bab i pendahuluan - repository.poltekkes-kdi.ac.idrepository.poltekkes-kdi.ac.id/838/2/bab i - bab...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan jajanan disekolah terutama sekolah dasar dan anak sekolah
merupakan dua hal yang tidak bias dipisahkan. Terburu-buru berangkat kesekolah,
orang tua yang sangat sibuk dan rasa jajanan yang enak membuat anak sekolah
dasar lebih memilih untuk jajan di lingkungan sekolah (Suci, 2009).
Makanan jajanan sangat rentan terkontaminasi akibat proses penyimpanan
yang salah, pengolahan makanan yang kurang baik serta penyajian yang tidak
hygienis (WHO, 2005). Makanan dapat menjadi media perantara bagi suatu
penyakit, Terjadinya penyakit akibat makanan yang terkontaminasi disebut penyakit
bawaan makanan atau food-borne disease (Susanna dan Hartono, 2003).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan
Jajanan, terdapat beberapa aspek yang diatur dalam penanganan makanan jajanan,
yaitu penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan, bahan tambahan makanan,
penyajian dan sarana penjaja. Beberapa aspek tersebut sangat mempengaruhi
kualitas makanan. Banyak jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan
sehingga justru mengancam kesehatan anak (Khomsan, 2003). Sebagian besar
makanan jajanan anak sekolah merupakan makanan yang diolah secara tradisional
yang dijajakan oleh pedagang kaki lima.
Penelitian Djaja (2003) di 3 (tiga) jenis tempat pengelolaan makanan (TPM)
menyimpulkan bahwa pedagang kaki lima berisiko 3,5 kali lipat terhadap terjadinya
kontaminasi makanan dibandingkan dengan usaha jasaboga, restoran dan rumah
makan. Kontaminasi makanan pada pedagang kaki lima dapat terjadi karena sanitasi
2
dapur pengolahan makanan dan tempat penyajian makanan mungkin belum
memenuhi persyaratan kesehatan.
Menurut Kusmayadi (2007) terdapat 4 (empat) hal penting yang menjadi
prinsip hygiene dan sanitasi makanan meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang
mengelola makanan, sanitasi makanan, sanitasi peralatan dan sanitasi tempat
pengolaha Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal, di antaranya
adalah menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan bersih dan
lain-lainnya serta makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat
menjangkaunya serta pengolah makanan yang sakit atau karier penyakit.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2013 kasus diare Sulawesi Tenggara berjumlah 50.517 kasus dari total penduduk
2.360.611 jiwa, total diare yang ditangani telah mencapai 95,70%. Angka ini
menurun menjadi 42.293 kasus atau sebanyak 81,90% dari perkiraan kasus pada
tahun 2014. Pada tahun 2015 jumlah kasus diare yang ditangani sebanyak 41.071
kasus atau sebanyak 77,74% dari perkiraan kasus. Angka tersebut menunjukkan
jumlah kasus diare di Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun 2013-2015 terus
mengalami penurunan setiap tahunnya Higiene sanitasi yang buruk dapat
menimbulkan dampak terhadap kesehatan. Pada tahun 2016 presentase kejadian
diare di Kota Kendari sebesar 52.65%, merupakan tertinggi ke tujuh dari 14 kota
kabupaten di Sulawesi Tenggara (Dinkes Provinsi Sultra, 2017).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Manalu, dkk (2012)
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepadatan lalat, perilaku
ibu mencuci tangan, perilaku ibu menutup makanan, penggunaan sumber air bersih
serta air minum terhadap kejadian diare pada balita. Proses pengolahan makanan,
pencucian bahan makanan, higiene penjamah dan sanitasi makanan berpengaruh
3
dengan angka bakteri pada makanan. Makanan juga dapat terkontaminasi melalui
vektor, salah satunya lalat. Lalat mencemari makanan dan minuman oleh bakteri
yang terbawanya setelah hinggap ditempat-tempat yang kotor. Bakteri tersebut lalu
termakan manusia dan dapat menyebabkan penyakit diare.
Hasil penelitian Ramadani, Nirmala, dan Mersatika (2016) di Kecamatan
Buke Kabupaten Konawe Selatan menyimpulkan bahwa higiene penjamah makanan
jajanan di Kantin Sekolah Dasar di Kecamatan Buke belum memenuhi Syarat,
Sanitasi peralatan makanan jajanan di Kantin Sekolah Dasar di Kecamatan Buke
belum memenuhi syarat, Sanitasi penyajian makanan jajanan di Kantin Sekolah
Dasar di Kecamatan Buke belum memenuhi syarat serta sanitasi sarana penjajah
makanan jajanan di Kantin Sekolah Dasar di Kecamatan Buke belum memenuhi
syarat.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SD 11 Mandonga kota
Kendari pada, sebanyak 4 pedagang yang diambil sebagai sampel, kebersihan diri
(hygine) masih kurang terlihat dari kebersihan pakaian, kuku, maupun rambut, tidak
menggunakan celemek ataupun alat pelindung lain seperti kaus tangan. Selain itu
pedagan sering kali menggaruk-garuk ataupun merokok, dan tidak mencuci tangan
ketika akan menjamah makanan. Sedangkan untuk sanitasi makanan dalam
sebanyak 4 pedagang sudah dalam kategori baik, namun peralatan makan sering kali
tidak dicuci dengan air yang bersih maupun dikeringkan dengan lap yang bersih,
menggunakan kantung plastik ditiup terlebih dahulu, serta membuang sampah
sembarangan.
B. Rumusan Masalah
4
Bagaimana gambaran hygiene dan sanitasi pada pedagang makanan jajanan
di SD 11 Mandonga Kota Kendari
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran perilaku penjaja makanan dari aspek hygiene dan
sanitasi di SD 11 Mandonga Kota Kendari
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran perilaku penjaja makanan dari aspek hygiene di
SD 11 Mandonga Kota Kendari.
2. Untuk mengetahui gambaran perilaku penjaja makanan dari aspek sanitasi di
SD 11 Mandonga Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian1. Bagi Institusi
Menjadi bahan masukan bagi pihak institusi terkait dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan dan pemeliharaan higiene sanitasi khususnya
dalam penjamah makanan di SD 11 Mandonga Kota Kendari.
2. Bagi Masyarakat/Orang tua siswa
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta bahan pertimbangan
dan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan pemeliharaan hygiene dan
sanitasi dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Bagi Peneliti
a. Sebagai suatu pembelajaran dan pengalaman bagi peneliti dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama peneliti
menjalani perkuliahan.
5
b. Menambah wawasan lebih lagi bagi peneliti dalam meningkatkan derajat
kesehatan di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan tentang Hygiene dan Sanitasi
a. Pengertian Hygiene
Menurut (Streeth, J.A. and Southgate, H.A, 1986 dalam Rejeki, 2015)
Kata “Higiene” berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk
membentuk dan menjaga kesehatan. Dalam sejarah Yunani, higiene berasal
dari nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit).
Berdasarkan buku Theory of Catering dikemukakan bahwa higiene
adalah ilmu kesehatan dan pencegahan timbulnya penyakit. Higiene lebih
bayak membicarakan masalah bakteri sebagai penyebab timbulnya penyakit.
Seorang juru masak di samping harus mampu mengolah makanan yang enak
rasanya, menarik penampilannya, juga harus layak dimakan. Untuk itu,
makanan harus bebas dari bakteri atau kuman penyakit yang membahayakan
kesehatan manusia (Rejeki, 2015).
Higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan
kegiatannya kepada usaha kesehatan individu, maupun usaha kesehatan
pribadi hidup manusia (Rejeki, 2015).
Arti lain dari higiene ada beberapa yaitu :
6
1) Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan
jasmani, rohani, dan sosial untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi.
2) Menurut Brownell, higiene adalah bagaimana caranya orang memelihara
dan melindungi kesehatan.
3) Menurut Prescott, higiene menyangkut dua aspek yaitu:
a) Yang menyangkut individu (personal higiene)
b) Yang menyangkut lingkungan (environment) (Rejeki, 2015).
Higiene perorangan mencakup semua segi kebersihan diri pribadi
karyawan (penjamah makanan) tersebut. Menjaga higiene perorangan berarti
menjaga kebiasaan hidup bersih dan menjaga kebersihan seluruh anggota
tubuh yang meliputi:
1) Mandi dengan teratur, bersih dan sehat sebelum memasuki ruangan
dapur,
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menjamah makanan,
3) Kuku dipotong pendek dan tidak di cat (kutex),
4) Rambut pendek dan bersih,
5) Selalu memakai karpus (topi khusus juru masak) atau penutup kepala
lainnya,
6) Wajah; tidak menggunakan kosmetik secara berlebihan,
7) Hidung; tidak meraba-raba hidung sambil bekerja dan tidak menyeka
wajah dengan menggunakan tangan tetapi menggunakan sapu tangan,
8) Mulut; menjaga kebersihan mulut dan gigi, tidak merokok saat mengolah
makanan, jangan batuk menghadap makanan, tidak mencicipi makanan
langsung dari alat memasak,
7
9) Kaki; mempergunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai, kaos kaki
diganti setiap hari, kuku jari harus dipotong pendek (Rachman, 2010).
Tujuan dari personal hygiene adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan, memelihara kebersihan diri, memperbaiki personal hygiene yang
kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa
percaya diri (Wartonah, 2003 dalam Sajida, 2012).
b. Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan kegiatanpada usaha kesehatan lingkungan hidup menusia.
Menurut Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor-faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan.
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat
mengganggu atau dapat merusak kesehatan. Mulai dari sebelum makanan di
produksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, distribusi
sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi
(Jaya, 2012).
Tujuan dari upaya sanitasi makanan, antara lain :
1) Menjamin keamanan dan kebersihan makanan
2) Mencegah penularan wabah penyakit
3) Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat /
konsumen
4) Mengurangi tinngkat kerusakan atau pembusukan makanan
8
Dalam upaya sanitasi makanan, terdapat beberapa tahapan yang
harus diperhatikan, yaitu :
1) Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi
2) Kebersihan individu dalam pengolahan makanan
3) Keamanan terhadap penyediaan air
4) Pengolahan pembuangan air limbah dan kotoran
5) Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan
6) Pencucian dan pembersihan alat perlengkapan (Fitriani, 2011).
Sanitasi lingkungan merupakan usaha kesehatan masyarakat untuk
menjaga dan mengawasi faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
derajat kesehatan. Sanitasi lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal atau
asrama dapat dilakukan dengan cara membersihkan jendela atau perabotan
milik santri, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan makan,
membersihkan kamar, serta membuang sampah. Sanitasi lingkungan perlu
dijaga kebersihannya dimulai dari halaman, saluran pembuangan air dan
jalan di depan asrama. Sumber air bersih yang di gunakan harusnya
memenuhi standar, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
(Desmawati, Dewi, Hasanah, 2015).
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan
sebagainya. Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus dicapai dan
sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan. Kesehatan
lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen elemen hayati dan
9
non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah
elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah
ekosistem tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah
mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah
sanitasi (Notoadmojo, 2003).
Istilah Higiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu
mengusahakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi
dalam penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi
lebih menitik beratkan pada faktor lingkungan hidup manusia, sementara
higiene lebih menitik beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan
(Kusnoputranto, 2000).
c. Persyaratan Hyigene dan Sanitasi di Kantin Sekolah
Kantin sekolah adalah tempat penj ual an makanan yang dikelola
oleh masyarakat sekolah, berada dalam pekarangan sekolah dan dibuka
selama hari sekolah. Persyaratan higiene sanitasi kantin sekolah adalah
ketentuan-ketentuan yang bersifat teknis yang ditetapkan terhadap produk,
peralatan, tempat dan penjamah makanan yang harus dipenuhi oleh
penyelenggara atau pengelola kantin sekolah yang meliputi persyaratan
biologi, kimia dan fisik (Kemenkes, 2014).
1) Persyaratan lokasi dan bangunan
a) Lokasi
Lokasi kantin sekolah harus memungkinkan dapat terhindar dari
terjadinya pencemaran, baik cemaran biologi, kimia dan fisik. Untuk
itu kantin sekolah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
10
(1) tidak berdampingan dengan tempat pemprosesan sampah
sementara;
(2) tidak berdampingan dengan toilet/WC umum;
(3) terlindung dan cukup jauh dari sumber pencemaran.
b) Bangunan
(1) Secara umum bangunan kanti n harus kuat dan bersih;
(2) Lantai terbuat dari bahan kedap air, rata, tidak licin, mudah
dibersihkan;
(3) Dinding kuat, rata, mudah dibersihkan, dan tidak rangkap;
(4) Dinding yang terkena percikan air dilapisi denganbahan kedap air
dan mudah dibersihkan;
(5) Bila menggunakan ventilasi alam maka ventilasi minimal 20%
dari luas lantai;
(6) Bila menggunakan ventilasi buatan/AC, maka alat tersebut harus
dibersihkan minimal sekali dalam 6 bulan
(7) Pencahayaan cukup untuk melakukan kegiatan di kantin,
minimal _0 fc
(8) Atap tidak bocor dan tidak memungkinkan sebagai sarang tikus
dan serangga lainnya.
2) Persyaratan bahan makanan :
a) Bahan makanan dalam kondisi segar, tidak busuk dan tidak rusak
b) Tidak mengandung bahan berbahaya beracun (pestisida dan logam
berat);
c) Tidak mengandung bahan berbahaya seperti formalin,
d) Borax, rhodamin B, methyl yellow, dll
11
e) Bahan makanan kemasan tidak kadaluarsa
3) Persyaratan Makanan jadi
a) Tidak mengandung bahan berbahaya beracun (pestisida dan logam
berat);
b) Tidak mengandung bahan berbahaya seperti: formalin, borax,
rodamin B, methyl yellow, pewarna textile;
c) Bahan tambahan makanan kadar nya memenuhi persyaratan
peraturan perundangan yang berlaku.
d) Untuk makanan mudah rusak, angka kuman E coli 0;
e) Tidak berbau yang bukan aroma khasnya;
f) Tidak berlendir, tidak berjamur.
g) Tidak kadaluarsa
4) Persyaratan penyimpanan bahan makanan
a) Tempat penyimpanan bahan makanan selalu dijaga kebersihannya;
b) Penempatan bahan makanan terpisah dengan makanan jadi;
c) Di tempat penyimpanan tidak boleh ada bahan pestisida;
h) Tersedia sarana khusus, misal kulkas, lemari, rak, dll yang dapat
digunakan sesuai peruntukannya.
i) Bebas dari serangga dan tikus
5) Persyaratan dapur/ ruang tempat pengolah makanan
a) bangunan dapur harus dijaga kebersihannya;
b) Tidak berhubungan l angsung dengan j amban dan peturasan;
c) Meja dapur mudah dibersihkan;
d) Tersedia sarana atau alat yang berfungsi sebagai jalan keluar asap;
e) Ruang dapur harus bebas serangga dan tikus;
12
f) Pencahayaan alam minimal _0 foot candle;
g) Lantai mudah dibersihkan, tidak licin, rata
h) Tersedia sarana atau tempat cuci tangan yang dilengkapi sabun
i) Tersedia tempat penampungan sampah.
6) Persyaratan peralatan pengolahan makanan
a) alat pengolahan makanan harus bersih, tidak retak, tidak luntur, tidak
berkarat;
b) Menggunakan lap/serbet yang bersih, tidak kotor;
c) Talenan tidak boleh terbuat dari kayu.
7) Persyaratan penyajian/penjualan makanan
a) Alat/wadah penyajian harus tertutup, tidak berkarat, bersih dan
foodgrade;
b) Waktu tidak boleh lebih dari 6 jam untuk makanan protein tinggi dan
bersantan;
c) Tiap jenis makanan disajikan dalam wadah yang terpisah
j) Etalase mudah dibersihkan, tidak berkarat, tidak terbuat dari bahan
yang mengandung bahan berbahaya beracun ( timah hitam, arsenik,
tembaga, cadmium, air raksa, seng, antimon, chromium);
8) Persyaratan fasilitas sanitasi
a) Air bersih (kualitas dan kuantitas)
(1) Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup;
(2) Kualitas air bersih harus memenuhi keputusan menteri kesehatan
(3) Tempat penampungan air bersih tertutup;
b) Air limbah
(1) Saluran air limbah terbuat dari bahan kedap air,
13
(2) Tertutup dan mengalir lancer
(3) Air limbah dari dapur dilengkapi perangkap lemak.
c) Sampah
(1) Tersedia tempat sampah kedap air, tidak berkarat, tertutup, dan
mudah dibersihkan
(2) Sampah harus segera dibuang, maksimal dalam waktu 1 x 24 jam
(3) Sampah basah dan kering dipisah
(4) tempat sampah basah dilapisi dengan kantong plastik
d) Tempat cuci tangan :
(1) Tersedia tempat cuci tangan/wastafel, sabun, dan alat pengering
tangan
(2) Air untuk tempat cuci tangan harus mengalir
e) Tempat cuci peralatan :
(1) Dapat berupa bak atau ember;
(2) tersedia air bersih yang cukup dan mengalir, dilengkapi dengan
sabun/detergent;
(3) Di sekitar tempat cuci alat tidak boleh ada air yang tergenang.
2. Penjamah Makanan
Penjamah makanan diartikan sebagai orang yang pekerjaannya
menyiapkan bahan makanan hingga siap untuk dikonsumsi. Ditinjau dari lokasi
kerjanya, penjamah makanan dibedakan menjadi dua yaitu penjamah makanan
rumah ; individu yang menyiapkan makanan untuk keluarga, sedangkan
penjamah makanan professional ; individu yang bekerja di perusahaan yang
menyelenggarakan pangan banyak. Penjamah makanan merupakan salah satu
14
dari pihak yang berperan dalam keamanan pangan selain pengambil keputusan,
produsen, pengelola dan konsumen pangan. Pada usaha tata boga penjamah
makanan adalah ujung tombak penyelenggaraan pangan (Nurlaela, 2011).
Faktor yang terpenting pada keamanan pangan adalah penjamah makanan.
Penjamah makanan yang berpendidikan rendah akan melaksanakan tugasnya
hanya mengandalkan kebiasaan yang dimilikinya tanpa mengetahui alasan yang
benar yang melatarbelakangi tindakannya (Nurlaela, 2011).
Perilaku penjamah yang tidak mendukung tentunya akan menimbulkan
masalah terhadap keamanan pangan. Sebagaimana beberapa hasil penelitian,
Afriani menyatakan bahwa lemahnya personal hygiene dapat mengakibatkan
kontaminasi terhadap makanan (Nurlaela, 2011).
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan
dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan,
pengolahan, pengangkutan, sampai penyajian. Dalam proses pengolahan
makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar perannya. Penjamah
makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu
penjamah makanan harus selalu dalam keadaan sehat dan terampil (Kemenkes,
2003).
Faktor kebersihan penjamah atau pengelola makanan yang biasa disebut
hygiene personal merupakan prosedur menjaga kebersihan dalam pengelolaan
makanan yang aman dan sehat. Prosedur menjaga kebersihan merupakan
perilaku bersih untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditangani.
Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan adalah pencucian tangan,
kebersihan dan kesehatan diri (Fatmawati, Rosidi, Handarsari, 2013).
15
Penjamah makanan di kantin sekolah merupakan salah satu unsur yang
sangat penting dalam mewujudkan kantin sehat. Bila pejamah makanan di kantin
kurang memperhatikan masalah kesehatan/ higiene perorangan, maka hal ini
dapat merupakan mata rantai yang dapat menyebarkan penyakit menular. Untuk
itu seorang penjamah makanan di kantin harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Mengikuti kursus penjamah makanan yang diselenggarakan oleh instansi
yang berwewenang
b. Sehat, tidak menderita penyakit menular dan penyakit kulit
c. Mmelakukan test/pemeriksaan kesehatan secara rutin, minimal 6 bln sekali
d. Menggunakan pakaian kerja/celemek dan tutup kepala yang bersih
e. Selalu cuci tangan pakai sabun sebel um menyentuh makanan
f. Selalu cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar maupun air kecil
g. Tidak merokok saat menyajikan makanan dan minuman
h. Menggunakan alat atau perlengkapan saat menjamah makanan
i. Kuku tangan pendek , tidak kotor dan tidak menggunakan pewarna kuku
(kutek)
j. Tidak boleh menggunakan cincin dan atau gelang yang berukir
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan Hygiene dan Sanitasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan hygiene dan sanitasi
menurut Swalaksita dan Pakpahan (2016) adalah
a. Umur
Menurut World Health Orgaization (WHO), usia tenaga kerja
digolongkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia muda (<24tahun),
golongan usia prima (24-45 tahun) dan golongan usia tua (>45 tahun),
16
Beberapa penelitian mengaitkan berbagai kategori umur penjamah makanan
dengan perilaku dan pengetahuan penjamah makanan. Sebuah survei di
Inggris menunjukkan bahwa 81% penduduk usia 55 tahun atau lebih selalu
memastikan agar makanannya disajikan dalam keadaan panas dan
memakannya segera setelah disajikan, sementara pemuda usia kurang dari 24
tahun tidak memperhatikan hal tersebut.
b. Jenis Kelamin
Kantin sekolah merupakan kantin yang buka dari pagi sampai dengan
siang hari. Penjamah makanan di kantin ini harus siap sedia setiap ada
pesanan. Penelitian Swalaksita dan Pakpahan (2016) menunjukkan bahwa
dari 38 responden penjamah makanan di kantin UEU terdapat lebih banyak
penjamah makanan yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sejalan dengan
penelitian Erna (2012) yang mengatakan bahwa penjamah makanan dapat
dilakukan oleh semua jenis kelamin, tidak hanya terbatas pada perempuan
yang biasanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga, namun juga dapat
dilakukan oleh laki-laki.
c. Tingkat Pendidikan
Menurut penelitian Wulansari (2013) dalam Swalaksita dan
Pakpahan (2016) tentang penyelenggraan makanan dan tingkat kepuasan
konsumen di kantin Zea Mays Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa
pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam bekerja. Hal ini
disebabkan karena latar belakang pendidikan mencerminkan kecerdasan dan
keterampilan tertentu sehingga kesuksesan seseorang yang akan berpengaruh
pada penampilan kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan
semakin cenderung sukses dalam bekerja bahkan menurut peneliti karena
17
banyak diantara penjamah makanan di kantin yang berpendidikan tidak tamt
SMA karena faktor ekonomi yang mengharuskan mereka untuk bekerja dan
tanpa memikirkan sekolah.
Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima dan menangkap
informasi yang dibutuhkan serta akan meningkatkan pula pengetahuannya.
Dari teori tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku
positif. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki maka semakin baik
perilaku kepatuhannya. Begitu pula sebaliknya, jika pendidikan pendidikan
yang dimiliki rendah maka kecenderunganuntuk berperilaku negative juga
semakin besar.
d. Pengetahuan
Penjamah makanan harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan
standar kesehatan. Penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Pengolahan makanan
yang baik dan benar dasarnya adalah yang mempunyai pengetahuan baik
tentang mengolah makanan berdasarkan kaidah dan prinsip higiene dan
sanitasi makanan meliputi, pengetahuan, sikap dan perilaku manusia salam
menaati azas kesehatan, azas kebersihan, azas keamanan dalam menangani
makanan sehinga menghasilkan makanan yang bersih, sehat, aman
bermanfaat serta tahan lama. Usaha pengolahan makanan yang tidak
diimbangi dengan peningkatan hygiene dan sanitasi pengolahan makanan
akan mengakibatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan seperti penyakit
18
bawaan makanan dan kejadian luar biasa atau keracunan makanan
(Djaja,2003).
e. Lingkungan
Idealnya, lingkungan sekitar penyelenggaraan makanan harus
memiliki kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Menurut Djaja (2003),
sanitasi alat yang baik justru menjadi pencegah untuk menghasilkan kualitas
bakteriologis makanan yang memenuhi syarat. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan kualitas bakteriologis makanan yang memenuhi syarat dapat
dipengaruhi oleh faktorfaktor lain di samping sanitasi alat, seperti tangan
penjamah makanan, kualitas air bersih yang digunakan, lingkungan
pengolahan makanan, dan penyajian makanan. Salah satu syarat fasilitas
sanitasi menurut Depkes RI yang digunakan untuk memelihara kualitas
lingkungan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat
merugikan kesehatan manusia, diantaranya adalah tersedianya sarana
pembuangan sampah.
f. Pelatihan
Dalam rangka meningkatkanpengetahuan dan keterampilan sumber daya
manusia yang berkerja di jasaboga dapat dilakukan pelatihan/kursus hygiene
sanitasi makanan. Pelatihan/kursus higiene sanitasi makanan sebagaimana
dimaksud dapat diselenggarakan oleh kementerian kesehatan, dinas
kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kota atau lembaga/institusi
lain sesuai ketentuan peraturan perundangundangan (Permenkes,2011)
Hasil penelitian Swalaksita dan Pakpahan (2016) menunjukkan dari
38 responden yang pernah mengikuti pelatihan hanya 12 orang dan 26 belum
pernah mengikuti pelatihan. Dapat dilihat perbedaan antara penjamah
19
makanan yang mengikuti pelatihan dengan penjamah makanan yang tidak
mengikuti pelatihan. Penjamah makanan yang mengikuti pelatihan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang kualitas sarana sanitasi
dibandingkan penjamah makanan yang tidak mengikuti pelatihan. Dapat
dilihat dari kondisi lingkungan kantin yang terlihat bersih.
B. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep1. Kerangka Teori
1. Mengikuti kursus penjamah makananyang diselenggarakan oleh instansiyang berwewenang
2. Sehat, tidak menderita penyakitmenular dan penyakit kulit
3. Mmelakukan test/pemeriksaankesehatan secara rutin, minimal 6 blnsekali
4. Menggunakan pakaian kerja/celemekdan tutup kepala yang bersih
5. Selalu cuci tangan pakai sabun sebelum menyentuh makanan
6. Selalu cuci tangan pakai sabunsetelah buang air besar maupun airkecil
7. Tidak merokok saat menyajikanmakanan dan minuman
8. Menggunakan alat atau perlengkapansaat menjamah makanan
9. Kuku tangan pendek , tidak kotor dantidak menggunakan pewarna kuku(kutek)
10. Tidak boleh menggunakan cincin danatau gelang yang berukir
Hygienepenjualjajanan
SanitasimakananJajanan
Perilakupenjual
makananJajanan
1. Persyaratan lokasi bangunan2. Persyaratan bahan makanan3. Persyaratan makanan jadi4. Persyaratan penyimpananan bahan
makanan5. Persyaratan dapur/ ruang tempat
pengolahan makanan6. Persyaratan peralatan pengolahan
makanaan7. Persyaratan penyajian/ penjual
makanan
20
Gambar 1Kerangka Teori
2. Kerangka konsep
Kerangka konsep ini adalah bagan alur penelitian yang akan dilakukan
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.Kerangka konsep penelitian
Hygiene penjualmakanan jajanan
Sanitasi makananjajanan
Perilaku penjualmakanan jajanan
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian survey dengan pendekatan cross sectional
study desain untuk memperoleh informasi tentang gambaran hygiene sanitasi
penjual makanan jajanan di SD 11 Mandonga Kota Kendari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan tanggal 1-6 Agustus 2018 di SD 11 Mandonga
Kota Kendari dari Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2018.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penjual makanan jajanan
yang berjualan di sekita SD 11 Mandonga Kota Kendari berjumlah 5 orang.
22
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 5 orang penjual. Diambil dengan
teknik total sampling, yaitu semua populasi diambil sebagai sampel.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data higiene dan sanitasi diperoleh melalui wawancara menggunakan
kuesioner dan melakukan observasi kepada penjual makanan jajanan yang
berada di SDN 11 Mandonga Kota Kendari.
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa profil SDN 11 Mandonga Kota Kendari dengan
penelusuran dokumentasi yang ada di tempat tersebut.
E. Pengolahan Data
Data tentang hygiene sanitasi penjamah makanan diperoleh dengan observasi
menggunakan kuesioner kemudian diberi skor dan hasilnya dibandingkan dengan
kriteria objektif dan dapat diperoleh juga dengan mengsurvey langsung (melihat
langsung) pada tempat penjualannya kemudian hasilnya dideskripsikan.
F. Penyajian Data
Hasil yang telah didapatkan kemudian disajikan dalam bentuk narasi atau
dalam bentuk deskripsi.
G. Definisi Operasional
a. Higiene adalah upaya yang dilakukan sesorang untuk menjaga kebersihan
pribadinya demi meningkatkan status kesehatannya dan dapat terhindar dari
penyakit meliputi penggunaan dan kebersihan pakaian kerja, penggunaan sarung
tangan, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut dan penggunaan tutup
kepala, bebas perhiasan dan penggunaan kosmetik, dengan criteria objektif
23
Tidak baik : Jika persentase skor 0 - 20
Kurang baik : Jika persentase skor 21 - 40
Cukup : Jika persentase skor 41 - 60
Baik : Jika persentase skor 61 – 80
Sangat baik : Jika persentase skor 81 - 100
Sumber : Riduwan (2008) dalam Avrilinda, SM (2016)
b. Sanitasi adalah upaya yang dilakukan untuk kebersihan lingkungan sekitarnya
untuk mencegah timbulnya penyakit, baik kebersihan lokasi tempat berjualan
maupun peralatan makanan yang dijajakkan.
Tidak baik : Jika persentase skor 0 - 20
Kurang baik : Jika persentase skor 21 - 40
Cukup : Jika persentase skor 41 - 60
Baik : Jika persentase skor 61 – 80
Sangat baik : Jika persentase skor 81 - 100
Sumber : Riduwan (2008) dalam Avrilinda, SM (2016)
c. Penjual makanan jajanan adalah orang yang menjajakan jualannya berupa
makanan yang memiliki daya simpan tidak lebih dari 24 jam, baik yang ada
didalam lingkungan sekolah maupun yang ada disekitar sekolah dan sudah
sering menjajakan jualannya terhadap siswa SDN 11 Mandonga Kota Kendari.