bab 2 pancang

42
BAB II DASAR TEORI 2.1 Beton Beton adalah campuran agregat halus, kasar, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Beton juga dapat diartikan sebagai bahan bangunan dan konstruksi yang sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih. 1 Keuntungan dan kerugian pemakaian beton: Keuntungan: 1. Bahan dasar yang mudah diperoleh (Ekonomis) 2. Mampu menerima kuat tekan yang tinggi 3. Dapat dibuat sesuai dengan bentuk yang dikehendaki 4. Awet, Tahan terhadap temperatur tinggi, mudah pemeliharaanya. Kerugian: 1. Kemampuan menerima kuat tarik rendah 2. Perubahan suhu (muai susut) hingga retak-retak ringan 3. Rayapan (Creep) perubahan berangsur-angsur akibat pembebanan 1 Dr.Wuryati & Candra R, Teknologi Beton 7

Upload: zulkifli-paldana-akbar

Post on 13-Dec-2014

158 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

pemancanggan

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 pancang

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Beton

Beton adalah campuran agregat halus, kasar, semen dan air dengan

perbandingan tertentu. Beton juga dapat diartikan sebagai bahan bangunan

dan konstruksi yang sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan

mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan

yang dipilih.1

Keuntungan dan kerugian pemakaian beton:

Keuntungan:

1. Bahan dasar yang mudah diperoleh (Ekonomis)

2. Mampu menerima kuat tekan yang tinggi

3. Dapat dibuat sesuai dengan bentuk yang dikehendaki

4. Awet, Tahan terhadap temperatur tinggi, mudah pemeliharaanya.

Kerugian:

1. Kemampuan menerima kuat tarik rendah

2. Perubahan suhu (muai susut) hingga retak-retak ringan

3. Rayapan (Creep) perubahan berangsur-angsur akibat pembebanan

4. Mutu tergantung pada: sifat bahan dasar dan cara pengerjaan

5. Tidak dapat digunakan sebagai bangunan sementara

2.1.1 Beton Precast (Pracetak)

Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton

dengan komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada

suatu tempat khusus (off site fabrication), terkadang komponen-komponen

tersebut disusun dan disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan

selanjutnya dipasang di lokasi (instalation), dengan demikian sistem

pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi monolit terutama pada

1 Dr.Wuryati & Candra R, Teknologi Beton7

Page 2: Bab 2 pancang

aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan pula oleh metoda

pelaksanaan dari pabrikasi, penyatuan dan pemasangannya, serta

ditentukan pula oleh teknis perilaku sistem pracetak dalam hal cara

penyambungan antar komponen join.2

Beberapa prinsip yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih

dari teknologi beton pracetak ini antara lain terkait dengan waktu, biaya,

kualitas, predictability, keandalan, produktivitas, kesehatan,

keselamatan, lingkungan, koordinasi, inovasi, reusability, serta

relocatability.3

Dalam hal ini beton pracetak memiliki beberapa kelebihan dan

kendala seperti:

Keuntungan Beton Pracetak:

a. Pengendalian mutu teknis dapat dicapai karena proses produksi

dikerjakan di pabrik dan dilakukan pengujian laboratorium.

b. Waktu pelaksanaan yang lebih singkat.

c. Dapat mmengurangi biaya pembanguanan.

d. Tidak terpengaruh cuaca.

Kendala Beton Pracetak:

a. Membutuhkkan investasi awal yang besar dan teknologi maju

b. Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian.

c. Diperlukan peralatan produksi.

d. Bangunan dalam skala besar.

2.2 Full Slab Precast

Full slab Precast merupakan plat lantai yang bahan utamanya terdiri dari

beton, baja tulangan dan baja prategang (strand) yang proses penarikanya

dilakukan sebelum dicor (pre-tension) dan setelah dicor (post-tension). Full

slab precast ini diproduksi di pabrik dengan skala besar dengan pengawasan

yang ketat.

2 Abduh, 20073 Gibb, 1999

8

Page 3: Bab 2 pancang

Kelebihan dan keuntungan dalam penggunaan full slab precast ini tidak

jauh berbeda dengan penggunan konvensional yang hanya lebih unggul dalam

segi waktu dan mutu.

Kelebihan-kelebihan full slab precast:

1. Proses produksi berlangsung di pabrik sehingga mutu semakin terjamin

2. Berat sendiri lebih karena baja tulangan sebagian digantikan dengan baja

prategang (strand), sehingga beban yang dipikul konstruksi lainya

menjadi lebih ringan.

3. Lendutan akibat pembebanan penuh sangat kecil disebabkan karena

adanya lawan lendut akibat gaya prategang.

4. Ketahanan terhadap suhu tinggi jauh lebih baik dibanding dengan beton

konvensional yang disebabkan precompresion effect beton prategang.

Kekurangan full slab precast

1. Biaya Produksi yang lebih mahal.

2. Kecendrungan retak memanjang

2.3 Bahan

Bahan dasar yang digunakan pada full slab pecast adalah campuran beton

yang didalamnya terdapat tulangan-tulangan dan baja prategang untuk

menahan gaya tarik yang telah distressing di cetakan.

Bahan-bahan yang digunakan adalah:

2.3.1 Portland Cement (PC)

Bahan ini adalah bahan yang penting dalam pembuatan campuran

pasangan maupun pembuatan beton. fungsi bahan portland cement ini

adalah sebagai bahan perekat campuran.

Portland cement yang disediakan harus sesuai dengan rencana kerja

dan syarat-syarat (RKS) dan peraturan Portland Semen Indonesia.

Sebelum portland cement digunakan dilapangan harus mendapatkan

persetujuan dari pengawas.

9

Page 4: Bab 2 pancang

Syarat-syarat portland cement yang boleh dipakai dalam pelaksanaan

pekerjaan sebagai berikut :

a. Portland cement yang digunakan adalah Portland cement tipe 1.

b. Untuk suatu masa adukan beton tidak diperbolehkan mencampur

dua atau lebih jenis Portland cement yang berbeda.

c. Portland cement harus dijaga agar tetap kering dan segar sehingga

tidak ada bagian-bagian yang mengeras.

e. Setiap Portland cement yang datang harus diketahui dan diberi

tanda agar tahu mana yang sudah lama dan mana yang baru

datang. Hal ini untuk menghindari rusaknya Portland cement

karena lamanya penyimpanan.

e. Selama pengangkutan dan penyimpanan tidak diperbolehkan

Portland cement terkena air karena akan membuat Portland cement

membatu.

f. Cara penyusunan sedemikian rupa sehingga mudah dalam

pengontrolan dan pengambilan.

2.3.2 Air

Fungsi air dalam proyek pembangunan suatu konstruksi sipil sangat

penting, karena air merupakan bahan untuk mengikat atau menyatukan

bahan pengikat Portland cement terhadap bahan lain. Air yang digunakan

dalam campuran pasangan atau campuran beton harus memenuhi syarat-

syarat yang telah ditentukan, seperti yang tercantum dalam Peraturan

Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971 pasal 3.6, yaitu :

1. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh

mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam,bahan-bahan

organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan/atau baja

tulangan. Dalam hali ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat

diminum.

2. Apabila terdapat keragu-raguan mengenai air, dianjurkan untuk

mengirim contoh air itu ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan

10

Page 5: Bab 2 pancang

yang diakui untuk diselidiki sampai seberapa jauh air itu

mengandung zat-zat yang merusak beton dan/atau tulangan.

3. Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat (2) itu

tidak dapat dilakukan, maka dalam hal adanya keragu0raguan

mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan antara

kekuatan tekan mortel semen + pasir dengan memakai air itu

dengan memakai air suling. Air tersebut dianggap dapat dipakai,

apabila kekuatan tekan mortel dengan memakai air itu pada umur 7

dan 28 hari paling sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan mortel

yang menggunakan air suling pada umur yang sama.

4. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat

ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus

dilakukan setepat-tepatnya.

2.3.3 Agregat halus

Seperti halnya dengan Portland cement, aggregat halus merupakan

salah satu unsur penting dalam pembuatab campuran beton maupun

pasangan. Aggregat halus yang digunakan harus mempunyai persyaratan

seperti yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI)

1971 Pasal 3.3. Persyaratan-persyaratan tersebut sebagai berikut :

1. Aggregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil

desintegrasi alami dari batuan-batuan alam berupa pasir buatan

yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.

2. Aggregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-

butir aggregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau

tidak hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

3. Aggregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%

(ditentukan terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur lebih dari

5% maka aggregat halus harus dicuci, khususnya aggregat halus

untuk bahan pembuat beton.

11

Page 6: Bab 2 pancang

4. Aggregat halus tidak boleh mengandungbahan-bahan organik

terlalu banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari

Abrams-Harder (dengan larutan NaOH). Aggregat halus yang tidak

memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, apabila

kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari

tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan aggregat yang sama

tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci

hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.

2.3.4 Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan harus memenuhi persyaratan-

persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia

(PBBI) 1971 Pasal 3.4. Persyaratan-persyaratan tersebut sebagai berikut :

1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa keriskil sebagai hasil

disintegrasi alam dari batuan-batuan atau berupa batu ecah yang

diperoleh dari pemecah batu.

2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak

berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat

dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui

20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus

bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-

pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%

(ditentukan terhadap berat kering).yang diartikan dengan lumpur

adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila

kadar lumpur melampaui 1% maka agregat kasar harus dicuci.

4. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari seperlima jarak

terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari

tebal pelat atau tiga perempat dari jarak bersih maksimum di antara

batang-batang tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diijinkan,

12

Page 7: Bab 2 pancang

apabila menurut penilaian pengawas ahli, cara-cara pengecoran beton

adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya sarang-

sarang kerikil.

2.3.5 Admixture

Bahan tambah adalah zat kimia yang ditambahkan pada campuran

beton selain pasir, kerikil, dan air pada tahap ula-mula sewaktu beton

masih segar. Admiture digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk

meningkatkan kinerja beton. beberapa tipe admixture, yaitu :

1. Bahan kimia

Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam

campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama

proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan

dalam pengecoran beton bahan tambah yang digunakan harus sesuai

standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991.

Bahan tambah dapat dikarifikasikan sesuai dengan penggunaanya

sebagai berikut :

a) Type A- bahan pengurang kadar air

Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan

penggunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio

dalam campuran sesuai dengan workability yang diinginkan.

b) Type B- bahan untuk memperlambat waktu pengikatan

Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta

semen,sehingga memperlambat pengerasan dari beton, sehingga

c) Type C- bahan untuk mempercepat waktu pengikatan

d) Type D- campuran bahan pengurang kadar air dan bahan untuk

memperlambat waktu pengikatan

e) Type E- campuran bahan pengurang kadar air dan bahan untuk

mempercepat waktu pengikatan

f) Type F- bahan pengurang kadar air dengan tingkat tinggi atau

suplatisticizer.

13

Page 8: Bab 2 pancang

2. Mineral

Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti fly

as, pozzolan, silica fume yang ditambahkan kedalam campuran beton.

pengertian dari bahan tambah mineral, antara lain :

a. Fly as merupakan residu halus yang dihasilkan dari proses

pembakaran batu bara.

b. Pozzolan merupakan bahan yang mengandung silica dengan

alumunium yang bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida

pada temperatur biasa yang membentuk senyawa.

c. Silica fume merupakan pozzolan yang sangat halus dan berasal dari

elemen silica dan mengandung silica amorf.

Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar

spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2460-1991.4

2.3.6 Cetakan slab

Cetakan slab merupakan bahan yang terbuat dari baja atau kayu yang

berfungsi untuk mencetak full slab precast. Cetakan ini dibuat sesuai

dengan bentuk yang diinginkan dan mudah untuk dibongkar-pasang.

2.3.7 PC strand/Baja prategang

Merupakan untaian kawat dengan dimensi tertentu yang dipilin

sehingga membentuk kabel material utama dengan kekuatan tarik sesuai

spesifikasi. Strand ini berfungsi untuk menahan gaya tarik yang

ditransferkan kepada beton.

2.3.8 Baja tulangan

Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang memanjang dengan

berbagai diameter dan bentuk (Polos atau Ulir) yang digunakan sebagai

tulangan. Penenmpatan tulangan di dalam suatu penampang beton atau

konntruksi beton bertulang berfungsi untuk menahan gaya tarik yang

bekerja pada penampang tersebut.

4 Departemen Pekerjaan Umum, April 2003, Cetakan II14

Page 9: Bab 2 pancang

Ada dua jenis baja tulangan, yaitu Tulangan polos (Round bar) dan

Tulangan ulir (Deformed bar). Sebagian besar baja tulangan yang

digunakan untuk konstruksi dermaga ini adalah produksi Krakatau Steel,

yang umumnya berupa tulangan polos untuk baja lunak, dan tulangan ulir

untuk baja keras.

Tabel 2.1 Sifat Mekanik Baja Tulangan

(Struktur Beton Bertulang Standar SNI)

Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam diameter, tetapi

karena ketentuan SNI hanya memperkenalkan pemakaiannya untuk

sengkang dan tulangan spiral, pemakaiannya terbatas. Saat ini

15

Simbol Mutu

Persyaratan Tarik

Tegangan Leleh Minimum (KN/cm²)

Kekuatan Tarik

Minimum (KN/cm²)

Perpanjangan Minimum

(%)

BJTP - 24 24 39 18BJTP - 30 30 49 14BJTD - 30 30 49 14BJTD - 35 35 50 18

BJTD - 40 40 57 16

Page 10: Bab 2 pancang

tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga nerdiameter 16

mm, dengan panjang standar 12 mm.

Tabel 2.2 Dimensi Nominal Tulangan Polos

Diameter

(mm)Berat (kg/m) Keliling (cm)

Luas

Penampang

(cm²)

6 0,222 0,503 3,77

8 1,88 0,617 1,13

10 0,283 3,14 1,58

12 0,395 0,785 5,02

16 2,51 0,888 2,01

(Struktur Beton Bertulang Standar SNI)

Berdasarkan ketentuan SNI-T-15-1991-03 pasal 3.5, baja

tulangan ulir lebih diutamakan pemakaian untuk batang tulangan

beton struktur. Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah agar

struktur beton bertulng tersebut memiliki keandalan terhadap efek

gempa, karena terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan

tulangannya. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan

ulir, antara lain :

1). Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SNI-0316-86 atau

ekivalen dengan JIS G.3112.

2). Baja tulangan beton yang dianyam harus memenuhi

standar ASTM A 184 (Specification for Fabricated

Deform Steel Bar Mat for Concrete Reinforcement).

16

Page 11: Bab 2 pancang

Tabel 2.3 Dimensi Efektif Tulangan Ulir

Diameter

(mm)Berat (kg/m) Keliling (cm)

Luas

Penampang

(cm²)

10 0,617 3,14 0,785

13 1,04 4,08 1,33

16 1,58 5,02 2,01

19 2,23 5,96 2,84

22 2,98 6,91 3,8

25 3,85 7,85 4,91

32 6,31 10,05 8,04

36 7,99 11,3 10,2

40 9,87 12,56 12,6

(Struktur Beton Bertulang Standar SNI)

Dalam Pemasangan tulangan pada pekerjaan beton bertulang

diperlukan penyambungan antar tulangan karena terbatasnya panjang

batang tulangan. Penyambungan dapat dilakukan dengan cara

pengelasan, penggunan alat sambung mekanis, dan penempatan

ujung tulangan yang saling bersebelahan menggunakan kawat

bendrad sebagai pengikatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

penyambungan antar tulangan adalah :

17

Page 12: Bab 2 pancang

1. Sambungan tulangan harus dilaksanakan sesuai dengan

spesifikasi yang telah ditentukan.

2. Sambungan lewatan tidak boleh digunakan pada besi tulangan

yang berdiameter lebih dari 30 mm.

3. Pada sambungan lewatan, jarak bersih antara pasangan-

pasangan batang yang disambung harus memenuhi jarak yang

diisyaratkan.

4. Penyambungan tulangan sedapat mungkin harus berselang-

seling dan hindarkan penempatan sambungan di tempat-tempat

dengan tegangan maksimum.

2.3.9 Wedges atau Baji

Baji atau wedges berfungsi sebagai pengunci strand dalam

mentransfer gaya tegangan terhadap beton pada saat proses stressing.

2.3.10 Barrel

Barrel merupakan material yang terbuat dari baja yang berfungsi

sebagai tempat wedges yang nantinya akan dipasang ke plat untuk proses

penarikan.

2.3.11 Wedge plate

Wedge plate terbuat darri baja dan berfungsi sebagai penghantar

antara beton dengan jacking force serta sebagai tempat wedges dan barrel

diletakkan.

2.3.12 Liftting hook

Merupakan suatu kaitan yang terbuat dari baja yang dibengkokan

dan berfungsi sebagai kaitan sling pada proses pengangkatan full slab

dengan craine.

2.3.13 Pipa ducting

Selongsong / duchting berfungsi sebagai tempat kabel strand pada

sistem post-tension dalam precast slab. Duchting ini dipasang terlebih

dahulu sebelum pengecoran yang terbuat dari plat tipis yang bertekstur.

18

Page 13: Bab 2 pancang

2.3.14 Kawat benrat

Merupakan kawat baja yang digunakan untuk mengikat tulangan

pada saat menginstal tualangan.

2.3.15 Beton ready mix

Merupakan beton yang berupa bahan konstruksi siap tuang, artinya

siap untuk langsung dipakai pada pekerjaan pengecoran.

2.3.16 Material grouthing

Merupakan material pengisi celah pada sistem post-tensioning

yang terbuat dari campuran semen khusus, air dan campuran obat.

2.4 Peralatan

2.4.1 Mobile crane

Secara umum crane dikategorikan sebagai mesin yang

dipergunakan untuk mengangkat beban, memindahkan secara horizontal

dan menurunkannya ke tempat yang dituju dengan jangkauan terbatas.

Keuntungan mekanis yang diperoleh adalah karena sebuah crane dapat

mengangkat material yang jauh di atas kemampuan manusia atau hewan.

2.4.2 Truck mixer

Truck mixer adalah suatu kendaraan truck khusus yang dilengkapi

dengan concrete mixer yang berfungsi untuk mengaduk atau mencampur

campuran beton ready mix dengan alat molen. Truk mixer digunakan

untuk mengangkut adukan beton ready mix dari tempat pencampuran

beton (batching plan) ke lokasi proyek. Selama pengangkutan, mixer

terus berputar dengan kecepatan 8 – 12 putaran per menit agar beton

tetap homogen dan beton tidak mengeras.

2.4.3 Concrete pump

19

Page 14: Bab 2 pancang

Concrete pump adalah alat berat yang berfungsi untuk

memompakan campuran atau adukan beton yang berasal dari truck mixer

ke tempat pengecoran. Concrete pump digunakan untuk lokasi yang

berada cukup tinggi atau cukup jauh dan berkapasitas besar. Keuntungan

pemakaian pompa beton ialah dapat memindahkan campuran beton, baik

secara horizontal maupun vertikal.

2.4.4 Tuck trailer

Merupakan peralatan mobilisasi yang dipergunakan untuk

mengangkut material dan alat konstruksi yang sangat berat sesuai dengan

kapasitas dari truck trailer tersebut.

2.4.5 Forklift

Merupakan alat yang digunakan untuk membawa, mendorong,

menarik, mengangkat dan mengangkut barang atau bahan.

2.4.6 Cutting wheel

Alat yang digunakan untuk pemotongan kabel baja atau strand

prategang. Alat ini berupa mata gerinda yang berputar yang digerakkan

oleh mesin.

2.4.7 Bar cutter

Alat yang digunakan untuk memotong baja tulangan secara

mechanical sesuai dengan bentuk yang direncanakan. Alat ini digerakan

dengan mesin sehingga lebih cepat dalam proses pengerjaan dan lebih

efisien.

2.4.8 Bar bending

Alat yang digunakan untuk membengkokan baja tulangan sehingga

sesuai bentuk yang direncakan dan tidak melebihi standar toleransi yang

disyaratkan. Alat ini bekerja secara manual dengan tenaga manusia

maupun dengan mesin.

20

Page 15: Bab 2 pancang

2.4.9 Cutting tos / Blander

Alat yang digunakan untuk pemotongan deangan kabel strand pada

saat full slab telah mencapai kekuatanya. Alat ini

2.4.10 Hidraulik pump

Suatu alat yang digunakan untuk proses stressing yang berfungsi

untuk memberikan tekanan pada monostrand jack.

2.4.11 Monostrand jack

Alat yang digunakan untuk menarik kabel strand yang diberikan

tekanan oleh hidraulik pump dengan sistem hidraulik.

2.4.12 Concrete vibrator

Alat ini berfungsi untuk meratakan dan menggetarkan adukan

beton kedalam cetakan (bekisting) yang akan dicor sehingga

mendapatkan campuran beton yang merata dan padat. Hal ini untuk

menghindari adanya gelumbung-gelumbung udara yang terjadi pada saat

pengecoran, yang menyebabkan terjadinya rongga-rongga pada beto

yang menyebabkan beton menjadi mudah keropos.

2.5 Perencanaan Pelaksanaan

Dalam perencanaan pelaksanaan diperlukan tindakan-tindakan yang tepat

agar program yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik. Dalam

perencanaanya perencana harus melihat kedepan agar proses serta hasil kerja

dapat tercapai sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

2.5.1 Waktu pelaksanaan

Waktu pelaksanaan harus direncanakan dengan seefisien mungkin

agar pekerjaan dapat terselesaikan tepat waktu atau bahkan lebih cepat dari

yang dijadwalkan.

Perhitungan Waktu Pelaksanaan

21

Page 16: Bab 2 pancang

Waktu pelaksanaan=

seorang pekerja tidak dapat diharapkan bekerja sehari penuh tanpa

adanya gangguan. Selama bekerja seorang pekerja membutuhkan waktu

berhenti sejenak untuk kebutuhan pribadinya, istirahat dan untuk alasan-

alasan lain diluar kemampuanya. Oleh karena itu dalam menghitung waktu

kerja efektif yang harus dijalani seorang pekerja setiap hari perlu

diperhitungkan waktu istirahat atau kelonggaran (relaxation allowances).5

Waktu kerja teoritis dihitung dari waktu kerja pukul 08.00-16.00

setelah dikurangi istirahat siang ± 1jam dan disesuaikan lagi dengan

kelonggaran yang ditetapkan Personel Administration. Sesuai standar yang

dijadikan acuan, kelonggaran yang diperhitungkan adalah;

1. Kelonggaran tetap : 9 %

2. Kelonggaran Keletihan

a. Kelonggaran berdiri : 2 %

b. Kelonggaran membongkok : 2 %

Dengan demikian total kelonggaran yang diperhitungkan terhadap waktu

kerja ± 13 %.

2.5.2 Produksi

Produksi adalah berbagai proses atau rancangan prosedur untuk

merubah satu set elemen masukan menjadi satu set elemen keluaran.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa produksi merupakan

suatu proses yang tertentu.

2.5.3 Produksi pekerja

Merupakan kemampuan dari seorang pekerja dalam menghasilkan

sesuatu. Tingkat produksi dari seorang pekerja berbeda-beda sesuai dari

jenis pekerjaan yang dikuasainya.

5 Barnes, 198022

Page 17: Bab 2 pancang

Tabel 2.4 Produktivitas Tenaga Kerja

No.

Item Pekerjaan

Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja

Tukang Kenek m²/org/hrm³/org/hr Kg/org/hr

org org

1 Pembesian

a. Pemotongan dan

pembengkokan 1 2 80

b. pemasangan 125

2 Pemasangan

bekisting 1 3 6

3 Pengecoran beton 1 1 12

4 Plesteran 1 2 10

(Buku referensi untuk konstruksi bangunan gedung dan sipil)

2.6 Pabrikasi Full Slab Precast

Pabrikasi adalah industrialisasi metode konstruksi yang komponenya

diproduksi secara massal serta mudah dirakit (assemble). Komponen unit

struktur pabrikasi dibuat dari beton melalui precast unit atau unit cetakan

tergantung pada alternative penggunaanya. Percetakan dikontrol dengan baik

dan diberi waktu untuk pengerasan hingga mencapai kekuatan tertentu yang

diinginkan sebelum diangkat dan dibawa menuju lokasi sesungguhnya untuk

pembangunan. Proses pembuatan full slab precast terdiri dari beberapa tahap

yaitu:

2.6.1 Penyiapan cetakan

23

Page 18: Bab 2 pancang

Bekisting terdiri dari dua macam bahan yaitu yang terbuat dari

pelat dan papan dengan bentuk yang sesuai dengan gambar

rencana. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pembekistingan Slab

Precast yaitu :

a. Bentuk bekisting harus mudah dalam pengecoran maupun

dalam melepasnya.

b. Bentuk bekisting ini harus terpasang dengan kaku dan kokoh agar

pada saat pengecoran tidak terjadi pergeseran dan tetap

sesuai dengan ukuran yang direncanakan.

c. Setelah pemasangan bekisting, pelat seng dipasang diatas bed

sepanjang bekisting slab yang direncanakan agar beton tidak

menempel pada bed, mudah untuk dilepaskandan menjaga

mutu beton agar tetap terjaga.

2.6.2 Penghamparan plat bad

Penghamparan plat tipis ini dilakukan pada casting bad agar pada saat

pengecoran dan setelah beton mengering tidak menempel pada

permukaan casting bad. Proses ini dilakukan juga untuk memudahkan

proses demoulding.

2.6.3 Oiling cetakan

Oiling cetakan dilakukan pada seluruh permukaan cetakan. Proses ini

dilakukan agar pada saat pengecoran beton tidak menempel pada cetakan

sehingga mudah dalam pembongkaran serta tidak merusak beton.

2.6.4 Pembesian

Perakitan tulangan atau pekerjaan mengeram dapat dilakukan bersamaan

dengan pemasangan bekisting tetapi dengan tempat yang berbeda.

2.6.5 Pemasangan beton decking dan pipa duchting

Beton Decking berfungsi menjaga tulangan agar sesuai dengan

posisi yang diinginkan serta menjaga tulangan agar tidak korosi.Beton

24

Page 19: Bab 2 pancang

Decking ini juga sebagai dudukan tulangan agar menjadi tebal selimut

beton. Beton ini dibuat dengan cetakan yang terbuat dari potongan pipa

dengan ukuran yang sesuai dengan tebal selimut yang sudah

direncanakan ± 5 cm.

Selongsong / duchting berfungsi sebagai tempat kabel strand

pada sistem post-tension dalam precast slab. Duchting ini dipasang

terlebih dahulu sebelum pengecoran yang terbuat dari plat tipis yang

bertekstur.

2.6.6 Pemasangan dan pemotongan kabel strand

Proses penusukan kabel strand dilakukan secara manual dan

dipasang satu persatu dengan melalui lubang-lubang cetakan. Untuk

beberapa kabel strand digunakan pipa pvc agar kabel strand tidak tercor

semua yaitu ¼ dari bentang slab. Penusukan tersebut dilakukan

bersamaan dengan memasukan pipa pvc dan dirapihkan kembali sesuai

dengan letaknya.

Proses selanjutnya ialah pemotongan kabel strand sesuai dengan

kebutuhanya atau ± 30 cm agar memudahkan ketika melakukan

penarikan. Sebelum pemotongan, kabel yang ingin dipotong

dibalut dengan isolasi agar pada saat pemotongan kabel tidak

mekar.Pemotongan kabel menggunakan mesin pemotong (cutting

whell).

2.6.7 Pekerjaan stressing

Proses stressing yang dilakukan di tempat pembuatan full slab

precast (casting yard) pada saat pencetakan merupakan proses stressing

arah longitudinal. Alat yang digunakan adalah alat Monostrand Jacks.

Kabel Strand arah longitudinal memiliki jumlah strand berbeda-beda

sesuai dengan tipenya masing-masing dengan diameter 0,6”. Kabel

strand arah longitudinal ditarik satu persatu sampai tegangan

44.9Mpa dengan dilakukan pengontrolan tegangan dan perpanjangan

kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan setiap 5 –

25

Page 20: Bab 2 pancang

25-44.9 Mpa yang hasilnya akan dibandingkan dengan perhitungan

teoritis yang dilakukan sebelum penarikan. Penting untuk diperhatikan

dalam pekerjaan stressing precast adalah elevasi stressing bed.Alat

Jacking Force yang digunakan untuk menarik kabel diusahakan

sedatar mungkin atau sejajar dengan bed.

Setelah melakukan proses penarikan maka proses selanjutnya

ialah melakukan proses stressing record. Stressing Record merupakan

proses pencatatan perpanjangan kabel yang terjadi akibat gaya

prategang yang diberikan. Tujuanya adalah untuk melihat tingkat

keberhasilan pekerjaan penarikan di lapangan dengan cara

membandingkan perpanjangan yang terjadi di lapangan dengan hasil

perhitungan desain. Kesalahan dalam penarikan biasa terjadi dalam

penarikan kabel prategang.Hal ini bisa diakibatkan karena kesalahan

yang terjadi pada saat pemasangan tendon yang tidak tepat dengan

gambar rencana.Besarnya tingkat kesalahan yang masih dapat di tolerir

yakni tidak lebih dari ± 7%.

2.6.8 Pengecoran beton

Sistem pengecoran beton mutu tinggi dilakukan sesuai dengan

ketentuan pada pelaksanaan pengecoran beton. Pada proses pengecoran

semua bahan campuran beton harus teraduk secara merata dengan

menggunakan alat truck mixer. Pengecoran beton harus dikerjakan

sesuai dengan shop drawing dan peraturan yang berlaku.

Mutu beton yang digunakan saat pengecoran beton adalah beton

mutu tinggi dengan fc’ 38 Mpa atau setara dengan K-450 dengan nilai

slump 8 ± 2cm. Sebelum pelaksanaan pengecoran Quality Control

Management (QCM) akan memeriksa pemasangan baja tulangan,

tendon prategang, dan klem pengunci pada beton. Jika terjadi kesalahan

maka QCM tidak akan mengizinkan pengecoran hingga konstruksi

tersebut telah diperbaiki.

2.6.9 Perawatan dan pemotongan kabel strand26

Page 21: Bab 2 pancang

Setelah melakukan proses pengecoran maka proses selanjutnya

ialah proses perawatan beton (Curing). Curing adalah proses perawatan

beton dengan cara di uap atau diberi pancaran panas dengan menutup

beton dengan selubung terpal agar pada saat penguapan tidak terjadi

bocor. Proses ini dilakukan setelah 2-4 jam dan setelah 4-6 jam

kadarnya dinaikkan.

Pada proyek ini proses curingdilakukan setelah 8 jam dari

proses pengecoran dengan penyemprotan obat yang kemudian ditutup

dengan terpal hingga mencapai umur beton yang direncanakan. Dari

hasil pengujian laboratorium didapatkan pada umur tiga hari, kekuatan

beton telah mencapai 80% sehinggga proses curing dilakukan secara

continuous selama tiga hari.

Pemotongan kabel strand dilakukan setelah proses curing atau

setelah kekuatan beton telah mencapai maksimal yang sebelumnya

dilakukan proses pelepasan bekiting slab. Pemotongan diusahakan

sejajar dengan panjang tulangan penyambung yang digunakan untuk

sambungan antar slab dan pile cap. Pemotongan ini menggunakan alat

las potong (Cutting tos / Blander) dengan pemotongan satu-persatu dari

setiap kabel strand secara random untuk menjaga kestabilan slab. Pada

saat pemutusan kabel harus sangat hati-hati dikarenakan adanya

pergeseran dari beton yang diakibatkan dari gaya prategang serta

cipratan dari alat las potong. Pergeseran yang terjadi akibat

pemotongan sekitar 20 - 30 cm.

2.6.10 Demoulding / pengangkatan

Demoulding / pengangkatan beton dilakukan setelah beton

mengeras, pengangkatan dilakukan dari tempat cetakan beton ke stock

yard beton / penyimpanan beton sementara.

Tahapan pelaksanaan demoulding :

1. Buka skur – skur pada dinding cetakan sehingga dinding cetakan

terbuka.

27

Page 22: Bab 2 pancang

2. Arahkan dan kaitkan baja sling crane pada lifting hook slab.

3. Angkat slab dan pindahkan kelokasi stock yard yang berjarak

5- 10m dari lokasi cetakan. Lakukan proses ini dengan hati – hati.

4. Letakan balok kayu ukuran 5/7 diatas slab yang sudah diletakan,

ini bertujuan sebagai penyangga antar slab. Pastikan posisi sudah tepat

dan kemudian lepas sling.

2.7 Mobilisasi

Merupakan proses pengangkutan suatu komponen dari tempat pabrikasi ke

lokasi proyek.

Gambar 2.1 Proses mobilisasi full slab precast

2.8 Instalasi full slab precast

Merupakan suatu proses atau rangkaian pekerjaan memindahkan atau

merangkai untuk dijadikan suatu kasatuan. Dalam hal ini balok-balok

prategang (full slab precast) dipasang atau dirangakai di lapangan setelah

proses pabrikasi. Dalam proses ini dilakukan dari beberapa tahap yaitu:

2.8.1 Erection full slab

Pekerjaan erection full slab precast adalah pekerjaan pemasangan

atau pengangkatan slab ke posisi pile cap yang sudah diberi tanda.

28

Page 23: Bab 2 pancang

Pekerjaan erection full slab precast dilakukan dengan

menggunakanLemo Crane. Alasan penggunaan Lemo Crane yaitu agar

lebih mudah serta cepat dalam pemasangan. Proses ini harus dilakukan

secara hati-hati dikarenakan pengangkatan beban yang berat dan tidak

boleh terjadinya tumbukan serta pada saat pemasangan harus tepat pada

strip atau tanda yang sudah direncanakan.

2.8.2 Pengecoran antar slab

Pengecoran yang dilakukan adalah pengecoran sambungan antara

slab dengan mutu beton yang sama dengan slab tersebut yaitu fc’38

Mpa atau sekitar K-450. Proses pengecoran ini menggunakan bak

penampung beton yang diangkat oleh mobile crane dengan kapasitas

satu kali pengangkatan sekitar 1 m³ dengan waktu ± 25 menit.

Sebelum pengecoran, sambungan dilapisi dengan black rubber yang

dibawahnya ditahan oleh papan agar pada saat pengecoran tidak

terjadi kebocoran untuk tetap menjaga mutu beton.

Pada saat pengecoran digunakan alat vibrator untuk pemadatanya

sehingga tidak terdapat rongga-rongga pada beton yang mengakibatkan

beton menjadi keropos.Pada saat penggunaan vibrator alat ini

digunakan tidak boleh terlalu dalam karena dibawahnya terdapat black

rubber yang dapat mengakibatkan kebocoran.

2.8.3 Stressing

Stressing arah transversal adalah proses penyatuan antar slab yang

dilakukan penstressingan arah melintang untuk mengikat slab-slab

tersebut menjadi satu-kesatuan.

Proses-Proses dalam Stressing arah transversal:

2.8.3.1 Sistem Pengangkuran Ujung Pada Post –Tensioning

29

Page 24: Bab 2 pancang

Pada dasarnya ada tiga prinsip dimana kabel strand

dapat diangkurkan ke beton.

1. Dengan prinsip kerja pasak yang menghasilkan penjepit

gesek (wedges) pada kabel.

2. Dengan peletakan langsung dari kepala paku keling atau

baut yang dibuat pada ujung kabel.

3. Dengan melilitkan kabel ke sekeliling beton.

Beberapa sistem yang saling berkaitan telah

dikembangkan berdasarkan prinsip kerja pasak dan perletakan

langsung. Beberapa sistem prategang yang populer

mengangkurkan kabel atau strand dengan prinsip kerja pasak

antara lain sistem Freyssinet.

Sistem Freyssinet yang telah digunakan diseluruh dunia

menggunakan prinsip pasak sampai dengan 12 strand dalam

satu tendon. Setiap unit pengangkuran terdiri dari sebuah

kerucut yang dilalui oleh kabel-kabel dan pada dindingnya

kabel tersebut dipasak oleh sumbatan berbentuk kerucut yang

diletakkan memanjang dengan lekukan untuk

menempatkannya. Kerucut berfungsi untuk mengeliminasi

gesekan antara strand dengan ducting pada pertemuan antara

ducting dengan casting (anchore plate) selain itu juga

berfungsi memindahkan reaksi dari dongkrak dan prategang

dari kabel ke beton. Setelah prategang selesai, bahan

sementasi disuntikkan melalui lubang di tengah lubang sumbat

kerucut.

2.8.3.2 Pemasangan Kabel Strand

Proses penusukan kabel ini dilakukan secara manual yang

dimasukkan oleh tenaga manusia. Kabel strand yang digunakan

adalah strand yang terdiri dari dua wire dengan diameter 0,6”.

Kabel strand ini dimasukan ke dalam lubang ducting yang pada

30

Page 25: Bab 2 pancang

setiap ductingnya dimasukkan dua buah kabel strand. Sebelum

penusukan kabel strand diberi isolasi pada ujungnya agar mudah

dalam penusukan serta menjaga ducting tidak terjadi kerusakan

pada saat penusukan.

2.8.3.3 Pemasangan block angker

Block angker berfungsi memindahkan gaya prategang

yang diberikan untuk ditranformasikan kebeton. Sedangkan

wedges berfungsi sebagai penahan atau pengunci kabel strand.

Pada block angker diberikan base plate sebagai landasanya.

Setelah beton mencapai 80% dari kekuatan yang disyaratkan

langkah berikutnya adalah mengisi duct dengan strand yang telah

disediakan.

Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di

lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar tidak

ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan ke

dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan

perencanaan. Langkah selanjutnya memasang block angker pada

kedua sisinya. Block angker diberi landasan base plate

kemudian kabel strand dikunci dengan wedges.

2.8.3.4 Penarikan kabel strand (stressing)

Penegangan (stressing) dilakukan dengan menggunakan

alat Monostrand Jacks untuk tendon transversal. Kabel Strand arah

transversal memiliki jumlah strand dua buah setiap ductnya dengan

diameter 0.6”untuk setiap strandnya.

Kabel strand arah transversal ditarik satu persatu sampai

tegangan 42.8 Mpa dengan dilakukan pengontrolan tegangan dan

perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan

tegangan setiap 5-25-42.8 Mpa yang hasilnya akan dibandingkan

dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum

31

Page 26: Bab 2 pancang

penarikan.

Penting untuk diperhatikan dalam pekerjaan stressing

precast adalah elevasi stressing bed.Alat Jacking Force yang

digunakan untuk menarik kabel diusahakan sedatar mungkin atau

sejajar.

2.8.3.5 Grouthing

Saluran kabel yang ditegangkan setelah betonnya dicor

digrouting (diisi adukan semen) segera setelah penegangan dan

pemasangan angker. Beberapa fungsi grouting antara lain:

1. Mencegah getaran akibat beban hidup (vibration)

2. Mencegah karatan pada strand

3. Menjaga temperatur baja supaya tetap stabil

4. Mematikan tendon supaya tidak bergerak

Grout yang terdiri dari semen murni dengan air, serta

harus encer agar mudah masuk ke sela-sela duct dengan

mudah. Grout ditekan dari salah satu ujung, sehingga grout

yang tebal keluar dari ujung lainnya; ujung itu kemudian

disumbat untuk menjamin bahwa tidak sedikitpun grout yang

mengalir keluar.

Pada saluran kabel yang panjang, sejumlah tempat untuk

mengisi grout harus tersedia. Selain pada setiap angker, di

sini disarankan untuk memberikan pemasukan grout pada

setiap tempat rendah dan setiap tempat tinggi dalam saluran.

Air dalam grout tak dapat menguap, dan pada waktu musim

dingin timbul pecahan saluran yang disebabkan oleh

membekunya air dalam saluran kabel. Karat tidak tidak akan

terjadi karena lubang saluran sebenarnya tertutup dari

udara yang menyebabkan karat dapat berlangsung.

Penambahan campuran untuk mereduksi air di dalam

grout akan mereduksi jumlah air yang dibutuhkan sehingga

32

Page 27: Bab 2 pancang

mengurangi resiko terpisahnya air dan bahan grout. Bahan

pemuai (aditif) adalah campuran jenis lain yang sering

digunakan. Ini menghasilkan pemuaian sedikit dari grout

sesaat sebelum mengadakan ikatan, serta memberikan

sumbatan yang baik didalam saluran. Bahan pemuaian

berguna untuk saluran vertikal, karena pemuaian dari grout

menggantikan air yang mungkin terbentuk pada bagian atas

dari saluran yang disebabkan oleh bleeding.

Material grouting yang digunakan pada proyek jembatan

lokidang antara lain adalah :

1. Semen =50 kg

2. Additive =Sika intraplast (750 mg/1.5 % dari berat

semen)

3. C/W ratio =0.4 – 0.4

Sika interaplast berguna untuk mengembangkan bahan

grouting sehingga dapat memenuhi sela - sela yang kosong

dalam tendon.

2.9 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Permasalahan K3 merupakan hal yang perlu ditangani dengan serius,

terutama pada tenaga kerja yang bekerja dilapangan seperti para pelaksana dan

para pekerja (mandor, tukang). K3 harus dilaksanakan dalam semua bidang

pekerjaan sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga

Kerja.

Dalam pelaksanaan K3, pihak kontraktor diwajibkan meggunakan

perlengkapan K3 bagi tenaga kerja yang memasuki proyek atau area lapangan

kerja termasuk para tamu yang masuk ke dalam proyek.

33

Page 28: Bab 2 pancang

34