bab i pendahuluan -...

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemilih pemula sering kali luput dari perhatian pihak yang melakukan sosialisasi Pemilu. Sampai saat ini pemilih pemula (khususnya remaja dan siswa) cenderung hanya diangkat sebagai objek dan dihitung sebagai massa potensial untuk mendukung partai politik. Ada kekhawatiran mengenai tingkat melek politik pemilih pemula, sehingga akan membuat mudah terombang-ambing oleh politik uang (money politic) dan kekuasaan. Oleh karena itu perlu ada perhatian khususnya melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Internasional Commision of Jurists dalam konferensinya di Bangkok pada tahun 1965 mengemukakan bahwa salah satu syarat negara demokratis di bawah Rule of Law adalah adanya Pendidikan Kewarganegaraan yang didalamnya terdapat pendidikan politik. Pendidikan politik diberikan sebagai upaya untuk mencapai karakteristik warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab. Cerdas di sini mengandung pengertian yang luas salah satunya cerdas secara politis. Artinya mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warganegara. Pendidikan kewarganegaraan atau civic education adalah program pendidikan pembelajaran yang secara programtik, prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan, (civilizing) serta memberdayakan (empowering) anak didik dan kehidupannya menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan yuridis konstitusional suatu

Upload: dangthien

Post on 20-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pemilih pemula sering kali luput dari perhatian pihak yang melakukan

sosialisasi Pemilu. Sampai saat ini pemilih pemula (khususnya remaja dan siswa)

cenderung hanya diangkat sebagai objek dan dihitung sebagai massa potensial

untuk mendukung partai politik. Ada kekhawatiran mengenai tingkat melek

politik pemilih pemula, sehingga akan membuat mudah terombang-ambing oleh

politik uang (money politic) dan kekuasaan. Oleh karena itu perlu ada perhatian

khususnya melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Internasional Commision of Jurists dalam konferensinya di Bangkok pada

tahun 1965 mengemukakan bahwa salah satu syarat negara demokratis di bawah

Rule of Law adalah adanya Pendidikan Kewarganegaraan yang didalamnya

terdapat pendidikan politik. Pendidikan politik diberikan sebagai upaya untuk

mencapai karakteristik warga negara yang cerdas dan bertanggung jawab. Cerdas

di sini mengandung pengertian yang luas salah satunya cerdas secara politis.

Artinya mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warganegara.

Pendidikan kewarganegaraan atau civic education adalah program

pendidikan pembelajaran yang secara programtik, prosedural berupaya

memanusiakan (humanizing) dan membudayakan, (civilizing) serta

memberdayakan (empowering) anak didik dan kehidupannya menjadi warga

negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan yuridis konstitusional suatu

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

2

bangsa/negara agar warganegara tersebut melek politik termasuk paham tentang

Pemilu dan demokrasi.

Dalam negara demokrasi, proses demokratisasi memerlukan syarat

mutlak keterdidikan rakyat agar melek politik (political literacy). Rakyat yang

melek politik (political literacy) adalah warga negara yang sadar akan hak dan

kewajibannya termasuk di dalamnya sadar hukum dan memiliki kesadaran sosial,

sehingga secara otonom ikut berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam proses pengambilan keputusan publik dan melakukan advokasi

terhadap akses kebijakan publik di lapangan. Melek politik, warga negara

diperlukan dalam rangka bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik secara

konstitusional maupun praksis kehidupan politik. Dengan demikian melek politik

warganegara dapat diartikan warganegra yang memiliki kesadaran politik dan

paham atas peraturan perundang-undangan secara utuh termasuk didalamnya

sistem politik.

Secara konstitusional sistem demokrasi dan politik di Indonesia diatur

dalam UUD 1945 yang diatur lebih lanjut oleh peraturan organiknya, yaitu UU

tentang Pemilu, misalnya tentang Pemilu 2009, Pemilu legislatif di atur dalam UU

No 10 Tahun 2008. Suksesnya Pemilu berdasarkan UU tersebut sangat

tergantung kepada melek politik.

Secara praktis atau empiris melek politik itu belum optimal masih

besarnya angka “golput”, baik dalam Pilkada walaupun Pemilu 2009, atau

sebagai contoh Pilgub Jabar mencapai 32,5% ataun waktu pemilu legislatif

Pemilu 2009 mencapai angka 37% itu menunjukan bahwa tingkat melek politik

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

3

masih rendah, demikianlah peran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

pendidikan politik.

Menurut Angel Ochoa (1988) Pendidikan Kewarganegaraan haruslah

secara bersama dapat menjadi wahana pendidikan untuk mengsosialisasikan dan

sekaligus melakukan kountersosialisasi yang kritis tehadap kehidupan sosial

budaya politik kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan. Ini tidak sama

dengan Pendidikan Kewarganegaraan yang hanya mengajarkan warga negara

untuk menjadikan tong kosong nyaring bunyinya. Menjadi kritis dan refleksi

sebagai warga negara tidaklah sama hanya menjadi warga negara yang berbicara

keras, bisa memprotes dan bisa melakukan anarkhis. Menjadi kritis dan refleksi

adalah menjadi warga negara yang cerdas, bertanggung jawab, memiliki

komitmen yang tinggi, dan memiliki kompetensi untuk turut berpartisipasi aktif

secara sosial politik dalam memajukan kehidupan warga negara yang memiliki

pengetahun (civic knowledge) yang luas dan mendalam, nilai-nilai dan sikap

kewaraganegaraan (civic values) yang positif dan penuh tanggungjawab (civic

responsibiliy) dan memiliki keterampilam kewarganegaran (civic skill) yang

bermakna bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.

Dengan demikian menumbuhkan kesadaran politik dan wawasan

kebangasaan melalui Pendidikan Kewarganegaraan merupakan syarat mutlak

bagi warganegara. Karena itu, gerakan yang berorientasi pada penyadaran politik

harus dijadikan sebagai gerakan bersama dan dengan kerangka kerja dan

metodologi yang tepat, sehingga sasaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

lebih akurat gerakan, penyadaran politik ini juga harus dilakukan secara

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

4

sistematis, menyeluruh dan terpadu, baik pada pendidikan formal maupun non

formal

Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya merupakan bagian dari

pendidikan politik untuk membina dan meningkatkan kesadaran politik warga

negara tidak saja pada pendidikkan formal melalui persekolahan tapi lebih luas

dari itu melalui jalur institusi yang ada dalam masyarakat. Dalam konstek

kontemporer Pendidikan Kewarganegaraan harus ditempatkan pada posisi yang

profosional dalam suatu kerangka pendidikan politik tertama pada model

sosialisasi politik bagi warga negara. Dengan demikian akan terwujud suatu

model pendidikan dengan kondisi bangsa Indonesia yang majemuk (pluralistik).

Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus melihat sebagai

sarana/fasilitas untuk mendidik warganegara yang sadar akan hak dan

kewajibanya dalam kerangka sistem politik berdasarkan Pancasila dan Undang –

Undang Dasar Negara Rapublik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945).

Melek politik (political Literacy) seharusnya memiliki sebuah

pemahaman dalam dasar konsep politik, seperti konflik, perbuatan, keputusan,

peraturan-peraturan, persetujuan/penolakan, dan pengetahuan- tentang dimana

untuk mendapatkan informasi yang mereka belum mengetahuinya

(misalnya siapa yang didekati, organisasi mana yang harus dihubungi,

dimana informasi faktual itu berada).

Sebagaimana diketahui berdasarkan sejarah, kehidupan bangsa Indonesia

sejak tercapainya proklamasi kemerdekaan telah tumbuh banyak paham/aliran

serta organisasi yang diwarnai keanekaragaman orientasi diluar Pancasila dan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

5

UUD NRI 1945. Hal ini telah menyebabkan bangsa Indonesia hidup berkotak-

kotak secara psikis maupun fisik. Untuk itulah pendidikan kewarganegaraan

diharapkan dapat membentuk karakter bangsa Indonesia yang memiliki jiwa dan

semangat nasionalisme yang tinggi sampai pada tahap “Ultra Nationalisme”.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban

agar warganegara memahami tentang nilai, tentang moral untuk membentuk

karakter warga negara sesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia, sehingga

tercipta warga negara yang melek politik (political literacy).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas,

maka yang menjadi persoalan inti dan sekaligus menjadi fokus telahan dalam

penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

dalam meningkatkan tingkat Melek Politik (Political Literacy) warga negara?

Untuk memperjelas permasalahan tersebut, maka masalah pokok dapat

dijabarkan menjadi sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap

tingkat melek politik siswa SMA sebagai pemilih pemula?

2. Bagaimana Pengaruh Kompetensi Kewarganegaraan terhadap tingkat

melek politik siswa SMA sebagai pemilih pemula?

3. Bagaimana hubungan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran dengan

Kopetensi Kewarganegaraan?

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

6

4. Bagaimana Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan

Kompetensi Kewarganegaraan terhadap tingkat melek politik siswa SMA

sebagai pemilih pemula?

C. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Pendidikan

Kewarganegaraan Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi ini meliputi

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X1) dan Kompetensi

Kewarganegaraan (X2). Adapun yang menjadi variabel terikat (Y) dalam

penelitian ini adalah tingkat melek politik warga negara.

Sesuai perumusan masalah dan pertanyaan penelitian, pola hubungan

antar variabel penelitian dapat dideskripksikan pada Gambar 1.1.

Setiap terminologi memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam

lapangan studi yang berbeda.

Gambar 1.1 Hubungan Antar Variabel

Melek politik

Warga Negara (Y)

Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (X1)

Kompentensi Kewarganegaraan

(X2)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

7

Oleh sebab itu, untuk memperjelas konsep dan variabel yang diteliti,

sehingga tidak mengundang tafsir yang berbeda, maka dirumuskan definisi

operasional atas variabel penelitian sebagai berikut:

a. Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam penelitian ini, istilah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada

dasarnya digunakan dalam pengertian civic education, yaitu Pendidikan

Kewarganegaraan yang berkedudukan sebagai salah satu mata pelajaran di

sekolah. Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan kewarganegaraan dalam

penelitian ini adalah proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang

harus dimiliki siswa yang meliputi dimensi pengetahuan kewaganegaraan (civic

knowledge), kecakapan kewarganegaraan (civic skill), dan disposisi

kewarganegaraan (civic disposition).

Adapun indikator Pendidikan Kewarganegaraan yang diukur dalam

penelitian ini adalah Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Kompetensi

Kewarganegaraan, dengan definisi opersional sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan yang melibatkan guru sebagai pengajar dan

siswa sebagai peserta didik yang di dalamnya di operasionalkan berbagai

komponen pembelajaran yang meliputi materi, metode, media, sumber, dan

evaluasi pembelajaran.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

8

Tabel 1.1 Indikator Variabel Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X1)

VARIABEL INDIKATOR

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (variabel X1)

1. Materi Pembelajaran PKn a. Kesesuaian materi pembelajaran dengan

kurikulum. b. Kesesuaian materi pembelajaran dengan

tingkat kemampuan berpikir siswa. c. Materi pembelajaran diangkat dari realitas

kehidupan siswa d. Materi pembelajaran diorganisasi dari

konkrit menuju abstrak e. Materi pembelajaran diorganisasi dari

pengalaman praktis menuju teori f. Materi pembelajaran diorganisasi dari

lingkungan terdekat siswa, lokal, nasional dan internasional.

g. Materi pembelajaran akurat jika ditinjau dari segi keilmuan.

h. Materi pembelajaran bersifat aktual dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

2. Metode Pembelajaran PKn a. Kesesuaian metode dengan materi

pembelajaran b. Variasi metode yang digunakan c. Metode yang digunakan menuntut siswa

untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

d. Metode yang digunakan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa

3. Media Pembelajaran PKn a. Menggunakan jenis media visual, audio dan

audio visual. b. Kesesuaian media dengan tujuan dan materi

pembelajaran. c. Keberfungsian media. 4. Sumber Pembelajaran Pkn a. Bentuk Sumber Pembelajaran:

1) Materi bacaan 2) Materi bukan bacaan, Masyarakat 3) Dan Lingkungan

b. Jenis Sumber Pembelajaraan 1) Sengaja direncanakan 2) Sengaja dimanfaatkan

5. Evaluasi Pembelajaran PKn

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

9

VARIABEL INDIKATOR a. Penilaian proses belajar dan hasil

belajar b. Penilaian knowledge, skill, disposition c. Penilaian oleh guru, siswa sendiri (self

evaluation), dan siswa lain. d. Bentuk penilaian tertulis (pencil and

paper test) dan berdasarkan perbuatan (performance based assessment), penugasan (project), produk (product), atau portofolio.

e. Tindak lanjut hasil penilaian

2. Kompetensi Kewarganegaraan adalah Pengetahuan, keterampilan, dan

disposisisi kewarganegaraan yang harus dikuasai siswa, sehingga dapat

berperan serta dalam kehidupan demokrasi di berbagai lingkungan kehidupan

yang terdiri atas:

a) Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge) yaitu pemahaman

mendasar yang dimiliki oleh siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan

kewarganegaraan, yang meliputi demokrasi dan struktur pemerintahan

Indonesia, kewarganegaraan Indonesia dan civil kewarganegaraan.

b) Kecakapan Kewarganegaraan (civic skill) yaitu seperangkat keterampilan

mendasar yang dimiliki siswa berkaitan dengan kewarganegaraan yang

terdiri atas kecakapan intelektual dan kecakapan partisipatoris. Kecakapan

intelektual berupa: (1) kemampuan membaca dan memahami informasi

tentang pemerintahan dan isu yang ditemukan di media; (2) kemampuan

membedakan antara fakta dan opini dalam tulisan teks; dan (3)

kemampuan mengartikulasikan konsep abstrak. Kecakapan partisipatoris

berupa :(1) keahlian partisipasi umum; (2) keahlian pemecahan masalah;

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

10

dan (3) partisipasi melalui kemampuan menganalisis isu-isu publik,

kepemimpinan, kelompok mobilisasi dan komunikasi.

c) Disposisi Kewarganegaraan (civic disposition) yakni memiliki sikap dan

komitmen yang penting bagi kehidupan kewarganegaraan. Disposisi

dalam penelitian ini meliputi inti disposisi dan disposisi yang

berhubungan dengan partisipasi. Inti diposisi kewargenegaraan dalam

penelitian ini meliputi kesopanan, empati, sikap kepemimpinan sesuai

pengalaman organisasi dan pengambilan pandangan, sedangkan disposisi

yang berhubungan dengan partisipasi meliputi hubungan masyarakat,

peran dalam masyarakat dan tanggung jawab kewarganegaraan.

Berdasarkan uraian di atas, berikut ini diuraikan indikator-indikator

variabel kompetensi kewarganegaraan (X1) seperti yang tercantum dalam tabel di

bawah ini :

Tabel 1.2 Indikator Variabel Kompetensi Kewarganegaraan (X2)

VARIABEL INDIKATOR

Kompetensi Kewarganegaraan (variabel X2)

1. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) a. Demokrasi dan struktur pemerintahan

1) Sistem pemerintahan Indonesia 2) Landasan sistem politik Indonesia 3) Perwujudan tujuan, nilai, dan

prinsip demokrasi oleh pemerintahan yang dibentuk konstitusi

b. Kewarganegaraan, yaitu peran warga negara dalam kehidupan demokrasi di Indonesia

c. Civic Seciety (masyarakat kewarganegraan)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

11

VARIABEL INDIKATOR

a. Karakteristik masyarakat kewarganegaraan

b. Strategi pemberdayaan masyarakat kewarganegraan model Indonesia

c. Peran individu dalam masyarakat kewarganegaraan.

2. Kecakapan Kewarganegaraan (Civic Skills)

aKecakapan intelektual 1) Kemampuan membaca dan

memahami informasi tentang pemerintahan dan isu yang ditemukan di media

2) Kemampuan membedakan antara fakta dan opini dalam tulisan teks

3) Kemampuan mengartikulasikan konsep abstrak

d. Kecakapan partisipatoris 1) Keahlian partisipasi umum 2) Keahlian pemecahan masalah 3) Partisipasi melalui kemampuan

menganalisis isu-isu publik, kepemimpinan, kelompok mobilisasi, dan komunikasi

2. Disposisi Kewarganegaraan (Civic disposition) a. Inti disposisi kewarganegaraan

1) Kesopanan 2) Empati 3) Sikap kepemimpinan sesuai

pengalaman organisasi 4) Pengambilan pandangan

b. Disposisi yang berhubungan dengan partisipasi 1) Hubungan masyarakat 2) Peran dalam masyarakat 3) Sikap positif terhadap perbedaan

suku

3. Tingkat melek politik (political literacy) warga negara adalah kecerdasan

warga negara terhadap hak dan kewajiban dalam berpolitik sebagai

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

12

warganegara yang baik, yang tercermin dalam pengetahuan, pemahaman,

sikap dan perilakunya. Adapun yang menjadi indikator variabel ini teruraikan

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1.3 Indikator Variabel Tingkat Melek Politik (Political Literacy) Warga Negara

Muda (Y) VARIABEL INDIKATOR

Melek Politik ( Variabel Y) 1. Pengetahuan warganegara tentang: a. Pengertian hak dan kewajiban

politik sebagai warganegara b. Macam-macam hak politik sebagai

warga negara c. Macam – macam kewajiban politik

warga negara. d. Tujuan dicantumkannya hak dan

kewajiban warga negara dalam undang-undang politik

e. Lembaga-lembaga politik yang menyelesaikan pelanggaran dalam pelaksanaan pemilihan umum (pemilu)

2. Pemahaman warga negara tentang: a. Pemahaman terhadap pentingnya

jaminan hak politik dalam undang-undang

b. Manfaat penegakkan hak politik warganegara dalam Undang-Undang

c. Pemahaman tentang akibat pelanggaran terhadap hak politik sebagai warganegara.

3. Sikap warganegara dalam berpolitik: a. Partisipasi warga negara terhadap

masalah perlindungan hak berpolitik

b. Menghormati dan memghargai hak politik warganegara lain

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

13

VARIABEL INDIKATOR

c. Menghargai upaya perlindungan dan penegakkan hak-hak politik warga negara.

4. Perilaku politik warga negara a. Pelaksanaan hak dan kewajiban

politik siswa sebagai pemilih pemula

b. Pelaksanaan kewajiban politik siswa sebagai pemilih pemula

c. Pelaksanaan demokrasi dalam pemilu siswa sebagai pemilu pemula

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan

Secara umum, studi atau penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

dan menganalisis secara mendalam pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan

terhadap tingkat melek politik warga negara. Secara khusus penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam pengaruh pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan terhadap tingkat melek politik siswa SMA

sebagai pemilih pemula.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam pengaruh kompetensi

kewarganegaraan terhadap tingkat melek politik siswa SMA sebagai pemilih

pemula.

c. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam hubungan pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan dengan kompetensi kewarganegaraan pada

siswa SMA sebagai pemilih pemula.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

14

d. Mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam pengaruh pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan dan kompetensi kewarganegaraan terhadap

tingkat kemelekpolitikan siswa SMA sebagai pemilih pemula.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara keilmuan

(teoretik) maupun empirik (praktis). Secara teoritik, penelitian ini diharapkan

mampu memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia

pendidikan khsusnya pendidikan kewarganegaraan (PKn), sehingga pada akhirnya

akan memperkuat landasan dimensi pendidkian kewarganegaraan (PKn) yang

terdiri dari civic knowledge, civic skill, dan civic disposition.

Dari temuan ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi

beberapa pihak sebagaimana diuraikan berikut :

a. Bagi peneliti

1) Mampu menalaah secara kritis tentang tingkat melek politik siswa SMA

sebagai pemilih pemula salah satu komponen penting bangsa Indonesia

2) Memberikan kontribusi positif terhadap berbagai pihak mengenai

pentingnya memahami dan mengarahkan perubahan pola pikir warga

negara terhadap melek politik, sehingga tingkat melek politik

warganegara terus meningkat.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

15

b. Bagi pihak-pihak lain

1) Institusi pemerintahan: Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

mempertegas bahwa tingkat melek politik sebagai pemilih pemula dalam

kehidupan berpolitik.

2) Warga negara umum: Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

menambah wawasan keilmuan sekaligus sebagai stimulus untuk

menggugah kesadaran melek politik dalam melaksanakaan nilai-nilai dan

subtansi bernegara.

3) Institusi pendidikan: Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pengkajian yang lebih komprehensif mengenai urgensi tingkat melek

politik dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

E. Prosedur Penelitian

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, disusun

prosedur penelitian dengan sistematika tertentu, sebagai berikut:

a. Pengkajian dan pengembangan teori yang mencakup teori-teori tentang

pendidikan kewarganegaraan beserta komponen-komponen kompetensi

kewarganegaraan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap kewarganegaraan)

dan melek politik.

b. Penyusunan instrumen pengumpulan data sesuai dengan variabel yang telah

dirumuskan serta landasan dan kerangka teoritik.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

16

c. Pemilihan unit analisis penelitian, yaitu sejumlah SMA di Kabupaten

dilanjutkan dengan pemilihan subjek/responden penelitian yaitu siswa SMA

tersebut secara acak.

d. Pengumpulan data melalui kuesioner, tes, dan wawancara.

e. Pengolahan data dengan cara melakukan verifikasi, pengolahan data statistik,

analisis, dan interpretasi hasil penelitian.

f. Perumusan temuan penelitian dan perumusan kesimpulan hasil penelitian

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian dapat dideskripsikan dalam rumusan sebagai berikut :

1. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan memberikan kontribusi positif dan

signifikan terhadap tingkat melek politik siswa SMA Negeri di Kabupaten

Sumedang.

2. Kompetensi kewarganegaraan memberikan kontribusi positif dan signifikan

terhadap tingkat melek politik siswa SMA Negeri di Kabupaten Sumedang.

3. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dan kompetensi kewarganegaraan

secara bersama-sama memberikan kontribusi yang positif dan signifikan

terhadap tingkat melek politik siswa SMA Negeri di Kabupaten Sumedang.

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Menurut jenis pendekatan, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,

yaitu penelitian yang datanya berupa angka-angka. Ada beberapa istilah tentang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

17

pendekatan kuantitatif, Borg and Gall (1989) sebagaimana dikutip Sugiyono

(2006: 7-8) menyatakan sebagai berikut:

Many labels have been used to distinguish between traditional research methods and these new methods: positivistic versus postpositivistic research; scientivic versus artistic research; confirmatiry versus discovery-oriented research; quantitative versus interpretive research; quantitative versus qualitative research. The quantitative-qualitative distinction seem most widely used. Both quantitative researchers and qualitative researcher go about inquiry in different ways”.

Dari uraian di atas dapat digambarkan bahwa pendekatan kuantitatif sering

dinamakan metode tradisional, positivistik, scientifik dan metode discovery.

Pendekatan kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah

cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk

penelitian. Metode ini disebut metode positivistik karena berlandaskan pada

filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah

memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional

dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode

ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi

baru. Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka

dan analisis menggunakan statistik.

Ciri pendekatan kuantitatif lainnya yang mendukung penelitian ini

memiliki asumsi bahwa dunia sebagai kenyataan tunggal yang diukur dengan

sebuah instrumen. Tujuan penelitiannya mengembangkan hubungan antara

variabel terukur, dan proses penelitiannya berurut dikembangkan sebelum studi

dimulai (Schumacher dan Millan, 2001: 22). Sedangkan menurut Furqon (2005:

12), pendekatan kuantitatif memiliki konsep kunci dalam penelitian ini adalah

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

18

adanya perubahan. Selanjutnya dalam penelitian ini digunakan statistika.

Statistika sebagai bagian dari matematika yang secara khusus membicarakan cara-

cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, analisis, dan penafsiran data.

Tahapan dan tujuan analisisnya, dimulai dari statistika deskriptif, statistika

inferensial atau statistik induktif. Dilihat dari asumsi mengenai distribusi populasi

data yang dianalisis, penelitian ini menggunakan statistik parametrik model

distribusi normal. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner di olah dengan

menggunakan Software SPSS (Statistical Package for Social Science) untuk

mendapatkan informasi statistik tentang Validitas Butir, Keterandalan Instrumen,

analisis korelasional, analisis regresi dan analisis jalur (path analysis).

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis. Hal ini dikarenakan permasalahan yang dikaji dalam penelitian

ini merupakan permasalahan yang ada ada masa sekarang (Dahlan, 1982:92;

Nazir, 1988:63; Surahmad, 1990:140). Metode deskriptif-analitis dalam penelitian

dioperasionalisasikan dengan menggunakan statistik inferensial yaitu untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya digeneralisasikan (diinferensikan) untuk

populasi dimana sampel diambil. (Sugiyono, 2001: 14).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data utama menggunakan teknik kuesioner dengan

instrumen angket dan didukung dengan teknik wawancara, observasi dan studi

dokumentasi. Angket dilakukan untuk mengukur pembelajaran kontekstual.

Variabel pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan angket skala

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

19

SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola

skala SSHA Brown dan Holtzman ini dengan lima option, yaitu: (1) S =

Sering/Selalu, (2) AS= agak sering, (3) K=Kadang-Kadang; (4) J= Jarang; dan (5)

TP= tidak pernah. Jawaban yang tepat diberi bobot lima, dan yang tidak tepat

sekali diberi bobot/skor 4,3,2,1. Keunggulan skala model ini tidak mengukur

aspek kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala

ini bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasarkan

pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktivitas sehari-

hari.

Variabel pengetahuan kewarganegaraan menggunakan instrumen tes

berbentuk pilihan ganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar. Jawaban

yang benar diberi skor 1 dan yang salah 0.

Variabel keterampilan kewarganegaraan (civic skill) menggunakan skala

SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola

skala SSHA Brown dan Holtzman ini dengan lima option, yaitu: (1) S =

Sering/Selalu, (2) AS= agak sering, (3) K=Kadang-Kadang; (4) J= Jarang; dan (5)

TP= tidak pernah. Jawaban yang tepat diberi bobot lima, dan yang tidak tepat

sekali diberi bobot/skor 4,3,2,1. Keunggulan skala model ini tidak mengukur

aspek kemampuan seseorang untuk menjawab, sebab yang dituntut dalam skala

ini bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasarkan

pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktivitas sehari-

hari.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

20

Variabel sikap kewarganegaraan menggunakan instrumen skala sikap

pola Likert. Muler (1996:11) menjelaskan bahwa mengukur sikap seseorang

adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif

berkisar dari “sangat positif” higga “ke sangat negatif” terhadap sesuatu objek

sikap. Teknik dalam menggunakan skala ini bagi jawaban yang dianggap tepat

jika mengarah ke kutub positif adalah SS (sangat Setuju), S (Setuju), TAP (Tidak

ada Pendapat), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju) memperoleh skor

5,4, 3,2, 1, dan sebaliknya bagi jawaban yang mengarah ke kutub negatif, skornya

1,2,3,4,5.

Variabel melek politik warga negara diukur dengan menggunakan tiga

jenis instrumen yang juga digunakan untuk mengukur variabel kompetensi

kewarganegaraan. Pertama, untuk mengkur indikator pengetahuan dan

pemahaman digunakan tes dalam bentuk pilihan ganda. Kedua, untuk mengukur

indikator sikap digunakan skala sikap pola likert. Ketiga, untuk mengukur

indikator perilaku digunakan skala SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes)

dari Brown dan Holtzman.. Teknik pengumpulan data pendukung yang digunakan

adalah teknik wawancara, observasi lapangan, dan studi dokumentasi sesuai

kebutuhan.

H. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh Tingkat melek politik siswa SMA

Negeri di kabupaten Sumedang. Adapun jumlah SMA Negeri yang ada di

kabupaten Sumedang sebanyak 15 sekolah. Pemilihan sampel penelitian

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/t_pkn_0706832_chapter1.pdf · Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dapat mengenali hak dan kewajiban agar

21

dilakukan melalui pengambilan sampel. Kemudian secara acak memilih sekolah

yang dijadikan sampel penelitian. Adapun jumlah SMA yang dijadikan sampel

adalah 3 (tiga) SMA Negeri yaitu SMAN 1 Sumedang, SMAN 1 Cimalaka dan

SMAN 1 Jatinunggal. Pengambilan sampel responden siswa dari tiap sekolah

dengan teknik proportional stratified random sampling, yaitu pengambilan

sampel siswa dari anggota populasi (seluruh siswa SMA di kabupaten Sumedang)

secara acak dan berstrata secara proporsional. Hal ini dilakukan karena kondisi

populasi penelitian ini terdiri dari beberapa kelompok individu dengan

karakteristik yang berbeda-beda, yaitu siswa kelas XII. Adapun pemilihan siswa

yang dijadikan sampel dilakukan dengan menggunakan tabel angka acak (random

numbers) dari Rand (Wahyudin, 2007)