bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan produk budaya yang selalu dinamis dalam
perkembangannya. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal, seperti adanya interaksi pengguna bahasa tertentu dengan masyarakat
pengguna bahasa yang lain. Kontak bahasa yang terjadi antara satu bangsa dan
bangsa lain akan berpengaruh pada bahasa yang bersangkutan. Kontak bahasa itu
tidak dapat dipisahkan dengan kontak budaya yang terjadi. Intensitas interaksi
tersebut menimbulkan saling menyerap dalam penggunaan bahasa sehingga
terjadilah serapan bahasa.
Sebelum Al-Qur’an diturunkan, bahasa Arab telah dipengaruhi oleh
bahasa lainnya, seperti kata khaimah berasal dari bahasa Habsyah, kata fundūq
berasal dari bahasa Yunani, kata ṣirāṭ dan dīnār berasal dari bahasa Latin, kata
khinzīr dan hānūt berasal dari bahasa Suryani, kata syāi dan zanjabīl berasal dari
bahasa India, kata tubbān dan ka’s berasal dari bahasa Persia, kata ablah berasal
dari bahasa Turki (At-Tunjī, 2005: 90).
Pada masa kekhalifahan Umayyah, ‘Abasiyyah dan Turki ‘Uṡmani,
bahasa Arab menjadi bahasa negara dan bahasa ilmu pengetahuan. Pada kurun
waktu tersebut bahasa Arab diperkaya dengan kata-kata dari berbagai bahasa,
misalnya bahasa Rusia, bahasa Latin, bahasa Itali, bahasa Spanyol, bahasa
Yunani, bahasa Turki, bahasa Melayu, bahasa Sanskerta, dan bahasa Perancis.
2
Jadi pada abad ke-9 hingga 13 Masehi, penyerapan istilah asing ini mencerminkan
kontak kultural bangsa Arab dengan bangsa lain. Sebagaimana juga tampak pada
karya-karya filosofi Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Beberapa
istilah serapan dari bahasa ini antara lain: failasūf berasal dari kata philosophos,
nāmūs (nomos), qāmus (okenos), ’iqlīm (klima), qānūn (kanon), biṭāqah
(pittakion). Selain itu banyak juga penyerapan istilah berkaitan dengan sastra dan
budaya material, antara lain sirwāl, jawhar, ustādaż, sijjīl (Holes, 2004:306).
Pada masa modern kontak antara Barat dan Timur berawal dari Libanon
yang mengadakan hubungan dengan dunia Barat sejak awal abad ketujuh belas
dan peristiwa penting dalam sejarah Timur Tengah modern adalah ekspedisi
Napoleon ke Mesir pada tahun 1798. Ekspedisi ini mendorong timbulnya
Egyptology yang menyebabkan berkembangnya kontak-kontak yang
berkelanjutan antara Mesir dan Dunia Arab sejak awal abad kesembilan belas
(Chejne, 1996: 104). Pengaruh bahasa-bahasa Eropa menjadi semakin kuat,
terutama berbentuk kata serapan (loanwords). Para ahli berupaya untuk
menerjemahkan istilah teknis yang berasal dari bahasa-bahasa Eropa.
Penerjemahan ini diawali oleh Rifā‘ah Rāfi‘ Aṭ-Tahṭāwī yang menerjemahkan
kata ‘listrik’ dengan kahrubā-’i (Holes, 2004:308). Penyerapan bahasa Inggris
menempati urutan terbanyak dibandingkan dengan beberapa bahasa lainnya.
Pengaruh dari bahasa Inggris ini banyak terserap di pesisir Teluk Arab dan
diperkirakan mencapai jumlah lebih dari 3.000 kata (Hadi, 2005: 2).
Memasuki akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, banyak istilah politik,
ekonomi, dan sains yang diserap ke dalam bahasa Arab dengan cara transliterasi
3
dan kata serapan. Penggunaan istilah-istilah asing ini banyak ditemukan di dalam
kamus dan surat kabar Arab. Contohnya pada surat kabar al-Ahrām dan al-
Jazeera, yaitu istilah الكربوهيدرات ‘carbohydrates’ terdapat dalam kalimat berikut
ini: كما انه يساعد على ارختاء العضالت وهو غىن أيضا �لكربوهيدرات (Al-Ahram, diakses 12 Juli
2011). Selain istilah politik, ekonomi dan sains, penyerapan kata-kata dari bahasa
asing ini banyak terdapat pada yang hal-hal yang berkaitan dengan penemuan-
penemuan baru dan teknologi (Dāwūd, 2006: 20). Hal ini disebabkan istilah yang
digunakan dalam bidang tersebut bersifat universal dan biasanya diambil dari
bahasa Latin atau bahasa Yunani Kuno. Cara itu ditempuh demi kepraktisan
komunikasi antara ahli di satu negara dengan negara lainnya. Bahasa ilmu
universal ini tentu tidak akan mati, karena dipakai terus oleh siapa saja di dunia.
Di dalam teknologi ada kecenderungan untuk memakai ilmu universal itu,
sedangkan di dalam bidang ilmu pengetahuan sosial kecenderungan itu berkurang,
dan kondisi ini semakin berkurang dalam bidang ilmu pengetahuan budaya
(Samsuri, 1994 : 34).
Di lain sisi, sebuah istilah yang digunakan oleh suatu bangsa dalam bidang
tertentu tanpa harus meminjam atau menyerap dari bahasa lainnya, merupakan
indikasi bahwa bangsa tersebut telah atau pernah menguasai suatu bidang
keilmuan tertentu. Sebagai contoh dalam istilah di bidang kedokteran, bahasa
Arab cenderung untuk memiliki istilah atau konsep makna sehingga tidak banyak
menyerap istilah dari bahasa lainnya, contoh istilah abortus (bahasa Inggris)
‘aborsi’ padanannya dalam bahasa Arab yaitu قبل رحم األم، جهيض من اجلنني امللفوظ ,
4
anemia : فقر الدم, xerophthalmia: جفاف العني. Hal ini dikarenakan bangsa Arab
memiliki seorang ahli atau tokoh yang handal dalam bidang tersebut, antara lain:
Abū Bakr Muhammad ibn Zakariyyā ar-Rāzī, yang biasa disebut ar-Rāzī. Ia
adalah dokter muslim yang paling produktif, penemu prinsip seton dalam operasi.
Salah satu karya utamanya yang paling terkenal adalah risalah tentang bisul dan
cacar air (al-Judari wal-Haṣbah), dan menjadi karya pertama dalam bidang
tersebut, serta dipandang sebagai mahkota dalam literatur kedokteran Arab. Nama
paling terkenal dalam catatan kedokteran Arab selain ar-Rāzī adalah Ibnu Sina
atau dikenal dengan Avicenna (980- 1037). Di antara karya ilmiahnya adalah
Kitāb asy-Syifā (buku tentang penyembuhan) serta al-Qānūn fīṭ - ṭibb, yang
merupakan kodifikasi pemikiran kedokteran Yunani-Arab. Buku ini membedakan
antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru) dan mengenali
potensi penularan wabah phthisis (penyakit saluran pernafasan, terutama asma dan
TBC) melalui pernafasan dan penyebaran berbagai penyakit melalui air dan debu.
Buku itu memberikan diagnosis ilmiah tentang penyakit anakylostomiasis, dan
menyebutkan cacing pita sebagai penyebabnya (Hitti, 2002 :459-461).
Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa bangsa Arab pernah
menguasai ilmu pengetahuan di bidang kedokteran sebagaimana yang tampak
dalam istilah bidang kedokteran yang mereka miliki, yang mana istilah tersebut
adalah bagian dari fenomena perkembangan bahasa dan identitas bangsa
tersebut. Dengan demikian, hal ini sejalan dengan Nababan (1984:38) yang
menggolongkan fungsi bahasa menjadi empat macam, yaitu: fungsi kebudayaan,
5
kemasyarakatan, perorangan dan pendidikan. Selanjutnya, fungsi kebudayaan ini
dirinci lagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai sarana pengembangan, jalur
penerus dan inventarisasi ciri-ciri kebudayaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka masalah penelitian dalam
tulisan ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah perubahan bunyi istilah serapan dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Arab?
2) Bagaimanakah perubahan bentuk istilah serapan dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Arab?
3) Bagaimanakah pengaruh budaya Arab terhadap keberadaan istilah sains dan
teknologi baik asli maupun serapan?
4) Apa bidang istilah sains dan teknologi bahasa Inggris yang paling banyak
diserap dan dimiliki dalam bahasa Arab?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian terhadap istilah serapan dari bahasa Inggris dalam bahasa Arab
ini bertujuan untuk:
1) Mendeskripsikan perubahan bunyi istilah serapan dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Arab.
2) Mendeskripsikan perubahan bentuk istilah serapan dari bahasa Inggris ke
dalam bahasa Arab.
6
3) Memaparkan pengaruh budaya Arab terhadap keberadaan istilah sains dan
teknologi dalam bahasa tersebut, baik istilah yang asli maupun serapan dari
bahasa Inggris.
4) Menjelaskan istilah bahasa Inggris yang paling banyak diserap di dalam
bahasa Arab dalam ranah sains dan teknologi.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat teoritis,
yaitu memperkaya teori tentang prinsip-prinsip yang menjelaskan kecenderungan
terhadap perubahan bunyi istilah serapan dari bahasa Inggris dalam bahasa Arab,
bentuk nomina dan verba serapan, pola-pola perubahan-perubahan bentuk serta
hal-hal yang mendasari perubahan bentuk tersebut. Selain itu, dapat juga diketahui
pengaruh budaya terhadap istilah bahasa Arab pada ranah sains dan teknologi.
Adapun manfaat praktis penelitian ini yaitu tersedianya rincian lambang
bunyi dari istilah serapan, perubahan bunyi vokal dan konsonan dari bahasa
Inggris dalam bahasa Arab, bentuk nomina dan verba serapan, pola-pola
perubahan-perubahan bentuk serta hal-hal yang mendasari perubahan bentuk
tersebut. Selain itu, rincian penjelasan tentang pengaruh budaya terhadap istilah
bahasa Arab pada ranah sains dan teknologi dimaksudkan untuk menakar
banyaknya istilah yang dimiliki dan diserap oleh bahasa Arab pada ranah tersebut
serta pengaruh budaya Arab yang melingkupinya. Rincian ini dapat digunakan
sebagai pedoman untuk pengembangan dan pemeliharaan sistem bahasa Arab
yang memenuhi standar kaidah bahasa Arab.
7
1.5 Kajian Pustaka
Penelitian terhadap pengaruh bahasa Inggris dalam bahasa Arab pernah
dilakukan oleh para ahli dan peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian
tersebut berupa laporan penelitian, tesis, artikel, makalah dan buku, antara lain:
Drolet (t.t) dari Cornell University dalam International Journal of Middle East
Studies, dengan judul Akkadian Loans in Arabic? The Linguistic and Historical
Evidence. Penelitian ini membahas tentang pengaruh bahasa Akkadia terhadap
bahasa Arab. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa item leksikal
bahasa Arab berasal dari bahasa Akkadia.
Lathamdari (1968) meneliti tentang kata serapan dari bahasa Persia ke
dalam bahasa Arab pada Journal of the Royal Asiatic Society (New Series)
dengan judul Keshtebān: A Persian Loan-Word in Arabic. Artikel pendek ini
membahas bagaimana cara kata ‘keshtebān’ masuk ke bahasa Arab, khususnya
dalam dialek. Literatur yang ditemukan berasal dari dinasti Ayyubid dan Mamluk.
Namun, Latham berpendapat kata ini telah dipungut pada masa Abbasiyah sejak
perpindahan ibukota ke Baghdad pada abad ke-8. Sekalipun tidak dapat dipastikan
kapan kata tersebut memasuki Suriah (Syam) dan Mesir, namun kata ini
merupakan salah satu warisan Abbasiyah. Kata ‘keshtebān’ digunakan di Suriah
dan Mesir sejak berdiri Daulah Abasiyah dan perpindahan ibukota dari Damaskus
ke Baghdad setelah pertengahan abad ke-8. Saat itu kekhalifahan mendapat
pengaruh baru dari lingkaran kultural orang Iran. Dari sisi militer, kelas kesatria
Arab kehilangan pengaruh dari orang-orang Khurasan yang membentuk tentara.
Akhir abad ke 12, Saladin menyatukan Mesir dan Suriah menjadi negara kuat
8
berbasis kekuatan militer Kurdo-Turki. Ketika warisan Abbasiyah jatuh ke tangan
Mamluk, keterampilan panah dan pemanah dari provinsi Suriah tampaknya
mengalahkan mereka yang ada di Mesir. Dalam lingkup pemanahan, akar
pengaruh bangsa Iran begitu mendalam. Rujukan hanya ditemukan pada literatur
teknis milik Ayyubid dan Mamluk untuk memahami bagaimana istilah semacam
keshtebān bisa masuk ke dalam dialek Arab Timur. Disebabkan pemanah
membutuhkan panah, dan panah membutuhkan perlengkapan tambahan, tidak
mungkin randaj memasuki Syiria dengan cara yang sama dengan keshtebān.
Holes (2004) mengkaji tentang kata serapan Inggris ke dalam bahasa
Arab dalam bukunya Modern Arabic: Structures, Functions, and Varieties. Kajian
ini memperlihatkan spektrum kepatuhan penutur bahasa Arab dalam arabisasi
istilah asing berdasarkan sistem akar dan pola kata. Dimana penutur bahasa Arab
terdiri dari tiga kelompok, antara lain: kelompok pertama, disebut oleh Holes
sebagai the purist atau pemurni. Mereka adalah akademisi lembaga bahasa.
Mereka secara ketat mencari kosakata baru melalui pola derivasional yang
berpegang pada sistem ‘pola-akar kata’; kelompok kedua adalah kelompok yang
lebih moderat, memperhatikan kaidah tata bahasa namun mempertimbangkan
kebutuhan. Mereka adalah sainstis (khususnya sains terapan). Prinsip-prinsip yang
diajukan oleh lembaga bahasa sulit diterapkan sepenuhnya, sebab sistem akar-pola
kata memiliki keterbatasan, sehingga sulit menemukan padanan kata yang
konsisten, jelas, dan ringkas; kelompok ketiga adalah kelompok yang fleksibel.
Mereka adalah kelompok jurnalis. Arus berita yang cepat menjadi faktor
fleksibilitas ini. Holes menegaskan bahwa penerimaan atau penolakan istilah baru
9
sangat bergantung pada tingkat familiaritas dan kejelasan makna istilah.
Disimpulkan dalam kajian ini bahwa penggunaan pola derivasional berdasarkan
sistem pola-akar kata terbukti sulit untuk memenuhi tuntutan sains modern,
konsistensi, kejelasan, dan keringkasan, maka neologisme dapat dijadikan solusi
untuk mengatasi hal ini. Neologisme ini tetap berlandaskan pada tiga kriteria: 1)
tetap menjaga kemurnian bahasa Arab; 2) berada pada kesisteman linguistik Arab;
3) keterpaksaan memungut bahasa Asing akibat adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Qinai (2000) dalam jurnal Studies in the Linguistic Sciences dengan judul
“Morphophonemics of Loanwords in Arabic” mengkaji perubahan fonologis dan
morfologis kata serapan dari bahasa asing ke dalam bahasa Arab. Disimpulkan
dalam penelitiannya bahwa penyesuaian kata serapan dari bahasa asing mengikuti
paradigma fonotaktik dan morfologi bahasa Arab. Penyesuaian morfofonemik
terbilang konsisten, sekalipun terdapat beberapa ketidakteraturan. Perubahan kata
serapan terjadi karena: 1) kesalahan pengucapan (mispronouncation) dalam
ketiadaan diakritik atau kesalahan penerjemah dalam melakukan transliterasi.
Contohnya, etiquette (Perancis) – إتيكيت /Ɂɪtikɜ:t/ sedangkan berdasarkan
pengucapan dalam bahasa Perancis /etikɛt/, sehingga seharusnya إتيكت /Ɂtikɛt/; 2)
pengaruh pola tekanan (stressing) karena bahasa Arab cenderung meletakkan
tekanan utama sebelum silabel terakhir (next to the last syllable), sehingga sering
mengaksentuasi atau memperpanjang bunyi yang ditekan; mengubah vokal
pendek menjadi panjang, contoh: nickel (Inggris) – نيكل, candela (Yunani) – قـنديل;
10
penggandaan silabel sebelum silabel akhir, contoh: دكان (Persia) - دكان;
penghilangan segmental medial atau asimilasi, contoh: keramis (Yunani) – قرميد
/qᴧrmid/, vokal ‘a’ medial dihilangkan sehingga tekanan bergeser ke /ɪ/, contoh:
diperpendek sebagai hasil و vokal ,رسداق atau رستاق – rusta/ (Persia)/ روستا
pergeseran tekanan; pada kasus lain, terjadi penggandaan sekaligus asimilasi,
contoh: كريـبان (Persia) – جر�ن, bunyi ب digandakan dan يــــــ diperpendek.
Mustafawi (2002) menulis sebuah artikel dalam Actes de l’ACL 2002/
2002 CLA Proceedings dengan judul Lone English-Origin Nouns in Arabic:
Codeswitching or Borrowing? Kajiannya berupaya mengklasifikasikan, apakah
nomina bahasa Inggris yang digunakan dalam percakapan antar penutur bilingual
Arab atau Inggris termasuk pemungutan atau perpindahan kode. Ia mengadopsi
pandangan ‘nonce borrowing hypothesis’ (hipotesis pemungutan sementara)
dalam kajiannya. Hipotesis ini berpandangan bahwa kata tunggal dalam
percakapan tidak harus melewati proses difusi maupun rekurensi. Sebuah kata
sudah cukup dikatakan melewati proses pemungutan jika kata tersebut
diperlakukan sama dalam tata bahasa, seperti kata asli atau kata serapan yang
telah digunakan secara luas oleh penutur peminjam. Jadi, dasar metodologisnya
adalah keanggotaan gramatikal, bukan etimologis. Mustafawi membagi kata
tunggal bahasa Inggris ke dalam lima kategori yang semuanya dikaji dari tiga
aspek: determinasi, penugasan gender, dan susunan kata. Hasil penelitiannya
memperlihatkan kesesuaian dengan ‘nonce borrowing hypothesis’. Berdasarkan
11
ketiga aspek yang ia kaji, penggunaan kata tunggal bahasa Inggris dalam wacana
bilingual Arab atau Inggris dikategorikan ke dalam pemungutan.
Hadi (2003) meneliti semua kata serapan dari bahasa Arab yang ada
dalam KBBI Edisi II tahun 1991. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya
perubahan fonologis kata-kata serapan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia
yang berupa: perubahan vokal, seperti lenisi, reduksi konsonan rangkap, aferesis,
apokope, sinkope, kompresi, penguatan fonem, pengenduran fonem, penambahan
fonem-epentesis dan paragog, metatesis, monoftongisasi, asimilasi, pemecahan
vokal, dan penyingkatan dan perubahan konsonan kata-kata serapan dari bahasa
Arab. Penelitian ini juga menemukan adanya perubahan morfologis kata-kata
serapan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Kata serapan dari bahasa Arab
berbentuk simpleks, kompleks, kompleks karena proses penurunan dalam bahasa
Indonesia, majemuk dari bahasa Arab, berbentuk frase dan kalimat. Perubahan
makna meliputi perubahan: jenis kata benda menjadi kerja, aktif menjadi pasif,
makna menyempit, meluas, dan makna jamak menjadi tunggal. Perubahan makna
meliputi perubahan: jenis kata benda menjadi kerja, aktif menjadi pasif, makna
menyempit, meluas, dan makna jamak menjadi tunggal. Perubahan makna terjadi
karena berbagai faktor, seperti kesejarahan, perubahan lingkungan, kebahasaan,
pertukaran tanggapan indera, dan tanggapan pemakai bahasa.
Khalid (2003) menulis tentang Neologisme Bahasa Arab melalui Isytiqāq
dan Pengembangan Semantik. Disimpulkan bahwa neologisme dalam bahasa
Arab adalah sebuah fenomena yang tidak boleh harus dijalani bahasa Arab agar
dapat bertahan dan mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
12
teknologi serta peradaban umat manusia. Neologisme dalam bahasa Arab
memiliki kekhasan tersendiri karena sedapat mungkin tetap mengacu pada pola-
pola kebahasan klasik yang sudah ada dalam kaidah tata bahasa Arab klasik
(fusḥah), yakni tetap mengacu pada pola-pola kebahasaan (qawalib lugawiyah),
linguistic modals dengan mengikuti metode kias (analogi) dalam derivasi
(isytiqāq ) dan pengembangan semantik (al-wad’u bil majāz).
Hadi (2005) menulis buku yang berjudul ”Glosarium Kata dan Istilah
Asing dalam Bahasa Arab”. Tulisan tersebut memuat berbagai kata dan istilah
bahasa-bahasa asing seperti: bahasa Perancis, Italia, Latin, Rusia, Sansekerta,
Jepang, Jerman, Spanyol, terutama bahasa Inggris.
Al Jarf (2008) dari King Saud University menulis sebuah artikel dalam
Asian EFL Journal dengan judul The Impact of English as an International
Language (EIL) upon Arabic in Saudi Arabia. Studi ini meneliti pandangan dan
sikap mahasiswa terhadap bahasa Inggris dan bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar di Universitas pada abad ke-21. Temuan penelitian ini menunjukkan
bahwa 96% responden menganggap bahasa Inggris lebih unggul sebagai bahasa
internasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di antara alasannya adalah bahasa
Arab tidak memiliki referensi termasuk kosa kata dan istilah yang memadai ketika
berbicara masalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, buku pelajaran
matematika dan artikel penelitian tidak tersedia dalam bahasa Arab, begitu juga
buku-buku tentang autisme. Di sisi lain, banyak hasil penelitian pertama kali
muncul dalam bahasa Inggris. Hal ini memudahkan mereka untuk mendapatkan
informasi terbaru dan berkomunikasi dengan seluruh dunia. Faktor lain yang
13
menjadikan bahasa Inggris lebih unggul dibandingkan bahasa Arab yaitu, alasan
status sosial, kesempatan kerja. Ada 82 % percaya bahwa bahasa Arab lebih tepat
untuk mengajar jurusan agama, sejarah, sastra Arab dan pendidikan. Lebih jauh
disimpulkan bahwa bahasa Arab sedang menghadapi ancaman serius dari
dominasi bahasa Inggris di pendidikan tinggi, karena kurangnya perencanaan
bahasa, kebijakan yang melindungi, mengembangkan dan mempromosikan bahasa
Arab, proses arabisasi yang lambat dan ketidakcukupan materi terjemah dalam
bahasa Arab.
Hafez (1996) meneliti tentang integrasi fonologi dan morfologi kata
serapan ke dalam bahasa Arab Mesir. Secara fonologi dicontohkan perpindahan
ucapan terhadap kata “protein” menjadi /borotīn/, “police” menjadi /bolīs/ dan
“diplôme” menjadi /debloom/, /dabloom/, /dabloon/. Hal tersebut menunjukkan
adanya penggunaan kata serapan yang terintegrasi dalam berbagai dialek Arab.
Lebih jauh penulis menyarankan kepada media dan akademi bahasa untuk
meminimalisir penyerapan kosakata asing dengan cara mencari padanan kosakata
bahasa Arab sebelum kosakata asing tersebut dipinjam dan terintegrasi dalam
bahasa Arab. Penelitian ini merekomendasikan agar penelitian selanjutnya dapat
menyelidiki faktor penyebab penggunaan kosakata serapan yang terintegrasi ke
dalam berbagai dialek Arab.
Stuart Campbell (t.t) dari Western Sydney University meneliti tentang
pengaruh bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu, dengan
judul The Influence of Arabic on Indonesian and Malay – Linguistics,
Historiography, and a Scholarly Journey dalam Versteegh, K. (ed.)
14
Encyclopaedia of Arabic Language and Linguistics, Brill, Leiden, 340-345. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia dan Melayu banyak
dipengaruhi oleh bahasa Arab.
Adapun tesis yang membahasa tentang kata serapan bahasa Inggris dalam
bahasa Arab, yakni Mustafa (2008) dengan judul “Neologi dalam Bahasa Arab
(Kajian Morfologis Sintaksis dan Semantik terhadap Istilah Komputer dan
Internet dalam Bahasa Arab Modern)”. Dalam tulisan tesebut, penulis
menunjukkan tumbuh kembang bahasa Arab dalam merespon perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terlihat pada pembentukan kosa kata atau istilah
baru (neologi), khususnya pada ranah istilah komputer dan internet. Seperti istilah
“ احلاسوب al- ḥāsūb” atau “ احلاسب al- ḥāsib” atau “الكمبيوتر al-kambiyūtar”, sebagai
hasil arabisasi atau terjemahan dari istilah bahasa Inggris ” computer”. Begitu
juga dengan istilah “windows” dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi
“ an-nāfiżah” atau النافذة“ waindūz”. Temuan penelitian ini menunjukkan ويندوز
bahwa pembentukan istilah atau kosakata baru bahasa Arab dalam bidang
komputer dan internet mengikuti kaidah neologi morfologis, neologi semantis dan
neologi penyerapan.
Andriani (2010) menulis tesis yang berjudul “Arabisasi Kosa Kata Asing
(Analisis Fonologi dan Morfologi pada Kosakata Serapan dari Bahasa Inggris
dalam Kamus al-Mawrid: Qāmūs ‘Arabiy Inkilīziy:”. Temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa kontak antara bahasa Inggris dan bahasa Arab pada dasarnya
merupakan salah satu wujud interaksi budaya sebagai akibat proses modernisasi.
15
Interaksi ini selanjutnya berimplikasi pada penyerapan kosa kata dari bahasa
Inggris yang memiliki sistem linguistik sangat berbeda dari bahasa Arab, sehingga
memerlukan penyesuaian atau adaptasi antara lain: adaptasi fonologis dan
adaptasi morfologis.
Ari Nurweni (2013) meneliti bentuk dan fungsi satuan-satuan serapan
dari bahasa Inggris pada teks berbahasa Indonesia dalam ranah olahraga. Hasil
studinya menunjukkan bahwa satuan-satuan serapan dari bahasa Inggris yang
ditemukan dalam teks tulis berbahasa Indonesia dalam ranah olahraga meliputi
kata, frasa, dan klausa. Kata dan frasa serapan merupakan bentuk-bentuk satuan
lingual serapan dari bahasa Inggris yang banyak ditemukan dalam teks berbahasa
Indonesia tesebut. Sedangkan, klausa merupakan satuan lingual serapan dari
bahasa Inggris yang paling sedikit ditemukan. Kata serapan dari bahasa Inggris
yang paling banyak ditemukan adalah yang berkategori nomina, dan sisanya
merupakan kata serapan dari bahasa Inggris dengan kategori ajektiva, verba, dan
satu kata predistribusi. Bentuk ortogafis sebagian kata serapan bahasa Inggris
tersebut tidak mengalami perubahan, tetap seperti bentuk dalam bahasa Inggris
dan sebagian lagi mengalami perubahan. Berdasarkan kategori sudah masuk atau
belum di entri KBBI 2008, kata serapan yang ditemukan dalam penelitian ini
dapat dikategorikan menjadi dua yaitu yang sudah berintegrasi ke dalam bahasa
Indonesia, yang berarti sudah masuk dalam entri KBBI 2008. Tidak semua
makna kata atau pun frasa dari bahasa Inggris mengalami perubahan makna.
Sebagian kata-kata dari bahasa Inggris unsur-unsur makna tetap ketika digunakan
dalam teks berbahasa Indonesia, baik dalam satu bundel maknanya maupun dalam
16
bundel makna lainnya. Jenis-jenis perubahan makna yang ditemukan dalam
penelitian ini menegaskan penemuan Marcellino (1990) bahwa beberapa kata
serapan berubah maknanya, hasil penelitian Hadi (2003), yang menemukan
perubahan makna di antaranya yaitu jenis kata benda berubah menjadi kata kerja,
makna menyempit dan makna meluas, dan hasil penelitian Supriyadi (2011)
bahwa makna kata serapan tetap, meluas, menyempit atau berganti ketika
dipinjam.
Dengan demikian, berdasarkan pemaparan tinjauan pustaka di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini baru dan secara akademis layak untuk
dilakukan. Penelitian ini mengkaji perubahan bunyi dari istilah sainstek bahasa
Inggris ke dalam bahasa Arab, yang jika digeneralisasi dapat dijadikan kaidah
perubahan bunyi, kaidah pembentukan verba dari istilah bahasa Inggris. Di
samping itu juga memaparkan pengaruh budaya yang melatari keberadaan istilah-
istilah tersebut.
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Teori Sosiolinguistik
Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik bersifat interdisipliner
dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan
faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur (Chaer dan Leonie Agustina,
1995: 5). Kemudian Kridalaksana (2008: 225) memahami sosiolinguistik sebagai
sebuah kajian yang membahas hubungan dan saling pengaruh antara perilaku
bahasa dan perilaku sosial. Fishman (1972) dalam Chaer dan Agustina (2004:3)
mengemukakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi
17
bahasa, fungsi variasi bahasa dan penggunaan bahasa. Di mana ketiga unsur ini
akan saling berinteraksi mempengaruhi satu sama lain dalam satu masyarakat
bahasa, identitas sosial dari masyarakat tersebut, lingkungan sosial tempat
peristiwa serta tingkatan dan variasi ragam linguistik. Salah satu faktor terjadinya
variasi bahasa adalah kontak sosial atau jaringan sosial. Kontak sosial ini dapat
melalui media cetak, seperti surat kabar, majalah, maupun melalui elektronik,
seperti, televisi, internet, sehingga seseorang dapat menggunakan bahasa yang
sama atau berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh mitra kontaknya. Setelah
kontak sosial ini maka terjadi pula kontak bahasa dikarenakan penggunaan dua
bahasa yang berbeda, pengaruh dari media tersebut.
Holmes (2000:376-381) mendefinisikan sosiolinguistik dengan hubungan
antara bahasa dan konteks sosialnya yang terdiri dari empat dimensi, antara lain:
1) jarak sosial atau solidaritas (sosial distance/solidarity), yaitu penggunaan
bahasa dipengaruhi oleh kedekatan hubungan atau persamaan sikap dan nilai yang
dimiliki oleh pembicara dan mitra bicaranya; 2) status atau kewenangan
(status/power yang berarti penggunaan bahasa yang dipengaruhi oleh status sosial
atau kekuasaan); 3) tingkat keformalan (formality), yaitu ragam bahasa yang
digunakan berdasarkan konteks situasi seperti situasi formal atau nonformal; 4.)
fungsi (afektif dan referensial), yaitu jenis pesan yang disampaikan, yaitu apakah
berupa pesan sosial atau afektif atau informatif atau referensial.
1.6.2 Teori Kontak Bahasa
Kontak bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur
yang sama secara bergantian. Dari kontak bahasa itu terjadi transfer atau
18
pemindahan unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lainnya yang mencakup semua
tataran, termasuk terjadinya penyerapan kata (word borrowing) dari satu bahasa
ke dalam bahasa lainnya (Hockett, 1958: 402-406). Proses pinjam meminjam dan
saling mempengaruhi terhadap unsur bahasa yang lain tidak dapat dihindari.
Pengaruh suatu bahasa ke dalam bahasa lainnya merupakan difusi dan akulturasi
budaya (Weinreich, 1953:5). Jika ditinjau dari gejala akulturasi maka unsur-unsur
dari suatu bahasa asing tadi lambat laun diakomodasikan dan diintegrasikan ke
dalam bahasa itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian dari bahasa asing tersebut.
Hal inilah yang menyebabkan perubahan ke dalam kosakata bahasa penerima.
Crowley (1987: 191-200) berpendapat, faktor penyebab terjadinya perubahan
suatu bahasa yaitu: 1) anatomi dan karakter suku (anatomy and etnic character);
2) iklim dan geografi (climate and geography); 3) substratum; 4) identitas/ciri
daerah setempat (local identification); 5) kebutuhan fungsional (fungtional need);
6) penyederhanaan (simplification); dan 7) tekanan struktur suatu kata (structural
pressure). Jika ditinjau dari perkembangan kata serapan bahasa penerima, kontak
bahasa memiliki sifat sebagai berikut: 1) sifat ekspansif: ekspansi dari bahasa
(budaya) pemberi ke dalam bahasa penerima, 2) sifat aditif: kata serapan akan
hidup berdampingan dengan bahasa penerima. Keduanya digunakan secara
bersamaan berdasarkan pilihan masyarakat penerima tetapi terkadang memiliki
perbedaan makna, 3) sifat replansif: bentuk dan kosakata serapan menggantikan
distribusi kosakata lama, 4) penciptaan baru atau neologisme: pembentukan
kosakata baru berdasarkan contoh dan model yang sudah ada, hal ini dikarenakan
19
terjemahan, terjemah serapan, reproduksi penafsiran dan reproduksi hilaridis
(Parera, 1987: 155).
Berkenaan dengan kata serapan (borrowing) Haugen (1950:286)
mendefinisikan dengan: “attempted reproduction in one language of patterns
previously found in another” (upaya reproduksi suatu pola bahasa yang
sebelumnya ditemukan di dalam bahasa lain). Kemudian ia mengklasifikasikan
hasil penyerapan menjadi loanwords (kata serapan), loanblends (campuran
serapan) atau hybrids (hibrida), dan loanshifts (geseran serapan). Loanshifts
meliputi loan translations dan semantic borrowings. Loanwords (kata serapan),
yaitu hasil importansi morfemis tanpa substitusi morfemis tetapi dengan atau
fonemis. Loanblends (campuran serapan) yaitu gabungan hasil substitusi dan
importansi morfemis, namun strukturnya sesuai dengan bentuk kata asing yang
diserap. Loanblends ini disebut juga sebagai hybrids (hibrida), yaitu campuran
serapan yang strukturnya tidak sesuai dengan bentuk kata asalnya. Loanblends
dapat dibagi menjadi tiga: 1) blended stem/stema tercampur; 2) blended
derivative/ derivatif tercampur (akhiran bahasa asli menggantikan bahasa asing);
dan 3) blended compound/gabungan bercampur (Haugen, 1950: 219).
Loanshifts (geseran serapan), yaitu hasil substitusi morfemis tanpa
importasi atau pergeseran (shift) yang tidak hanya terbatas pada perubahan
fonologis dan gramatikal disebut juga sebagai (a) loan translation (terjemahan
serapan) (b) sebagai semantic loans dan semantic borrowings (serapan semantik).
Serapan terjemahan adalah penerjemahan langsung unsur suatu kata menjadi kata
dalam bahasa yang dipinjam tanpa mengubah makna. Kridalaksana (2008:195)
20
menyatakan sebagai ‘pinjam terjemah’ (loan translation) yakni penyerapan atau
penyerapan frasa dengan mempertahankan makna leksikal dan atau makna
gramatikal aslinya, tetapi dengan mengganti morfem dan fonem-fonemnya.
Loanshift dibagi menjadi dua: 1) loan homonym. Makna baru tidak memiliki
kesamaan dengan makna lama, sehingga sebuah kata memiliki dua makna yang
bersifat homonimi; 2) loan synonym. Makna baru tumpang tindih dengan makna
lama. Kategori ini masih dapat dibagi lagi. Jika istilah serapan yang diterapkan
pada fenomena kultural baru kira-kira memiliki kesamaan dengan budaya lama,
maka proses tersebut disebut pergantian semantik (semantic displacement). Jika
perbedaan bahasa asli dihilangkan melalui pengaruh sinonimi antar bahasa yang
bersifat parsial, maka ia disebut kebingungan semantik (semantic confusions),
(Haugen, 1950: 219).
1.6.3 Kaidah Pembentukan Istilah Lembaga Bahasa Arab (Majma‘ al-
Lugah)
Negara-negara Arab memiliki Majma‘ al-Lugah yang secara umum
bertujuan untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan bahasa Arab sebagai
bahasa ilmu dan kajian ilmiah. Sementara itu Majma‘ al-Lugah al-‘Arabiyyah di
Kairo, menetapkan peranannya (Qanibiy, 2000: 102-103) sebagai berikut: 1)
menjaga kemurnian bahasa dan membuatnya sesuai kebutuhan dan tuntutan ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang. Contohnya yaitu mengadakan
pembaharuan terhadap kamus-kamus, dari segi metode penyusunan, lafal dan
strukturnya; 2) menyusun dan membuat kamus sejarah bahasa Arab; 3)
meregulasi studi dialek bahasa Arab di Mesir dan negara Arab lainnya; 4)
21
melaksanakan kajian dan upaya penjagaan terhadap perkembangan bahasa sesuai
dengan ketetapan Menteri Ilmu Pengetahuan.
Lembaga Bahasa Arab Damaskus menetapkan tujuannya yaitu: 1) the
protection of the Arabic language against dialectical influence (including the
proposal to romanize), which was part of the agenda of some of those who wished
to see one or other of dialects adopted as national language (melindungi bahasa
Arab dari pengaruh dialek yang diusulkan oleh beberapa pihak yang
menginginkan bahasa Arab dialek menjadi bahasa nasional); 2) the maintenance
of linguistic purity by ridding the language of intrusive foreign lexical elements
brought via the press and the radio, and some writers (memelihara kemurnian
linguistik dengan memurnikan bahasa dari unsur-unsur leksikal asing yang
dibawa oleh media, radio, dan beberapa penulis); 3) the adaptation of the
language to modern needs, particularly in the area of science and technology
(penyesuaian bahasa untuk kebutuhan modern, khususnya di bidang sains dan
teknologi) (Holes, 2004: 309).
Berdasarkan keputusan lembaga ini yang dituangkan dalam Majmū‘ah
Qarārāt al-‘Ilmiyyah (Amīn,1984:175-186), metode terjemah untuk pembentukan
istilah baru dalam bahasa Arab sebagai berikut:
1) sufiks ‘logy’ yang mengacu pada ilmu diterjemahkan dengan marbūṭah pada
akhir kata, seperti pada istilah jiyūlūjiyyah جية)(جيولو dan istilah sūsiyūlūjiyyah
)(سوسيولوجية .
22
2) huruf ‘p’ diucapkan dengan ب.
3) lebih mengutamakan susunan satu kata daripada dua kata untuk membentuk
suatu istilah baru, jika tidak memungkinkan, maka langkah yang diambil
adalah menggunakan terjemah langsung (harfiah).
4) terjemahan bentuk-bentuk penemuan, pengukuran dan ilustrasi
/penggambaran. Seperti jenis penemuan, maka digunakan pola mif‘āl )مفعال(
‘scope’, untuk pengukuran digunakan pola mif‘āl مفعل ‘meter’ dan
penggambaran dengan pola mif‘alah علةمف ‘graph’.
5) terjemahan prefiks an-, a- dengan ال; prefiks ‘an atau a’ yang mengacu pada
makna negatif (peniadaan) diterjemahkan dengan ال nafiyyah murakkabah
(tersusun) bersama kata yang dimaksud. Seperti istilah الالجفن ‘ablepharia’ dan
.’anophthalmus‘ الالمقلة
6) penerjemahan prefix ‘hyper’ dengan فرط contoh: فرط احلاسية
‘hypersensitiveness’; sedangkan penerjemahan prefix ‘hypo’ dengan هبط
contoh: هبط الضغط ‘hypotension’.
7) terjemahan kata yang berakhiran ‘scope’; penerjemahan kata-kata asing yang
berakhiran ‘scope’ dilihat dari maknanya. Jika memungkinkan diderivasi
23
dengan ism al-‘ālah yang berpola مفعال, maka ditambahkan ‘ya’. Jika tidak
memungkinkan derivasi dengan ism al- ‘ālah dari segi makna, maka
pembentukan istilah dengan ism al-‘ālah yang disifati pekerjaan dari alat
tersebut. Contohnya, telescope: مكشاف.
8) kata-kata asing yang berakhiran ‘able’ diterjemahkan dengan menggunakan
bentuk fi‘l muḍāri‘ mabni lil majhūl (kata kerja pasif), dan kata benda dengan
bentuk nomina deverba ṣinā‘iy. Contohnya, eatable:يؤكل, eatability: مأكولية.
9) terjemahan kata berakhiran‘gen’ dengan kata مولدة ‘muwallidah’, contoh:
antigen: املضاض مولدة , precipitinogen: املرسب مولدة .
10) terjemahan sufiks ‘oid’ dengan kata شبه contoh: colloid :شبه غرائى, mucoid: شبه
.شبه ظهارى :epithelioid ,خماطى
11) terjemahan kata yang berakhiran ‘oid’ dihubungkan dengan alif dan nun.
Kata-kata asing yang berakhiran ‘oid’ yang mengacu pada penyerupaan dan
teori yang diterjemahkan ke istilah-istilah ilmiah dengan cara
menguhubungkan kata-kata tersebut dengan alif dan nun. Seperti: غرواىن
‘colloid’ dan مسسماىن, yakni menyerupai lem dan racun.
12) terjemahan kata yang berakhiran ‘oid’, ‘form’ dan ‘like’ dihubungkan dengan
alif dan nun. Menggunakan bentuk kata yang dihubungkan dengan alif dan
nun untuk istilah-istilah kedokteran (Eropa), seperti ‘oid’, ‘form’ dan ‘like’.
24
13) pola kata untuk unsur-unsur kimia diterjemahkan dengan mengambil huruf-
huruf Arab yang pokok (dasar), dengan tidak meninggalkan pendapat pakar
yang ahli di bidang tersebut.
Adapun metode ta‘rīb menurut lembaga ini (Amīn,1984: 189-195) antara
lain: 1) cara pengucapan/artikulasi kosakata mu’arrab seperti yang diucapkan
orang Arab; 2) jika terjadi perbedaan pendapat dalam pembentukan istilah
mu‘arrab, maka diambil kata yang paling mudah pengucapannya; 3) kata-kata
asing yang berakhiran ‘a’ atau ‘gie’ yang mengacu pada makna ilmu di-ta‘rib-kan
dengan huruf ta di akhir kata; 4) pola untuk harakat asing pada awal nama dengan
hamzah yang diberi tanda baca sesuai dengan pengucapannya, misalnya آدمز :
Adams; 5) harakat ‘a’ pada akhir nama dipadankan dengan ة atau alif mad. Seperti
kata ‘America’ أمريكة atau أمريكا, dan harakat ‘e’ dipadankan dengan ه (ha
marbuthah), seperti نيتشه:Neitzsche; 6) untuk nama-nama geografis tidak
diperkenankan menggunakan ādah at- ta‘rīf (kata sandang). Seperti نيجري� bukan
.النيجري�
Selain kaidah dari Majmū‘ah Qarārāt al-‘Ilmiyyah, at-Tunjī (2005: 136)
menambahkan, kaidah penyerapan istilah asing ( Eropa) dalam bahasa Arab
sebagai berikut: 1) jika istilah asing yang diserap dan diawali dengan huruf
konsonan maka dalam bahasa Arab ditambahkan hamzah waṣl, seperti studio:
,jika istilah ilmiah maka sebagian besar diserap secara keseluruhan (2 ;استوديو
25
contoh: 3 ;اتيمولوجي،أمتوسفري، راديو) akan diganti harakah kata asing yang panjang atau
sulit diucapkan seperti kata philosophy :فلسفة, arthritis: الرثية, oxidation :4 ;األكسدة)
akan dilakukan arabisasi kata asing yang aslinya dari bahasa lainnya misalnya
scambiare (bahasa Italia): 5 ;اسكمبيل) kata-kata asing tersebut diderivasi menjadi
fi‘l atau verba seperti: 6 ;تلفن،سوكر، فنش، بند) dikurangi satu huruf bahkan lebih
seperti, dysentery (Inggris): 7 ;ونطارية) dirubah dua kata yang tersusun menjadi satu
seperti kata tramway: 8 ;ترام) ditambahkan turunan dari bahasa Arab seperti ،أكادميية
دبلوماسية، إمرب�لية ; 9) dirubah sedikit maknanya seperti: سكربينية yang bermakna sepatu
(Italia) kemudian maknanya dirubah menjadi sepatu wanita; 10) kata-kata asing
yang aslinya memiliki multi makna diarabisasi hanya memiliki satu makna seperti
kata إكسرتا dalam bahasa Arab maknanya hanya الفاخر sedangkan pada bahasa
sumber bermakna 11 ;إضاىف، فائض) dirubah beberapa harakah seperti appartement:
�ء seperti kata pipe; 13) huruf v diucapkan �ء menjadi الباء dirubah (12 ;أ�رمتان
seperti kata وكاتوأق menjadi kata أبوكات، أبوكاتو ; 14) huruf التاء diucapkan dengan ط
seperti kata aesthetica menjadi kata 15 ;اسطاطيقا) huruf الثاء diucapkan dengan ء�
seperti kata thermometer menjadi kata ترمومرت dan huruf التاء menjadi ء� seperti kata
26
tilos: 16 ;ثؤلون) huruf الدال diucapkan dengan ضادا seperti kata moda (Italia) menjadi
seperti kata stamba (Italia) menjadi صادا diucapkan dengan السني huruf (17 ;موضة مبة
arabisasi nama-nama (19 ;فرجنة seperti kata frank menjadi الكاف huruf (18 ;اصطا
unsur kimia yang berakhiran ‘ium’ dengan يوم; seperti: بو�سيوم، كالسيوم ; 20)
diperbolehkan derivasi kata-kata ilmiah yang baku, seperti مهدرج، مكر بن dari kata
كربون، هيدروجني ; 21) kata-kata mu‘arrabah tetap seperti apa adanya, jika dijamakkan
menjadi jam‘u mu’annaṡ as-sālim. Seperti: كيلومرتات -كيلومرت (Qanibiy, 2000: 121-1).
Majma‘ Kairo dalam kongresnya yang ke-26 pada tahun 1959 membuat
23 kaidah untuk memindahkan huruf dan bunyi dari bahasa Yunani dan Latin ke
dalam bahasa Arab dan pada Kongres ke-30 tahun 1963 dibuat kaidah pergantian
huruf konsonan. Adapun pergantian huruf-huruf konsonan dan vokalnya yaitu:
Tabel 1. Daftar Pergantian Huruf-huruf Konsonan
النمرة احلرف الالتيىن اواإلغريقى النطق العريب املوافق
.arcadia: c 1 التجربة السابقة فقالوا: أرقاد� س، ك، نقل (ق) ىف
.d 2 د، ذ
.f 3 ف
.g 4 غ، ج
.h 5 التجربة السابقة ه، (ونقل (أ) ايضاىف
.ch 6 تش (�إلنكليزية)، شباألملانية، ك، خ (�ليو�نية)
.j 7 ي (�ألملانية)، ج (�لفرنسية)، خ (�إلسبانية)
.p 8 پ
.ph-ϕ 9 ف
27
.k 10 ك
.qwintus q 11التجربة السابقة فقالوا: قونطوسفى: ك، نقل (ق) ىف
.titus t 12التجربة السابقة، فقالوا : طيطوسفى: ت، نقل (ط) ىف
.th-θ 13 ث، ذ
.s 14 س، ش، ص
.v 15 ڤ
.w 16 ڤو،
.x 17 كس، ك، س، كز، خ
.z 18 تز -ز
.ψ 19 سې
Tabel 2. Daftar Pergantian Huruf-huruf Vokal
أمثلة الكلمة األصوات العربية
املوافقةتينيةاألصوات الال
massignon الفتحة مسينيون a 1.
hugo ي، و هيجو، هوجو u 2.
hugo كسرة جب i 3.
laland ا الالند Ả 4.
louvois و لوقوا ū 5.
ascoli ي أسكوىل i 6.
oxford و (ضمة مفخمة) أكسفورد o 7.
voltaire ي (�ممالة) فولتري ei, ai 8.
nitzshe مة)ة الكلة (ىف �اي نيتثة e 9.
lybia و :لو� y 10.
Pada praktiknya, upaya untuk merealisasikan program dari lembaga-
lembaga bahasa Arab ini sulit untuk dicanangkan, hal ini dikarenakan: 1) bahasa
Arab tidak pernah benar-benar murni atau homogen. Kata asing yang berupa
28
serapan langsung selalu masuk ke dalam bahasa Arab, khususnya ketika masa
‘Abbasiyyah; 2) ketidakmampuan sistem akar kata dan pola dalam penyesuaian
istilah sains modern. Kebijakan lembaga bahasa hanya berpedoman pada ulama
nahwu abad pertengahan. Dengan demikian kata baru diturunkan berdasarkan
prinsip derivasi analogis melalui sistem akar dan pola kata atau perluasan lingkup
semantik; 3) hasil dari pembentukan kata yang baru jika tidak secara aktif
digunakan dan bermakna asing maka akan sulit diterima oleh penutur bahasa
Arab. Kasus ini misalnya terjadi ketika lembaga bahasa Kairo mengusulkan
penggantian kata tilifūn menjadi ‘irzīz’ (suara hujan), trām ‘tram’ dengan jammāz
‘swift-footed camel’. Sebaliknya, kata-kata baru lebih mudah diterima jika
diturunkan dari pola siap jadi untuk penerapan secara luas dan sistematik, baik
dalam dunia sains maupun penggunaan sehari-hari, seperti kata instrumen dengan
pola miCCaC, miCCaCa, dan miCCaC ‘miṣ‘ād’ elevator (berasal dari kata ṣa‘ada
menjadi‘ :جهر /memanjat), mijhār ‘mikroskop’ (berasal dari kata jahara :صعد/
terlihat). Dalam kasus ini, makna baru baru lebih mudah diterima jika perluasan
semantik dinilai lebih jelas bagi pengguna bahasa; 4) kurangnya penyesuaian
untuk imbuhan guna menghasilkan perbendaharaan kata yang terstandar dan
koheren. Imbuhan Greko-Latin seperti un-, in-, ultra-, infra-, sub-, proto-, para-,
hypo-, itis-, -pathy, -graph, -scope, -ide, -ite, dan sebagainya tidak memiliki
keserupaan morfologis dengan bahasa Arab. Upaya yang dilakukan adalah dengan
naht, dengan menggabungkan preposisi yang berdiri bebas, yang memiliki makna
serupa seperti under diserap menjadi taḥta/ حتت, ‘infra-: fauqa/ 5 ; فوق)
29
penyesuaian komponen morfem asing ke bahasa Arab bisa menjadi frase nomina
yang panjang, seperti indivisibility menjadi ‘adam al-qabiliyah li at-tajzi‘ah; 6)
adanya kesulitan memadankan kata ajektif relasional istilah asing ke bahasa Arab,
sehingga ajektif relasional akar katanya memiliki makna berbeda, seperti
psychological. Penerjemahan kata psychology dilakukan dengan memadankan
kata psycho dengan nafs, dan logy dengan ‘ilm, sehingga menjadi ilmun-nafs.
Sementara telah disepakati bahwa kata adjektif relasional diterjemahkan ke
akhiran ئى (–iyy), seperti kanīsah ‘gereja’ menjadi kanasiy ‘gerejawi’. Adapun
penerjemahan kata psychological, adjektif relasional yang berhubungan dengan
akar katanya telah memiliki makna yang berbeda. Kata nafsiy, bermakna
‘spiritual, kerohanian’, sehingga pemadanan kata psychological menimbulkan
ambiguitas. Ini membuat beberapa ahli sains cenderung tetap menggunakan kata
serapan (Holes, 2004: 311-313).
Media penyerapan istilah asing dengan menggunakan pola derivasional
berdasarkan sistem pola akar kata terkendala dengan persoalan: konsistensi,
kejelasan, dan keringkasan sehingga sulit untuk menyesuaikan dengan istilah
sains, maka para sainstis cenderung untuk lebih pragmatis, yaitu menggunakan
beragam cara naht untuk mengkonstruksi padanan dari Latin ke dalam bahasa
Arab. Cara paling mudah adalah dengan penggabungan tanpa ada penyingkatan.
Misalnya, barr ( بر ) ‘daratan’ + ‘mā’(ماء )‘air’+akhiran relasional -iiy (ئى) sehingga
menjadi barmā’iyy (برمائى) ‘amphibious’. Namun penggabungan dari asal kata
yang sulit dikenali masih kurang diminati, seperti nazwarah (نزورة) ‘defoliation’
30
yang berasal dari penggabungan naz’ (نز) ‘removal’ + waraqah’ ( ورقة) ‘daun’, atau
lebih ekstrem zahraja (زهرج) ‘dehydrogenate’ azāla (أزال) ‘remove’ + hīdrūjīn
hydrogen’. Dalam kasus ini, baik ahli bahasa maupun ilmuwan terapan‘ (هيدروجني)
cenderung menerapkan translasi serapan menjadi frase multikata (Holes, 2004:
313-314).
Ide neologisme sebagaimana yang dipaparkan oleh Holes ini senada
dengan pemaparan Khalid (2003:13) bahwasanya pembentukan neologisme
merupakan upaya untuk menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang hidup
untuk mengungkapkan ide-ide dan konsep-konsep baru dengan berpegang pada
qawālib lugawiyyah (linguistic molds) dan prinsip qiyās (analogi). Kekhasan
neologisme bahasa Arab yaitu mengacu pada pola-pola kebahasaan yang sudah
ada dalam kaidah tata bahasa Arab fusḥaḥ, yakni pola-pola isytiqāq (derivasi) dan
pengembangan semantik. Khalid mencontohkan dari pengembangan semantik ini
yaitu, pada kata ṭayara (طري) yang pada mulanya menunjuk pada ‘sesuatu yang
ringan di udara, terbang dan sesuatu yang bergerak cepat’, maka dari kata ini
diderivasi menjadi verba taṭāyara (تطاير) ‘terpisah-pisah, beterbangan’; verba
istaṭāra (استطار), ‘terpencar’; dan taṭīr (تطري) ‘merasa pesimis, menganggap
bernasib sial, mendapat naas, celaka dikarenakan sesuatu atau seseorang. Jika
dikaitkan dengan kata ṭayr ‘burung’, maka ada keterkaitan dengan budaya Arab di
31
masa lampau yang selalu mengaitkan kesialan, naas dengan suara burung seperti
gagak dan sejenisnya.
1.6.4 Taulīd atau Neologisme
Secara bahasa taulīd berarti حتصيل شئ من شئ ‘menghasilkan sesuatu dari
sesuatu’. Dalam ilmu bahasa berarti: "ة أخرى أسبق منها وضعا"حتصيل كلمة من كلم atau
menghasilkan sebuah kata dari kata lain yang terlebih dahulu terbentuk (Khasārah,
2008: 97). Neologi terdiri dari 5 macam dan 15 kaidah, yaitu: 1) neologi fonetis
(mencakup neologi penggantian fonem, neologi pertukaran distribusi fonem,
neologi kemiripan fonem, neologi tabayun, neologi instrusi; 2) neologi morfologis
(mencakup neologi derivatif, neologi coinase, neologi distribusi dan neologi
leksikalisasi; 3) neologi semantis (mencakup neologi metaforis (majāz), dan
neologi translasi (tarjamah); 4) neologi spontanitas mencakup neologi spontanitas
hakiki dan neologi imitasi, 5) neologi penyerapan (at-taulīd bil-iqtirāḍ) yang
mencakup neologi loan (ad-dakhīl) dan neologi arabisasi (at-ta‘rīb) (Murad,
1997: 163). Neologi penyerapan (at-taulīd bil-iqtirāḍ) adalah pembentukan kata
baru dengan cara meminjam kosa kata asing yang dijadikan bagian dari kosakata
bahasa Arab. Ada kalanya penyerapan tersebut secara utuh, baik bentuk dan
maknanya, dan ada kalanya disesuaikan dengan kaidah pembentukan atau pola
kata bahasa Arab (Murad, 1997: 161-162).
Neologi penyerapan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: neologi loan (ad-dakhīl
atau al-iqtirāḍ), yaitu pembentukan kata baru dengan cara meminjam kosa kata
asing apa adanya tanpa merubah pola kata tersebut (Murād, 1997:162).
32
Muhammad al-Tunjī (2005:13) mendefinisikan ad-dakhīlah sebagai
berikut: العربية" وزانأل ملخالفتها منه يشتق غريأن من العرب كالم أدخل الذى األعجمى اللفظ هو "الدخيلة
“ad-dakhīlah yaitu kata asing yang diserap ke dalam bahasa Arab tanpa diderivasi
dikarenakan perbedaan pola kata dalam bahasa Arab”. Contoh istilah كومبيوتر
berasal dari computer (Inggris). Proses arabisasi ini disebut juga dengan
transliterasi.
Neologi arabisasi (at-ta‘rīb), yaitu pembentukan kata baru dengan cara
meminjam kosakata asing tetapi disesuaikan dengan pola kata bahasa Arab
(Murād, 1997: 163), sedangkan Bakalla (1983:16) mendefinisikan ta‘rīb atau
arabisasi dengan memungut bahasa asing dan disesuaikan dengan pola morfologi
dan fonologi Arab. Contoh: فلم (film) berpola فعل (fa-‘a-la) berasal dari ‘film’, بنك
‘bank’ berasal dari bahasa Inggris.
Proses arabisasi ini termasuk transkripsi. Transkripsi yaitu pengubahan
wicara menjadi bentuk tertulis; biasanya dengan menggambarkan tiap
bunyi/fonem dengan satu lambang (Kridalaksana, 2008: 246). Dalam hal ini
transkripsi diartikan sebagai proses mengubah teks dari suatu ejaan ke ejaan lain
dengan cara mengikuti lafal bunyi. Proses penyerapan melalui cara ini mengalami
penyesuaian pelafalan. Ta‘rīb semacam ini disebut juga at-ta‘rīb al-lafdzī.
Contohnya ويب berasal dari istilah‘web’.
33
1.6.5 Kaidah Fonotaktik dan Pola Bunyi Bahasa Arab
Menurut Kridalaksana (2008:65) fonotaktik merupakan urutan fonem
yang dimungkinkan dalam suatu bahasa atau pendeskripsian tentang urutan
tersebut. Pada fonotaktik bahasa Arab, semua suku kata dimulai dengan konsonan.
Untuk tekanan, bahasa Arab memilki vokal panjang yang diikuti dengan suatu
konsonan. Vokal tersebut diucapkan lebih keras daripada vokal lainnya. Jika
tidak, maka vokal pertama dari kata tersebut yang ditekan. Jika berupa vokal
pendek yang diikuti oleh 2 konsonan maka vokal tersebut mendapat tekanan
(Abbound, 1996:4). Pembagian suku katanya menurut Holes (1995:49) terdiri dari
suku kata terbuka (berakhiran dengan vokal) dan suku kata tertutup (yang
berakhiran dengan konsonan). Bahasa Arab mempunyai pola suku kata terbuka
KV atau KV; sementara suku kata tertutup KVK, KV:K, KVKK, atau KV:KK).
Dalam bahasa lisan, suku kata bahasa Arab hanya KV, KV; dan KVK (
Hidayatullah, 2012: 49).
Untuk urutan fonem pada setiap kata atau istilah, bahasa Arab memiliki
kaidah, sebagaimana yang dipaparkan oleh Khasasarah (2008: 298) dalam tabel
berikut ini:
Tabel 3. Kaidah Fonotaktik bahasa Arab
No Huruf Tidak disatukan dalam satu kata dengan huruf-huruf berikut (baik diletakkan di awal maupun di akhir kata)
ذ ز ص ض ظ س ث 1
ز ط ظ ص ض س ذ 2
س ث ذ ص ظ س ز 3
ذ ز ط ظ س ض ص 4
34
ذ ص ط ظ س ش ض 5
د ذ ض ز ط ص ج س ظ 6
غ ح ع غ خ 7
- - خ غ ح 8
ق ط ظ غ ج 9
ج ح خ ع غ 10
س ظ ض ص ذ ز ث 11
Keterangan:
1. huruf ث tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ز ,ص ,ض ,ظ ,س
dan ذ, baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
2. huruf ذ tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf س, ض dan,ط ,ظ, ,ص
.baik diletakkan di awal maupun di akhir kata , ز
3. huruf ز tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ذ ,ص ,ظ ,سdan ث
baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
4. huruf ص tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ز ,ط ,ظ ,س ,ض dan
.baik diletakkan di awal maupun di akhir kata ,ذ
5. huruf ض tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ص ,ط ,ظ ,س ,ش,
dan ذ , baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
6. huruf ظ tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ز ,ط ,ص ,ج ,س ,
.baik diletakkan di awal maupun di akhir kata , د dan ذ ,ض
7. huruf خ tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ح ,ع ,غ dan غ,
baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
8. huruf ح tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf غdan خ, baik
diletakkan di awal maupun di akhir kata.
9. huruf ج tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ط ,ظ ,غ danق,
baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
35
10. huruf غ tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ح ,خ ,ع dan ج,
baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
11. huruf ث tidak dapat disatukan dalam satu kata dengan huruf ظ , ض ,ص ,ذ ,ز ,س
dan س , baik diletakkan di awal maupun di akhir kata.
Pada pola bunyi, bahasa Arab memiliki 6 ketentuan untuk menentukan
ringan atau beratnya pengucapan. Adapun ketentuan pola bunyi sebagaimana
yang dipaparkan oleh Khasārah (2008: 291) sebagai berikut: 1) keberagaman
huruf dalam suatu kata. Khalil Ibnu Ahmad mengatakan dalam nomina atau verba
bahasa Arab terdapat paling banyak 5 huruf meskipun terdapat tambahan dari 5
huruf tersebut. Contohnya, العنكبوت asal katanya adalah 2 ;عنكب) kesesuaian
hurufnya. Syarat fasihnya kosakata bahasa Arab dinilai dari huruf-hurufnya yang
beragam. Hal yang penting dari kesesuaian huruf yaitu adanya jarak yang jauh
antara tempat artikulasi huruf yang satu dengan yang lainnya dalam suatu kata.
Seperti tempat artikulasi antara huruf غ dan خ, huruf ق dan ك, huruf ت dan ص،ض ,
huruf و dan kasrah sebelumnya, huruf ى dan ḍammah sebelumnya.; 3) keselarasan
harakat. Ketidakselarasan harakat dapat terjadi antara harakat dengan harakat dan
antara harakat denga huruf vokal.
Ketidakselarasan antar harakat antara lain: a) ḍammah sebelum waw pada
nomina. Al-Mulukī berpendapat bahwa nomina yang diakhiri dengan waw dan
ḍammah sebelumnya, tidak terdapat dalam kosakata bahasa Arab kecuali pada
verba يدعو, maka kata الربو diganti menjadi �الر.,b) dua harakat yang saling
36
berlawanan yaitu kasrah dan dhammah. Oleh karena itu tidak terdapat
perpindahan dari kasrah ke ḍammah karena pengucapannya berat dalam bahasa
Arab, maka dari itu ditiadakanlah pola kata فعل (fi‘ula). Contoh: زئرب . Perpindahan
dari ḍammah ke kasrah itu lebih ringan dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi
hal tersebut tidak terdapat dalam nomina tapi adanya pada verba, c) kasrah
sebelum waw sukun dan ḍammah sebelum ya sukun; 4) tidak mengumpulkan 4
huruf berharakat semua. Jikalau ada, maka hendaknya di-sukun-kan salah satunya.
Ibnu Khaluwiyah menyebutkan dalam bahasa Arab tidak ada nomina berpola فـعلل
kecuali pada kata عرتن. Selain itu, hal yang memberatkan bagi lidah orang Arab
yaitu jika harakatnya banyak kasrah atau ḍammah contoh: أومر atau أوكل tapi jika
banyak fathah tidaklah memberatkan. Contoh: 5 ;مجل) melarang bertemunya dua
sukun dalam satu kata, salah satu kekhasan bahasa Arab yaitu tidak
mempertemukan dua sukun maka untuk mengatasinya diberikan harakah ghairu
lāzimah meskipun pada dua kata contoh: 6 ;قم الليل) diawali dengan huruf yang
berharakat dan diakhiri dengan sukun.
1.6.6 Teori Perubahan Bunyi
Menurut Sloat, istilah perubahan bunyi disebut dengan natural processes
(proses alamiah). Natural processes terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu
assimilatory processes dan nonassimilatory processes. Adapun tipe-tipe
perubahan bunyi menurut Sloat (1978: 112-121) sebagai berikut: 1. assimilatory
37
processes: perubahan bunyi yang paling sering terjadi adalah pengasimilasian
suatu bunyi dengan bunyi lain. Asimilasi adalah proses alamiah yang paling
sering terjadi. Berikut ini adalah bermacam-macam tipe asimilasi: a) nasalization
(nasalisasi); b) nasal assimilation (asimilasi nasal); c) palatalization (patalisasi);
d) assibilation; e) intervocalic voicing; f) intervocalic weakening; g) vowel
assimilation; h) umlaut. 2. nonassimilatory processes: ada beberapa proses
perubahan bunyi yang terjadi bukan karena proses asimilasi. Macam tipe
perubahan nonasimilasi yang biasa terjadi yaitu: a) rhotacism (rotasi); b)
breaking; c) vowel reduction (reduksi vokal); d) apocope; e) syncope; f)
prothesis; g) epenthesis; h) metathesis; i) dissimilation. Berbeda dengan Sloat,
Crowley (1992: 38-58) mengklasifikasikan tipe perubahan bunyi sebagai berikut:
1) lenition and fortition yang terdiri dari aphresis, apocope, syncope, cluster
reduction, haplology; 2) sound addition: excrescence, epenthesis, prothesis; 3)
metathesis; 4) fusion; 5) unpacking; 6) vowel breaking); 7) asimilation; 8)
dissimilation; 9) abnormal sound change.
1.6.7 Sistem Kebahasaan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab
Uraian vokal dan konsonan bahasa Inggris dan bahasa Arab berikut ini
bersumber dari IPA (The International Phonetic Alphabet), Nasution (2010: 65)
dan Marsono (1999:63).
1.6.7.1 Vokal Bahasa Inggris
Vokal merupakan bunyi bersuara yang terjadi karena penerobosan
terhadap klep pita suara melalui tekanan, sedangkan dalam pembentukannya
udara yang datang dari paru-paru tidak mendapat hambatan dari kerongkongan
38
dan rongga mulut serta tidak mendapatkan penyempitan di saluran udara yang
mengakibatkan adanya geseran (Nasution, 2010: 65).
Vokal dapat diklasifikasikan berdasarkan dari posisi dan gerak lidah,
bentuk bibir, artikulator yang bergerak maupun jumlah vokal. Berdasarkan posisi
lidah, vokal dibagi menjadi vokal tinggi, tengah dan rendah. Jika dilihat dari gerak
lidah, vokal dikategorikan menjadi depan, tengah dan belakang. Jika dilihat dari
bentuk bibir, vokal dikategorikan menjadi vokal bulat, netral dan tak bulat.
Sementara dari jumlah vokal dikelompokkan menjadi vokal tunggal (monoftong)
dan rangkap (diftong).
1.6.7.1.1 Vokal Tunggal (Monoftong)
Bunyi vokal tunggal terbentuk dengan kualitas alat bicara (lidah) tidak
berubah dari awal hingga akhir artikulasinya dalam sebuah suku kata.
Berdasarkan posisi alat ucap dan bentuk rongga mulut yang dibentuk oleh alat
ucap (lidah dan bibir), maka bunyi vokal diurutkan seperti berikut ini:
1.6.7.1.2 Vokal Depan
Bunyi vokal yang terjadi karena posisi lidah berada di depan adalah
sebagai berikut:
1. Bunyi [i] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
depan dan di atas (tinggi) dengan bibir tertutup (tidak bulat). Contoh seperti
kata: see, heat.
39
2. Bunyi [ɪ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
depan dan tinggi bawah dengan posisi bibir semi tertutup. Seperti dalam
pengucapan kata: hit, sitting.
3. Bunyi [e] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
depan dan madya atas dengan posisi bibir semi tertutup. Seperti dalam
pengucapan kata: met, bed.
4. Bunyi [ɛ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
depan dan madya dengan posisi bibir semi terbuka. Contoh kata: fell, get, led
5. Bunyi [æ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
depan dan rendah dengan posisi bibir semi terbuka. Contoh kata: cat, black
1.6.7.1.3 Vokal Tengah
Hanya satu vokal yang dihasilkan ketika posisi lidah berada di tengah,
yakni bunyi vokal ə, vokal ini terjadi karena posisi lidah berada di tengah dan
madya atas dengan bentuk bibir semi tertutup. Seperti pada kata: away, cinema.
1.6.7.1.4 Vokal Belakang
Beberapa vokal yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di belakang
adalah sebagai berikut:
1. Bunyi [u] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
belakang dan atas sedangkan posisi bibir tertutup supra segmental. Contoh:
blue, food.
40
2. Bunyi [ʊ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
belakang dan tinggi bawah dengan posisi bibir semi tertutup. Seperti kata :
put, could.
3. Bunyi [ʌ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
belakang dan madya bawah dengan posisi bibir semi terbuka. Contoh: cup,
luck.
4. Bunyi [ɔ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
belakang dan madya bawah dengan posisi bibir semi terbuka. Misal: blue,
food .
5. Bunyi [ɑ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
belakang dan bawah dengan posisi bibir terbuka. Contoh pada kata: arm,
father.
6. Bunyi [ɒ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
belakang dan bawah dengan posisi bibir terbuka. Seperti pada kata: hot, rock
1.6.7.2 Vokal Rangkap (Diftong)
Diftong dihasilkan ketika pengucapan vokal, posisi lidah yang satu dengan
yang lain saling berbeda, baik tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak
maupun jarak lidah dengan langit-langit (Kridalaksana, 2008: 49). Berdasarkan
kondisi tersebut, maka diftong dikelompokkan menjadi diftong naik dan turun.
1.6.7.2.1 Diftong Naik
Diftong naik dihasilkan jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi
lidah lebih tinggi dari yang pertama. Berikut adalah difong naik dalam bahasa
Inggris:
41
1. Bunyi [aɪ] adalah diftong naik-menutup-maju. Contoh: five, eye
2. Bunyi [ɔɪ] adalah diftong naik-menutup-maju. Contoh: boy, join
3. Bunyi [oʊ] merupakan diftong naik-menutup-maju. Contoh: go, home
4. Bunyi [eɪ] merupakan diftong naik-menutup-mundur. Misal: say, eight
5. Bunyi [aʊ] adalah diftong naik-menutup-mundur. Contoh now, out
6. Bunyi [ɔə] merupakan diftong naik-menutup-memusat. Contoh: more, floor
7. Bunyi [ɛə] merupakan diftong naik-menutup-memusat. Contoh kata there.
1.6.7.2.2 Diftong Turun
Sedangkan diftong turun dihasilkan jika vokal yang kedua diucapkan
dengan posisi lidah lebih rendah dari yang pertama. Dalam bahasa Inggris
terdapat 2 diftong turun, yakni:
1. Bunyi [ɪəʳ] adalah diftong turun-membuka-memusat. Contoh: near, here.
2. Bunyi [ʊəʳ] merupakan diftong turun-membuka-memusat. Contoh: pure,
tourist.
1.6.7.3 Konsonan Bahasa Inggris
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan jika aliran udara yang keluar dari
paru-paru mengalami hambatan, atau terjadinya hambatan arus udara pada
sebagian alat bicara. Secara praktis, konsonan dibedakan menurut: 1) cara hambat
(proses artikulasi); 2) tempat hambatan; 3) hubungan posisional antar penghambat
(artikulator aktif dan pasif); 4) bergetar tidaknya pita suara. Berikut adalah uraian
konsonan yang diklasifikasikan berdasarkan proses artikulasinya:
42
1.6.7.3.1 Konsonan Letup (Stop, Plosives)
Konsonan letup adalah bunyi yang terjadi dengan hambatan penuh arus
udara yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba (meletup). Berikut konsonan
yang dihasilkan melalui proses ini:
1. Bunyi [p, b] merupakan konsonan yang diartikulasikan dengan menghambat
aliran udara yang keluar melalui kedua bibir, dengan artikulator aktif bibir
bawah, sedangkan yang pasif adalah bibir atas. Karena artikulator kedua
konsonan ini adalah 2 bibir, maka keduanya termasuk konsonan bilabial.
Perbedaannya di antara konsonan tersebut yakni [p] sebagai konsonan keras
tak bersuara, sedangkan [b] konsonan lunak bersuara. Seperti pada kata: bad,
lab, pet, map.
2. Bunyi [d, t] merupakan konsonan yang disebut konsonan hambat letup
apikodental. Konsonan ini terjadi karena artikulator aktifnya ujung lidah, dan
artikulaotr pasifnya gigi atas. Seperti pada kata: did, lady, tea, getting.
3. Bunyi [g, k] merupakan konsonan yang konsonan hambat letup dorsovelar.
Disebut demikian karena karena artikulator aktifnya pangkal lidah, dan
artikulator pasifnya langit-langit. Contoh pada kata: give, flag cat, back.
1.6.7.3.2 Konsonan Geseran (Fricative)
Konsonan ini dibentuk dengan menyempitkan jalan arus udara yang
dihembuskan dari paru-paru, sehingga jalan udara terhalang dan keluar dengan
cara bergeser. Berikut ini bunyi konsonan yang dihasilkan melalui proses tersebut:
43
1. Bunyi [f, v] merupakan konsonan geseran labiodental, di mana artikulator
aktifnya bibir bawah dan artikulator pasifnya gigi atas.
2. Bunyi [h] merupakan konsonan glottal, geseran laringal. Artikulatornya adalah
sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka.
3. Bunyi [s, z] adalah konsonan lamino-alveolar. Konsonan ini terjadi apabila
artikulator aktifnya daun lidah dan ujung lidah dengan artikulator pasifnya
gusi.
4. Bunyi [ʃ] dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif sedangkan yang
pasif adalah gusi bagian belakang, dengan menghasilkan bunyi geseran apiko
prepalatal keras tak bersuara lebih panjang hambatannya. Seperti kata: she,
crash.
5. Bunyi [, ð] merupakan konsonan dental atau apicodental ini terjadi bila
penghambat artikulator aktifnya ialah ujung lidah, sedangkan artikulator
pasifnya gigi atas (Marsono, 1999: 63 ). Contoh: think, they.
6. Bunyi [ʒ] merupakan konsonan post alveolar artikulator aktifnya ujung lidah
dan yang pasif adalah gusi bagian belakang. Contoh: pleasure, vision
1.6.7.3.3 Konsonan Paduan (Affricate)
Konsonan paduan merupakan konsonan hambat jenis khusus yang
dihasilkan oleh ujung lidah dan gusi belakang, sehingga menghasilkan bunyi [dʒ].
Contoh pada kata: just, large.
44
1.6.7.3.4 Konsonan Sengau (Nasal)
Konsonan ini diproses dengan penutupan rapat jalur udara dari paru-paru
melalui rongga hidung. Sedangkan langit-langit lunak bersama anak tekaknya
diturunkan sehingga udara keluar melalui rongga hidung. Berikut ini bunyi
konsonan yang diproses dengan tahapan tersebut:
1. Bunyi [m] merupakan konsonan nasal bilabial, di mana artikulatornya adalah
dua bibir, bibir bawah berfungsi sebagai yang aktif, dan yang pasif adalah
bibir atas.
2. Bunyi [n] adalah konsonan nasal apiko-alveolar. Konsonan ini terjadi jika
artikulator yang aktif adalah ujung lidah, sedangkan yang pasifnya adalah
gusi.
3. Bunyi [Ŋ] merupakan konsonan nasal medio-palatal. Dihasilkan oleh
artikulator aktif tengah lidah dan yang pasifnya adalah langit-langit keras.
1.6.7.3.5 Konsonan Getar (Trill)
Konsonan ini terjadi dengan menghambat jalan arus udara yang
dihembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Berdasarkan tempat
artikulasinya konsonan tersebut dinamai konsonan getar apiko alveolar, di mana
artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah,
sedangkan artikulator pasifnya gusi. Sehingga bunyi yang dihasilkan adalah [r].
45
1.6.7.3.6 Konsonan Sampingan (Lateral)
Konsonan ini dibentuk dengan arus udara di tengah rongga mulut,
sehingga udara keluar melalui kedua samping atau salah satunya. Tempat
artikulasinya ujung lidah dan gusi, sehingga menghasilkan bunyi [l].
1.6.7.3.7 Konsonan Hampiran (Approximant)
Konsonan hampiran terjadi karena hubungan antar penghambat dalam
pengucapannya renggang lebar. Dengan demikian bunyi yang dihasilkan dengan
kondisi adalah:
1. Bunyi [j] merupakan konsonan hampiran medio-palatal, karena artikulator
aktifnya tengah dan artikulator pasifnya langit-langit keras.
2. Bunyi [w] merupakan konsonan hampiran bilabial, yang artikulator aktifnya
bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas.
1.6.7.4 Vokal Bahasa Arab
Sebagaimana vokal dalam bahasa Inggris, di mana bunyi yang dihasilkan
tanpa adanya hambatan pada alat bicara, demikian juga halnya bahasa Arab. Akan
tetapi vokal dalam bahasa Arab relatif sedikti jika dibandingkan dengan bahasa
Inggris.
1.6.7.4.1 Monoftong
Monoftong adalah bunyi vokal yang dihasilkan tanpa gerakan lidah
(Kridalaksana, 2008: 157). Adapun bunyi yang dimaksud dalam bahasa Arab
adalah : [a],[a:], [i], [i:], u, [u:]. Berdasarkan posisi gerakan lidah, vokal tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
46
1.6.7.4.1.1 Vokal Depan
1. Bunyi [I] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
depan dan di atas (tinggi) dengan bibir tertutup . Contoh يسيـر
2. Bunyi [ɪ] merupakan bunyi yang dihasilkan dengan posisi lidah berada di
depan dan tinggi bawah dengan posisi bibir semi tertutup. Seperti pengucapan
kata: لك ما
3. Bunyi [a] merupakan vokal yang dibuat dengan bagian terendah dari lidah
pada posisi sedang di rongga mulut. Contoh فـتح
4. Bunyi [a:] merupakan vokal depan, bawah, terbuka panjang. Contoh: فاتح
1.6.7.3.1.2 Vokal Belakang
1. Bunyi [u:] merupakan bunyi yang dihasilkan oleh bagian tertinggi dari lidah
pada posisi belakang di rongga mulut, tak bulat panjang. Contoh يـقوم
2. Bunyi [u] merupakan bunyi yang dihasilkan oleh bagian teringgi dari lidah
pada posisi belakang di rongga mulut, tak bulat. Contoh حسن
1.6.7.4.2 Diftong
Pada bahasa Arab diftong terbentuk dari dua konsonan yang terdekat
bunyinya, ‘ي’ untuk ai dan ‘و’ untuk au.
47
1.6.7.4.2.1 Diftong Naik
Diftong [aɪ] adalah diftong naik-menutup-maju, yang dilambangkan
dalam bahasa Arab dengan فتحة+ي. Pada saat diucapkan, vokal suku kata /a/
dihasilkan mendekati kata /i/, pergerakan dari vokal suku kata yang membuat
bunyi semi vokal ke atas dan di depan bunyinya.Contoh: عني
1.6.7.4.2.2 Diftong Turun
Diftong [au] disebut diftong menurun, maksudnya bahwa ketika diftong
terdapat vokal suku kata /a/ di ucapkan mendekati /u/, pergerakan vokal suku kata
menuju yang bukan suku kata membuat sebuah semi vokal berakhir ke atas dan di
belakang bunyinya. Contoh: قـوم
1.6.7.5 Konsonan Bahasa Arab
Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan jika aliran udara yang keluar dari
paru-paru mengalami hambatan, atau terjadinya hambatan arus udara pada
sebagian alat bicara. Secara praktis, konsonan dibedakan menurut: 1) cara hambat
(proses artikulasi); 2) tempat hambatan; 3) hubungan posisional antar penghambat
(artikulator aktif dan pasif); 4) bergetar tidaknya pita suara. Berikut adalah uraian
konsonan yang diklasifikasikan berdasarkan proses artikulasinya, sebagai berikut:
1.6.7.5.1 Konsonan Letup (Stop, Plosives)
Konsonan letup adalah bunyi yang terjadi dengan hambatan penuh arus
udara yang kemudian dilepaskan secara tiba-tiba (meletup). Berikut konsonan
yang dihasilkan melalui proses ini dalam bahasa Arab:
48
1. Konsonan [b] dilambangkan dalam bahasa Arab dengan �ء, diartikulasikan
dengan menghambat aliran udara yang keluar melalui kedua bibir, dengan
artikulator aktif bibir bawah, sedangkan yang pasif adalah bibir atas. Karena
artikulator konsonan ini adalah 2 bibir, maka termasuk konsonan bilabial.
Seperti pada kata: كتاب.
2. Konsonan [d, t] dilambangkan dalam bahasa Arab �ء ,دال, yang diartikulasikan
melalui proses ujung lidah menyentuh gigi atas, maka ujung lidah menjadi
artikulator aktif, sedangkan gigi atas sebagai artikulator pasif. Seperti pada
kata: هيـهات ,مسجد.
3. Konsonan [k] dilambangkan dalam bahasa Arab اف ك , konsonan ini disebut
konsonan hambat letup dorsovelar. Disebut demikian karena karena artikulator
aktifnya pangkal lidah, dan artikulator pasifnya langit-langit. Contoh pada
kata: كيف
4. Konsonan [ʔ]merupakan konsonan yang terjadi dengan menekan rapat yang
satu terhadap yang lain pada seluruh pita suara, langit-langit lunak dan anak
tekak ditekan ke atas sehingga arus udara terhambat beberapa saat. Konsonan
ini dalam bahasa Arab dilambangkan dengan مهزة. Contoh kata: أنف
49
5. Konsonan [dˁ] merupakan konsonan yang dibentuk oleh ujung lidah sebagai
artikulator aktif, sedangkan langit-langit atas menjadi artikulator pasif, yang
dalam bahasa Arab dilambangkan ضاد. Contoh: رضي
6. Konsonan [tˁ] dalam bahasa Arab dilambangkan dengan طاء, dihasilkan dengan
cara ujung lidah sebagai artikulator aktif, menyentuh langit-langit atas yang
menjadi artikulator pasif. Contoh: طعام
7. Konsonan [q] merupakan konsonan plosive uvular yang dalam bahasa Arab
رقم :dihasilkan oleh pangkal lidah dan langit-langit lunak. Contoh ,قاف
1.6.7.5.2 Konsonan Geseran (Fricative)
1. Konsonan [f] labiodental dilambangkan dalam bahasa Arab dengan فاء,
dihasilkan dengan cara bibir bawah menyentuh gigi atas. Seperti pada kata: فقه
2. Konsonan [h] glotal dilambangkan dalam bahasa Arab dengan هاء, dihasilkan
dengan cara arus udara keluar melalui jalur sempit yang diikuti dengan suara
mendesis. Contoh pada kata: نـهر
3. Konsonan [s] alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan سني,
dihasilkan oleh apabila artikulator aktifnya daun lidah dan ujung lidah dengan
artikulator pasifnya gusi. Misal kata: درس
50
4. Konsonan [ʃ] post-alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan شني,
dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif sedangkan yang pasif
adalah gusi bagian belakang, dengan menghasilkan bunyi geseran apiko
prepalatal keras tak bersuara lebih panjang hambatannya. Seperti kata: بطش
5. Konsonan [θ] dental dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ء�, konsonan
dental ini terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah ujung lidah,
sedangkan artikulator pasifnya gigi atas (Marsono, 1999: 63). Misal kata: ثـعلب
6. Konsonan [ð] labiodental dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ذال,
konsonan ini terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah ujung lidah,
sedangkan artikulator pasifnya gigi atas. Seperti pada kata: نـقذ
7. Konsonan [z] alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan زين, apabila
artikulator aktifnya daun lidah dan ujung lidah dengan artikulator pasifnya
gusi. Seperti pada kata: زرع
8. Konsonan [ħ] pharyngeal dilambangkan dalam bahasa Arab dengan حاء,
dihasilkan dengan cara sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka.
Seperti pada kata: حديد
51
9. Konsonan [x] velar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan خاء, dihasilkan
dengan cara sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka. Seperti
pada kata: شخص
10. Konsonan [sˁ] emphatic alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan
dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif sedangkan yang pasif ,صاد
adalah gusi bagian belakang. Contoh kata: صالة
11. Konsonan ðˁ emphatic alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ظاء,
dihasilkan dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator aktif sedangkan
yang pasif adalah gusi bagian belakang. Seperti pada kata: لفظ
12. Konsonan [ʕ] emphatic alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan عني,
dihasilkan dengan cara sepasang pita suara dan glotis dalam keadaan terbuka.
Seperti pada kata: عنكبوت
13. Konsonan [ɣ] emphatic alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan غني,
dihasilkan dihasilkan dengan cara sepasang pita suara dan glotis dalam
keadaan terbuka. Seperti pada kata: غفر
52
1.6.7.5.3 Konsonan Paduan (Affricate)
Konsonan paduan merupakan konsonan hambat jenis khusus yang
dihasilkan oleh ujung lidah dan gusi belakang, sehingga menghasilkan bunyi [dʒ].
Dalam bahasa Arab, konsonan ini dilambangkan dalam bahasa Arab dengan جيم.
Seperti pada kata: جلد
1.6.7.5.4 Konsonan Sengau (Nasal)
1. Konsonan [m] bilabial dilambangkan dalam bahasa Arab dengan ميم,
dihasilkan dengan proses keluarnya udara tidak melalui mulut, karena kedua
bibir dikatupkan, sehingga udara keluar dari hidung yang menghasilkan bunyi
[m]. Contoh: قـلم
2. Konsonan [n] alveolar dilambangkan dalam bahasa Arab dengan نـون,
diproduksi oleh artikulator yang aktif ujung lidah, sedangkan yang pasifnya
adalah gusi. Misal : نوى
1.6.7.5.5 Konsonan Getar (Trill)
Konsonan ini terjadi dengan menghambat jalan arus udara yang
dihembuskan dari paru-paru secara berulang-ulang dan cepat. Berdasarkan tempat
artikulasinya konsonan tersebut dinamai konsonan getar apiko alveolar, di mana
artikulator aktif yang menyebabkan proses menggetar adalah ujung lidah,
53
sedangkan artikulator pasifnya gusi. Sehingga bunyi yang dihasilkan adalah [r].
konsonan ini dilambangkan dalam bahasa Arab dengan راء, contoh: رزق
1.6.7.5.6 Konsonan Sampingan (Lateral)
Konsonan ini dibentuk dengan arus udara di tengah rongga mulut,
sehingga udara keluar melalui kedua samping atau salah satunya. Tempat
artikulasinya ujung lidah dan gusi, sehingga menghasilkan bunyi [l]. Konsonan [l]
dilambangkan dalam bahasa Arab dengan الم, contoh: ليل
1.6.7.5.7 Konsonan Hampiran (Approximant)
Konsonan hampiran terjadi karena hubungan antar penghambat dalam
pengucapannya renggang lebar. Dengan demikian bunyi yang dihasilkan dengan
kondisi adalah:
1. Bunyi [j] merupakan konsonan hampiran medio-palatal, karena artikulator
aktifnya tengah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Dalam bahasa
Arab dilambangkan dengan ي, contoh: يد
2. Bunyi [w] merupakan konsonan hampiran bilabial, yang artikulator aktifnya
bibir bawah dan artikulator pasifnya bibir atas.
1.6.8 Teori Bahasa dan Budaya
Bahasa berhubungan erat dengan budaya. Makuleel (2003: 9) menyatakan
tentang budaya bahwa: it has been no comment for the statement that language is
culture based. Penjelasannya tentang budaya dalam arti luas yaitu orang-orang
54
melakukan aktivitas, berfikir, dan mempercayai sesuatu sebagaimana karakteristik
dan segala sesuatu yang ada dikelompok mereka. Sedangkan secara sempit,
budaya merupakan produk masyarakat yang meliputi kebiasan, kepercayaan,
bahasa dan segala sesuatu yang ada secara turun temurun. Oleh karena itu, bahasa
tidak bisa dipisahkan dari budaya.
Bahasa mencerminkan budaya. Begitulah teori yang disampaikan Whorf-
Sapir, yang merupakan dua tokoh linguis Amerika. Hubungan guru dan murid
tersebut melahirkan gagasan yang memperkaya dunia lingusitik setelah
pengamatan panjang mereka terhadap bahasa-bahasa orang Indian. Mereka
kemudian menyatakan bahwa sejarah antara bahasa dan budaya memiliki garis
yang paralel, bahkan dikatakan bahasa tidak hanya menentukan budaya akan
tetapi juga menentukan cara dan jalan pikiran manusia (Chaer, 1995:219).
Thomas (2007: 248-321) memaparkan hubungan bahasa dan budaya
antara lain: 1) identitas budaya sering kali tertumpu pada bahasa yang digunakan.
Sebagai contoh: upaya untuk mempertahankan sebuah sebuah bahasa minoritas di
tengah-tengah budaya lain yang menjadi mayoritas (seperti penggunaan bahasa
Spanyol di AS, bahasa Gujarati di Inggris) sering kali terkait erat dengan
keinginan untuk mempertahankan nilai-nilai dan identitas budaya yang unik dari
para penuturnya. Matinya sebuah bahasa sering kali dikaitkan dengan matinya
identitas budaya; 2) variasi berbahasa dapat memainkan peran dalam
mengekspresikan solidaritas atau menjaga jarak dengan kelompok tertentu
sehingga bahasa terkait dengan identitas budaya. Ada beberapa varian bahasa
yang prestisenya lebih tinggi daripada varian lain dan mana varian yang akan
55
dianggap berprestise tinggi akan tergantung pada konteks dan jenis kegiatan
linguistik di mana varian itu digunakan. Salah satu contohnya adalah seperti yang
terjadi pada dunia musik di awal dekade 1960-an, ketika penyayi pop Inggris
seringkali menyanyikan lirik lagunya dengan pengucapan khas Amerika
dikarenakan saat itu budaya Amerika mendominasi pasar musik pop; 3) ada suatu
bahasa yang dianggap lebih cocok digunakan untuk membicarakan topik tertentu
daripada topik lain, atau ada pula bahasa yang dianggap lebih menyenangkan
secara estetik daripada bahasa lain, atau sikap-sikap lain terhadap bahasa dalam
kaitannya dengan identitas sosial dan budaya; 4) bahasa sangat berpengaruh
terhadap penilaian induvidu dan kelompok sosial yang menggunakan bahasa atau
varian bahasa itu. Di mana penilaian-penilaian ini bisa terus melebar dan
mempengaruhi keputusan-keputusan yang dibuat yang berdampak penting
terhadap kehidupan orang lain.
Berdasarkan uraian teori kontak budaya dan bahasa di atas, maka dapat
digambarkan alur serapan bahasa sebagai berikut:
Gambar 1. Alur Serapan Bahasa
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Data dan Sumber Data
Disertasi ini membatasi lingkup penelitiannya pada istilah serapan dari
bahasa Inggris bidang sains dan teknologi. Bidang tersebut dijadikan obyek
Kontak Sosial
Kontak Budaya
Kontak Bahasa Adaptasi Bahasa
Perubahan
Bunyi
Perubahan
Bentuk
56
penelitian dikarenakan termasuk bidang yang banyak mengalami perkembangan
istilah pada tiap ranahnya. Berdasarkan kamus istilah A New Dictionary of
Scientific and Technical Terms (Ahmed Sh, 1980: xv), pembahasanya mencakup
bidang agriculture, architecture, astronomy, automobiles, biology, botany,
building, carpentry, chemistry, civil engineering, ecology, electricity, geography,
geology, genetics, geometry, hydraulics, magnetism, mathematics, mecanics,
medicine, metallurgy, meteorology, military science, mineralogy, oceanography,
optics, painting, petroleum engineering, photography, physics, telegraphy,
telephony, zoology.
Objek material penelitian ini adalah kamus Arab antara lain: Al-Mawrid:
A Modern English Arabic Dictionary (2009) karya Munir Ba‘albaky, Munawwir
Digital Program Version 1.1 Al-Wustho Digital Publishing (Munawwir, 2010),
kamus Atlas English-Arabic (Tim Penyusun Kamus Atlas, 2005), surat kabar
digital Al-Ahram dan Al-Jazeera yang terbit dari tanggal 1 sampai 30 Juni 2011.
Kamus ini dijadikan sebagai petunjuk sumber data penelitian dikarenakan memuat
lebih banyak istilah serapan bahasa Inggris dalam bahasa Arab. Dengan demikian,
lingkup cakupannya meliputi pengaruh pada tataran istilah. Adapun penentuan
istilah serapan tersebut berasal dari bahasa Inggris ditelusuri melalui kamus
Merriam Webster’s Cillegiate Dictionary (Merriam, 1993) dan kamus Atlas
English-Arabic (2005). Kedua kamus tersebut merupakan kamus etimologi
sehingga istilah yang bukan berasal dari bahasa Inggris diberi tanda asal istilah
asing. Dengan melihat makna asalnya diyakini bahwa data-data tersebut valid dan
57
benar-benar berasal dari bahasa Inggris sehingga dapat dijadikan obyek penelitian
serta dibantu dengan cara pengucapan penutur aslinya.
Adapun objek formalnya adalah istilah sains dan teknologi yang
mencakup 10 bidang, yakni: astronomi, biologi, farmasi, fisika, geografi,
kedokteran, kimia, matematika, pertanian dan teknologi komunikasi dan
informasi. Adapun alasan pemilihan 10 bidang sainstek tersebut yaitu: pertama
bidang pengetahuan tersebut menjadi dasar ilmu sains, seperti: matematika,
biologi, fisika, kimia. Yang kedua, bidang tersebut berkaitan erat dengan
kehidupan manusia secara umum, yakni: astronomi, farmasi, kedokteran,
pertanian, geografi. Alasan ketiga yaitu terkait dengan era globalisasi, di mana
informasi dari belahan bumi manapun dapat diakses melalui teknologi komunikasi
informasi secara cepat, pada tataran ini tampak fungsi bahasa sebagai sarana
komunikasi yang perkembangannya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi.
1.7.2 Tahapan Penyediaan Data
Langkah pertama penelitian ini adalah pengumpulan data yakni berupa
istilah serapan di bidang sains dan teknologi yang dibatasi pada bidang astronomi,
biologi, farmasi, fisika, geografi, kedokteran, kimia, matematika, pertanian, dan
teknologi sistem informasi dan komunikasi dan berasal dari bahasa Inggris yang
terdapat dalam sumber data (kamus Arab antara lain: Al-Mawrid: A Modern
English Arabic Dictionary (2009) karya Munir Ba‘albaky, Munawwir Digital
Program Version 1.1 Al-Wustho Digital Publishing, kamus Atlas English-Arabic
(2005) yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Atlas Mesir, surat kabar digital
58
Al-Ahram dan Al-Jazeera. Data dari kedua surat kabar tersebut diambil dalam
kurun waktu 1 bulan, dari tanggal 1 sampai 30 Juni 2011.
Adapun jumlah data istilah sains dan teknologi baik serapan maupun yang
tidak serapan, berjumlah 1824 istilah yang terdiri dari: bidang astronomi (320
istilah), geografi (101), pertanian (46 istilah), biologi (282 istilah ), fisika (224
istilah), kimia (149 istilah), kedokteran (258 istilah), matematika (210 istilah),
farmasi (101 istilah), dan teknologi sistem informasi dan komunikasi sebanyak
(133 istilah). Pengumpulan data berdasarkan dugaan bahwa istilah yang
ditemukan berasal dari bahasa Inggris dilakukan dengan metode simak, dengan
teknik catat. Kemudian istilah yang diduga serapan berasal dari bahasa Inggris
tersebut ditelusuri pelafalannya dalam kamus Merriam Webster dan kamus Atlas
English-Arabic (2005). Kedua kamus tersebut merupakan kamus etimologi
sehingga kata yang bukan berasal dari bahasa Inggris diberi tanda asal kata asing.
Dengan melihat makna asalnya diyakini bahwa data-data tersebut valid dan benar-
benar berasal dari bahasa Inggris sehingga dapat dijadikan obyek penelitian.
Untuk mendapatkan data transkipsi fonetis dari istilah-istilah Inggris,
maka digunakan teknik libat cakap dari penutur asli bahasa Inggris dan bahasa
Arab. Kemudian data-data yang ditemukan dicatat dan ditabulasi dalam komputer.
Selain itu data-data tersebut diketik dan diurutkan secara alfabetis untuk
membantu mempermudah proses analisis berupa pengurutan, klasifikasi, dan
perbandingannya dengan data-data yang lain. Adapun alasan dipilihnya surat
kabar menjadi bagian dari objek penelitian ini dikarenakan untuk memperkuat
bahwa istilah tersebut digunakan oleh masyarakat Arab. Al-Ahrām merupakan
59
surat kabar tertua yang didirikan setelah al-Wāqi‘ah Al-Maṣriyyah (1828) pada
tahun 1875, diterbitkan di Kairo, Mesir (http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Ahram:
22 Oktober 2011). Adapun koran al-Jazeera, selain mengoperasikan situs web
berita berbahasa Arab dan Inggris, al-Jazeera memiliki stasiun televisi berbahasa
Arab dan Inggris yang berbasis di Doha, Qatar dan termasuk stasiun TV yang
independen di Timur Tengah (http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Jazeera: 1 April
2012).
1.7.3 Tahapan Analisis Data
Pada tahapan ini, data dianalisis dengan menggunakan metode
distribusional (distributional method) dan metode padan (identiry method).
Metode distribusional adalah metode analisis data yang alat penentunya
merupakan unsur dari bahasa yang bersangkutan atau hubungan antar fenomena
dalam bahasa itu sendiri. Jabaran metode ini terwujud dalam teknik analisis
penguraian satuan-satuan lingual tertentu atas unsur-unsur terkecilnya. Metode ini
digunakan untuk analisis perubahan bunyi istilah serapan Inggris ke dalam bahasa
Arab berdasarkan transkipsi fonetis yang ditetapkan IPA (The International
Phonetic Alphabet), yaitu dengan menguraikan perubahan bunyi dari bahasa
Inggris ke dalam bahasa Arab, penyesuaian prefiks dan sufiks serta bentuk istilah
serapan. Sedangkan transliterasi Latin-Arab dipakai untuk mempermudah penutur
non Arab dalam membaca tulisan Arab.
Untuk mengungkap semua permasalahan yang melibatkan dua bahasa
yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab, maka metode yang digunakan adalah
metode padan translasional. Metode ini digunakan untuk memadankan unsur-
60
unsur yang dianalisa dalam bahasa Arab dengan alat pembanding unsur-unsur dari
bahasa Inggris. Contoh pada analisa perubahan bunyi, bentuk istilah dan pengaruh
budaya, yang mana istilah serapan dari bahasa Inggris dipadankan dengan bahasa
Arab dari aspek unsur-unsur perubahan bunyi, bentuk dan konsep makna.
Untuk melihat pengaruh budaya, metode analisis yang dipakai adalah
metode pemadanan atau metode kontekstual, yaitu metode analisis yang
menjelaskan objek kajian dalam hubungannya dengan konteks situasi atau konteks
sosial budaya. Istilah sains dan teknologi dipandang sebagai variabel dependen
atau varibel terikat, sedangkan unsur luar bahasa dalam hal ini konteks situasi dan
konteks sosial budaya yang melatari istilah sains dan teknologi dalam bahasa Arab
dipandang sebagai variabel independen atau variabel bebas. Kemudian dilakukan
pengamatan cara penggunaan istilah tersebut dalam kehidupan masyarakat
berbahasa Arab.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka analisis itu meliputi lima langkah
berikut: 1) tabulasi data dan transkipsi fonetis dari bahasa Inggris dan bahasa Arab
yang konsisten untuk keperluan analisis; 2) analisis data dengan menggunakan
teori dan kaidah yang telah diulas pada landasan teori; 3) membuat hipotesis dari
hasil analisis; 4) verifikasi dan generalisasi; 5) analisis pengaruh budaya terhadap
istilah sainstek di dalam bahasa Arab.
1.7.4 Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian data diusahakan dapat memenuhi tiga prinsip yakni,
descriptive adequacy (kepadaan deskriptif) yaitu penyajian dapat mendeskripsikan
61
semua rincian permasalahan penelitian, explanatory adequacy (kepadaan
penjelasan) yaitu penelitian dapat menjelaskan semua permasalahan yang ada, dan
exhaustic adequacy (kepadaan ketuntasan) yaitu analisis data dapat dilakukan
secara tuntas dan komprehensif, sehingga semua permasalahannya dapat dikaji
dan disajikan dengan rinci.
1.9 Sistematika Penyajian
Pemaparan hasil kajian tentang istilah serapan dari bahasa Inggris dalam
bahasa Arab ini disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut:
Bab I berisi pemaparan latar belakang perlunya penelitian ini dilakukan,
ruang lingkup dan rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
kajian pustaka, teori dan metode penelitian, serta sistematika penyajian.
Bab II berisi perubahan bunyi istilah serapan dari bahasa Inggris yang
meliputi perubahan vokal dan konsonan, tipe-tipe perubahan bunyi serta
penyesuaian prefiks dan sufiks bahasa Inggris ke dalam bahasa Arab.
Bab III berisi bentuk istilah serapan bahasa Inggris dalam bahasa Arab
yang terdiri dari nomina maskulin dan feminin, nomina jamak (ismul-jam‘i), pola
nomina, pola partisipal aktif, pola menunjukkan waktu dan tempat, pola nomina
instrumental, nomina memiliki pola yang sama sedangkan verba: proses
pembentukan verba dari bahasa Inggris ke dalam bahasa arab yang sekurang-
kurangnya ada empat cara, yaitu dengan 1) penggantian grafem, 2) penggantian
dan penghilangan grafem, 3) penggantian dan penambahan grafem, 4)
penggantian, penghilangan dan penambahan grafem.
62
Bab IV berisi pengaruh budaya Arab yang melingkupi keberadaan istilah
sains dan teknologi dalam bahasa Arab yang terdiri dari: istilah di bidang
astronomi, biologi, farmasi, fisika, geografi, kedokteran, kimia, matematika,
pertanian, dan teknologi sistem informasi dan komunikasi.
Bab V berisi kesimpulan dan saran-saran, diikuti dengan daftar pustaka
dan lampiran.