bab i. pendahuluan (bukan laporan) · pdf filecontoh perhitungan bangunan gedung bertingkat...
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 1
BAB I. PENDAHULUAN (Bukan Laporan)
I.1 Latar Belakang
Program studi bangunan gedung adalah salah satu program yang
terdapat pada POLITEKNIK NEGERI JAKARTA jurusan teknik sipil
dengan waktu penyelesaian 6 semester. Program studi terdapat beberapa
mata kuliah yang salaing terkait dan menunjang yang dapat dilihat pada
mata kuliah Kerja Proyek Perencanaan
Industri konstruksi pada bangunan gedung bertingkat merupakan
salah satu tujuan bagi lulusan Diploma DIII Politeknik. Banyak hal yang
harus dipersiapkan oleh calon lulusan DIII ini seperti :
Bagaimana merencanakan atau menganalisa bangunan gedung
bertingkat yang kuat dan aman ?
Bagaimana detailing struktur bangunan dan pelaksanaannya ?
Bagaimana struktur yang ekonomis ?
Namun demikian masalah lain yang dihadapi oleh POLITEKNIK adalah
keterbatasan waktu yang relatif singkat guna mempersiapkan tenaga
professional itu apalagi dharus disesuaikan dengan kemajuan teknologi
yang ada
I.2 Tujuan Penulisan
Tujuan secara umum adalah : Agar supaya mahasiswa dapat
menerapkan ilmu yang telah didapat untuk merencanakan atau
menganalisa bangunan gedung bertingkat minimal sederhana dari mulai
atap sampai bagian bawah tanah pondasi. Hal lain adalah merencanakan
instalasi atau utilitas bangunan gedung tsb.
Tujuan khusus disini adalah : Mahasiswa harus dapat membuat
denah bangunan bertingkat sederhana , dapat merencanakan struktur
ataupun elemen2 pendukungnya dan dapat men-detailing gambar struktur
termasuk elemen2 pendukungnya.
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 2
BAB II. DASAR PERHITUNGAN
II.1 Dasar Perencanaan
Didalam merencanakan bangunan gedung bertingkat pada umumnya
sudah didapatkan/ditetapkan besaran2 penting yang akan digunakan pada
perhitungan . Hal ini tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
lingkungan yang ada. Beberapa hal yang digunakan sebagai pedoman – asumsi
pada analisa perhitungan adalah sebagai berikut : (Conto)
I. Peruntukan bangunan adalah : Pondok Pesantren , Majlis Taklim
II. Keterangan bangunan :
ο. Jumlah lantai : 3 lantai dengan tinggi antar lantai 4 m
ο. Luas bangunan : 21m * ( 6m*5+2) = 672 m2/ perlantai
ο. Atap bangunan terbuat dari plat lantai beton
ο. Konstruksi tangga dipisah dari struktur utama
III. Ketentuan Mutu Bahan yang dipakai :
ο. Mutu Beton Fc’ = 25 Mpa
ο. Mutu baja , BJTD , Fy = 400 Mpa
BJTP, Fy = 240 MPa
IV. Pondasi adalah Pondasi Dangkal dengan daya dukung tegangan
izin tanah adalah : 2.0 kg/cm2 , tanah lunak.. Analisa plat pondasi
menggunakan metode elastis.
V. Perilaku struktur dianggap elastis dengan analisa gaya dalam
menggunakan metode Matrik .
VI. Untuk kekuatan elemen2 struktur dengan beton bertulang
menggunakan metode kekuatan batas.
VII. Peraturan2 yang dipakai mengacu pada peraturan yang ada di
Indonesia
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 3
II.2. Analisa Struktur Bangunan
Pada dasarnya bangunan gedung bertingkat merupakan struktur 3 dimensi
yang terdiri dari beberapa elemen2 pendukung , seperti : Pelat , Balok , Kolom
dan Pondasi .Sampai saat ini teori untuk analisa struktur yang sudah dibahas
umumnya mengenai permasalahan pada 2 dimensi. Bagaimana cara untuk dapat
menganalisa struktur 3 dimensi menjadi 2 dimensi ? Asumsi pada 2 dimensi
adalah seperti balok akan mengalami lentur ataupun geser tepat pada bidang
dimana beban luar itu bekerja – in plane load.
Pada system analisa 3 dimensi bila digunakan system 2 dimensi maka
seharusnya terdapat 2 kali peninjauan ataupun perhitungan dan asumsi peninjauan
hendaklah rasional dan jelas . Beberapa cara model untuk analisa struktur adalah
:
MODEL I , Balok Melintang dengan Portal memanjang atau
MODEL II, Balok Memanjang dengan Portal Melintang
Analisa beban pada struktur adalah :
Beban plat : - Plat Lantai
- Plat atap
- Plat Tangga
Kolom : - Balok
- Portal
Yang dimaksud dari perhitungan disini adalah : mulai dari perhitungan beban
hingga didapatkan dimensi dan tulangan
PLAT
BALOK
KOLOM
PONDASI
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 4
System manapun yang akan digunakan pada analisa struktur bergantung pada
hasil keluaran gaya dalam yang maximum. Untuk mempermudah perhitungan ,
seluruh balok ataupun kolom dinyatakan dengan sumbu ( as ) yang berbeda.
Contoh perhitungan bangunan gedung bertingkat beton bertulang :
I. PELAT , Plat atap , Plat lantai dan Plat Tangga
II. BALOK, Balok Mlintang [ as 1 , as 2, as 3 , dstnya]
Balok Memanjang [ as A , as B, as C , dstnya]
III. KOLOM, Portal Melintang [ as A , as B, as C , dstnya]
Portal Memanjang [ as 1 , as 2, as 3 , dstnya]
IV. PONDASI,
START BEBAN
GAYA DALAM M D N
KESETIMBANGAN KEKAKUAN KEKUATAN
AMAN ?
RUBAH DIMENSI
DETAILING GAMBAR END
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 5
II. 3. RENCANA PELAKSANAAN
START DENAH
ATAP
PLAT LANTAI
PLAT TANGGA
SHOP DRAWING ATAP
SHOP DRAWING PLAT LANTAI
BALOK
SHOP DRAWING PLAT TANGGA
SHOP DRAWING BALOK
PORTAL PONDASI
SHOP DRAWING PORTAL
SHOP DRAWING PONDASI
JILID END
TARGET MG KE:
3 6 10 14 15
PRESENTASI
201107 030108 301007
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 6
II.4. Ringkasan Teori
Beberapa mata kuliah yang akan diterapkan disini adalah : Mekanika
Teknik, Beton Bertulang dan Pondasi. Adapun garis besar teori adalah
sbb
2.4.1. Mekanika Teknik
Dimaksudkan untuk mendapatkan gaya dalam dari struktur ataupun
elemen2 struktur dan dapat digunakan cara manual ataupun bantuan
komputer seperti : lembar kerja – worksheet , paket program dsbnya.
Masing2 cara mempunyai aturan tersendiri dengan syarat utama adalah
KESETIMBANGAN.
Elemen Struktur Metode Mekanika Teknik
Pelat Tabel Gaya Dalam
Balok Tabel Gaya Dalam Cross
Kolom Tabel Matrik Paket Program Lembar Kerja
Pondasi Mek. Statis tertentu
2.4.2 Beton Bertulang
Tahapan berikutnya adalah menganalisa apakah gaya dalam dapat
diteruskan oleh bahan-material elemen struktur melalui analisa penampang
yang dalam hal ini dipilih beton bertulang. Perhitungan yang digunakan
pada material ini adalah Metode Kekuatan Batas yang lebih dikenal
dengan LRFD. Adapun beban yang bekerja adalah Beban Mati DL ,
Beban hidup LL dan beban hidup horizontal HL sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan dalam hal ini tidak ada peninjauan beban gempa.
Pemakaian factor beban dan Reduksi kekuatan disarankan pada kombinasi
gaya dalam dan bukan pada beban kerja.
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 7
Faktor beban :
U = 1.2 DL + 1.6 LL
U = 0.75 (1.2 DL + 1.6 LL +1.6 HL)
U = 0.9 DL + 1.3 HL)
Faktor Reduksi Kekuatan (φ)
STRUKTUR / ELEMEN φ
1. Lentur, dengan atau tanpa aksial tarik 2. Lentur, dengan atau tanpa aksial tekan a. Sengkang Biasa b. Sengkang Spiral 3. Tumpuan pada beton 4. Geser dan Torsi
0.80 0.70 0.75 0.70 0.60
Setelah mutu bahan yang terpakai ditetapkan maka dapat diketahui
batasan tulangan seperti : ρmin < ρ < ρmaks
ρmaks = 75 % ρbal.
Persentase Tulangan Minimum
Seluruh mutu beton Fy = 240 MPa Fy = 400 MPa Balok dan umumnya 0,0058 0,0035 Alternatif 4/3 ρ bal
4/3 ρ bal Pelat 0,0025 0,0018
Dimensi dari tiap2 elemen struktur tidak diperkenankan lebih kecil dari
kebutuhan minimum yang ditetapkan oleh Peraturan yang berlaku. Setelah
dimensi ditetapkan maka gaya dalam minimum dan maximum dapat
dihitung.
0,85.f’c 600 ρb = β fy 600 + fy
ρmin = 1,4 fy
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 8
2.4.2.1 Pelat Terdapat beberapa istilah seperti one way slab – plat 1 arah (
balok b=1m) ataupun two way slab - plat 2 arah tergantung rasio
bentang yang dianggap tumpuan plat. Gaya dalam pada plat yang
dominan adalah Lentur . Apakah ada gaya lain spt : Lintang ? Untuk
perhitungan tulangan plat dapat menggunakan analisa penampang
tulangan tunggal .
2.4.2.1.1 Pelat Lantai
Sehubungan dengan berat sendiri plat yang cukup besar maka
dimensi awal dapt mengambil dari syarat peraturan baik satu arah
ataupun dua arah. Semakin tebal plat beton semakin kecil kebutuhan
tulangan , vice versa. Langkah berikutnya adalah menentukan As max
dan As min sekaligus Mn dari luas tsb. Batasannya adalah : Mn min <
Mn < Mn max , dimana Mn adalah hasil perhitungan gaya dalam
pelat { perhitungan table gaya dalam plat }.
Untuk mencari As plat bila Mn sudah dihitung adalah :
As dan b dinyatakan per meter lebar plat. Pemilihan tulangan
dilakukan setelah seluruh kebutuhan tulangan plat dihitung. Gunakan
variasi diameter tidak terlalu banyak dan jarak antar tulangan yang
berkelipatan. Hal ini supaya mudah dalam pelaksanaan dan
pengawasan dilapangan.Tulangan harus digambar pada gambar kerja
dengan jelas dan tidak membingungkan dan bisa dibaca oleh tenaga di
lapangan.
2.4.2.1.2 Pelat Tangga
Diusahakan terpisah dengan struktur utama atau dicor tidak monolit
dengan struktur utama. Hal ini sangat menguntungkan terutama pada
Mn = ρ. Fy ( 1 – 0,588 ρ Fy/Fc’) bd2
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 9
peninjauan akibat beban gempa. Plat tangga merupakan tipe plat 1
arah dan identik dengan balok.
DiagramAlirPelat
START
Mutu bahan Bentang tumpuan
Tebal plat Berat sendiri
DL , LL Wu=1.2DL+1.6LL
SK SNI 91
GAYA DALAM PLAT Mlx,mly,mtx,mty
Mtix, mtiy TABEL PLAT
ρb , ρmaks, ρmin, As max, Asmin Mn max , Mn min Mu max , Mu min
Mu > Mu max
Mu < Mu min
Mn = ρ. Fy ( 1 – 0,588 ρ Fy/Fc’) bd2
As = ρ bd Pilih Tulangan Gambar
l
END
ρ = ρmin
Y
Y
Check Lebar retak
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 10
2.4.2.2 Balok
Beban2 yang berasal dari plat lantai / atap diteruskan sepenuhnya
kepada balok menurut pembagian beban seperti metode amplop.
Untuk menyederhanakan perhitungan , umumnya setiap balok
dibedakan dengan sumbu- as balok baik arah melintang atau
memanjang. Bila terdapat anak balok maka dibedakan mana balok
yang membebani dan dibebani . Beban laainnya dapat berupa dinding
yang termasuk pada beban mati.
Pembagian beban plat ke balok, metode amplop, menghasilkan beban
berupa segitiga atau trapezium. Beban ini disetarakan dengan beban
terbagi merata berdasarkan momen maksimum ditengah bentang.
Segi tiga q ek = 2/3 qx
Trapesium q ek = 1/3 qx ( 3 - ( lx/ly )² )
Selanjutnya untuk mempercepat perhitungan gaya dalam dapat
menggunakan table gaya dalam seperti yang disarankan oleh
Peraturan. Perhatikan syarat batas . Gunakan factor beban pada
perhitungan gaya dalam Perhitungan penampang beton bertulang
digunakan tulangan Rangkap untuk lentur dan sengkang untuk geser.
a. Tulangan Lentur – Rangkap
Dalam analisa penampang balok digunakan dipilih rasio tulangan
Under Reinforced. Why? Bentuk penampang balok digunakan balok
persegi ( sederhana) walaupun dapt dianalisa dengan balok bersayap
karena monolit dengan pelat . Perhitungan balok persegi tulangan
rangkap ini pada dasarnya adalah tulangan tunggal seperti pada plat
tetapi dikombinasikan dengan tulangan pada daerah tekan .
Sumbangan tulangan tekan pada balok tulangan rangkap ini relatif
kecil sekitar 10% sehingga untuk mempercepat perhitungan dapat
digunakan tulangan tunggal dengan penambahan tulangan pada daerah
tekan. Hal ini harus dicheck terhadap kekuatan penampang dengan
tulangan terpasang.
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 11
Beberapa rumus pendekatan untuk tulangan rangkap :
de = 3 [ Mn / 0.5R]
0,85.f’c d 600 ρ - ρ’ = ß1
fy d’ 600 - fy
0,85.fc d’ 1 fs’ = 600 [ 1- ß 1 ] fy d ρ - ρ’ ρ - ρ’ = 75% ρb Mn = ( As*/Fy-As’*Fs’)(d-a/2) + As’*Fs’*(d-d’) (Lihat diagram alir tulangan rangkap)
b. Tulangan Geser
Tulangan geser adalah tulangan untuk menahan gaya yang tegak
lurus sumbu elemen struktur seperti sengakang untuk menahan
gaya lintang pada balok atau gaya horizontal pada kolom.
Tulangan direncanakan terhadapa gaya maximum dan minimum
misalnya pada tumpuan atau lapangan. Untuk mendapatkan nilai
yang maximum dapat digunakan garis pengaruh. Penampang beton
bertulang mempunyai kekuatan geser terdiri :
Vn = Vc + Vs
Vc = 1/6 √fc’ x b x d ( kekuatan geser beton)
Vn max = 5 Vc ( max kekuatan geser)
Vs = Av*Fy* (d/s) ( kekuatan geser tulangan )
Untuk kemudahan perhitungan atau pelaksanaan digunakan
variasi jarak sengkang s , seperti d/2 atau d/4. lihat diagram alir
tulangan geser.
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 12
Diagram alir Tulangan rangkap:
Mn = ρ. Fy ( 1 – 0,588 ρ Fy/Fc’) bd2 hitung ρ, ambil ρ-ρ’< ρ1=ρ(Mn)< ρmax
Y
START
Mutu bahan(fc’,fy) Bentang(Ln),tumpuan
Dimensi balok,Berat sendiri wDL , wLL, Mn
ρb , ρmaks, ρmin, As max, Asmin Mn max , Mn min, Mu max , Mu min
0,85.f’c d 600ρ - ρ’ = ß1 -------- --- ------------ (syarat tul meleleh) fy d’ 600 - fy
Asumsi ρ1 >= ρ - ρ’ρ1 < 75% ρb
0,85.fc d’ 1fs’ = 600 [ 1- ß1 ---------- ---- --------
fy d ρ - ρ’ Fs’ = fy
Check As terpasangMn = ( As*/Fy-As’*Fs’)(d-a/2) + As’*Fs’*(d-d’)
END
As1 = ρ1 bd ; Mn1=As1*fy*(d-a/2) Mn2=Mn-Mn1
As2 = Mn2/(fs’*(d-d’) As = As1 + As2 ; As’ = As2 ; Seleksi tulangan
SK SNI 91
ρ - ρ’<ρ min
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 13
Diagram alir tulangan geser
Start
Data fc’, fy, Vu, b. d .
Vn = Vu kritis / φ Vc = 1/6 √fc’ x b x d Vn max = 5 Vc
Tidak perlu tulangan geser
Vn< 5 Vc
Vn < Vc Tul Geser min b * s Av = ------- 3 * fy S = d / 2
Vs = Vn – Vc
S = d/4( tumpuan) Av = Vs* s / ( Fy*d)
Seleksi Tulangan Tentukan s ( dibulatkan)
Vn < Vc /2
Rubah
Penampang
Jalur tepi/kolom Vs(tump) = Av*Fy*d/s Jalur tengah Vs (lap) = Av*Fy*d/s
Y
Y
Y
Distribusi tulangan
END
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 14
2.4.2.3 Kolom
Pada kolom portal bila menggunakan analisa 3 dimensi maka terdapat
perilaku biaxial bending tidak seperti pada 2 dimensi. Bagaimana
penyederhanaannya ?
Pada dasarnya seluruh beban dari balok ataupun plat dilimpahkan
kepada portal sehingga harus dibedakan antara beban berfaktor yang
digunakan. Pada analisa kolom versi SK SNI 91 harus dibedakan
antara beban gravitasi M2b dengan beban horizontal M2s. Bila
pengaruh gempa tidak diperhitungkan tetap ada beban hidup horizontal
menurut peraturan pembebanan.
Analis penampang kolom dibatasi pada rasio tu;angan antara 1% - 4%
Ag luas penampang ( sambungan tulangan). Selain keadaan seimbang
balance terdapat tinjauan kondisi penampang tertarik atau tertekan
yang dapat dilihat pada diagram interaksi kolom. Penulangan dapat
dipilih dua sisi atau empat sisi.
Bila ditinjau tinggi kolom maka terdapat factor tekuk atau
kelangsingan kolom .
Tergantung pada nilai :
λ = k Lu/r ⇒ λ < 22 kolom pendek
22 < λ < 100 kolom langsing Dimana : k = Faktor panjang efektif komponen struktur teekan
Lu = Panjang Komponen struktur tekan yang tidak ditopang
r = Jari-jari girasi
2.4.2.3.1 Kolom Pendek
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 15
Pada analisa penampang kolom terdapat 3 keadaan :
a. Compression Control
Regangan beton ( εcu ) = 0,003
Regangan baja (εs ) < fy / Es ( belum meleleh , elastis )
Keaadaan ini terjadi bila kekuatan tekan Pn melampaui kekuatan
berimbang Pb atau eksentrisitas (e) < eb, maka struktur lebih dominan
dengan gaya axial
b. Tension Control
Regangan beton (εcu ) = 0,003
Regangan baja (εs ) > fy / Es ( sudah jauh meleleh )
Keadaan ini terjadi bila kekuatan tekan Pn < Pb atau eksentrisitas (e) >
eb maka struktur lebih bersifat berkelakuan seperti balok dari pada
kolom
c. Balanced Strain Condition
Regangan beton (εcu ) = 0,003
Regangan baja (εs ) = εy = fy / Es ( meleleh )
Keadaan ini terjadi bila kekuatan tekan Pn = Pb atau eksentrisitas (e) =
eb
Merupakan kondisi seimbang, dimana regangan beton sebesar 0,003
hancur pada serat baja mencapai regangan leleh , yaitu εy = fy / Es.
2.4.2.3.2 Kolom Langsing
Kolom digolongkan langsing apabila tingkat kelangsingan kolom
k Lu/r > 22 disebut kolom langsing.
Untuk komponen struktur tekan yang ditahan terhadap goyangan ke
samping, pengaruh dari kelangsingan boleh diabaikan bila :
k Lu / r ≤ 34 –[12 M1b/ M2b] SKSNI 3.3.11. hal 27
Faktor k diperhitungkan sebagai fungsi dari kekakuan relative ψ dari
kolom terhadap balok-balok pada pertemuan balok- kolom.
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 16
Kekakuan relative adalah nilai perbandingan antara jumlah kekakuan
kolom dibagi panjang kolom dan jumlah kekakuan balok dibagi panjang
balok. Maka dengan nilai : Ec = 4700v fc’
ψ = Σ EIk/ Lk
Σ Elb/ Lb
Dimana : EIk = Ec . Ig
2.5 1 + βd
Elk = Ec x Ig βd = 1.2 DL 5 1.2 DL + 1.6 LL 1 + βd
Untuk ujung kolom yang berupa sendi, nilai ψ = ~ - 10, sedangkan
untuk ujung jepit nilai ψ = 0. Dengan menggunakan ψ 1 dan ψ2 dari
grafik nomogram didapat nilai k factor kelangsingan kolom.
Portal dengan pengaku adalah kolom ujung atas ( kepala ) dan kolom
ujung bawah ditahan terhadap goyangan kesamping, lihat deformasi
portal . Sedangkan portal tanpa pengaku dipengaruhi goyangan
horizontal. Portal harus direncanakan terhadap beban aksial Pu dan
Momen Mu dengan pengaruh factor pembesar kolom dengan pengaku
maupun factor pembesar portal tanpa pengaku, SK SNI T-15-1991-03
pasal 3.3.11.5 mencantumkan sebagai berikut :
Mc = δb M2b + δs M2s
Dengan : δb = Cm ≥ 1.0 3.3.-7
1 – Pu / φPc
δs = 1 ≥ 1.0 3.3.-8
( 1- ∑Pu / φ∑Pc )
Pc = π²ΕΙΚ 3.3.-9
(Klu)²
Cm = 0.6 + 0.4 (M1b/M2b) ≥ 0.4 3.3.-12
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 17
THINK CAREFULLY ? Pada umumnya struktur bangunan yang
sederhana mempunyai dimensi kolom yang relatif sama . Untuk
mengetahui kekuatan masing2 kolom dengan variasi Pu dan Mc maka,
dapat dilihat pada suatu diagram interaksi yang juga menggambarkan
batas kekuatan2 kolom yang dipakai
Dari diagram itulah dapat diketahui apakah kolom yang kita gunakan
aman?
Untuk tulangan pada anak tangga dapat digunakan tulangan minimum.
Standard Indonesia 2 tanjakan + injakan = 60 – 70 cm.
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 18
Diagram alir Kolom
Hitung EIk dan Eib ψa , ψa kb , ks
Data Dimensi Kolom Dan Balok B, H, fc′, fy, Pu, M2B, M2S
start
kLu/r > 22
Mc = δb M2B + δs M2S Cm = 0.6 + 0.4(M1b/M2b) > 0.4 δb = Cm / [ 1 - Pu / φ Pc] δs = Cm / [ 1 - Σ Pu / φ ΣPc]
Pc = Π2 EI / ( kLu)2
Mc = M2B + M2S
et = Mc/Pu et ≥ 15 + 0.03 h
Plot Diagram Interaksi
END
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 19
2.4.2.4 Pondasi
Pondasi harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat mendukung
beban luar ( reaksi portal )maupun berat sendiri pondasi,. Fungsi dari
pondasi untuk meratakan beban ke dalam suatu bidang yang cukup luas,
sehingga pondasi yang ada bisa mendukung beban diatasnya dengan
aman.
Komponen pondasi harus diperhitungkan menahan beban dan reaksi
tanah sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :i
1. Pondasi harus diproporsikan untuk menahan beban tdk berfaktor dan
reaksi tanah yang timbul akibat beban tersebut, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Tegangan izin tanah adalah tegangan elastis.
2. Luas bidang dasar dari pondasi atau jumlah dan penempatan tiang
ditetapkan berdasarkan gaya dan momen yang tidak berfaktor yang
disalurkan oleh pondasi pada tanah atau tiang . Tegangan tanah izin
ditentukan berdasarkan prinsip mekanika tanah atau mengikuti standard
dengan anggapan tanah yang sesuai. Pemilihan perletakan sendi pada
pondasi akan memperkecil besarnya momen pada dasar pondasi.
3. Untuk pondasi diatas tiang, perhitungan momen dan geser boleh
berdasarkan pada anggapan bahwa reaksi tiap tiang terpusat dititik tiang
pusat. Pondasi yang digunakan pada bangunan tingkat sederhana dapt
digunakan pondasi dangkal bentuk persegi atau bujursangkar. Dapat pula
dikombinasikan dengan telapak lainnya. Untuk beban yang lebih dalam
dapat menggunakan pondasi menerus atau dikombinasi dengan tiang
mini pile.
Perencanaan pondasi telapak , bentuk dan ukuran telapak perlu
diperkirakan terlebih dahulu . Kelayakan ukuran yang diperlukan tersebut
memiliki pengaruh yang besar dalam effisinsi pekerjaan perencanaan
,Biasanya dalam penentuan bentuk dan ukuran pondasi dilakukan dengan
cara “ trial and error “.
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 20
Umumnya ketebalan plat pondasi adalah 150 mm dan 300 mm adalah
minimum tebal diatas ring. Dimensi pondasi tergantung pada beban dan
tegangan izin tanah. Ukuran telapak tergantung pada tegangan izin tanah
dan tebal telapak plat pondasi tergantung pada geser pons yang terjadi
baik satu arah atau dua arah
Pada geser 1 arah yaitu penampang kritis sejarak d dari muka kolom
maka
Vn < Vc = 1/6 √fc’ bw d
Pada aksi geser 2 arah yaitu penampang kritis sejarak d/2 dari muka
kolom sehingga perimeter bo adalah keliling minimum.
Vn < Vc = 1/3 √fc’ bw d
Gaya2 pada dasar kolom harus dapat dipindahkan kepada Telapak atau
tu;langan pasak ataupun alat sambung mekanis.
BAB I PENDAHULUAN.
Kerja Proyek Perencanaan I 21
SKETSA DENAH PONDASI
SKETSA PENULANGAN PONDASI
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 22
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
III.1 Perhitungan Perhitungan disini merupakan perhitungan awal – preliminary design ,
sebelum dilakukan analisa lebih lanjut dengan beban lain seperti gempa.
III.1.1 Perhitungan Pelat Lantai Pelat pada balok-balok tepi dan tengah ditumpu terjepit elastis ( plat
menerus diatas tumpuan ). Jarak pusat ke pusat balok dianggap sebagai
bentang .
Mutu Bahan : Beton fc’ = 25 Mpa - 22.5 Mpa , Baja fy = 240 Mpa
Penutup Beton = 20 mm
Digunakan tebal pelat minimum ( h ) = 120 mm
Diameter Tulangan diasumsikan = 10 mm
Analisa pembebanan
Beban Hidup ( LL ) = 2.5 KN/M²
Beban Mati
Berat Sendiri = 0.12 X 24 = 2.88 KN/M²
Keramik + spesi = 0.21+ (2.0 x 0.21 ) = 0.63 KN/M²
Plafond+p’gantung+inst = 0.11 + 0.07 +0.28 = 0.46 KN/M²
Total DL = 4.0 KN/M²
Jadi Wu = 1.2 DL + 1.6 LL = = (1.2 X 4 ) + (1.6 X 2.5 ) = 8.8 KN/M²
Selimut Beton 20 mm
dx = h – p – ½ ø = 120-20-(½ x 10 ) = 95 mm
dy = h – p – ø - ½ ø = 120-20 -10 -(½ x 10 ) = 85 mm
d rata2 = 90 mm
Dari table perhitungan didapatkan tulangan ø12 – 100 dan ø12 – 200.
Plat kantilever disesuaikan dg plat lantai dengan tulangan bagi ø10 – 200
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 23
Pada plat atap dari table perhitungan didapatkan ø10 – 100 dan ø10 – 200
Untuk plat atap kantilever tulangan pembagi disesuaikan dengan tulangan
plat lantai dengan tulangan bagi ø 8 – 200
Pengontrolan tebal plat 2 arah sehubungan dengan ketentuan yang berlaku
SK SNI , dilakukan pada panel 7m * 6m .
Adapan ketebalan plat 2 arah lebih kecil bila dibandingkan 1 arah. Hal ini
diasumsikan ketebalan plat lebih kecil dari L/28*(.4+fy/700)=15.9 cm.
Check ketebalan plat 2 arah - SK SNI 1991 psl 3.2.5.3 hal 18 dstnya
sehubungan dengan lendutan.
Ln = 6600 mm ; Sn = 5600 mm ; β = 1.1786 ; α = 14.167
B/H = 400/600 ; be = 1360 mm ; t = 120 mm ; t/H = 0.2 ; be/bw = 3.4
Dari Wang nomogram k = 1.70
Ib = 1224000 mm4 ; Islab = 86400mm4 ; α m = 14.167
Ln ( 0. 8 + fy/1500 ) = 6336
36 + 5 β [ α m - 0.12 ( 1 + 1/ β) ] = 118.18
h1 = 6336 / 118.18 = 53.62 mm < t=120 mm ok
36 + 9 β = 46.607 ; h2 = 6336/46.607 = 136 mm > 120 mm ( 13% kurang )
Dengan syarat yang kurang 13% ini maka ditambahkan balok 200/400
ditengah2 setiap panel . Balok ini hanya berfungsi memperkecil lendutan
yang terjadi. Penulangan balok ini menggunakan tulangan 2D16 pada ρ=
0.0056 > ρmin = 0.0035 dan tulangan geser P10 – 200 ( d/2) .
Faktor lainnya adalah spesi diambil 20mm sehingga menambah ketebalan
plat
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 24
Tabel perhitungan plat
PERHITUNGAN PELAT LANTAI plat.xls TEBAL h (mm ) = 120 DL (kN/m2) = 4 TINGGI eff ,d( mm) = 90 LL (kN/m2) = 2,5 Fc' (asumsi) Mpa = 25 Wu(kN/m2) = 8,8 Fy ( BJTP) Mpa = 240 Rho balance = 0,0538 Rho minimum = 0,0025As min = 225mm2 Rho maxim = 0,0269As max = 2419,085mm2 P12 - 200 P12-100 P12-300 tul bagi As (mm2) 565 As (mm2) 1131 377 a (mm) = 6,38 a (mm) = 12,77 4,26 Mn (kNm) 11,77 Mn (kNm) 22,70 7,95 Plat type = A Ly (m)= 6 Lx(m) = 6 ratio = 1 1,0 WuLx^2= 316,8 coefisien Mn(kNm) mLx 25 9,9P12-200 11,7714ok mLy 25 9,9P12-200 11,7714ok mTx 51 20,196P12-100 22,6960ok mTy 51 20,196P12-100 22,6960ok Plat type = B Ly (m)= 7 Lx(m) = 6 ratio = 1,17 1,2 WuLx^2= 316,8 coefisien Mn(kNm) mLx 32,2 12,7512P12-200 11,7714ok 0,98% mLy 22,6 8,9496P12-200 11,7714ok mTx 60,6 23,9976P12-100 22,6960ok 1,30% mTy 53,4 21,1464P12-100 22,6960ok
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 25
PERHITUNGAN PELAT LANTAI ATAP TEBAL h (mm ) = 120 DL (kN/m2) = 4 TINGGI eff , d ( mm) = 90 LL (kN/m2) = 1 Fc' (asumsi) Mpa = 25 Wu(kN/m2) = 6,4 Fy ( BJTP) Mpa = 240 Rho balance = 0,0538 Rho minimum = 0,0025 As min = 225mm2 Rho maxim = 0,0269 As max = 2419,085mm2 P10 - 200 P10-100 As (mm2) 392,5 As (mm2) 785 a (mm) = 4,43 a (mm) = 8,87 Mn (kNm) 8,27 Mn (kNm) 16,12 Plat type = A Ly (m)= 6 Lx(m) = 6 ratio = 1 1,0 WuLx^2= 230,4 coefisien Mn(kNm) mLx 25 7,2 P10 - 200 8,2692ok mLy 25 7,2 P10 - 200 8,2692ok mTx 51 14,688 P10-100 16,1208ok mTy 51 14,688 P10-100 16,1208ok Plat type = B Ly (m)= 7 Lx(m) = 6 ratio = 1,17 1,2 WuLx^2= 230,4 coefisien Mn(kNm) mLx 32,2 9,2736 P10 - 200 8,2692ok 1,00% mLy 22,6 6,5088 P10 - 200 8,2692ok mTx 60,6 17,4528 P10-100 16,1208ok 1,33% mTy 53,4 15,3792 P10-100 16,1208ok
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 26
III.1.2 Perhitungan Tangga
Perencanaan Optrede dan Antrede
1. Lebar anak tangga = 1.50 m
2. Optrede = 20 ; Antrede = 25
3. 2 optrede + 1 antrede = (2 x 20 ) + 20 = 60
4. Jumlah anak tangga = 200/20 = 10 buah
5. Tan α º = 4/5 ; cos α º = 5v 41 ; sin α º = 4v 41 ;
6. Tebal pelat bordes = 12 cm
7. Tebal pelat tangga = t = 20 cos α º = 100/ v 41 = 15.62 cm
8. Tebal rata2 = 12 +7. 8 = 19.8 cm = 20 cm
9*25 = 225 125
25
20
150
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 27
Pembebanan Tangga
1. Beban Mati (qdl)
Pelat tangga = (0.20 x 24 ) = 4.80 KN/m
Keramik + Spesi = (0.24 ) + ( 2 x 0.21 ) = 0.66 KN/m
qdl = 5.46 KN/m
2. Beban Hidup (qll) = 3 KN/m / cos 45º = qll = 4 .24 KN/m
3. Wu = (1.2 x 5.46)+(1.6 x 4.24) = 13.34 KN/m
Perhitungan Gaya Dalam Momen
11.7
13.34 kN/m
B C
√41 4
α º
A 5
2.25 1.25
Momen
FEM = 1/8 Wu 2.88 ² = 13.83 kNm
FEM = 1/8 Wu 1.25 ² = 4.40 kNm
Σ FEM = 11.54 kNm
DFAB = (1/ 2.88)/(1/2.88+1/1.25) = 0.30 MAB = 3.50 kNm
DFBC = (1/ 1.25)/(1/2.88+1/1.25) = 0.70 MBC = 8.04 kNm
MBA = MBC = 11.54 kNm
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 28
Wu tangga = 13.34 KN/m²
Wu bordes = 11.7 KN/m²
Maximum reaksi tangga
R1 = 13.34 x 2.88 = 19.21*2 KN
R2 = 11.7 x 1 .25 = 7.31*2 KN
VA = 19.21 cos α º + 7.31 = 22.31 kN
HA = 19.21 sin α º = 12. kN
Mmax tump = 11.54 /0.8 = 14.43 KNm
Mmax lap = 8.06/.8 = 10.10 KNM
Perencanaan Tulangan
Tulangan Pokok = φ10 , Tulangan Bagi = φ8
Tebal Pelat = 12 cm , Selimut Beton = 20 mm
Tinggi rata2 = 20 , d Efektif , d = 200 – 20 – ½ 10 = 175 mm
Fy = 240 Mpa ; ρmin = 0.0025 ; Fc’ = 25 Mpa
As min = .0025 * 1000*175 = 437.5 mm2 ; P10 – 125 = 524 mm2
a = 6.60 mm , Mn min = 21.6 knM > 14.43 kNm ok
digunakan tulangan minimum P10 – 150 di tumpuan + lapangan
tulangan pembagi dan anak tangga digunakan P8 – 150
+
-
13.83-11.54 /2 = 8.06
11.54 11.54
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 29
Perhitungan Balok Tangga
Reaksi dari plat tangga = 22.31 kN
Bentang tangga 3.00 m , dimensi balok tangga 200/300
Mn max = 1/8 22.31 9 /0.8 = 31.4 kNm
Vn max = ½ 22.31 3 / 0.6 = 33.465 kN/0.6 = 55.775 kN
Mn = ρ. Fy ( 1 – 0,588 ρ Fy/Fc’) bd2
3763.2 ρ - 400 ρ + 2.3225 = 0 , ρ = 0.0062
ρ min < ρ < ρ max , 0.0035 < 0.0062 < 0.0180 ok
As = ρ bd = 322.4 mm2 , digunakan 3D13 , As = 339 mm2
a = 31.91 mm , Mn = 33.09 kNm > 31.4 kNm ok
tulangan geser digunakan P8 – 100 , Vs = 100 240 260 / 100 = 62.4 kN
Vn = Vc + Vs > 55.775 kN ok
Perhitungan Pondasi Tangga
Rencana desain Pondasi batu kali , P = 22.31 KNm
Data pondasi batu kali
γ pasangan batu kali = 20 KN ; γ tanah urug = 18 KN
qult =100 KN /m2 = 1 kg/cm2
Dimensi pelat ditentukan dengan trial and error
Berat sendiri pondasi = (0.4 + 0.2)/2 x 0.5 x 20 = 1.5 kn/m’
( .2*.8*20 ) = 3.2 kN.m’
Berat tanah = (0.2+.3)/2 x 0.5 ) *1.5* 20 = 3.75 kN/m’
V = 22.31 + 1.5 + 3.2 + 3.75 = 30.76 KNm
Q = V /A = 30.76 / ( .8 * 1.5 ) = 25.63 kN/m2
FK = Q/ Qult = 100 / Q = 3.9 > 3 ( Aman )
Gambar Penulangan Tangga
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 30
III.2 Perhitungan Balok Lantai
III.2.1 Perhitungan tulangan Lentur Jarak pusat ke pusat balok dianggap sebagai bentang .
Mutu bahan : fc’ = 25 Mpa - 22,5 MPa ; fy = 400 MPa dan 240 MPa
H min = Ln/21 = 28.57 cm
Dimensi Balok digunakan = 40 cm x 60 cm ; d’ = 40 mm, d = 560 mm
ρmin = 1.4 / 400 = 0.0035 ; ρmax = 75 % ρb = 0.018
ρb = β1 x 0.85 x fc’ x 600…. = 0.0244 fy 600+fy
Mencari Mn minimum
ρ – ρ’ > ρmin ; 2D16 = 402mm2 ; ρ’ = 0.0018 ; ρ1= 0.0053
As min = ρ x b x d =0.0053 *40 * 56 = 1187. mm²
Digunakan 3D19 + 2 D16 = 1254 mm2 , ρ = 0.0056
a = ( As x fy ) / ( 0.85 x fc’ x b) = (1254-402 ) *fy/(.85fc’b)= 44.6 mm²
Mn 1 =As x fy x d - a/2 = 183.- kN m
Syarat mleleh ρ – ρ’ >= β1 x 0.85 x fc’ x 600… d' = 0.0087
Fy 600-fy d
Fs’ = 600 * ( 1- β1 x 0.85 x fc’ x d’ x 1 ) = 142 Mpa
400 560 0.0038
Mn2 = 402*142*520 = 32 kNm
Mn min = 183 + 32 = 215 kNm
Didapat gaya-gaya dalam dari table perhitungan
1. Momen tumpuan maks = 198.- KNm
2. Momen lapangan maks = 180.- KNm
3. Lintang = 220 kN
As = As1 + As’ = 1254 cm²
Dipakai Tulangan As = 4D19 + 2D16 ( 1672 + 402 = 2074 mm2)
As’ = 2D16 ( 402 mm2 )
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 31
III.2.2 Perhitungan tulangan geser
Fy = 240 Mpa dan Vn = 220 KN
Vn penampang kritis = ( 3000 – 560 )/3000 x 220 = 179 kN
Vc = 1/6 √ 22.5 x 300 x 460 = 177 KN
Vn < 5 Vc …. Ok!
Jarak Sengkang s = d / 2 = 560 / 2 = 230 mm , s = 250 mm
Digunakan tulangan geser :
φ 10 -250 Vs = 157 x 240 x 560/250 = 84.4 kN
Vn = Vc + Vs = 177 + 84 = 261 kN > 179 kN ok
1500 P10-250 1500
3D19 3D19
2D16 2D16 2D16
2D16 2D16 2D16
3D19
6000
Sketsa Penulangan anak balok
Typikal as 1,2,3,4
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 32
Tabel Perhitungan BALOK Berat plat 12 cm = 2,88 Kn/m2 Lapisan penutup = 0,75 Kn/m2 Plafond, dstnya = 0,37 Kn/m2 W(DL) = 4,00 Kn/m2 W(LL) = 2,50 Kn/m2 (lant
ai)
W(LL) = 1,00 Kn/m2 (atap)
DL(kN/m2) = 4,00 Cantilever 4,00 Kn/m2 LL(kN/m2) = 2,50 2,50 Kn/m2 LL(kN/m2) atap = 1,00 1,00 Kn/m2 tri = 2/3
Qx
trap = 1/3 Qx (3-(lx/ly)^2) Beban plat lantai ke balok Ly = 6 Ly = 7 Lx = 6 Lx = 6 Ly/Lx = 1 Ly/Lx = 1,17 Q eq(DL)= 8 Q eq(DL)= 8 trianguler Q eq(LL)= 5 Q eq(LL)= 5 Q eq(DL)= 6,56 trapezoid Q eq(LL)= 4,10 Beban plat atap ke balok Ly = 6 Ly = 7 Lx = 6 Lx = 6 Ly/Lx = 1 Ly/Lx = 1,17 Q eq(DL)= 8 Q eq(DL)= 8 trianguler Q eq(LL)= 2 Q eq(LL)= 2 Q eq(DL)= 6,56 trapezoid Q eq(LL)= 1,64 Koef Momen ( Wu Ln2) 1/24 1/10 1/11 1/11 1/10 1/24 A B C D E F 1/11 1/16 1/16 1/16 1/11
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 33
Beban balok as 1 dan as 4 (kN/m2) PLAT LANTAI berat sendiri .4*.48 4,61 beban plat lantai = 8 5 Mlap Mtump V beban plat kantilever= 4 2,5 L= 6 6 beban dinding 4m = 10 0 DL 87,08 95,79 79,82 W(DL) = 26,61 LL 24,55 27,00 22,50 W(LL) = 7,5 Mu 143,77 158,15 131,79 Beban balok as 2 dan as 3 (kN/m2) beban plat lantai = 16 10 Mlap Mtump V beban plat kantilever= 0 0 L= 6 6 beban dinding 4m = 0 0 DL 67,44 74,19 61,82 W(DL) + BS = 20,61 LL 32,73 36,00 30,00 W(LL) = 10 Mu 133,30 146,63 122,19 Beban balok as 1 dan as 4 (kN/m2) PLAT ATAP beban plat atap = 8 2,00 Mlap Mtump V beban plat kantilever= 4 1,00 L= 6 6 beban dinding 4m = 0 0 DL 54,35 59,79 49,82 W(DL) + BS = 16,61 LL 9,82 10,80 9,00 W(LL) = 3 Mu 80,93 89,03 74,19 Beban balok as 2 dan as 3 (kN/m2) beban plat atap = 16 4 Mlap Mtump V beban plat kantilever= 0 0 L= 6 6 beban dinding 4m = 0 0 DL 67,44 74,19 61,82 W(DL) + BS = 20,61 LL 13,09 14,40 12,00 W(LL) = 4 Mu 101,88 112,07 93,39 GAYA DALAM maximum BALOK Mlap Mn-lap Mtump Mn-tump LANTAI 143,77 179,71 158,15 197,68 Vlap Vn-lap Vtump Vn-tump 7,50 12,50 131,79 219,65 BALOK Mlap Mn-lap Mtump Mn-tump ATAP 101,88 127,35 112,07 140,08 Vlap Vn-lap Vtump Vn-tump 3,00 5,00 93,39 155,65
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 34
III.3 Perhitungan Portal
Mutu Bahan : Beton fc’ = 25 - Mpa , Baja fy = 400 Mpa & 240 MPa
Tinggi kolom 4 m dengan asumsi perletakan sendi
Dimensi kolom 400/400 dan balok 400/600
Beban reaksi anak balok tidak digunakan untuk analisa lentur kolom portal
M2s , karena akan memperkecil eksentrisitas kolom akan tetapi
diperhitungkan pada perhitungan pondasi dangkal.
Faktor Pembesar Momen
Ec = 4700 v 25 = 23500 Mpa
Ik = 1/12 400 400³ mm4 ; E Ik = ( Ec Ik /2.5)/1.5 = 1.33690e+13 Nmm2
Ib = 1/12 400 600³ mm4 ; E Ib = ( Ec Ib /.5) /1.5 = 0.97917e+13 Nmm2
Tabel Faktor Pembesar Momen
Klm ΨA Ψb kb ks Pc(b) Pc(s) ΣPc δb δs
Top [Pu =71.07 dan 162.51 ] kN ; ΣPu =467.16 kN Tepi .889 1.778 .8 1.4 12885 4207 19869 1.008 1.038
Mid .444 0.889 .70 1.20 16830 5727 19869 1.015 1.038
Bottom [Pu =144.41 dan 322.75 ] kN : ΣPu= 934.32 kN Tepi 1.778 10 0.9 2 10181 2062 8942 1.022 1.192
Mid 0.9 10 .85 1.85 11414 2410 8942 1.045 1.192
I Warn you !
δb merupakan factor pembesar momen akibat beban gravitasi pada tinjauan
deformasi portal yang tidak mengalami pergoyangan , seolah-olah terdapat
pengaku (braced frame - no sidesway ). Bagaimana deformasi portal
dengan beban gravitasi tak simetris dan konfigurasi yang juga tidak
simetris? Nomogram mana yang dipakai?
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 35
Sketsa Analisa Portal dengan metode matrik :
D1 D2 D3 D4 D13
D5 D6 D7 D8 D14
D9 D10 D11 D12
1 2 3 4 5 6
13 15 17 19
14 16 18 20
7 8 9 10 11 12
21 23 25 27
22 24 26 28
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 36
Untuk balok portal digunakan dimensi seperti pada anak balok as 1-4.
Dimensi Balok digunakan = 40 cm x 60 cm ; d’ = 40 mm, d = 560 mm
Dipakai Tulangan As = 4D19 + 2D16 ( 1672 + 402 = 2074 mm2)
As’ = 2D16 ( 402 mm2 )
P 10 - 250
Gaya dalam maximum adalah :
Mn tump = 130 /0.8 = 162.5 kN M
Mn lap = 60 / 0.8 = 75.0 kN M
Vn tump = 116.4 / 0.6 = 194.0 kN M
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 37
PERHITUNGAN KOLOM 400/400 - 12 D16
MDL MLL MHL db ds dbM2b dsM2s Mc Pu
13 26,58 22,96 -7,45 1,008 1,038 53,44 -9,28 62,72 -71,07 top - tepi
14 23,22 19,82 -0,81 1,008 1,038 46,38 -1,01 47,39 -71,07 top - tepi
15 -2,11 -10,60 -12,03 1,015 1,038 -15,18 -14,98 -30,16 -162,51 top - mid
16 -1,18 -8,91 -8,21 1,015 1,038 -12,20 -10,22 -22,42 -162,51 top - mid
17 2,11 10,60 -12,03 1,015 1,038 15,18 -14,98 30,16 -162,51 top - mid
18 1,18 8,91 -8,21 1,015 1,038 12,20 -10,22 22,42 -162,51 top - mid
19 -26,58 -22,96 -7,45 1,008 1,038 -53,44 -9,28 -62,72 -71,07 top - tepi
20 -23,22 -19,82 -0,81 1,008 1,038 -46,38 -1,01 -47,39 -71,07 top - tepi
21 9,92 8,34 -25,95 1,022 1,192 22,57 -37,12 59,69 144,41 bot- tepi
22 0,00 0,00 0,00 1,022 1,192 0,00 0,00 0,00 144,41 bot- tepi
23 -0,13 -3,61 -31,05 1,045 1,192 -5,29 -44,42 -49,71 322,75 bot - mid
24 0,00 0,00 0,00 1,045 1,192 0,00 0,00 0,00 322,75 bot - mid
25 0,13 3,61 -31,05 1,045 1,192 5,29 -44,42 49,71 322,75 bot - mid
26 0,00 0,00 0,00 1,045 1,192 0,00 0,00 0,00 322,75 bot - mid
27 -9,92 -8,34 -25,95 1,022 1,192 -22,57 -37,12 -59,69 144,41 bot- tepi
28 0,00 0,00 0,00 1,022 1,192 0,00 0,00 0,00 144,41 bot- tepi
KEKUATAN KOLOM 400 vs GAYA AKTUAL
0
100
200
300
400
500
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Mn (kN M )
Pn (
kN )
400-12D16 ACTUAL LOADS / 0.65
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 38
δb = 1/ ( 1 - Pu/(.65*Pc)) ;
tepi = 1/ ( 1 - 71.07 / (.65*12885)) = 1.008
mid = 1/ ( 1 - 162.51/ (.65*16830)) = 1.015
δs = 1/ ( 1 - ΣPu/(.65*ΣPc)) =
tepi = 1/ ( 1 - 467.16 / (.65*19869)) = 1.038
mid = 1/ ( 1 - 467.16 / (.65*19869)) = 1.038
Pc = Π² EIk / ( kLu) ²
Beban yang bekerja pada portal :
Beban mati plat qek = 16 kN/m’ ( L = 6m ) ; q ek = 13.2 kn/m’ ( L = 7m )
Beban hidup plat qek = 10 kN/m’ ( L = 6m ) ; q ek = 8 kn/m’ ( L = 7m )
Beban hidup horizontal 5% beban hidup grav ( kemungkinan atap berubah
fungsi , LL = 250 kg/m2 ) , HL = 5% * 250 * 6 * 19 = 14.25 kN
Fixed end moment : DL LL
FEM = 1/12 16 6² = 48 kNm 1/12 10 6² = 38. kNm
FEM = 1/12 13.2 7² = 53.9 kNm 1/12 8 7² = 24. kNm
Hasil perhitungan gaya dalam portal dengan metode matriks dapat dilihat
pada lampir an dan faktor2 pembesar momen digunakan untuk kombinasi
dengan gaya dalam yang digunakan pada SK SNI 91.
Untuk tulangan geser dengan maximum gaya H = 9.3210 kN , kolom
tengah digunakan P10 – 200 . Hn = Av* Fy* d/s = 79*240*360/200 *.6 =
20.4_ kN.
Tulangan yang digunakan adalah 12D16 dengan rasio = 1.51% dan
kekuatan kolom ini dapat dilihat pada diagram Interaksi. Aktual beban yang
bekerja Pn dengan Mn bila dilihat pada diagram interaksi masih berada
didalam diagram tsb. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kolom 400 dengan
12 D 16 adalah AMAN
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 39
III.4 Perhitungan Pondasi Dangkal
Reaksi beban tak berfaktor V = 320 kN
Reaksi max beban tak berfaktor u anak balok as 1-4 = 61.82+30 = 91.82 kN
Reaksi beban berfaktor 1.2DL+ 1.6LL, V = 430 kN
Reaksi max beban berfaktor anak balok as 1- 4 = 1.2*61.82 + 1.6*30 =
122.18 kN
• Reaksi beban tak berfaktor =319.- = 320 KN
• Reaksi beban tak berfaktor anak balok =91.82.- = 92 KN
• Berat Tanah urug = 4. KN
• Kolom Pondasi = 0.4 x 0.4 x 1.2 x 24 = 4.608 = 5 KN
• Pelat Pondasi = 0.3 x 1.5 x 1.5 x 24 =16.2 = 16 KN
∑ = 437. KN
Dimensi = √ ( 437 / 200) = 1.48 m, digunkan pondasi bujursangkar 1.5m
x 1.5m. Tegangan izin tanah pada kedalam 1.5 m , adalah 200 kN / m2.
Code untuk tanah lunak 0.2 – 2 kg/cm2
Cek tegangan :
σ = Pu / A ± M / W ;
Tegangan kontak
σmax = 437 / (1.5*1.5) = 194 KN/m2 < 200 kN / m2
qu = V / A = (430+122._ ) / 1.5*1.5 = 245 kN / m2 = 0.245 MPa
Didalam pendimensian plat pondasi digunakan beban tak berfaktor karena
tegangan izin sedangkan untuk kekuatan pondasi yaitu tulangan lentur dan
geser digunakan beban berfaktor.
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 40
Design Terhadap lentur
Mn = 1/2 qu L ² = ½ x qu x .55² = 37.06 / 0.8 = 46.32 kNm
ρmin = 0.0025 , As min = 575 mm² , a = 6.5 mm , Mn = 31.29 kNm
digunakan : P12 – 100, As = 1131 mm² , a = 12.77 mm ,
Mn = 60.7 kNm > 46.32 kNm
tulangan tekan P12 – 200 , As = 565 mm²
Design Terhadap Geser
One way action
qu = 245 KN/m2
B = Lebar Pelat = 1.5 m
b = Lebar kolom = 400 mm
area Af = 1500 x (750- 200-230) .
Vn = Vu / ø = qu x Af = 0.245 * Af / 0.6 = 196.- KN
Vc = 1/6 v 25 x 1500 x 230 = 287.5 KN
Vc > Vn ….. OK
two way action
area = Af = 15002 - 7002 .
Vu = qu x Af = 0.245 x Af = 431.2 KN
Vn = Vu / ø = 431.2/ 0.6 = 718.7 KN
Perimeter bo = ( 400 + 300 ) x 4 = 2800 mm
Vc1 = 1/3 v fc’ x bo x d
= 1/3 x v 25 x 2800 x 230 = 1073. kN > 718.7 kN
Vc < Vn Tebal plat pondasi 300 mm OK!
Penjangkaran
asumsi tulangan D16
Panjang Penyaluran Tulangan Tekan
Ldb = (db x fy) / 4 vfc’
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 41
= 16 x 400 ≥ 0.04 x 16 x 400 = 320 ≥ 256 mm
4 v 25
Dipakai Ldb >= 320 mm
Panjang Penyaluran Tulangan Tarik
Ldb = 0.02 x Ab x fy/ fc’ x factor > 0.016 x db x fy
Ab = 1 /4 x π x db 2 = ¼ x π x ( 12)2 = 113. mm2
Faktor = 2 – 400/ fy = 2-400/400 = 1
Ldb =0.02 x 201x 400/25 x 1 = 64 < 0.016 x 16 x 4 00 = 102.4 mm
Dipakai Ldb >= 102.40 mm (SKSNI hal 54 )
Pada perhitungan ini bila digunakan 3 lantai maka beban tambahan adlah :
Beban hidup dan Beban mati , W = 650 kg/m2. = 6.5 kN/m2
Beban reaksi pada kolom bertambah menjadi :
As A dan D , adalah = ( 1 + 3 ) * 6 * W = 15600 kg = 156 kN
As B dan C , adalah = ( 3.5 + 3 ) * 6 * W = 15600 kg = 254 kN
Digunakan pondasi tiang beton ØD 20cm dengan kedalam 1.0 m .
Perhitungan tiang :
Daya lekat antara beton dgn tanah , Ca Adhesi = 1.5 kg/cm2
Luas selimut tiang = П D 1 = 0.63 m2,
Qu = 0.63 * 150 *4 = 378 kN > 254 kN
Ø = 20 cm (D19), As = 31428 mm2, i = v I/A = 50 mm , L / i = 20 < 22
kolom pendek . Pn = .65 Po = 0.65 * (.85 25 П D2) = 434. – kN > 254 kN.
Untuk penambahan lantai maka harus digunakan tiang tambahan pada
pondasi dangkal yaitu 4 ØD 20(D19) , L = 1.0 m
BAB III. ANALISA PERHITUNGAN
Kerja Proyek Perencanaan I 42
Sketsa pondasi dangkal :
0.00
300
-1.50
1500
1500
1500
Kerja Proyek Perencanaan I - 43
BAB IV. HASIL PERHITUNGAN DAN GAMBAR
IV.1 Hasil Perhitungan
Dari hasil analisa beban , gaya dalam dan beton bertulang didapatkan :
1. Tebal plat atap 12 cm dengan tulangan P10-100 ( tumpuan) dan P10
- 200 (lapangan ). Pembagi cantilever P8 – 200
2. Tebal plat lantai 12 cm dengan tulangan P12-100 ( tumpuan) dan P12
- 200 (lapangan ). Pembagi cantilever P10 – 200. Terdapat balok
silang 200/400 dengan tulangan balok lentur 2 D16 dan tulangan
geser P10 - 100 dan P10 – 200.
3. Balok memanjang as 1,2,3,4 dengan dimensi 400/600 menggunakan
tulangan As = 3D19 + 2D16 dan As’ = 2D16. Tulangan geser
adalah P10 –250 .
4. Dari portal didapatkan , untuk balok mengikuti dimensi anak balok .
Untuk Kolom digunakan dimensi 400/400 dengan tulangan 12 D16
dengan gaya sengkang P10 – 200.
5. Bagian tangga , digunakan tebal 12 – 20 cm , dengan anak tangga 20
– 25 cm pada tulangan P8 . Tulangan plat utama P10 – 150 dan
pembagi P8 – 150. Balok tangga 200/300 dengan tulangan As = 3D13
dan As = 2D13 dan sengkang P8 – 100. Untuk portal tangga
menggunakan dimensi kolom 400/400 dengan tulangan 8D16 pada
sengakang P10 – 150 dan balok 200/300
6. Pondasi dengan kedalaman 1.5m , didapatkan dimensi plat pondasi =
1.5 m * 1.5 m * 0.3 m . Tulangan lentur P12 – 100 dan tulangan
tekan P12 - 200 . Panjang penyaluran tekan 320 dan tarik 102 . Bila
ada penambahan lantai , digunakan mini pile 4 ∅ 20 , dengan kedalam
1.0 m . Tulangannya adalah 4 P10 dan sengkang spiral P8 – 100.
Kerja Proyek Perencanaan I - 44
7. Daftar Gambar ( printed in A3 )
Gambar 01 Gambar Tampak, Potongan
Gambar 02
Gambar 03
Gambar 04
dstnya
8. Keterangan ( bila ada )
Kerja Proyek Perencanaan I - 46
BAB V. PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil2 perhitungan yang didapatkan bahwa untuk masalah :
a. PLAT , dengan panel ukuran 6 * 6 diperlukan tebal plat 12 – 13 cm
other wise deflection should be control that not more than allowable.
b. BALOK , dengan dimensi 400/600 memang didapatkan tulangan
minimum berarti dimensi terlalu besar tetapi tulangan lebih kecil.
c. PORTAL, untuk balok didapatkan nilai gaya dalam lebihkecil dari
pada balok memanjang karena berbeda dalam metode analisa gaya
dalam. Gaya horizontal diambil 5% dari beban gravitasi ternyata
cukup besar . Gaya ini memang dibutuhkan pada analisa kolom beton
SK-SNI
d. PONDASI, (metode elastis ) untuk dimensi plat persegi pondasi
dangkal dapat digunakan sampai tiga lantai tetapi bila lebih dari tiga
lantai harus menggunakan kombinasi plat menerus atau penambahan
tiang kecil mini pile untuk mendukung beban reaksi kolom.
SARAN
a. Analisa perhitungan disini sebagian besar menggunakan program
EXCEL Perhitungan akan lebih cepat bila pemakai menguasai
ketrampilan penggunaan EXCEL program.
b. Asumsi sebaiknya mengambil dari perhitungan sebelumnya.