bab i pendahuluan i.1. latar belakang masalah penelitian

44
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Destinasi wisata di Indonesia mempunyai karakteristik yang unik dengan adanya eksotisme pulau-pulau yang ada di Indonesia juga mempunyai pemandangan yang menjakjubkan, keramahan penduduknya, dan budaya yang beragam membuat negara ini mampu bersaing di kancah interansional. Saat ini perkembangan industri pariwisata mengalami pergeseran, dari mass tourism menuju ke alternative tourism. Hal itu dikarenakan terdapat perubahan orientasi pasar yang lebih mengutamakan penghargaan dan penghayatan pada aspek kelestarian alam, budaya dan lingkungan (cultural and enviromentally sensitives), dengan menerapkan pariwisata alternatif (alternative tourism). Keberhasilan pembangunan pariwisata dapat diukur dengan cara menggunakan konsep berkelanjutan, tidak hanya eksploitasi lingkungan untuk kegiatan pariwisata, serta aspek ekonomi (devisa) dilihat dari lama kunjungan (lenght of stay), akan tetapi dilihat dari pemberdayaan dan kelestarian sebagai landasan. Hal tersebut untuk mengarah pada sumber daya alam, nilai sosiokultural masyarakat, dan kelestarian alam dengan penghargaan yang tinggi (kemen LH, 2003). Pariwisata Indonesia merupakan pariwisata yang berasal dari, oleh, dan untuk rakyat. Maka dari itu, dalam melakukan perencanaan pembangunan pariwisata juga harus melibatkan masyarakat lokal, khususnya yang tinggal di sekitar wilayah destinasi wisata, semua itu dikarenakan mayarakat lokal lebih mengetahui tempat wisata tersebut dan mempunyai hak milik (Nurdin 2016 dalam Ridwan 2012). Model pembangunan pariwisata juga bisa dilakukan dengan cara CBT (community based turism), dimana harus melibatkan masyarakat lokal dengan cara memberikan kesempatan untuk membangun dan mengelola tempat wisata, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal itu berkaitan dengan pihak individu maupun kelompok yang mempunyai keterkaitan dengan industri tersebut, atau usaha pariwisata, maka keuntungan akan tersalurkan kepada komunitas pedesaan/pesisir dan pulau-pulau

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

Destinasi wisata di Indonesia mempunyai karakteristik yang unik dengan adanya

eksotisme pulau-pulau yang ada di Indonesia juga mempunyai pemandangan yang

menjakjubkan, keramahan penduduknya, dan budaya yang beragam membuat negara ini

mampu bersaing di kancah interansional. Saat ini perkembangan industri pariwisata

mengalami pergeseran, dari mass tourism menuju ke alternative tourism. Hal itu

dikarenakan terdapat perubahan orientasi pasar yang lebih mengutamakan penghargaan

dan penghayatan pada aspek kelestarian alam, budaya dan lingkungan (cultural and

enviromentally sensitives), dengan menerapkan pariwisata alternatif (alternative

tourism). Keberhasilan pembangunan pariwisata dapat diukur dengan cara

menggunakan konsep berkelanjutan, tidak hanya eksploitasi lingkungan untuk kegiatan

pariwisata, serta aspek ekonomi (devisa) dilihat dari lama kunjungan (lenght of stay),

akan tetapi dilihat dari pemberdayaan dan kelestarian sebagai landasan. Hal tersebut

untuk mengarah pada sumber daya alam, nilai sosiokultural masyarakat, dan kelestarian

alam dengan penghargaan yang tinggi (kemen LH, 2003).

Pariwisata Indonesia merupakan pariwisata yang berasal dari, oleh, dan untuk

rakyat. Maka dari itu, dalam melakukan perencanaan pembangunan pariwisata juga

harus melibatkan masyarakat lokal, khususnya yang tinggal di sekitar wilayah destinasi

wisata, semua itu dikarenakan mayarakat lokal lebih mengetahui tempat wisata tersebut

dan mempunyai hak milik (Nurdin 2016 dalam Ridwan 2012).

Model pembangunan pariwisata juga bisa dilakukan dengan cara CBT

(community based turism), dimana harus melibatkan masyarakat lokal dengan cara

memberikan kesempatan untuk membangun dan mengelola tempat wisata, baik secara

langsung maupun tidak langsung, hal itu berkaitan dengan pihak individu maupun

kelompok yang mempunyai keterkaitan dengan industri tersebut, atau usaha pariwisata,

maka keuntungan akan tersalurkan kepada komunitas pedesaan/pesisir dan pulau-pulau

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

kecil lainya (Putra 2015). Keterlibatan itu bisa dalam bentuk memberikan kesempatan

(akses) dalam pembanguanan dan manajemen pariwisata yang berbasis pada

pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam membagi keuntungan dari hasil kegiatan

pariwisata (Putra, 2015). Perhatian kritis dalam hal ini adalah gagasan terhadap

pembangunan pariwisata yang sering mengabaikan terhadap hak masyarakat lokal

daerah destinasi wisata (Hadiwijoyo, 2012).

Didalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No:

KM.67/UM.001/MKP/2004, Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di

Pulau-pulau Kecil, menjelaskan bahwa terdapat prinsip-prinsip pengembangan

pariwisata. Hali itu terkait dengan partisipasi masyarakat, dimana dalam prosesnya

melibatkan masyarakat baik secara aktif maupun pasif, semua itu mulai berawal dari

tahap perencanaan sampai tahap pengelolaan dan pengembangan. Semua itu bertujuan

untuk memunculkan rasa memiliki dan tanggungjawab dalam menentukan keberhasilan

dan keberlajutan pengembangan destinasi wisata di pulau-pulau kecil.

Peran industri pariwisata dalam kemajuan negara cukup besar, hal ini yang

menyebabkan pemerintah menjadikan industri pariwisata sebagai sektor yang

mendukung dalam penggerak ekonomi rakyat serta pembangunan nasional. Dengan

adanya potensi wisata di Indonesia jika ditunjang dengan adanya sarana yang lengkap,

diharuskan juga dibarengi dengan adanya pengembangan yang maksimal agar potensi

yang dimiliki bisa berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Terbitnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pusat Dan Daerah seharusnya menjadi kesempatan Kota Gresik untuk

membangun dan mengelola potensi daya tarik wisata sebagai salah satu sumber

pendapatan daerah dan dijadikan sebagai lapangan kerja. Selain itu, pemerintah Kota

Gresik juga diharapkan kesiapanya mulai dari teknis, pengelolaan, dan kemampuannya

bisa memberikan kontribusi postif di industri pariwisata.

Ada beberapa sifat khusus dalam industri pariwisata yang tidak dimiliki oleh

industri yang lain, sifat tersebut diantaranya adalah :

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

1. Kegiatan aktivitas pariwisata antara konsumsi dan produksi dilakukan

dalam waktu bersamaan.

2. Industri yang memberikan layanan berupa jasa kepada konsumenya

(wisatawan), bisa memberikan pelayanan beragam di setiap kegiatanya, dan

tidak ada batasan ukuran dalam menentukan bentuk produk seperti ukuran

produksi sebuah motor dalam industri otomotif.

3. Produk wisata tidak bisa dipindahkan, yang berarti siapa saja wisatawan

yang ingin melihat atau menikmati harus langsung berkunjung ke lokasi

dimana produk tersebut berada (Spillane, 1987: 87-88).

4. Industri pariwisata adalah “industri tanpa asap”. Dimana semua aktivitas

produksi dan konsumsinya berlangsung didalam satu lokasi dan diwaktu

yang sama dalam kegiatannya juga tidak menghasilkan sampah produksi

asap ataupun limbah seperti industri pada umunya (Pitana & Gayatri 2005).

Ada tiga ciri yang bisa menjadi kegiatan khas pariwisata (Pitana & Gayatri,

2005:46), tiga ciri tersebut diantaranya :

1. Adanya unsur perjalanan (travel)

2. Bukan untuk mencari pekerjaan atau tempat tinggal

3. Bertujuan untuk tinggal sementara yang “bukan tempat tinggal aslinya”.

Bidang pariwisata bisa dibilang menjadi industri pariwisata apabila mengalami

perkembangan dikarenakan semua aktivitas mulai dari sosial-budaya sampai ekonomi

bertujuan untuk kehidupan masyarakat sampai saat ini. Bisa jadi, kedepanya sektor

pariwisata terus mengalami perkembangan dan melahirkan inovasi yang lebih kreatif.

Sektor pariwisata termasuk industri dibidang jasa dan pelayanan yang dijadikan

negara Indonesia untuk meningkatkan devisa negara non migas. Terjadinya krisis

ekonomi menjadikan industri pariwisata bisa dijadikan sumber pertumbuhan bagi

kelangsungan hidup masyarakat, hal itu disebabkan infrastruktur yang dimiliki oleh

industri pariwisata tidak mengalami kerusakan, akan tetapi faktor keamanan masih

menjadi alasan wisatawan asing untuk berwisata ke Indonesia. Oleh karena itu, bisa

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

dicegah dengan cara wisatawan lokal berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di

Indonesia. Meskipun wisatawan asing berpengaruh besar terhadap penghasilan devisa,

akan tetapi wisatawan lokal juga berperan untuk mengaktifkan kembali kegiatan

pariwisata, termasuk restoran, industri cinderamata, dan hotel. Selain bisa membuka

lapangan pekerjaan industri pariwisata juga bisa mendatangkan pendapatan untuk

negara.

Kementrian Pariwisata (Kemenpar) memiliki enam target utama dalam

pembangunan pariwisata, yaitu strategis yang bisa meningkatkan indeks daya saing

pariwisata mulai dari peringkat 70 di tahun 2014 meningkat menjadi 30 di tahun 2019,

hal itu dibarengi dengan meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara (Yahya,

2015). Selanjutnya pembangunan tersebut bisa dicapai dengan cara kerjasama yang

benar dan sinergi yang baik antara Kemenpar dengan masyarakat dalam mengelola

destinasi wisata di berbagai daerah untuk mengembangkan daya tarik yang memiliki

khas, berkualitas, serta keunggulan tersendiri. Keunggulan serta kualitas adalah salah

satu faktor daya tarik wisatawan untuk berwisata, hal itu karena alasan yang

fundamental dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan wisatawan untuk memilih

lokasi wisata (Ritchie and Crouch, 2003). Faktor utama untuk menentukan kepuasan

dan loyalitas adalah daya tarik tempat wisata. Loyalitas wisatawan juga salah satu aspek

berlangsungnya suatu bisnis (Hermawan, 2017).

Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan destinasi wisata

sudah diatur dalam Undang-Undang Pasal 79 Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, yang

menjelaskan setiap desa diharuskan untuk membuat susunan perencanaan pembangunan

desa yang sesuai dengan kewenangan dan mengacu pada perencanaan pembangunan

kabupaten/kota. Didalam pasal 80 juga dijelaskan bahwa perencanaan pembangunan

harus melibatkan partisipasi masyarakat desa. Dengan begitu, sudah jelas bahwa

terdapat konsekuensi dalam mencapai pembangunan. Dengan adanya perencanaan

pihak pemerintah desa dengan masyarakat bisa menemukan arah pembangunan desa

yang dilakukan dengan berbagai tahap. Tahapan tersebut harus mengidentifikasi

kebutuhan, sumber daya alam, dan permasalahan yang ada di desa. Merumuskan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

strategi dilihat dari tingkat prioritas yang dibutuhkan dan melihat sumber daya yang

tersedia, dan melaksanakan strategi yang sudah ditetapkan dari progam pembangunan

desa.

Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, hal itu bisa

dijadikan untuk membangun destinasi wisata yang sangat potensial. Mulai dari wisata

alam, ekowisata, wisata edukasi, dan yang lainya (Darsoprajitno, 2002). salah satu

potensi strategis dimiliki oleh daerah di Kabupaten Gresik, Pulau Bawean Kecamatan

Sangkapura Desa Sidogedungbatu tepatnya di Pulau Gili Noko.

Desa Sidogedungbatu mempunyai kekayaan alam laut yang masih alami dan

berbagai potensi yang lainya. potensi bawah laut dengan keindahan karang serta

biotanya yang masih alami menjadikan Desa tersebut memiliki keindahan dan daya

tarik tersendiri. posisi geografis yang dekat dengan pelabuhan tujuan Gresik dan

Lamongan serta tersedianya bandara penerbangan tujuan Surabaya sebagai salah satu

gerbang kedatangan wisatawan menjadikan prospek dan keuntungan tersendiri.

Dibalik semua itu sumber daya alam serta kemampuan yang terbatas dalam

mengelola destinasi wisata sudah menjadi kendala utama dalam mengembangkan

tempat wisata di Pulau Gili Noko. Semua itu terbukti mulai dari tidak aktifnya pihak

pengelola, minimnya fasilitas, kebersihan kurang terjaga, serta penataan pantai yang

tidak dirawat dengan baik. Kemudian, jarang ada pelatihan terkait kepariwisataan

terutama hospitality service terhadap masyarakat setempat. Hal itu, berakibat dalam

memberikan pelayanan kepada wisatawan belum bisa maksimal.

Fakta lain, Pulau Bawean belum memiliki daya tarik wisata berbasis alam yang

unggul. Kurangnya sinergi dan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan pelaku

industri wisata menjadi akar permasalahan dari kurangnya kualitas dan daya tarik

wisatawan. Contoh, Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPDA)

Kabupaten Gresik mengusulkan pengembangan wisata berbasis alam yang diarahkan

untuk :

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

1. Menciptakan kesadaran antara masyarakat dengan wisatawan terkait

konservasi sumber daya alam

2. Memunculkan sifat rasa bangga masyarakat lokal terhadap budi dayanya

yang dilakukan lewat konservasi

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat supaya mampu untuk mengelola

usaha pariwisata

4. Membuat susunan peta perencanaan pembangunan dan rencana penyediaan

infrastruktur, mulai dari kawasan ataupun menuju kawasan

5. Pengawasan dan mengendalikan fungsi lingkungan danau dan laut.

Akan tetapi, hal tersebut tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Masih banyak

pengelolaan destinasi berbasis alam di Kabupaten Gresik khususnya di Pulau Bawean

yang belum merepresentasikan RIPDA Kabupaten Gresik (Nomor 16 Pasal 60 Tahun

2013 sampai dengan tahun 2025).

Pulau Gili Noko salah satu obyek wisata di Bawean yang masih memiliki

banyak kekurangan. Kegiatan wisata di Gili Noko belum optimal dikarenakan kunjugan

wisatawan masih musiman serta sarana prasarana yang belum terpenuhi. Cagar Budaya

melakukan perawatan terhadap pulau Noko untuk mengembangkan tempat wisata

tersebut, akan tetapi setelah ±3 tahun wewenang tersebut berpindah alih ke BUDPAR

Gresik (Dinas Pariwisata Budaya) Gresik, setelah berpindah ke tangan pemerintah

kemudian pihak pemerintah memberikan tanggung jawab kepada masyarakat untuk

turut serta mengambangkan tempat tersebut lewat POKDARWIS (Kelompok Sadar

Wisata). Setelah pihak pemerintah melakukan optimalisasi potensi pulau Noko dengan

menambah sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pariwisata, pembagunan

tersebut mulai dari membangung gazebo, musola, toilet dan lainya tidak dibarengi

dengan pendampingan berkelanjutan dan pihak pengelola tidak lagi merawat dengan

baik. Padahal hal itu dilakukan oleh pihak pemerintah sebagi bukti langkah awal usaha

yang dilakukan untuk mewujudkan pulau Gili Noko sebagai tempat wisata pantai nomer

satu di Bawean dan diharapkan bisa menjadi sarana untuk turut menjaga alam dan

menjadikan ladang penghasilan bagi masyarakat Gili.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Pulau Gili Noko salah satu destinasi wisata alam berupa keindahan pantai yang

berada di Kabupaten Gresik yang belum dikenal secara luas oleh masyarakat Gresik

maupun mayarakat yang lain. Hal itu dikarenakan saat ini hanya dijaga dan dirawat oleh

pihak pengelola saat akan musim liburan tiba, dan juga pihak pengelola kurang

maksimal terhadap kegiatan promosi. Minimnya atraksi wisata di Gili Noko

dikarenakan masyarakatnya memiliki keahlian terbatas dibidang tersebut, selain itu juga

minimnya dana yang dimiliki oleh pihak pengelola untuk memberikan pelayanan secara

penuh kepada wisatawan.

Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan di

daerahnya, menurut Argyo Demartoto (2008:3-4) selain itu mereka juga melaksanakan

fungsinya, ada beberapa fungsi pemerintah daerah, yaitu :

1. Perlindungan terhadap masyarakat ( protective fuction)

2. Melayani mayarakat (public service fuction)

3. Pelaksanaan pembangunan (development fuction).

Dalam menjalankan fungsi tersebut tentunya membutuhkan dana yang besar,

oleh karena itu pemerintah daerah harus menggali potensi yang ada di wilayahnya demi

kelangsungan hidup mayarakatnya yang makmur, selain itu saat ini sudah menjadi

tanggung jawab penuh bagi pemerintah untuk membangun dan mengatur daerahnya.

Pihak pemerintah punya dua kendala terkait hal tersebut, pertama adalah terkait

dengan pembiayaan yang sangat besar, dan sulitnya masyarakat dalam memanfaatkan

dan mengolah sumber daya alam yang tersedia di sana. Maka diambil kebijakan bahwa

membangun sektor-sektor nonSDA, seperti sektor pariwisata. Untuk itu, pemerintah

Kabupaten Gresik memberikan kontribusi dalam megembangkan sektor-sektor

unggulan yang bisa mensejahterakan masyarakat. salah satunya adalah sektor pariwisata

baik wisata edukasi, wisata buatan, wisata budaya, sampai wisata alam. Kabupaten

Gresik termasuk wilayah pesisir pantai, maka pertumbuhan ekonomi banyak

dipengaruhi di sektor kelautan dan industri yang lain. Oleh karena itu Kabupaten Gresik

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

terus mengalami perkembangan. Akan tetapi sebaliknya, sektor pariwisata dari tahun ke

tahun terus mengalami pergeseran.

Saat ini Kabupaten Gresik mempunyai beberapa obyek tempat wisata.

Gambaran perkembangan jumlah pengunjung wisatawan lokal maupun wisatawan asing

ke Gresik sebagai berikut :

Tabel 1. 1 Data Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gresik Tahun 2020

Bulan Wisatawan Lokal Wisatawan Asing Jumlah

Januari 417.630 2.075 419.705 Februari 290.401 1.521 291.922 Maret 184.035 755 184.790 April 0 0 0 Mei 0 0 0 Juni 31.603 0 31.603 Juli 68.220 0 68.220

Agustus 2.333 0 2.333 Sumber Data : pariwisatagresik.com

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa kunjungan wisatawan ke Gresik mengalami

penurunan yang cukup banyak, mulai dari wisatawan lokal ataupun wisatawan asing

setiap bulanya berkurang. Hal itu terbukti mulai pada bulan Januari ke bulan Februai

setidaknya menurun hingga 127.229 untuk wisatawan lokal dan 554 untuk wisatawan

asing.

Kabupaten Gresik memiliki obyek wisata yang sangat potensial untuk

dikembangkan menjadi tempat wisata unggulan dan bisa dijadikan daya tarik wisatawan

untuk datang ke Gresik. Ada banyak obyek tempat wisata di Gresik, mulai wisata alam,

wisata religi, wisata edukasi, dan masih banyak jenis lainya. Jika dikembangkan dengan

baik dan benar bisa menjadi primadona bagi wisatawan lokal maupun internasional.

Kemudian didukung dengan letak geografis Gresik yang strategis tidak menutup

kemungkinan industri pariwisata bisa berkembang pesat. Disisi lain jumlah pengunjung

di pulau Noko Gili mengalami penurunan hal tersebut dapat dilihat dari jumlah

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

9

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

wisatawan yang berkunjung ke Pulau Noko Gili dari akhir tahun 2019 hingga awal

tahun 2020 dari tabel berikut.

Tabel 1. 2 Data Kunjungan Wisatawan Bulan November 2019 - Maret 2020 di Pulau Noko Gili Bawean

Tahun Bulan Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara

2019 November 159 738 2019 Desember 376 2.018 2020 Januari 187 524 2020 Februari 122 254 2020 Maret 80 131

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik.

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa dengan adanya pandemi covid-19 salah

satu yang tedampak adalah sektor pariwisata dimana terlihat jelas bahwa di Pulau

Bawean sendiri juga terkena dampaknya, hal itu terbukti dengan menurunya jumlah

pengujung yang datang ke Noko Gili yang awalnya mengalami kenaikan pada bulan

Desember akan tetapi menurun pada bulan Januari hingga 189 untuk wisatawan

mancanegara dan 1494 untuk wisatawan nusantara. Disisi lain pihak pemerintah dan

juga masyarakat juga terus melakukan pengembangan.

Selain itu pihak pemerintah dalam mengambil keputusan juga harus melibatkan

masyarakat lokal dalam perkembangan tempat wisata, dikarenakan semua itu juga

bertujuan untuk kelangsungan hidup yang lebih makmur kedepannya. Tidak menutup

kemungkinan di zaman modern saat ini masyarakat mampu melakukan strategi-strategi

yang sesuai dengan zaman dan kebutuhan. Menurut Muliawan (2008) tujuan

membangun wisata di desa bertujuan untuk menghasilkan satu produk wisata yang bisa

mendorong kemajuan pembangunan berkelanjutan, selain itu juga ada beberapa tujuan

pengelolaan desa wisata. Diantaranya adalah :

1. Menggunakan sarana prasarana yang tersedia di masyarakat tersebut

2. Bisa membawa keuntungan bagi masyarakat

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

10

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

3. Bisa memunculkan kerjasama dan hubungan timbal balik antar masyarakat

yang lainya

4. Semua pembangunan harus melibatkan masyarakat setempat secara

langsung

5. Bisa membuat dan mengolah produk wisata.

Desa wisata bisa dikatakan sebagai destinasi wisata jika menurut Muliawan

(2008) ada beberapa kriteri, diantaranya adalah :

a. Mempunyai ciri khas keunikan, keindahan, serta daya tarik bagi wisata

(sebagai kegiatan wisata), mulai dari bentuk fisik lingkungan sampai di

kehidupan budaya masyarakat setempat

b. Mempunyai kesiapan dan faktor pendukung fasilitas pariwisata untuk

mendukung kegiatan wisata, berupa : ruang interaksi masyarakat dengan

wisatawan, tersedianya transportasi, tersedianya penginapan (home stay dan

hotel), serta fasilitas yang mendukung lainya

c. Adanya kerjasama dengan pasar (wisatawan) dari kunjungan wisatawan

d. Adanya kerjasama, dukungan, serta partisipasi antar masyarakat lokal

dengan pengembangan desa tersebut yang berkaitan dengan kegiatan

pariwisata.

Pengembangan destinasi wisata di desa bisa mensejahterakan dan meningkatkan

sosial bagi masyarakat lokal, memotivasi masyarakat agar bangga terhadap identitas

budaya mereka, serta munculnya kepedulian terhadap lingkunganya (Hermawan, 2016).

Maka dari itu, pemerintah juga memiliki komitmen industri pariwisata menjadi salah

satu sumber pendapatan negara, dengan menjadikan pariwisata sebagai prioritas

pembangunan nasional.

Sebelum memutuskan untuk meneliti tentang dunia kepariwisataan, peneliti

melakukan pengamatan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang membahas

mengenai perkembangan dunia pariwisata Indonesia dengan berbagai fenomena yang

meliputi dalam proses perkembangannya. Peneliti mengamati hal tersebut melalui

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

11

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

berbagai referensi terkait (skripsi terdahulu, buku, artikel, dan jurnal). Di dalamnya,

peneliti menemukan realitas bahwa telah banyak penelitian terdahulu yang membahas

mengenai fenomena yang terjadi dalam dunia pariwisata, baik itu penelitian mengenai

dunia pariwisata yang ditinjau dari perspektif ilmu ekonomi, perspektif ilmu politik,

perpektif ilmu kebijakan publik, maupun perspektif ilmu sosial-budaya. Berdasarkan

pengamatan tersebut peneliti dapat menyerap berbagai pengetahuan penting yang

bermanfaat untuk memperdalam wawasan keilmuan peneliti mengenai dunia

kepariwisataan di Indonesia. Bahwa kajian penelitian yang telah dilakukan oleh

berbagai disiplin ilmu yang membahas tentang dunia pariwisata merupakan ruh utama

dan telah berkontribusi secara riil terhadap perkembangan sektor dunia pariwisata

Indonesia saat ini, perkembangan dunia pariwisata sangat terkait dan tidak bisa

dilepaskan dari peranan penting berbagai latar belakang keilmuan yang menaunginya.

Terkait bentuk adaptasi dari suatu kelompok masyarakat peneliti juga

menggunakan referensi kajian terdahulu mengenai strategi adaptasi yang digunakan

peneliti sebagai referensi pengaplikasian Teori. Penelitian Terdahulu mengenai respon

masyarakat terhadap pengembangan pariwisata pernah dilakukan oleh Pudjio Santoso

(2016) dengan judul penelitian “Respon Masyarakat dan Pemerintah Desa dalam

Menangkap Peluang Pengembangan Pariwisata di Bawean”. Hasil penelitian tersebut

menjelaskan bahwa pengembangan pariwisata di Bawean saat ini sudah mulai

dibukanya lapangan serta pembangunan dermaga apung tempat wisatawan naik perahu

motor menuju pulau Gili Noko. Meskipun awalnya banyak penolakan dari tokoh

masyarakat dan agama namun akhirnya mereka bisa memahami bahwa perubahan pasti

terjadi dan melalui regulasi yang ketat maka dampak negatif dari pengembangan

tersebut bisa diminimalisir. Respon positif dari masyarakat adalah adanya peluang

ekonomi yang pasti tumbuh seiring makin banyaknya wisatawan yang berkunjung.

Respon pemerintah Desa dalam menangkap peluang ekonomi dari pengembangan

pariwisata belum tampak, kecuali sebatas penyusunan tata aturan yang menjadi

landasan pendirian BUMDesa. Meskipun dari segi permodalan, keuangan desa sudah

bisa memodali BUMDesa namun tanpa adanya studi kelayakan usaha serta penyiapan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

12

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

pasar, manajemen dan monitoring tentu semuanya akan sia-sia dan akhirnya usaha

tersebut pailit.

Salah satu penelitian terdahulu tentang perkembangan dunia pariwisata adalah

tulisan dari Achmad Afandi Sunarti Luchman Hakim (2017) yang berjudul “Peran

Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Destinasi Wisata Bahari Pulau Gili Noko

Kabupaten Gresik (Studi Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Gresik)”. Penelitian ini membahas mengenai Pеmеrintаh dаеrаh mеlаlui

Disbudpаrporа bеrpеrаn dаlаm mеlаkukаn pеrеncаnааn dаlаm mеningkаtkаn dаyа tаrik

wisаtа sеrtа sаrаnа dаn prаsаrаnа untuk mеmеnuhi kеbutuhаn wisаtаwаn. Pеrеncаnааn

tеrsеbut mеliputi pеnаmbаhаn dаyа tаrik wisаtа bеrupа pеngаdааn wаtеr sport bеrupа

bаnаnа boаt dаn pеlеstаriаn tеrumbu kаrаng. Pеnyеdiааn sаrаnа dаn sаrаnа sеpеrti

rumаh mаkаn sеrtа pеningkаtаn аksеsibilitаs untuk wisаtаwаn jugа sudаh dirеncаnаkаn

olеh Disbudpаrporа untuk mеngеmbаngkаn Pulаu Gili Noko. Pеngеnаlаn Pulаu Gili

Noko kе mаsyаrаkаt luаs jugа dirеncаnаkаn olеh Disbudpаrporа dеngаn cаrа

mеnаmbаh kеgiаtаn promosi yаng dilаkukаn dеngаn mеngikuti еvеnt-еvеnt pаriwisаtа

dаn mеlаkukаn promosi mеlаlui mеdiа еlеktronik. Pеmеrintаh dаеrаh mеlаlui

Disbudpаrporа sudаh bеrpеrаn dаlаm mеlаkukаn pеmbаngunаn pаdа dеstinаsi wisаtа

Pulаu Gili Noko. Pеmbаngunаn yаng sudаh dilаkukаn sааt ini mаsih bеrupа pеngаdааn

jеmbаtаn sеrtа dеrmаgа аpung yаng bеrtujuаn untuk mеningkаtkаn аksеsibilitаs

wisаtаwаn dаn mаsyаrаkаt. Pеmbаngunаn bеrupа gаzеbo sеrtа surаu jugа sudаh

dilаksаnаkаn dеngаn tujuаn mеmеnuhi kеbutuhаn wisаtаwаn. Pеmеrintаh dаеrаh

mеlаlui Disbudpаrporа mеmiliki pеrаn dаlаm pеngimplеmеntаsiаn kеbijаkаn

pеngеmbаngаn Pulаu Gili Noko yаng mеnitikbеrаtkаn pаdа pеningkаtаn kеsеjаhtеrааn

sеrtа еkonomi mаsyаrаkаt. Kеbijаkаn pеngеmbаngаn wisаtа di Pulаu Bаwеаn

khususnyа di Pulаu Gili Noko dihаrаpkаn mаmpu mеmbеrikаn kontribusi yаng bаik

dаlаm tеrbukаnyа mаtа pеncаhаriаn bаru bаgi mаsyаrаkаt Pulаu Gili yаng sааt ini

sеbаgiаn bеsаr mаsih bеrmаtа pеncаhаriаn sеbаgаi nеlаyаn sеpеrti mаsyаrаkаt pеsisir

pаdа umumnyа. Kеbijаkаn tеrsеbut sudаh dirаsаkаn olеh mаsyаrаkаt contohnyа sаjа

mаsyаrаkаt yаng mеmiliki mаtа pеncаhаriаn bаru sеbаgаi jаsа аngkut bеrupа kаpаl

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

13

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

wisаtа. Pеmеrintаh dаеrаh mеlаlui Disbudpаrporа mеmbеrikаn wеwеnаng kеpаdа

pеrаngkаt dеsа untuk mеmbuаt pеrаturаn dаlаm mеngаtur kеgiаtаn pаriwisаtа di Pulаu

Gili Noko dаlаm bеntuk pеrаturаn dеsа. Pеmbеriаn wеwеnаng tеrsеbut didаsаri kаrеnа

Disbudpаrporа mеngаnggаp bаhwа mаsyаrаkаt yаng lеbih tаhu аkаn kondisi yаng аdа

di Pulаu Bаwеаn khususnyа Pulаu Gili Noko sеhinggа Disbudpаrporа tidаk ingin

mеmbаtаsi mаsyаrаkаt di Pulаu Gili Noko dаlаm mеlаkukаn pеngеmbаngаn dеngаn

mеmbuаt pеrаturаn-pеrаturаn yаng ditеtаpkаn olеh Disbudpаrporа. Bеrdаsаrkаn kondisi

sааt ini pеrаturаn pаriwisаtа yаng sudаh аdа аdаlаh mеngеnаi pеnеtаpаn tаrif kаpаl dаn

jugа pеrаturаn untuk wisаtаwаn yаng diwаjibkаn untuk mеnggunаkаn аlаt kеsеlаmаtаn

kеtikа mеnаiki kаpаl. Sеhinggа dаpаt disimpulkаn bаhwа pеrаn Disbudpаrporа dаlаm

mеlаkukаn pеmbuаtаn pеrаturаn-pеrаturаn pаriwisаtа di Pulаu Gili Noko dеngаn cаrа

mеmbеrikаn kеwеnаngаn lаngsung kе mаsyаrаkаt.

I.2. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, peneliti berfokus untuk

mengkaji obyek wisata Pulau Gili Noko untuk itu, rumusan masalahnya adalah.

Bagaimana pengembangan obyek wisata yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan

masyarakat sekitar pantai Gili Noko ?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh

pihak pemerintah dan masyarakat sekitar Pulau Gili Noko dalam mengembangkan

obyek wisata pantai di pulau Gili Noko Bawean.

I. 4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang diantaranya sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis sebagai bahan kajian dalam

mengembangkan Antropologi Pariwisata. Selain itu, untuk menambah pengetahuan

tentang pengembangan obyek wisata pantai di Pulau Gili Noko Bawean serta

Page 14: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

14

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

manfaatnya terutama bagi masyarakat sekitarnya. Penelitian ini juga bisa dijadikan

sumbangan referensi atau pemikiran untuk bahan pertimbangan penelitian selajutnya.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan masukan kepada semua pihak terkait dalam pengembangan

obyek wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Pariwisata

Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta terdiri

atas dua suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari artinya semua, seluruh, dan penuh.

Sedangkan wisata artinya perjalanan. Jika digabungkan pariwisata adalah perjalanan

penuh, berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah ke suatu tempat dan kembali

ke tempat tinggal aslinya.

Pariwisata menurut Soekadijo adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang

berhubungan dengan wisatawan. Semua kegiatan yang berkaitan dengan wisatawan

mulai dari hotel, cinderamata, cagar budaya, transportasi dan sebagainya itu bisa

dikatakan sebagai kegiatan pariwisata selama kegiatan-kegiatan itu bisa mendatangkan

para wisatawan untuk datang (Soekadijo, 1997:2). Sedangkan A.J. Burkart dan

S.Mendlik menyatakan bahwa “Tourism, past, present and future”, berbunyi pariwisata

berarti perpindahan orang sementara waktu dalam waktu pendek dengan tujuan-tujuan

di luar tempat tinggal mereka dan bukan urusan bekerja, dan melakukan kegiatan-

kegiatan selama mereka di tempat tujuan tersebut (Soekadijo, 1997:3).

Menurut Mardiyono et al 2014 dalam Yoeti (1996, h 170), wisatawan adalah

orang yang melakukan perjalanan sementara waktu ke tempat atau daerah yang belum

pernah dikunjungi dan masih asing baginya.

1.5.2. Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengertian pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia, memberikan definisi pengembangan adalah cara atau hasil kerja

mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti, memajukan, membuka dan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

15

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

bertambah baik. Ada dua pedoman umum untuk suatu organisasi pariwisata yang baik.

Yaitu harus terjalinnya kerjasama dan koordinasi diantara :

1) Para pejabat yang duduk dalam organisasi baik tingkat nasioanl, propinsi

dan lokal

2) Para pengusaha yang bergerak dalam industri pariwisata seperti usaha

penginapan, usaha transportasi, usaha cinderamata, sektor hiburan, lembaga

keuangan pariwisata, dan usaha pedagang.

3) Organisasi yang tidak mencarai untung yang erat kaitanya dengan

pariwisata (misalnya klub-klub wisata dan klub mobil).

4) Asosiasi profesi dalam pariwisata. (Wahab, 1997:267).

Menurut James J. Spillane (1994: 63-72) suatu obyek wisata atau destination,

terdapat lima unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati

perjalanannya, maka obyek wisata harus meliputi :

1. Attractions

Menurut pengertiannya attractions mampu menarik wisatawan yang

ingin mengunjunginya. Tujuan wisatawan untuk mengunjungi suatu

tempat tujuan adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa

kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi

karena ciri- ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan

adalah :

a) Keindahan alam

b) Iklim dan cuaca

c) Kebudayaan

d) Sejarah

e) Ethnicity-sifat kesukaan

f) Accesbility-kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat

tertentu.

2. Facility

Page 16: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

16

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Fasilitas cenderung berorientasi pada attractions disuatu lokasi karena

fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung

bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat

yang sama atau sesudah attractions berkembang. Suatu attractions juga

dapat merupakan fasilitas. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung

kebutuhan wisatawan. Seperti fasilitas harus cocok dengan kualitas dan

harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan

kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat

tersebut.

3. Infrastructure

Attractions dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum

ada infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di

bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah. Yang termasuk

infrastruktur penting dalam pariwisata adalah :

a) Sistem pengairan/air

Kualitas air yang cukup sangat esensial atau sangat diperlukan.

Seperti penginapan membutuhkan 350 sampai 400 galon air per

kamar per hari.

b) Sumber listrik dan energi

Suatu pertimbangan yang penting adalah penawar tenaga energi

yang tersedia pada jam pemakaian yang paling tinggi atau jam

puncak (peak hours). Ini diperlukan supaya pelayanan yang

ditawarkan terus menerus.

c) Jaringan komunikasi

Walaupun banyak wisatawan ingin melarikan diri dari situasi biasa

yang penuh dengan ketegangan, sebagian masih membutuhkan jasa-

jasa telepon dan/atau telegram yang tersedia.

d) Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air

Page 17: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

17

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Kebutuhan air untuk pembuangan kotoran memerlukan kira-kira 90

% dari permintaan akan air. Jaringan saluran harus didesain

berdasarkan permintaan puncak atau permintaan maksimal.

e) Jasa-jasa kesehatan

Jasa kesehatan yang tersedia akan tergantung pada jumlah tamu yang

diharapkan, umumnya, jenis kegiatan yang dilakukan atau faktor-

faktor geografis lokal.

f) Jalan-jalan/jalan raya

Ada beberapa cara membuat jalan raya lebih menarik bagi

wisatawan :

1. Menyediakan pemandangan yang luas dari alam semesta

2. Membuat jalan yang naik turun untuk variasi pemandangan

3. Mengembangkan tempat dengan pemandangan yang indah

4. Membuat jalan raya dengan dua arah yang terpisah tetapi sesuai

dengan keadaan tanah

5. Memilih pohon yang tidak terlalu lebat supaya masih ada

pemandangan yang indah.

4. Transportation

Ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang dapat

menjadi semacam pedoman termasuk :

a) Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan

pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua

penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.

b) Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah

kriminalitas.

c) Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan

simbol-simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua bandara

udara.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

18

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

d) Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi

pelayanan pengangkutan lain yang dapat dihubungi diterminal

termasuk jadwal dan tarif.

e) Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan

atau kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau

telepon.

f) Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.

g) Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan

pelayanan pengangkutan lokal.

h) Peta kota harus tersedia bagi penumpang.

5. Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka

kenal maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya

wisatawan asing.

Menurut Hari Lubis dan Martani Huseini, didalam sebuah organisasi

melakukan pertumbuhan melalui pengembangan, menurut para ahli ada

alasan mengapa melakukan pertumbuhan dalam organisasi yaitu :

1) Keinginan untuk menjadi lengkap (organizational self-realization)

Para pimpinan organisasi umumnya memiliki keinginan agar organisasi

menjadi lebih lengkap, mempunyai kegiatan yang lebih luas, dan mampu

mencapai kemajuan Konsumen juga menginginkan kebutuhannya dapat

dipenuhi oleh satu perusahaan. Para pimpinan menjadi tertantang untuk

melakukan setiap tantangan. Itu menyebabkan organisasi mengalami

pertumbuhan.

2) Mobilitas para eksekutif

Page 19: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

19

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Organisasi yang mengalami pertumbuhan merupakan tempat bekerja

yang menarik bagi para eksekutif. Pertumbuhan akan memberikan

tantangan bagi para eksekutif, maupun kesempatan untuk maju. Hal ini

menyebabkan organisasi selalu ingin tumbuh.

3) Faktor ekonomi

Pertumbuhan organisasi mampu membawa berbagai jenis keuntungan

finansial. Volume produksi yang tinggi menyebabkan ongkos-ongkos

dapat berkurang karena skala ekonomis dapat dicapai atau dilampaui.

4) Kemampuan menjaga kelangsungan hidup (survival)

Oka A. Yoeti (1997: 13-14) mengungkapkan beberapa prinsip

perencanaan pariwisata :

a) perencanaan pengembangan kepariwisataan haruslah merupakan satu

kesatuan dengan pembangunan regional atau nasioanl dari

pembangunan perekonomian negara. Karena itu perencanaan

pembangunan kepariwisataan hendaknya termasuk dalam kerangka

kerja dari pembangunan

b) Perencanaan pengembangan kepariwisataan menghendaki

pendekatan terpadu dengan sektor-sektor lainya yang banyak

berkaitan dengan bidang kepariwisataan.

c) Perencanaan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah

haruslah dibawa koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara

keseluruhan.

d) Perencanaan suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus pula

berdasakan suatu studi yang khsusus dibuat untuk itu dengan

memperhatikan perlindungan teradap lingkungan alam dan budaya di

daerah sekitar.

e) Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus

didasarkan atas penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam

Page 20: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

20

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

sekitar dengan memperhatikan faktor geografis yang lebih luas dan

tidak meninjau dari segi administrasi saja.

f) Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan

kepariwisataan pada suatu daerah harus memperhatiakan faktor

ekologi daerah yang bersangkutan.

g) Perencanaan pengembangan kepariwisataan tidak hanya

memperhatikan masalah dari segi ekonomi saja, tetapi tidak kalah

petingnya memperhatikan masalah sosial yang mungkin ditimbulkan.

h) Pada masa-masa yang akan datang jam kerja para buruh dan

karyawan akan semakin singkat dan waktu senggangnya akan

semakin pajang, karena itu dalam perencanaan pariwisata khususnya

di daerah yang dekat dengan industri perlu diperhatikan pengadaan

fasilitas rekreasi dan hiburan disekitar daerah yang disebut sebagai

pre-urban.

i) Pariwisata walau bagaimana bentuknya, tujuan pembangunan tidak

lain untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak tanpa

membedakan ras, agama, dan bahasa, karena itu pengembangan

pariwisata perlu pula meperhatikan kemungkinan peningkatan

kerjasama bangsa-bangsa lain yang saling mengutungkan.

Untuk pengembangan ini dilakukan pendekatan-pendekatan

dengan organisasi pariwisata yang ada (pemerintah dan swasta) dan

pihak-pihak terkait yang diharapkan dapat mendukung kelangsungan

pembangunan pariwisata didaerah itu. Dalam hal ini kiranya

dibutuhkan perumusan yang cermat dan diambil kata sepakat, apa

yang menjadi kewajiban pihak pemerintah dan mana yang

merupakan tanggung jawab pihak swasta, sehingga dalam

pengembangan selanjutnya tidak terjadi penanggungan yang

tumpang tindih yang bisa menimbulkan perbedaan antara yang satu

dengan yang lainnya.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

21

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Dalam bukunya Oka A. Yoeti (1997: 2-3), pengembangan pariwisata ini ada

beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Wisatawan (Tourist)

Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana

mereka datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan

perjalanan.

2. Transpotasi

Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang

tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang

dituju.

3. Atraksi/ obyek wisata

Bagaimana obyek wisata dan atraksi yang akan dijual, apakah

memenuhi tiga syarat berikut, apa yang dapat dilihat, apa yang

dilakukan dan apa yang dapat dibeli di DTW yang dikunjungi.

4. Fasilitas pelayanan

Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana

akomodasi perhotelan yang ada, restoan, pelayanan umum seperti

Bank/money changers, kantor pos, telepon/teleks di DTW yang akan

dikunjungi wisatawan.

5. Informasi dan promosi

Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana

leaflets/ brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap

paket wisata dan wisatawan cepat mengambil keputusan.

Bagan dibawah ini akan menjelaskan bagaimana pelayanan

kepada wisatawan dengan semua fasilitas yang memungkinkan untuk

melakukan perjalanan wisata.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

22

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

BAGAN 1

WISATAWAN DAN FASILITAS YANG DIPERLUKAN

WISATAWAN

Fasilitas yang diperlukan akomodasi perhotelan, restoran dan rumah makan

lainya, pelayanan pos, telepon, bank, listrik, shopping center. Sumber : Oka A. Yoeti

(1997: 31).

Pengembangan pariwisata ini tidak lepas dari peran organisasi kepariwisataan

pemerintah, seperti Dinas Pariwisata yang mempunyai tugas dan wewenang serta

kewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan aset negara yang berupa obyek

wisata. Sebagaimana suatu organisasi yang diberi wewenang dalam pengembangan

pariwisata diwilayahnya, ia harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

23

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada

umumnya :

1. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahnya dengan

segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.

2. Melakukan koordinasi diantara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi

dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri

pariwisata.

3. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang banyak,

sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata

dikembangkan sebagai suatu industri.

4. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk

wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai

pasaran diwaktu-waktu yang akan datang.

5. Menyediakan semua perlengkapan dan fasilitas untuk kegiatan pemasaran

pariwisata, sehingga dapat diatur strategi pemasaran keseluruh wilayah.

6. Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana. (Yoeti,

1997: 48)

Oleh karena itu peranan organisasi kepariwisataan pemerintah disini Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan

pariwisata disuatu daerah. Selain itu perlu pula disiapkan beberapa hal, seperti sumber

daya yang ada, mempersiapkan masyarakatnya serta kesiapan sarana penunjang lainnya,

karena bagaimanapun juga wisatawan menghendaki pelayanan yang memuaskan.

Berdasarkan pengertian pengembangan dan obyek wisata diatas, pengembangan

obyek wisata dapat diartikan usaha atau cara untuk membuat jadi lebih baik segala

sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia sehingga semakin menimbulkan

perasaan senang dengan demikian akan menarik wisatawan untuk berkunjung. Gamal

Page 24: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

24

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Suwantoro (1997: 57) menulis mengenai pola kebijakan pengembangan obyek wisata

yang meliputi :

a) Prioritas pengembangan obyek

b) Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan

c) Memungkinkan kegiatan penunjang pengembangan obyek wisata

I.6. Metode Penelitian

Penelitian membantu peneliti untuk memecahkan masalah secara terstuktur atas

permasalahan yang diajukan. Metode penelitian merupakan urutan kerja yang harus

dilakukan dalam melaksanakan penelitian termasuk alat-alat apa yang dipergunakan

untuk mengukur maupun mengumpulkan data dan cara untuk melakukan penelitian di

lapangan (Nasir, 1998: 5). Sedangkan menurut Winarno (2004: 131), metode

merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, seperti untuk mengkaji

rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa metode

penelitian merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam sebuah penelitian. Ketelitian

peneliti harus dimiliki dan sangat diperlukan dalam menentukan suatu metode

penelitian.

Penelitian yang digunakan peneliti pada topik “strategi pengembangan obyek

wisata pantai di Pulau Gili Noko Bawean” ini menggunakan metode kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat di amati (Moleong, 2012: 4). Penelitian kualitatif terkait dengan jenis data yang

dikumpulkan. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian kualitatif menunjukkan

perbedaan dengan penelitian kuantitatif.

Menurut Lofland dalam Moleong (2005) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan berupa

dokumen dan lain-lain. Penelitian kualitatif menjadikan informan sebagai subyek yang

diamati dan dimintai informasi melalui wawancara.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

25

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Selain itu manusia juga berperan sebagai instrumen penelitian. Instrumen

penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kejadian alam

maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2006: 102). Peneliti sendiri atau dengan

bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Peneliti selain sebagai

perencana yang menetapkan fokus, memilih informan, sebagai pelaksana pengumpul

data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan sementara di lapangan tanpa dibuat-

buat, sesuai realitas. Ciri-ciri peneliti sebagai instrument mencakup segi responsive,

menyesuaikan diri (adaptif), menekankan keutuhan, mendasarkan diri pada

pengetahuan, memproses dan merespon Moleong (2005).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dan

metode studi kasus (case study). Etnografi merupakan satu pekerjaan menggambar atau

mendeskripsikan suatu kebudayaan dalam suatu masyarakat. Menurut Malinowski,

tujuan utama dari etnografi yakni memahami sudut pandang hidup dari penduduk asli

(Spradley, 1997: 5).

Selain metode deskriptif kualitatif, penelitian ini menggunakan metode studi

kasus (case study), dimana Studi kasus sendiri adalah analisis deskriptif dan juga

eksploratif dari kelompok, perorangan atau suatu peristiwa. Kesatuan sistem ini dapat

berupa kegiatan, peristiwa, atau kelompok individu tertentu yang terikat oleh tempat,

waktu atau ikatan-ikatan tertentu (Sialana, 2006: 73). Sehingga dalam penelitian ini

peneliti berusaha melihat faktor-faktor budaya di pulau Gili Noko yang memilih

mengembangkan pariwisata dengan cara mereka sendiri untuk mencukupi kehidupan

sehari-hari beserta kendala yang dihadapi dan strategi yang dilakukan mereka. Peneliti

langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat sehingga segala permasalahan

mereka terkait budaya pariwisata dapat diketahui dan dipahami peneliti secara langsung

dan jelas.

1.6.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pengembangan obyek

wisata pantai di Pulau Gili Noko Bawean, yang terletak di Desa Sidogedungbatu,

Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik. Pulau Gili Noko dijadikan sebagai tempat

Page 26: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

26

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

penelitian karena Pulau Gili Noko merupakan wisata alam yang masih dikunjungi

wisatawan di saat musim libur lebaran saja sekaligus yang menjadi salah satu tempat

wisata alam andalan di Pulau Bawean. Pulau Gili Noko sendiri letaknya terpisah dengan

pusat Desa Sidogedungbatu. Lokasi Pulau Gili Noko dipilih karena merupakan tempat

wisata alam di Bawean yang masih sepi pengunjung. Pusat kegiatan wisata yang ada di

Gili Noko diantaranya seperti penyewaan perahu, penyewaan alat snorkelling,

tersedianya penginapan, dan aktifitas berdagang. Berbagai keunggulan aktifitas wisata

serta berbagai fenomena yang ada di Desa Sidogedungbatu, peneliti menetapkan lokasi

penelitian dan dirasa sangat tepat digunakan untuk melakukan penelitian dengan judul

Pengembangan Obyek Wisata Pantai di Pulau Gili Noko Bawean.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Guna memastikan keakuratan data dan informasi yang diperoleh dari penelitian

lapangan, maka diperlukan adanya suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Salah

satu fungsi pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk

memastikan kebenaran data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Berikut

teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian ini melakukan pencarian data dengan cara observasi dan wawancara

mendalam untuk mendapatkan data utama dalam penelitian ini. Dikarenakan penelitian

ini menggunakan metode kualitatif, data ini didapatkan dengan cara observasi dan

wawancara mendalam. Sebelum mencari data, peneliti melakukan perizinan secara

formal ke berbagai pihak, dengan cara mengirim surat perizinan untuk melakukan

penelitian kepada pemerintah daerah di dinas pariwisata budaya Gresik dan kantor Desa

Sidogedungbatu yang menjadi lokasi utama penelitian. Perizinan ini dilakukan peneliti

karena sebagai syarat wajib untuk bisa melakukan penelitian secara legal. Setelah proses

perizinan selesai tahap selanjutnya adalah menggali data, ada tahap-tahap dalam

mencari data diantaranya adalah:

Page 27: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

27

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

1.6.2.1. Pengamatan (observasi)

Teknik pengumpulan data berupa pengamatan (observasi)

merupakan senjata utama dalam penelitian kualitatif. Dalam tulisannya

Harsja W. Bachtiar mengatakan bahwa dalam usaha pengembangan

pengetahuan ilmiah mengenai segala sesuatu yang diwujudkan oleh alam

semesta, pengamatan merupakan metode yang pertama-tama digunakan

dalam melakukan penelitian ilmiah (Bachtiar, Harsja dalam

Koentjaraningrat, 1976:109).

Dalam tulisannya Moleong (Moleong, 2012:176),

mengklasifikasikan pengamatan ke dalam dua bentuk pengamatan, yaitu

pengamatan dengan cara menggunakan peranserta dan pengamatan tanpa

menggunakan peranserta. Pada pengamatan dengan cara peranserta,

seorang pengamat melakukan kegiatan pengamatan dengan memiliki dua

peranan dalam satu waktu. Pertama, seorang pengamat melakukan

kegiatan pengamatan (observasi) terhadap penelitian yang didalamnya

sekaligus pengamat berperan menjadi bagian dari objek yang diamatinya.

Sedangkan, pada pengamatan tanpa menggunakan peranserta tugas

seorang pengamat hanya mengamati (observasi) terhadap objek yang

akan diteliti olehnya. Teknik pengumpulan data berupa pengamatan

lapangan membuat seorang peneliti dapat melakukan kegiatan

pengamatan secara langsung terhadap objek kajian dari penelitiannya

kemudian menuangkan hasil pengamatan tersebut ke dalam sebuah

tulisan sehingga diperoleh data-data yang akurat dan relevan mengenai

topik permasalahan penelitian yang sedang didalami.

proses observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan

kunjungan langsung di lokasi penelitian. Pengamatan dilakukan oleh

peneliti ke lokasi penelitian juga bertepatan saat ada kegiatan KKN pada

bulan Juli 2019 di Bawean, hal pertama yang diamati yaitu respon salah

satu pengelola sekaligus sebagai sopir perahu ketika ada wisatawan yang

Page 28: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

28

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

datang, waktu itu peneliti langsung mulai percakapan dan menanyakan

seputar perkembangan Gili Noko. observasi pertama peneliti

menemukan pola kerja pengelola dalam mengembangkan destinasi

wisata yang ada di Gili Noko.

Berikutnya peneliti melakukan pengamatan terhadap pedagang

yang ada di Noko, dengan berperan sebagai pembeli di salah satu warung

di Noko. peneliti berusaha menjalin rapot dengan pemilik warung

sekaligus mengamati mengenai kondisi aktifitas berdagang. Dari

pengamatan tersebut peneliti mengetahui pola kerja yang dilakukan

setiap harinya.

Selanjutnya peneliti berpindah ke tempat penyeberangan

perbatasan Dusun, yang menjadi titik pusat aktifitas masyarakat dari

Desa Sidogedungbatu menuju ke Gili Noko ataupun sebaliknya. Peneliti

mengamati kegiatan masyarakat dan sopir perahu. Peneliti mengambil

gambar berupa foto saat pengamatan dengan kamera handphone. Selain

itu, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap beberapa warga yang

memiliki usaha penginapan.

Dalam penggalian data yang dilakukan pada bulan juli 2019

selama kurang lebih 10 hari peneliti menemukan beberapa fakta terkait

pola pengembangan destinasi wisata yang dilakukan oleh pihak

pengelola, pihak pemerintah, dan peran serta masyarakat lokal

didalamnya. Data tersebut diperoleh saat wawancara dengan beberapa

informan. Peneliti menemukan beberapa fakta terkit strategi

pengembangan desnitasi wisata yang ada di Gili Noko.

Pengamatan dari pihak pengelola yang didapatkan melalui

wawancara langsung dengan anggota POKMASWAS (Kelompok

Masyarakat Sadar Wisata) mengatakan bahwa wisata di Gili Noko

tersebut masih bersifat musiman, dalam artian tempat tersebut tidak

Page 29: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

29

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

dikunjungi wisatawan secara rutin. Hal itu, dikarenakan kurangnya

fasilitas transportasi untuk menuju ke Gili Noko yang masih bergantung

pada kondisi alam, dalam artian untuk wisatawan yang dari luar Bawean

jika berwisata ke Gili Noko harus melihat kondisi ombak sebelum

bepergian, selain itu juga transportasi laut, dan udara juga tidak

beroperasi setiap hari. Hal tersebut yang menyebabkan para wisatawan

yang dari luar Bawean masih enggan untuk berkunjung ke Gili Noko

dengan alasan tidak ada waktu panjang untuk berlibur. Selain itu pihak

pengelola tidak melakukan promosi ke luar melalui media online ataupun

offline. Penjelasan pihak pengelola juga mengatakan bahwa minimnya

dana yang diperoleh dari pihak pemerintah ataupun hasil penjulan tiket

masih kurang untuk melakukan perawatan sehingga pantai Noko selayar

masih kotor dan beberapa fasilitas didalamnya tidak berfungsi, seperti

kamar mandi, kolam ikan, dan tempat cuci tangan.

Peneliti bergeser ke pihak pemerintah yaitu Dinas Budaya dan

Pariwisata Pulau Bawean, data yang diperoleh peneliti melalui

wawancara secara langsung bersama salah satu staf disana. Dari hasil

wawancara tersebut peneliti menemukan data mengenai strategi

pengembangan yang dilakukan pihak pemerintah dalam

mengembangkan destinasi wisata yang ada di Pulau Bawean, terutama di

Gili Noko. Destinasi wisata yang ada di Bawean muncul ketika

masyarakat lokal awalnya membuka sendiri potensi lingkungan mereka

untuk dijadikan sebagai tempat wisata yang kemudian dikunjungi warga

Bawean sendiri secara rutin dan merambah ke luar Bawean, disitu

pemerintah mulai hadir untuk melihat potensi apa yang mereka suguhkan

dan berikan terhadap wisatawan ketika berwisata disana, dan juga

pemerintah memberikan bantuan berupa fasilitas-fasilitas yang

diperlukan untuk menunjang kegiatan pariwisata. Setelah pemerintah

hadir memberikan fasilitas dan melakukan promosi ke luar Bawean maka

Page 30: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

30

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

untuk mempermudah pengawasan pihak pemerintah membentuk

kelompok POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) yang didalamnya

adalah anggota kepercayaan untuk membantu mengelola wisata yang

sudah mereka kembangkan disetiap daerah masing-masing. Tugas

daripada POKDARWIS adalah mengembangkan destinasi wisata di

lingkungan masing-masing, melakukan perawatan fasilitas yang sudah

diberikan, merawat tempat wisata agar tetap terjaga kebersihan dan

keindahanya, dan juga melakukan promosi melalui media sosial.

Pengamatan selajutnya dilakukan oleh peneliti dengan beberapa

masyarakat lokal yang membuka usaha untuk menunjang kegiatan

pariwisata, seperti pemilik perahu, pemilik home stay, pengrajin

souvenir, dan pedagang. Pertama kali yang dilakukan oleh peneliti dalam

mengamati aktivitas perdagangan dengan berperan sebagai pembeli di

salah satu warung yang ada di Gili. Sembari berusaha menjalin rapot

dengan pemilik warung, peneliti melakukan pengamatan mengenai

kondisi aktivitas pedagang yang ada di Gili. Dari pengamatan yang

dilakukan kepada subjek pedagang peneliti mulai memahami pola kerja

yang mereka lakukan setiap harinya.

Peneliti juga menggunakan handphone sebagai alat bantu untuk

merekam dan mengambil gambar/foto yang digunakan peneliti untuk

mengetahui kejadian di lokasi penelitian, selain itu sebagai data

pendukung dalam penelitian Pengembangan Obyek Wisata Pantai di

Pulau Gili Noko Bawean. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk

melihat kebenaran data yang diutarakan informan saat wawancara,

misalnya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat akan berbeda ketika

ada moment acara tertentu salah satunya saat libur hari raya idul fitri

dengan aktivitas pada hari biasa.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

31

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

1.6.2.2. Wawancara

Teknik pengumpulan data selanjutnya yang digunakan dalam

penelitian kualitatif dalam tulisan ini setelah pengamatan adalah

wawancara. Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data yang

dilakukan dalam rangka memperdalam tingkat kevalidan dan keakuratan

sebuah data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan pengamatan

(observasi) lapangan sebelumya dalam mendukung kelancaran proses

berjalannya suatu kegiatan penelitian lapangan.

Dalam tulisannya yang membahas mengenai metode wawancara

Koentjaraningrat menjelaskan bahwa wawancara merupakan suatu

pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 1976:129).

Dalam tulisannya (Paul, 1953:441-442 dalam Koentjaraningrat,

1976:129) juga memberikan penjelasan peran penting kegiatan

wawancara untuk dilakukan dalam penelitian kualitatif sebagai sarana

teknik pengumpulan data yang mendukung untuk mengisi kelowongan

atau kekosongan data yang tidak bisa diperoleh dari kegiatan

pengamatan (observasi) lapangan karena alasan akademis tertentu.

Didalam wawancara terdapat dua unsur utama yang menjadi

prasyarat agar kegiatan wawancara dapat terlaksana, yaitu pewawancara

dan terwawancara. Pewawancara adalah seseorang yang mengajukan

pertanyaan mengenai suatu persoalan sedangkan terwawancara adalah

objek yang menjawab suatu persoalan yang dipertanyakan oleh

pewawancara. Dalam proses selanjutnya (wawancara) pewawancara dan

terwawancara terlibat dalam suatu perbincangan yang membahas

mengenai persoalan tertentu yang telah diajukan ke dalam bentuk

pertanyaan oleh pewawancara (Moleong, 2012:186).

Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara bertemu

langsung dengan informan. Hal itu dilakukan dengan cara memberikan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

32

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

pertanyaan sesuai dengan poin-poin dari pedoman wawancara. Setelah

itu peneliti mengembangkan sendiri saat melakukan kegiatan wawancara

dengan informan.

Wawancara yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan

dengan cara bertatap muka secara langsung kepada informan, semua itu

dilakukan oleh peneliti ditempat sesuai perjanjian yang sudah disepakati.

Biasanya permintaan informan langsung datang kerumah, toko, atau

langsung dijalan, peneliti melakukan wawancara secara kondisional

tergantung di lapangan. Untuk membantu proses wawancara peneliti

menggunakan alat bantu seperti buku catatan dan handphone sebagai

catatan dan alat perekam. Semua alat tersebut berfungsi untuk

menyimpan dan merekam hasil data wawancara bersama informan untuk

memudahkan menyimpan hasil data.

Proses penggalian data wawancara dilakukan oleh peneliti

dilakukan mulai tanggal 11 Juli sampai 14 Juli 2020. Berikut tahap-tahap

yang dilakukan oleh peneliti saat wawancara dengan narasumber :

1. Tanggal 11 Juli 2020 pukul 18.23 wawancara dengan tetua

adat Gili bapak Badir 51 tahun di rumah informan

2. Tanggal 11 Juli 2020 pukul 10.12 wawancara dengan penjual

kuliner ibu Susi 54 tahun di rumah informan

3. Tanggal 12 Juli 2020 pukul 12.16 wawancara dengan penjual

jajan dan minuman bapak Komar 54 tahun di rumah informan

4. Tanggal 13 Juli 2020 pukul 11.13 wawancara dengan

penjual kerajinan ibu Tini 37 tahun di toko informan

5. Tanggal 13 Juli 2020 pukul 14.07 wawancara dengan ketua

POKDARWIS bapak Anton 43 tahun rumah informan

6. Tanggal 13 Juli 2020 pukul 15.37 wawancara dengan pemilik

perahu bapak Kamal 53 tahun di rumah informan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

33

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

7. Tanggal 14 Juli 2020 pukul 08.11 wawancara dengan salah

satu pihak Dinas Pariwisata Budaya Gresik bapak Darso 33

tahun di kantor Dinas Pariwisata Budaya Gresik

8. Tanggal 14 Juli 2020 pukul 16.09 wawancara dengan

masyarakat lokal bapak Yoyok 35 tahun di rumah informan

9. Tanggal 14 Juli 2020 pukul 11.00 wawancara dengan kepala

Desa Sidogedungbatu bapak Budi 55 tahun di balai Desa.

10. Tanggal 23 Juli 2020 pukul 16.09 wawancara dengan

pengunjung asli bawean Yogi 22 tahun secara online.

Selama melakukan proses wawancara peneliti mengalami

kendala, yaitu dari informan pengunjung tidak dapat menemukan di

lokasi destinasi dikarenakan tidak musim liburan dan saat itu musim

pandemi covid-19. Oleh karena itu peneliti melakukan wawancara secara

online dengan pengunjung. Saat proses wawancara dengan informan juga

ada yang dilakukan saat malam hari, hal itu menjadi kendala bagi

peneliti dikarenakan kondisi desa yang tidak ada listrik. Sebagian

informan juga tidak bisa diwawancara saat bertemu dan harus janjian

dahulu karena mereka melaut dan berlayar di desa lain maka salah satu

cara peneliti melakukan janji dan menunggu informan pulang layar.

Minimnya listrik disana membuat peneliti berusaha membuat janji

dengan narasumber saat siang dan sore hari, ketika harus melakukan

wawancara di malam hari dan tidak ada penerangan tetap berjalan.

Sebagai peneliti harus menerima permintaan dari informan dikarenakan

hal tersebut termasuk kode etik dalam penelitian untuk memberikan hak-

hak dan kepentingan informan dengan nyaman (Spradley, 2007:53).

1.6.2.3. Teknik Pemilihan Informan

Menurut Moleong (2010: 132) subjek penelitian merupakan

informan. Informan adalah orang pada latar penelitian yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

Page 34: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

34

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

latar penelitian. Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki ketika

memilih informan menurut Spradley (1997), yaitu:

1. Penelitian ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan

informasi yang sangat melekat dengan dirinya atau sudah di

luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan. Subjek yang

telah lama hidup dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan

atau lokasi aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian

2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan

dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu untuk dimintai

informasi.

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung

diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih

lugu dalam memberikan informasi.

Menurut Spradley (1997), etnografer bekerja sama dengan

informan untuk menghasilkan sebuah deskripsi kebudayaan. Informan

merupakan pembicara asli (native speaker) dan bahasa yang digunakan

menggunakan dialeknya sendiri Penentuan informan pada penelitian ini

dilakukan dengan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009: 300),

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu, misalnya informan tersebut orang yang

paling tahu tentang apa yang kita teliti. Sedangkan Burhan Bungin

menyatakan bahwa prosedur sampling yang paling penting adalah

snowball sampling menentukan informan kunci (key informan) atau

situasi sosial tertentu yang terdapat informasi. Dari key informan ini

peneliti mendapatkan petunjuk untuk mendapatkan data pada informan

yang ditunjukan olehnya (Bungin, 2012: 53).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

35

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Sebagai peneliti dalam melakukan penelitian harus bisa membaca

situasi yang ada, misalnya ketika mendapatkan informan seorang nenek

atau orang yang sudah tua, peneliti juga harus bisa menempatkan diri

dengan berperilaku sopan. Dengan begitu peneliti dapat mejalin raport

dengan baik dan mendapatkan informasi yang akurat. Di sini menurut

Spradley (1997: 67) peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan,

lalu mendengarkan (bukan memotong pembicaraan), dan mengambil

sikap pasif (bukan sifat tegas).

Dalam wawancara etnografi, peneliti dapat mendefinisikan lima

persyaratan untuk memilih informan yang baik, yaitu: enkulturasi penuh,

keterlibatan lansung, suasana budaya yang tidak dikenal, waktu yang

cukup, dan non-analitis. Tapi ketika di lapangan membutuhkan banyak

informan yang berbeda akan menemukan beberapa infoman yang tidak

memenuhi kelima syarat itu. Sebagai seorang antropolog harus sudah

terampil dalam menyikapinya. Tapi dalam hal ini peneliti harus

mengusahakan memilih informan yang memiliki kelima syarat tersebut.

Berikut penjelasan lima syarat dalam memilih informan menurut

Spradley (1997: 68-77)

1) Enkulturasi Penuh

Informan yang baik adalah yang mengetahui secara baik

budayanya. dan informan yang baik juga akan mengetahui

budaya mereka dengan begitu baik tanpa harus memikirkannya.

Beberapa budaya juga dapat dipelajari melalui instruksi formal

dan informal, melalui pengalaman kerja. Informan yang baik juga

orang yang sudah mempunyai pengalaman dibidangnya selama

bertahun-tahun.

2) Keterlibatan Penuh

Page 36: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

36

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Disini ketika seseorang terlibat dalam suasana budaya, ia

menggunakan pengetahuanya untuk membimbing tindakanya.

Selain itu, juga melihat hal-hal yang diketahuinya dan

menerapkanya setiap hari. Etnografer harus melihat secara cermat

keterlibatan langsung yang dialami oleh calon informan. Ketika

seorang etnogarfer memutuskan untuk mencari informan seorang

gelandangan mereka berarti juga harus menghabiskan waktunya

di jalanan seperti seorang gelandangan.

3) Suasana Budaya Yang Tidak Di Kenal

Disini ketika seorang etnografer mempelajari informan

yang tidak dikenalnya, maka ketidaktahuan itu membuat peneliti

menahan etnosentrisnya dan menerima berbagai hal budaya yang

diteliti sebagaimana adanya. Di masyarakat perkotaan ada berapa

kebudayaan yang dikenal oleh etnografer, tapi buat orang lain

tampak asing. Suasana itu biasanya ada di budaya keluarga yang

masih mempertahankan adat tradisional mereka dan berbicara

menggunakan bahasa mereka.

Permasalahan muncul kembali ketika melakukan analisis

data lapangan. Analisis data merupakan hal yang sulit. Akhirnya

budaya yang tidak dikenal membuat berbagai masalah dalam

wawancara. Ketika peneliti berusaha mempelajari budaya

informan, informan juga membaca pikiran peneliti apa aja yang

peneliti tahu tentang mereka. Jika informan tahu latar belakang

peneliti bahwa pertanyaan tersebut sudah dipelajari dan tahu

jawabanya, maka mereka mengira kita telah mengujinya. Tapi

jika informan mengggap peneliti benar-benar tidak tahu maka hal

tersebut tidak akan terjadi.

4) Cukup Waktu

Page 37: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

37

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Etnografer membutuhkan pendekatan enam sampai tujuh

informan untuk diwawancarai yang masing-masingnya

berlangsung selama satu jam. Maka dari itu, penting untuk

memperkirakan apakah calon informan punya waktu senggang

untuk diwawancarai. Tetapi ketika informan sibuk dan mereka

tertarik dengan projek kita mereka pasti mau meluangkan

waktunya untuk diwawancara. Malahan mereka senang dapat

dijadikan sebagai informan. Terkadang ketika mereka sibuk,

dapat diwawancarai sambil melakukan pekerjaan. Selain itu,

salah satu cara menyelesaikan persoalan kurangnya waktu

wawancara pada satu informan yaitu dengan cara menggunakan

informan ganda.

Ketika seorang informan satu tidak ada waktu banyak,

maka lansung bertanya untuk rekomendasi informan dari mereka

yang sekiranya memiliki banyak waktu dan sesuai dengan topik

penelitian kita.

5) Non Analitik

Beberapa informan sering menggunakan bahasanya

sendiri ketika menceritakan berbagai kejadian dan tindakan

tersebut. Disini seorang peneliti juga harus bisa menganalisis

ungkapan yang dibicarakan oleh informannya. Beberapa

informan juga senang menganalisis kebudayaanya sendiri.

Contohnya masyarakat banyak yang menggunakan sudut

pandang dan ilmu-ilmu sosial untuk menganalisis tingkah

laku mereka sendiri. Informan menganggap kalau mereka

dapat menganalisis dan membantu tugas etnografer, orang

tersebut contoh informan yang kurang baik terutama bagi

peneliti yang masih pemula dalam penelitian.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

38

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Dengan mengidentifikasi beberapa syarat-syarat

umum memilih informan ini, peneliti lebih siap untuk

melakukan penelitian agar dapat memilih informan yang baik.

Dalam menetapkan informan, sebagai seorang antropolong

harus mamahami beberapa hal. Meskipun semua orang dapat

dijadikan sebagai informan, tetapi tidak semua orang bisa

menjadi informan yang baik. Salah satu tantangan ketika

wawancara adalah memulai, bagaimana menjalin raport

dengan baik, dan mengambangkan pertanyaan dari informan.

Disinilah letak pentingnya teknik pemilihan informan yang

dibutuhkan bagi seorang peneliti lapangan dalam kegiatan penelitiannya.

Seorang peneliti lapangan harus cermat, selektif serta memiliki

pengetahuan lebih untuk menentukan informan yang akan dijadikan

sumber informasi guna memperoleh data yang akurat dan relevan dalam

mendukung kegiatan penelitiannya. Aktivitas pertama kali yang

sebaiknya dilakukan oleh seorang peneliti sebelum menentukan

informannya adalah turun lapangan untuk melakukan kegiatan

pengamatan (observasi) guna mendapatkan pemahaman sedetail

mungkin mengenai aspek sosial-budaya yang tumbuh dan berkembang

dalam lingkungan masyarakat di lokasi penelitiannya.

Ketika seorang peneliti sudah mampu mendapatkan gambaran

yang utuh mengenai kondisi sosial-budaya masyarakat di lokasi

penelitiannya, maka dia akan cenderung memiliki sensitifitas lebih

terhadap masyarakat yang menjadi objek penelitiannya. Selanjutnya akan

terbentuk interaksi sosial yang lebih intim antara peneliti dan masyarakat

sehingga dalam kondisi tersebut peneliti diharapkan sudah bisa

menentukan informan yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam

penelitiannya. Berkaitan dengan ini, maka teknik yang dilakukan oleh

peneliti untuk menentukan informan dalam penelitian ini adalah dengan

Page 39: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

39

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

turun lapangan langsung guna mengamati serta memahami kehidupan

sosial-budaya masyarakat sekitar lokasi wisata pantai Pulau Gili Noko.

Terdapat sepuluh informan yang dijadikan sebagai narasumber

dalam penelitian ini, beberapa daftar nama individu di penelitian dengan

judul Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pantai di Pulau Gili Noko

Bawean yaitu :

Tabel 1. 3 Informan Penelitian

No Nama Status Sosial Usia

1. Badir Kepala dusun Gili 51 2. Darso PNS (bagian IT ) 33 3. Tini Pengrajin souvenir 37 4. Susi Pemilik warung makanan khas

Gili 54

5. Budi Kepala Desa Sidogedungbatu 55 6. Yogi Mahasiswa 22 7. Anton Ketua Pengelola pantai Noko

(POKMASWAS) 43

8. Kamal Pemilik perahu 53 9. Yoyok Pengurus sekolah SD di Gili 35 10. Komar Pemilik warung jajan dan

minuman di pantai Noko 54

Keterangan : nama disamarkan

Penjelasan dari data informan diatas sebagai berikut :

1) Bapak Badir sebagai Kepala Dusun Gili beliau

mengetahui sejarah awal mula Pulau Gili ini dihuni oleh

manusia, dan awal mula Noko dijadikan sebagai tempat

wisata. Awalnya, peneliti melakukan wawancara terhadap

tokoh tertua di Gili, akan tetapi karena beliau sakit

akhirnya peneliti memutuskan untuk wawancara bapak

kasun yang kebetulan anak dari tokoh tetua diasana.

Peneliti melakukan wawancara di rumah tokoh tetua di

Page 40: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

40

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Gili yang masih ada pada saat malam hari sekaligus

sowan.

2) Bapak Darso sebagai staf IT di BUDPAR Gresik (Dinas

Pariwisata Budaya Gresik), saat itu di kantor hanya ada

bapak Darso dan beliau siap untuk diwawancara terkait

destinasi wisata Gili Noko, maka peneliti melakukan

penggalian data saat itu juga. Dari situ yang kebetulan

bapak Darso sebagai staf IT tentunya beliau paham terkait

strategi-strategi yang dilakukan oleh pihak pemerintah

untuk mengembangkan destinasi wisata di Bawean

terutama di Gili Noko. peneliti melakukan wawancara

saat pagi hari di kantor Dinas Pariwisata Budaya Gresik

3) Ibu Tini sebagai pembuat souvenir di Gili, dan kebetulan

disana hanya beliau yang menjalankan usaha souvenir.

Disitu peneliti menemukan data terkait usaha souvenir

yang sedang ibu Tini jalankan sampai sekarang. Peneliti

melakukan wawancara di rumah sekaligus tempat jualan

souvenir informan

4) Ibu Susi sebagai salah satu pemilik warung makanan khas

Gili. Disana ada beberapa toko yang menjalankan usaha

tempat makan, akan tetapi karena kondisi pada saat itu

yang bersedia untuk di wawancara adalah ibu Susi yang

kebetulan juga istri dari ketua pengelola Noko. disitu

peneliti menemukan data seputar aktifitas pemilik warung

makan, wawancara dilakukan peneliti di rumah Ibu Susi

saat siang hari.

5) Bapak Budi sebagai kepala Desa tahun 2020-2025, dalam

penggalian data informan menemukan data pihak

pemerintah dalam mengembangan Gili yang terdapat

tempat wisata di Noko selayar, serta fasilitas apa saja

Page 41: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

41

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

yang sudah diberikan pihak Desa dalam mengembangkan

wisata pantai di Noko selayar. wawancara dilakukan di

kantor kelurah Desa Sidogedungbatu saat siang hari.

6) Yogi sebagai pengunjung asli Bawean, dalam penggalian

data informan menemukan data seputar respon dan

kepuasan saat berwisata ke Gili Noko. wawancara

dilakukan secara online dikarenakan saat itu tidak musim

liburan dan ada pandemi jadi peneliti memustuskan

wawancara lewat chatting.

7) Bapak Anton sebagai ketua pengelola Noko, disitu

peneliti menemukan data terkait strategi pihak pengelola

dan masyarakat lokal dalam peran serta pengembangan

destinasi Gili Noko. Wawancara dilakukan oleh peneliti

di rumahnya di sore hari.

8) Bapak Kamal sebagai pemilik perahu, meskipun disana

mayoritas warganya memiliki perahu pribadi dan

digunakan untuk penyewaan peneliti mengambil informan

beliau karena perahunya selain punya pribadi dan

disewakan juga digunakan sebagai transportasi utama

masyarakat Gili yang ingin layar ke Bawean. Disitu

peneliti menemukan data terkait usaha-usaha yang

dilakukan pemilik perahu saat tidak musim liburan.

Wawancara dilakukan dirumah beliau saat sore hari.

9) Bapak Yoyok sebagai masyarakat Gili, peneliti memilih

beliau karena bekerja di sekolah dan rumahnya dijadikan

sebagai taman baca anak-anak dari progam csr salah satu

perusahaan indstri pupuk di Gresik. Disitu peneliti

menemukan peran serta masyarakat lokal dalam

mengembangkan destinasi wisata Gili Noko dan juga

menemukan harapan untuk wisata di lingkungan desanya.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

42

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Wawancara dilakukan oleh peneliti di rumahnya langsung

saat sore hari.

10) Bapak Komar sebagai pemilik warung jajan di Noko.

disana ada banyak orang yang memiliki warung jajan di

Noko, akan tetapi peneliti memilih beliau sebagai orang

punya inisiatif awal untuk membuka warung jajan di

Noko. disitu peneliti menemukan keluhan dan harapan

terhadap perkembangan Gili Noko. wawancara dilakukan

saat siang hari dirumahnya.

1.6.2.4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan pengelolahan data yang

didapatkan oleh peneliti untuk menjadi sebuah laporan penelitian.

Menurut Bogdan dan Biken, analisis data merupakan upaya yang

dilakukan dengan cara mengorganisasikan data, memilah data

untuk dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan poin penting yang akan dipelajari, memutuskan yang

dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2005: 248).

Analisis penelitian kualitatif dilakukan ketika sebelum

memasuki lapangan, selama dilapangan, dan sesuadah di

lapangan. Selama di lapangan peneliti memperoleh data dengan

berbagai cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan

lapangan. Dalam proses perolehan data, yang diambil dalam

penelitian yaitu berbentuk kata verbal dan beragam isinya. Data

yang beragam tersebut diolah menjadi ringkas dan sistematis.

Bentuk kata verbal dalam data kualitatif memerlukan pengolahan

untuk mendapatkan hasil analisis (Muhadjir, 1993: 50).

Langkah analisis data menurut Miles dan Huberman

(1984), yang pertama yaitu memilih dan meringkas data yang

Page 43: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

43

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

diperoleh. Pada langkah ini peneliti memilih dan meringkas

dokumen-dokumen yang relevan. Kedua pengkodean yang

mencakup empat hal penting, yaitu : 1) digunakan simbol atau

ringkasan, 2) kode dibangun dalam struktur tertentu, 3) kode

dibangun dengan tingkat rinci tertentu, 4) kode-kode tersebut

dibangun dalam integratif. Ketiga membuat catatan objektif,

dalam hal ini peneliti mengklasifikasikan data yang didapat.

Keempat membuat catatan reflektif oleh peneliti dengan menulis

apa saja yang terkait tentang catatan objektif. Kelima membuat

catatan marginal mengenai komentar peneliti terhadap

metodologinya. Keenam penyimpanan data. Ketujuh pembuatan

memo mengenai konseptual ide. Langkah yang terakhir adalah

analisis antar lokasi yang dilakukan oleh peneliti jika meneliti

lebih dari satu lokasi.

Berdasarkan langkah analisis data dari Miles dan

Huberman, yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah

langkah yang pertama, yaitu memilih dan meringkas data yang

diperoleh. Selanjutnya, langkah yang ketiga dan keempat, yaitu

catatan objektif dan catatan reflektif yang juga dikenal sebagai

refleksi metodologis. Saat pengumpulan data oleh peneliti, juga

harus langsung dilanjutkan dengan kegiatan lain seperti

menuliskan, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, dan

menyajikan data atau menganalisis data (Muhadjir, 1993: 50).

Pada tahap analisis data dilakukan kembali pemeriksaan

data yang diperoleh oleh peneliti. Semua data tersebut meliputi

data observasi, catatan lapangan, hasil wawancara, data rekaman,

dan foto. Selajutnya melakukan pemeriksaan data sekunder yang

didapatkan dari kantor desa. Kemudian setelah terkumpul peneliti

membuat tulisan berupa teks hasil wawancara (transkip).

Page 44: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

44

SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI

Kemudian untuk hasil dokumentasi terkait kondisi lapangan

dipilih yang sesuai dengan narasi dan apa yang dikaji oleh

peneliti.

Masuk tahap selanjutnya, melakukan pemeriksaan

kesesuaian data yang terkumpul, hal itu dilakukan untuk

menyesuaikan topik apa sang sedang diteliti. Selanjutnya

pengklasifikasikan data yang disesuaikan dengan rumusan

masalah, hasilnya data yang sudah diperoleh bisa selaras dengan

rumusan masalah yang sedang diteliti. Kemudian dalam

penyajian data yang sudah didapatkan dideskripsikan sesuai

dengan topik secara terstruktur.