bab i pendahuluan i.1 latar belakang - · pdf filedua pertiga bayi menderita gangguan penyakit...

7
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pencemaran udara didefinisikan sebagai hadirnya satu atau lebih substansi/ polutan di atmosfer (ambien) dalam jumlah tertentu yang dapat membahayakan atau mengganggu kesehatan dan kesejahteraan manusia, hewan, serta tumbuhan (Cooper et al., 1994). Masalah pencemaran udara mencakup tiga komponen dasar yaitu: sumber yang mengemisikan polutan ke udara/ atmosfer, adanya reaksi dan transformasi unsur kimia dari polutan tersebut di atmosfer, serta dampak terhadap reseptor (tumbuhan, hewan, manusia, dan konstruksi bangunan). Bagan alir masalah pencemaran udara tersebut ditunjukkan pada Gambar I.1. Atmosfer Reseptor Sumber emisi Polutan Reaksi kimia Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986) National Ambient Air Quality Standards (NAAQS’s) Amerika Serikat menyebutkan, ada enam kriteria polutan dalam udara yang terdiri dari lima kriteria polutan udara primer (yang diemisikan langsung) dan satu kategori polutan udara sekunder (dibentuk di atmosfer terendah oleh reaksi kimiawi diantara polutan primer). Berikut ini termasuk ke dalam lima kriteria polutan primer, yaitu: particulate matter (PM) yang mempunyai diameter kurang dari 10μm, SO 2, NO 2, CO, dan partikulat timbal (Cooper et al., 1994). Ozon dikategorikan sebagai polutan udara sekunder karena merupakan produk dari reaksi komplek antara hidrokarbon dan nitrogen yang dioksidasi di bawah pengaruh sinar matahari (Cooper et al., 1994., Soedomo, 1999). Unsur partikulat dapat mempengaruhi kesehatan manusia sebagai reseptor terutama menyebabkan gangguan pada sistem respirasi. Penyebab masuknya

Upload: hoanglien

Post on 02-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang - · PDF filedua pertiga bayi menderita gangguan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ... Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut di atas

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Pencemaran udara didefinisikan sebagai hadirnya satu atau lebih substansi/

polutan di atmosfer (ambien) dalam jumlah tertentu yang dapat membahayakan

atau mengganggu kesehatan dan kesejahteraan manusia, hewan, serta tumbuhan

(Cooper et al., 1994).

Masalah pencemaran udara mencakup tiga komponen dasar yaitu: sumber yang

mengemisikan polutan ke udara/ atmosfer, adanya reaksi dan transformasi unsur

kimia dari polutan tersebut di atmosfer, serta dampak terhadap reseptor

(tumbuhan, hewan, manusia, dan konstruksi bangunan). Bagan alir masalah

pencemaran udara tersebut ditunjukkan pada Gambar I.1.

Atmosfer Reseptor Sumber emisi Polutan Reaksi kimia

Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986) National Ambient Air Quality Standards (NAAQS’s) Amerika Serikat

menyebutkan, ada enam kriteria polutan dalam udara yang terdiri dari lima

kriteria polutan udara primer (yang diemisikan langsung) dan satu kategori

polutan udara sekunder (dibentuk di atmosfer terendah oleh reaksi kimiawi

diantara polutan primer). Berikut ini termasuk ke dalam lima kriteria polutan

primer, yaitu: particulate matter (PM) yang mempunyai diameter kurang dari

10μm, SO2, NO2, CO, dan partikulat timbal (Cooper et al., 1994). Ozon

dikategorikan sebagai polutan udara sekunder karena merupakan produk dari

reaksi komplek antara hidrokarbon dan nitrogen yang dioksidasi di bawah

pengaruh sinar matahari (Cooper et al., 1994., Soedomo, 1999).

Unsur partikulat dapat mempengaruhi kesehatan manusia sebagai reseptor

terutama menyebabkan gangguan pada sistem respirasi. Penyebab masuknya

Page 2: Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang - · PDF filedua pertiga bayi menderita gangguan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ... Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut di atas

partikulat ke dalam sistem respirasi manusia adalah ukuran partikulat tersebut.

Ukuran yang dapat masuk ke dalam sistem respirasi adalah partikulat berukuran

kurang dari 10 μm dengan spesifikasi sebagai berikut (Soemirat, 2003):

- Ukuran 5 - 10 μm akan mudah tersaring secara fisik oleh rambut-

rambut halus dalam rongga hidung

- Ukuran 2 - 5 μm akan terendapkan di alveoli

- Ukuran < 2 μm akan mudah masuk ke dalam saluran respirasi dan akan

mudah keluar kembali bersama udara ekspirasi.

Beberapa penelitian sebelumnya telah menghubungkan antara paparan polutan

partikulat terespirasi dengan beberapa kejadian penyakit saluran pernafasan dan

kardiovaskular. Seperti yang dilakukan oleh Mutius et al. (1995) di Jerman

Timur, bahwa peningkatan konsentrasi partikulat, SO2, NOx, serta kombinasi

antara ketiganya di udara ambien berhubungan dengan peningkatan resiko anak-

anak mengidap penyakit saluran pernafasan bagian atas dan asma. Janssen et al.

(2005) menyebutkan bahwa ada korelasi kuat antara PM2,5 di udara luar ruangan

yang memapari orang dewasa dengan kejadian penyakit kardiovaskular di

Amsterdam dan Helsinki. Penelitian yang dilakukan Liu et al, (2003)

menunjukkan bahwa rata-rata paparan PM2,5 perseorangan dengan personal

sampler pada subpopulasi di Seattle relatif sama dengan konsentrasi PM2,5 di luar

ruangan dan lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PM2,5 di dalam

ruangan. Anak-anak penderita asma relatif terpapar PM2,5 lebih tinggi

dibandingkan dengan orang dewasa penderita penyakit chronic obstructive

pulmonary disease (COPD) dan chronic heart disease (CHD), dengan kata lain

ada korelasi yang lebih kuat antara PM2,5 dengan kejadian penyakit asma

dibandingkan pada penyakit COPD dan COD (Liu et al., 2003).

Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan

penduduk yang cukup tinggi setiap tahunnya. Aktifitas penduduk Kota Bandung

beragam mulai dari sektor pertanian, perkebunan, pendidikan, hingga sektor

industri dan transportasi. Aktifitas-aktifitas tersebut menghasilkan polutan

termasuk emisi polutan ke udara yang menimbulkan pencemaran udara, dan pada

Page 3: Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang - · PDF filedua pertiga bayi menderita gangguan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ... Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut di atas

akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan manusia serta menimbulkan penyakit-

penyakit yang berhubungan dengan saluran pernafasan.

Penelitian mengenai pencemaran partikulat udara di Kota Bandung yang

dilakukan oleh Santoso et al. (2006) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

rata-rata konsentrasi tahunan PM10 dan PM2,5

selama tahun 2004-2005. Hasil

pengukuran pada periode tahun 2002-2005 yang dilakukan oleh BPLH Kota

Bandung menunjukkan bahwa pada beberapa lokasi di Kota Bandung, ambang

batas baku mutu harian untuk PM10 telah dilampaui, baik di lokasi perumahan,

perkantoran dan perdagangan, ruang terbuka hijau, dan terminal (Bappenas,

2006). Fitriani (2006) menyebutkan bahwa PM10 dan TSP di beberapa lokasi di

Kota Bandung mengandung logam berat Pb dan Hg.

Profil kesehatan Kota Bandung pada tahun 2004 menyebutkan bahwa lebih dari

dua pertiga bayi menderita gangguan penyakit infeksi saluran pernafasan akut

(ISPA) (Bappenas, 2006). Rata-rata konsentrasi timbal dalam darah anak-anak

dari 40 Sekolah Dasar yang tersebar di 25 kecamatan di Kota Bandung adalah

sebesar 14,13 μg/dl. Angka tersebut telah melebihi ambang batas konsentrasi

timbal dalam darah yaitu sebesar 10 μg/dl. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat

pencemaran timbal yang berbahaya di Kota Bandung (Bappenas, 2006).

Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut di atas maka perlu dilakukan analisis

paparan partikulat terespirasi terhadap masyarakat sebagai reseptor dari

pencemaran udara. Analisis unsur-unsur kimia yang terkandung pada partikulat

terespirasi perlu dilakukan mengingat setiap unsur kimia tersebut mempunyai

potensi bahaya yang beragam bagi fungsi fisiologis tubuh. Informasi mengenai

karakteristik partikulat terespirasi yang memapari masyarakat sebagai reseptor,

khususnya untuk pemantauan perorangan belum banyak dilakukan. Sistem

monitoring kualitas udara pada umumnya dilakukan dengan mengukur

pencemaran udara ambien. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi data

paparan pencemaran udara pada manusia dan menjadi dasar studi epidemiologi

dalam kaitannya dengan kondisi kesehatan masyarakat, sehingga dapat menjadi

Page 4: Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang - · PDF filedua pertiga bayi menderita gangguan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ... Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut di atas

masukan bagi pengambil keputusan untuk kesehatan lingkungan dan masyarakat,

khususnya di Kota Bandung.

I.2 Perumusan Masalah

Kecenderungan meningkatnya pencemaran udara di Kota Bandung dapat

berdampak terhadap kesehatan masyarakat Kota Bandung. Angka kejadian

penyakit saluran pernafasan yang relatif meningkat dari tahun ke tahun, serta

kadar timbal dalam darah anak-anak usia sekolah dasar di seputar Kota Bandung

yang telah melebihi ambang batas, merupakan salah satu indikasi adanya masalah

pada kualitas udara di Kota Bandung. Sehingga perlu dilakukan kajian terhadap

paparan partikulat terespirasi pada masyarakat Kota Bandung.

I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah pengetahuan tentang karakteristik paparan

polutan partikulat terespirasi pada masyarakat.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

- Pengetahuan tentang unsur-unsur kimia yang terkandung dalam paparan

partikulat terespirasi

- Evaluasi pengaruh kondisi lahan terhadap karakterisasi dan identifikasi polutan

partikulat terespirasi

- Analisis awal studi paparan partikulat terespirasi terhadap manusia sebagai

reseptor

I.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup beberapa bagian, yaitu:

Wilayah penelitian

Penelitian ini dilakukan di empat lokasi dengan peruntukkan lahan yang berbeda

yaitu kompleks perumahan Aria Graha sebagai kawasan pemukiman, Cisaranten

Page 5: Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang - · PDF filedua pertiga bayi menderita gangguan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ... Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut di atas

Wetan sebagai kawasan industri, Tegalega sebagai kawasan padat transportasi,

dan Dago Pakar sebagai kontrol mewakili kawasan bersih.

Parameter penelitian

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah komposisi dan konsentrasi

unsur-unsur kimia dalam partikulat terespirasi.

Waktu penelitian

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2007. Analisis

laboratorium dilakukan pada bulan Mei hingga September 2007.

I.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

- Memperkaya data monitoring pencemaran udara khususnya mengenai paparan

partikulat terespirasi terhadap manusia sebagai reseptor.

- Studi awal mengenai paparan partikulat terespirasi terhadap manusia sebagai

reseptor yang merupakan dasar dari penelitian epidemiologi untuk

menghubungkan pencemaran udara dengan kejadian penyakit saluran

pernafasan.

I.6 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan terdiri atas empat tahap, yaitu survei lapangan,

pengumpulan data primer dan sekunder, analisis partikulat, serta analisis potensi

paparan unsur-unsur kimia. Survei lapangan dilakukan untuk menunjang dalam

observasi lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan

pemgambilan sampel partikulat terespirasi dari paparan perseorangan yang

kemudian dikarakterisasi dan diidentifikasi. Proses karakterisasi dan identifikasi

unsur-unsur kimia dalam partikulat menggunakan teknik INAA, AAS, dan

reflektansi cahaya. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis dengan mengkaitkan

Page 6: Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang - · PDF filedua pertiga bayi menderita gangguan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ... Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut di atas

data-data sekunder yaitu data pencemaran udara, data tingkat emisi, serta data

meteorologi Kota Bandung untuk memprediksikan sumber pencemar. Analisis

potensi paparan partikulat terespirasi serta unsur-unsur kimia yang terkandung

didalamnya dilakukan dengan perhitungan nilai IEC (Inhalation Exposure

Concentration). Hasil dari perhitungan IEC merupakan gambaran estimasi rata-

rata paparan polutan partikulat terespirasi pada masyarakat selama kurun waktu

tertentu.

1.7. Sistematika Penulisan Tesis

Sistematika penulisan tesis ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu pendahuluan,

tinjauan pustaka, gambaran umum lokasi, metodologi penelitian, hasil dan

pembahasan, serta kesimpulan dan saran.

Bab 1 Pendahuluan

Dalam bab pendahuluan ini terdiri atas latar belakang penelitian, tujuan, ruang

lingkup, metode yang digunakan, serta sistematika penulisan tesis.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab tinjauan pustaka ini terdiri dari literatur-literatur yang dapat menunjang

penelitian tentang paparan partikulat terespirasi. Pustaka tersebut membahas

secara singkat mengenai parameter pencemaran udara termasuk partikulat

terespirasi serta efeknya terhadap kesehatan. Selain itu juga diuraikan secara

singkat baku mutu kualitas udara ambien yang ditetapkan pemerintah Indonesia,

juga baku mutu paparan partikulat terespirasi terhadap manusia di lingkungan

kerja.

Bab III Gambaran Umum Wilayah Studi

Berisikan mengenai deskripsi yang menjadi gambaran umum dari lokasi

penelitian, termasuk diantaranya gambaran umum Kota Bandung ditinjau dari

topografi, meteorologi, kondisi pencemaran lingkungan, dan kondisi kesehatan

masyarakat.

Page 7: Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang - · PDF filedua pertiga bayi menderita gangguan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ... Merujuk pada hasil-hasil penelitian tersebut di atas

Bab IV Metodologi Penelitian

Dalam metodologi penelitian diuraikan mengenai pendekatan-pendekatan

prosedur pengambilan sampel partikulat terespirasi, proses analisis sampel, serta

alur penelitian yang dilakukan.

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan hasil-hasil yang diperoleh dari penelitan, yaitu konsentrasi

paparan partikulat terespirasi pada masing-masing lokasi, unsur-unsur yang

diidentifikasi dari kandungan partikulat terespirasi tersebut, perbandingan dengan

baku mutu, serta studi paparan yang diterima penduduk. Unsur-unsur yang

terkandung di dalam partikulat terespirasi dianalisis dengan analisis faktor untuk

mengetahui kemungkinan faktor-faktor yang dapat berkontribusi sebagai sumber

pencemar. Studi paparan dilakukan dengan menghitung nilai inhalation exposure

concentration. Selain itu, pembahasan dilakukan dengan mengaitkan hasil yang

diperoleh dengan data-data sekunder yang ada seperti data kejadian penyakit

ISPA, data pencemaran udara, serta emisi polutan di Kota Bandung. Hal ini

dilakukan untuk memperoleh hasil yang dapat memberikan gambaran mengenai

pencemaran udara serta kaitannya dengan masyarakat sebagai reseptor.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisis data yang

diperoleh, serta saran-saran yang dianggap perlu diperhatikan dalam

pengembangan penelitan ini.