah-daerah pelosok yang memiliki

akses yang sulit untuk kepengurusan sertipikasi tanah.dan tujuannya adalah agar

mereka lebih mudah dalam melakukan proses kepengurusan sertipikasi tanah

dan juga menghindari para pemberi jasa seperti calo yang biasanya meresahkan

para masyarakat.

Secara kuantitas pelaksana dari program LARASITA ini sudah sangat

memadai dan hal yang paling penting adalah partisipasi aktif oleh pihak-pihak

yang terkait, karena jumlah pelaksana yang mencukupi merupakan salah satu

aspek yang mempengaruhi kinerja dan pelaksanaan program.

Page 74: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

74

Selain jumlah pelaksana yang memadai juga diperlukan adanya

pelaksana yang kompeten dalam menjalankan program tersebut, karena apabila

jumlah pelaksana telah mencukupi, namun tanpa diimbangi dengan kemampuan

atau keahlian dalam menjalankan program, maka dalam proses pelaksanaannya

tidak dapat berjalan dengan maksimal. Ketersediaan sumber daya manusia yang

terampil merupakan hal yang sangat penting agar pelaksanaan program lebih

efisien dan efektif, dimana kadangkala pelaksanaan suatu kegiatan terhambat

bukan karena jumlah pelaksana yang tidak memadai, tetapi lebih pada

kurangnya kualitas sumber daya manusia sebagai pelaksana.

Dari hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa untuk

masalah pembiayaan dalam hal program LARASITA ini sudah terdistribusikan

secara baik,sehingga program dapat terlaksana sebagaimana mestinya karena

sebagaimana yang dikemukan oleh Van Horn dan Varn Meter bahwa selain

sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan

penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan

Secara umum bahwa penyampaian informasi dari pembuat kebijakan

kepada pelaksana diberikan melalui pelatihan-pelatihan serta penyebaran

peraturan-peraturan yang terkait dengan program LARASITA, namun oleh

beberapa masyarakat bahwa penyampaian informasi dari pelaksana ke

masyarakat khususnya penerima manfaat LARASITA yaitu melalui sosialisasi di

kantor kelurahan,belum berjalan secara optimal dan menyeluruh sehingga ada

beberapa kelurahan yang masih kurang mendapatkan informasi dari LARASITA

itu sendiri

Page 75: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

75

Adapun tujuan dari program LARASITA ini telah dipahami dengan jelas

oleh masyarakat, meskipun secara detail dan lengkap mengenai syarat, waktu

pelaksanaan serta prosedur-prosedur belum dipahami oleh seluruh masyarakat.

Hal ini dikarenakan karena kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat baik

dalam mengikuti sosialisasi maupun ikut serta dalam pelaksanaannya.Adapun

ketidakjelasan informasi menyebabkan kesalahan .persepsi bagi pelaksana dan

masyarakat sehingga menyebabkan pelaksanaan dapat melenceng dari tujuan

awal. Oleh karena itu dalam komunikasi perlu memperhatikan dan memastikan

kejelasan informasi agar dipahami oleh semua pihak. Hal tersebut dapat berupa

pelayanan kontak masyarakat dengan pelaksana, serta upaya aktif dari semua

pihak dalam mencari kejelasan informasi.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa

dalam pelaksanaan LARASITA ini telah ada konsistensi sesuai dengan informasi

yang diberikan sebelumnya dalam hal pelaksanaan.

Secara umum diketahui bahwa prosedur yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan LARASIITA diatur dalam bentuk tatacara baku pelaksanaan, yang

lebih dikenal dengan SOP, SOP inilah yang menjadi acuan untuk seluruh

pelaksana di Kantor BPN Kota Makassar. Namun secara umum prosedur

pelaksanaan program ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan waktu yang

lama

Koordinasi dan kerjasama antar pihak-pihak yang terkait dalam

pelaksanaan program LARASITA berjalan dengan baik, ini terlihat dengan

kesigapan para pelaksana dalam menyelesaikan berbagai masalah yang timbul.

adanya penyebaran tanggung jawab dari beberapa pihak dapat menyebabkan

kendala, namun jika koordinasi dan kerjasama dapat dilakukan dengan baik hal

Page 76: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

76

tersebut tidak akan menjadi kendala dalam pelaksanaan suatu program, tetapi

bisa dijadikan kekuatan sehingga pelaksanaan suatu program dapat berjalan

dengan efektif dan efisien.

Kelompok-kelompok kepentingan yang terkait sangat mendukung

program LARASITA ini,seperti penindakan langsung terhadap pegawai yang di

utus dalam pelaksanaan program tersebut,aspek lingkungan dan ekonomi juga

berpengaruh dimana para masyarakat sangat merespon program LARASITA ini

Sama halnya dengan respon dan pemahaman akan kebijakan oleh

implementor dapat dikatakan sudah sangat baik.hal ini dilihat dari bagaimana

mereka ikut terjun langsung dalam proses LARASITA dan sering melakukan

kontrol terhadap pegawai-pegawainya.

Intensitas dari disposisi oleh implementor dapat dikatakan sudah cukup

baik,hal ini dilihat dari bagaimana para implementor yang selalu melakukan

proses pengontrolan terhadap program LARASITA dan juga para implementor

yang biasa ikut langsung dalam pelaksanaan program tersebut

Program LARASITA ini disosialisasikan langsung oleh pihak dari BPN

Kota Makassar melalui perantara masing-masing kelurahan,sehingga ketika

pihak BPN telah datang untuk sosialisasi masyarakat juga sudah siap untuk

mendengarkan,dan juga adanya pembagian panflet mengenai larasita.

Dapat disimpulkan bahwa tanggapan masyarakat yang memanfaatkan

LARASITA, ini dapat terlihat dari data-data yang telah ada dan masyarakat yang

ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini

Page 77: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

77

Penanggung jawab LARASITA di Kota Makassar juga sudah baik,hal ini

dapat dilihat dari penindakan langsung oleh kepala bagiannya ke beberapa

kelurahan dalam bentuk penyuluhan dan penyampaian isi dari program tersebut.

Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat yang memanfaatkan program

LARASITA yakni adanya kejelasan informasi mengenai sertipikasi tanah bagi

daerah pelosok dan juga tentunya lebih memudahkan masyarakat dalam proses

pengurusan sertipikasi tanah,namun yang menjadi kendala bagi masyarakat

yang memanfaatkan program LARASITA yaitu ketidak jelasan informasi yang

diterima, mengenai syarat dan prosedur-prosedur yang lain, Tapi hal ini dapat

teratasi dengan menghubungi contact person yang ada di panflet yang dibagikan

atau datang kekantor BPN untuk mencari informasi

Page 78: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.I Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diikemukakan pada bab

sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :

1. Pelaksanaan program LARASITA ini cukup efektif dalam memudahkan

masyarakat dalam proses pengurusan tanah , sesuai dengan data yang

ada program LARASITA memberikan kontribusi sebesar 1821 dan yang

telah terselesaikan sekitar 1605 berkas.dan dari tahun ke tahun terjadi

peningkatan permohonan pendaftaran melalui program LARASITA.

Namun ada beberapa factor-faktor yang harus diperhatikan dalam

suksesnya program LARASITA. Faktor-faktor yang dimaksud adalah

faktor standar dan sasaran kebijakan,sumber daya,komunikasi antar

organisasi dan organisasi lain,karakteristik agen pelaksana,kondisi

sosial,ekonomi,dan politik, dan disposisi implementor. Diantara faktor ini,

faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang paling mempengaruhi,

karena salah satu masalah yang menyebabkan pelaksanaan program ini

tidak terlalu efektif adalah komunikasi yang terjalin kepada

masyarakat.Baik itu proses informasi melalui kelurahan maupun informasi

langsung ke masyarakat penerima manfaat LARASITA.

Page 79: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

79

V.2 Saran

1. Program LARASITA merupakan program yang sangat bagus. Ada

baiknya jika BPN Kota Makassar lebih memperbaharui lagi proses sarana

pendukung dan fasilitas seperti menambahkan unit mobil pendukung

program LARASITA dan lebih memperbaharui proses pelatihan-pelatihan

yang terkait tentang program ini.Pelaksanaan program LARASITA akan

berjalan dengan baik dan efektif apabila faktor-faktor yang mempengaruhi

seperti, faktor standar dan sasaran kebijakan,sumber daya,komunikasi

antar organisasi dan organisasi lain,karakteristik agen pelaksana,kondisi

sosial,ekonomi,dan politik, dan disposisi implementor. Oleh karena itu

perlu pengelolaan yang baik dengan memperhatikan keenam faktor

tersebut agar dapat membantu mengatasi hambatan dalam proses

pencapaian tujuan pelaksanaan program LARASITA pada Kantor BPN

Kota Makassar.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

80

DAFTAR PUSTAKA

Buku Rujukan:

Badan Pertanahan Nasional, (2005), Buletin Pertanahan Nasional, Edisi ke II, Jakarta: Badan Pertanahan Nasional

Boedi Harsono, (2006), Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Jakarta Djambatan.

Jeddawi Murtir (2008), Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah , Jakarta :Total Media

Gasperz, Vincent, (1997), Manajemen Kualitas, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Handayaningrat, soewarno, (1990), Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional, Jakarta: Penerbit Gunung Agung.

Indrawijaya, Adam, (1989), Perilaku Organisasi, Bandung, Sinar Baru.

LANRI, (1997), Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta, Masagung.

Buku Metodologi:

Hadari, Nawawi,2007, Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajahmada University

Press : Yogyakarta.

Singarimbun, Masri, (1997), Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta, Rajawali Press.

Yin. Robert K. 2000. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta

Page 81: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

81

Peraturan Undang-Undang :

Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Undang-Undang Pokok Agraria

Pendahuluan Undang-Undang No.18 Tahun 2009 Tentang LARASITA BPN-RI

Instruksi Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1998 tentang Peningkatan Efesiensi dan Kualitas Pelayanan Masyarakat.

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.62/Kep/M.Pan/7/2003 Tahun 2003 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum.

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.3 Tahun 1997 tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997.

Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah.

Undang-undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Keagrariaan.

Rujukan Dari Internet :

Diunduh dari internet, www.pdf.com, 22 Januari 2012 Pukul 17.55 WITA,

“Pengurusan sertifikasi tanah”.

Diunduh dari internet, www.google.com, 25 Januari 2010 Pukul 17.00 WITA, “ Kualitas Pelayanan Publik”.

Diunduh dari internet, www.bpn.go.id 3 Februrari 2012 Pukul 19.31 WITA,

“LARASITA untuk rakyat”. Diunduh dari internet, www.pdf.com, 5 Februari 2012 Pukul 12.56 WITA,

“Peraturan pemerintah tentang LARASITA”. Diunduh dari internet, www.google.com, 18 April 2012 Pukul 15.14 WITA,

“Konsep Implementasi Kebijakan Van Horn dan Van Meter”.

Page 82: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

82

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ardiansyah Gusnadi

Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 22 Januari 1990

Suku : Bugis

Alamat : JL.Maccini Raya No.14 A

Agama : Islam

Nama Oang Tua

Ayah : Drs.Gusnadi

Ibu : Nursia Selastri Dewi, S.Pd

Status Dalam Keluarga : Anak kedua dari empat bersaudara,

Pendidikan Formal :

SD Negeri Bawakaraeng 1,Makassar (1996-2002)

SMP Negeri 4 Makassar (2002-2005)

SMA Negeri 2 Watansoopeng Kab. Soppeng (2005-2008)

Jurusan Ilmu Administrasi FISIP UNHAS (2008-2012)

Pengalaman Organisasi :

Wakil Ketua Osis SMA Negeri 2 Watansoppeng Kab.Soppeng (2007-2008)

Ketua Panitia Latihan Kepemimpinan Administrasi HUMANIS FISIP UNHAS

(2009-2010)

Anggota. Dept. Minat dan Bakat HUMANIS FISIP UNHAS (2010-2011)

Steering Comite “LKA” HUMANIS FISIP UNHAS (2011-2012)

Kood.Dept.Diklat dan Kaderisasi UKM Seni dan Tari UNHAS (2011-2012)

Page 83: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

83

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 84: BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANGrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1705/Skripsi... · dan cepat dalam mewujudkan ... pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang

84