bab i pendahuluan - · pdf filebeban titik individual seperti kolom struktural. ... dari...

30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung di atas permukaan tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang disebut pondasi. Pondasi adalah bagian dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh berat dari bangunan dan meneruskannya ke tanah dibawahnya. Untuk membuat pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah. Pada umumnya lapisan tanah di permukaan setebal ± 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung yang baik. Oleh karena itu, dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan tanah humus ini. Untuk menjamin kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang cukup besar, maka dasar pondasi harus diletakkan pada kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan tanah sampai mencapai lapisan tanah asli yang keras. Lebar galian tanah untuk memasang pondasi dibuat secukupnya saja asal sudah dapat untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah terusik, sama sekali akan berubah baik sifatnya maupun kekuatannya. Seperti sebuah pensil, kalau ujung yang lancip ditekan pada telapak tangan akan terasa sakit dan lebih mudah masuk ke dalam daging. Sebaliknya pada pangkal yang tumpul tidak akan terasa sakit dan tidak mudah masuk ke dalam daging. Hal ini berlaku juga pada pondasi, bila dasar pondasi lebarnya hanya sekecil saja, maka daya dukung bangunannya hanya kecil dan lebih mudah amblas ke dalam lapisan tanah dibawahnya. Sebaliknya dengan lebar pondasi yang besar, daya dukungnya juga semakin besar dan tidak mudah amblas ke dalam lapisan tanah dibawahnya. Dengan kata lain, makin berat beban bangunan yang harus didukung, makin besar pula daya dukung tanah yang diperlukan dan makin lebar pula dasar pondasinya. Secara umum terdapat dua macam pondasi yaitu Pondasi Dangkal (Shallow Foundations) dan Pondasi Dalam (Deep Foundations). Yang termasuk dalam pondasi dangkal ialah pondasi memanjang, pondasi tapak,

Upload: lykhanh

Post on 30-Jan-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung di atas

permukaan tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang

disebut pondasi. Pondasi adalah bagian dari bangunan yang berfungsi

mendukung seluruh berat dari bangunan dan meneruskannya ke tanah

dibawahnya. Untuk membuat pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah.

Pada umumnya lapisan tanah di permukaan setebal ± 50 cm adalah lapisan

tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung yang baik.

Oleh karena itu, dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan tanah

humus ini. Untuk menjamin kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung

tanah yang cukup besar, maka dasar pondasi harus diletakkan pada kedalaman

lebih dari 50 cm dari permukaan tanah sampai mencapai lapisan tanah asli

yang keras. Lebar galian tanah untuk memasang pondasi dibuat secukupnya

saja asal sudah dapat untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah

terusik, sama sekali akan berubah baik sifatnya maupun kekuatannya.

Seperti sebuah pensil, kalau ujung yang lancip ditekan pada telapak tangan

akan terasa sakit dan lebih mudah masuk ke dalam daging. Sebaliknya pada

pangkal yang tumpul tidak akan terasa sakit dan tidak mudah masuk ke dalam

daging. Hal ini berlaku juga pada pondasi, bila dasar pondasi lebarnya hanya

sekecil saja, maka daya dukung bangunannya hanya kecil dan lebih mudah

amblas ke dalam lapisan tanah dibawahnya. Sebaliknya dengan lebar pondasi

yang besar, daya dukungnya juga semakin besar dan tidak mudah amblas ke

dalam lapisan tanah dibawahnya. Dengan kata lain, makin berat beban

bangunan yang harus didukung, makin besar pula daya dukung tanah yang

diperlukan dan makin lebar pula dasar pondasinya.

Secara umum terdapat dua macam pondasi yaitu Pondasi Dangkal

(Shallow Foundations) dan Pondasi Dalam (Deep Foundations). Yang

termasuk dalam pondasi dangkal ialah pondasi memanjang, pondasi tapak,

2

pondasi raft, dan pondasi rollag bata. Sedangkan yang termasuk dalam

pondasi dalam ialah pondasi tiang pancang (pile), pondasi dinding diafragma,

pondasi trucuk, dan pondasi caissons.

Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan

terhadap beratnya sendiri, beban-beban bangunan (beban isi bangunan), dan

gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi, dan sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah

1) Jelaskan macam-macam pondasi?

2) Jelaskan beban-beban yang bekerja di atas pondasi?

3) Bagaimanakah cara pelaksanaan pemasangan pondasi di lapangan?

1.3. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui macam-macam pondasi.

2) Untuk mengetahui beban-beban apa saja yang bekerja di atas pondasi.

3) Untuk mengetahui cara pelaksanaan pemasangan atau pembuatan pondasi

di lapangan.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Macam-Macam Pondasi

1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundations)

Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah,

umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi

sampai dengan kedalaman kurang dari 3 m.

Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang baku, tetapi

merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau

kondisi permukaan lainnya akan mempengaruhi kapasitas daya dukung

pondasi dangkal. Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah

permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang

dikenakan, dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan

juga tidak terlalu tinggi. Pondasi dangkal umumnya tidak cocok dalam

tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan

kepadatan yang buruk, pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah

gambut, lapisan tanah muda, dan jenis tanah deposito aluvial, dan lain

sebagainya.

Jenis-jenis pondasi dangkal yaitu :

a. Pondasi Tapak (Pad Foundations)

4

Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk mendukung

beban titik individual seperti kolom struktural. Pondasi pad ini dapat

dibuat dalam bentuk bulatan (melingkar) dan persegi (rectangular). Jenis

pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang dengan ketebalan

yang seragam, tetapi pondasi pad dapat juga dibuat dalam bentuk

bertingkat atau haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan

beban dari kolom berat. Selain pondasi tapak diterapkan dalam pondasi

dangkal, dapat juga digunakan untuk pondasi dalam.

Pondasi tapak biasa digunakan untuk bangunan bertingkat atau

bangunan di atas tanah lembek, dengan kedalaman lebih kurang 1 - 2

meter. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang yang dibentuk seperti tapak

dan letaknya tepat di bawah kolom/tiang. Kedalaman pondasi ini

disesuaikan sampai mencapai tanah keras.

Kebutuhan Bahan Pondasi Tapak :

- Batu pecah/split 2 - 3 (ukuran diameter batu = 2 - 3 cm).

- Batu pecah/split tersebut diatas dapat diganti dengan kerikil.

- Pasir beton.

- Semen PC.

- Besi beton.

- Papan kayu sebagai bekisting (papan cetakan).

5

Kelebihan Pondasi Tapak :

- Biaya pondasi ini relatif murah.

- Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja).

- Dapat digunakan untuk bangunan mulai 1 lantai sampai ketinggian 4

lantai.

- Sistem pengerjaannya relatif mudah, apabila proses pengecoran

dilakukan ditempat (di lubang galian pondasi tersebut).

Kekurangan Pondasi Tapak :

- Apabila pembuatan struktur pondasi tapak dibuat diluar lubang galian

pondasi, maka diperlukan waktu pengerjaan lebih lama, karena

pondasi tapak dibuat/dicetak dengan menggunakan bekisting/cetakan

terlebih dulu.

- Diperlukan waktu untuk menunggu beton kering sesuai umur beton,

agar dapat dipindahkan ke posisi lubang pondasi tapak (yang telah

digali sebelumnya).

- Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur, dari segi pembesian

dan desain penulangannya.

- Waktu pengerjaan pondasi ini harus lebih dini, karena memerlukan

waktu pengeringan selama 28 hari agar bisa digunakan.

b. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations)

5

Kelebihan Pondasi Tapak :

- Biaya pondasi ini relatif murah.

- Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja).

- Dapat digunakan untuk bangunan mulai 1 lantai sampai ketinggian 4

lantai.

- Sistem pengerjaannya relatif mudah, apabila proses pengecoran

dilakukan ditempat (di lubang galian pondasi tersebut).

Kekurangan Pondasi Tapak :

- Apabila pembuatan struktur pondasi tapak dibuat diluar lubang galian

pondasi, maka diperlukan waktu pengerjaan lebih lama, karena

pondasi tapak dibuat/dicetak dengan menggunakan bekisting/cetakan

terlebih dulu.

- Diperlukan waktu untuk menunggu beton kering sesuai umur beton,

agar dapat dipindahkan ke posisi lubang pondasi tapak (yang telah

digali sebelumnya).

- Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur, dari segi pembesian

dan desain penulangannya.

- Waktu pengerjaan pondasi ini harus lebih dini, karena memerlukan

waktu pengeringan selama 28 hari agar bisa digunakan.

b. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations)

5

Kelebihan Pondasi Tapak :

- Biaya pondasi ini relatif murah.

- Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja).

- Dapat digunakan untuk bangunan mulai 1 lantai sampai ketinggian 4

lantai.

- Sistem pengerjaannya relatif mudah, apabila proses pengecoran

dilakukan ditempat (di lubang galian pondasi tersebut).

Kekurangan Pondasi Tapak :

- Apabila pembuatan struktur pondasi tapak dibuat diluar lubang galian

pondasi, maka diperlukan waktu pengerjaan lebih lama, karena

pondasi tapak dibuat/dicetak dengan menggunakan bekisting/cetakan

terlebih dulu.

- Diperlukan waktu untuk menunggu beton kering sesuai umur beton,

agar dapat dipindahkan ke posisi lubang pondasi tapak (yang telah

digali sebelumnya).

- Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur, dari segi pembesian

dan desain penulangannya.

- Waktu pengerjaan pondasi ini harus lebih dini, karena memerlukan

waktu pengeringan selama 28 hari agar bisa digunakan.

b. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations)

6

Pondasi jalur/pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi

menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban

memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau

beban kolom, dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat dan

fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga

pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan.

Pondasi jalur/pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam

bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Biasanya

digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk

pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton

tanpa tulangan, dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan

catatan tidak mendukung beban struktural.

Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi

tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80

cm dengan lebar tapak lebih kurang sama dengan tingginya.

Kebutuhan bahan Pondasi Jalur/Memanjang :

- Batu pecah atau batu kali (batu mangga).

- Pasir pasang.

- Semen PC.

Kelebihan Pondasi Jalur/Memanjang :

- Pelaksanaan pondasi mudah.

- Waktu pengerjaan pondasi relatif lebih cepat.

- Biaya pelaksanaan relatif lebih murah, jika menggunakan batu kali

(batu mangga).

- Batu pecah relatif lebih mudah didapat (untuk daerah pulau Jawa).

Kekurangan Pondasi Jalur/Memanjang :

- Pada daerah-daerah tertentu batu pecah susah didapat, tetapi dapat

diganti dengan batu kali.

7

- Membuat pondasi ini memerlukan cost/biaya besar, apabila

menggunakan batu pecah.

- Pondasi ini tidak dianjurkan untuk rumah bertingkat 2 atau lebih.

c. Pondasi Tikar (Raft Foundations)

Pondasi tikar/pondasi raft digunakan untuk menyebarkan beban

dari struktur atas area yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area

struktur. Pondasi raft digunakan ketika beban kolom atau beban struktural

lainnya berdekatan dan pondasi pad saling berinteraksi.

Pondasi raft biasanya terdiri dari plat beton bertulang yang

membentang pada luasan yang ditentukan. Pondasi raft memiliki

keunggulan mengurangi penurunan setempat dimana plat beton akan

mengimbangi gerakan differensial antara posisi beban. Pondasi raft

sering dipergunakan pada tanah lunak atau longgar dengan kapasitas daya

tahan rendah karena pondasi raft dapat menyebarkan beban di area yang

lebih besar.

Pondasi ini lebih kuat jika dibanding dua jenis pondasi dangkal

lainnya, pondasi tapak dan pondasi menerus. Ini disebabkan seluruhnya

terbuat dari beton bertulang. Harganya lebih murah dibandingkan dengan

pondasi batu kali untuk bangunan rumah bertingkat.

Ukuran lebar pondasi ini sama dengan lebar bawah pondasi batu

kali, yaitu 70 - 120 cm. Ini disebabkan fungsi pondasi raft adalah

menggantikan pondasi batu belah bila batu belah sulit didapat, atau

memang sudah ada rencana pengembangan rumah ke atas.

Kelebihan Pondasi Raft :

- Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya.

- Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang terdapat

kolom strukturnya.

8

- Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding

pondasi batu belah, baik sebagai penopang beban vertikal maupun

gaya horizontal seperti gempa, angin, ledakan, dan lain-lain.

Kekurangan Pondasi Raft :

- Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (persiapan

lebih lama).

- Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton

kering/sesuai umur beton).

- Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.

- Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.

- Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah

dilakukan galian tanah.

d. Pondasi Rollag Bata

Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang

diaplikasikan untuk menopang berat beban pada bangunan. Namun, pada

saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan. Selain mahal,

pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki

kekuatan yang bisa diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakan

untuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.

2. Pondasi Dalam (Deep Foundations)

Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan di permukaan tanah

dengan kedalaman tertentu dimana daya dukung dasar

pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi permukaan tanah,

9

pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah

elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk

pondasi tiang pancang, dinding pancang, dan caissons atau pondasi

kompensasi.

Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke

lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalaman yang tertentu sampai

didapat jenis tanah yang mendukung daya beban struktur bangunan

sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat

dihindari.

Jenis-jenis pondasi dalam yaitu :

a. Pondasi Pile

Pondasi pile merupakan jenis pondasi yang dibuat dalam

berbentuk ramping yang ditujukan untuk mengirimkan beban melalui

jenis lapisan tanah dengan jenis daya dukung rendah hingga tercapai

jenis tanah yang lebih dalam atau lapisan batuan yang memiliki

kapasitas daya dukung yang tinggi. Pondasi pile digunakan ketika dengan

pertimbangan nilai ekonomi, konstruksi, atau tanah yang diinginkan untuk

mengirimkan beban diluar jangkauan praktis dibandingkan menggunakan

jenis pondasi dangkal. Selain mendukung struktur, pondasi pile juga

digunakan untuk menahan beban struktur melawan gaya angkat dan juga

membantu struktur dalam melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling.

Pondasi pile dapat dijumpai dalam berbagai jenis misalnya v pile

dan beton pancang, dimana secara struktural pondasi pile sebelum beban

10

dari kolom diteruskan terhadap pile, maka diatas pile sendiri dibuat

konstruksi penghubung yang biasanya disebut dengan pile cap.

Pondasi pile (tiang pancang) bisa menggunakan tiang beton dan

juga tiang baja. Untuk pondasi tiang pancang yang terbuat dari beton

biasanya penampangnya bisa berbentuk (bujur sangkar, lingkaran, H, dan

segitiga) dan untuk tiang baja biasanya menggunakan pipa baja yang tahan

terhadap korosi tanah.

Pondasi pile ini biasa digunakan untuk bangunan yang memiliki

bobot yang tinggi (bangunan berat atau bertingkat banyak), karena

bangunan berat ini membutuhkan jenis pondasi yang lebih kuat, yang tidak

bisa didapat apabila menggunakan pondasi dangkal.

Dalam pelaksanaannya pondasi pile ini biasanya terdiri dari 2 atau

lebih tiang pancang yang disatukan dengan balok poer (Pile Cap)

diatasnya (seperti gambar di atas). Selanjutnya kolom konstruksi bangunan

dapat didirikan di atas Pile Cap tersebut.

Bentuk Tiang Pancang Segitiga :

Tiang bentuk ini mempunyai luas selumut yang besar, oleh karena

itu cocok untuk tiang yang mengandalkan friksi (geser).

11

Bentuk Tiang Pancang Bujur Sangkar :

Bentuk ini sangat cocok untuk tiang yang dipancang sampai tanah

keras karena efektif memikul beban.

Bentuk Tiang Pancang Bulat :

Bentuk ini sangat cocok untuk tiang yang dipancang sampai tanah

keras karena efektif memikul beban. Selain itu tiang ini mampu memikul

gaya lateral yang besar disebabkan momen inersia yang besar.

12

Bentuk Tiang Pancang H :

Tiang bentuk ini mempunyai luas selumut yang besar, oleh karena

itu cocok untuk tiang yang mengandalkan friksi (geser).

b. Pondasi Piers (Dinding Diafragma)

Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat

struktural yang dibuat dengan cara melakukan penggalian dalam,

kemudian struktur pondasi piers dipasangkan ke dalam galian tersebut.

Satu keuntungan pondasi piers adalah bahwa pondasi jenis ini lebih

murah dibandingkan dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi

menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika lempengan pondasi

yang sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran, maka kekuatan jenis

pondasi tidak menjadi normal. Pondasi piers standar dapat dibuat dari

beton bertulang pre-cast. Oleh karena itu, aturan perencanaan pondasi

piers terhadap balok beton diafragma adalah mengikuti setiap ukuran

ketinggian pondasi yang direncanakan.

Pondasi piers dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel struktur

adalah sistem kolom vertikal yang terbuat dari beton bertulang

ditempatkan di bawah bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang

sudah digali. Lempengan beton diafragma ini mentransfer beban

bangunan terhadap tanah.

Balok dibangun di atas dinding diafragma vertikal (pondasi piers)

yang menahan dinding rumah atau struktur. Banyak rumah didukung

13

sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton yang dipasang juga

berguna sebagai dinding pada ruang bawah tanah, dimana ruang tersebut

digunakan sebagai gudang penyimpanan atau taman. Beton pondasi piers

biasanya dibuat dalam bentuk pre-cast dalam berbagai ukuran dan bentuk,

dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi memanjang dengan

ketinggian sesuai dengan ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton

dapat juga dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup

kering kemudian dimasukkan ke dalam tanah yang sudah digali dan

disusun secara bersambungan. Setelah tersusun dengan baik kemudian

baru dilanjutkan dengan konstruksi diatasnya.

c. Pondasi Caissons (Bor Pile)

Pondasi caissons (bor pile) adalah bentuk pondasi dalam yang

dibangun di dalam permukaan tanah, pondasi ditempatkan sampai

kedalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lubang dengan

sistem pengeboran atau pengerukan tanah.

Setelah kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile

dilakukan dengan pengecoran beton bertulang terhadap lubang yang sudah

di bor. Sistem pengeboran dapat dilakukan dalam berbagai jenis baik

sistem manual maupun sistem hidrolik. Besar diameter, kedalaman galian,

dan juga sistem penulangan beton bertulang didesain berdasarkan daya

dukung tanah dan beban yang akan dipikul. Fungsional pondasi ini juga

hampir sama pondasi pile yang mana juga ditujukan untuk menahan

14

beban struktur, melawan gaya angkat, dan juga membantu struktur dalam

melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling.

Sistem kerja pondasi ini hampir sama dengan Pondasi Pile (Tiang

Pancang), yaitu meneruskan beban struktur bangunan di atas ke tanah

dasar dibawahnya sampai kedalaman tanah yang dianggap kuat (memiliki

daya dukung yang cukup). Untuk itu diperlukan kegiatan Sondir

sebelumnya, agar daya dukung tanah di bawah dapat diketahui pada

kedalaman berapa meter yang dianggap memadai untuk mendukung

konstruksi diatas yang akan dipikul nantinya.

Jenis pondasi ini cocok digunakan untuk lokasi pekerjaan yang

disekitarnya rapat dengan bangunan orang lain, karena proses pembuatan

pondasi ini tidak menimbulkan efek getar yang besar, seperti pembuatan

pondasi pile (tiang pancang) yang pemasangannya dilakukan dengan cara

pukulan memakai Beban/Hammer.

d. Pondasi Trucuk

Pondasi ini digunakan jika ingin mendirikan bangunan diatas tanah

berawa atau tanah bekas timbunan tempat sampah. Trucuk mempunyai

fungsi untuk memadatkan tanah. Trucuk ada berbagai jenis, ada yang dari

bambu, kayu, beton, baja, dan lain sebagainya. Trucuk dari bambu bisa

lebih kuat daripada beton jika sebelum pemasangannya diberi lapisan-

lapisan tertentu.

15

2.2. Beban-Beban yang Bekerja di atas Pondasi

Beban-beban yang bekerja di atas pondasi adalah berat pasangan bata

termasuk kolom praktisnya, berat atap, berat plafon, berat balok sloof dan

balok keliling atas, berat sendiri pondasi, dan berat tanah di atas pondasi.

1. Berat Pasangan Bata Termasuk Kolom Praktisnya

Berat pasangan bata dengan perekat 1 kp : 1 sm : 1 ps adalah 1.700 kg/m3.

Bila dipakai perekat 1 semen : 2 pasir, beratnya = 2.000 kg/m3. Untuk

pasangan bata dengan perekat campuran kapur dan semen atau sebagian

pakai perekat kapur dan sebagian lagi dengan perekat semen dapat dipakai

berat rata-rata = 1.800 kg/m3. Berat ini sudah termasuk plesterannya, jadi

tebal pasangan bata yang dipakai adalah :

- 15 cm untuk pasangan ½ batu, dan

- 30 cm untuk pasangan 1 batu, walaupun mungkin pada kenyataannya

tebal sesungguhnya kurang dari ukuran tersebut. Kolom praktisnya

dapat dianggap sebagai berat pasangan bata.

2. Untuk balok sloof dan balok keliling dari konstruksi beton bertulang

dipakai berat = 2.400 kg/m3.

3. Penutup atap dari genteng + usuk + reng = 50 kg/m2.

Bila termasuk gordingnya diapaki berat = 110 kg/m2.

Penutup atap sirap + usuk + reng = 40 kg/m2.

Penutup asbes + gording = 50 kg/m2.

Berat kuda-kuda kayu = 60 kg/m.

4. Berat plafon eternit + penggantung = 20 kg/m2.

5. Berat pondasi batu kali = 2.200 kg/m3.

6. Tanah kering udara – lembab = 1.700 kg/m3, tanah basah = 2.000 kg/m3,

berat ini berlaku juga untuk pasir.

16

Adapun sebagai tambahan beban-beban yang bekerja di atas pondasi

adalah :

1. Beban Mati

Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan

yang bersifat tetap, termasuk segala bagian tambahan, mesin-mesin serta

perlengkapan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

bangunan itu.

2. Beban Hidup

Beban hidup adalah beban yang sifatnya dapat beubah-ubah atau

begerak sesuai dengan penggunaan bangunan (ruangan) yang bukan

bagian dari konstruksi bangunan. Beban hidup dapat menopang pada

beban mati yang dapat berubah dalam jangka waktu pendek sesuai

pergerakan atau pemindahan benda dan dapat juga berubah dalam jangka

waktu panjang. Adapun jenis beban hidup yang ada pada bangunan

meliputi : manusia, furniture, kendaraan, dan gerakan yang terjadi seperti

ledakan.

3. Beban Angin

Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada bangunan atau

bagian bangunan yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.

Beban angin diperhitungkan karena angin besar dapat menekan bangunan

dan mempengaruhi kekuatannya. Bila kecepatan angin di suatu daerah

rata-rata konstan, maka hal ini dapat disebut statis. Apabila perubahannya

besar maka termasuk tekanan dinamis. Tekanan dinamis ini dipengaruhi

oleh faktor-faktor lingkungan seperti kekasaran dan bentuk kerampingan

bangunan, dan letak bangunan yang berdekatan satu sama lain.

4. Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja

pada bangunan atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari

17

pergerakan tanah akibat gempa itu. Pengaruh gempa pada struktur

ditentukan berdasarkan analisa dinamik, maka yang diartikan dalam beban

gempa yaitu gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh tanah

akibat gempa itu.

5. Berat Additional

Beban additional adalah beban yang memiliki nilai yang lebih

besar dari nilai beban mati atau beban hidup dan merupakan bagian dari

struktur yang harus ditinjau. Diantara beban additional adalah tendon air di

atas bangunan, kuda-kuda, tangga, dan lift.

18

2.3. Cara Pelaksanaan Pemasangan Pondasi di Lapangan

1. Cara Pelaksanaan Pemasangan Pondasi Batu Kali di Lapangan

Pondasi adalah struktur pada bangunan yang terletak paling bawah

yang berfungsi untuk meneruskan beban dari struktur atas ke tanah. Secara

garis besar pondasi ada 2 jenis yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.

Pondasi dangkal salah satunya jenisnya adalah pondasi batu kali. Ada

beberapa tahapan dalam pelaksanaan pembuatan pondasi batu kali antara

lain :

- Pekerjaan Persiapan.

- Pekerjaan Galian.

- Pekerjaan Urugan Pasir.

- Pekerjaan Pasangan Pondasi.

- Pekerjaan Persiapan

Rencanakan urutan galian, urutan pemasangan pondasi batu kali,

tempat penimbunan tanah hasil galian sementara sebelum diangkut keluar

dari site, juga tempat penimbunan sementara batu-batu kali tersebut

sebelum dipasang.

- Pekerjaan Galian

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pekerjaan galian adalah :

a) Siapkan alat-alat yang diperlukan.

b) Menggali tanah dengan ukuran lebar sama dengan lebar pondasi

bagian bawah dengan kedalaman yang disyaratkan.

c) Menggali sisi-sisi miringnya, sehingga diperoleh sudut kemiringan

yang tepat.

d) Buang tanah sisa galian ke tempat yang telah ditentukan.

e) Cek posisi, lebar, kedalaman, dan kerapiannya sesuai dengan rencana.

19

Rencana Galian Pondasi

- Pekerjaan Urugan Pasir

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pekerjaan urugan pasir

adalah :

a) Pasir urug diratakan pada dasar galian dan disiram air untuk

mendapatkan kelembaban yang optimum untuk pemadatan.

b) Padatkan pasir urug tersebut dengan memakai alat stamper.

c) Jika diperlukan ulangi langkah satu dan dua, sehingga didapatkan

tebal pasir urug seperti yang direncanakan.

Pekerjaan Urugan Pasir

- Pekerjaan Pasangan Pondasi

Pada pekerjaan pasangan pondasi ada 2 tahap yaitu pembuatan

profil dan pemasangan batu kali.

20

Pembuatan Profil

a) Pasang patok batu untuk memasang profil (2 patok untuk tiap

profil). Profil dipasang pada setiap ujung lajur pondasi.

b) Pasang bilah batu datar pada kedua patok, setinggi profil.

c) Pasang profil benar-benar tegak lurus dan bidang atas profil datar.

Usahakan titik tengah profil tepat pada tengah-tengah galian yang

direncanakan dan bidang atas profil sesuai peil pondasi.

d) Ikat profil tersebut pada bilah datar yang dipasang antara 2 patok

dan juga dipaku agar lebih kuat.

e) Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi, dan

ikatkan dengan profil, sehingga menjadi kuat dan kokoh.

f) Cek ketegakan/posisi profil dan ukuran-ukurannya, perbaiki jika

ada yang tidak tepat, demikian juga peilnya.

Pemasangan Batu Kali

a) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.

b) Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm

dari permukaan urugan pasir.

c) Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut.

d) Susun batu-batu di atas lapisan pasir urug tanpa adukan

(aanstamping) dengan tinggi 25 cm dan isikan pasir dalam celah-

celah batu tersebut, sehingga tak ada rongga antar batu kemudian

siramlah pasangan batu kosong tersebut dengan air.

e) Naikkan benang pada 25 cm berikutnya dan pasang batu kali

dengan adukan, sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar

pasangan tersebut rata.

21

Pembuatan Profil Batu Kali

2. Cara Pelaksanaan Pembuatan Pondasi Tiang Bor

- Pengeboran

Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang

bor, kedalaman, dan diameter tiang bor, juga terdapatnya batuan atau

material dibawah permukaan tanah menjadi parameter utama

dipilihnya alat-alat bor. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan

metode dan peralatan yang cocok. Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata

22

bor-nya stack dibawah. Ini contoh mesin bor dan auger dengan

berbagai ukuran siap ngebor.

Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi untuk

menghindari tanah di tepi lubang berguguran, maka perlu dipasang

casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang

lebih sama dengan diameter lubang bor.

Perhatikan mesin bornya beda, tetapi pada prinsipnya cara

pemasangan casing sama, diangkat dan dimasukkan pada lubang bor.

Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah, secukupnya. Kalau

menunggu sampai ke bawah, maka tanah berguguran semua dan

lubang bisa tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting.

Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan.

Gambar di atas, mata auger sudah diganti dengan Cleaning Bucket

yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.

23

Cleaning Bucket dan Belling Tools

Setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai

kedalaman rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah

kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan

manual.

Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga

diperiksa dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah

sama seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang

bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya

diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili, tetapi dengan

proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi

kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor.

Apabila kedalaman dan lubang bor telah siap, maka selanjutnya

adalah penempatan tulangan rebar.

24

Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam, maka penulangan harus

disambung dilapangan sedangkan mengangkatnya bertahap.

Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.

- Pengecoran Beton

Setelah proses pemasangan tulangan baja, maka proses selanjutnya

adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis

yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses

pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka

gagal pula pondasi tersebut secara keseluruhan.

Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi

benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah

atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian

yang tidak tepat.

Adanya air pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan

alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang

yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.

25

Foto diatas disebut pipa tremi. Ujung di bagian bawah agak

khusus, tidak berlubang biasa, tetapi ada detail khusus sehingga

lumpur tidak masuk ke dalam, tetapi beton di dalam pipa bisa

mendorong keluar.

Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang

di ujung atas pipa tremi, tempat memasukkan beton segar.

Foto di atas ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di bagian

lain, terlihat mesin bor (warna kuning) yang difungsikan crane-nya

(mata bornya tidak dipasang, mesin bor non-aktif).

Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan

dalam lubang bor.

Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan

ujung atas yang ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol

(dipegang) dan tidak jenuh. Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa

seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat.

26

Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymix dapat

menuangkan langsung ke corong pipa tremi seperti kasus diatas.

Pipa tremi yang dipasang tadi perlu dicabut lagi. Kalau beton yang

dituang terlalu banyak, maka pencabutan pipa yang tertanam menjadi

susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremi, beton pada

bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi

segresi, tercampur dengan tanah. Jadi perlu feeling yang tepat untuk

melakukan proses ini. Pengalaman kerja sangat menentukan disini.

Jika salah akan mengakibatkan pondasi gagal, cost atau biayanya akan

bertambah besar.

Jika beton yang dicor sudah semakin ke atas (volumenya semakin

banyak), maka pipa tremi harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan

bagian pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini karena

pengecoran beton masih diteruskan, maka diperlukan bucket karena

beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.

Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan

ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan

air atau lumpur karena berat jenis beton lebih besar dari berat jenis

lumpur maka beton makin lama, makin kuat untuk mendesak lumpur

27

naik ke atas. Jadi pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau

lumpur. Gambar foto di atas menunjukkan air/lumpur mulai terdorong

ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton.

Proses pengecoran ini memerlukan supply beton continuous,

bayangkan saja bila ada keterlambatan beberapa jam. Jika sampai

terjadi setting, maka pipa treminya bisa tertanam di bawah dan tidak

bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu dicabut, maka tiang beton bisa

tidak continue. Jadi bagian logistik/pengadaan beton harus

memperhatikan.

Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka

pada akhirnya beton dapat muncul dari kedalaman lubang. Jadi

pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan

penarikan, maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton

segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan

agar tidak terjadi segresi atau tercampur dengan lumpur.

28

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Secara umum terdapat dua macam pondasi yaitu Pondasi Dangkal

(Shallow Foundations) dan Pondasi Dalam (Deep Foundations). Yang

termasuk dalam pondasi dangkal ialah pondasi memanjang, pondasi tapak,

pondasi raft, dan pondasi rollag bata. Sedangkan yang termasuk dalam

pondasi dalam ialah pondasi tiang pancang (pile), pondasi dinding diafragma,

pondasi trucuk, dan pondasi caissons.

Pondasi harus dibuat dan direncanakan pada keadaan yang paling aman

bagi konstruksi bangunan diatasnya, dimana beban konstruksi bangunan yang

didukung oleh pondasi yaitu berat pasangan bata termasuk kolom praktisnya,

berat atap, berat plafon, berat balok sloof dan balok keliling atas, berat sendiri

pondasi, dan berat tanah di atas pondasi, serta beban tambahan atau beban luar

seperti tekanan angin, gempa bumi, dan lain sebagainya.

Cara pelaksanaan pembuatan atau pemasangan pondasi pun harus

diperhatikan baik secara fungsional maupun struktural. Secara fungsional

yaitu mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik beban-beban

diatasnya sedangkan secara struktural yaitu tidak amblas dan tidak berubah

bentuk.

3.2. Saran

Untuk melaksanakan pembuatan atau pemasangan pondasi dangkal

maupun pondasi dalam harus dilakukan terlebih dahulu penyelidikan tanah

(soil investigation) supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan pondasi

dan biaya pengerjaannya hemat.

29

REFERENSIAndarias, Art. 2012. “Macam-Macam Pondasi Teknik Sipil”. http://art-

andarias.blogspot.com/2012/03/macam-macam-pondasi-teknik-sipil.html.20 April 2013.

Kiaarch. 2013. “Jenis-Jenis Pondasi”.http://kiaarch02.blogspot.com/2013/04/jenis-jenis-pondasi.html. 20 April2013.

Kompasiana, Edukasi. 2012. “Gaya dan Beban Pada Bangunan”.http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/11/gaya-dan-beban-pada-bangunan-445571.html. 20 April 2013.

Robert. 2012. “Metode Pelaksanaan Pondasi Batu Kali”.http://robertdesignstructure.blogspot.com/2012/12/metode-pelaksanaan-pondasi-batu-kali.html. 20 April 2013.

Sipil, Proyek. 2012. “Pondasi Tapak Biasa Disebut Juga”.http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/pondasi-tapak-biasa-disebut-juga.html. 20 April 2013.

Sipil, Proyek. 2012. “Pondasi Batu Kali Biasa Disebut Juga”.http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/pondasi-batu-kali-biasa-disebut-juga.html. 20 April 2013.

Sipil, Proyek. 2012. “Sekilas Tentang Pondasi Bor Pile”.http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/sekilas-tentang-pondasi-bor-pile.html. 20 April 2013.

Sipil, Proyek. 2012. “Sekilas Tentang Pondasi Piers”.http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/sekilas-tentang-pondasi-piers.html. 20 April 2013.

30

Sipil, Proyek. 2012. “Sekilas Tentang Pondasi Pile”.http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/sekilas-tentang-pondasi-pile.html.20 April 2013.

Undip. “Pengertian dan Macam Pondasi”.http://eprints.undip.ac.id/28167/1/pengertian_dan_macam_pondasi.pdf. 20April 2013.