bab i pendahuluan a. latar belakangdigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/poltekkessby...permenkes...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan yang penting bagi semua manusia di
dunia. Air dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari, untuk minum,
memasak, mencuci, mandi dan untuk keperluan yang lain. Syarat air yang
layak digunakan adalah tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Di
daerah pedalaman dan pedesaan masih ada keterbatasan untuk
memperoleh air bersih terutama air untuk dikonsumsi warga (Mukaromah,
2015)
Penggunaan air yang utama bagi kehidupan adalah sebagai air
minum. Terutama untuk mencukupi kebutuhan air didalam tubuh manusia.
Kehilangan air untuk 15% dari berat badan dapat mengakibatkan kematian
yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum
minimal sebanyak 1,5-2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh
dan membantu proses metabolisme (Slamet, 2012)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. 32 Tahun 2017, tentang
syarat-syarat kualitas air disebutkan bahwa air bersih adalah air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila setelah dimasak. Persyaratan air
bersih yang dimaksud adalah persyaratan mikrobiologis, fisik, kimia.
Air yang telah tercemar, tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan masyarakat apabila dipergunakan akan menimbulkan akibat
yang segera tampak akut dan akibat yang tampak secara perlahan-lahan
atau dalam waktu yang lama kronis. (Slamet 2012), menyatakan air
berperan dalam terjadinya penyebaran penyakit yaitu : air sebagai
penyebar bakteri patogen , air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, dan air sebagai sarang
semestara penyakit. Jenis mikroba yang dapat menyebar melalui air yaitu :
virus, bakteri, protozoa dan metazon. (Slamet, 2013).
1
Agar air tersebut layak sebagai air bersih diperlukan pembubuhan
disinfektan, sehingga kandungan E.coli dapat dihilangkan. Untuk itu
diperlukan disinfektan yang murah, mudah diperoleh dan stabil dalam
penggunaannya. Percobaan Syadikin menggunakan sinar matahari sebagai
disinfektan dapat mengurangi jumlah bakteri menjadi 1.110 sel/ml
(64,71%) pada air tanah dan 185 sel/ml (75,97%) untuk. Jumlah bakteri
tersebut masih belum memenuhi batas baku mutu air minum. Disinfeksi
dengan sinar matahari ini memiliki kelemahan karena bergantung pada
intensitas penyinaran matahari dan keadaan cuaca. Berdasarkan
kesimpulan di atas, dalam penelitian ini peneliti membuat alat tepatguna
mengunakan alat yaitu alat yang sederhana dan mudah di dapat oleh
masyarakat dengan pengoprasian yang mudah untuk desinfeksi air. Sisa
chlor merupakan salah satu indikator yang harus ada pada air bersih yang
sehat. Sisa chlor aktif dipersyaratkan untuk keamanan air bersih menurut
Permenkes RI No. 32 Tahun 2017 adalah 0,2-0,5 mg/l. Untuk memperoleh
sisa chlor , tersebut maka penggunaan alat desinfektan perlu dipelajari
bagaimana caranya agar diperoleh hasil yang tepat dan efektif
Berdasarkan latar belakang diatas dan mengingat bahwa saat ini telah
terjadi kasus pencemaran air , maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul:“ DESAIN ALAT DESINFEKTAN PADA AIR
BERSIH
2
B. Identifikasi Masalah
1. Identifikasi masalah
a. Chlorin sering digunakan atau ditambahkan dalam pengelolaan air
bersih sebagai bahan untuk membunuh bakteri patogen dalam air.
b. Residu chlorin yang terlalu tinggi dianggap membahayakan
kesehatan
2. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi pada kadar sisa chlor.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
“Apakah alat rekayasa ini sudah efektif untuk proses desinfeksi pada air
bersih”
D. Tujuan Model Rancangan
1. Tujuan Umum
Untuk mendesain alat desinfektan dan untuk mengetahui perbedaan sisa
chlor pada air bersih
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mendesain alat desinfektan pada air besih
b. Dapat membuat alat uji coba alat desinfektan pada air bersih .
c. Mengukur sisa chlor sebelum melalui alat dan setelah melalui alat
desinfektan.
d. Dapat menganalisis hasil uji coba atau tingkat efektivitas alat
desinfektan pada air bersih sebelum & setelah melalui alat .
E. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan
dilapangan tentang penyediaan air bersih
2. Bagi Masyarakat
Menerapkan model rangcangan membuat desain alat desinfektan untuk
air bersih yang mengalir dengan menggunakan bahan kaporit
3. Bagi peneliti lain
3
Sebagai referensi dan informasi peneliti untuk melakukan
pengembangan peneliti selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENELITIAN TERDAHULU
1. Bedasarkan penelitian terdahulu oleh Didik Setiawan1, James Sibarani1*,
Iryanti E. Suprihatin1 Magister Kimia Terapan, Fakultas Pascasarjana,
Universitas Udayana yang berjudul perbandingan efektivitas desinfektan
kaporit , bahwa Efektifitas masing-masing disinfektan ditentukan dengan
cara membandingkan daya bunuh bahan disinfektan pada pengenceran
tertinggi yang mematikan bakteri pada waktu 10 menit tetapi tidak
mematikan bakteri pada waktu 5 menit. Selanjutnya dilakukan penentuan
pH dengan alat pH meter, jumlah oksigen terlarut (DO) dan suhu. bahwa
pengaruh jenis disinfektan memberikan beda yang bermakna terhadap
suhu larutan, sedangkan konsentrasi disinfektan tidak memberikan beda
yang bermakna.
2. Berdasarkan peneliti oleh Puji Rahayu dan Sugito Kinerja kaporit terhadap
penurunan E-COLI pada HIPPAM Tirta sejati di Desa Karangrejo
Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Pengunaan dosis pada treatment
adalah 450 ppm pada instalasi IPA HIPPAM Tirta sejati di Desa
Karangrejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik sudah memenuhi syarat
percobaan dengen membubuhan kaporit dengan kosentrasi 350, 450, 550
ppm pada bak klorinator. Pemberian dosis kaporit dengan kosentrasi 450
ppm mampu menurunkan E.Coli sampai batas memenuhi baku mutu.
3. Berdasarkan peneliti oleh Tamzil Aziz, Dwi Yahrinta Pratiwi, Lola
Rethiana Pengaruh penambahan tawas Al2 (SO4)3 dan kaporit Ca(CLO)2
terhadap karakteristik fisisk dan kimia air sungai Lambidaro. BOD5 dan
COD dalam air sungai lambidiro melebigi baku mutu, Namun air sungai
ini termasuk normal kareana tidak mengadung senyawa berbahaya seperti
raksa, arsen, selenium, nitrat. Sementara itu penambahan tawas dan
kaporit akan menurunkan nilai TDS, TSS, sianida, fluoride, ammonia,
nitrit, BOD, COD, sulfide, detergen, minyak dan lemak. Dan akan
5
menaikan kadar sulfat, serta oksigen terlarut di dalam air sungai
lambidaro. Hasil terbaik di dapat pada penambahan 25 ppm tawas + 10
ppm kaporit . karena pada penambahan 25 ppm tawas + 10 ppm kaporit
didapatkan nilai DO tertingi serta COD dan BOD terendah.
B. Landasan Teori
1. Air
a. Pengertian Air
1) Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi
kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan
tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang
utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum.
Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh
manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan
dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi.
Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5-2
liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu
proses metabolisme (Slamet, 2007).
2) Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup, apabila
manusia, hewan, dan tumbuhan kekurangan air, maka akan mati.
Pengaruh air sangat luas bagi kehidupan, khususnya air digunakan
untuk makan dan minum. Manusia akan dehidrasi atau terserang
penyakit apabila kekurangan cairan dalam tubuhnya. Saat ini
kualitas air minum di kota-kota besar di Indonesia masih
memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan
tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada
kualitas air (Anonimus, 2007).
3) Pengertian air minum adalah air yang mutunya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum harus aman
bagi kesehatan. Oleh karena itu, air minum harus memenuhi
6
persyaratan mikrobiologis, kimia, fisika dan radioaktif yang
dinyatakan dalam wajib dan parameter tambahan sebagaimana
ditetapkan dalam Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010
(Suprihatin,dkk,2016).
4) Pengelolaan air dan sumber air adalah upaya serta kegiatan
pengembangan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air
berupa menyalurkan (resdistributing) air yang tersedia dalam
konteks ruang, waktu dan komponen mutu serta komponen
volume (jumlah) pada suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan
pokok kehidupan makluk hidup (Suprihatin,dkk,2016).
b. Kebutuhan Air
1. Air merupakan kebutuhan pokok pada berbagai aktivitas
manusia. Selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti
minum, memasak, mencuci, mandi, sanitasi air juga dibutuhkan
dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pada aktivitas
ekonomi dan sosial, seperti industri, rumah sakit, perhotelan,
perdagangan, perkantoran, dan pendidikan (sekolah). Jumlah
kebutuhan air bersih berbeda-beda untuk masing-masing
kegiatan tersebut, dan persyaratan mutunya bergantung pada
jenis aktivitas yang bersangkutan.
2. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas
ekonomi masyarakat, kebutuhan air juga mengalami
peningkatan, baik dari sisi jumlah maupun mutu. Kebutuhan air
spesifik per kapita bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain budaya atau kebiasaan, tingkat ekonomi,
tingkat cuaca. Kebutuhan air bersih per kapita rata-rata
penduduk Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi untuk
keperluan perencanaan instalasi pengolahan air bersih untuk
komunitas, perkiraan kebutuhan air bersih sering menggunakan
angka sekitar 125-150 l/orang/hari.
7
3. Air bersih untuk keperluan publik umumnya dipasok oleh
Perusahaan Daerah Air Minum Daerah (PDAM). Hingga saat
ini, baru sebagian dari penduduk dapat memperoleh layanan
PDAM tersebut akibat dari keterbatasan kemampuan
perusahaan daerah tersebut. Untuk meningkatkan pelayanan,
dibeberapa kota besar penyediaan air bersih dikelola oleh
perusahaan swasta atau kerjasama antara PDAM dan
perusahaan swasta (Suprihatin,dkk,2016).
c. Sumber Air Baku
Saat ini, air merupakan sumber daya terbatas yang harus
dikelola. Sumber air untuk berbagai keperluan berasal dari air
permukaan (sungai, danau, dan waduk) dan air tanah. Sumber air
tersebut pada hakikatnya berasal dari air hujan. Air hujan yang
masuk melalui lapisan batuan dan membentuk tandon dikenal
sebagai air tanah. Jika air tanah dalam kondisi tekanan tinggi, air
tanah tersebut dapat mengalir ke permukaan tanah secara otomatis
sebagai mata air (spring).
Lokasi sumber air biasanya jauh dari penggunannya.
Saluran/kanal, reservoir, sumur dan menara air merupakan sarana
buatan manusia untuk mengumpulkan dan memindahkan air dari
sumber-sumber air alami ke lokasi air tersebut diperlukan. Air
waduk, sumur dan sungai biasanya harus diolah sebelum
didistribusikan dan digunakan atau dikonsumsikan karena adanya
kemungkinan kontaminasi(Suprihatin,dkk,2016).
d. Proses Pengolahan Air
Pengolahan air pada dasarnya untuk meningkatkan nilai tambah
dengan cara menyisihkan berbagai kontaminan dalam air baku
melalui berbagai tahapan proses hingga mutunya memenuhi tujuan
atau persyaratan tertentu. Untuk keperluan domestik, target
pengolahan air adalah menghilangkan mikroorganisme patogen
atau bahan pengganggu kesehatan, sehingga penyebaran penyakit
8
melalui air minum dapat dihindari. Selain aman, air minum juga
harus menyenangkan secara estetik, yaitu air harus jernih, tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.
Ada lima tahapan kunci dalam perencanaan proses pengolahan
air, yaitu :
1) Karakteristik sumber air baku dan pendefinisian tujuan mutu air
hasil olahan (standart mutu)
2) Pra-perancangan, termasuk pemilihan proses
3) Rancangan detail alternatif terpilih
4) Konstruksi (pekerjaan sipil)
5) Operasi dan pemeliharaan fasilitas pengolahan air
(Suprihatin,dkk,2016).
Karakteristik sumber air baku dan target mutu air hasil olahan
(standart mutu) menentukan jenis satuan operasi atau satuan proses
yang diterapkan. Berdasarkan fungsi utama, satuan operasi dalam
pengolahan air dapat digolongkkan menjadi operasi untuk
menghilangkan bahan partikel (penyaringan, sedimentasi,
koagulasi/flokulasi, filtrasi), desinfeksi (klorinasi, ozonisasi, radiasi
dengan UV, filtrasi membran) dan/atau untuk menghilangkan
bahan terlarut (aerasi, ozonisasi, pelunakan, adsorpsi, reserve
osmosis). Sistem pengolahan air biasanya terdiri atas kombinasi
satuan operasi atau satuan proses tersebut.
Apabila di dalam air tanah mengandung mineral terlarut dalam
jumlah yang berlebih, maka perlu perlakuan dengan kombinasi
proses kimiawi, aerasi, filtrasi, dan perlakuan lainnya untuk
mengurangi kandungan mineral tersebut (Suprihatin,dkk,2016).
9
2. Persyaratan Penyediaaan Air Bersih
1) Persyaratan Kualitatif
Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu/kualitas dari air bersih
1) Parameter fisik
Air bersih/minum secara fisik harus jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa. Syarat lain yang harus dipenuhi
adalah suhu.
a) Bau
Bau disebabkan oleh adanya senyawa lain yang terkandung
dalam air seperti gas H2S, NH3, senyawa fenol, klorofenol
dan lain-lain. Pengukuran biologis senyawa organik dapat
menghasilkan bau pada zat cair dan gas. Bau yang
disebabkan oleh senyawa organik ini selain mengganggu
dari segi estetika, juga beberapa senyawanya dapat bersifat
karsinogenik. Pengukuran secara kuantitatif bau sulit diukur
karena hasilnya terlalu subjektif.
b) Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan adanya kandungan Total
Suspended Solid baik yang bersifat organik maupun
anorganik. Zat organik berasal dari lapukan tanaman dan
hewan, sedangkan zat organik biasanya berasal dari
lapukan batuan dan logam. Zat organik dapat menjadi
makanan bakteri sehingga mendukung perkembangannya.
Kekeruhan dalam air minum / air bersih tidak boleh lebih
dari 5 NTU. Penurunan kekeruhan ini sangat diperlukan
karena selain ditinjau dari segi estetika yang kurang baik
juga proses desinfeksi untuk air keruh sangat sukar, hal ini
disebabkan karena penyerapan beberapa koloid dapat
melindungi organisme dan desinfektan.
10
c) Rasa
Syarat air bersih/minum adalah air tersebut tidak boleh
berasa. Air yang berasa dapat menunjukkan kehadiran
berbagai zat yang dapat membahayakan kehadiran
berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan.
Efeknya tergantung penyebab timbulnya rasa tersebut.
sebagai contoh rasa asam dapat disebabkan oleh asam
organik maupun anorganik sedangkan rasa asin dapat
disebabkan oleh garam terlarut dalam air.
d) Suhu
Air sebaiknya sama dengan suhu udara (250C), dengan
batas toleransi yang diperbolehkan yaitu 250C ± 3
0C.
Suhu yang normal mencegah terjadinya pelarutan zat
kimia pada pipa, menghambat reaksi biokimia pada pipa
dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Jika suhu air
tinggi maka jumlah oksigen terlarut dalam air akan
berkurang juga akan meningkatkan reaksi dalam air.
e) Warna
Air minum /air bersih sebaiknya tidak berwarna, bening
dan jernih untuk alasan estetika dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun organisme yang
berwarna. Pada dasarnya warna dalam air dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu warna semu (apprent colour) yang
disebabkan oleh unsur tersuspensi dan warna sejati (true
colour) yang disebakan oleh zat organik dan zat koloidal.
Air yang telah mengandung senyawa organik seperti daun,
potongan kayu, rumput akan memperlihatkan warna
kuning kecoklatan, oksidasi besi akan menyebabkan air
berwarna kemerah-merahan dan oksidasi mangan
menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman.
11
Enam syarat fisik di atas dapat dengan mudah digunakan
untuk mengenali air yang bersih pertama kali. Hanya
dengan melihat, merasakan, mencium, dan mengukurnya
dengan termometer. Cukup menggunakan panca indera
manusia.
2) Parameter Kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat- zat kimia dan mineral, terutama oleh zat-
zat kimia dan mineral yang berbahaya bagi kesehatan.
Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia yang
terdapat didalam air minum, tidak sampai menimbulkan
kerusakan pada tempat penyimpanan air, sebaliknya zat
ataupun bahan kimia dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh,
hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam
sumber air tersebut.
3) Parameter Biologi
Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen
dan parasit seperti kuman-kuman thypus, kolera, disentri.
Untuk mengetahui adanya bakteri patogen dapat dilakukan
dengan pengamatan terhadap ada tidaknya bakteri E.coli yang
merupakan indikator pencemar air. golongan coli melebihi
batas-batas yang telah ditetukan yaitu 1 coloni/100 ml air.
Bakteri golongan coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Air
yang mengandung golongan coli dengan kadar yang melebihi
batas yang telah ditentukan, dianggap telah terkontaminasi
dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan
bakteriologi, tidak langsung diperiksa apakah air itu
mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan
indikator bakteri golongan coli. (Sutrisno,2002).
Mengingat bahwa pada dasarnya tidak ada air yang
seratus persen murni dalam air sesuai dengan syarat air yang
12
baik untuk kesehatan, oleh karena itu air yang ada dipersyaratan
yang telah ditentukan atau paling tidak mendekati syarat-syarat
yang dikehendaki. Pada umumnya, persyaratan air minum pada
beberapa negara berbeda-beda, tergantung kepada kondisi
negara masing-masing, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
4) Kehidupan Mikroorganisme dalam Air
Penentuan kualitas biologi ditentukan oleh kehadiran
mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan bakteri,
algae, cacing, serta plankton. penentuan kualitas
mikroorganisme dilatar belakangi dasar pemikiran bahwa air
tersebut tidak akan membahayakan kesehatan. Dalam konteks
ini maka penentuan kualitas biologi air didasarkan pada
analisis kehadiran mikroorganisme indikator pencemaran
(Kusnadi, 2003).
Menurut Sunu (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air
yaitu :
1) Sumber air
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi
oleh sumber seperti air hujan, air permukaan, air tanah, air
laut dan sebagainya.
2) Komponen nutrien dalam air
Secara alamiah air mengandung mineral-mineral yang
cukup untuk kehidupan mikroorganisme yang dibutuhkan
oleh spesies mikroorganisme tertentu.
3) Komponen beracu
Terdapat di dalam air akan mempengaruhi jumlah dan
jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam air. Sebagai
contoh asam-asam organik dan anorganik, khlorin dapat
13
membunuh mikroorganisme dan kehidupan lainnya di
dalam air.
4) Organisme air
Adanya organisme di dalam air dapat mempengaruhi
jumlah dan jenis mikroorganisme air, seperti protozoa dan
plankton dapat membunuh bakteri.
5) Faktor fisik
Fisik seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan
hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari dapat
mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme yang
terdapat di dalam air.
2) Persyaratan Kuantitatif
Setelah persyaratan kualitatif terpenuhi maka air bersih juga
harus mampu melayani daerah pelayanan. Banyaknya penduduk
yang ada dalam suatu wilayah harus mampu terpenuhi secara
kuantitasnya. Persyaratan kuantitatif ini sangat dipengaruhi sekali
dengan jumlah air baku yanng tersedia, serta kapasitas produksi
dari instalasi pengolahan air. Pada umumnya debit air dari tiap
sumber air akan mengalami perubahan-perubahan dari suatu
waktu ke waktu yang lain.
3) Persyaratan Kontinuitatif
Arti kontinuitatif disini adalah bahwa air baku untuk air bersih
tersebut dapat diambil secara terus menerus dengan fluktuasi debit
yang relatif tetap, baik pada musim hujan maupun musim
kemarau. Sehingga persyaratan kontinuitas ini erat sekali
hubungannya dengan persyaratan kuantitas (Suprihatin,dkk,2016).
4) Desinfeksi
a. Pengertian Desinfeksi
Yang dimaksud dengan desinfeksi adalah pembunuhan terhadap
semua mikroba yang membahayakan. Zat-zat yang
14
dipergunakan untuk usaha desinfeksi ini dinamakan desinfektan.
Lebih dari 50 persen bakteri pathogen di dalam air akan mati
dalam waktu 2 hari dan 90 persen akan mati dalam satu minggu.
Oleh karena itu, waduk-waduk penampung sebenarnya cukup
efektif untuk mengendalikan bakteri. Walaupun demikian,
beberapa jenis bakteri patogen mungkin masih tetap hidup
selama dua tahun atau lebih, karena itu dibutuhkan desinfeksi.
Desinfekasi merupakan salah satu proses dari pengolahan air,
yang mana proses desinfeksi adalah suatu proses atau usaha agar
kuman patogen yang ada didalam air punah atau hilang.
Menurut Margono (2010) Desinfeksi merupakan pertahanan
terakhir terhadap masuknya kuman pathogen. Berbagai cara
disinfeksi telah di lakaukan sampai sekarang. Beberapa macam,
bahan yang bersifat desinfektan diantaranya adalah :
1) Penggunaan ozon (ozonisasi)
2) Penyinaran dengan sinar ultra violet
3) Pemanasan
4) Penambahan senyawa klor (klorinasi)
Cara-cara desinfeksi yang dikemukakan diatas tidak semuanya
efektif untuk skala besar, hanya klorinasi yang umum
digunakan, terhadap air secara ekonomis.
b. Klorinasi
1) Pengertian Klorinasi
Klorinasi merupakan desinfeksi yang paling umum
digunakan. Klorin yang digunakan dapat berupa bubuk,
cairan atau tablet. Bubuk klorin biasanya berisi kalsium
hipoklorit, sedangkan cairan klorin, berisi natrium hipoklorit.
Desinfeksi air minum yang mempergunakan gas chlorine
atau preparat chlorine disebut klorinasi. Sasaran klorinasi
terhadap air minum adalah penghancuran bakteri melalui
daya germisidal dari klorin terhadap bakteri.
15
Klorinasi adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang
telah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang
maju dalam proses purifikasi air. Klorin ini banyak
digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam
renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang
karena sebagai desinfektan, biayanya relatif lebih murah,
mudah dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum
digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin,
senyawa hipoklorit, klor dioksida, bromine klorida,
dihidroisosianurate dan kloramin (Chandra, 2007). Senyawa-
senyawa klor yang biasanya digunakan adalah:
a) Gas klor
b) Senyawa hipoklorit, dapat berbentuk :
1) Ca(CIO)2 / kaporit
2) Sifat-Sifat Klor Sifat-
sifat klor adalah :
a) Klor lebih berat dari udara
b) Bersifat racun
c) Bila bereaksi dengan air akan bersifat korosif
d) Klor berbau merangsang dan spesifik
3) Tahap Pelaksanaan Klorinasi
Tahap pelaksanaan klorinasi pada pengolahan air , yaitu :
Tahap Pre Chorinasi adalah tahap pemberian liquid chlorine
yang bertujuan untuk:
a) Menghilangkan polutan dalam air seperti rasa dan bau
b) Semua zat yang dioksidasi teroksidasi seperti besi,
mangan.
c) Mencegah molekul organic seperti warna
d) Mencegah pertumbuhan jamur
e) Mencegah pertumbuhan alga (ganggang)
f) Tahap post Chlorinasi
16
Yaitu tahap pemberian liquid chlorine yang bertujuan
untuk membunuh mikroba yang masih terikat dalam air
terutama mikroba pathogen. Konsentrasi klor yang
ditambahkan adalah 0,5 mg/ml. Sisa klor yang diinginkan
dalam reservoir agar memenuhi syarat kesehatan sebagai
air yang layak diminum berkisar antara 0,2 – 0,5 mg/I.
c. Kaporit
Ca(ClO)2 yang dikenal dengan nama kaporit merupakan
senyawa yang banyak digunakan oleh PDAM dalam pengolahan
air minimum karena senyawa ini dapat membunuh bakteri atau
mikroorganisme.Di Indonesia untuk mendensifeksi air banyak
digunakan kaporit. Harga lebih murah selain itu kaporit lebih
stabil dan dapat disimpan lebih lama dari pada serbuk
pengelantang. Pada desinfektan dengan kaporit, pH air yang
didesinfeksikan harus diatur agar desinfeksi dari kaporit dapat
maksimal. Diketahui bahwa dalam larutan kaporit, terdapat
HClO. HClO akan mengeluarkan atom-atom oksigen. Makin
banyak HClO yang terbentuk, makin banyak pula atom oksigen
yang lepas. Ini berarti daya desinfeksi makin besar.
Bila kaporit dilarutkan dalam air maka akan menghasilkan
atom-atom oksigen. Atom-atom oksigen inilah yang sebenarnya
aktif membunuh bakteri-bakteri, karena bakteri-bakteri dioksidasi.
1) Sifat umum kaporit cair
Kaporit cair (NaOCl) merupakan bahan oksidasi yang
kuat, berwarna kuning kehijau-hijauan, berbau, dapat
dilarutkan dalam airdan diuraikan dengan air panas. Biasanya
mengandung kadar khlorin (dalam berat) sebesar 14 – 15 %,
bersama-sama dalam sejumlah kecil kaustik soda. Kaporit
cair berasal dari pengenceran larutan sodium hydroxid
17
karena NaOCl tidak stabil dalam udara jika tidak bercampur
dengan sodium hydroxid.
Kaporit cair bersifat korosif yang tinggi pada kulit,
paling banyak pada logam. Senyawa ini harus tersimpan
dalam lubang kaca atau kotak barang pecah belah, dan dalam
ruangan pendingin, ruangan gelap dan jauh dari asam atau
bahan makan, karena dengan perlahan-lahan menguraikan
senyawa dalam tempat penyimpanan dan diubah dengan
mempergunakan cahaya panas, dan juga dari logam dengan
senyawa asam. Kaporit cair digunakan sebagai pembasmi
kuman, menghilangkan bau dan juga sebagai pemutih.
Kaporit cair bersifat korosif yang tinggi pada kulit,
paling banyak pada logam. Senyawa ini harus tersimpan
dalam lubang kaca atau kotak barang pecah belah, dan dalam
ruangan pendingin, ruangan gelap dan jauh dari asam atau
bahan makan karena dengan perlahan-lahan menguraikan
senyawa dalam tempat penyimpanan dan diubah dengan
mempergunakan cahaya panas, dan juga dari logam dengan
senyawa asam. Kaporit cair digunakan sebagai pembasmi
kuman, menghilangkan bau dan juga sebagai pemutih.
Khlorin banyak digunakan pada pengolahan air limbah
sebagai oksidasi dan mengontrol bau dan rasa serta
menghilangkan warna. Pembubuhan kaporit cair bertujuan
membasmi mikroba, diantaranya untuk mencegah akibat
adanya pertumbuhan mikroba.
Khlorin telah terbukti hanya merupakan desinfektan
yang ideal. Bila dimasukkan dalam air akan mempunyai
pengaruh yang segera membinasahkan kebanyakan mikroba.
yang berkurang dalam air. Secara umum kebanyakan air
mengalami desinfeksi yang cukup baik bila residu khlorin
18
bebas sebanyak kira-kira 0,2 mg/L diperoleh setelah
khlorinasi selama 10 menit. Residu yang lebih besar dapat
menimbulkan bau yang tidak enak, sedangkan. yang lebih
kecil tidak dapat diandalkan. Khlorin akan sangat efektif bila
pH air rendah.
d. Dampak Negatif Dari Chlorine Di Dalam air
Chlorine merupakan senyawa desinfektan, yang banyak
digunakan dalam proses pengolahan air. Desinfektan ini bekerja
dengan baik untuk membunuh bakteri, fungi dan virus. Namun
desinfektan ini juga dapat menimbulkan efek negative terhadap
kesehatan manusia selain dapat menimbulkan bau dan rasa yang
tidak enak pada air. Sebagai contoh Chlorine dapat bersifat
merusak atau korosif pada kulit dan peralatan, selain itu Chlorine
juga berpotensi merusak sistem pernafasan manusia dan hewan.
d. Sisa Chlor
Klorin adalah unsur kimia ketujuh tertinggi yang diproduksi di
dunia. Digunakan sebagai alat pemutih pada industri kertas, pulp, dan
tekstil. Digunakan untuk manufaktur pestisida dan herbisida, misalnya
DDT, untuk alat pendingin, obat farmasi, vinyl (pipa PVC), plastik ,
bahan pembersih, dan untuk perawatan air dan air limbah. Supaya bisa
dipakai, klorin sering dikombinasikan dengan senyawa organik (bahan
kimia yang mempunyai unsur karbon) yang biasanya menghasilkan
organoklorin. Organoklorin itu sendiri adalah senyawa kimia yang
beracun dan berbahaya bagi kehidupan karena dapat terakumulasi dan
persisten di dalam tubuh makhluk hidup.
Ditemukan pada tahun 1774 oleh Scheele, yang awalnya disangka
oksigen. Diberi nama klor pada tahun 1810 oleh Davy, yang tetap
bersikukuh bahwa zat ini adalah sebuah unsur.Di alam, klor ditemukan
hanya dalam keadaan bersenyawa, terutam,a dengan natrium sebagai
garam (NaCl), karnalit dan silfit. Sifat-sifat
19
Klor tergolong dalam grup unsur halogen (pembentuk garam)dan
diperoleh dari garam klorida dengan mereaksikan zat oksidator atau
lebih sering dengan proses elektrolisis. Merupakan gas berwarna
kuning kehijauan dan dapat bersenyawa dengan hampir semua
unsur. Pada suhu 10 C, ̊ satu volume air dapat melarutkan 3.10
volume klor, sedangkan pada suhu 30 C̊ hanya 1.77 volume. Klor
digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari.
Klor digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hampir
di seluruh dunia. Bahkan, kemasan air terkecil pun sudah
terklorinasi. Klor juga digunakan secara besar-besaran pada proses
pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak
bumi, obat-obatan, antseptik, insektisida, makanan, pelarut, cat,
plastik, dan banyak produk lainnya.
Kebanyakan chlor diproduksi untuk digunakan dalam
pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas,
desinfektan, dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan
untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tetraklorida, dan
ekstrasi brom. Kimia organik sangat membutuhkan klor, baik
sebagai zat oksidator maupun sebagai subtitusi, karena banyak
sifat yang sesuai dengan yang diharapkan dalam senyawa organik
ketika klor mensubtitusi hidrogen, seperti dalam salah satu bentuk
karet sintetis.
4. Perinsip Kerja Alat
Pada dasarnya prinsip kerja alat ini merupakan penerapan dari
proses chlorinasin atau pemberian zat chlor dalam rangka
memebersihkan air bersih dari kuman-kuman penyakit. Chlorinasi ini
dimaksudkan untuk mencuci hamakan air dengan mengunakan bahan
chlor. Chlorinasi ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas air secara
kimia yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kialitas
bakteriologisnya. Dilakukannya chlorinasi air bersih agar air tersebut
20
tidak mengandung atau bebas kuman sesuai dengan standart yang
telah ditetapkan, sebesar 10 kuman setiap 100ml air bersih.
Meskipun sudah ada alat penambahan kaporit namun harus
banyak hal – hal yang harus diperhatikan agar mendapat kan hasil
yang kita ingiakan yaitu:
a. Larutan / konsentrasi kaporit
b. Volume dan kecepatan air yang di tetes si
c. Penyetelan alat terhadap kapurit yang di keluar
d. Oleh karena hal – hal tersebut diatas, ketepatan pengunaan alat
tersebut sebaiknya di coba terlebih dahulu
5. Teknik Pembubuhan Kaporit pada Air
Dalam pembubuhan kaporit perlu diperhatiakan hal – hal sebagai berikut
a. Daya sergap Chlor.
Cara menentukan daya sergap chlor :
1) Ambil air sampel 1 lt, masukan dalam botol.
2) Tambahkan kaporit tablet.
3) Periksa sisa chlor segera.
4) Kemudian periksa sisa chlor setiap 5 menit sampai mendapatkan
sisa chlor yang konstan.
5) Daya sergap chlor (DSC) diperoleh dengan rumus
DSC = jumlah kaporit yang dibutuhkan – sisa chlor
b. Sisa Chlor aktif yang harapkan
Untuk menetukan berapa jumlah yang dibutuhkan dalam
air, hal – hal yang perlu diperhatikan antara lain :
A. Volume air
B. Daya sergap chlor
C. Sisa chlor yang diharapkan
21
Rumus untuk menghitung kebutuhan kaporit
Kebutan kaporit
Keterangan :
V : Volume air
DSC : Daya sergap chlor
SL : Sisa chlor aktif yang diharapkan
22
C. Kerangka Teori
Sumber Air
pH Zat organik
Suhu Zat anrganik
Debit
1. Debit kecil
2. Debit sedang 3. Debit besar
Lama kontak
Sisa Chlor
Gambar bagan 2.1 Kerangka Teori
23
D. Kerangka Konsep
Sampel Air
bakteriologis
Lama kontak
Keterangan :
Kimia
Debit
1) Debit kecil
2) Debit sedang
3) Debir besar
Penurunan sisa chlor
Pemeriksaan hasil
Analisis
Di teliti
Tidak di teliti
Fisik
Sisa chlor
Memenuhi syarat
Tidak memenuhi
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS & DESAIN PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode eksperimen
dalam bentuk Pra eksperimen yaitu meneliti evektifitas desain alat
rekayasa pada proses desinfeksi pada air bersih yang megalir.
Perlakuan terhadap kelompok sample yaitu melakukan
pengukuran besar kecil debit air yang dapat di kelurkan alat dalam
penurunan dan pemberian sisa chlor 0,2-0,5 mg/l. dan melakukan
pengukuran kadar sisa chlor.
2. Desain Penelitian
Desain atau rancangan dalam penelitian adalah One Group
pre and Posttest. Pada desain ini terdapat pre and posttest setelah
diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui
lebih akurat. Karena dapat membandingkan dengan keadaan
setelah diberi perlakuan (Sugiyono, 2013).
Pretes Perlakuan Postes
Kelompok eksperimen
O1 X O2
Keterangan :
Kel. eksperimen = kelompok penelitian yang diberi perlakuan
O1 = Kadar sisa chlor sebelum perlakuan
X = Perlakuan pada air sampel berupa penambahan kaporit
O2= Sisa chlor sesudah perlakuan
B. Lokasi dan waktu penelitian
1) Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus poltekkes kemenkes surabaya
prodi D-III Kesehatan Lingkungan Kampus Magetan
25
2) Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan februari sampai april
Penelitian berlangsung selama 3 bulan
C. Tahapan penelitian
1. Pra penelitian
Penelitian terdiri dari dua tahap yaitu pra penelitian yang diuraikan
dalam diagram alir penelitian gambar tahap pra penelitian merupakan
tahap awal dimana peneliti melakukan studi literatur tentang materi
yang berkaitan dengan judul. Selanjutnya tahap penelitian yang
merupakan inti dari eksperimen
Tahap Pra
Start
Perancangan
Preparasi alat & bahan
Penampungan Air Fabrikasi alat
Air yang mengandung Pengujian alat
Sisa Chlor
Hasil yang diharapkan
Evaluasi
Laporan penelitian
Penarikan kesimpulan
26
2. Permodelan / Rancangan
1. Gambar rangkaian alat dan desain alat
Gambar III. 1
Rangkaian alat dan desain alat
Kran pengatur
debit air yang
Masuk
Tempat /
tandon air
Ukuran tandon
Kran
pengatur
debit yang
keluar P:80cm
Ukuran pil
L:20cm
T:20cm
kaporit 10 gr Aliran air dari
tandon Mengalir Tempat
ke Tempat Kaporit
Tablet kaporit tablet
2. Tahapan Permodelan / Rancangan
a. Tahap Persiapan
Sebelum membuat alat desinfektan, dilakukan persiapan alat
dan bahan.
Alat dan bahan yang digunakan antara lain :
1) Bak tandon
2) Tabung
3) Kran
4) Kaporit
5) Tel pipa / T pipa
6) Lem pipa
27
7) Tandon sampel
8) Pipa atau selang
b. Tahap Pembuatan
Pada tahap pembuatan rancangan alat desinfektan langkah-
langkah yang dilakukan dengan rincian sebagai berikut:
1) Menyiapkan bak tandon sebagai alat utama dan bahan bahan
lain.
2) Pasang T pipa pembalik aliran yang di pompa dan lem
menggunakan lem pipa.
3) Setelah T pipa, pasang kran agar dapat menyetel aliran yang
dikeluarkan.
4) Pasang alat atau tandon air yang sudah di beri T pipa dan kran
ke tabung.
5) Lubangi bak tandon dan pasang pipa atau selang pembalik
aliran.
6) Lepaskan alat tabung air yang sudah di modofikasi dari tandon
air.
7) Siapkan kaporit kaporit tablet.
8) Masukkan kaporit tablet ke tabung 10 gr.
9) Pasang alat ( rakit alat ) sesui gambar desain.
10) Tampung air yang akan di beri perlakuan.
c. Uji coba alat / aliran
Uji coba alat / aliran ini dilakukan untuk mengetahui berapa batas
maksimal dan minimal debit aliran yang dapat dikeluarkan alat
dengan mengatur kran.
Tabel III. 1
Uji debit tetesan yang di keluarkan alat dengan pengaturan kran
No Besar kran yang di buka Besar debit tetesan yang di
( putaran kran ) hasilkan ( ml/detik )
1
28
2
3
4
1. Pelaksanaan uji coba
a. Uji ketahan alat
1) Alat dan bahan
a) Bak tandon
b) tabung ( aqua ) / tendon kaporit.
2) Prosedur kerja
a) Isi tandon air dengan air atau kaporit tablet .
b) Nyalakan kran hitung debit dan lama kontak
c) Tunggu sampai selesai.
b. Menghitung debit tetesan yg di hasilkan alat
1) Alat dan bahan
a. Bak tandon
b. tabung ( aqua ) / tendon kaporit.
c. Glas ukur
d. Stopwatch / jam
2) Prosedur kerja
a. Isi tandon air dengan air dan isi kaporit tablet .
b. Buka kran.
c. Nyalakan alat tampung tetesan / debit yang keluar
dengan gelas ukur dan hitung waktunya
d. Hitung tetesan dengan rumus
Keterangan:
Q : debit
V : volume
t : waktu
29
D. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mendesain alat desinfektan pada
air bersih
2. Sampel
a. Besar sampel
Yang diambil sampel yaitu air bersih yang Mengalir yaitu air
bersih yang dipilih dengan cara purposive sampling
b. Teknis pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah grap sample karena hanya dilakukan satu kali pengambilan
sampel dan langsung diperiksa.
E. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu menurut
identifikasi variabel :
a. Definisi Operasional
Tabel III. 2
DEFINISI OPERASIONAL
No Variabel Definisi Operasional Kategori
1. Kaporit pil Parameter sisa chlor dipakai Berdasarkan Peraturan
atau Sisa Untuk mengetahui chlor Menteri Kesehatan RI
chlor aktif dalam air Nomor 492 tahun 2010
tentang baku mutu sisa
chlor air bersih 0,2-0,5
Ppm
2. Debit aliran Untuk mengetahui jumlah
tetesan yang dihasilkan alat
3. Daya sergap Untuk mengetahui Lama Ppm
chlor kontak air dengan chlor
Lama kontak
30
Variabel Dan Definisi Operasional
1. Klasifikasi variabel
a. Variabel bebas
Yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas pada
penelitian ini desain alat desinfektan pada air bersih
b. Variabel terikat
Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitin ini adalah
Debit tetesan, Sisa chlor , Lama kontak air dengan chlor
c. Variabel kontrol
Yaitu variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh valiabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti. Dalam penelitian ini variabel
kontrol tidak diteliti. Variabel kontrol dalam peneltian ini adalah
umur alat
2. Variabel Penelitian
Sisa chlor aktif yang aktif pada detensi waktu uji ke 1 uji ke 2
uji ke 3 uji ke 4 pada proses fermentasi tersebut.
F. SUMBER DATA DAN JENIS DATA
1. Jenis Data dan Instrumen
a. Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan dan pengukuran dengan
pengamatan langsung pada objek yang diteliti meliputi :
Data hasil pengukuran sisa chlor yang aktif pada detensi waktu uji ke
1 uji ke 2 uji ke 3.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yang berkaitan
dengan penelitian.
31
G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1) Pengambilan sampel air di rumah warga / di
sumur Alat dan bahan
a) Sampel
b) Jerigen air
c) Label
d) Alat tulis
2) Prosedur kerja
a) Jerigen dibilas dengan air sampel yang akan di ambil sebanyak 3
kali.
b) Ambil air dan masukkan ke jerigen tersebut sampai penuh.
c) Jerigen yang sudah penuh diberi label dan segera diperiksa di
laboratorium dan sebagian
isi label :
1) nama pengambil
2) hari/ tanggal pengambil
3) jam
4) pemeriksaan sampel secara
5) lokasi pengambilan
d) Mengukur sisa chlor di laboratorium kesehatan lingkungan kampus
magetan.
e) Pemeriksaan Chlor / CL2
1) Alat dan Bahan :
a) Komparator
b) DPD ( N,N – diethyl – p – phenylenediamine )
2) Cara Kerja :
a. Bilas cuvet dengan air sampel
b. Isi/ kedua cuvet dengan air sampel sampai tanda tera
c. Tambah 1 tablet DPD chlorine pada salah satu cuvet
d. Dicampur hingga homogen dengan cara dibalik
e. Bandingkan dengan warna standart
32
3) Cara manual
a. = M = 10 = 0,01 = 0,3125
V 32.000 0,032
b. DT1 = V Ruang
Q1
= 32.000
146,94
= 217,77 = 218 detik
c. DT2 = V Ruang
Q1
= 32.000
189,38
= 168,97 =169 detik
d. DT3 = V Ruang
Q1
= 32.000
193,98
= 164,96 = 165 detik
f) Aplikasi alat
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Pembuatan alat sesuai dengan alurnya
3) Menyiapkan Tampung kaporit tablet ke dalam tendon air.
4) Memasukkan air kedalam tandon agar melewati kaporit tablet.
5) Mengetahui sisa chlor dalam larutan
6) Masukkan sampel pada tendon sampel.
7) Merakit alat dan semua aksesoris alat.
8) Menghitung sisa chlor dalam larutan sebelum di beri perlakuan
desinfeksi ( uji ke 1 )
9) Dengan Debit kecil ( uji ke 2 )
1. Menjalankan alat dan ukur debit / volume air alat.
2. Menghitung lama kontak air dengan kaporit.
3. Menghitung sisa chlor dalam larutan setelah di beri perlakuan
desinfeksi.
10) Dengan Debit Sedang ( uji ke 3 )
1. Menjalankan alat dan ukur debit / volume air alat.
2. Menghitung lama kontak air dengan kaporit
3. Menghitung sisa chlor dalam larutan setelah di beri perlakuan
desinfeksi.
11) Dengan Debit Besar ( uji 4 )
1. Menjalankan alat dan ukur debit / volume air alat.
2. Menghitung lama kontak air dengan kaporit.
3. Menghitung sisa chlor dalam larutan setelah di beri perlakuan
desinfeksi.
Tabel III. 3
Aplikasi alat
No. Debit Sisa chlor
Sisa chlor setelah melalui desinfeksi
Aliran sebelum di Ada 3 replikasi
desinfeksi
1 2 3
3) Metode Pengolahan Data
a. Editing
Menyeleksi dan mengoreksi data yang dikumpulkan dari hasil
pengukuran pada setiap kali percobaan
b. Coding
Kegiatan merubah data kualitatif menjadi data numeric (angka)
c. Tabulating
Penyajian data hasil penelitian berupa tabel-
tabel H. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini analisa yang digunakan adalah analisa
diskriptif yakni mengambarkan data tentang angka tentang
34
kandungan chlor sebelum dan sesudah perlakuan hinga 5 kali
dengan media kaporit dengan beda volume ( debit ) air yang
mengalir
Untuk mengetahui uji beda pengaturan kran kaporit terhadap
penambahan chlor aktif di air bersih.Kualitas sisa chlor 0,2-0,5
PERMENKES No 32 Tahun 2017 Tentang Standart kualitas air
bersih.
35