bab i pendahuluan - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/154095/po... ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Analisis sedimentasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di
Indonesia masih fokus kepada proses erosi yang terjadi di permukaan tanah. Proses
erosi yang dikaji pada analisis erosi ini adalah erosi permukaan tanah diantaranya
adalah erosi percik, alur, lembar dan parit. Analisis sedimen belum menyentuh
kepada kajian erosi yang terjadi pada sistem sungai. Sedimen yang terjadi pada
sistem sungai ini telah dikenal dengan nama erosi tebing.
Erosi tebing merupakan sumber yang cukup mempunyai andil yang besar
pada sedimen yang ada di sungai. Hal ini menarik bagi para ahli dan telah banyak
menghasilkan penelitian. Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli yang
tertarik pada kajian erosi tebing telah banyak menghasilkan fakta tentang kejadian
tersebut. Erosi tebing dapat dipandang dari dua kacamata, yaitu kacamata
lingkungan biotik dan lingkungan sosial.
Pandangan yang terkait dengan kacamata lingkungan dapat dilihat dari
dampak yang terjadi pada lokasi kejadian erosi (on site effect) maupun dampak
yang terjadi diluar lokasi kejadian (off site effect). On site effect yang dapat terjadi
adalah pelebaran badan sungai, percepatan proses meandering, penurunan jumlah
air tanah dikarenakan hilangnya tanah dalam proses erosi dan lain-lain. Off site
effect yang mungkin terjadi adalah pendangkalan waduk atau sungai di bagian
hilir, banjir, kerugian di bidang pertanian, ekonomi dan kesehatan. Dampak
tersebut mungkin tidak akan terlihat dalam kurun waktu yang dekat, namun
perlahan pasti terjadi.
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Kajian erosi tebing harus dimulai secara perlahan. Langkah awal yang
dapat diambil adalah dengan melakukan pengamatan secara detil pada daerah yang
tidak terlalu luas. Hal ini dilakukan untuk melihat erosi secara seksama. Daerah
aliran sungai (DAS) Bompon merupakan sebuah laboratorium alam yang berada
di Kabupaten Magelang. DAS ini mempunyai luasan yang kecil serta memiliki
permasalahan lingkungan yang kompleks. Banyak terjadi longsor di bagian DAS
ini, erosi tebing sungai juga terjadi di sungai utama, serta kekeringan yang melanda
pada musim kemarau.
1.2 Perumusan Masalah
Hasil penelitian Stott (1997) pada DAS Balquhidder, Skotlandia
menyatakan bahwa terdapat perbedaan dari dua titik sampel yang digunakan yaitu
Kirkton dan Monachyle. Erosi yang dihasilkan di Kirkton dengan penggunaan
lahan hutan adalah sebesar 47 mm/hektar dan erosi pada Monachyle dengan
penggunaan lahan tegalan adalah sebesar 59 mm/hektar. Perbedaan ini diakibatkan
oleh adanya vegetasi yang tumbuh dibawah pepohonan di hutan pada Kirkton.
Penelitian yang dilakukan oleh Prosdicini et al tahun 2015 merupakan
sebuah terobosan baru dalam perhitungan erosi di lapangan. Penelitian ini
menggunakan metode pengamatan secara seksama dan detail pada penggal-
penggal sungai yang memiliki keberagaman karakteristik. Pengamatan
karakteristik tebing sungai dapat memberikan pandangan bagaimana tebing sungai
yang tererosi dan karakteristik aliran. Penelitian yang dilakukan oleh Pyle et al
(1997) dan Thoma et al (2001) juga melakukan percobaan metode baru, namun
belum dibahas tentang hubungan faktor dan besar erosi.
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan maka rumusan
permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Di mana lokasi keterdapatan bentukan erosi dan deposisi di Sungai
Bompon?
2. Apa karakteristik morfologi, material, dan proses bentukan erosi Sungai
Bompon?
3. Apa faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya erosi tebing sungai di
Sungai Bompon?
4. Apa strategi pengendalian erosi tebing sungai yang telah diterapkan di
Sungai Bompon?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dijabarkan, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui letak dimulai erosi tebing sungai dari perspektif bagian-bagian
Sungai Bompon.
2. Mengetahui karakteristik morfologi sungai dan tebing sungai, material
tebing dan proses bentukan erosi tebing sungai.
3. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya erosi tebing
sungai.
4. Mengetahui strategi pengendalian erosi yang telah diterapkan oleh
masyarakat.
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menghasilkan manfaat teoretis dan manfaat
praktis sebagai berikut ini:
1. Manfaat teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dalam hal: (1) memberikan wawasan tentang kejadian erosi
yang belum dianggap mempunyai dampak yang signifikan; (2)
memberikan pengetahuan tentang besar erosi yang terjadi serta dampak
baik on site maupun off site
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembangunan wilayah
dalam hal: (1) memberikan pengetahuan tentang manfaat konservasi yang
telah dilakukan; (2) memberikan masukan kepada petani dalam hal
pemanfaatan dan pemeliharaan saluran irigasi yang diambil dari sungai
utama; (3) memberikan pandangan terhadap konversi lahan dan hubungan
dengan erosi baik untuk pemerintah terkait maupun masyarakat
1.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian terkait dengan karakterisasi erosi tebing sungai di DAS Bompon
ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan tebing sungai dengan melihat secara
detail kepada karakteristik tebing itu sendiri dan kekuatan tebing sungai.
Karakteristik tebing sungai digambarkan sebagai morfologi dengan beberapa
parameter yaitu beda tinggi, kemiringan dan posisi dari tebing sungai. Kekuatan
tebing sungai digambarkan sebagai material penyusun dan proses yang terdapat
pada tebing sungai. Parameter turunan dari proses adalah jenis vegetasi,
pengolahan dan aktivitas manusia.
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
1.5.1 Proses Pembentukan Lembah
Lembah merupakan bentukan yang memanjang pada permukaan bumi
yang lebih rendah dari bidang di sekitarnya yang memiliki satu sisi yang lebih
panjang dari sisi lain. Proses pembentukan lembah dapat dilakukan oleh proses
erosi fluvial maupun proses tektonik. Lembah sebenarnya merupakan lembah yang
berasal dari proses erosi fluvial, sedangkan lembah yang terbentuk dari proses
tektonik merupakan hanya sebutan dari ahli geomorfologi (Charlton, 2008).
Pemanjangan, pendalaman dan pelebaran lembah merupakan proses
perkembangan lembah yang diakibatkan oleh aliran air. Pendalaman lembah
terjadi karena adanya erosi, abrasi, proses pembentukan pothole dan pelapukan
pada dasar lembah. Pelebaran lembah terjadi karena adanya proses erosi pada
tebing sungai, pelapukan dan gerak massa. Proses pemanjangan lembah dapat
terjadi karena adanya proses meandering dan pembentukan delta (Charlton, 2008).
Thornbury (1958) memaparkan teori perkembangan lembah yang sama
dengan Charlton, yaitu perkembangan lembah berupa tiga fase yaitu pendalaman,
pelebaran dan pemanjangan. Thornbury mengatakan bahwa pendalaman lembah
terjadi pada lembah yang muda sedangkan pelebaran dan pemanjangan terjadi
pada lembah yang berumur tua. Faktor-faktor pelebaran lembah yang dipaparkan
oleh Thornbury mencakup erosi pada tebing sungai, erosi pada bagian atas tebing
sungai, erosi gully pada tebing sungai, pelapukan dan penggabungan beberapa
lembah.
1.5.2 Definisi Erosi
Foth (1990) mengatakan bahwa erosi merupakan sebuah rangkaian proses
yang terdiri dari proses pelepasan agregat tanah, pemindahan agregat tanah yang
telah lepas dan penumpukan/ pengumpulan agregat lepas di tempat lain. Proses ini
membutuhkan agen yaitu air hujan, aliran permukaan serta angin. Pernyataan Foth
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
tersebut merupakan definisi umum dari erosi, namun terdapat kekurangan yaitu
pada agen yang menjadi pelaku erosi. Melihat kondisi iklim di dunia terdapat
daerah yang memiliki empat musim yaitu musim panas, musim semi, musim
dingin dan musim gugur. Musim dingin dengan kondisi bersalju dan adanya es
tidak akan terlepas dari kejadian erosi. Kekurangan dari definisi erosi yang
dikemukakan oleh Foth adalah tidak adanya salju atau es sebagai agen pelaku
erosi.
Berbeda dengan pernyataan Mahilum (2004) yang menyatakan bahwa
agen pelaku erosi adalah air hujan, aliran permukaan, angin, es dan gravitasi.
Pernyataan tersebut menyebutkan adanya gravitasi sebagai salah satu agen, namun
terdapat pendapat yang berbeda dari Glade et al (2005) yang menyatakan bahwa
adanya gerakan masa tanah atau batuan yang diakibatkan oleh adanya gravitasi
bukan lah proses erosi.
Erosi merupakan proses pelepasan agregat dari permukaan tanah yang
dilakukan oleh air yang bergerak serta angina (Toriman et al, 2013). Proses ini
membutuhkan agen yaitu air hujan, aliran permukaan serta angin. Erosi tebing
sungai merupakan merupakan sumber utama dari adanya sedimentasi yang ada di
sungai. Adanya sedimentasi ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas
air, perubahan ekologi serta perubahan proses geomorfologi. Sedimentasi
merupakan agregat tanah yang lepas yang diangkut oleh aliran sungai (Kronvang
et al. 2013; Laubel et al. 1999).
Arsyad (2000) mengungkapkan bahwa laju erosi (hilangnya masa tanah)
yang lebih besar dari laju pembentukan tanah akan menyebabkan bencana, tidak
hanya mengakibatkan kerusakan tanah. Besar laju erosi yang diperbolehkan untuk
Pulau Jawa menurut Arsyad adalah sebesar 10ton/Ha/tahun. Angka ini
diperbolehkan untuk jenis tanah dengan batuan dasar yang telah melapuk. Untuk
tanah yang batuan dasar masih solid nilai tersebut tidak diperbolekan (harus lebih
kecil).
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
Erosi yang terjadi akan berbeda pada penggal sungai yang berbeda. Erosi
yang terjadi pada meander sungai akan lebih besar apabila dibandingkan dengan
erosi yang terjadi pada sungai yang sedikit berkelok dan sungai yang lurus. Hal
ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan proses geomorfologi pada meander. Aliran
air sungai yang melewati meander akan mempunyai kekuatan erosi hidrolik
dimana air akan mempunyai kecepatan tinggi dan menabrak tebing sungai dan
terjadi pusaran. Pusaran ini selain mempunyai daya erosif yang besar juga akan
mengakibatkan adanya pngumpulan sedimen dan membentuk gosong sungai
(Ahmed dan Fawzi 2011).
1.5.3 Erodibilitas dan Erosivitas
Wischmeier dan Mannering (1969) serta Veiche (2002) mengungkapkan
bahwa erodibilitas tanah merupakan ketahanan tanah terhadap energi dari luar
yang dapat menghancurkan agregat tanah. Faktor tanah yang memengaruhi
erodibilitas tanah oleh air adalah laju infiltrasi, permeabilitas tanah dan kapasitas
penyimpanan air oleh tanah. Pendapat lain tentang erodibilitas tanah yang
terkhususkan pada erosi tebing sungai dinyatakan oleh Curran dan McTague
(2011) bahwa erodibilitas penentu adalah material penyusun dan tinggi tebing
sungai. Material penyusun tanah akan menentukan laju infiltrasi, permeabilitas
dan kapasitas penyimpanan air oleh tanah. Hal ini dapat dilihat pada jenis tanah
yang mempunyai material penyusun yang berbeda seperti pasir dan lempung.
Pernyataan Curran dan McTague tentang erodibilitas tidak memperkirakan
adanya faktor aliran sungai yang mengalir. Aliran sungai ini memang tidak
memengaruhi erodibilitas tanah karena merupakan faktor luar. Aliran sungai yang
mempunyai kecepatan serta energi kinetik akan memengaruhi laju erosi yang
terjadi. Aliran sungai akan memengaruhi proses erosi dari tebing sungai
tergantung pada laju erosi yang terjadi pada kedalaman yang berbeda serta kurun
waktu terjadinya erosi, contoh adanya undercutting dan longsor. Undercutting
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
merupakan adanya cekungan pada dasar tebing sungai sehingga tanah dan batuan
yang tersisa diatas dapat jatuh (Green et al., 1996).
Potensi erodibilitas tanah merupakan akibat dari adanya tekstur tanah dan
kekuatan tanah. Kekuatan aliran sungai yang melebihi kekuatan tanah pada tebing
sungai akan mengakibatkan erosi tebing sungai terjadi (Youdeowei, 1997). Proses
erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah tutupan vegetasi,
struktur tanah, topografi wilayah, debit sungai dan kelembaban tanah (Kronvang,
Andersen, Larsen, & Audet, 2013; Pimentel, 2006).
Perbedaan penggunaan lahan akan mengakibatkan adanya intersepsi air
hujan untuk mengerosi tanah. Tanah dengan tutupan vegetasi yang jarang akan
lebih mudah tererosi daripada tanah dengan tutupan vegetasi yang rapat (Stott,
1997). Kecepatan aliran merupakan salah satu faktor penentu laju erosi tebing,
perbedaan kecepatan pada penampang vertikal sungai akan memperlihatkan laju
erosi yang berbeda pada permukaan sungai atau dasar sungai (Ercan dan Younis
2009). Hal ini terkait dengan adanya tanaman yang ada di tebing sungai (tanaman
rumput) yang dapat mengurangi laju erosi (Gabet, 1998).
Tanah merupakan material yang tererosi dalam kejadian erosi tebing
sungai. Tanah memiliki berbagai macam karakteristik sehingga mengakibatkan
jenis tanah yang berbeda akan mempunyai respon yang berbeda terhadap tenaga
erosive yang ada di alam. Respon ini dilihat dari berbagai macam properti tanah,
seperti tekstur, stabilitas agregat tanah, daya penyerapan air dan bahan organik
yang ada dalam tanah (Salako, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Ezeabasili
et al. tahun 2014 menghasilkan hal yang serupa, yaitu perbandingan kandungan
debu, pasir dan lempung dalam tanah akan memengaruhi erodibilatas tanah
tersebut.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wischmeier pada tahun 1968
menghasilkan hubungan erodibilitas tanah dan tekstur tanah. Tanah yang memiliki
kandungan debu yang tinggi dan lempung yang rendah serta memiliki bahan
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
organik yang sedikit akan lebih mudah tererosi. Tanah akan lebih tahan terhadap
erosi apabila kandungan debu yang dimiliki semakin rendah.
Arsyad (2000) berpendapat bahwa untuk mengurangi komplek kerangka
erodibilitas yang ada, maka faktor faktor penentu erodibilitas tanah dilihat dari
karakteristik internal atau sifat sifat yang dimiliki tanah tersebut tanpa
memerhatikan faktor penyebab erosi lain. Sifat-sifat tanah yang memengaruhi
erodibiltas adalah sifat tanah yang beerkenaan dengan laju infiltrasi, permeabilitas
dan kapsitas tanah untuk menampung air. Sifat tanah yang memengaruhi
ketahanan terhadap pengikisan oleh air hujan adalah struktur, tekstur, kandungan
bahan organik, kedalaman tanah, sifat lapisan tanah dan tingkat kesuburan tanah
(torArsyad, 2000). Telah disebutkan secara jelas beberapa faktor yang akan
memengaruhi erodibilitas tanah. Faktor-faktor tersebut dapat diamati dengan
beberapa pengamatan di lapangan.
1.5.4 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Erosi Tebing Sungai
Stott (1997) mengemukakan bahwa perbedaan penggunaan lahan serta
perbedaan curah hujan akan menyebabkan terjadinya perbedaan besar erosi yang
terjadi. Penggunaan lahan dengan tutupan lahan yang rapat akan lebih kecil laju
erosi yang terjadi. Curah hujan yang besar akan membuat erosi semakin besar.
Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya erosi yaitu struktur
tanah, tutupan vegetasi di permukaan tanah, dan topografi wilayah. Tanah dengan
tekstur yang baik, bahan organik sedikit dan perkembangan struktur yang lemah
akan lebih mudah tererosi. Adanya tutupan vegetasi yang ada di permukaan tanah
akan membuat energi kinetik dari air hujan maupun angin berkurang dan
mengurangi erosi yang terjadi (Pimentel, 2006).
Aliran sungai merupakan salah satu faktor penting dalam proses erosi
tebing sungai dengan melakukan pelepasan agregat tanah dan memindahkan
agregat tanah yang telah lepas atau dengan memengaruhi komposisi dan properti
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
mekanik air itu sendiri. Laju erosi tebing sungai tidak dipengaruhi oleh debit
puncak yang terjadi. Contohnya adalah pada penelitian Green et al (1996) yang
menyatakan bahwa pada debit puncak musim panas tidak terjadi adanya
peningkatan tingkat erosi yang terjadi. Penjelasan tentang adanya dampak dari
debit pada sungai tersebut telah menambahkan sudut pandang baru, namun tidak
dijelaskan perbedaan debit secara jelas dengan data terkait. Hal ini akan
menimbulkan kerancuan ketika adanya hal yang serupa terjadi di tempat penelitian
lain. Data yang aktual dan benar akan menjadi pendukung dari teori yang telah
dikemukakan.
Kegagalan tebing sungai merupakan sebuah proses dimana material
pernyusun menjadi tidak stabil kemudian jatuh ataupun longsor ke dasar sungai.
Kegagalan tebing sungai ini dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu : (1) jenis
material; (2) tinggi tebing; (3) kemiringan tebing; (4) kondisi jenuh air; (5) jenis
vegetasi yang tumbuh pada tebing (Charlton, 2008). Pendapat lain tentang faktor-
faktor pada kegagalan tebing sungai dirumuskan oleh Rosgen (2001) dengan
menggunakan BEPI (Bank Erosion Potetial Index) atau index potensial erosi
tebing sungai. Faktor-faktor yang digunakan adalah : (1) Material tebing; (2)
pengaruh hidrolik dari stuktur sungai; (3) tinggi tebing maksimal; (4) kemiringan
tebing; (5) stratifikasi pada tebing; (6) jenis vegetasi; (7) lokasi Thalweg. Faktor-
faktor yang berpotensi terhadap kejadian erosi tebing dapat dilihat pada gambar
1.1.
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Gambar 1 1 Skema BEPI (Bank Erosion Potential Index) atau indeks potensial erosi
tebing sungai
Skema BEPI atau indeks potensial erosi menggambarkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melihat
kamungkinana tingkat erosi tebing yang terjadi. Tinggi tebing yang semakin
tinggi akan membuat potensi erosi tebing tinggi. Bentuk dari tebing sungai juga
akan berpengaruh, tebing sungai yang berbentuk miring keluar (ke arah lereng)
memiliki potensi yang lebih rendah dibandingkan dengan tebing sungai yang
menjorok ke arah sungai. Vegetasi yang tumbuh diatasi tebing sungai memiliki
akar yang dapat mempengaruhi potensi erosi tebing sungai, yaitu pada
perlindungan permukaan tebing sungai terhadap energi dari luar.
Stratigrafi dari tebing sungai juga akan memengaruhi potensi erosi tebing
sungai. Stratigrafi yang kurang baik dapat mengakibatkan material yang rentan
terhadap erosi terpapar energi erosif yang paling tinggi. Stratigrafi berhubungan
langsung dengan ukuran partikel material. Ukuran partikel material yang besar
akan lebih tahan terhadap erosi dibandingkan dengan ukuran partikel material
tebing sungai yang lebih kecil.
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
1.5.5 Tipologi Mekanisme Erosi Tebing
Proses erosi tebing tidak hanya mendiskusikan pada jenis material dan
jumlah material tebing yang hilang, mekanisme yang terjadi saat dan setelah erosi
tebing terjadi merupakan suatu poin penting bagi penelitian tentang erosi tebing.
Charlton (2008) mengatakan bahwa terdapat beberapa tipe mekanisme erosi
tebing, tepatnya empat tipe mekanisme. Salah satu mekanisme yang paling umum
ditemui pada kejadian erosi tebing adalah pada gambar 1.2 (a). Mekanisme ini
terjadi ketika tebing sungai rendah, terjal dan memiliki komposisi material yang
kohesive (kompak). Permukaan tebing sungai ini bisasanya hampir datar dan
vertikal. Mekanisme kedua ditujukan oleh gambar 1.2 (b) dimana kemiringan
tebing sungai tidak sebesar mekanisme tipe pertama dan bentuk dari robohan yang
terjadi berbentuk melengkung. Titik robohan mekanisme kedua ini berada agak
jauh dari tepian sungai, sehingga massa tebing yang roboh lebih besar dibanding
mekanisme pertama.
Tebing sungai dengan material kohesif biasanya mudah tererosi setelah
debit puncak sungai terjadi. Tebing yang jenuh akan air tidak lagi dibantu oleh
tekanan dari air sungai dalam mempertahankan bentuknya. Tebing sungai yang
memiliki material tidak kohesif (tidak kompak) dapat tererosi pada permukaan
tebing yang dangkal. Mekanisme ketiga ditunjukkan pada gambar 1.2 (c). Tebing
yang memiliki material campuran sangat mudah untuk ditemui, tebing ini biasanya
memiliki susunan material tidak kohesive dibawah/dasar tebing dan material
kohesive di bagian atas/permukaan. Proses undercutting pada material yang tidak
kompak ini terjadi karena adanya proses dari sungai, yaitu aliran sungai dan
membuat material tebing tidak stabil. Proses undercutting yang terjadi dapat
membuat berbagai macam ketidakstabilan tebing, salah satunya adalah cantilever
yang ditunjukkan pada gambar 1.2 (d).
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
Gambar 1 2 Tipe-tipe mekanisme erosi tebing sungai (Charlton, 2008)
1.6 Penelitian Sebelumnya
Kajian tentang erosi tebing telah dilakukan oleh beberapa peneliti
terdahulu dalam enanggapi masalah lingkungan yang ada. Beberapa peneliti
terdahulu bahkan tidak hanya mengkaji erosi tebing dari sisi sosial-ekonomi
masyarakat yang terkena dampak. Berikut ditampilkan pada tabel 1.1 mengenai
penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan:
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
Tabel 1.1 Tabel penelitian terkait erosi tebing sungai
No Nama Peneliti
dan Tahun
Judul Penelitian Metode Penelitian
1 Collin R.
Thorne (1981)
Field Measurement of
Rates of Bank Erosion
and Bank Material
Strength
Pengamatan pin erosi serta
pengamatan detil kekuatan tebing
sungai
2 Tim Stott
(1997)
A Comparison of Stream
Bank Erosion Processes
on Forested and
Moorland Stream in the
Balquhidder Catchment,
Central Scotland
Pengamatan laju erosi dengan
menggunakan pin erosi pada dua
titik pengamatan yang berbeda
dengan karakteristik lingkungan
sekitar yang berbeda
3 C.J. Pyle, K.S.
Richards, J.H.
Chandler
(1997)
Digital Photogrametric
Monitoring of River Bank
Erosion
Analisis micro DEM yang
dihasilkan dari foto udara dengan
aplikasi Erdas Digital
4 Thoma D.P.,
Satish C.
Gupta, Marvin
E. Bauer (2001)
Quantifying River Bank
Erosion with Scanning
Laser Altimetry
Analisis micro DEM yang
dihasilkan dari scanning
menggunakan laser pada waktu
yang berbeda (pendekatan
temporal)
5 Curran, Janet
H. McTague,
Monica L.
(2011)
Geomorphology And
Bank Erosion Of The
Matanuska River,
Southcentral Alaska,
Scientific Investigation
Report
Pemetaan dan peninjauan
karakteristik geomorfologi
menggunakan citra satelit serta
orthophotograpy dengan melihat
dinamika geomorfologi fluvial
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
No Nama Peneliti
dan Tahun
Judul Penelitian Metode Penelitian
6 Swarup Jyoti
Baishya (2013)
A Study on Bank Erosion
by the River Baralia
(Bhairotolajan) in
Melkipara Village of
Hajo Revenue Circle,
Kamrup District, Asssam,
India
Studi empiris tentang kejadian
erosi dan dampaknya pada aspek
kehidupan manusia dan pertanian
7 Prosdocimi,
Massimo
Calligaro,
Simone
Sofia, Giulia
Fontana,
Giancarlo Dalla
Tarolli, Paolo
(2015)
Bank Erosion In
Agricultural Drainage
Networks: New
Challenges From
Structure-From-Motion
Photogrammetry For
Post-Event Analysis
Structure from Motion dan
Terrestrial Laser Scanning untuk
melihat erosi tebing sungai pada
daerah pertanian
1.7 Kerangka Teori
Teori stabilitas tebing yang dikemukakan oleh Thorne tahun 1981
mengatakan bahwa aliran sungai akan membuat tebing sungai bergerak mundur
(terkikis) yang mengakibatkan adanya ketidakstabilan masa tebing. Kegagalan
terjadi ketika aliran sungai mengurangi faktor aman dari tebing itu sendiri. Tipe
kegagalan akan bergantung pada karakteristik tebing dan material tebing.
Lanjutan Tabel 1.1 Tabel penelitian terkait erosi tebing sungai
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
Aliran air sungai mempunyai gaya kinetis, yaitu gaya yang dihasilkan
ketika suatu benda bergerak. Gaya kinetic semakin besar ketika massa suatu benda
dan kecepatannya besar. Benda yang cenderung bergerak pada suatu arah akan
mempertahankan gaya pada arah yang sama. Benda yang menghalangi arah gaya
tersebut akan menerima sejumlah gaya atau kekuatan yang dimiliki oleh benda
yang bergerak sebelumnya. Teori ini dapat diaplikasikan pada kasus erosi tebing
dimana gaya yang bergerak akan mempunyai gaya kinetic dan benda yang
menghalangi adalah tebing sungai dan cenderung diam.
Proses terkikisnya atau tererosi tebing sungai merupakan akibat dari
adanya benturan kedua benda yang memiliki gaya masing-masing. Penelitian ini
tidak secara langsung membahas tentang gaya yang dihasilkan, namun kepada
faktor yang dapat memengaruhi keluaran gaya tersebut. Karakteristik aliran air
dipengaruhi oleh aransemen lengkung sungai, kemiringan sungai, relief dasar
sungai dan material dasar sungai. Benda yang cenderung diam dan terkena gaya
dari aliran air meupakan tebing. Terdapat dua faktor yang memengaruhi kestabilan
tebing, yaitu karakteristik tebing dan kekuatan tebing. Karakteristik tebing
dianalisis dari posisi, beda tinggi dan kemiringan tebing sungai. Kekuatan tebing
dianalisisi berdasarkan tipe dan homogenitas material, jenis vegetasi serta
aktivitas manusia pada bagian tebing sungai. Proses erosi selalu diikuti oleh dua
proses lainnya yaitu proses transportasi dan sedimentasi hasil erosi. Proses ini juga
akan terjadi pada kasus erosi tebing sungai dengan kenampakan yang jelas.
Kenampakan hasil erosi tebing sungai berupa material yang terangkut oleh aliran
air sungai dan terendapkan di lokasi lain. Proses sedimen dapat terjadi di lokasi
yang jauh dari titik erosi dan lokasi yang dekat dengan titik erosi. Perbedaan lokasi
sedimentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecepatan aliran, debit, jenis
material yang diangkut dan morfologi. Proses erosi dan sedimentasi juga akan
menjadi bagian dari dinamika proses erosi tebing. Kerangka berpikir yang telah
dijelaskan ditunagkan dalam diagram pada Gambar 1.3.
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
Gambar 1 3 Kerangka Teori Penelitian
Agen Pelaku Erosi
Morfologi Sungai:
- Kontrol Struktur
- Aransemen
Lengkung dalam / luar
- Sudut Pembelokan
Alur
- Kemiringan Dasar
Sungai
Karakteristik Aliran:
- Arah Tali Arus
Sungai
- Tipe Sungai
- Kecepatan Aliran
Erodibilitas Tebing Sungai
Kekuatan Tebing Sungai:
-Aktivitas Longsor
-Aktivitas Manusia
-Vegetasi
Karakteristik Tebing
Sungai:
-Kemiringan Lereng
-Jenis dan Komposisi
Material
Dinamika Erosi Tebing
Zona Deposisi Zona Deplesi
Karakterisasi Erosi
Tebing Sungai
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
1.8 Batasan Istilah
Berdasarkan teori-teori yang telah dibaca dan digunakan sebagai acuan
dalam merumuskan penelitian maka diberikan beberapa batasan-batasan istilah
dan batasan-batasan dalam proses pengambilan data :
1. Lebar sungai : lebar sungai merupakan jarak yang terbentuk di
antara dua sisi tebing sungai.
2. Tinggi tebing : tinggi tebing merupakan jarak antara dasar lembah
dengan titik tertinggi lembah dengan perubahan tekuk lereng. Apabila
lembah kanan dan kiri berbeda maka menggunakan lembah yang
lebih rendah.
3. Erosi tebing : erosi tebing merupakan segala proses yang terjadi pada
tebing sungai dan membuat tebing kehilangan massa tanah.
4. Penggunaan lahan sekitar : batasan penggunaan lahan yang masih
termasuk dalam paramater adalah penggunaan lahan pada radius
maksimal 5 m dari titik erosi.
5. Tinggi tebing tererosi : jarak antara dasar tebing dengan batas atas
bagian tebing sungai yang tererosi.
6. Dalam tebing tererosi : jarak antara batas tebing dengan badan sungai
(normal) sampai titik terdalam tebing yang tererosi.
7. Panjang tebing tererosi : bentangan erosi yang terjadi pada suatu
tebing sungai sampai putus erosi yang terjadi / sampai dibatasi oleh
tebing yang tidak tererosi.
Karakterisasi Erosi Tebing Sungai di Daerah Aliran Sungai Bompon, Kabupaten Magelang, JawaTengahBRIAN KANNARDI AJI CUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/