bab iii: metode penelitian -...

23
Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 94 BAB III: METODE PENELITIAN A. SUBJEK PENELITIAN Penelitian ini menempatkan buku teks mata pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS yang digunakan dalam pembelajaran pada periode 1975-2008 sebagai subjek kajian. Agar memperoleh kajian yang tajam, subjek penelitian dibatasi pada buku teks yang digunakan sebagai bahan ajar bagi siswa Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pembatasan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tingkat satuan pendidikan di Indonesia dewasa ini telah begitu rincinya dipilah-pilah. Pada satuan pendidikan menengah, pemerintah membedakan antara SMA/MA dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk masing masing jenis sekolah memiliki bahan ajar mata pelajaran Sejarah yang berbeda. Bahkan pemerintah juga membedakan bahan ajar untuk SMA/MAN jurusan IPA, IPS dan Bahasa. Pengambilan SMA/MA jurusan IPS sebagai konsentrasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada jurusan itu mata pelajaran sejarah memperoleh jumlah jam pelajaran paling banyak dibandingkan dengan pada jurusan IPA maupun Bahasa. Dengan frekuensi pembelajaran paling tinggi, dapat diambil pemahaman bahwa mata pelajaran sejarah pada jurusan IPS merupakan paling komprehensif dan mendalam. Selain jurusan yang mengajarkan sejarah paling komprehensif dan mendalam, sesuai dengan namanya, jurusan IPS sudah seharusnya menjadi jurusan yang paling intensif mengarahkan siswanya untuk menjadi warga negara 94

Upload: lamhanh

Post on 24-Aug-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

94

BAB III: METODE PENELITIAN

A. SUBJEK PENELITIAN

Penelitian ini menempatkan buku teks mata pelajaran sejarah SMA

Jurusan IPS yang digunakan dalam pembelajaran pada periode 1975-2008 sebagai

subjek kajian. Agar memperoleh kajian yang tajam, subjek penelitian dibatasi

pada buku teks yang digunakan sebagai bahan ajar bagi siswa Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Pembatasan ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tingkat satuan pendidikan

di Indonesia dewasa ini telah begitu rincinya dipilah-pilah. Pada satuan

pendidikan menengah, pemerintah membedakan antara SMA/MA dengan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK). Untuk masing masing jenis sekolah memiliki bahan

ajar mata pelajaran Sejarah yang berbeda. Bahkan pemerintah juga membedakan

bahan ajar untuk SMA/MAN jurusan IPA, IPS dan Bahasa.

Pengambilan SMA/MA jurusan IPS sebagai konsentrasi penelitian

dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada jurusan itu mata pelajaran sejarah

memperoleh jumlah jam pelajaran paling banyak dibandingkan dengan pada

jurusan IPA maupun Bahasa. Dengan frekuensi pembelajaran paling tinggi, dapat

diambil pemahaman bahwa mata pelajaran sejarah pada jurusan IPS merupakan

paling komprehensif dan mendalam.

Selain jurusan yang mengajarkan sejarah paling komprehensif dan

mendalam, sesuai dengan namanya, jurusan IPS sudah seharusnya menjadi

jurusan yang paling intensif mengarahkan siswanya untuk menjadi warga negara

94

Page 2: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

95

yang baik. Hal itu terkait dengan tujuan pendidikan IPS adalah untuk membangun

warga negara yang baik (Somantrie, 2005: 4). Dari sudut pandang tujuan IPS itu,

salah satu unsur penting dari kebaikan warga negara adalah memiliki

nasionalisme (Kartodirdjo, 2005: 114). Dengan kata lain, proses pembelajaran

pada jurusan IPS sudah seharusnya mengarahkan agar dalam diri setiap siswa

tumbuh dan berkembang kesadaran sebagai warga bangsa (nation) dan

berperilaku sesuai dengan tata nilai dan norma yang menjadi simbol-simbol

nasionalismenya.

Untuk menumbuhkan kesadaran dan perilaku sebagai warga bangsa

diperlukan proses penanaman nasionalisme yang antara lain melalui mata

pelajaran sejarah. Dari sudut pandang ini, sudah selayaknya buku teks mata

pelajaran sejarah mewacanakan nasionalisme, sehingga siswa dapat menemukan

sendiri pergumulan nenek moyangnya di masa lampau dalam usaha membangun,

mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia.

Penelitian ini akan dibatasi pada uraian buku teks tentang lahir dan

berkembangnya nasionalisme Indonesia. Pembatasan itu didasarkan pertimbangan

bahwa pada periode itu secara bertahap mulai berkembang kesadaran untuk

membangun Indonesia sebagai bangsa. Dari sudut pandang ini, pada pembahasan

periode itulah uraian buku teks memiliki ruang paling luas untuk mewacanakan

nasionalisme.

Dalam sejarah Indonesia, lahirnya nasionalisme ditandai dengan

munculnya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Permasalahan yang muncul

adalah penetapan batas akhir perkembangan nasionalisme, karena masing-masing

Page 3: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

96

periode buku teks memiliki batas yang berbeda-beda. Oleh karena banyaknya bias

subjektifitas penguasa pada periode setelah proklamasi kemerdekaan, maka pada

penelitian ini perkembangan nasionalisme Indonesia dibatasi sampai dengan masa

revolusi kemerdekaan.

Dengan mempertimbangkan kebermanfaatan pada pengembangan

pendidikan kontemporer, penelitian buku teks pelajaran sejarah ini akan dibatasi

dari tahun 1975 sampai dengan 2008. Pengambilan tahun 1975 sebagai titik awal

kajian disebabkan pada tahun itu ada dua peristiwa penting terkait dengan

kandungan buku teks Pendidikan Sejarah. Pertama adalah masuknya IPS dalam

kurikulum nasional. Peristiwa itu secara filosofis maupun metodologis terjadi

pergeseran posisi Pendidikan Sejarah dari mata pelajaran mandiri menjadi sebagai

bagian dari mata pelajaran IPS. Dari sudut ini, Pendidikan Sejarah secara

epistemologis sudah seharusnya mengacu pada landasan epistemologi Pendidikan

IPS. Sejalan dengan itu, buku teks yang digunakan pun sudah seharusnya

mengacu pada landasan epistemologi Pendidikan IPS.

Peristiwa kedua adalah diterbitkannya Sejarah Nasional Indonesia jilid I

sampai dengan VI. Buku ini sangat penting peranannya, karena ditempatkan

sebagai induk dari semua tulisan sejarah di Indonesia. Meski dilihat dari isinya

sebenarnya lebih merupakan buku acuan mahasiswa program studi Ilmu Sejarah,

tetapi dalam prakteknya buku teks Pendidikan Sejarah di tingkat pendidikan yang

lebih rendah pun mengacu pada buku induk tersebut. Bahkan pada awalnya, buku

teks untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah

Page 4: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

97

Atas (SMA) yang diterbitkan oleh pemerintah (Balai Pustaka) juga menggunakan

judul sama, yaitu Sejarah Nasional Indonesia, meski jumlah jilidnya berbeda.

Penempatan tahun 2008 sebagai batas akhir pembahasan dilakukan dengan

pertimbangan bahwa pemerintah, melalui Departemen Pendidikan Nasional, pada

tahun itu meluncurkan buku teks baru yang dikenal sebagai Buku Sekolah

Elektronik (BSE). Buku teks untuk siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA itu

berupa file pdf yang dapat diakses (dibaca dan diunduh) secara gratis melalui situs

http://bse.depdiknas.go.id/ Pembaharuan tidak hanya dalam hal bentuk dan sistem

aksesnya, tetapi juga sistem produksinya. Departemen pendidikan melalui Badan

Standar Nasional Pendidikan menyeleksi buku teks sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Buku teks yang lolos seleksi kemudian hak ciptanya dibeli oleh

pemerintah.

Sepanjang periode 1975-2008 terjadi empat kali pergantian kurikulum

nasional, yaitu 1975, 1984, 1994, dan 2006 sehingga paling tidak juga terjadi

empat kali pergantian buku teks. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan

aspek keterwakilan, maka penelitian ini akan mengambil tiga buku teks yang

dipergunakan pada proses pembelajaran untuk setiap kurikulum nasional,

sehingga jumlah keseluruhan adalah dua belas buku teks.

Keduabelas buku teks yang dijadikan subjek penelitian, diurutkan berdasar

tahun terbit dan kurikulum yang menaungi adalah sebagai berikut:

1. Kurikulum 1975

a. Idris, Z.H., dan Tugiyono 1979, Sejarah Untuk SMA.

b. Siswojo, S.W., 1979, Sejarah Untuk SMA, jilid 1 dan

Page 5: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

98

c. Notosusanto, Nugroho dan Yusmar Basri, ed., 1981, Sejarah Nasional

Indonesia Untuk SMA. jilid 3. Buku paket.

2. Kurikulum 1984

a. Soewarso, Ibnoe, 1986, Sejarah Nasional Indonesia dan Dunia. jilid 3.

b. Moedjanto, G., dkk., 1992, Sejarah Nasional Indonesia. jilid 3.

c. Notosusanto, Nugroho dan Yusmar Basri, ed., 1992, Sejarah Nasional

Indonesia Untuk SMA. jilid 3 (Buku Paket).

3. Kurikulum 1994

a. Sardiman, A.M., dan Kusriyantinah, 1996, Sejarah Nasional dan Umum

untuk SMA, jilid 2b dan 2c.

b. Badrika, I Wayan, 1997, Sejarah Nasional Indonesia dan Umum untuk

SMA, jilid 2.

c. Siti Waridah Q., Sukardi dan Sunarto, 2000, Sejarah Nasional dan Umum

untuk SMA. jilid 2.

4. Kurikulum 2006

a. Mustopo, Habib, dkk., 2007, Sejarah SMA. jilid 2 dan 3.

b. Hapsari, Ratna dan Abdul Syukur, 2008, Eksplorasi Sejarah Indonesia

dan Dunia. jilid 2 dan 3.

c. Tarunasena, 2009, Sejarah SMA/MA. jilid 2 dan 3.

Dari jumlah buku teks yang dikaji serta sebarannya, kiranya dapat

dipahami bahwa fokus penelitian ini adalah buku teks mata pelajaran sejarah yang

Page 6: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

99

diterbitkan dan digunakan pada masa pemerintahan Presiden Suharto atau Orde

Baru. Tiga buku terakhir dimaksudkan sebagai pembanding untuk memahami

dinamika perkembangan yang terjadi pada masa Reformasi atau post Orde Baru.

B. PENDEKATAN PENELITIAN

Sesuai dengan rekomendasi United Nations Educational, Scientific and

Cultural Organization (UNESCO) (Pingel, 2010: 68) untuk kajian kualitatif buku

teks mata pelajaran sejarah, penelitian ini menggunakan pendekatan

hermeneutika, yaitu menempatkan hermeneutika sebagai ilmu bantu untuk

memahami dan menganalisis buku teks mata pelajaran sejarah SMA sebagai

subjek kajian. Hal itu didasarkan pada pertimbangan bahwa buku teks merupakan

sumber belajar utama para siswa dalam mempelajari sejarah nasional Indonesia,

sehingga antar keduanya terjadi transaksi makna.

Kata hermeneutika berasal dari nama salah satu pantheon Yunani kuno,

yaitu Hermes. Dewa Hermes memiliki tugas untuk menyampaikan pesan atau

perintah Tuhan kepada manusia. Dalam menjalankan tugasnya, Hermes harus

memahami detail perintah tersebut dan kemudian menterjemahkan dan

menarasikannya ke dalam bahasa manusia. Berdasar tugas Hermes, hermeneutika

kemudian digunakan untuk menamai ilmu yang bertugas untuk menafsirkan teks.

Sebagai ilmu, tanggungjawab hermeneutika adalah: (1) mengungkapkan

sesuatu yang tadinya masih dalam pikiran melalui kata-kata sebagai medium

penyampaian; (2) menjelaskan secara rasional sesuatu yang tadinya masih samar-

samar sehingga maknanya dapat dimengerti; (3) menerjemahkan sesuatu yang

Page 7: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

100

dinarasikan dalam bahasa asing ke dalam bahasa yang dipahami oleh audiences

(Raharjo, 2008: 28). Oleh karena itu tidaklah salah apabila hermeneutika oleh

Sumaryono (1999: 24) dipandang sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi

dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketidakpahaman menjadi paham terhadap

makna teks yang dikaji.

Usaha untuk memahami teks atau pintalan kata merupakan proses yang

kompleks dan melahirkan berbagai aliran hermeneutika. Freidrich Ernst Daniel

Schleiermacher yang kemudian dikenal sebagai bapak hermeneutika modern

mengembangkan pemikiran bahwa pemahaman teks dua cara yang dikenal

sebagai dua lingkaran hermenetika:

1. memahami makna teks secara gramatikal (grammatical understanding), yaitu

menemukan makna melalui pencarian pengertian gramatik dari kata-kata dan

kalimat yang terdapat pada teks. Pemahaman teks dalam hal ini adalah melalui

penguasaan terhadap aturan-aturan sintaksis bahasa, sehingga menggunakan

pendekatan linguistik. Cara ini dalam hermeneutika dikenal dengan sebutan

lingkaran objektif.

2. memahami makna teks dari kondisi psikologis pembuat teks (intuitive

understanding). Untuk dapat memahami sungguh-sungguh kondisi psikologis

pengarang, diperlukan kajian tentang konteks budaya yang melingkupi teks,

konteks historis yang mendorong munculnya teks, dan maksud pengarang

ketika memproduksi teks. Dengan kata lain, pemahaman makna teks

diperlukan rekonstruksi proses kelahirannya. Cara ini dalam hermeneutika

dikenal dengan sebutan lingkaran subjektif.

Page 8: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

101

Pandangan Schleiermacher tentang grammatical understanding atau

lingkaran objektif dewasa ini telah berkembang pesat. Secara garis besar,

perkembangan grammatical understanding dewasa ini tidak hanya menganalisis

bahasa dari unsur-unsur pembentuknya (kalimat, frasa, kata dan sebagainya),

tetapi diarahkan sampai pada bagaimana bahasa digunakan atau dimanfaatkan

oleh penggunanya atau fungsi bahasa.

In the study of language, some of most interesting questions arise in

connection with the way language is used, rather than what its components

are. ... We were, in effect, asking how it is that language-users interpret what

other language-users intend to convey. When we carry this investigation

further and ask how it is that we, as language-users, make sense of what we

read in text, understand what the speakers mean despite what they say,

recognize connected as opposed to jumble or incoherent discourse, and

successfully take part in that complex activity called conversation, we are

undertaking what is known as discourse analysis (Yule, 1996: 139).

Pada kutipan itu Yule menjelaskan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang

paling menarik dalam studi bahasa adalah bagaimana bahasa tersebut digunakan,

dari pada komponen-komponen apa saja yang membentuk bahasa. Pada dasarnya,

pertanyaan mengarah ke bagaimana pengguna bahasa menginterpretasi apa yang

disampaikan oleh pengguna bahasa lainnya. Dari penelitian ini tentang

bagaimana, sebagai pengguna bahasa, menjadikan masuk akal apa yang dibaca

dalam teks, memahami maksud pembicara meskipun disampaikan secara verbal,

akan diperoleh pemahaman akan keterkaitan sebagai lawan terhadap wacana yang

campur aduk atau tidak koheren, serta berhasil mengambil bagian dalam aktivitas

kompleks yang disebut perbincangan, inilah yang dikenal sebagai analisis wacana.

Page 9: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

102

Salah satu pendekatan yang dipandang mampu mencapai grammatical

understanding secara komprehensif adalah Discourse Analysis (DA) yang secara

sederhana dapat dikatakan sebagai kajian terhadap unsur bahasa di atas kalimat.

Discourse Analysis memiliki tiga aliran, salah satunya adalah analisis wacana

kritis (critical discourse analysis/CDA) yang menekankan perhatian pada unsur

kepentingan dan kekuasaan sebagai konteks dalam produksi dan reproduksi

wacana (Wodak and Meyer, 2001: 24).

Pandangan Schleiermacher tentang kondisi psikologis pembuat teks

(intuitive understanding) atau lingkaran subjektif juga sangat menarik, karena

akan mampu menemukan genetika historis dari suatu teks. Metode itu membuka

peluang untuk dapat memahami teks sesuai dengan makna saat teks tersebut

diproduksi, serta kondisi sosio-kultural yang melingkupinya. Meminjam

pandangan dari New Historicism, bahwa untuk memahami perkembangan wacana

atau discourse harus melalui pengkajian terhadap “the historicity of text”. Dengan

melacak historisitas makna, akan ditemukan berbagai makna subjektif yang

berbeda dalam setiap zaman. Foucault (2006: xvii), salah satu tokoh terkemuka

New Historicism, ketika mengkaji konsep kegilaan menjelaskan:

We need a history of that other trick that madness plays – that other trick

through which men, in the gesture of sovereign reason that locks up their

neighbour, communicate and recognize each other in the merciless

language of non-madness; we need to identify the moment of that

expulsion, before it was definitely established in the reign of truth.

Dari kutipan di atas Foulcault memandang bahwa sejarah dibutuhkan

untuk mengkaji maksud lain yang berada di balik istilah kegilaan, dimana orang

dengan sikap sebagai pemilik alasan yang sah, mengunci tetangganya. Sejarah

Page 10: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

103

dibutuhkan untuk mengidentifikasi saat peristiwa pengusiran terjadi, sebelum

sungguh-sungguh dimapankan melalui kekuasaan kebenaran.

Pemikiran Schleiermacher kemudian dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey

(1833-1911) yang menggunakan hermeneutika tidak hanya untuk teks kitab suci,

tetapi juga untuk teks ilmu-ilmu humaniora pada umumnya

(Geisteswissenschaften). Dilthey dengan tegas menjelaskan bahwa ilmu

humaniora bertugas untuk memahami (verstehen), sedang ilmu-ilmu alam

(Naturwissenschaften) bertugas untuk menjelaskan (enklaren).

Pemikiran Dilthey tentang hermeneutika berpusat pada tiga unsur, yaitu

erlebnis (dunia pengalaman batin) dan Ausdruck (ekspresi hidup) dan verstehen

(memahami). Ketiga unsur tersebut saling berkaitan. Erlebnis adalah kenyataan sadar

keberadaan manusia dan merupakan kenyataan dasar hidup dari mana segala kenyataan

dieksplisitkan. Dalam erlebnis hidup merupakan realitas fundamental yang teralami

secara langsung, sehingga belum memunculkan pembedaan subjek dan objek. Erlebnis

adalah basis kenyataan bagi munculnya imaginasi, ingatan dan pikiran.

Terkait dengan kesadaran eksistensi manusia, Sastrapratedja (2008)

menjelaskan implikasi pandangan Dilthey sebagai berikut:

Dilthey mengatakan bahwa manusia adalah suatu "geschichtliches wesen",

suatu "wujud historis". Pandangan ini menjadi penting bagi pengertian

mengenai hermeneutika dan juga berpengaruh bagi teori hermeneutika

selanjutnya. Historikalitas, sebagaimana disarikan oleh Richard E. Palmer

mempunyai dua arti:

(1) Manusia memahami dirinya tidak melalui introspeksi, tetapi melalui

objektifikasi kehidupan. Pengertian-diri manusia tidak langsung, tetapi

melalui detour hermeneutik, yaitu melalui ekspresi yang berasal dari masa

lampau. Artinya untuk memahami siapakah diri kita, kita harus menafsirkan

sejarah sebagai ekspresi diri atau objektifikasi diri manusia.

Page 11: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

104

(2) Hakekat manusia bukan esensi tetap., seperti dikatakan Nietzsche

"manusia adalah hewan yang-belum-ditentukan" (noch nicht festgestellte

Tier). Akan menjadi apakah manusia, menunggu keputusan sejarah.

Memahami masa lalunya, bukanlah bentuk perbudakan, tetapi kebebasan,

kebebasan pemahaman-diri yang lebih penuh dan kesadaran bahwa ia mampu

menghendaki ia mau penjadi apa.. Lebih jauh lagi bagi Dilthey pemahaman

manusia juga bersifat historis. Temporalitas intrinsik dalam pemahaman

manusia, membentang dari masa lampau ke masa depan. Dalam hal ini makna

selalu bersifat historis juga.

Ausdruck atau ekspresi adalah ungkapan kegiatan jiwa. Ekspresi muncul dalam

berbagai bentuk, antara lain ekspresi yang isinya telah tetap dan identik, seperti, rambu-

rambu lalu lintas. Pada ekspresi yang berupa tingkah laku manusia, wujudnya dapat

tunggal maupun dalam bentuk serangkaian tindakan yang panjang. Wujud ketiga adalah

ekspresi spontan, seperti tersenyum, tertawa, kagum dan seterusnya. Ekspresi ini

merupakan ungkapan perasaan yang kadang dangkal, dan kadang sangat dalam.

Verstehen atau pemahaman adalah suatu proses mengetahui kehidupan kejiwaan

lewat ekspresi-ekspresinya yang diberikan pada indera. Memahami adalah mengetahui

yang dialami orang lain, lewat suatu tiruan pengalamannya. Dengan kata lain verstehen

adalah menghidupkan kembali atau mewujudkan kembali pengalaman seseorang dalam

diriku (Anskersmit,1987: 162).

Pemikiran Dilthey memperluas objek kajian dan sekaligus memperkokoh

pandangan Schleiermacher, yaitu dengan menempatkan hermeneutika sebagai

metode untuk memahami ekspresi manusia masa lampau tentang kehidupan

mereka yang termanifestasi melalui teks atau tulisan. Oleh karena itu, untuk dapat

memahami ekspresi tersebut sesuai dengan maksud subjektif pengarangnya,

diperlukan konteks historis (Raharjo, 2008: 61). Linge (dalam Gadamer, 1977:

xiii-xiv) menjelaskan:

Page 12: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

105

The far-reaching implications of this identification of understanding with

scientific understanding can be seen most clearly in the work of Wilhelm

Dilthey, whose aim was to establish hermeneutics as the universal

methodological basis of the Geisteswissenschaften. Insofar as they adhered to

the guidelines of methodical interpretation, the human studies could lay claim

to a knowledge of the human world that would be every bit as rigorous as the

natural sciences' knowledge of nature. Like Schleiermacher, Dilthey identified

the meaning of the text or action with the subjective intention of its author.

Starting from the documents, artifacts, actions, and so on that are the content

of the historical world, the task of understanding is to recover the original

life-world they betoken and to understand the other person (the author or

historical agent) as he understood himself.

Pada kutipan tersebut Linge menjelaskan bahwa Dilthey bermaksud

membangun hermeneutika sebagai landasan metodologis ilmu-ilmu kemanusiaan

(Geisteswissenschaften). Dengan mengikuti panduan metode interpretasi, ilmu-

ilmu kemanusiaan akan dapat memperoleh kedudukan sebagai ilmu yang

mengkaji dunia manusia seperti halnya kedudukan ilmu-ilmu alam yang mengkaji

semesta alam. Dilthey mengidentifikasi makna dari teks atau tindakan adalah

maksud subjektif dari pengarangnya. Memahami merupakan usaha untuk

mengungkap dunia hidup asli yang ternyatakan dan pemahaman terhadap orang

lain (pengarang atau aktor sejarah) sebagaimana orang itu memahami dirinya.

Pemikiran Schleiermacher dan Dilthey tentang konteks budaya dan

konteks historis sangat mungkin untuk diterapkan sebagai pendekatan dalam

penelitian ini. Buku teks mata pelajaran sejarah untuk SMA Jurusan IPS

ditempatkan sebagai simbol kehadiran pengarang yang dilingkupi oleh jiwa jaman

ketika teks tersebut diproduksi. Dari sudut pandang ini, pemahaman tentang

dinamika budaya Indonesia pada masa Orde Baru, seperti perkembangan ideologi,

politik dan budaya, merupakan sebuah keharusan untuk dilakukan agar mampu

memahami konteks budaya dari produksi buku teks mata pelajaran sejarah untuk

Page 13: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

106

SMA Jurusan IPS. Dinamika pendidikan Indonesia pada umumnya dan dinamika

pendidikan sejarah khususnya, ditempatkan sebagai konteks historis dari lahirnya

buku teks mata pelajaran sejarah untuk SMA Jurusan IPS.

Pandangan Schleiermacher dan Dilthey kemudian dikembangkan oleh

Heidegger. Di tangan Heidegger, hermeneutika tidak hanya sekedar metode,

tetapi digali lebih mendalam sampai pada tataran hermeneutika filosofis. Ricoeur

(2009: 73) menjelaskan:

...yang dipertaruhkan oleh hermeneutika filosofis adalah “bagaimana

menjelaskan segala „yang ada‟ berdasarkan keadaan dasar „ke-ber-ada-an-

nya‟. Penjelasan ini tidak akan menyumbangkan apapun bagi metodologi

ilmu-ilmu kemanusiaan; namun ia justru akan menggali metodologi ini lebih

dalam lagi untuk memperlihatkan landasannya... Hermeneutika bukanlah

refleksi tentang ilmu-ilmu kemanusiaan, akan tetapi penjelasan tentang

landasan ontologis yang bisa dijadikan sebagai dasar untuk menciptakan ilmu-

ilmu ini.

Pemikiran Heidegger antara lain adalah tentang pemahaman bahwa teks

bukan sekedar ekspresi atau ausdruck yang terpisah dari pengarangnya, tetapi teks

harus dimaknai sebagai simbol kehadiran pengarang tersebut:

Dalam berbagai tulisannya pada tahun 1950-an Heidegger bermaksud

mengoreksi pengertian tradisional mengenai bahasa sebagai instrumen untuk

ekspresi gerak batin atau perasaan serta pandangan dunia. "Bahasa pada

hakekatnya bukanlah ekspresi dan bukan aktivitas manusia. Bahasa berbicara.

Hakekat bahasa adalah berbicara atau mengatakan. Mengatakan berarti

menunjukkan. Terkait dengan "mengatakan" adalah "kemampuan

mendengarkan", sehingga apa yang harus dikatakan dapat menunjukkan diri..

Itulah "peristiwa bahasa" (Spracherreignis). Sebagaimana diungkapkan

Palmer: "Language is not an expression but an appearance of being. Thinking

does not express man, it lets being happen as language event. In this letting-

happen lies the fate of man and also the fate of truth, and ultimately the fate of

being". Pandangan itu sangat penting dalam teori hermeneutik.. Hakekat

bahasa adalah fungsi hermeneutiknya untuk membawa realitas menampilkan

dirinya (Sastrapratedja, 2008).

Page 14: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

107

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa fungsi utama bahasa adalah

bukan untuk berkomunikasi dengan pihak lain, tetapi untuk „menunjukkan‟,

„memperlihatkan‟ dan „menyatakan‟. Fungsi tersebut menjadikan bahasa sebagai

media untuk mengejawantahkan karakter eksistensial. Dengan menempatkan

bahasa sebagai media untuk „menunjukkan‟, „memperlihatkan‟ dan „menyatakan‟,

maka uraian dalam konten atau isi buku teks pelajaran sejarah tidak semata-mata

hanya untuk menjelaskan fenomena historis, tetapi juga untuk merepresentasikan

kepentingan pengarang.

C. KERANGKA ANALISIS

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan hermeneutik. Penelitian kualitatif secara umum dimengerti sebagai

penelitian empiris yang sistematis untuk memperoleh pemahaman (Shank, 2002:

5). Oleh karena subjek penelitian ini adalah buku teks, maka pemahaman tersebut

diperoleh melalui analisis atau interpretasi terhadap isi dokumen dengan

menggunakan pendekatan hermeneutik, sehingga dapat dikategorikan sebagai

penelitian interpretif (interpretive study).

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan pada Bab I, penelitian ini

difokuskan pada empat permasalahan, yaitu pendekatan, keberagaman, integrasi

nasional dan wacana yang diproduksi. Untuk memperoleh kajian mendalam

terhadap masing-masing permasalahan, analisis dilakukan dengan jalan sebagai

berikut:

Page 15: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

108

1. Pendekatan

Analisis terhadap aspek pendekatan dilakukan dengan meneliti model

rekonstruksi sejarah digunakan oleh setiap buku teks dalam menyusun uraian

sejarah yang mampu mengungkapkan “sejarah dari dalam” dan menjelaskan

berbagai faktor pendorong. Model rekonstruksi sejarah dikategorikan

menggunakan pendekatan struktural apabila buku teks menguraikan latar

belakang peristiwa historis yang dibahasnya dengan mengkaitkan pada

struktur yang berada di atasnya, baik struktur ekonomi, sosial, maupun

budaya. Usaha mencari keterkaitan atau benang merah antara peristiwa sejarah

dengan struktur di atasnya, dilakukan dengan mengkaji secara mendalam

dinamika pada struktur tersebut yang dipahami secara kuat menjadi faktor

pendorong. Pada tahap selanjutnya uraian buku teks merunut tahapan-tahapan

yang terjadi dan media yang digunakan sehingga pendorong itu melahirkan

peristiwa sejarah. Oleh karena struktur yang menjadi pendorong bersifat

kompleks dan kajiannya dilakukan secara mendalam, pada umumnya

pembahasannya akan terpisah dari proses terjadinya peristiwa sejarah.

Model rekonstruksi sejarah dikategorikan menggunakan pendekatan

deskriptif narratif apabila fokus uraian buku teks pada menceritakan atau

menggambarkan proses terjadinya peristiwa sejarah. Dari sudut pandang ini,

buku teks yang menggunakan pendekatan deskriptif narratif bukan berarti

tidak membahas penyebab terjadinya peristiwa sejarah. Uraian buku teks

sangat mungkin membahasnya, tetapi pembahasan itu tidak secara mendalam

dan dilakukan menyatu dengan deskripsi tentang peristiwa sejarah.

Page 16: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

109

Model rekonstruksi sejarah dikategorikan menggunakan pendekatan

hermeneutik apabila peristiwa sejarah diuraikan dari sudut pandang para tokoh

yang terlibat. Oleh karena itu, uraian buku teks akan dipenuhi dengan

pemikiran dan perasaan para pelaku sejarah, baik berupa keresahan maupun

ketidakpuasan, yang mendorong mereka untuk melakukan aksi berupa

peristiwa sejarah.

2. Keberagaman

Analisis terhadap aspek keberagaman dilakukan dengan meneliti kekayaan

ragam golongan dan kekuatan dalam masyarakat yang diuraikan oleh setiap

buku teks ketika membahas fenomena historis. Keberagaman yang dapat

diuraikan oleh buku teks antara lain dari perspektif wilayah, usia, gender,

profesi, etnik, agama, ras dan adat istiadat. Analisis dilakukan tidak hanya

pada jumlah perspektif keberagaman yang dibahas oleh buku teks, tetapi juga

kedalaman pembahasannya. Semakin banyak perspektif golongan yang

dibahas dan uraiannya juga representatif, berarti semakin baik kualitas

keberagamannya.

3. Sintesis Menuju Integrasi Nasional

Analisis terhadap aspek sintesis menuju integrasi nasional dilakukan untuk

mengkaji uraian sejarah yang disusun oleh buku teks sebagai sintesis menuju

terbentuknya integrasi nasional. Analisis dilakukan dengan meneliti kekayaan

uraian buku teks tentang fenomena historis yang mencerminkan kebersatuan

dan berkembangnya solidaritas antar kelompok kekuatan dan golongan dalam

Page 17: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

110

masyarakat. Fenomena historis itu dapat berupa terjalinnya kerjasama

sementara, selamanya maupun fusi antar kelompok kekuatan dan golongan.

Semakin banyak fenomena historis yang merepresentasikan integrasi nasional

dibahas secara mendalam, berarti semakin baik kualitas sintesis integrasi

nasional yang disusun

4. Wacana

Agar dapat memperoleh pemahaman yang mendalam dan tajam tentang

pesan-pesan yang hendak disampaikan, buku teks pelajaran sejarah dalam

penelitian ini ditempatkan sebagai dokumen historis yang mengandung

“ekspresi subjektif manusia masa lampau tentang kehidupan mereka yang

termanifestasi melalui teks atau tulisan” dan khususnya ekspresi subjektif

yang terkait dengan kehadiran kepentingan dan kekuasaan sebagai konteks

dalam produksi dan reproduksi wacana (Wodak and Meyer, 2001: 24)..

Dengan menempatkan uraian buku teks sebagai “ekspresi subjektif”

kepentingan dan kekuasaan, analisis teks menjadi dimungkinkan untuk tidak

hanya berhenti pada makna gramatikal, tetapi lebih mendalam, yaitu sampai

pada makna kontekstual untuk menangkap asumsi, ideologi dan pesan yang

diwacanakan dan disampaikan oleh buku teks kepada siswa sebagai audien

(Crawford, 2001: 327). Asumsi, ideologi dan pesan yang diwacanakan hadir

dalam berbagai bentuk, baik term atau istilah, kalimat maupun frase.

Analisis wacana dilakukan dengan jalan:

a. Analisis konten buku teks dengan fokus pada:

Page 18: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

111

1) term-term superior, baik dalam bentuk kata, kalimat maupun frasa,. Term-

term superior itu “not only the object of a particular knowledge, but also

the object of a vision” (Spivak dalam Derrida, 1997: lviii), sehingga

ditempatkan sebagai penanda kehadiran kelompok kepentingan (Derrida,

1997: 12). Dengan kata lain, term-term superior berfungsi untuk

menggambarkan diri sendiri (self) dari kelompok kepentingan.

2) term-term inferior sebagai kebalikan atau oposisi biner dari term-term

super. Sebagai oposisi, term-term inferior secara kontekstual berfungsi

untuk menegasikan pihak-pihak lain (others). Penegasian dapat berupa

ungkapan yang menyalahkan, mempenjahatkan maupun mengorbankan

pihak-pihak yang dianggap tidak sejalan dengan kelompok kepentingan

yang sedang berkuasa.

Kedua jenis term terdapat pada berbagai bagian dari uraian dalam buku

teks. Oleh karena itu, sesuai dengan metode yang dikembangkan oleh van

Dijk (Rosidi, 2007), analisis kritis dilakukan terhadap tiga tingkatan struktur

wacana, yaitu struktur makro, struktur supra, dan struktur mikro (macro

structure, superstructure, and micro structure). Struktur makro menunjuk

pada makna keseluruhan (global meaning) yang dapat dicermati dari tema

atau topik yang diangkat oleh suatu wacana. Dalam penelitian ini analisis

struktur makro dilakukan pada periode sejarah yang dibahas dalam buku teks.

Struktur supra menunjuk pada kerangka suatu wacana atau skematika,

seperti kelaziman percakapan atau tulisan yang dimulai dari pendahuluan,

dilanjutkan dengan isi pokok, diikuti oleh kesimpulan, dan diakhiri dengan

Page 19: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

112

penutup. Bagian mana yang didahulukan, serta bagian mana yang

dikemudiankan, akan diatur demi kepentingan pembuat wacana.

b. Analisis Perbandingan dengan fokus pada:

1) Menemukan berbagai kajian akademik yang mendukung, baik

historiografi yang disusun oleh sejarawan Indonesia maupun asing.

Melalui pencermatan terhadap historiografi Indonesia pendukung dapat

ditemukan seberapa besar wacana nasionalisme dari kelompok

kepentingan dipromosikan kepada masyarakat Indonesia secara

keseluruhan.

2) Mengkritisi rekonstruksi nasionalisme dari kelompok kepentingan melalui

penelitian terhadap sumber-sumber primer dan berbagai kajian akademik.

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini terutama surat kabar-

surat kabar sezaman dengan peristiwa historis yang menjadi konten buku

teks pelajaran sejarah.

3) Interpretasi. Dalam penelitian ini, pemaknaan atau interpretasi dilakukan

dengan menggunaan pendekatan hermeneutik.

Wacana nasionalisme terpintal dalam bentuk kata, kalimat maupun frase

pada seluruh bagian dari uraian buku teks ketika membahas fenomena historis.

Dengan kata lain, wacana nasionalisme sangat mungkin muncul pada aspek

integrasi nasional, keberagaman maupun ketika menerapkan pendekatan yang

dipilih. Oleh karena itu, analisis terhadap wacana nasionalisme dilakukan pada

bagian akhir analisis setiap aspek. Maksudnya, analisis terhadap pendekatan

yang digunakan oleh buku teks, akan dilanjutkan dengan analisis wacana

Page 20: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

113

nasionalisme. Hal itu juga berlaku ketika membahas aspek keberagaman dan

integrasi nasional.

5. Kualitas Penyajian Buku Teks

Agar dapat memperoleh pemahaman yang mendalam dan tajam tentang

aspek penyajian dalam buku teks pelajaran sejarah, dalam penelitian ini

digunakan kriteria yang disusun oleh BSNP untuk buku teks pelajaran sejarah

SMA tahun 2011. Dari kriteria BSNP tersebut dipilih 18 item yang dipandang

dapat mengukur kualitas buku teks dari aspek penyajian, yaitu:

Tabel 2: Instrumen Penelitian Aspek Penyajian Dalam Buku Teks

1 Peta konsep 10 Menekankan kearifan sejarah

2 Menggugah berpikir kritis 11 Pendahuluan

3 Merangsang berpikir kronologis 12 Rangkuman dan Refleksi

4 Merangsang berpikir kasualitas 13

Mengembangkan kemandirian

belajar

5 Mendorong berpikir komparatif 14

Kesesuaian dengan tingkat

perkembangan sosial-emosional

6 Tidakbersifat indoktrinatif 15

Mengembangkan kecakapan

personal dan sosial

7

Relevansi ilustrasi dengan

peristiwa yang diceritakan 16 evaluasi

8 Variasi penyajian 17 Daftar pustaka

9 Berpusat pada peserta didik 18 Glosarium

Untuk menganalisis terhadap masing-masing item digunakan panduan

yang telah disusun oleh BSNP tahun 2011 sebagai berikut:

Tabel 3: Pengertian Setiap Item Instrumen Penelitian Aspek Penyajian

Dalam Buku Teks

NO ITEM

1 Peta konsep

Peta konsep berisi tentang bagan, flowchart hubungan antar konsep yang

dibahas dalam bab.

Page 21: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

114

NO ITEM

2

Menggugah berpikir kritis

Penyajian materi dapat merangsang peserta didik untuk bertanya kepada

guru, orangtua atau orang lain tentang hal-hal yang sudah dan sedang

dipelajarinya. Ilustrasi, dan soal latihan mendorong peserta didik untuk

berpikir kritis.

3

Merangsang berpikir kronologis Materi sejarah mencerminkan kemampuan untuk mendorong terbentuknya

cara berpikir kronologis, logis, kritis, dan analitis (diakronis) yang

didukung dengan contoh dalam peristiwa sejarah

4

Merangsang berpikir kausalitas (sebab akibat)

Materi sejarah mampu memberikan landasan terciptanya cara berpikir

prosesual dan temporal dalam memahami perubahan dan perkembangan

peristiwa sejarah dalam masyarakat yang dilengkapi dengan contoh

peristiwa sejarah.

5

Mendorong berpikir komparatif

Buku ajar mampu menyajikan berbagai perbandingan contoh/ilustrasi dari

fakta sejarah untuk mencapai kedalaman wawasan dan objektivitas yang

akhirnya mampu melahirkan visi dan orientasi sejarah Indonesia sebagai

sarana pendidikan antara lain: cinta tanah air, rela berkorban, nasionalisme,

dan keutuhan NKRI.

6

Tidak bersifat indoktrinasi

Materi sejarah dalam buku ajar sejarah mampu menyajikan sumber sejarah

secara analitis, kritis, dan objektif berdasarkan penggunaan sumber yang

komparatif, valid dan reliabel.

7

Relevansi ilustrasi dengan peristiwa yang diceritakan

Gambar, peta, dan ilustrasi lain harus relevan dengan materi sejarah yang

disajikan.

8

Variasi penyajian

Materi dipaparkan secara variatif sesuai materi ajar sehingga dalam proses

pembelajaran dapat menarik peserta didik untuk belajar dengan senang dan

bersemangat. Misalnya diawali dengan contoh kasus, baru kemudian

paparan, dan latihan, atau diawali dengan pertanyaan yang menggugah

minat, contoh, paparan, simulasi, dan sebagainya. Pemilihan gambar harus

jelas, fokus, relevan, komunikatif sesuai dengan pokok bahasan.

9

Berpusat pada peserta didik

Penyajian materi menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran.

Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif, sehingga uraian dalam

buku perlu didukung oleh kegiatan yang mampu membentuk kemandirian

misalnya melalui tugas-tugas mandiri.

10 Menekankan kearifan sejarah Sajian materi memberikan ”makna” bagi kehidupan sekarang bagi peserta

didik dengan menghindari konflik, dendam, SARA, dan permusuhan

Page 22: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

115

NO ITEM

antaranak bangsa, di masa kini dan yang akan datang.

11

Pendahuluan Mengantarkan peserta didik untuk mengenal dan memahami materi yang

akan dipaparkan, sehingga dapat menarik peserta didik untuk belajar lebih

jauh tentang isi buku. Pendahuluan mengawali tiap bab.

12

Rangkuman dan refleksi Rangkuman berisi konsep-konsep penting yang ditulis secara ringkas dan

jelas, memudahkan peserta didik memahami keseluruhan isi bab. Refleksi

memuat kesimpulan sikap dan perilaku yang harus diteladani khususnya

dalam materi sejarah.

13

Mengembangkan kemandirian belajar Contoh dan latihan mendorong peserta didik menghargai karya sendiri,

belajar secara mandiri, mampu memecahkan masalah, mampu melacak

informasi lebih lanjut dari berbagai sumber dan menghargai karya orang

lain .

14

Kesesuaian dengan tingkat perkembangan sosial-emosional Bahasa yang digunakan sesuai dengan kematangan emosi peserta didik

dengan ilustrasi yang menggambarkan konsep-konsep dari lingkungan

terdekat sampai dengan lingkungan internasional, tidak mengandung bias

gender, kekerasan, kekasaran, pornografi, pelecehan, dan SARA.

15

Mengembangkan kecakapan personal dan sosial

Materi, contoh, dan latihan mengembangkan rasa tanggungjawab, cerdas,

bertaqwa kepada Tuhan, mampu berinteraksi, bekerjasama, berempati,

terbuka terhadap kritik dan perbedaan pendapat.

16

Evaluasi Evaluasi mengukur pencapaian kompetensi dasar, dapat mengungkapkan

kemampuan ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Struktur kalimat

evaluasi sebaiknya tidak dalam bentuk perintah tapi berupa ajakan, dan ada

umpan baliknya.

17

Daftar pustaka Daftar buku yang digunakan sebagai bahan rujukan dan bacaan yang

berupa konsep dan teori harus up to date (< 5 tahun). Sementara bahan

yang berkaitan dengan substans/materi yang digarap disesuaikan dengan

tahun atau periode yang diteliti. Penulisan buku tersebut yang diawali

dengan nama pengarang (yang disusun secara alfabetis), tahun terbitan,

judul buku, tempat, dan nama penerbit

18

Glosarium Glosarium berisi istilah-istilah penting dalam teks dengan penjelasan arti

istilah tersebut, dan ditulis alfabetis.

Page 23: BAB III: METODE PENELITIAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/d_ips_0907777_chapter3.pdf · mengembangkan dan mempertahankan bangsa Indonesia. Penelitian ini akan

Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

116

Disadari sepenuhnya bahwa penggunaan instrumen penyajian yang

disusun oleh BSNP akan membuka ruang yang sangat lebar untuk terjerumus

pada penyusunan analisis yang anakronistik. Oleh karena itu, untuk

menghindarinya, penggunaan instrumen itu dalam mengkaji penyajian buku teks

bukan untuk membuat penilaian maupun penghakiman terhadap setiap buku teks

yang menjadi subjek penelitian. Instrumen lebih ditempatkan sebagai alat untuk

menemukan tonggak-tonggak perkembangan perhatian buku teks terhadap aspek

penyajian.