bab 2 pancang
DESCRIPTION
pemancangganTRANSCRIPT
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Beton
Beton adalah campuran agregat halus, kasar, semen dan air dengan
perbandingan tertentu. Beton juga dapat diartikan sebagai bahan bangunan
dan konstruksi yang sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan
mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan
yang dipilih.1
Keuntungan dan kerugian pemakaian beton:
Keuntungan:
1. Bahan dasar yang mudah diperoleh (Ekonomis)
2. Mampu menerima kuat tekan yang tinggi
3. Dapat dibuat sesuai dengan bentuk yang dikehendaki
4. Awet, Tahan terhadap temperatur tinggi, mudah pemeliharaanya.
Kerugian:
1. Kemampuan menerima kuat tarik rendah
2. Perubahan suhu (muai susut) hingga retak-retak ringan
3. Rayapan (Creep) perubahan berangsur-angsur akibat pembebanan
4. Mutu tergantung pada: sifat bahan dasar dan cara pengerjaan
5. Tidak dapat digunakan sebagai bangunan sementara
2.1.1 Beton Precast (Pracetak)
Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton
dengan komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada
suatu tempat khusus (off site fabrication), terkadang komponen-komponen
tersebut disusun dan disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan
selanjutnya dipasang di lokasi (instalation), dengan demikian sistem
pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi monolit terutama pada
1 Dr.Wuryati & Candra R, Teknologi Beton7
aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan pula oleh metoda
pelaksanaan dari pabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta
ditentukan pula oleh teknis perilaku sistem pracetak dalam hal cara
penyambungan antar komponen join.2
Beberapa prinsip yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih
dari teknologi beton pracetak ini antara lain terkait dengan waktu, biaya,
kualitas, predictability, keandalan, produktivitas, kesehatan,
keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta
relocatability.3
Dalam hal ini beton pracetak memiliki beberapa kelebihan dan
kendala seperti:
Keuntungan Beton Pracetak:
a. Pengendalian mutu teknis dapat dicapai karena proses produksi
dikerjakan di pabrik dan dilakukan pengujian laboratorium.
b. Waktu pelaksanaan yang lebih singkat.
c. Dapat mmengurangi biaya pembanguanan.
d. Tidak terpengaruh cuaca.
Kendala Beton Pracetak:
a. Membutuhkkan investasi awal yang besar dan teknologi maju
b. Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian.
c. Diperlukan peralatan produksi.
d. Bangunan dalam skala besar.
2.2 Full Slab Precast
Full slab Precast merupakan plat lantai yang bahan utamanya terdiri dari
beton, baja tulangan dan baja prategang (strand) yang proses penarikanya
dilakukan sebelum dicor (pre-tension) dan setelah dicor (post-tension). Full
slab precast ini diproduksi di pabrik dengan skala besar dengan pengawasan
yang ketat.
2 Abduh, 20073 Gibb, 1999
8
Kelebihan dan keuntungan dalam penggunaan full slab precast ini tidak
jauh berbeda dengan penggunan konvensional yang hanya lebih unggul dalam
segi waktu dan mutu.
Kelebihan-kelebihan full slab precast:
1. Proses produksi berlangsung di pabrik sehingga mutu semakin terjamin
2. Berat sendiri lebih karena baja tulangan sebagian digantikan dengan baja
prategang (strand), sehingga beban yang dipikul konstruksi lainya
menjadi lebih ringan.
3. Lendutan akibat pembebanan penuh sangat kecil disebabkan karena
adanya lawan lendut akibat gaya prategang.
4. Ketahanan terhadap suhu tinggi jauh lebih baik dibanding dengan beton
konvensional yang disebabkan precompresion effect beton prategang.
Kekurangan full slab precast
1. Biaya Produksi yang lebih mahal.
2. Kecendrungan retak memanjang
2.3 Bahan
Bahan dasar yang digunakan pada full slab pecast adalah campuran beton
yang didalamnya terdapat tulangan-tulangan dan baja prategang untuk
menahan gaya tarik yang telah distressing di cetakan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah:
2.3.1 Portland Cement (PC)
Bahan ini adalah bahan yang penting dalam pembuatan campuran
pasangan maupun pembuatan beton. fungsi bahan portland cement ini
adalah sebagai bahan perekat campuran.
Portland cement yang disediakan harus sesuai dengan rencana kerja
dan syarat-syarat (RKS) dan peraturan Portland Semen Indonesia.
Sebelum portland cement digunakan dilapangan harus mendapatkan
persetujuan dari pengawas.
9
Syarat-syarat portland cement yang boleh dipakai dalam pelaksanaan
pekerjaan sebagai berikut :
a. Portland cement yang digunakan adalah Portland cement tipe 1.
b. Untuk suatu masa adukan beton tidak diperbolehkan mencampur
dua atau lebih jenis Portland cement yang berbeda.
c. Portland cement harus dijaga agar tetap kering dan segar sehingga
tidak ada bagian-bagian yang mengeras.
e. Setiap Portland cement yang datang harus diketahui dan diberi
tanda agar tahu mana yang sudah lama dan mana yang baru
datang. Hal ini untuk menghindari rusaknya Portland cement
karena lamanya penyimpanan.
e. Selama pengangkutan dan penyimpanan tidak diperbolehkan
Portland cement terkena air karena akan membuat Portland cement
membatu.
f. Cara penyusunan sedemikian rupa sehingga mudah dalam
pengontrolan dan pengambilan.
2.3.2 Air
Fungsi air dalam proyek pembangunan suatu konstruksi sipil sangat
penting, karena air merupakan bahan untuk mengikat atau menyatukan
bahan pengikat Portland cement terhadap bahan lain. Air yang digunakan
dalam campuran pasangan atau campuran beton harus memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan, seperti yang tercantum dalam Peraturan
Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971 pasal 3.6, yaitu :
1. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam,bahan-bahan
organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan/atau baja
tulangan. Dalam hali ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
2. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk
mengirim contoh air itu ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan
10
yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu
mengandung zat-zat yang merusak beton dan/atau tulangan.
3. Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat (2) itu
tidak dapat dilakukan, maka dalam hal adanya keragu0raguan
mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan antara
kekuatan tekan mortel semen + pasir dengan memakai air itu
dengan memakai air suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai,
apabila kekuatan tekan mortel dengan memakai air itu pada umur 7
dan 28 hari paling sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan mortel
yang menggunakan air suling pada umur yang sama.
4. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat
ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus
dilakukan setepat-tepatnya.
2.3.3 Agregat halus
Seperti halnya dengan Portland cement, aggregat halus merupakan
salah satu unsur penting dalam pembuatab campuran beton maupun
pasangan. Aggregat halus yang digunakan harus mempunyai persyaratan
seperti yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI)
1971 Pasal 3.3. Persyaratan-persyaratan tersebut sebagai berikut :
1. Aggregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan alam berupa pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.
2. Aggregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-
butir aggregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
tidak hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. Aggregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur lebih dari
5% maka aggregat halus harus dicuci, khususnya aggregat halus
untuk bahan pembuat beton.
11
4. Aggregat halus tidak boleh mengandungbahan-bahan organik
terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari
Abrams-Harder (dengan larutan NaOH). Aggregat halus yang tidak
memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, apabila
kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari
tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan aggregat yang sama
tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci
hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.
2.3.4 Agregat Kasar
Agregat kasar yang digunakan harus memenuhi persyaratan-
persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(PBBI) 1971 Pasal 3.4. Persyaratan-persyaratan tersebut sebagai berikut :
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa keriskil sebagai hasil
disintegrasi alam dari batuan-batuan atau berupa batu ecah yang
diperoleh dari pemecah batu.
2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat
dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui
20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditentukan terhadap berat kering).yang diartikan dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci.
4. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari seperlima jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari
tebal pelat atau tiga perempat dari jarak bersih maksimum di antara
batang-batang tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diijinkan,
12
apabila menurut penilaian pengawas ahli, cara-cara pengecoran beton
adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-
sarang kerikil.
2.3.5 Admixture
Bahan tambah adalah zat kimia yang ditambahkan pada campuran
beton selain pasir, kerikil, dan air pada tahap ula-mula sewaktu beton
masih segar. Admiture digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk
meningkatkan kinerja beton. beberapa tipe admixture, yaitu :
1. Bahan kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam
campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama
proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan
dalam pengecoran beton bahan tambah yang digunakan harus sesuai
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991.
Bahan tambah dapat dikarifikasikan sesuai dengan penggunaanya
sebagai berikut :
a) Type A- bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
penggunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio
dalam campuran sesuai dengan workability yang diinginkan.
b) Type B- bahan untuk memperlambat waktu pengikatan
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta
semen,sehingga memperlambat pengerasan dari beton, sehingga
c) Type C- bahan untuk mempercepat waktu pengikatan
d) Type D- campuran bahan pengurang kadar air dan bahan untuk
memperlambat waktu pengikatan
e) Type E- campuran bahan pengurang kadar air dan bahan untuk
mempercepat waktu pengikatan
f) Type F- bahan pengurang kadar air dengan tingkat tinggi atau
suplatisticizer.
13
2. Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti fly
as, pozzolan, silica fume yang ditambahkan kedalam campuran beton.
pengertian dari bahan tambah mineral, antara lain :
a. Fly as merupakan residu halus yang dihasilkan dari proses
pembakaran batu bara.
b. Pozzolan merupakan bahan yang mengandung silica dengan
alumunium yang bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida
pada temperatur biasa yang membentuk senyawa.
c. Silica fume merupakan pozzolan yang sangat halus dan berasal dari
elemen silica dan mengandung silica amorf.
Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar
spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2460-1991.4
2.3.6 Cetakan slab
Cetakan slab merupakan bahan yang terbuat dari baja atau kayu yang
berfungsi untuk mencetak full slab precast. Cetakan ini dibuat sesuai
dengan bentuk yang diinginkan dan mudah untuk dibongkar-pasang.
2.3.7 PC strand/Baja prategang
Merupakan untaian kawat dengan dimensi tertentu yang dipilin
sehingga membentuk kabel material utama dengan kekuatan tarik sesuai
spesifikasi. Strand ini berfungsi untuk menahan gaya tarik yang
ditransferkan kepada beton.
2.3.8 Baja tulangan
Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang memanjang dengan
berbagai diameter dan bentuk (Polos atau Ulir) yang digunakan sebagai
tulangan. Penenmpatan tulangan di dalam suatu penampang beton atau
konntruksi beton bertulang berfungsi untuk menahan gaya tarik yang
bekerja pada penampang tersebut.
4 Departemen Pekerjaan Umum, April 2003, Cetakan II14
Ada dua jenis baja tulangan, yaitu Tulangan polos (Round bar) dan
Tulangan ulir (Deformed bar). Sebagian besar baja tulangan yang
digunakan untuk konstruksi dermaga ini adalah produksi Krakatau Steel,
yang umumnya berupa tulangan polos untuk baja lunak, dan tulangan ulir
untuk baja keras.
Tabel 2.1 Sifat Mekanik Baja Tulangan
(Struktur Beton Bertulang Standar SNI)
Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam diameter, tetapi
karena ketentuan SNI hanya memperkenalkan pemakaiannya untuk
sengkang dan tulangan spiral, pemakaiannya terbatas. Saat ini
15
Simbol Mutu
Persyaratan Tarik
Tegangan Leleh Minimum (KN/cm²)
Kekuatan Tarik
Minimum (KN/cm²)
Perpanjangan Minimum
(%)
BJTP - 24 24 39 18BJTP - 30 30 49 14BJTD - 30 30 49 14BJTD - 35 35 50 18
BJTD - 40 40 57 16
tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga nerdiameter 16
mm, dengan panjang standar 12 mm.
Tabel 2.2 Dimensi Nominal Tulangan Polos
Diameter
(mm)Berat (kg/m) Keliling (cm)
Luas
Penampang
(cm²)
6 0,222 0,503 3,77
8 1,88 0,617 1,13
10 0,283 3,14 1,58
12 0,395 0,785 5,02
16 2,51 0,888 2,01
(Struktur Beton Bertulang Standar SNI)
Berdasarkan ketentuan SNI-T-15-1991-03 pasal 3.5, baja
tulangan ulir lebih diutamakan pemakaian untuk batang tulangan
beton struktur. Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah agar
struktur beton bertulng tersebut memiliki keandalan terhadap efek
gempa, karena terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan
tulangannya. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan
ulir, antara lain :
1). Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SNI-0316-86 atau
ekivalen dengan JIS G.3112.
2). Baja tulangan beton yang dianyam harus memenuhi
standar ASTM A 184 (Specification for Fabricated
Deform Steel Bar Mat for Concrete Reinforcement).
16
Tabel 2.3 Dimensi Efektif Tulangan Ulir
Diameter
(mm)Berat (kg/m) Keliling (cm)
Luas
Penampang
(cm²)
10 0,617 3,14 0,785
13 1,04 4,08 1,33
16 1,58 5,02 2,01
19 2,23 5,96 2,84
22 2,98 6,91 3,8
25 3,85 7,85 4,91
32 6,31 10,05 8,04
36 7,99 11,3 10,2
40 9,87 12,56 12,6
(Struktur Beton Bertulang Standar SNI)
Dalam Pemasangan tulangan pada pekerjaan beton bertulang
diperlukan penyambungan antar tulangan karena terbatasnya panjang
batang tulangan. Penyambungan dapat dilakukan dengan cara
pengelasan, penggunan alat sambung mekanis, dan penempatan
ujung tulangan yang saling bersebelahan menggunakan kawat
bendrad sebagai pengikatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penyambungan antar tulangan adalah :
17
1. Sambungan tulangan harus dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan.
2. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan pada besi tulangan
yang berdiameter lebih dari 30 mm.
3. Pada sambungan lewatan, jarak bersih antara pasangan-
pasangan batang yang disambung harus memenuhi jarak yang
diisyaratkan.
4. Penyambungan tulangan sedapat mungkin harus berselang-
seling dan hindarkan penempatan sambungan di tempat-tempat
dengan tegangan maksimum.
2.3.9 Wedges atau Baji
Baji atau wedges berfungsi sebagai pengunci strand dalam
mentransfer gaya tegangan terhadap beton pada saat proses stressing.
2.3.10 Barrel
Barrel merupakan material yang terbuat dari baja yang berfungsi
sebagai tempat wedges yang nantinya akan dipasang ke plat untuk proses
penarikan.
2.3.11 Wedge plate
Wedge plate terbuat darri baja dan berfungsi sebagai penghantar
antara beton dengan jacking force serta sebagai tempat wedges dan barrel
diletakkan.
2.3.12 Liftting hook
Merupakan suatu kaitan yang terbuat dari baja yang dibengkokan
dan berfungsi sebagai kaitan sling pada proses pengangkatan full slab
dengan craine.
2.3.13 Pipa ducting
Selongsong / duchting berfungsi sebagai tempat kabel strand pada
sistem post-tension dalam precast slab. Duchting ini dipasang terlebih
dahulu sebelum pengecoran yang terbuat dari plat tipis yang bertekstur.
18
2.3.14 Kawat benrat
Merupakan kawat baja yang digunakan untuk mengikat tulangan
pada saat menginstal tualangan.
2.3.15 Beton ready mix
Merupakan beton yang berupa bahan konstruksi siap tuang, artinya
siap untuk langsung dipakai pada pekerjaan pengecoran.
2.3.16 Material grouthing
Merupakan material pengisi celah pada sistem post-tensioning
yang terbuat dari campuran semen khusus, air dan campuran obat.
2.4 Peralatan
2.4.1 Mobile crane
Secara umum crane dikategorikan sebagai mesin yang
dipergunakan untuk mengangkat beban, memindahkan secara horizontal
dan menurunkannya ke tempat yang dituju dengan jangkauan terbatas.
Keuntungan mekanis yang diperoleh adalah karena sebuah crane dapat
mengangkat material yang jauh di atas kemampuan manusia atau hewan.
2.4.2 Truck mixer
Truck mixer adalah suatu kendaraan truck khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang berfungsi untuk mengaduk atau mencampur
campuran beton ready mix dengan alat molen. Truk mixer digunakan
untuk mengangkut adukan beton ready mix dari tempat pencampuran
beton (batching plan) ke lokasi proyek. Selama pengangkutan, mixer
terus berputar dengan kecepatan 8 – 12 putaran per menit agar beton
tetap homogen dan beton tidak mengeras.
2.4.3 Concrete pump
19
Concrete pump adalah alat berat yang berfungsi untuk
memompakan campuran atau adukan beton yang berasal dari truck mixer
ke tempat pengecoran. Concrete pump digunakan untuk lokasi yang
berada cukup tinggi atau cukup jauh dan berkapasitas besar. Keuntungan
pemakaian pompa beton ialah dapat memindahkan campuran beton, baik
secara horizontal maupun vertikal.
2.4.4 Tuck trailer
Merupakan peralatan mobilisasi yang dipergunakan untuk
mengangkut material dan alat konstruksi yang sangat berat sesuai dengan
kapasitas dari truck trailer tersebut.
2.4.5 Forklift
Merupakan alat yang digunakan untuk membawa, mendorong,
menarik, mengangkat dan mengangkut barang atau bahan.
2.4.6 Cutting wheel
Alat yang digunakan untuk pemotongan kabel baja atau strand
prategang. Alat ini berupa mata gerinda yang berputar yang digerakkan
oleh mesin.
2.4.7 Bar cutter
Alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan secara
mechanical sesuai dengan bentuk yang direncanakan. Alat ini digerakan
dengan mesin sehingga lebih cepat dalam proses pengerjaan dan lebih
efisien.
2.4.8 Bar bending
Alat yang digunakan untuk membengkokan baja tulangan sehingga
sesuai bentuk yang direncakan dan tidak melebihi standar toleransi yang
disyaratkan. Alat ini bekerja secara manual dengan tenaga manusia
maupun dengan mesin.
20
2.4.9 Cutting tos / Blander
Alat yang digunakan untuk pemotongan deangan kabel strand pada
saat full slab telah mencapai kekuatanya. Alat ini
2.4.10 Hidraulik pump
Suatu alat yang digunakan untuk proses stressing yang berfungsi
untuk memberikan tekanan pada monostrand jack.
2.4.11 Monostrand jack
Alat yang digunakan untuk menarik kabel strand yang diberikan
tekanan oleh hidraulik pump dengan sistem hidraulik.
2.4.12 Concrete vibrator
Alat ini berfungsi untuk meratakan dan menggetarkan adukan
beton kedalam cetakan (bekisting) yang akan dicor sehingga
mendapatkan campuran beton yang merata dan padat. Hal ini untuk
menghindari adanya gelumbung-gelumbung udara yang terjadi pada saat
pengecoran, yang menyebabkan terjadinya rongga-rongga pada beto
yang menyebabkan beton menjadi mudah keropos.
2.5 Perencanaan Pelaksanaan
Dalam perencanaan pelaksanaan diperlukan tindakan-tindakan yang tepat
agar program yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik. Dalam
perencanaanya perencana harus melihat kedepan agar proses serta hasil kerja
dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
2.5.1 Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan harus direncanakan dengan seefisien mungkin
agar pekerjaan dapat terselesaikan tepat waktu atau bahkan lebih cepat dari
yang dijadwalkan.
Perhitungan Waktu Pelaksanaan
21
Waktu pelaksanaan=
seorang pekerja tidak dapat diharapkan bekerja sehari penuh tanpa
adanya gangguan. Selama bekerja seorang pekerja membutuhkan waktu
berhenti sejenak untuk kebutuhan pribadinya, istirahat dan untuk alasan-
alasan lain diluar kemampuanya. Oleh karena itu dalam menghitung waktu
kerja efektif yang harus dijalani seorang pekerja setiap hari perlu
diperhitungkan waktu istirahat atau kelonggaran (relaxation allowances).5
Waktu kerja teoritis dihitung dari waktu kerja pukul 08.00-16.00
setelah dikurangi istirahat siang ± 1jam dan disesuaikan lagi dengan
kelonggaran yang ditetapkan Personel Administration. Sesuai standar yang
dijadikan acuan, kelonggaran yang diperhitungkan adalah;
1. Kelonggaran tetap : 9 %
2. Kelonggaran Keletihan
a. Kelonggaran berdiri : 2 %
b. Kelonggaran membongkok : 2 %
Dengan demikian total kelonggaran yang diperhitungkan terhadap waktu
kerja ± 13 %.
2.5.2 Produksi
Produksi adalah berbagai proses atau rancangan prosedur untuk
merubah satu set elemen masukan menjadi satu set elemen keluaran.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa produksi merupakan
suatu proses yang tertentu.
2.5.3 Produksi pekerja
Merupakan kemampuan dari seorang pekerja dalam menghasilkan
sesuatu. Tingkat produksi dari seorang pekerja berbeda-beda sesuai dari
jenis pekerjaan yang dikuasainya.
5 Barnes, 198022
Tabel 2.4 Produktivitas Tenaga Kerja
No.
Item Pekerjaan
Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja
Tukang Kenek m²/org/hrm³/org/hr Kg/org/hr
org org
1 Pembesian
a. Pemotongan dan
pembengkokan 1 2 80
b. pemasangan 125
2 Pemasangan
bekisting 1 3 6
3 Pengecoran beton 1 1 12
4 Plesteran 1 2 10
(Buku referensi untuk konstruksi bangunan gedung dan sipil)
2.6 Pabrikasi Full Slab Precast
Pabrikasi adalah industrialisasi metode konstruksi yang komponenya
diproduksi secara massal serta mudah dirakit (assemble). Komponen unit
struktur pabrikasi dibuat dari beton melalui precast unit atau unit cetakan
tergantung pada alternative penggunaanya. Percetakan dikontrol dengan baik
dan diberi waktu untuk pengerasan hingga mencapai kekuatan tertentu yang
diinginkan sebelum diangkat dan dibawa menuju lokasi sesungguhnya untuk
pembangunan. Proses pembuatan full slab precast terdiri dari beberapa tahap
yaitu:
2.6.1 Penyiapan cetakan
23
Bekisting terdiri dari dua macam bahan yaitu yang terbuat dari
pelat dan papan dengan bentuk yang sesuai dengan gambar
rencana. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pembekistingan Slab
Precast yaitu :
a. Bentuk bekisting harus mudah dalam pengecoran maupun
dalam melepasnya.
b. Bentuk bekisting ini harus terpasang dengan kaku dan kokoh agar
pada saat pengecoran tidak terjadi pergeseran dan tetap
sesuai dengan ukuran yang direncanakan.
c. Setelah pemasangan bekisting, pelat seng dipasang diatas bed
sepanjang bekisting slab yang direncanakan agar beton tidak
menempel pada bed, mudah untuk dilepaskandan menjaga
mutu beton agar tetap terjaga.
2.6.2 Penghamparan plat bad
Penghamparan plat tipis ini dilakukan pada casting bad agar pada saat
pengecoran dan setelah beton mengering tidak menempel pada
permukaan casting bad. Proses ini dilakukan juga untuk memudahkan
proses demoulding.
2.6.3 Oiling cetakan
Oiling cetakan dilakukan pada seluruh permukaan cetakan. Proses ini
dilakukan agar pada saat pengecoran beton tidak menempel pada cetakan
sehingga mudah dalam pembongkaran serta tidak merusak beton.
2.6.4 Pembesian
Perakitan tulangan atau pekerjaan mengeram dapat dilakukan bersamaan
dengan pemasangan bekisting tetapi dengan tempat yang berbeda.
2.6.5 Pemasangan beton decking dan pipa duchting
Beton Decking berfungsi menjaga tulangan agar sesuai dengan
posisi yang diinginkan serta menjaga tulangan agar tidak korosi.Beton
24
Decking ini juga sebagai dudukan tulangan agar menjadi tebal selimut
beton. Beton ini dibuat dengan cetakan yang terbuat dari potongan pipa
dengan ukuran yang sesuai dengan tebal selimut yang sudah
direncanakan ± 5 cm.
Selongsong / duchting berfungsi sebagai tempat kabel strand
pada sistem post-tension dalam precast slab. Duchting ini dipasang
terlebih dahulu sebelum pengecoran yang terbuat dari plat tipis yang
bertekstur.
2.6.6 Pemasangan dan pemotongan kabel strand
Proses penusukan kabel strand dilakukan secara manual dan
dipasang satu persatu dengan melalui lubang-lubang cetakan. Untuk
beberapa kabel strand digunakan pipa pvc agar kabel strand tidak tercor
semua yaitu ¼ dari bentang slab. Penusukan tersebut dilakukan
bersamaan dengan memasukan pipa pvc dan dirapihkan kembali sesuai
dengan letaknya.
Proses selanjutnya ialah pemotongan kabel strand sesuai dengan
kebutuhanya atau ± 30 cm agar memudahkan ketika melakukan
penarikan. Sebelum pemotongan, kabel yang ingin dipotong
dibalut dengan isolasi agar pada saat pemotongan kabel tidak
mekar.Pemotongan kabel menggunakan mesin pemotong (cutting
whell).
2.6.7 Pekerjaan stressing
Proses stressing yang dilakukan di tempat pembuatan full slab
precast (casting yard) pada saat pencetakan merupakan proses stressing
arah longitudinal. Alat yang digunakan adalah alat Monostrand Jacks.
Kabel Strand arah longitudinal memiliki jumlah strand berbeda-beda
sesuai dengan tipenya masing-masing dengan diameter 0,6”. Kabel
strand arah longitudinal ditarik satu persatu sampai tegangan
44.9Mpa dengan dilakukan pengontrolan tegangan dan perpanjangan
kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan setiap 5 –
25
25-44.9 Mpa yang hasilnya akan dibandingkan dengan perhitungan
teoritis yang dilakukan sebelum penarikan. Penting untuk diperhatikan
dalam pekerjaan stressing precast adalah elevasi stressing bed.Alat
Jacking Force yang digunakan untuk menarik kabel diusahakan
sedatar mungkin atau sejajar dengan bed.
Setelah melakukan proses penarikan maka proses selanjutnya
ialah melakukan proses stressing record. Stressing Record merupakan
proses pencatatan perpanjangan kabel yang terjadi akibat gaya
prategang yang diberikan. Tujuanya adalah untuk melihat tingkat
keberhasilan pekerjaan penarikan di lapangan dengan cara
membandingkan perpanjangan yang terjadi di lapangan dengan hasil
perhitungan desain. Kesalahan dalam penarikan biasa terjadi dalam
penarikan kabel prategang.Hal ini bisa diakibatkan karena kesalahan
yang terjadi pada saat pemasangan tendon yang tidak tepat dengan
gambar rencana.Besarnya tingkat kesalahan yang masih dapat di tolerir
yakni tidak lebih dari ± 7%.
2.6.8 Pengecoran beton
Sistem pengecoran beton mutu tinggi dilakukan sesuai dengan
ketentuan pada pelaksanaan pengecoran beton. Pada proses pengecoran
semua bahan campuran beton harus teraduk secara merata dengan
menggunakan alat truck mixer. Pengecoran beton harus dikerjakan
sesuai dengan shop drawing dan peraturan yang berlaku.
Mutu beton yang digunakan saat pengecoran beton adalah beton
mutu tinggi dengan fc’ 38 Mpa atau setara dengan K-450 dengan nilai
slump 8 ± 2cm. Sebelum pelaksanaan pengecoran Quality Control
Management (QCM) akan memeriksa pemasangan baja tulangan,
tendon prategang, dan klem pengunci pada beton. Jika terjadi kesalahan
maka QCM tidak akan mengizinkan pengecoran hingga konstruksi
tersebut telah diperbaiki.
2.6.9 Perawatan dan pemotongan kabel strand26
Setelah melakukan proses pengecoran maka proses selanjutnya
ialah proses perawatan beton (Curing). Curing adalah proses perawatan
beton dengan cara di uap atau diberi pancaran panas dengan menutup
beton dengan selubung terpal agar pada saat penguapan tidak terjadi
bocor. Proses ini dilakukan setelah 2-4 jam dan setelah 4-6 jam
kadarnya dinaikkan.
Pada proyek ini proses curingdilakukan setelah 8 jam dari
proses pengecoran dengan penyemprotan obat yang kemudian ditutup
dengan terpal hingga mencapai umur beton yang direncanakan. Dari
hasil pengujian laboratorium didapatkan pada umur tiga hari, kekuatan
beton telah mencapai 80% sehinggga proses curing dilakukan secara
continuous selama tiga hari.
Pemotongan kabel strand dilakukan setelah proses curing atau
setelah kekuatan beton telah mencapai maksimal yang sebelumnya
dilakukan proses pelepasan bekiting slab. Pemotongan diusahakan
sejajar dengan panjang tulangan penyambung yang digunakan untuk
sambungan antar slab dan pile cap. Pemotongan ini menggunakan alat
las potong (Cutting tos / Blander) dengan pemotongan satu-persatu dari
setiap kabel strand secara random untuk menjaga kestabilan slab. Pada
saat pemutusan kabel harus sangat hati-hati dikarenakan adanya
pergeseran dari beton yang diakibatkan dari gaya prategang serta
cipratan dari alat las potong. Pergeseran yang terjadi akibat
pemotongan sekitar 20 - 30 cm.
2.6.10 Demoulding / pengangkatan
Demoulding / pengangkatan beton dilakukan setelah beton
mengeras, pengangkatan dilakukan dari tempat cetakan beton ke stock
yard beton / penyimpanan beton sementara.
Tahapan pelaksanaan demoulding :
1. Buka skur – skur pada dinding cetakan sehingga dinding cetakan
terbuka.
27
2. Arahkan dan kaitkan baja sling crane pada lifting hook slab.
3. Angkat slab dan pindahkan kelokasi stock yard yang berjarak
5- 10m dari lokasi cetakan. Lakukan proses ini dengan hati – hati.
4. Letakan balok kayu ukuran 5/7 diatas slab yang sudah diletakan,
ini bertujuan sebagai penyangga antar slab. Pastikan posisi sudah tepat
dan kemudian lepas sling.
2.7 Mobilisasi
Merupakan proses pengangkutan suatu komponen dari tempat pabrikasi ke
lokasi proyek.
Gambar 2.1 Proses mobilisasi full slab precast
2.8 Instalasi full slab precast
Merupakan suatu proses atau rangkaian pekerjaan memindahkan atau
merangkai untuk dijadikan suatu kasatuan. Dalam hal ini balok-balok
prategang (full slab precast) dipasang atau dirangakai di lapangan setelah
proses pabrikasi. Dalam proses ini dilakukan dari beberapa tahap yaitu:
2.8.1 Erection full slab
Pekerjaan erection full slab precast adalah pekerjaan pemasangan
atau pengangkatan slab ke posisi pile cap yang sudah diberi tanda.
28
Pekerjaan erection full slab precast dilakukan dengan
menggunakanLemo Crane. Alasan penggunaan Lemo Crane yaitu agar
lebih mudah serta cepat dalam pemasangan. Proses ini harus dilakukan
secara hati-hati dikarenakan pengangkatan beban yang berat dan tidak
boleh terjadinya tumbukan serta pada saat pemasangan harus tepat pada
strip atau tanda yang sudah direncanakan.
2.8.2 Pengecoran antar slab
Pengecoran yang dilakukan adalah pengecoran sambungan antara
slab dengan mutu beton yang sama dengan slab tersebut yaitu fc’38
Mpa atau sekitar K-450. Proses pengecoran ini menggunakan bak
penampung beton yang diangkat oleh mobile crane dengan kapasitas
satu kali pengangkatan sekitar 1 m³ dengan waktu ± 25 menit.
Sebelum pengecoran, sambungan dilapisi dengan black rubber yang
dibawahnya ditahan oleh papan agar pada saat pengecoran tidak
terjadi kebocoran untuk tetap menjaga mutu beton.
Pada saat pengecoran digunakan alat vibrator untuk pemadatanya
sehingga tidak terdapat rongga-rongga pada beton yang mengakibatkan
beton menjadi keropos.Pada saat penggunaan vibrator alat ini
digunakan tidak boleh terlalu dalam karena dibawahnya terdapat black
rubber yang dapat mengakibatkan kebocoran.
2.8.3 Stressing
Stressing arah transversal adalah proses penyatuan antar slab yang
dilakukan penstressingan arah melintang untuk mengikat slab-slab
tersebut menjadi satu-kesatuan.
Proses-Proses dalam Stressing arah transversal:
2.8.3.1 Sistem Pengangkuran Ujung Pada Post –Tensioning
29
Pada dasarnya ada tiga prinsip dimana kabel strand
dapat diangkurkan ke beton.
1. Dengan prinsip kerja pasak yang menghasilkan penjepit
gesek (wedges) pada kabel.
2. Dengan peletakan langsung dari kepala paku keling atau
baut yang dibuat pada ujung kabel.
3. Dengan melilitkan kabel ke sekeliling beton.
Beberapa sistem yang saling berkaitan telah
dikembangkan berdasarkan prinsip kerja pasak dan perletakan
langsung. Beberapa sistem prategang yang populer
mengangkurkan kabel atau strand dengan prinsip kerja pasak
antara lain sistem Freyssinet.
Sistem Freyssinet yang telah digunakan diseluruh dunia
menggunakan prinsip pasak sampai dengan 12 strand dalam
satu tendon. Setiap unit pengangkuran terdiri dari sebuah
kerucut yang dilalui oleh kabel-kabel dan pada dindingnya
kabel tersebut dipasak oleh sumbatan berbentuk kerucut yang
diletakkan memanjang dengan lekukan untuk
menempatkannya. Kerucut berfungsi untuk mengeliminasi
gesekan antara strand dengan ducting pada pertemuan antara
ducting dengan casting (anchore plate) selain itu juga
berfungsi memindahkan reaksi dari dongkrak dan prategang
dari kabel ke beton. Setelah prategang selesai, bahan
sementasi disuntikkan melalui lubang di tengah lubang sumbat
kerucut.
2.8.3.2 Pemasangan Kabel Strand
Proses penusukan kabel ini dilakukan secara manual yang
dimasukkan oleh tenaga manusia. Kabel strand yang digunakan
adalah strand yang terdiri dari dua wire dengan diameter 0,6”.
Kabel strand ini dimasukan ke dalam lubang ducting yang pada
30
setiap ductingnya dimasukkan dua buah kabel strand. Sebelum
penusukan kabel strand diberi isolasi pada ujungnya agar mudah
dalam penusukan serta menjaga ducting tidak terjadi kerusakan
pada saat penusukan.
2.8.3.3 Pemasangan block angker
Block angker berfungsi memindahkan gaya prategang
yang diberikan untuk ditranformasikan kebeton. Sedangkan
wedges berfungsi sebagai penahan atau pengunci kabel strand.
Pada block angker diberikan base plate sebagai landasanya.
Setelah beton mencapai 80% dari kekuatan yang disyaratkan
langkah berikutnya adalah mengisi duct dengan strand yang telah
disediakan.
Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di
lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar tidak
ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan ke
dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan
perencanaan. Langkah selanjutnya memasang block angker pada
kedua sisinya. Block angker diberi landasan base plate
kemudian kabel strand dikunci dengan wedges.
2.8.3.4 Penarikan kabel strand (stressing)
Penegangan (stressing) dilakukan dengan menggunakan
alat Monostrand Jacks untuk tendon transversal. Kabel Strand arah
transversal memiliki jumlah strand dua buah setiap ductnya dengan
diameter 0.6”untuk setiap strandnya.
Kabel strand arah transversal ditarik satu persatu sampai
tegangan 42.8 Mpa dengan dilakukan pengontrolan tegangan dan
perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan
tegangan setiap 5-25-42.8 Mpa yang hasilnya akan dibandingkan
dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum
31
penarikan.
Penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan stressing
precast adalah elevasi stressing bed.Alat Jacking Force yang
digunakan untuk menarik kabel diusahakan sedatar mungkin atau
sejajar.
2.8.3.5 Grouthing
Saluran kabel yang ditegangkan setelah betonnya dicor
digrouting (diisi adukan semen) segera setelah penegangan dan
pemasangan angker. Beberapa fungsi grouting antara lain:
1. Mencegah getaran akibat beban hidup (vibration)
2. Mencegah karatan pada strand
3. Menjaga temperatur baja supaya tetap stabil
4. Mematikan tendon supaya tidak bergerak
Grout yang terdiri dari semen murni dengan air, serta
harus encer agar mudah masuk ke sela-sela duct dengan
mudah. Grout ditekan dari salah satu ujung, sehingga grout
yang tebal keluar dari ujung lainnya; ujung itu kemudian
disumbat untuk menjamin bahwa tidak sedikitpun grout yang
mengalir keluar.
Pada saluran kabel yang panjang, sejumlah tempat untuk
mengisi grout harus tersedia. Selain pada setiap angker, di
sini disarankan untuk memberikan pemasukan grout pada
setiap tempat rendah dan setiap tempat tinggi dalam saluran.
Air dalam grout tak dapat menguap, dan pada waktu musim
dingin timbul pecahan saluran yang disebabkan oleh
membekunya air dalam saluran kabel. Karat tidak tidak akan
terjadi karena lubang saluran sebenarnya tertutup dari
udara yang menyebabkan karat dapat berlangsung.
Penambahan campuran untuk mereduksi air di dalam
grout akan mereduksi jumlah air yang dibutuhkan sehingga
32
mengurangi resiko terpisahnya air dan bahan grout. Bahan
pemuai (aditif) adalah campuran jenis lain yang sering
digunakan. Ini menghasilkan pemuaian sedikit dari grout
sesaat sebelum mengadakan ikatan, serta memberikan
sumbatan yang baik didalam saluran. Bahan pemuaian
berguna untuk saluran vertikal, karena pemuaian dari grout
menggantikan air yang mungkin terbentuk pada bagian atas
dari saluran yang disebabkan oleh bleeding.
Material grouting yang digunakan pada proyek jembatan
lokidang antara lain adalah :
1. Semen =50 kg
2. Additive =Sika intraplast (750 mg/1.5 % dari berat
semen)
3. C/W ratio =0.4 – 0.4
Sika interaplast berguna untuk mengembangkan bahan
grouting sehingga dapat memenuhi sela - sela yang kosong
dalam tendon.
2.9 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Permasalahan K3 merupakan hal yang perlu ditangani dengan serius,
terutama pada tenaga kerja yang bekerja dilapangan seperti para pelaksana dan
para pekerja (mandor, tukang). K3 harus dilaksanakan dalam semua bidang
pekerjaan sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga
Kerja.
Dalam pelaksanaan K3, pihak kontraktor diwajibkan meggunakan
perlengkapan K3 bagi tenaga kerja yang memasuki proyek atau area lapangan
kerja termasuk para tamu yang masuk ke dalam proyek.
33
34