IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian
Destinasi wisata di Indonesia mempunyai karakteristik yang unik dengan adanya
eksotisme pulau-pulau yang ada di Indonesia juga mempunyai pemandangan yang
menjakjubkan, keramahan penduduknya, dan budaya yang beragam membuat negara ini
mampu bersaing di kancah interansional. Saat ini perkembangan industri pariwisata
mengalami pergeseran, dari mass tourism menuju ke alternative tourism. Hal itu
dikarenakan terdapat perubahan orientasi pasar yang lebih mengutamakan penghargaan
dan penghayatan pada aspek kelestarian alam, budaya dan lingkungan (cultural and
enviromentally sensitives), dengan menerapkan pariwisata alternatif (alternative
tourism). Keberhasilan pembangunan pariwisata dapat diukur dengan cara
menggunakan konsep berkelanjutan, tidak hanya eksploitasi lingkungan untuk kegiatan
pariwisata, serta aspek ekonomi (devisa) dilihat dari lama kunjungan (lenght of stay),
akan tetapi dilihat dari pemberdayaan dan kelestarian sebagai landasan. Hal tersebut
untuk mengarah pada sumber daya alam, nilai sosiokultural masyarakat, dan kelestarian
alam dengan penghargaan yang tinggi (kemen LH, 2003).
Pariwisata Indonesia merupakan pariwisata yang berasal dari, oleh, dan untuk
rakyat. Maka dari itu, dalam melakukan perencanaan pembangunan pariwisata juga
harus melibatkan masyarakat lokal, khususnya yang tinggal di sekitar wilayah destinasi
wisata, semua itu dikarenakan mayarakat lokal lebih mengetahui tempat wisata tersebut
dan mempunyai hak milik (Nurdin 2016 dalam Ridwan 2012).
Model pembangunan pariwisata juga bisa dilakukan dengan cara CBT
(community based turism), dimana harus melibatkan masyarakat lokal dengan cara
memberikan kesempatan untuk membangun dan mengelola tempat wisata, baik secara
langsung maupun tidak langsung, hal itu berkaitan dengan pihak individu maupun
kelompok yang mempunyai keterkaitan dengan industri tersebut, atau usaha pariwisata,
maka keuntungan akan tersalurkan kepada komunitas pedesaan/pesisir dan pulau-pulau
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
kecil lainya (Putra 2015). Keterlibatan itu bisa dalam bentuk memberikan kesempatan
(akses) dalam pembanguanan dan manajemen pariwisata yang berbasis pada
pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam membagi keuntungan dari hasil kegiatan
pariwisata (Putra, 2015). Perhatian kritis dalam hal ini adalah gagasan terhadap
pembangunan pariwisata yang sering mengabaikan terhadap hak masyarakat lokal
daerah destinasi wisata (Hadiwijoyo, 2012).
Didalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No:
KM.67/UM.001/MKP/2004, Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata di
Pulau-pulau Kecil, menjelaskan bahwa terdapat prinsip-prinsip pengembangan
pariwisata. Hali itu terkait dengan partisipasi masyarakat, dimana dalam prosesnya
melibatkan masyarakat baik secara aktif maupun pasif, semua itu mulai berawal dari
tahap perencanaan sampai tahap pengelolaan dan pengembangan. Semua itu bertujuan
untuk memunculkan rasa memiliki dan tanggungjawab dalam menentukan keberhasilan
dan keberlajutan pengembangan destinasi wisata di pulau-pulau kecil.
Peran industri pariwisata dalam kemajuan negara cukup besar, hal ini yang
menyebabkan pemerintah menjadikan industri pariwisata sebagai sektor yang
mendukung dalam penggerak ekonomi rakyat serta pembangunan nasional. Dengan
adanya potensi wisata di Indonesia jika ditunjang dengan adanya sarana yang lengkap,
diharuskan juga dibarengi dengan adanya pengembangan yang maksimal agar potensi
yang dimiliki bisa berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Terbitnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pusat Dan Daerah seharusnya menjadi kesempatan Kota Gresik untuk
membangun dan mengelola potensi daya tarik wisata sebagai salah satu sumber
pendapatan daerah dan dijadikan sebagai lapangan kerja. Selain itu, pemerintah Kota
Gresik juga diharapkan kesiapanya mulai dari teknis, pengelolaan, dan kemampuannya
bisa memberikan kontribusi postif di industri pariwisata.
Ada beberapa sifat khusus dalam industri pariwisata yang tidak dimiliki oleh
industri yang lain, sifat tersebut diantaranya adalah :
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
1. Kegiatan aktivitas pariwisata antara konsumsi dan produksi dilakukan
dalam waktu bersamaan.
2. Industri yang memberikan layanan berupa jasa kepada konsumenya
(wisatawan), bisa memberikan pelayanan beragam di setiap kegiatanya, dan
tidak ada batasan ukuran dalam menentukan bentuk produk seperti ukuran
produksi sebuah motor dalam industri otomotif.
3. Produk wisata tidak bisa dipindahkan, yang berarti siapa saja wisatawan
yang ingin melihat atau menikmati harus langsung berkunjung ke lokasi
dimana produk tersebut berada (Spillane, 1987: 87-88).
4. Industri pariwisata adalah “industri tanpa asap”. Dimana semua aktivitas
produksi dan konsumsinya berlangsung didalam satu lokasi dan diwaktu
yang sama dalam kegiatannya juga tidak menghasilkan sampah produksi
asap ataupun limbah seperti industri pada umunya (Pitana & Gayatri 2005).
Ada tiga ciri yang bisa menjadi kegiatan khas pariwisata (Pitana & Gayatri,
2005:46), tiga ciri tersebut diantaranya :
1. Adanya unsur perjalanan (travel)
2. Bukan untuk mencari pekerjaan atau tempat tinggal
3. Bertujuan untuk tinggal sementara yang “bukan tempat tinggal aslinya”.
Bidang pariwisata bisa dibilang menjadi industri pariwisata apabila mengalami
perkembangan dikarenakan semua aktivitas mulai dari sosial-budaya sampai ekonomi
bertujuan untuk kehidupan masyarakat sampai saat ini. Bisa jadi, kedepanya sektor
pariwisata terus mengalami perkembangan dan melahirkan inovasi yang lebih kreatif.
Sektor pariwisata termasuk industri dibidang jasa dan pelayanan yang dijadikan
negara Indonesia untuk meningkatkan devisa negara non migas. Terjadinya krisis
ekonomi menjadikan industri pariwisata bisa dijadikan sumber pertumbuhan bagi
kelangsungan hidup masyarakat, hal itu disebabkan infrastruktur yang dimiliki oleh
industri pariwisata tidak mengalami kerusakan, akan tetapi faktor keamanan masih
menjadi alasan wisatawan asing untuk berwisata ke Indonesia. Oleh karena itu, bisa
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
dicegah dengan cara wisatawan lokal berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada di
Indonesia. Meskipun wisatawan asing berpengaruh besar terhadap penghasilan devisa,
akan tetapi wisatawan lokal juga berperan untuk mengaktifkan kembali kegiatan
pariwisata, termasuk restoran, industri cinderamata, dan hotel. Selain bisa membuka
lapangan pekerjaan industri pariwisata juga bisa mendatangkan pendapatan untuk
negara.
Kementrian Pariwisata (Kemenpar) memiliki enam target utama dalam
pembangunan pariwisata, yaitu strategis yang bisa meningkatkan indeks daya saing
pariwisata mulai dari peringkat 70 di tahun 2014 meningkat menjadi 30 di tahun 2019,
hal itu dibarengi dengan meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara (Yahya,
2015). Selanjutnya pembangunan tersebut bisa dicapai dengan cara kerjasama yang
benar dan sinergi yang baik antara Kemenpar dengan masyarakat dalam mengelola
destinasi wisata di berbagai daerah untuk mengembangkan daya tarik yang memiliki
khas, berkualitas, serta keunggulan tersendiri. Keunggulan serta kualitas adalah salah
satu faktor daya tarik wisatawan untuk berwisata, hal itu karena alasan yang
fundamental dan dijadikan sebagai bahan pertimbangan wisatawan untuk memilih
lokasi wisata (Ritchie and Crouch, 2003). Faktor utama untuk menentukan kepuasan
dan loyalitas adalah daya tarik tempat wisata. Loyalitas wisatawan juga salah satu aspek
berlangsungnya suatu bisnis (Hermawan, 2017).
Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan destinasi wisata
sudah diatur dalam Undang-Undang Pasal 79 Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, yang
menjelaskan setiap desa diharuskan untuk membuat susunan perencanaan pembangunan
desa yang sesuai dengan kewenangan dan mengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota. Didalam pasal 80 juga dijelaskan bahwa perencanaan pembangunan
harus melibatkan partisipasi masyarakat desa. Dengan begitu, sudah jelas bahwa
terdapat konsekuensi dalam mencapai pembangunan. Dengan adanya perencanaan
pihak pemerintah desa dengan masyarakat bisa menemukan arah pembangunan desa
yang dilakukan dengan berbagai tahap. Tahapan tersebut harus mengidentifikasi
kebutuhan, sumber daya alam, dan permasalahan yang ada di desa. Merumuskan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
strategi dilihat dari tingkat prioritas yang dibutuhkan dan melihat sumber daya yang
tersedia, dan melaksanakan strategi yang sudah ditetapkan dari progam pembangunan
desa.
Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, hal itu bisa
dijadikan untuk membangun destinasi wisata yang sangat potensial. Mulai dari wisata
alam, ekowisata, wisata edukasi, dan yang lainya (Darsoprajitno, 2002). salah satu
potensi strategis dimiliki oleh daerah di Kabupaten Gresik, Pulau Bawean Kecamatan
Sangkapura Desa Sidogedungbatu tepatnya di Pulau Gili Noko.
Desa Sidogedungbatu mempunyai kekayaan alam laut yang masih alami dan
berbagai potensi yang lainya. potensi bawah laut dengan keindahan karang serta
biotanya yang masih alami menjadikan Desa tersebut memiliki keindahan dan daya
tarik tersendiri. posisi geografis yang dekat dengan pelabuhan tujuan Gresik dan
Lamongan serta tersedianya bandara penerbangan tujuan Surabaya sebagai salah satu
gerbang kedatangan wisatawan menjadikan prospek dan keuntungan tersendiri.
Dibalik semua itu sumber daya alam serta kemampuan yang terbatas dalam
mengelola destinasi wisata sudah menjadi kendala utama dalam mengembangkan
tempat wisata di Pulau Gili Noko. Semua itu terbukti mulai dari tidak aktifnya pihak
pengelola, minimnya fasilitas, kebersihan kurang terjaga, serta penataan pantai yang
tidak dirawat dengan baik. Kemudian, jarang ada pelatihan terkait kepariwisataan
terutama hospitality service terhadap masyarakat setempat. Hal itu, berakibat dalam
memberikan pelayanan kepada wisatawan belum bisa maksimal.
Fakta lain, Pulau Bawean belum memiliki daya tarik wisata berbasis alam yang
unggul. Kurangnya sinergi dan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan pelaku
industri wisata menjadi akar permasalahan dari kurangnya kualitas dan daya tarik
wisatawan. Contoh, Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPDA)
Kabupaten Gresik mengusulkan pengembangan wisata berbasis alam yang diarahkan
untuk :
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
1. Menciptakan kesadaran antara masyarakat dengan wisatawan terkait
konservasi sumber daya alam
2. Memunculkan sifat rasa bangga masyarakat lokal terhadap budi dayanya
yang dilakukan lewat konservasi
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat supaya mampu untuk mengelola
usaha pariwisata
4. Membuat susunan peta perencanaan pembangunan dan rencana penyediaan
infrastruktur, mulai dari kawasan ataupun menuju kawasan
5. Pengawasan dan mengendalikan fungsi lingkungan danau dan laut.
Akan tetapi, hal tersebut tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Masih banyak
pengelolaan destinasi berbasis alam di Kabupaten Gresik khususnya di Pulau Bawean
yang belum merepresentasikan RIPDA Kabupaten Gresik (Nomor 16 Pasal 60 Tahun
2013 sampai dengan tahun 2025).
Pulau Gili Noko salah satu obyek wisata di Bawean yang masih memiliki
banyak kekurangan. Kegiatan wisata di Gili Noko belum optimal dikarenakan kunjugan
wisatawan masih musiman serta sarana prasarana yang belum terpenuhi. Cagar Budaya
melakukan perawatan terhadap pulau Noko untuk mengembangkan tempat wisata
tersebut, akan tetapi setelah ±3 tahun wewenang tersebut berpindah alih ke BUDPAR
Gresik (Dinas Pariwisata Budaya) Gresik, setelah berpindah ke tangan pemerintah
kemudian pihak pemerintah memberikan tanggung jawab kepada masyarakat untuk
turut serta mengambangkan tempat tersebut lewat POKDARWIS (Kelompok Sadar
Wisata). Setelah pihak pemerintah melakukan optimalisasi potensi pulau Noko dengan
menambah sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan pariwisata, pembagunan
tersebut mulai dari membangung gazebo, musola, toilet dan lainya tidak dibarengi
dengan pendampingan berkelanjutan dan pihak pengelola tidak lagi merawat dengan
baik. Padahal hal itu dilakukan oleh pihak pemerintah sebagi bukti langkah awal usaha
yang dilakukan untuk mewujudkan pulau Gili Noko sebagai tempat wisata pantai nomer
satu di Bawean dan diharapkan bisa menjadi sarana untuk turut menjaga alam dan
menjadikan ladang penghasilan bagi masyarakat Gili.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Pulau Gili Noko salah satu destinasi wisata alam berupa keindahan pantai yang
berada di Kabupaten Gresik yang belum dikenal secara luas oleh masyarakat Gresik
maupun mayarakat yang lain. Hal itu dikarenakan saat ini hanya dijaga dan dirawat oleh
pihak pengelola saat akan musim liburan tiba, dan juga pihak pengelola kurang
maksimal terhadap kegiatan promosi. Minimnya atraksi wisata di Gili Noko
dikarenakan masyarakatnya memiliki keahlian terbatas dibidang tersebut, selain itu juga
minimnya dana yang dimiliki oleh pihak pengelola untuk memberikan pelayanan secara
penuh kepada wisatawan.
Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan di
daerahnya, menurut Argyo Demartoto (2008:3-4) selain itu mereka juga melaksanakan
fungsinya, ada beberapa fungsi pemerintah daerah, yaitu :
1. Perlindungan terhadap masyarakat ( protective fuction)
2. Melayani mayarakat (public service fuction)
3. Pelaksanaan pembangunan (development fuction).
Dalam menjalankan fungsi tersebut tentunya membutuhkan dana yang besar,
oleh karena itu pemerintah daerah harus menggali potensi yang ada di wilayahnya demi
kelangsungan hidup mayarakatnya yang makmur, selain itu saat ini sudah menjadi
tanggung jawab penuh bagi pemerintah untuk membangun dan mengatur daerahnya.
Pihak pemerintah punya dua kendala terkait hal tersebut, pertama adalah terkait
dengan pembiayaan yang sangat besar, dan sulitnya masyarakat dalam memanfaatkan
dan mengolah sumber daya alam yang tersedia di sana. Maka diambil kebijakan bahwa
membangun sektor-sektor nonSDA, seperti sektor pariwisata. Untuk itu, pemerintah
Kabupaten Gresik memberikan kontribusi dalam megembangkan sektor-sektor
unggulan yang bisa mensejahterakan masyarakat. salah satunya adalah sektor pariwisata
baik wisata edukasi, wisata buatan, wisata budaya, sampai wisata alam. Kabupaten
Gresik termasuk wilayah pesisir pantai, maka pertumbuhan ekonomi banyak
dipengaruhi di sektor kelautan dan industri yang lain. Oleh karena itu Kabupaten Gresik
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
terus mengalami perkembangan. Akan tetapi sebaliknya, sektor pariwisata dari tahun ke
tahun terus mengalami pergeseran.
Saat ini Kabupaten Gresik mempunyai beberapa obyek tempat wisata.
Gambaran perkembangan jumlah pengunjung wisatawan lokal maupun wisatawan asing
ke Gresik sebagai berikut :
Tabel 1. 1 Data Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gresik Tahun 2020
Bulan Wisatawan Lokal Wisatawan Asing Jumlah
Januari 417.630 2.075 419.705 Februari 290.401 1.521 291.922 Maret 184.035 755 184.790 April 0 0 0 Mei 0 0 0 Juni 31.603 0 31.603 Juli 68.220 0 68.220
Agustus 2.333 0 2.333 Sumber Data : pariwisatagresik.com
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa kunjungan wisatawan ke Gresik mengalami
penurunan yang cukup banyak, mulai dari wisatawan lokal ataupun wisatawan asing
setiap bulanya berkurang. Hal itu terbukti mulai pada bulan Januari ke bulan Februai
setidaknya menurun hingga 127.229 untuk wisatawan lokal dan 554 untuk wisatawan
asing.
Kabupaten Gresik memiliki obyek wisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan menjadi tempat wisata unggulan dan bisa dijadikan daya tarik wisatawan
untuk datang ke Gresik. Ada banyak obyek tempat wisata di Gresik, mulai wisata alam,
wisata religi, wisata edukasi, dan masih banyak jenis lainya. Jika dikembangkan dengan
baik dan benar bisa menjadi primadona bagi wisatawan lokal maupun internasional.
Kemudian didukung dengan letak geografis Gresik yang strategis tidak menutup
kemungkinan industri pariwisata bisa berkembang pesat. Disisi lain jumlah pengunjung
di pulau Noko Gili mengalami penurunan hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
wisatawan yang berkunjung ke Pulau Noko Gili dari akhir tahun 2019 hingga awal
tahun 2020 dari tabel berikut.
Tabel 1. 2 Data Kunjungan Wisatawan Bulan November 2019 - Maret 2020 di Pulau Noko Gili Bawean
Tahun Bulan Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara
2019 November 159 738 2019 Desember 376 2.018 2020 Januari 187 524 2020 Februari 122 254 2020 Maret 80 131
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik.
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa dengan adanya pandemi covid-19 salah
satu yang tedampak adalah sektor pariwisata dimana terlihat jelas bahwa di Pulau
Bawean sendiri juga terkena dampaknya, hal itu terbukti dengan menurunya jumlah
pengujung yang datang ke Noko Gili yang awalnya mengalami kenaikan pada bulan
Desember akan tetapi menurun pada bulan Januari hingga 189 untuk wisatawan
mancanegara dan 1494 untuk wisatawan nusantara. Disisi lain pihak pemerintah dan
juga masyarakat juga terus melakukan pengembangan.
Selain itu pihak pemerintah dalam mengambil keputusan juga harus melibatkan
masyarakat lokal dalam perkembangan tempat wisata, dikarenakan semua itu juga
bertujuan untuk kelangsungan hidup yang lebih makmur kedepannya. Tidak menutup
kemungkinan di zaman modern saat ini masyarakat mampu melakukan strategi-strategi
yang sesuai dengan zaman dan kebutuhan. Menurut Muliawan (2008) tujuan
membangun wisata di desa bertujuan untuk menghasilkan satu produk wisata yang bisa
mendorong kemajuan pembangunan berkelanjutan, selain itu juga ada beberapa tujuan
pengelolaan desa wisata. Diantaranya adalah :
1. Menggunakan sarana prasarana yang tersedia di masyarakat tersebut
2. Bisa membawa keuntungan bagi masyarakat
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
3. Bisa memunculkan kerjasama dan hubungan timbal balik antar masyarakat
yang lainya
4. Semua pembangunan harus melibatkan masyarakat setempat secara
langsung
5. Bisa membuat dan mengolah produk wisata.
Desa wisata bisa dikatakan sebagai destinasi wisata jika menurut Muliawan
(2008) ada beberapa kriteri, diantaranya adalah :
a. Mempunyai ciri khas keunikan, keindahan, serta daya tarik bagi wisata
(sebagai kegiatan wisata), mulai dari bentuk fisik lingkungan sampai di
kehidupan budaya masyarakat setempat
b. Mempunyai kesiapan dan faktor pendukung fasilitas pariwisata untuk
mendukung kegiatan wisata, berupa : ruang interaksi masyarakat dengan
wisatawan, tersedianya transportasi, tersedianya penginapan (home stay dan
hotel), serta fasilitas yang mendukung lainya
c. Adanya kerjasama dengan pasar (wisatawan) dari kunjungan wisatawan
d. Adanya kerjasama, dukungan, serta partisipasi antar masyarakat lokal
dengan pengembangan desa tersebut yang berkaitan dengan kegiatan
pariwisata.
Pengembangan destinasi wisata di desa bisa mensejahterakan dan meningkatkan
sosial bagi masyarakat lokal, memotivasi masyarakat agar bangga terhadap identitas
budaya mereka, serta munculnya kepedulian terhadap lingkunganya (Hermawan, 2016).
Maka dari itu, pemerintah juga memiliki komitmen industri pariwisata menjadi salah
satu sumber pendapatan negara, dengan menjadikan pariwisata sebagai prioritas
pembangunan nasional.
Sebelum memutuskan untuk meneliti tentang dunia kepariwisataan, peneliti
melakukan pengamatan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang membahas
mengenai perkembangan dunia pariwisata Indonesia dengan berbagai fenomena yang
meliputi dalam proses perkembangannya. Peneliti mengamati hal tersebut melalui
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
berbagai referensi terkait (skripsi terdahulu, buku, artikel, dan jurnal). Di dalamnya,
peneliti menemukan realitas bahwa telah banyak penelitian terdahulu yang membahas
mengenai fenomena yang terjadi dalam dunia pariwisata, baik itu penelitian mengenai
dunia pariwisata yang ditinjau dari perspektif ilmu ekonomi, perspektif ilmu politik,
perpektif ilmu kebijakan publik, maupun perspektif ilmu sosial-budaya. Berdasarkan
pengamatan tersebut peneliti dapat menyerap berbagai pengetahuan penting yang
bermanfaat untuk memperdalam wawasan keilmuan peneliti mengenai dunia
kepariwisataan di Indonesia. Bahwa kajian penelitian yang telah dilakukan oleh
berbagai disiplin ilmu yang membahas tentang dunia pariwisata merupakan ruh utama
dan telah berkontribusi secara riil terhadap perkembangan sektor dunia pariwisata
Indonesia saat ini, perkembangan dunia pariwisata sangat terkait dan tidak bisa
dilepaskan dari peranan penting berbagai latar belakang keilmuan yang menaunginya.
Terkait bentuk adaptasi dari suatu kelompok masyarakat peneliti juga
menggunakan referensi kajian terdahulu mengenai strategi adaptasi yang digunakan
peneliti sebagai referensi pengaplikasian Teori. Penelitian Terdahulu mengenai respon
masyarakat terhadap pengembangan pariwisata pernah dilakukan oleh Pudjio Santoso
(2016) dengan judul penelitian “Respon Masyarakat dan Pemerintah Desa dalam
Menangkap Peluang Pengembangan Pariwisata di Bawean”. Hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa pengembangan pariwisata di Bawean saat ini sudah mulai
dibukanya lapangan serta pembangunan dermaga apung tempat wisatawan naik perahu
motor menuju pulau Gili Noko. Meskipun awalnya banyak penolakan dari tokoh
masyarakat dan agama namun akhirnya mereka bisa memahami bahwa perubahan pasti
terjadi dan melalui regulasi yang ketat maka dampak negatif dari pengembangan
tersebut bisa diminimalisir. Respon positif dari masyarakat adalah adanya peluang
ekonomi yang pasti tumbuh seiring makin banyaknya wisatawan yang berkunjung.
Respon pemerintah Desa dalam menangkap peluang ekonomi dari pengembangan
pariwisata belum tampak, kecuali sebatas penyusunan tata aturan yang menjadi
landasan pendirian BUMDesa. Meskipun dari segi permodalan, keuangan desa sudah
bisa memodali BUMDesa namun tanpa adanya studi kelayakan usaha serta penyiapan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
pasar, manajemen dan monitoring tentu semuanya akan sia-sia dan akhirnya usaha
tersebut pailit.
Salah satu penelitian terdahulu tentang perkembangan dunia pariwisata adalah
tulisan dari Achmad Afandi Sunarti Luchman Hakim (2017) yang berjudul “Peran
Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Destinasi Wisata Bahari Pulau Gili Noko
Kabupaten Gresik (Studi Pada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Gresik)”. Penelitian ini membahas mengenai Pеmеrintаh dаеrаh mеlаlui
Disbudpаrporа bеrpеrаn dаlаm mеlаkukаn pеrеncаnааn dаlаm mеningkаtkаn dаyа tаrik
wisаtа sеrtа sаrаnа dаn prаsаrаnа untuk mеmеnuhi kеbutuhаn wisаtаwаn. Pеrеncаnааn
tеrsеbut mеliputi pеnаmbаhаn dаyа tаrik wisаtа bеrupа pеngаdааn wаtеr sport bеrupа
bаnаnа boаt dаn pеlеstаriаn tеrumbu kаrаng. Pеnyеdiааn sаrаnа dаn sаrаnа sеpеrti
rumаh mаkаn sеrtа pеningkаtаn аksеsibilitаs untuk wisаtаwаn jugа sudаh dirеncаnаkаn
olеh Disbudpаrporа untuk mеngеmbаngkаn Pulаu Gili Noko. Pеngеnаlаn Pulаu Gili
Noko kе mаsyаrаkаt luаs jugа dirеncаnаkаn olеh Disbudpаrporа dеngаn cаrа
mеnаmbаh kеgiаtаn promosi yаng dilаkukаn dеngаn mеngikuti еvеnt-еvеnt pаriwisаtа
dаn mеlаkukаn promosi mеlаlui mеdiа еlеktronik. Pеmеrintаh dаеrаh mеlаlui
Disbudpаrporа sudаh bеrpеrаn dаlаm mеlаkukаn pеmbаngunаn pаdа dеstinаsi wisаtа
Pulаu Gili Noko. Pеmbаngunаn yаng sudаh dilаkukаn sааt ini mаsih bеrupа pеngаdааn
jеmbаtаn sеrtа dеrmаgа аpung yаng bеrtujuаn untuk mеningkаtkаn аksеsibilitаs
wisаtаwаn dаn mаsyаrаkаt. Pеmbаngunаn bеrupа gаzеbo sеrtа surаu jugа sudаh
dilаksаnаkаn dеngаn tujuаn mеmеnuhi kеbutuhаn wisаtаwаn. Pеmеrintаh dаеrаh
mеlаlui Disbudpаrporа mеmiliki pеrаn dаlаm pеngimplеmеntаsiаn kеbijаkаn
pеngеmbаngаn Pulаu Gili Noko yаng mеnitikbеrаtkаn pаdа pеningkаtаn kеsеjаhtеrааn
sеrtа еkonomi mаsyаrаkаt. Kеbijаkаn pеngеmbаngаn wisаtа di Pulаu Bаwеаn
khususnyа di Pulаu Gili Noko dihаrаpkаn mаmpu mеmbеrikаn kontribusi yаng bаik
dаlаm tеrbukаnyа mаtа pеncаhаriаn bаru bаgi mаsyаrаkаt Pulаu Gili yаng sааt ini
sеbаgiаn bеsаr mаsih bеrmаtа pеncаhаriаn sеbаgаi nеlаyаn sеpеrti mаsyаrаkаt pеsisir
pаdа umumnyа. Kеbijаkаn tеrsеbut sudаh dirаsаkаn olеh mаsyаrаkаt contohnyа sаjа
mаsyаrаkаt yаng mеmiliki mаtа pеncаhаriаn bаru sеbаgаi jаsа аngkut bеrupа kаpаl
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
wisаtа. Pеmеrintаh dаеrаh mеlаlui Disbudpаrporа mеmbеrikаn wеwеnаng kеpаdа
pеrаngkаt dеsа untuk mеmbuаt pеrаturаn dаlаm mеngаtur kеgiаtаn pаriwisаtа di Pulаu
Gili Noko dаlаm bеntuk pеrаturаn dеsа. Pеmbеriаn wеwеnаng tеrsеbut didаsаri kаrеnа
Disbudpаrporа mеngаnggаp bаhwа mаsyаrаkаt yаng lеbih tаhu аkаn kondisi yаng аdа
di Pulаu Bаwеаn khususnyа Pulаu Gili Noko sеhinggа Disbudpаrporа tidаk ingin
mеmbаtаsi mаsyаrаkаt di Pulаu Gili Noko dаlаm mеlаkukаn pеngеmbаngаn dеngаn
mеmbuаt pеrаturаn-pеrаturаn yаng ditеtаpkаn olеh Disbudpаrporа. Bеrdаsаrkаn kondisi
sааt ini pеrаturаn pаriwisаtа yаng sudаh аdа аdаlаh mеngеnаi pеnеtаpаn tаrif kаpаl dаn
jugа pеrаturаn untuk wisаtаwаn yаng diwаjibkаn untuk mеnggunаkаn аlаt kеsеlаmаtаn
kеtikа mеnаiki kаpаl. Sеhinggа dаpаt disimpulkаn bаhwа pеrаn Disbudpаrporа dаlаm
mеlаkukаn pеmbuаtаn pеrаturаn-pеrаturаn pаriwisаtа di Pulаu Gili Noko dеngаn cаrа
mеmbеrikаn kеwеnаngаn lаngsung kе mаsyаrаkаt.
I.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, peneliti berfokus untuk
mengkaji obyek wisata Pulau Gili Noko untuk itu, rumusan masalahnya adalah.
Bagaimana pengembangan obyek wisata yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan
masyarakat sekitar pantai Gili Noko ?
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan oleh
pihak pemerintah dan masyarakat sekitar Pulau Gili Noko dalam mengembangkan
obyek wisata pantai di pulau Gili Noko Bawean.
I. 4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang diantaranya sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis sebagai bahan kajian dalam
mengembangkan Antropologi Pariwisata. Selain itu, untuk menambah pengetahuan
tentang pengembangan obyek wisata pantai di Pulau Gili Noko Bawean serta
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
manfaatnya terutama bagi masyarakat sekitarnya. Penelitian ini juga bisa dijadikan
sumbangan referensi atau pemikiran untuk bahan pertimbangan penelitian selajutnya.
2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan masukan kepada semua pihak terkait dalam pengembangan
obyek wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik.
1.5. Kerangka Teori
1.5.1. Pariwisata
Menurut para ahli bahasa, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta terdiri
atas dua suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari artinya semua, seluruh, dan penuh.
Sedangkan wisata artinya perjalanan. Jika digabungkan pariwisata adalah perjalanan
penuh, berangkat dari suatu tempat, menuju dan singgah ke suatu tempat dan kembali
ke tempat tinggal aslinya.
Pariwisata menurut Soekadijo adalah segala kegiatan dalam masyarakat yang
berhubungan dengan wisatawan. Semua kegiatan yang berkaitan dengan wisatawan
mulai dari hotel, cinderamata, cagar budaya, transportasi dan sebagainya itu bisa
dikatakan sebagai kegiatan pariwisata selama kegiatan-kegiatan itu bisa mendatangkan
para wisatawan untuk datang (Soekadijo, 1997:2). Sedangkan A.J. Burkart dan
S.Mendlik menyatakan bahwa “Tourism, past, present and future”, berbunyi pariwisata
berarti perpindahan orang sementara waktu dalam waktu pendek dengan tujuan-tujuan
di luar tempat tinggal mereka dan bukan urusan bekerja, dan melakukan kegiatan-
kegiatan selama mereka di tempat tujuan tersebut (Soekadijo, 1997:3).
Menurut Mardiyono et al 2014 dalam Yoeti (1996, h 170), wisatawan adalah
orang yang melakukan perjalanan sementara waktu ke tempat atau daerah yang belum
pernah dikunjungi dan masih asing baginya.
1.5.2. Strategi Pengembangan Pariwisata
Pengertian pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, memberikan definisi pengembangan adalah cara atau hasil kerja
mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti, memajukan, membuka dan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
bertambah baik. Ada dua pedoman umum untuk suatu organisasi pariwisata yang baik.
Yaitu harus terjalinnya kerjasama dan koordinasi diantara :
1) Para pejabat yang duduk dalam organisasi baik tingkat nasioanl, propinsi
dan lokal
2) Para pengusaha yang bergerak dalam industri pariwisata seperti usaha
penginapan, usaha transportasi, usaha cinderamata, sektor hiburan, lembaga
keuangan pariwisata, dan usaha pedagang.
3) Organisasi yang tidak mencarai untung yang erat kaitanya dengan
pariwisata (misalnya klub-klub wisata dan klub mobil).
4) Asosiasi profesi dalam pariwisata. (Wahab, 1997:267).
Menurut James J. Spillane (1994: 63-72) suatu obyek wisata atau destination,
terdapat lima unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati
perjalanannya, maka obyek wisata harus meliputi :
1. Attractions
Menurut pengertiannya attractions mampu menarik wisatawan yang
ingin mengunjunginya. Tujuan wisatawan untuk mengunjungi suatu
tempat tujuan adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa
kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi
karena ciri- ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan
adalah :
a) Keindahan alam
b) Iklim dan cuaca
c) Kebudayaan
d) Sejarah
e) Ethnicity-sifat kesukaan
f) Accesbility-kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat
tertentu.
2. Facility
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Fasilitas cenderung berorientasi pada attractions disuatu lokasi karena
fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung
bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat
yang sama atau sesudah attractions berkembang. Suatu attractions juga
dapat merupakan fasilitas. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung
kebutuhan wisatawan. Seperti fasilitas harus cocok dengan kualitas dan
harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan
kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat
tersebut.
3. Infrastructure
Attractions dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum
ada infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi di
bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah. Yang termasuk
infrastruktur penting dalam pariwisata adalah :
a) Sistem pengairan/air
Kualitas air yang cukup sangat esensial atau sangat diperlukan.
Seperti penginapan membutuhkan 350 sampai 400 galon air per
kamar per hari.
b) Sumber listrik dan energi
Suatu pertimbangan yang penting adalah penawar tenaga energi
yang tersedia pada jam pemakaian yang paling tinggi atau jam
puncak (peak hours). Ini diperlukan supaya pelayanan yang
ditawarkan terus menerus.
c) Jaringan komunikasi
Walaupun banyak wisatawan ingin melarikan diri dari situasi biasa
yang penuh dengan ketegangan, sebagian masih membutuhkan jasa-
jasa telepon dan/atau telegram yang tersedia.
d) Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Kebutuhan air untuk pembuangan kotoran memerlukan kira-kira 90
% dari permintaan akan air. Jaringan saluran harus didesain
berdasarkan permintaan puncak atau permintaan maksimal.
e) Jasa-jasa kesehatan
Jasa kesehatan yang tersedia akan tergantung pada jumlah tamu yang
diharapkan, umumnya, jenis kegiatan yang dilakukan atau faktor-
faktor geografis lokal.
f) Jalan-jalan/jalan raya
Ada beberapa cara membuat jalan raya lebih menarik bagi
wisatawan :
1. Menyediakan pemandangan yang luas dari alam semesta
2. Membuat jalan yang naik turun untuk variasi pemandangan
3. Mengembangkan tempat dengan pemandangan yang indah
4. Membuat jalan raya dengan dua arah yang terpisah tetapi sesuai
dengan keadaan tanah
5. Memilih pohon yang tidak terlalu lebat supaya masih ada
pemandangan yang indah.
4. Transportation
Ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang dapat
menjadi semacam pedoman termasuk :
a) Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan
pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua
penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.
b) Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah
kriminalitas.
c) Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan
simbol-simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua bandara
udara.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
d) Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi
pelayanan pengangkutan lain yang dapat dihubungi diterminal
termasuk jadwal dan tarif.
e) Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan
atau kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau
telepon.
f) Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.
g) Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan
pelayanan pengangkutan lokal.
h) Peta kota harus tersedia bagi penumpang.
5. Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka
kenal maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya
wisatawan asing.
Menurut Hari Lubis dan Martani Huseini, didalam sebuah organisasi
melakukan pertumbuhan melalui pengembangan, menurut para ahli ada
alasan mengapa melakukan pertumbuhan dalam organisasi yaitu :
1) Keinginan untuk menjadi lengkap (organizational self-realization)
Para pimpinan organisasi umumnya memiliki keinginan agar organisasi
menjadi lebih lengkap, mempunyai kegiatan yang lebih luas, dan mampu
mencapai kemajuan Konsumen juga menginginkan kebutuhannya dapat
dipenuhi oleh satu perusahaan. Para pimpinan menjadi tertantang untuk
melakukan setiap tantangan. Itu menyebabkan organisasi mengalami
pertumbuhan.
2) Mobilitas para eksekutif
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Organisasi yang mengalami pertumbuhan merupakan tempat bekerja
yang menarik bagi para eksekutif. Pertumbuhan akan memberikan
tantangan bagi para eksekutif, maupun kesempatan untuk maju. Hal ini
menyebabkan organisasi selalu ingin tumbuh.
3) Faktor ekonomi
Pertumbuhan organisasi mampu membawa berbagai jenis keuntungan
finansial. Volume produksi yang tinggi menyebabkan ongkos-ongkos
dapat berkurang karena skala ekonomis dapat dicapai atau dilampaui.
4) Kemampuan menjaga kelangsungan hidup (survival)
Oka A. Yoeti (1997: 13-14) mengungkapkan beberapa prinsip
perencanaan pariwisata :
a) perencanaan pengembangan kepariwisataan haruslah merupakan satu
kesatuan dengan pembangunan regional atau nasioanl dari
pembangunan perekonomian negara. Karena itu perencanaan
pembangunan kepariwisataan hendaknya termasuk dalam kerangka
kerja dari pembangunan
b) Perencanaan pengembangan kepariwisataan menghendaki
pendekatan terpadu dengan sektor-sektor lainya yang banyak
berkaitan dengan bidang kepariwisataan.
c) Perencanaan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah
haruslah dibawa koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara
keseluruhan.
d) Perencanaan suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus pula
berdasakan suatu studi yang khsusus dibuat untuk itu dengan
memperhatikan perlindungan teradap lingkungan alam dan budaya di
daerah sekitar.
e) Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus
didasarkan atas penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
sekitar dengan memperhatikan faktor geografis yang lebih luas dan
tidak meninjau dari segi administrasi saja.
f) Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan
kepariwisataan pada suatu daerah harus memperhatiakan faktor
ekologi daerah yang bersangkutan.
g) Perencanaan pengembangan kepariwisataan tidak hanya
memperhatikan masalah dari segi ekonomi saja, tetapi tidak kalah
petingnya memperhatikan masalah sosial yang mungkin ditimbulkan.
h) Pada masa-masa yang akan datang jam kerja para buruh dan
karyawan akan semakin singkat dan waktu senggangnya akan
semakin pajang, karena itu dalam perencanaan pariwisata khususnya
di daerah yang dekat dengan industri perlu diperhatikan pengadaan
fasilitas rekreasi dan hiburan disekitar daerah yang disebut sebagai
pre-urban.
i) Pariwisata walau bagaimana bentuknya, tujuan pembangunan tidak
lain untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak tanpa
membedakan ras, agama, dan bahasa, karena itu pengembangan
pariwisata perlu pula meperhatikan kemungkinan peningkatan
kerjasama bangsa-bangsa lain yang saling mengutungkan.
Untuk pengembangan ini dilakukan pendekatan-pendekatan
dengan organisasi pariwisata yang ada (pemerintah dan swasta) dan
pihak-pihak terkait yang diharapkan dapat mendukung kelangsungan
pembangunan pariwisata didaerah itu. Dalam hal ini kiranya
dibutuhkan perumusan yang cermat dan diambil kata sepakat, apa
yang menjadi kewajiban pihak pemerintah dan mana yang
merupakan tanggung jawab pihak swasta, sehingga dalam
pengembangan selanjutnya tidak terjadi penanggungan yang
tumpang tindih yang bisa menimbulkan perbedaan antara yang satu
dengan yang lainnya.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Dalam bukunya Oka A. Yoeti (1997: 2-3), pengembangan pariwisata ini ada
beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Wisatawan (Tourist)
Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana
mereka datang, usia, hobi, dan pada musim apa mereka melakukan
perjalanan.
2. Transpotasi
Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang
tersedia untuk membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang
dituju.
3. Atraksi/ obyek wisata
Bagaimana obyek wisata dan atraksi yang akan dijual, apakah
memenuhi tiga syarat berikut, apa yang dapat dilihat, apa yang
dilakukan dan apa yang dapat dibeli di DTW yang dikunjungi.
4. Fasilitas pelayanan
Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana
akomodasi perhotelan yang ada, restoan, pelayanan umum seperti
Bank/money changers, kantor pos, telepon/teleks di DTW yang akan
dikunjungi wisatawan.
5. Informasi dan promosi
Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana
leaflets/ brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap
paket wisata dan wisatawan cepat mengambil keputusan.
Bagan dibawah ini akan menjelaskan bagaimana pelayanan
kepada wisatawan dengan semua fasilitas yang memungkinkan untuk
melakukan perjalanan wisata.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
BAGAN 1
WISATAWAN DAN FASILITAS YANG DIPERLUKAN
WISATAWAN
Fasilitas yang diperlukan akomodasi perhotelan, restoran dan rumah makan
lainya, pelayanan pos, telepon, bank, listrik, shopping center. Sumber : Oka A. Yoeti
(1997: 31).
Pengembangan pariwisata ini tidak lepas dari peran organisasi kepariwisataan
pemerintah, seperti Dinas Pariwisata yang mempunyai tugas dan wewenang serta
kewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan aset negara yang berupa obyek
wisata. Sebagaimana suatu organisasi yang diberi wewenang dalam pengembangan
pariwisata diwilayahnya, ia harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada
umumnya :
1. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahnya dengan
segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.
2. Melakukan koordinasi diantara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi
dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri
pariwisata.
3. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang banyak,
sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata
dikembangkan sebagai suatu industri.
4. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk
wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai
pasaran diwaktu-waktu yang akan datang.
5. Menyediakan semua perlengkapan dan fasilitas untuk kegiatan pemasaran
pariwisata, sehingga dapat diatur strategi pemasaran keseluruh wilayah.
6. Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan berencana. (Yoeti,
1997: 48)
Oleh karena itu peranan organisasi kepariwisataan pemerintah disini Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan merupakan salah satu hal utama dalam pengembangan
pariwisata disuatu daerah. Selain itu perlu pula disiapkan beberapa hal, seperti sumber
daya yang ada, mempersiapkan masyarakatnya serta kesiapan sarana penunjang lainnya,
karena bagaimanapun juga wisatawan menghendaki pelayanan yang memuaskan.
Berdasarkan pengertian pengembangan dan obyek wisata diatas, pengembangan
obyek wisata dapat diartikan usaha atau cara untuk membuat jadi lebih baik segala
sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia sehingga semakin menimbulkan
perasaan senang dengan demikian akan menarik wisatawan untuk berkunjung. Gamal
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Suwantoro (1997: 57) menulis mengenai pola kebijakan pengembangan obyek wisata
yang meliputi :
a) Prioritas pengembangan obyek
b) Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan
c) Memungkinkan kegiatan penunjang pengembangan obyek wisata
I.6. Metode Penelitian
Penelitian membantu peneliti untuk memecahkan masalah secara terstuktur atas
permasalahan yang diajukan. Metode penelitian merupakan urutan kerja yang harus
dilakukan dalam melaksanakan penelitian termasuk alat-alat apa yang dipergunakan
untuk mengukur maupun mengumpulkan data dan cara untuk melakukan penelitian di
lapangan (Nasir, 1998: 5). Sedangkan menurut Winarno (2004: 131), metode
merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, seperti untuk mengkaji
rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa metode
penelitian merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam sebuah penelitian. Ketelitian
peneliti harus dimiliki dan sangat diperlukan dalam menentukan suatu metode
penelitian.
Penelitian yang digunakan peneliti pada topik “strategi pengembangan obyek
wisata pantai di Pulau Gili Noko Bawean” ini menggunakan metode kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat di amati (Moleong, 2012: 4). Penelitian kualitatif terkait dengan jenis data yang
dikumpulkan. Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian kualitatif menunjukkan
perbedaan dengan penelitian kuantitatif.
Menurut Lofland dalam Moleong (2005) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan berupa
dokumen dan lain-lain. Penelitian kualitatif menjadikan informan sebagai subyek yang
diamati dan dimintai informasi melalui wawancara.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Selain itu manusia juga berperan sebagai instrumen penelitian. Instrumen
penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur kejadian alam
maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2006: 102). Peneliti sendiri atau dengan
bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Peneliti selain sebagai
perencana yang menetapkan fokus, memilih informan, sebagai pelaksana pengumpul
data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan sementara di lapangan tanpa dibuat-
buat, sesuai realitas. Ciri-ciri peneliti sebagai instrument mencakup segi responsive,
menyesuaikan diri (adaptif), menekankan keutuhan, mendasarkan diri pada
pengetahuan, memproses dan merespon Moleong (2005).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dan
metode studi kasus (case study). Etnografi merupakan satu pekerjaan menggambar atau
mendeskripsikan suatu kebudayaan dalam suatu masyarakat. Menurut Malinowski,
tujuan utama dari etnografi yakni memahami sudut pandang hidup dari penduduk asli
(Spradley, 1997: 5).
Selain metode deskriptif kualitatif, penelitian ini menggunakan metode studi
kasus (case study), dimana Studi kasus sendiri adalah analisis deskriptif dan juga
eksploratif dari kelompok, perorangan atau suatu peristiwa. Kesatuan sistem ini dapat
berupa kegiatan, peristiwa, atau kelompok individu tertentu yang terikat oleh tempat,
waktu atau ikatan-ikatan tertentu (Sialana, 2006: 73). Sehingga dalam penelitian ini
peneliti berusaha melihat faktor-faktor budaya di pulau Gili Noko yang memilih
mengembangkan pariwisata dengan cara mereka sendiri untuk mencukupi kehidupan
sehari-hari beserta kendala yang dihadapi dan strategi yang dilakukan mereka. Peneliti
langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat sehingga segala permasalahan
mereka terkait budaya pariwisata dapat diketahui dan dipahami peneliti secara langsung
dan jelas.
1.6.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pengembangan obyek
wisata pantai di Pulau Gili Noko Bawean, yang terletak di Desa Sidogedungbatu,
Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik. Pulau Gili Noko dijadikan sebagai tempat
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
penelitian karena Pulau Gili Noko merupakan wisata alam yang masih dikunjungi
wisatawan di saat musim libur lebaran saja sekaligus yang menjadi salah satu tempat
wisata alam andalan di Pulau Bawean. Pulau Gili Noko sendiri letaknya terpisah dengan
pusat Desa Sidogedungbatu. Lokasi Pulau Gili Noko dipilih karena merupakan tempat
wisata alam di Bawean yang masih sepi pengunjung. Pusat kegiatan wisata yang ada di
Gili Noko diantaranya seperti penyewaan perahu, penyewaan alat snorkelling,
tersedianya penginapan, dan aktifitas berdagang. Berbagai keunggulan aktifitas wisata
serta berbagai fenomena yang ada di Desa Sidogedungbatu, peneliti menetapkan lokasi
penelitian dan dirasa sangat tepat digunakan untuk melakukan penelitian dengan judul
Pengembangan Obyek Wisata Pantai di Pulau Gili Noko Bawean.
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Guna memastikan keakuratan data dan informasi yang diperoleh dari penelitian
lapangan, maka diperlukan adanya suatu teknik pengumpulan data yang tepat. Salah
satu fungsi pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
memastikan kebenaran data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Berikut
teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini.
Penelitian ini melakukan pencarian data dengan cara observasi dan wawancara
mendalam untuk mendapatkan data utama dalam penelitian ini. Dikarenakan penelitian
ini menggunakan metode kualitatif, data ini didapatkan dengan cara observasi dan
wawancara mendalam. Sebelum mencari data, peneliti melakukan perizinan secara
formal ke berbagai pihak, dengan cara mengirim surat perizinan untuk melakukan
penelitian kepada pemerintah daerah di dinas pariwisata budaya Gresik dan kantor Desa
Sidogedungbatu yang menjadi lokasi utama penelitian. Perizinan ini dilakukan peneliti
karena sebagai syarat wajib untuk bisa melakukan penelitian secara legal. Setelah proses
perizinan selesai tahap selanjutnya adalah menggali data, ada tahap-tahap dalam
mencari data diantaranya adalah:
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
1.6.2.1. Pengamatan (observasi)
Teknik pengumpulan data berupa pengamatan (observasi)
merupakan senjata utama dalam penelitian kualitatif. Dalam tulisannya
Harsja W. Bachtiar mengatakan bahwa dalam usaha pengembangan
pengetahuan ilmiah mengenai segala sesuatu yang diwujudkan oleh alam
semesta, pengamatan merupakan metode yang pertama-tama digunakan
dalam melakukan penelitian ilmiah (Bachtiar, Harsja dalam
Koentjaraningrat, 1976:109).
Dalam tulisannya Moleong (Moleong, 2012:176),
mengklasifikasikan pengamatan ke dalam dua bentuk pengamatan, yaitu
pengamatan dengan cara menggunakan peranserta dan pengamatan tanpa
menggunakan peranserta. Pada pengamatan dengan cara peranserta,
seorang pengamat melakukan kegiatan pengamatan dengan memiliki dua
peranan dalam satu waktu. Pertama, seorang pengamat melakukan
kegiatan pengamatan (observasi) terhadap penelitian yang didalamnya
sekaligus pengamat berperan menjadi bagian dari objek yang diamatinya.
Sedangkan, pada pengamatan tanpa menggunakan peranserta tugas
seorang pengamat hanya mengamati (observasi) terhadap objek yang
akan diteliti olehnya. Teknik pengumpulan data berupa pengamatan
lapangan membuat seorang peneliti dapat melakukan kegiatan
pengamatan secara langsung terhadap objek kajian dari penelitiannya
kemudian menuangkan hasil pengamatan tersebut ke dalam sebuah
tulisan sehingga diperoleh data-data yang akurat dan relevan mengenai
topik permasalahan penelitian yang sedang didalami.
proses observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan
kunjungan langsung di lokasi penelitian. Pengamatan dilakukan oleh
peneliti ke lokasi penelitian juga bertepatan saat ada kegiatan KKN pada
bulan Juli 2019 di Bawean, hal pertama yang diamati yaitu respon salah
satu pengelola sekaligus sebagai sopir perahu ketika ada wisatawan yang
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
datang, waktu itu peneliti langsung mulai percakapan dan menanyakan
seputar perkembangan Gili Noko. observasi pertama peneliti
menemukan pola kerja pengelola dalam mengembangkan destinasi
wisata yang ada di Gili Noko.
Berikutnya peneliti melakukan pengamatan terhadap pedagang
yang ada di Noko, dengan berperan sebagai pembeli di salah satu warung
di Noko. peneliti berusaha menjalin rapot dengan pemilik warung
sekaligus mengamati mengenai kondisi aktifitas berdagang. Dari
pengamatan tersebut peneliti mengetahui pola kerja yang dilakukan
setiap harinya.
Selanjutnya peneliti berpindah ke tempat penyeberangan
perbatasan Dusun, yang menjadi titik pusat aktifitas masyarakat dari
Desa Sidogedungbatu menuju ke Gili Noko ataupun sebaliknya. Peneliti
mengamati kegiatan masyarakat dan sopir perahu. Peneliti mengambil
gambar berupa foto saat pengamatan dengan kamera handphone. Selain
itu, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap beberapa warga yang
memiliki usaha penginapan.
Dalam penggalian data yang dilakukan pada bulan juli 2019
selama kurang lebih 10 hari peneliti menemukan beberapa fakta terkait
pola pengembangan destinasi wisata yang dilakukan oleh pihak
pengelola, pihak pemerintah, dan peran serta masyarakat lokal
didalamnya. Data tersebut diperoleh saat wawancara dengan beberapa
informan. Peneliti menemukan beberapa fakta terkit strategi
pengembangan desnitasi wisata yang ada di Gili Noko.
Pengamatan dari pihak pengelola yang didapatkan melalui
wawancara langsung dengan anggota POKMASWAS (Kelompok
Masyarakat Sadar Wisata) mengatakan bahwa wisata di Gili Noko
tersebut masih bersifat musiman, dalam artian tempat tersebut tidak
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
dikunjungi wisatawan secara rutin. Hal itu, dikarenakan kurangnya
fasilitas transportasi untuk menuju ke Gili Noko yang masih bergantung
pada kondisi alam, dalam artian untuk wisatawan yang dari luar Bawean
jika berwisata ke Gili Noko harus melihat kondisi ombak sebelum
bepergian, selain itu juga transportasi laut, dan udara juga tidak
beroperasi setiap hari. Hal tersebut yang menyebabkan para wisatawan
yang dari luar Bawean masih enggan untuk berkunjung ke Gili Noko
dengan alasan tidak ada waktu panjang untuk berlibur. Selain itu pihak
pengelola tidak melakukan promosi ke luar melalui media online ataupun
offline. Penjelasan pihak pengelola juga mengatakan bahwa minimnya
dana yang diperoleh dari pihak pemerintah ataupun hasil penjulan tiket
masih kurang untuk melakukan perawatan sehingga pantai Noko selayar
masih kotor dan beberapa fasilitas didalamnya tidak berfungsi, seperti
kamar mandi, kolam ikan, dan tempat cuci tangan.
Peneliti bergeser ke pihak pemerintah yaitu Dinas Budaya dan
Pariwisata Pulau Bawean, data yang diperoleh peneliti melalui
wawancara secara langsung bersama salah satu staf disana. Dari hasil
wawancara tersebut peneliti menemukan data mengenai strategi
pengembangan yang dilakukan pihak pemerintah dalam
mengembangkan destinasi wisata yang ada di Pulau Bawean, terutama di
Gili Noko. Destinasi wisata yang ada di Bawean muncul ketika
masyarakat lokal awalnya membuka sendiri potensi lingkungan mereka
untuk dijadikan sebagai tempat wisata yang kemudian dikunjungi warga
Bawean sendiri secara rutin dan merambah ke luar Bawean, disitu
pemerintah mulai hadir untuk melihat potensi apa yang mereka suguhkan
dan berikan terhadap wisatawan ketika berwisata disana, dan juga
pemerintah memberikan bantuan berupa fasilitas-fasilitas yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan pariwisata. Setelah pemerintah
hadir memberikan fasilitas dan melakukan promosi ke luar Bawean maka
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
untuk mempermudah pengawasan pihak pemerintah membentuk
kelompok POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) yang didalamnya
adalah anggota kepercayaan untuk membantu mengelola wisata yang
sudah mereka kembangkan disetiap daerah masing-masing. Tugas
daripada POKDARWIS adalah mengembangkan destinasi wisata di
lingkungan masing-masing, melakukan perawatan fasilitas yang sudah
diberikan, merawat tempat wisata agar tetap terjaga kebersihan dan
keindahanya, dan juga melakukan promosi melalui media sosial.
Pengamatan selajutnya dilakukan oleh peneliti dengan beberapa
masyarakat lokal yang membuka usaha untuk menunjang kegiatan
pariwisata, seperti pemilik perahu, pemilik home stay, pengrajin
souvenir, dan pedagang. Pertama kali yang dilakukan oleh peneliti dalam
mengamati aktivitas perdagangan dengan berperan sebagai pembeli di
salah satu warung yang ada di Gili. Sembari berusaha menjalin rapot
dengan pemilik warung, peneliti melakukan pengamatan mengenai
kondisi aktivitas pedagang yang ada di Gili. Dari pengamatan yang
dilakukan kepada subjek pedagang peneliti mulai memahami pola kerja
yang mereka lakukan setiap harinya.
Peneliti juga menggunakan handphone sebagai alat bantu untuk
merekam dan mengambil gambar/foto yang digunakan peneliti untuk
mengetahui kejadian di lokasi penelitian, selain itu sebagai data
pendukung dalam penelitian Pengembangan Obyek Wisata Pantai di
Pulau Gili Noko Bawean. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk
melihat kebenaran data yang diutarakan informan saat wawancara,
misalnya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat akan berbeda ketika
ada moment acara tertentu salah satunya saat libur hari raya idul fitri
dengan aktivitas pada hari biasa.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
1.6.2.2. Wawancara
Teknik pengumpulan data selanjutnya yang digunakan dalam
penelitian kualitatif dalam tulisan ini setelah pengamatan adalah
wawancara. Wawancara merupakan kegiatan pengumpulan data yang
dilakukan dalam rangka memperdalam tingkat kevalidan dan keakuratan
sebuah data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan pengamatan
(observasi) lapangan sebelumya dalam mendukung kelancaran proses
berjalannya suatu kegiatan penelitian lapangan.
Dalam tulisannya yang membahas mengenai metode wawancara
Koentjaraningrat menjelaskan bahwa wawancara merupakan suatu
pembantu utama dari metode observasi (Koentjaraningrat, 1976:129).
Dalam tulisannya (Paul, 1953:441-442 dalam Koentjaraningrat,
1976:129) juga memberikan penjelasan peran penting kegiatan
wawancara untuk dilakukan dalam penelitian kualitatif sebagai sarana
teknik pengumpulan data yang mendukung untuk mengisi kelowongan
atau kekosongan data yang tidak bisa diperoleh dari kegiatan
pengamatan (observasi) lapangan karena alasan akademis tertentu.
Didalam wawancara terdapat dua unsur utama yang menjadi
prasyarat agar kegiatan wawancara dapat terlaksana, yaitu pewawancara
dan terwawancara. Pewawancara adalah seseorang yang mengajukan
pertanyaan mengenai suatu persoalan sedangkan terwawancara adalah
objek yang menjawab suatu persoalan yang dipertanyakan oleh
pewawancara. Dalam proses selanjutnya (wawancara) pewawancara dan
terwawancara terlibat dalam suatu perbincangan yang membahas
mengenai persoalan tertentu yang telah diajukan ke dalam bentuk
pertanyaan oleh pewawancara (Moleong, 2012:186).
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara bertemu
langsung dengan informan. Hal itu dilakukan dengan cara memberikan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
pertanyaan sesuai dengan poin-poin dari pedoman wawancara. Setelah
itu peneliti mengembangkan sendiri saat melakukan kegiatan wawancara
dengan informan.
Wawancara yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
dengan cara bertatap muka secara langsung kepada informan, semua itu
dilakukan oleh peneliti ditempat sesuai perjanjian yang sudah disepakati.
Biasanya permintaan informan langsung datang kerumah, toko, atau
langsung dijalan, peneliti melakukan wawancara secara kondisional
tergantung di lapangan. Untuk membantu proses wawancara peneliti
menggunakan alat bantu seperti buku catatan dan handphone sebagai
catatan dan alat perekam. Semua alat tersebut berfungsi untuk
menyimpan dan merekam hasil data wawancara bersama informan untuk
memudahkan menyimpan hasil data.
Proses penggalian data wawancara dilakukan oleh peneliti
dilakukan mulai tanggal 11 Juli sampai 14 Juli 2020. Berikut tahap-tahap
yang dilakukan oleh peneliti saat wawancara dengan narasumber :
1. Tanggal 11 Juli 2020 pukul 18.23 wawancara dengan tetua
adat Gili bapak Badir 51 tahun di rumah informan
2. Tanggal 11 Juli 2020 pukul 10.12 wawancara dengan penjual
kuliner ibu Susi 54 tahun di rumah informan
3. Tanggal 12 Juli 2020 pukul 12.16 wawancara dengan penjual
jajan dan minuman bapak Komar 54 tahun di rumah informan
4. Tanggal 13 Juli 2020 pukul 11.13 wawancara dengan
penjual kerajinan ibu Tini 37 tahun di toko informan
5. Tanggal 13 Juli 2020 pukul 14.07 wawancara dengan ketua
POKDARWIS bapak Anton 43 tahun rumah informan
6. Tanggal 13 Juli 2020 pukul 15.37 wawancara dengan pemilik
perahu bapak Kamal 53 tahun di rumah informan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
7. Tanggal 14 Juli 2020 pukul 08.11 wawancara dengan salah
satu pihak Dinas Pariwisata Budaya Gresik bapak Darso 33
tahun di kantor Dinas Pariwisata Budaya Gresik
8. Tanggal 14 Juli 2020 pukul 16.09 wawancara dengan
masyarakat lokal bapak Yoyok 35 tahun di rumah informan
9. Tanggal 14 Juli 2020 pukul 11.00 wawancara dengan kepala
Desa Sidogedungbatu bapak Budi 55 tahun di balai Desa.
10. Tanggal 23 Juli 2020 pukul 16.09 wawancara dengan
pengunjung asli bawean Yogi 22 tahun secara online.
Selama melakukan proses wawancara peneliti mengalami
kendala, yaitu dari informan pengunjung tidak dapat menemukan di
lokasi destinasi dikarenakan tidak musim liburan dan saat itu musim
pandemi covid-19. Oleh karena itu peneliti melakukan wawancara secara
online dengan pengunjung. Saat proses wawancara dengan informan juga
ada yang dilakukan saat malam hari, hal itu menjadi kendala bagi
peneliti dikarenakan kondisi desa yang tidak ada listrik. Sebagian
informan juga tidak bisa diwawancara saat bertemu dan harus janjian
dahulu karena mereka melaut dan berlayar di desa lain maka salah satu
cara peneliti melakukan janji dan menunggu informan pulang layar.
Minimnya listrik disana membuat peneliti berusaha membuat janji
dengan narasumber saat siang dan sore hari, ketika harus melakukan
wawancara di malam hari dan tidak ada penerangan tetap berjalan.
Sebagai peneliti harus menerima permintaan dari informan dikarenakan
hal tersebut termasuk kode etik dalam penelitian untuk memberikan hak-
hak dan kepentingan informan dengan nyaman (Spradley, 2007:53).
1.6.2.3. Teknik Pemilihan Informan
Menurut Moleong (2010: 132) subjek penelitian merupakan
informan. Informan adalah orang pada latar penelitian yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
latar penelitian. Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki ketika
memilih informan menurut Spradley (1997), yaitu:
1. Penelitian ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan
informasi yang sangat melekat dengan dirinya atau sudah di
luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan. Subjek yang
telah lama hidup dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan
atau lokasi aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian
2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan
dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.
3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu untuk dimintai
informasi.
4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung
diolah atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih
lugu dalam memberikan informasi.
Menurut Spradley (1997), etnografer bekerja sama dengan
informan untuk menghasilkan sebuah deskripsi kebudayaan. Informan
merupakan pembicara asli (native speaker) dan bahasa yang digunakan
menggunakan dialeknya sendiri Penentuan informan pada penelitian ini
dilakukan dengan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009: 300),
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu, misalnya informan tersebut orang yang
paling tahu tentang apa yang kita teliti. Sedangkan Burhan Bungin
menyatakan bahwa prosedur sampling yang paling penting adalah
snowball sampling menentukan informan kunci (key informan) atau
situasi sosial tertentu yang terdapat informasi. Dari key informan ini
peneliti mendapatkan petunjuk untuk mendapatkan data pada informan
yang ditunjukan olehnya (Bungin, 2012: 53).
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Sebagai peneliti dalam melakukan penelitian harus bisa membaca
situasi yang ada, misalnya ketika mendapatkan informan seorang nenek
atau orang yang sudah tua, peneliti juga harus bisa menempatkan diri
dengan berperilaku sopan. Dengan begitu peneliti dapat mejalin raport
dengan baik dan mendapatkan informasi yang akurat. Di sini menurut
Spradley (1997: 67) peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan,
lalu mendengarkan (bukan memotong pembicaraan), dan mengambil
sikap pasif (bukan sifat tegas).
Dalam wawancara etnografi, peneliti dapat mendefinisikan lima
persyaratan untuk memilih informan yang baik, yaitu: enkulturasi penuh,
keterlibatan lansung, suasana budaya yang tidak dikenal, waktu yang
cukup, dan non-analitis. Tapi ketika di lapangan membutuhkan banyak
informan yang berbeda akan menemukan beberapa infoman yang tidak
memenuhi kelima syarat itu. Sebagai seorang antropolog harus sudah
terampil dalam menyikapinya. Tapi dalam hal ini peneliti harus
mengusahakan memilih informan yang memiliki kelima syarat tersebut.
Berikut penjelasan lima syarat dalam memilih informan menurut
Spradley (1997: 68-77)
1) Enkulturasi Penuh
Informan yang baik adalah yang mengetahui secara baik
budayanya. dan informan yang baik juga akan mengetahui
budaya mereka dengan begitu baik tanpa harus memikirkannya.
Beberapa budaya juga dapat dipelajari melalui instruksi formal
dan informal, melalui pengalaman kerja. Informan yang baik juga
orang yang sudah mempunyai pengalaman dibidangnya selama
bertahun-tahun.
2) Keterlibatan Penuh
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Disini ketika seseorang terlibat dalam suasana budaya, ia
menggunakan pengetahuanya untuk membimbing tindakanya.
Selain itu, juga melihat hal-hal yang diketahuinya dan
menerapkanya setiap hari. Etnografer harus melihat secara cermat
keterlibatan langsung yang dialami oleh calon informan. Ketika
seorang etnogarfer memutuskan untuk mencari informan seorang
gelandangan mereka berarti juga harus menghabiskan waktunya
di jalanan seperti seorang gelandangan.
3) Suasana Budaya Yang Tidak Di Kenal
Disini ketika seorang etnografer mempelajari informan
yang tidak dikenalnya, maka ketidaktahuan itu membuat peneliti
menahan etnosentrisnya dan menerima berbagai hal budaya yang
diteliti sebagaimana adanya. Di masyarakat perkotaan ada berapa
kebudayaan yang dikenal oleh etnografer, tapi buat orang lain
tampak asing. Suasana itu biasanya ada di budaya keluarga yang
masih mempertahankan adat tradisional mereka dan berbicara
menggunakan bahasa mereka.
Permasalahan muncul kembali ketika melakukan analisis
data lapangan. Analisis data merupakan hal yang sulit. Akhirnya
budaya yang tidak dikenal membuat berbagai masalah dalam
wawancara. Ketika peneliti berusaha mempelajari budaya
informan, informan juga membaca pikiran peneliti apa aja yang
peneliti tahu tentang mereka. Jika informan tahu latar belakang
peneliti bahwa pertanyaan tersebut sudah dipelajari dan tahu
jawabanya, maka mereka mengira kita telah mengujinya. Tapi
jika informan mengggap peneliti benar-benar tidak tahu maka hal
tersebut tidak akan terjadi.
4) Cukup Waktu
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Etnografer membutuhkan pendekatan enam sampai tujuh
informan untuk diwawancarai yang masing-masingnya
berlangsung selama satu jam. Maka dari itu, penting untuk
memperkirakan apakah calon informan punya waktu senggang
untuk diwawancarai. Tetapi ketika informan sibuk dan mereka
tertarik dengan projek kita mereka pasti mau meluangkan
waktunya untuk diwawancara. Malahan mereka senang dapat
dijadikan sebagai informan. Terkadang ketika mereka sibuk,
dapat diwawancarai sambil melakukan pekerjaan. Selain itu,
salah satu cara menyelesaikan persoalan kurangnya waktu
wawancara pada satu informan yaitu dengan cara menggunakan
informan ganda.
Ketika seorang informan satu tidak ada waktu banyak,
maka lansung bertanya untuk rekomendasi informan dari mereka
yang sekiranya memiliki banyak waktu dan sesuai dengan topik
penelitian kita.
5) Non Analitik
Beberapa informan sering menggunakan bahasanya
sendiri ketika menceritakan berbagai kejadian dan tindakan
tersebut. Disini seorang peneliti juga harus bisa menganalisis
ungkapan yang dibicarakan oleh informannya. Beberapa
informan juga senang menganalisis kebudayaanya sendiri.
Contohnya masyarakat banyak yang menggunakan sudut
pandang dan ilmu-ilmu sosial untuk menganalisis tingkah
laku mereka sendiri. Informan menganggap kalau mereka
dapat menganalisis dan membantu tugas etnografer, orang
tersebut contoh informan yang kurang baik terutama bagi
peneliti yang masih pemula dalam penelitian.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Dengan mengidentifikasi beberapa syarat-syarat
umum memilih informan ini, peneliti lebih siap untuk
melakukan penelitian agar dapat memilih informan yang baik.
Dalam menetapkan informan, sebagai seorang antropolong
harus mamahami beberapa hal. Meskipun semua orang dapat
dijadikan sebagai informan, tetapi tidak semua orang bisa
menjadi informan yang baik. Salah satu tantangan ketika
wawancara adalah memulai, bagaimana menjalin raport
dengan baik, dan mengambangkan pertanyaan dari informan.
Disinilah letak pentingnya teknik pemilihan informan yang
dibutuhkan bagi seorang peneliti lapangan dalam kegiatan penelitiannya.
Seorang peneliti lapangan harus cermat, selektif serta memiliki
pengetahuan lebih untuk menentukan informan yang akan dijadikan
sumber informasi guna memperoleh data yang akurat dan relevan dalam
mendukung kegiatan penelitiannya. Aktivitas pertama kali yang
sebaiknya dilakukan oleh seorang peneliti sebelum menentukan
informannya adalah turun lapangan untuk melakukan kegiatan
pengamatan (observasi) guna mendapatkan pemahaman sedetail
mungkin mengenai aspek sosial-budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam lingkungan masyarakat di lokasi penelitiannya.
Ketika seorang peneliti sudah mampu mendapatkan gambaran
yang utuh mengenai kondisi sosial-budaya masyarakat di lokasi
penelitiannya, maka dia akan cenderung memiliki sensitifitas lebih
terhadap masyarakat yang menjadi objek penelitiannya. Selanjutnya akan
terbentuk interaksi sosial yang lebih intim antara peneliti dan masyarakat
sehingga dalam kondisi tersebut peneliti diharapkan sudah bisa
menentukan informan yang dijadikan sebagai sumber informasi dalam
penelitiannya. Berkaitan dengan ini, maka teknik yang dilakukan oleh
peneliti untuk menentukan informan dalam penelitian ini adalah dengan
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
turun lapangan langsung guna mengamati serta memahami kehidupan
sosial-budaya masyarakat sekitar lokasi wisata pantai Pulau Gili Noko.
Terdapat sepuluh informan yang dijadikan sebagai narasumber
dalam penelitian ini, beberapa daftar nama individu di penelitian dengan
judul Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pantai di Pulau Gili Noko
Bawean yaitu :
Tabel 1. 3 Informan Penelitian
No Nama Status Sosial Usia
1. Badir Kepala dusun Gili 51 2. Darso PNS (bagian IT ) 33 3. Tini Pengrajin souvenir 37 4. Susi Pemilik warung makanan khas
Gili 54
5. Budi Kepala Desa Sidogedungbatu 55 6. Yogi Mahasiswa 22 7. Anton Ketua Pengelola pantai Noko
(POKMASWAS) 43
8. Kamal Pemilik perahu 53 9. Yoyok Pengurus sekolah SD di Gili 35 10. Komar Pemilik warung jajan dan
minuman di pantai Noko 54
Keterangan : nama disamarkan
Penjelasan dari data informan diatas sebagai berikut :
1) Bapak Badir sebagai Kepala Dusun Gili beliau
mengetahui sejarah awal mula Pulau Gili ini dihuni oleh
manusia, dan awal mula Noko dijadikan sebagai tempat
wisata. Awalnya, peneliti melakukan wawancara terhadap
tokoh tertua di Gili, akan tetapi karena beliau sakit
akhirnya peneliti memutuskan untuk wawancara bapak
kasun yang kebetulan anak dari tokoh tetua diasana.
Peneliti melakukan wawancara di rumah tokoh tetua di
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Gili yang masih ada pada saat malam hari sekaligus
sowan.
2) Bapak Darso sebagai staf IT di BUDPAR Gresik (Dinas
Pariwisata Budaya Gresik), saat itu di kantor hanya ada
bapak Darso dan beliau siap untuk diwawancara terkait
destinasi wisata Gili Noko, maka peneliti melakukan
penggalian data saat itu juga. Dari situ yang kebetulan
bapak Darso sebagai staf IT tentunya beliau paham terkait
strategi-strategi yang dilakukan oleh pihak pemerintah
untuk mengembangkan destinasi wisata di Bawean
terutama di Gili Noko. peneliti melakukan wawancara
saat pagi hari di kantor Dinas Pariwisata Budaya Gresik
3) Ibu Tini sebagai pembuat souvenir di Gili, dan kebetulan
disana hanya beliau yang menjalankan usaha souvenir.
Disitu peneliti menemukan data terkait usaha souvenir
yang sedang ibu Tini jalankan sampai sekarang. Peneliti
melakukan wawancara di rumah sekaligus tempat jualan
souvenir informan
4) Ibu Susi sebagai salah satu pemilik warung makanan khas
Gili. Disana ada beberapa toko yang menjalankan usaha
tempat makan, akan tetapi karena kondisi pada saat itu
yang bersedia untuk di wawancara adalah ibu Susi yang
kebetulan juga istri dari ketua pengelola Noko. disitu
peneliti menemukan data seputar aktifitas pemilik warung
makan, wawancara dilakukan peneliti di rumah Ibu Susi
saat siang hari.
5) Bapak Budi sebagai kepala Desa tahun 2020-2025, dalam
penggalian data informan menemukan data pihak
pemerintah dalam mengembangan Gili yang terdapat
tempat wisata di Noko selayar, serta fasilitas apa saja
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
yang sudah diberikan pihak Desa dalam mengembangkan
wisata pantai di Noko selayar. wawancara dilakukan di
kantor kelurah Desa Sidogedungbatu saat siang hari.
6) Yogi sebagai pengunjung asli Bawean, dalam penggalian
data informan menemukan data seputar respon dan
kepuasan saat berwisata ke Gili Noko. wawancara
dilakukan secara online dikarenakan saat itu tidak musim
liburan dan ada pandemi jadi peneliti memustuskan
wawancara lewat chatting.
7) Bapak Anton sebagai ketua pengelola Noko, disitu
peneliti menemukan data terkait strategi pihak pengelola
dan masyarakat lokal dalam peran serta pengembangan
destinasi Gili Noko. Wawancara dilakukan oleh peneliti
di rumahnya di sore hari.
8) Bapak Kamal sebagai pemilik perahu, meskipun disana
mayoritas warganya memiliki perahu pribadi dan
digunakan untuk penyewaan peneliti mengambil informan
beliau karena perahunya selain punya pribadi dan
disewakan juga digunakan sebagai transportasi utama
masyarakat Gili yang ingin layar ke Bawean. Disitu
peneliti menemukan data terkait usaha-usaha yang
dilakukan pemilik perahu saat tidak musim liburan.
Wawancara dilakukan dirumah beliau saat sore hari.
9) Bapak Yoyok sebagai masyarakat Gili, peneliti memilih
beliau karena bekerja di sekolah dan rumahnya dijadikan
sebagai taman baca anak-anak dari progam csr salah satu
perusahaan indstri pupuk di Gresik. Disitu peneliti
menemukan peran serta masyarakat lokal dalam
mengembangkan destinasi wisata Gili Noko dan juga
menemukan harapan untuk wisata di lingkungan desanya.
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Wawancara dilakukan oleh peneliti di rumahnya langsung
saat sore hari.
10) Bapak Komar sebagai pemilik warung jajan di Noko.
disana ada banyak orang yang memiliki warung jajan di
Noko, akan tetapi peneliti memilih beliau sebagai orang
punya inisiatif awal untuk membuka warung jajan di
Noko. disitu peneliti menemukan keluhan dan harapan
terhadap perkembangan Gili Noko. wawancara dilakukan
saat siang hari dirumahnya.
1.6.2.4. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan pengelolahan data yang
didapatkan oleh peneliti untuk menjadi sebuah laporan penelitian.
Menurut Bogdan dan Biken, analisis data merupakan upaya yang
dilakukan dengan cara mengorganisasikan data, memilah data
untuk dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan poin penting yang akan dipelajari, memutuskan yang
dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2005: 248).
Analisis penelitian kualitatif dilakukan ketika sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan, dan sesuadah di
lapangan. Selama di lapangan peneliti memperoleh data dengan
berbagai cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan
lapangan. Dalam proses perolehan data, yang diambil dalam
penelitian yaitu berbentuk kata verbal dan beragam isinya. Data
yang beragam tersebut diolah menjadi ringkas dan sistematis.
Bentuk kata verbal dalam data kualitatif memerlukan pengolahan
untuk mendapatkan hasil analisis (Muhadjir, 1993: 50).
Langkah analisis data menurut Miles dan Huberman
(1984), yang pertama yaitu memilih dan meringkas data yang
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
diperoleh. Pada langkah ini peneliti memilih dan meringkas
dokumen-dokumen yang relevan. Kedua pengkodean yang
mencakup empat hal penting, yaitu : 1) digunakan simbol atau
ringkasan, 2) kode dibangun dalam struktur tertentu, 3) kode
dibangun dengan tingkat rinci tertentu, 4) kode-kode tersebut
dibangun dalam integratif. Ketiga membuat catatan objektif,
dalam hal ini peneliti mengklasifikasikan data yang didapat.
Keempat membuat catatan reflektif oleh peneliti dengan menulis
apa saja yang terkait tentang catatan objektif. Kelima membuat
catatan marginal mengenai komentar peneliti terhadap
metodologinya. Keenam penyimpanan data. Ketujuh pembuatan
memo mengenai konseptual ide. Langkah yang terakhir adalah
analisis antar lokasi yang dilakukan oleh peneliti jika meneliti
lebih dari satu lokasi.
Berdasarkan langkah analisis data dari Miles dan
Huberman, yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah
langkah yang pertama, yaitu memilih dan meringkas data yang
diperoleh. Selanjutnya, langkah yang ketiga dan keempat, yaitu
catatan objektif dan catatan reflektif yang juga dikenal sebagai
refleksi metodologis. Saat pengumpulan data oleh peneliti, juga
harus langsung dilanjutkan dengan kegiatan lain seperti
menuliskan, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, dan
menyajikan data atau menganalisis data (Muhadjir, 1993: 50).
Pada tahap analisis data dilakukan kembali pemeriksaan
data yang diperoleh oleh peneliti. Semua data tersebut meliputi
data observasi, catatan lapangan, hasil wawancara, data rekaman,
dan foto. Selajutnya melakukan pemeriksaan data sekunder yang
didapatkan dari kantor desa. Kemudian setelah terkumpul peneliti
membuat tulisan berupa teks hasil wawancara (transkip).
IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
SKRIPSI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA.... NIDAUL ZULFA ISNAWATI
Kemudian untuk hasil dokumentasi terkait kondisi lapangan
dipilih yang sesuai dengan narasi dan apa yang dikaji oleh
peneliti.
Masuk tahap selanjutnya, melakukan pemeriksaan
kesesuaian data yang terkumpul, hal itu dilakukan untuk
menyesuaikan topik apa sang sedang diteliti. Selanjutnya
pengklasifikasikan data yang disesuaikan dengan rumusan
masalah, hasilnya data yang sudah diperoleh bisa selaras dengan
rumusan masalah yang sedang diteliti. Kemudian dalam
penyajian data yang sudah didapatkan dideskripsikan sesuai
dengan topik secara terstruktur.