bab i pendahuluan a. latar · pdf filepula peningkatan konsumsi pangan masyarakat dan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, terjadi
pula peningkatan konsumsi pangan masyarakat dan banyaknya jenis makanan
pun ikut bervariasi. Banyak teknologi yang berkembang dalam ketersediaan
pangan untuk menjamin mutu pangan yang baik di Indonesia.
Persyaratan keamanan pangan adalah standar dan ketentuan-ketentuan
lain yang yang harus dipenuhi untuk mencegah pangan dari kemungkinan
bahaya cemaran bioligis, zat kimia dan benda lain yang dapat menggangu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Makanan yang
dikonsumsi manusia hendaknya bebas dari zat kimia yang berbahaya.
Bahan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber air,
hewan dan tumbuhan, yang dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan
tenaga dan nutrisi. Proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan,
meliputi bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain. Bahan
tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi
(Wijaya dkk., 2011)
Saat ini banyak sekali penambahan bahan kimia dan berbagai
campuran lain ke dalam makanan yang dilakukan oleh pedagang untuk
menciptakan makanan lebih tahan lama, dimana bahan kimia tersebut tidak
boleh digunakan dalam pembuatan makanan yang dapat berakibat bahaya
bagi kesehatan manusia. Bahan yang ditambahkan yang dimaksud disini
adalah ditambahkannya boraks pada proses pembuatan makanan. Boraks
menurut Yuliarti (2007) adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau,
biasanya digunakan sebagai pengawet kayu dan pembasmi kecoa. Boraks ini
apabila ditambahkan ke dalam makanan akan berbahaya terhadap sistem saraf
pusat, ginjal, saluran pencernaan, dan hati manusia. Boraks juga dapat
2
mengakibatkan iritasi pada kulit, mata, dan menggangu kesuburan janin
manusia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 tahun
2012 tentang bahan tambahan pangan sangat jelas menyatakan bahwa boraks
merupakan bahan yang dilarang untuk digunakan sebagai bahan tambahan
pangan. Banyaknya industri makanan ringan yang berkembang di
masyarakat, Salah satu makanan yang sangat diminati khususnya di kota
Palangka Raya adalah martabak. Martabak saat ini sudah mengalami banyak
perubahan dari segi bentuk hingga cara penyajian. Sebelumnnya martabak
hanya ada 2 jenis yaitu martabak telor dan martabak manis, namun sekarang
martabak telor ada variasi baru yaitu martabak kriuk. Martabak kriuk
tergolong dari martabak telor. Jika dulu martabak hanya diisi daging cincang,
telur dikocok, kol dan daun bawang yang disebut dengan martabak telor,
namun sekarang martabak dapat diisi dengan irisan telor masak, irisan ayam
yang sudah masak dan kol yang disebut dengan martabak kriuk. Martabak
kriuk hanya terdapat di Kalimantan Tengah khusunya di kota Palangka Raya,
dan karena banyaknya masyarakat yang menyukai martabak kriuk sehingga
banyaknya pembeli makanan martabak kriuk. Martabak kriuk banyak dijual
oleh pedagang gorengan yang biasanya berjualan di pinggir jalan atau di
sekolah. Semakin banyak minat konsumsi masyarakat terhadap makanan
martabak kriuk maka semakin banyak pula pedangan yang menjual makanan
martabak kriuk, sehingga memungkinkan pedagang menggunakan bahan
yang ditambahkan pada makanan yang dijualnya agar membuat makanan
menjadi tahan lama.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap pedagang bahwa
kulit martabak kriuk dapat awet selama 1 minggu. Dari hasil observasi yang
dilakukan maka peneliti perlu mengidentifikasi bahan pengawet apa yang
digunakan dalam pembuatan kulit martabak kriuk tersebut.
3
Mengingat kondisi tingginya minat konsumsi masyarakat Palangka
Raya terhadap jajanan martabak kriuk dan ketersediaannya cukup banyak
bagi masyarakat serta kebutuhan bahan pangan martabak kriuk yang
berkualitas aman bagi kesehatan, maka dibutuhkan upaya identifikasi
kandungan boraks pada martabak kriuk yang dijual oleh pedagang gorengan
di pinggir jalan dan sekolah di kota Palangka Raya.
B. Identifikasi Masalah
1. Belum diketahui apakah kulit martabak kriuk yang dijual di jalan AIS
Nasution mengandung bahan berbahaya berupa boraks.
2. Apakah kulit martabak kriuk sangat disukai dan dikonsumsi masyarakat
kota Palangka Raya?
C. Batasan Masalah
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pedagang
martabak kriuk di jalan AIS Nasution Kota Palangka Raya.
2. Identifikasi boraks dilakukan dengan metode uji nyala api dan uji reaksi
warna menggunakan kertas kurkumin
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi serta batasan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
apakah kulit martabak kriuk yang dijual di Jalan AIS Nasution kota Palangka
Raya mengandung bahan berbahaya berupa boraks?
E. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan boraks pada kulit martabak kriuk yang dijual di Kota
Palangka Raya.
4
F. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan
dapat berguna bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya dalam bidang
analisa makanan. Secara praktik, penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat
agar berhati-hati dalam memilih produk makanan yang akan dikonsumsi dan
untuk masyarakat penjual agar mendapatkan informasi tentang bahaya yang
ditimbulkan akibat menambahkan boraks pada makanan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan, Pasal 1 menyebutkan bahwa :
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman.
2. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara
atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
3. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
4. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
5. Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan
atau mengubah bentuk pangan.
6
B. Makanan Jajanan
Makanan jajanan merupakan jenis makanan yang dijual di pedagang
kaki lima, pinggiran jalan, stasiun, pasar, tempat permukiman serta lokasi
yang sejenis. Makanan jajanan dapat dibagi menjadi empat kelompok :
pertama adalah makanan utama atau main dish, contohnya nasi remes, nasi
rawon, nasi pecel dan sebagainya; yang kedua adalah panganan atau snacks,
contohnya kue-kue, onde-onde, pisang goreng dan lain sebagainya; kelompok
ketiga adalah golongan minuman, seperti es teler, es buah, teh dan lain
sebagainya; dan kelompok keempat adalah buah-buahan segar dari mangga,
durian, dan lain sebagainya (Rahayu et al., 2011).
C. Bahan Tambahan Pangan
Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan
sebagai makanan dan bukan merupakan khas dari makanan, mempunyai atau
tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam
makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan,
perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas
makanan tersebut (Wijaya dkk., 2011).
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 772/Menkes/Per/IX/88 secara
umum mengartikan bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan yang
biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan
komponen khas, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan
sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada
pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, dan
penyimpanan untuk menghasilkan atau memberi nilai khas menarik untuk
prodak makanan (Cahyadi, 2009).
7
Tujuan penambahan bahan tambahan pangan adalah untuk
menghambat pembusukan pada makanan, meningkatkan atau
mempertahankan nilai gizi dan kualitas pangan agar tetap terjaga, dapat
mempertahankan daya simpan pada pangan, membuat bahan pangan lebih
mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan (Cahyadi, 2009).
Bahan tambahan pangan umunya dapat dibagi menjadi dua golongan
besar, yaitu sebagai berikut:
1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam
makanan, dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud
penambahan itu dapat mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan
membantu pengolahan, sebagai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras.
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan
yang tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara
tidak sengaja, dalam jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan
selama proses produksi, pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat
pula merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja
ditambahkan untuk tujuan produksi bahan mentah atau penanganannya
yang masih terus terbawa ke dalam makanan yang akan dikonsumsi.
Contoh bahan tambahan pangan dalam golongan ini adalah residu
pestisida (termasuk insektisida, herbisida, fungisida, dan rodentisida),
antibiotik dan hidrokarbon aromatik polisiklis (Cahyadi, 2009).
Menurut Cahyadi (2008) bahan tambahan pangan yang digunakan
hanya dapat dibenarkan apabila:
1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam
pengolahan.
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah
atau yang tidak memenuhi persyarataan.
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan
dengan cara produksi yang baik untuk pangan.
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
8
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun
2012 menjelaskan bahwa golongan bahan tambahan pangan yang diizinkan
diantaranya adalah:
1. Antibuih (Antifoaming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
mencegah atau mengurangi pembentukan buih. Contohnya Kalsium
alginat (Calcium alginate).
2. Antikempal (Anticaking Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
mencegah mengempalnya produk pangan. Contohnya Kalsium karbonat
(Calcium carbonate).
3. Antioksidan (Antioxidant) adalah bahan tambahan pangan untuk
mencegah atau menghambat kerusakan pangan akibat oksidasi.
Contohnya Asam askorbat (Ascorbic acid).
4. Bahan Pengkarbonasi (Carbonating Agent) adalah bahan tambahan
pangan untuk membentuk karbonasi di dalam pangan. Contohnya Karbon
dioksida (Carbon dioxide).
5. Garam Pengelmusi (Emulsifying Salt) adalah bahan tambahan pangan
untuk mendispersikan protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan
lemak. Contohnya Dikalium fosfat (Dipotassium orthophosphate).
6. Gas Untuk Kemasan (Packaging Gas) adalah bahan tambahan pangan
berupa gas, yang dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, saat
maupun setelah kemasan diisi dengan pangan untuk mempertahankan
mutu pangan dan melindungi pangan dari kerusakan. Contohnya Nitrogen
(Nitrogen).
7. Humektan (Humectant) adalah bahan tambahan pangan untuk
mempertahankan kelembaban pangan. Contohnya Natrium Laktat
(Sodium lactate).
8. Pelapis (Glazing Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk melapisi
permukaan pangan sehingga memberikan efek perlindungan dan
penampakan mengkilap. Contohnya Lilin kandelila (Candelilla wax).
9
9. Pemanis (Sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis
alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk
pangan. Contohnya Sorbitol (Sorbitol).
10. Pembawa (Carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk
memfasilitasi penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan
pangan lain atau zat gizi di dalam pangan dengan cara melarutkan,
mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi secara fisik bahan
tambahan pangan lain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak
mempunyai efek teknologi pada pangan. Contohnya Propilen Glikol
(Propylene glycol).
11. Pembentukan Gel (Gelling Agent) adalah bahan tambahan untuk
membentuk gel. Contohnya Asam alginat (Alginic acid).
12. Pembuih (Foaming Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
membentuk atau memelihara homogenitas dispersi fase gas dalam pangan
berbentuk cair atau padat. Contohnya Gom xanthan (Xanthan gum).
13. Pengatur keasaman (Acidity Regulator) adalah bahan tambahan pangan
untuk mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman
pangan. Contohnya Asam asetat (Acetic acid).
14. Pengawet (Preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan
lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Contohnya Asam benzoat (Benzoic acid).
15. Pengembang (Raising Agent) adalah bahan tambahan pangan berupa
senyawa tunggal atau canpuran untuk melepaskan gas sehingga
meningkatkan volume adonan. Contohnya Amonium karbonat
(Ammonium carbonate).
16. Pengemulsi (emulsifier) adalah bahan tambahan pangan untuk membantu
terbentuknya campuran yang homogen dari dua atau lebih fase yang tidak
tercampur seperti minyak dan air. Contohnya Lesitin (Lecithins).
10
17. Pengental (Thickener) adalah bahan tambahan pangan untuk
meningkatkan viskositas pangan. Contohnya Natrium laktat (Sodium
lactate).
18. Pengeras (Firming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
memperkeras atau mempertahankan jaringan buah dan sayur. Contohnya
Trikalsium sitrat (Tricalcium citrate).
19. Penguat Rasa (Flavour enhancer) adalah bahan tambahan pangan untuk
memperkuat atau memodifikasi rasa dan aroma yang telah ada dalam
bahan pangan tanpa memberikan rasa atau aroma baru. Contohnya Asam
L-glutamat dan garamnya (L-Glutamic acid and its salts).
20. Peningkat volume (Bulking Agent) adalah bahan tambahan pangan untuk
meningkatkan volume pangan. Contohnya Gom arab (Arabic gum).
21. Penstabilan (Stabilizer) adalah bahan tambahan pangan untuk
menstabilkan sistem dispersi yang homogen pada pangan. Contohnya
Lesitin (Lecithins).
22. Peretensi Warna (Colour Retention Agent) adalah bahan tambahan pangan
yang dapat mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas
warna pangan tanpa menibulkan warna baru. Contohnya Magnesium
karbonat (Magnesium carbonate).
23. Perisa (Flavouring) adalah bahan tambahan pangan berupa preparat
konsentrat yang digunakan untuk memberi flavour dengan pengecualian
rasa asin, manis, dan asam.
24. Perlakuan Tepung (Flour Treatment Agent) adalah bahan tambahan
pangan yang ditambahkan pada tepung untuk memperbaiki warna, mutu
adonan, termasuk bahan pengembang adonan, pemucat dan pematang
tepung. Contohnya Amonium klorida (Calcium chloride).
25. Pewarna (Colour) adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami
dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan pada pangan mampu
memberi atau memperbaiki warna. Contohnya Kurkumin CI. Nomor
75300 (Curcumin) dan Karmoisin.
11
26. Propelan (Propellant) adalah bahan tambahan pangan berupa gas untuk
mendorong pangan keluar dari kemasan. Contohnya Nitrogen dan
Propana.
27. Sekuestan (Sequestrant) adalah bahan tambahan pangan yang dapat
mengikat ion logam polivalen untuk membentuk kompleks sehingga
meningkatkan stabilitas dan kualitas pangan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun
2012 juga menjelaskan beberapa bahan tambahan pangan yang dilarang
untuk digunakan dalam makanan sebagai berikut:
1. Natrium tetraborat (boraks).
2. Asam salisilat dan garamnya (Salicylic acid and its salt)
3. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)
4. Dulsin (Ducin)
5. Formalin (Formaldehyde)
6. Kalium bromat (Potassium bromate)
7. Kalium klorat (Potassium chlorate)
8. Klorampenikol (Chloramphenicol)
9. Minyak nabati yang dikombinasi (Brominate vegetable oils)
10. Nitrofurazon (Nitrofurazone)
11. Dulkamara (Dulcamara)
12. Kokain (Cocaine)
13. Nitrobenzen (Nitrobenzene)
14. Sinamil antrannilat (Cinnamyl anthranilate)
15. Dihidrosafrol (Dihydrosafrole)
16. Biji tonka (Tonka bean)
17. Minyak kalamus (Calamus oil)
18. Minyak tansi (Tansy oil)
19. Minyak sasafras (Sasafras oil)
12
D. Boraks dan Penggunaanya
Boraks adalah serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam
air, tetapi tidak larut dalam etanol. Boraks merupakan garam natrium dengan
rumus kimia Na2B4O7. 10H2O banyak digunakan dalam berbagai industri non
pangan, terutama industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik (Wijaya,
2011).
Boraks juga disebut dengan asam borat, natrium tetra borat atau
sodium borat yang merupakan pembersih, fungisida, herbisida, dan
insektisida yang bersifat toksik atau meracun untuk manusia. Boraks sering
disalahgunakan sebagai pengawet makanan. Selain sebagai pengawet, bahan
ini disalahgunakan juga untuk mengenyalkan makanan. Makanan yang
biasanya ditambahkan boraks diantaranya bakso, lontong, mie, kerupuk, dan
berbagai makanan tradisional lainnya. Masyarakat di daerah tertentu juga
mengenal boraks dengan sebutan garam “bleng” (Yuliarti, 2007).
Sinonim atau nama lain dari boraks adalah Sodium Borate, Boraks
Decahydrate, Sodium Biborate Decahydrate, Disodium Tetraborate
Decahydrate, Sodium Pyroborate Decahydrate, Sodium Tetraborate
Decahydraete, Boron Sodium Oxide, Fused Borax (Rahayu et al., 2011).
E. Ciri Makanan Mengandung Boraks
Penyalahgunaan boraks kerap dijumpai dalam makanan olahan,
seperti bakso, kerupuk, dan gula merah. Pada tahun 1993, di DKI Jakarta
telah ditemukan sekitar 26% bakso mengandung boraks, baik diswalayan,
pasar tradisional, maupun pedagang makanan keliling. (Wijaya, 2011).
Adapun ciri-ciri makanan mengandung boraks menurut (Rahayu et al.,
2011) adalah sebagai berikut :
1. Rasanya sangat renyah dan kenyal
2. Bau terasa tidak alami, ada bau lain yang muncul
3. Tahan lama atau awet beberapa hari
4. Warnanya tampak lebih putih dari pada warna sebelumnya
13
F. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan
Mengkonsumsi boraks dalam makanan memang tidak secara langsung
berdampak buruk, namun sifatnya terakumulasi sedikit demi sedikit dalam
organ-organ tubuh, seperti hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap
melalui pencernaan tetapi juga melalui kulit. Boraks yang terserap dalam
tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui urine dan tinja, serta
sangat sedikit melalui keringat. (Wijaya, 2011).
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala
pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, dan hilangnya nafsu
makan. Seringnya mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dapat
menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak,
boraks bisa menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urine), koma,
merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, penurunan tekanan
darah, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian (Wijaya, 2011).
Bahaya akut (jangka pendek) diantaranya :
1. Bila terhirup/inhalasi dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir
dengan batuk-batuk dan dapat diabsorpsi menimbulkan efek sistemik
seperti pada efek akut bila tertelan.
2. Bila kontak dengan kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan dapat
diabsorpsi melalui kulit yang rusak.
3. Bila kontak dengan dengan mata dapat menimbulkan iritasi, mata
memerah dan rasa perih.
4. Bila tertelan dapat menimbulkan gejala-gejala yang tertunda meliputi
badan rasa tidak enak (malaise), mual nyeri hebat pada perut bagian atas
(epigastric), pendarahan gastroenteritis disertai muntah darah, diare,
lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala (Rahayu et all., 2011)
Bahaya kronis (jangka panjang) dapat mengakibatkan diantaranya
(Rahayu et al., 2011) :
1. Bila terhirup/inhalasi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang dapat
menyebabkan radang cabang tenggorok (bronchitis), radag pangkal
tenggorok (laringitis) dan efek lain seperti pada efek kronis bila tertelan.
14
2. Bila kontak dengan kulit dalam waktu yang lama dan berulang-ulang dapat
menyebabkan radang kulit (dermatitis). Jika terabsorpsi dalam jumlah
cukup banyak bisa terjadi keracunan sistematik seperti pada efek kronis
bila tertelan.
3. Bila kontak dengan mata dalam waktu yang lama dan berulang-ulang
dapat menyebabkan radang seaput mata (conjunctivitis).
4. Bila tertelan berulang-ulang dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan
(anorexia), turunnya berat badan, iritasi ringan disertai gangguan
pencernaan, kulit ruam dan merah-merah, kulit kering dan mukosa
membran dan bibir pecah-pecah, lidah merah, radang selaput mata,
anemia, luka pada ginjal, bisa juga terjadi kejang-kejang. Telah dilaporkan
adanya efek reproduksi lain pada binatang.
G. Cara Identifikasi Boraks
1. Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (Uji Nyala Api)
Jika sedikit boraks dicampurkan 1 ml asam sulfat pekat dan 5 ml
methanol dan etanol (yang pertama lebih disukai karena lebih mudah
menguap) dalam sebuah cawan porselen kecil, dan alkhol ini dinyalakan;
alkohol akan terbakar dengan nyala yang pinggirnya hijau, disebabkan
pembentukan metil boraks B(OCH3)3 atau etil borat B(OC2H5)3. Kedua
ester ini beracun. Garam tembaga dan barium mungkin memberi nyala
hijau yang serupa. Modifikasi yang berikut dari uji yang tergantung dari
sifat boron triflourida, BF3 yang lebih mudah menguap, dapat dipakai
dengan adanya senyawa-senyawa tembaga dan barium, zat-zat ini tidak
membentuk senyawa-senyawa yang mudah menguap pada kondisi-
kondisi eksperimen yang dibawah. Campurlah dengan seksama borat
dengan kalsium flourida yang telah dijadikan bubuk dan sedikit asam
sulfat pekat, dan bawa sedikit dari pasta yang terjadi tersebut diatas cincin
dari kawat platinum, atau pada ujung batang kaca sampai dekat sekali
ketepi bagian dasar nyala Bunsen tanpa benar-benar menyentuhnya;
15
boron triflourida yang mudah menguap terbentuk, dan mewarnai nyala
menjadi hijau (Svehla, 1985).
2. Uji Kertas Kunyit (Turmerik)
Jika sehelai kertas kurkumin dicelup kedalam larutan suatu borat
yang diasamkan dengan asam klorida encer, lalu dikeringkan pada 100ºC,
kertas ini menjadi cokelat-kemerahan. Kertas dikeringkan paling
sederhana dengan melilitkannya sekeliling sisi luar dekat tepi mulut suatu
tabung uji yang mengandung air, dan mendidihkan air itu selama 2-3
menit. Setelah kertas dibasahi dengan larutan natrium hidroksida encer,
kertas menjadi kehitam-hitaman. Kromat, klorat, nitrit, iodide, dan zat-zat
pengoksid lain mengganggu, karena aksinya memutihkan kunyit itu
(Svehla, 1985).
3. Larutan Perak Nitrat
Endapan putih perak metaborat, AgBO2, dari larutan boraks yang
cukup pekat, yang larut baik dalam larutan amoniak encer maupun dalam
asam asetat. Dengan mendidihkan endapan denga air, endapan dihidrolisis
sempurna, dan diperoleh endapan coklat perak oksida. Endapan coklat
perak oksida dihasilkan langsung dalam larutan-larutan yang sangat encer
(Svehla, 1985).
4. Larutan Barium Klorida
Endapan putih barium metaborat, Ba(BO2)2, dari larutan-larutan
yang cukup pekat, endapan larut dalam reagensia berlebihan. Dalam
asam-asam encer, dan dalam larutan garam-garam amonium. Larutan
kalsiu dan strotium klorida bertindak serupa (Svehla, 1985).
5. Kerja oleh Panas
Boraks yang btelah dijadikan bubuk,bila dipanaskan dalam tabung
pijar, atau diatas sebatang kawat platinum, akan mengembang banyak
sekali, dan lalu menyusut, meninggalkan suatu keping kaca yang tak
berwarna dari garam anhidratnya. Kaca ini mempunyai sifat melarutkan
banyak oksida ketika dipanaskan, dengan membentuk metaborat, yang
16
sering mempunyai warna-warna yang khas. Ini merupakan dasar dari uji
manik boraks terhadap berbagai logam (Svehla, 1985).
6. Uji Biru Manitol-Bromotimol
Asam borat bertindak sebagai asam monobasa yang sangat lemah
(Ka = 5,8 x 10-10
), tetapi setelah ditambahkan senyawa-senyawa
polihidroksi organik tertentu, seperti manitol (manit), gliserol, dekstrosa,
atau gula inversi, asam ini diubah menjadi suatu asam yang relatif kuat
(Svehla, 1985).
H. Martabak Kriuk
Martabak merupakan salah satu makanan jajanan yang sudah siap saji
dan sangat diminati oleh masyarakat Indonesia khususnya di Kota Palangka
Raya. Martabak adalah makanan yang bahan baku pembuatannya
menggunakan tepung terigu dan telur. Pada umumnya martabak terbagi
menjadi 2 jenis yaitu martabak telor dan martabak manis. Martabak telor
adalah martabak yang terbuat dari adonan tepung yang hanya diisi daging
cincang, telur dikocok, kol, daun bawang dan rempah-rempah yang cara
pengolahan dengan cara digoreng dan biasanya disajikan bersama dengan
irisan buah timun, wartel dan lombok yang direndam dengan air cuka.
Sedangkan martabak manis adalah martabak yang terbuat dari adonan tepung,
telur, gula yang ditaburi bubuk kacang, coklat dan keju yang cara pengolahan
dengan cara dipanggang dan dilipat di atas loyang.
Pada saat sekarang, martabak telor ada variasi terbaru yaitu martabak
kriuk. Martabak kriuk adalah martabak yang memiliki ukuran lebih kecil
dibandingkan martabak telor sehingga harga yang dijual lebih murah.
Martabak kriuk memiliki rasa enak dan tekstur renyah, karena teksturnya
yang renyah maka makanan ini sangat diminati oleh masyarakat apalagi
disajikan dalam keadaan panas atau hangat. Bahan baku pembuatan martabak
kriuk hampir sama dengan martabak telor yaitu terdiri dari tepung gandum,
tepung kanji, dan telur. Kulit martabak kriuk memilik tekstur kulit yang tebal,
berbentuk persegi empat, yang didalamnya berisi irisan telor masak, irisan
17
ayam yang sudah masak dan sayur kol dan biasanya disajikan bersama
dengan saos tomat. Penyalahgunaan penambahan boraks pada bahan baku
pembuatan kulit martabak kriuk ini biasanya diperuntukkan untuk membuat
kulit martabak kriuk menjadi lebih kenyal, dan tahan lama, walaupun dapat
disimpan selama lebih dari satu minggu.
I. Limit Of Detection (LOD)
Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda tergantung pada
metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis yang
tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi
analit dalam sampel pada pengencern bertingkat (Riyadi, 2009).
Validasi menurut Hendra (2009) dalam CPOB 2006 antara lain
meliputi validasi proses, validasi prosedur pemeriksaan dan validasi
pembersihan. Validasi Proses adalah cara pemastian dan memberi
pembuktian terdokumentasi bahwa proses (berlangsung dalam parameter
desain yang telah ditentukan) mampu dan dapat dipercaya menghasilkan
produk yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan memiliki tingkat
keberulangan yang tinggi. Validasi proses dilakukan jika terdapat adanya
proses baru, perubahan tahan/alat yang digunakan, perubahan besar batch,
produk yang telah diproduksi tetapi belum pernah divalidasi dan program
revalidasi.
Validasi metode analisis diperlukan karena setiap bahan baku yang
akan digunakan atau obat jadi harus diperiksa sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan yang meliputi pemeriksaan fisika dan kimia. Untuk melihat
apakah prosedur dan alat yang digunakan tersebut memadai atau mengetahui
apakah personil yang mengerjakan sudah cukup terlatih, maka perlu
dilakukan validasi tersebut. Validasi metode analisis bertujuan untuk
memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah
sesuai untuk peruntukannya. Parameter analisis yang harus dipertimbangkan
dalam validasi metode analisis salah satunya adalah penentuan batas deteksi.
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi
18
yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko.
Batas deteksi merupakan parameter uji batas.
Validasi pembersihan untuk peralatan perlu dilakukan karena proses
pembersihan peralatan harus segera dilaksanakan setelah suatu produk selesai
dibuat atau dikemas. Validasi pembersihan bertujuan untuk memastikan
bahwa prosedur pembersihan sudah tepat dan efektif menghilangkan sisa
produk sebelumnya (termasuk melihat cemaran mikroba). Agar mendapatkan
peralatan yang bersih dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka cara
pembersihan dan detergen yang digunakan harus sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan.
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dilakukan di Kota Palangka Raya.
Tempat percobaan atau uji laboratorium dilakukan di Laboratorium kimia
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Palangkaraya. Waktu
penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dilakukan pada tanggal 06 bulan
April tahun 2013 sampai pada tanggal 28 bulan Juni tahun 2013.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik,
kertas perkamen, erlenmeyer 250 ml, beaker glass, corong, nampan, gunting,
cawan porselin 75 ml, oven, labu tentukur 100 ml, labu tentukur 100 ml, statif
dan klem, tanur listrik, pipet volume 2 ml dan 5 ml, penjepit besi, batang
pengaduk.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kulit martabak kriuk,
sodium tetraborat sebagai baku boraks, asam sulfat pekat (H2SO4), metanol,
kalsium karbonat (CaCO3), asam klorida (HCl) 10%, aquades, kertas
whatman, kurcumin powder, alkohol 80%.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah penelitian
eksperimen atau percobaan (experiment research) yaitu suatu penelitian
dengan melakukan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui
gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan
tertentu atau eksperimen tersebut (Notoatmodjo, 2010).
20
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan pengertian tersebut maka
populasi pada penelitian ini adalah seluruh kulit martabak kriuk yang
dijual oleh pedagang martabak di jalan AIS. Nasution Kota Palangka
Raya sebanyak 4 pedagang.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah kulit
martabak kriuk yang di jual oleh 4 pedagang di jalan AIS. Nasution Kota
Palangka Raya.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu pengambilan sampel secara sampling jenuh. Teknik ini dilakukan
dengan penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 30 (Nasir, 2011).
F. Prosedur Kerja
1. Uji Nyala Api
Metode uji nyala pada boraks :
a. Preparasi Sampel
Sampel kulit martabak kriuk ditimbang sebanyak 10 gram dan
dipotong-potong kecil lalu di oven pada suhu 1200C sampai kering,
kemudian sampel diarangkan (Triastuti et al., 2013).
b. Membuat kontrol Positif
Baku boraks dicampurkan ke dalam sampel di oven pada suhu 1200C
selama 6 jam, kemudian diarangkan. Setelah menjadi arang
tambahkan 1 ml asam sulfat pekat dan 5 ml metanol, kemudian
21
dibakar. Nyala yang dihasilkan berwarna hijau dan digunakan sebagai
baku positif (Svehla, 1985).
c. Identifikasi Boraks pada Sampel
Sampel yang sudah menjadi arang ditambahkan 1 ml asam sulfat
pekat dan 5 ml metanol, kemudian dibakar bila timbul nyala hijau,
maka menandakan adanya boraks (Svehla, 1985).
2. Uji Kertas Kurkumin
a. Membuat kertas kurkumin yaitu, dengan menimbang serbuk kurkumin
powder sebanyak 1, 5-2 gram dan masukkan bersama 100 ml alkohol
80% ke dalam erlenmeyer 250 ml lalu ditutup. Dikocok selama 5
menit setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring, setelah
itu disaring menggunakan kertas saring whatman no. 41. Celupkan
kertas saring no. 2 ke dalam larutan tersebut, lalu kertas digantung
untuk mengeringkan. Setelah 1 jam, kertas digunting dengan ukuran
strip 6x1 cm dan disimpan di tempat yang rapat dan terhindar dari
cahaya (Anonim, 1999).
b. Uji warna kertas kurkumin
Uji warna kertas kurkumin pada pengujian boraks:
1) Preparasi Sampel
Sampel kulit martabak kriuk ditimbang sebanyak 50 gram dan di
oven pada suhu 120oC setelah kering di tambahkan dengan 10
gram kalsium karbonat. Kemudian masukkan ke dalam tanur
hingga menjadi abu selama 6 jam dan dinginkan.
2) Membuat kontrol Positif
Baku boraks dicampurkan ke dalam sampel setelah itu
ditambahkan dengan 10 gram kalsium karbonat kemudian
masukkan ke dalam tanur hingga menjadi abu selama 6 jam dan
dinginkan. Abu kemudian tambahkan 3 ml asam klorida 10%,
celupkan kertas kurkumin. Kertas yang mulanya berwarna kuning
berubah menjadi merah kecoklatan dan digunakan sebagai baku
positif.
22
3) Identifikasi Boraks pada Sampel
Abu kemudian tambahkan 3 ml asam klorida 10%, celupkan
kertas kurkumin. Bila di dalam sampel terdapat boraks, kertas
kurkumin yang berwarna kuning menjadi berwarna merah
kecoklatan (Triastuti et al., 2013).
3. Pembuatan LOD Baku Boraks
a. Pembuatan larutan baku boraks konsentrasi 2500 ppm
1) Menimbang 2,5 gram sodium tetraborat
2) Masukkan ke dalam labu tentukur 1000 ml
3) Tambahkan aquades hingga tanda batas dalam labu tentukur
4) Celupkan kertas kurkumin
b. Pembuatan deret baku dari larutan baku boraks konsentrasi 2500 ppm
1) Membuat baku seri 1250 ppm
a) Masukkan larutan baku boraks 2500 ppm ke dalam buret
b) Titrasi sebanyak 50 ml ke dalam labu tentukur 100 ml
c) Tambahkan aquades hingga tanda batas dalam labu tentukur
d) Celupkan kertas kurkumin
2) Membuat baku seri 1000 ppm
a) Masukkan larutan baku boraks 2500 ppm ke dalam buret
b) Titrasi sebanyak 40 ml ke dalam labu tentukur 100 ml
c) Tambahkan aquades hingga tanda batas dalam labu tentukur
d) Celupkan kertas kurkumin
3) Membuat baku seri 750 ppm
a) Masukkan larutan baku boraks 2500 ppm ke dalam buret
b) Titrasi sebanyak 30 ml ke dalam labu tentukur 100 ml
c) Tambahkan aquades hingga tanda batas dalam labu tentukur
d) Celupkan kertas kurkumin
4) Membuat baku seri 500 ppm
a) Masukkan larutan baku boraks 2500 ppm ke dalam buret
b) Titrasi sebanyak 20 ml ke dalam labu tentukur 100 ml
c) Tambahkan aquades hingga tanda batas dalam labu tentukur
23
d) Celupkan kertas kurkumin
5) Membuat baku seri 250 ppm
a) Masukkan larutan baku boraks 2500 ppm ke dalam buret
b) Titrasi sebanyak 10 ml ke dalam labu tentukur 100 ml
c) Tambahkan aquades hingga tanda batas dalam labu tentukur
d) Celupkan kertas kurkumin
c. Limit Of Detection (LOD) Metode Boraks dalam Kulit Martabak
Kriuk
Masing-masing kulit martabak kriuk ditimbang sebanyak 50 gram
sampel yang digunakan tidak mengandung boraks, membuat baku seri
1250 ppm, 1000 ppm, 750 ppm, 500 ppm, dan 250 ppm, masukkan ke
dalam masing-masing cawan porselin, titrasi larutan baku induk 2500
ppm sebanyak 25 ml, 20 ml, 15 ml, 10 ml dan 5 ml ke dalam masing-
masing sampel dan konsentrasi ppm. Masukkan ke dalam oven pada suhu
120oC sampai kering, setelah kering tambahkan kalsium carbonat 10%
sebanyak 10 ml, masukkan ke dalam tanur hingga menjadi abu selama 6
jam dan dinginkan. Abu yang diperoleh ditambahkan dengan 6 ml asam
klorida. Celupkan kertas kurkumin amati perubahan warna uyang terjadi
pada kertas kurkumin.
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Identifikasi boraks pada kulit martabak kriuk dilakukan dengan dua
metode yaitu metode uji nyala api dan uji reaksi warna dengan kertas
kurkumin. Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu kulit martabak
kriuk dari 4 pedagang yang berjualan di jalan AIS. Nasution Kota Palangka
Raya. Sampel 1, 2, 3, dan 4 diambil pada pagi hari, karena pada pagi hari
pedagang berjualan di sekitar sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka hasil
identifikasi boraks pada kulit martabak kriuk menggunakan uji nyala api
disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil identifikasi boraks pada kulit martabak kriuk menggunakan
uji nyala api
No Sampel Warna Nyala Api Hasil
Pengamatan
1 Sampel + Sodium
Tetraborat
(Kontrol Positif)
Biru dengan pinggiran
hijau
Positif
2 Sampel 1 Merah orange Negatif
3 Sampel 2 Merah orange Negatif
4 Sampel 3 Merah orange Negatif
5 Sampel 4 Merah orange Negatif
Sedangkan identifikasi boraks pada kulit martabak kriuk dilanjutkan
dengan metode uji reaksi warna menggunakan kertas kurkumin. Hasil
penelitian menggunakan uji reaksi warna tersebut disajikan pada Tabel 4.2.
25
Tabel 4.2. Hasil identifikasi boraks pada kulit martabak kriuk menggunakan
uji reaksi warna dengan kertas kurkumin
No Sampel Kertas Kurkumin Hasil Pengamatan
1 Sampel + Sodium
Tetraborat
(Kontrol Positif)
Perubahan warna yang
terjadi pada kertas
kurkumin yaitu merah
kecoklatan
Positif
2 Sampel 1 Tetap warna kuning
(tidak ada perubahan
warna menjadi merah
kecoklatan pada kertas)
Negatif
3 Sampel 2 Tetap warna kuning
(tidak ada perubahan
warna menjadi merah
kecoklatan pada kertas)
Negatif
4 Sampel 3 Tetap warna kuning
(tidak ada perubahan
warna menjadi merah
kecoklatan pada kertas)
Negatif
5 Sampel 4 Tetap warna kuning
(tidak ada perubahan
warna menjadi merah
kecoklatan pada kertas)
Negatif
B. Pembahasan
Berdasarkan Tabel 4.1 pengujian sampel ditambah sodium tetraborat
sebagai kontrol positif menghasilkan nyala api berwarna biru dengan
pinggiran hijau (Lampiran 12). Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh
Svehla (1985) yang menyatakan bahwa jika sampel positif mengandung
boraks maka dihasilkan nyala api yang pinggirnya hijau, nyala api dengan
pinggiran hijau tersebut dikarenakan adanya pembentukan senyawa metil
borat B(OCH3)3 apabila terbakar menunjukkan nyala api yang pinggirnya
berwarna hijau hal ini dikarenakan pada saat pengujian sampel yang sudah
menjadi arang ditambahkan metanol. Triastuti et al (2013) juga menjelaskan
bahwa jika sampel positif mengandung boraks maka dihasilkan nyala api
yang pinggirnya hijau dikarenakan senyawa boraks bereaksi dengan asam
sulfat dan metanol yang dilakukan ketika ditambahkan pada saat pengujian.
26
Hal ini dapat dilihat pada reaksi antara asam borat dengan metanol yang
bersumber pada buku Svehla (1985) yaitu :
H3BO3 + 3CH3OH B (OCH3)3 + 3H2O
Identifikasi boraks dengan uji nyala api pada sampel 1, 2, 3, dan 4
menunjukkan warna nyala api yang dihasilkan adalah merah orange
(Lampiran 12). Hal ini menunjukkan bahwa semua sampel menunjukkan
hasil negatif atau tidak mengandung boraks.
Sehubungan dengan hasil identifikasi menggunakan reaksi uji nyala
api negatif mengandung adanya boraks pada kulit martabak kriuk maka
dilakukan pengujian dengan uji reaksi warna menggunakan kertas kurkumin
agar hasil yang didapat lebih meyakinkan.
Berdasarkan Tabel 4.2 identifikasi boraks juga dilanjutkan
menggunakan uji reaksi warna dengan kertas kurkumin. Pengujian kontrol
positif sampel ditambah baku sodium tetraborat sebanyak 0,5 gram
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang berisi sampel 50 gram. Kemudian
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 120oC sampai kering. Setelah kering
sampel ditambahkan dengan kalsim karbonat 10% sebanyak 10 ml.
Penambahan kalsium karbonat bertujuan untuk mengubah senyawa borat dan
turunannya yang terdapat pada sampel menjadi bentuk garamnya, kemudian
dimasukkan ke dalam tanur listrik selama 6 jam sampai menjadi abu. Tujuan
dari pengabuan adalah untuk menghilangkan senyawa-senyawa organik
dalam sampel sehingga yang tersisa hanya bentuk logam atau oksida logam
serta garam-garam yang tidak menguap pada suhu tersebut. Sampel yang
telah menjadi abu selanjutnya didinginkan selama 15 menit dilanjutkan
dengan identifikasi boraks, dengan menambahkan 6 ml HCl 10% ke dalam
abu tersebut sampai larutan sampel menjadi asam yang dibuktikan dengan
perubahan warna pada kertas indikator pH. Setelah itu diidentifikasi dengan
kertas kurkumin pada masing-masing sampel.
27
Hasil kertas kurkumin pada kontrol positif kertas kurkumin yang
awalnya berwarna kuning berubah menjadi warna merah kecoklatan
(Lampiran 11). Hal ini sesuai dengan Triastuti et al (2013) yang menyatakan
bahwa bila di dalam sampel terdapat boraks, kertas kurkumin yang berwarna
kuning berubah menjadi berwarna merah kecoklatan pada saat pengujian. Hal
ini dikarenakan kurkumin yang menjadi bahan dasar pembuatan kertas
kurkumin bereaksi dengan asam borat yang terdapat pada kontrol positif
sehingga membentuk senyawa berwarna merah yang dikenal sebagai
rosasianin yaitu suatu zat yang berwarna merah karmesin. Hal ini dapat
dilihat pada reaksi antara asam borat dengan kurkumin Roth (1988) yang
disajikan pada gambar 4.1. :
Gambar 4.1 Hasil Reaksi Asam Borat dengan Kurkumin
Identifikasi boraks yang dilakukan pada sampel 1, 2, 3, dan 4
menghasilkan bahwa kertas kurkumin tidak menunjukan reaksi perubahan
warna menjadi merah kecoklatan setelah dikeringkan atau kertas kurkumin
tetap berwarna kuning seperti semula (Lampiran 11). Hal ini menandakan
semua sampel tidak mengandung boraks.
Identifikasi boraks dengan kertas kurkumin dilanjutkan dengan cara
membuat LOD baku sodium tetraborat. Baku sodium tetraborat ditimbang
sebanyak 2,5 gram baku dilarutkan dengan aquades dalam labu tentukur 1000
ml sampai batas dengan konsentrasi 2500 ppm. Dari baku induk tersebut
(HCl)
Cl-
28
selanjutya dibuat baku seri dengan konsetrasi 1.250 ppm, 1.000 ppm, 750
ppm, 500 ppm, 250 ppm masing-masing dalam labu tentukur 100 ml dan
tambahkan aquades sampai batas. Selanjutnya kertas kurkumin dicelupkan ke
dalam masing-masing konsentrasi tersebut. Kemudian diamati perubahan
warna yang terjadi pada kertas kurkumin di setiap konsentrasi.
Berdasarkan hasil LOD untuk baku boraks pada reaksi warna
menggunakan kertas kurkumin yaitu terdapat pada 250 ppm yang masih
memberikan warna sedikit merah kecoklatan. Untuk hasil LOD metode yaitu
sampel ditambahkan baku boraks disetiap konsentrasi untuk reaksi uji warna
menggunakan kertas kurkumin yaitu terdapat pada 250 ppm yang masih
memberikan warna sedikit merah kecoklatan.
Dari hasil LOD yang dilakukan maka pada konsentrasi 250 ppm
merupakan batas terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi atau yang
masih memberikan respon warna kertas kurkumin sedikit merah kecoklatan.
Sedangkan untuk dibawah konsentrasi 250 ppm kertas kurkumin tidak
memberikan respon atau warna yang ditimbulkan tetap berwarna kuning
(semula).
Penelitian ini membuktikan bahwa semua kulit martabak kriuk yang
dijual di jalan AIS Nasution Kota Palangka Raya ternyata tidak terdeteksi
adanya bahan berbahaya berupa boraks menggunakan metode uji nyala api
dan uji warna dengan kertas kurkumin. Semua pedagang yang menjual
martabak kriuk di jalan AIS Nasution secara partisipatif menjual makanan
yang aman untuk dikonsumsi dan mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 033 Tahun 2012 sehingga tidak menambahkan boraks pada proses
pembuatan makanan.
29
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian identifikasi boraks menggunakan metode
uji nyala api dan uji reaksi warna dengan kertas kurkumin maka dapat
disimpulkan bahwa kulit martabak kriuk yang dijual di jalan AIS. Nasution
Kota Palangka Raya tidak terdeteksi mengandung boraks.
B. Saran
1. Identifikasi boraks pada kulit martabak kriuk dapat dilakukan kembali
menggunakan metode lain selain uji nyala api dan uji warna
menggunakan kertas kurkumin.
2. Identifikasi boraks juga dapat dilakukan pada jenis martabak lain terhadap
kandungan boraks.
30
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, H.L. 2010. Pengawet Makanan Alami Dan Sintesis. Alfa Beta :
Bandung.
Anonim. 1999. Association of offical Analytical Chemists, “Boric Acid and
Borates in Food, Qualitative Test, Final Action”, 16th
ed., (1999), vol. II
(47), pg, 11, method no. 970. 33, procedure 47. 3. 07, Arlington, VA,
USA.
Anonim. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 033 Tahun
2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Cahyadi, W. 2009. Bahan Tambahan Pangan. Bumi Akrasa : Jakarta
Departemen Kesehatan R.I. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun
2012 tentang Pangan. Depkes RI : Jakarta
Hendra. 2009. Kualifikasi dan Validasi dalam Industri Farmasi.
http://hendrasender.blogspot.com/kualifikasi-dan-validasi-dalam-industri-
farmasi (04 Juli 2013). Palangka Raya.
Nasir, A. A. Muhith, dan M. E. Ideputri. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Medical Book : Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Rahayu W. P. 2011. Keamanan Pangan Peduli Kita Bersama. IPB Press. Bogor
Riyadi, Wahyu. 2009. Validasi Metode Analisis. http://www.chem-is-
try.org/artikel kimia/kimia analisis/validasi-metode-analisis/. (13 Mei
2013). Palangka Raya.
Rohman. A. 2007. Kimia Farmasi Analisis Cetakan I. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta
Roth, H.J., Blaschke, G. 1988. Analisis Farmasi. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta
Svehla,G.Ph.D.,D.Sc.,F.R.I.C.Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro Dan Semimikro Bagian II Edisi Kelima.Media Pustaka. Jakarta
Triastuti, E. Fatimawali dan M. R. J. Runtuwene. 2013. Analisis Boraks pada
Tahu yang diproduksi di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi-Unsrat
Vol. 2 No. 01. ISSN 2302-2493
31
Wijaya, H. C, M. Noryawati, dan A. A. Frendy. 2011. Bahan Tambahan pangan
Pengawet. IPB Press : Bogor
Wijaya, D. 2011. Waspadai Zat Aktif Dalam Makanan. Buku Biru : Jakarta
Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Andi : Yogyakarta
32
IDENTIFIKASI BORAKS PADA KULIT MARTABAK KRIUK YANG
DIJUAL DI KOTA PALANGKARAYA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat
guna mencapai gelar ahli madya farmasi
Disusun Oleh :
SELVIA MEGA ASTUTI
10.71.12035
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
2013
33
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Selvia Mega Astuti
Nomor Induk Mahasiswa : 10.71.12035
Program Studi : D-III Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan hasil karya
sendiri dan belum pernah digunakan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam Karya Tulis Ilmiah ini
tidak terdapat karya tulis orang atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Palangka Raya, Juli 2013
Yang membuat pernyataan
Selvia Mega Astuti
vi
34
LEMBAR PERSEMBAHAN
Persembahan : Alhamdulillah akhirnya karya tulis ini telah selesai dikerjakan. Terima
kasih kepada ALLAH SWT dan untuk mereka yang Kucintai karena-Nya,
dan mereka yang mencintaiku karena mencintai-Nya dengan keiklasan,
kesabaran, keringat, hingga air mata ini kepada :
Allah SWT. Yang sudah memberikan aq hidup dan memberikan
kesehatan untukku sampai saat ini.
Kedua Orang Tuaku yang tak henti-hentinya selalu memberikan
kasih sayang, dan semangat kepada ku, dan yang selalu ada
disamping aku dari awal aq bagun tidur hingga aq menutup mata
untuk kembali tidur.
Keluarga aq dan keponakan aq yang selalu ada menemani ku
disetiap hari.
M. Dermawan, Amd.Ak yang sudah membantuku dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
Dosen-dosenku yang telah sabar mengajar dan membimbingku dari
awal aq masuk kuliah hingga aq menyelesaikan kuliah ini.
Ibu Rabiatul Adawiyah, S. Farm.,Apt dan pak Djoko Eko
H.S.,S.P.,M.P selaku dosen pemimbing saya yang selalu sabar dalam
membimbing saya untuk menyelesaikan KTI.
Ibu Rusdiah Fatatik, M.Si selaku dosen pembimbing Akademik yang
selalu sabar dalam membimbing saya selama kuliah ini.
Teman-teman senasib, seperjuangan, dan sebenanggungan Farmasi
angkatan 2010 yang selalu memberikan semangat, saling
mendukung dan berjuang sama-sama sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan sesuai harapan.
Tak lupa juga untuk Almamaterku tanpa itu tidak mungkin aq
berdiri dan menyelesaikan kuliah ini.
Sahabat sejatiku Ida Wati, Devi Salim, dan Nunur icam yang selalu
bersama-sama berjuang selama tiga tahun di bangku kuliah tak kan
pernah aku lupakan sampai kapan pun.
Buat kak laboran Ka lia dan Ka dwi yang telah membantu selama
penelitian aku di laboratorium
vii
35
vii
36
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil`alamin Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
selalu melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “IDENTIFIKASI BORAKS PADA KULIT
MARTABAK KRIUK YANG DIJUAL DI KOTA PALANGKARAYA” dapat
diselesaikan dengan baik. Kalimat serta sholawat selalu teriringi Kepada Nabi
Muhammad SAW atas bimbingan yang diberikan kepada pengikut-pengikutnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan serta arahan dari banyak
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat yang tak terhingga sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
2. Bapak Drs. H. Bulkani, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
3. Bapak dr. H. Ferry Iriawan, MPH selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
4. Ibu Rusdiah Fatatik, M.Si selaku pembimbing akademik yang selalu sabar
membimbing saya selama kuliah ini.
5. Ibu Rabiatul Adawiyah, S.Farm., Apt selaku Ketua Program Studi D-III
Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, dan selaku pembimbing
I yang dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.
6. Bapak Djoko Eko H.S.,S.P.,M.P selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan petunjuk, bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat
dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Dosen-dosen Program Studi D III Farmasi yang dengan sabar memberikan
ilmu pengetahuan.
viii
37
8. Orang tua tercinta, kakak, serta adik yang telah memberikan do`a, bantuan
serta dorongan moril maupun material yang tak terhingga.
9. Teman-teman seperjuangan jurusan D III Farmasi angkatan 2010, yang
telah mendukung dan membantu penulis hingga terselesaikan Proposal
Karya Tulis Ilmiah Ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama pembacanya.
Palangka Raya, Juli 2013
Selvia Mega Astuti
10.71.12035
ix
38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Hasil Reaksi Uji Warna Kertas Kurkumin .................................... 27
xii
39
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hasil penelitian identifikasi boraks uji nyala api ............................. 24
Tabel 4.2. Hasil penelitian identifikasi boraks uji warna dengan kertas
kurkumin .......................................................................................... 25
xiii
40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja
Lampiran 2. Penimbangan Bahan
Lampiran 3. Proses Identifikasi Boraks Pada Kulit martabak Kriuk Dengan
Metode Uji Nyala Api dan Uji Reaksi Warna Kertas Kurkumin
Lampiran 4. Data Penjual Kulit Martabak Kriuk di Jalan Ais Nasution Kota
Palangka Raya
Lampiran 5. Gambar Kulit Martabak Kriuk
Lampiran 6. Gambar Sodium Tetraborat
Lampiran 7. Gambar Asam klorida
Lampiran 8. Gambar Asam Sulfat
Lampiran 9. Gambar Metanol
Lampiran 10. Gambar Kalsium Carbonat (CaCO3)
Lampiran 11. Uji Warna Dengan Kertas Kurkumin
Lampiran 12. Uji Nyala Api
Lampiran 13. Limit Of Detection (LOD) Baku Boraks
Lampiran 14. Limit Of Detection (LOD) Baku Boraks + Sampel
xiv
41
RINGKASAN
IDENTIFIKASI BORAKS PADA KULIT MARTABAK KRIUK YANG
DIJUAL DI KOTA PALANGKA RAYA
Selvia Mega Astuti, Program Studi D III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammasiyah Palangka Raya
Jalan RTA. Milono Km 1,5 Palangka Raya Kalimantan Tengah
Telp/Fak (0536) 3222184 : 3238259 : 3239844
Masalah makanan merupakan masalah yang harus dapat perhatian
khususnya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan secara keseluruhan.
Mengingat bahwa perbaikan mutu dan nilai gizi makanan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
pembangunan. Makanan yang dikonsumsi harus memiliki persyaratan keamanan
pangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan adanya
bahaya dari cemaran bioligis, zat kimia dan benda lain yang dapat menganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Penggunaan bahan tambahan
pangan masih belum sepenuhnya memenuhi peraturan-peraturan yang sudah
dikeluarkan Menteri Kesehatan RI. Sejumlah masyarakat masih banyak
menyalahgunakan boraks sebagai bahan pengawet yang digunakan dalam
pembuatan makanan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan agar makanan yang
dibuat lebih tahan lama. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
033 Tahun 2012 menyebutkan bahwa, boraks adalah bahan yang dilarang
digunakan dalam makanan, walaupun dalam konsentrasi sekecil apapun. Efek
negatif yang ditimbulkan dari seringnya mengkonsumsi makanan yang
mengandung boraks yaitu gangguan otak, hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah
banyak, boraks bisa menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urine),
koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan defresi, penurunan tekanan
darah, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
boraks pada kulit martabak kriuk yang dijual di Jalan AIS. Nasution Kota
Palangka Raya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah experiment
(experiment research). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit
martabak kriuk yang di jual oleh 4 pedagang di jalan AIS. Nasution Kota
Palangka Raya. Teknik pengambian sampel yang digunakan adalah Sampling
Jenuh.
Identifikasi Boraks menggunakan metode uji nyala api dan uji reaksi
warna dengan kertas kurkumin. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
xv
42
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel yang digunakan tidak
terdeteksi mengandung senyawa boraks yang ditunjukkan dengan uji nyala api
menghasilkan warna nyala api yang pinggirnya tidak berwarna hijau tetapi
berwarna merah orange, sedangkan hasil uji warna menggunakan kertas kurkumin
reaksi warna menunjukkan tidak ada perubahan warna kertas kurkumin (tetap
berwarna kuning).
Kata kunci : Boraks, Martabak kriuk, Metode uji nyala api, Metode uji warna
menggunakan kertas kurkumin, Pembuatan LOD.
xvi
43
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGUJIAN ........................................................................................ iii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iv
PERMOHONAN SIAP KTI .................................................................................... v
PERNYATAAN ..................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
RINGKASAN ........................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 3
C. Batasan Masalah ............................................................................ 3
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
E. Tujuan Penulisan ............................................................................ 3
F. Manfaat Penulisan .......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5
A. Pangan ............................................................................................. 5
B. Makanan Jajanan ............................................................................ 6
C. Bahan Tambahan Pangan ............................................................... 6
D. Boraks dan Penggunaanya ........................................................... 12
E. Ciri Makanan Mengandung Boraks ............................................. 12
F. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan ................................................... 13
G. Cara Identifikasi Boraks ............................................................. 14
H. Martabak Kriuk ........................................................................... 16
I. Limit Of Detection (LOD) ............................................................ 17
x
44
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 19
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 19
B. Alat dan Bahan ............................................................................ 19
C. Metode Penelitian ......................................................................... 19
D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 20
E. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 20
F. Prosedur Kerja .............................................................................. 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 24
A. Hasil .............................................................................................. 24
B. Pembahasan ................................................................................... 25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 29
A. Simpulan ....................................................................................... 29
B. Saran ............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi