bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/bab i.pdf · pada lebih dari satu...

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pada dasarnya ingin mejaga kelestarian hidupnya dengan menghasilkan keturunan yang dan menjadi orang tua. Sebagai orang tua pasti menginginkan kehadiran seorang anak terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani. Namun, tidak semua anak dilahirkan dan tumbuh dalam keadaan normal. Beberapa diantaranya memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun psikis yang telah dialami sejak awal masa perkembangan. Memiliki anak disabilitas ganda merupakan beban berat bagi orang tua baik secara fisik maupun mental. Beban tersebut membuat reaksi emosional didalam diri orang tua. Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda dari sebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Miranda, 2013). Menurut Puspita (Rachmayanti & Zulkaida, 2007), reaksi pertama orang tua ketika awalnya dikatakan bermasalah adalah tidak percaya, shock, sedih, kecewa, merasa bersalah, marah dan menolak. Tidak mudah bagi orang tua yang anaknya menyandang berkebutuhan khusus untuk mengalami fase ini, sebelum akhirnya sampai pada tahap penerimaan ( acceptance). Ada masa orang tua merenung dan tidak mengetahui tindakan tepat apa yang harus diperbuat. Tidak sedikit orang tua yang kemudian memilih tidak terbuka mengenai keadaan anaknya kepada teman, tetangga bahkan keluarga dekat sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani anak tersebut. Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Upload: others

Post on 02-Aug-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pada dasarnya ingin mejaga kelestarian hidupnya dengan

menghasilkan keturunan yang dan menjadi orang tua. Sebagai orang tua pasti

menginginkan kehadiran seorang anak terlahir sempurna merupakan harapan

semua orang tua. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara

jasmani maupun rohani. Namun, tidak semua anak dilahirkan dan tumbuh

dalam keadaan normal. Beberapa diantaranya memiliki keterbatasan baik

secara fisik maupun psikis yang telah dialami sejak awal masa perkembangan.

Memiliki anak disabilitas ganda merupakan beban berat bagi orang tua

baik secara fisik maupun mental. Beban tersebut membuat reaksi emosional

didalam diri orang tua. Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus

dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda dari sebelumnya,

karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Miranda, 2013).

Menurut Puspita (Rachmayanti & Zulkaida, 2007), reaksi pertama orang

tua ketika awalnya dikatakan bermasalah adalah tidak percaya, shock, sedih,

kecewa, merasa bersalah, marah dan menolak. Tidak mudah bagi orang tua

yang anaknya menyandang berkebutuhan khusus untuk mengalami fase ini,

sebelum akhirnya sampai pada tahap penerimaan (acceptance). Ada masa

orang tua merenung dan tidak mengetahui tindakan tepat apa yang harus

diperbuat. Tidak sedikit orang tua yang kemudian memilih tidak terbuka

mengenai keadaan anaknya kepada teman, tetangga bahkan keluarga dekat

sekalipun, kecuali pada dokter yang menangani anak tersebut.

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

2

Sedangkan menurut Miranda (2013), ditinjau dari segi keluarga

penderita, maka adanya seorang anak yang menderita kelainan perkembangan

bisa menjadi beban bagi orang tuanya. Lebih banyak waktu dan perhatian

harus diberikan kepada anak tersebut. Oleh sebab itu, keluarga mempunyai

peranan yang besar dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama

pada tahap awal maupun tahap-tahap kritis, bila orang tua tidak mampu

mengelola emosi negatifnya dengan baik, bukan tidak mungkin akibatnya

akan berimbas pada anak. Selain itu bantuan medis, kesembuhan anak

berkebutuhan khusus bertumpu penting pada dukungan orang tua.

Anak dengan disabilitas ganda merupakan anak yang membutuhkan

pendidikan dan pelayanan khusus untuk mengembangkan segenap potensi yang

mereka miliki (Hallahan & Kauffman, 2006). Para anak disabilitas mungkin

saja mengalami gangguan, seperti gangguan fisik (disabilitas daksa),

emosional atau perilaku, penglihatan (disabiltas netra), komunikasi,

pendengaran (disabilitas rungu), kesulitan belajar (disabilitas laras), atau

mengalami retardasi mental (disabilitas grahita). Adapun beberapa anak

mengalami lebih dari satu gangguan. Mereka dikenal sebagai anak disabilitas

ganda.

Penjelasan mengenai anak penyandang tuna ganda atau disabilitas ganda

dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesian nomor 8 tahun 2016

tentang penyandang disabilitas pasal 4 Ayat (2) Yang dimaksud dengan

“Penyandang Disabilitas ganda atau multi” adalah Penyandang Disabilitas

yang mempunyai dua atau lebih ragam disabilitas, antara lain disabilitas

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

3

rungu-wicara dan disabilitas netra-tuli. Yang dimaksud dengan “dalam jangka

waktu lama” adalah jangka waktu paling singkat 6 (enam) bulan dan/atau

bersifat permanen.

Penyandang disabilitas ganda adalah mereka yang mempunyai kelaianan

perkembangan mencangkup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan

perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi

kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan

pribadi masyarakat (Delphie, 2006). Beberapa kombinasi ketunaan yang

termasuk disabilitas ganda adalah disabilitas netra- disabilitas rungu,

disabilitas netra- disabilitas daksa, disabilitas netra- disabilitas grahita,

disabilitas rungu- disabilitas daksa, disabilitas rungu- disabilita grahita,

disabilitas daksa- disabilitas grahita, disabilitas netra- disabilitas rungu-

disabilitas daksa, disabilitas netra- disabilitas rungu- disabilitas daksa, dan

lain-lain.

Anak disabilitas ganda atau majemuk membutuhkan dukungan besar

pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi,

pengurusan diri, tinggal mandiri, bekerja, dan pemenuhan diri (Hallahan &

Kauffman, 2006).

Peneliti memfokuskan peneltian pada beberapa jenis anak disabilitas

ganda karena sedikit penelitian yang menelti anak disabilitas ganda. Dari data

yang diperoleh dari Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2006) menunjukan

jumlah anak yang mengalami disabilitas ganda mencapai 450 orang. Jumlah

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

4

itu terus mengalami peningkatan dengan tingkat kenaikan 0,1 persen setiap

tahunnya.

Bagi anak, tidak ada sumber kekuatan (resource) yang lebih penting

selain orang tua. Ketika guru hanya bersifat sementara, orang tua merupakan

figur utama dan tetap bagi kehidupan anak. Orang tua harus memberikan

dukungan yang dibutuhkan anak secara konsisten, terus-menerus dan

sistematis (Lestari dan Nuraini, 2013).

Orang tua adalah seorang pria dan wanita yang terkait dalam

perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan

ibu dari anak-anak yang dilahirkanya Miami (Munir, 2016)

Menurut Safaria (2005) kebanyakan orang tua akan mengalami shock

bercampur perasaan sedih, khawatir, cemas, takut, dan marah ketika pertama

kali mendengar diagnosis mengenai gangguan yang dialami oleh anaknya.

Perasaan tak percaya bahwa anaknya mengalami disabilitas kadang-kadang

menyebabkan orang tua mencari dokter lain untuk menyangkal diagnosis

dokter sebelumnya, bahkan sampai beberapa kali berganti dokter. Hal ini

sangat memukul perasaan orang tua. Bagaimana tidak, anak yang sangat

dicintainya harus menderita suatu gangguan yang menyebabkannya tidak

berkembang sebagaimana anak-anak lainnya. Hal tersebut seperti disambar

petir di siang bolong, pilu, memilukan dan merasa shock berat. Banyak sekali

dampak negatif yang akan dirasakan oleh orang tua, baik secara fisik maupun

psikologi. Pemahaman awal akan dampak negatif yang akan banyak timbul

merupakan langkah yang sangat penting yang bertujuan agar orang tua mampu

secara cepat menyadarinya sehingga mampu mengendalikannya agar dampak

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

5

tersebut tidak bertambah berat. Bahkan mungkin saja berakibat anak akan

menjadi korban karena kekurangan kasih sayang dan perhatian.

Orang tua tentunya menyadari kemungkinan memiliki anak yang

mengalami disabilitas, walaupun tentu saja tidak ada yang mengharapkan hal

itu menimpa mereka. Kenyataan bahwa anak mereka mengalami disabilitas

menimbulkan tekanan bagi orang tua. Pada sebagian besar kasus, orang tua

merasa bersalah, seolah-olah mereka telah melakukan sesuatu yang

menyebabkan anak mereka memiliki tekanan tersebut semakin bertambah

karena memiliki anak dengan disabilitas dapat mendatangkan masalah

finansial yang serius, dimana mereka membutuhkan pelayanan medis, sosial,

dan pendidikan khusus. Di samping itu, peran orangtua anak berkebutuhan

khusus sangat banyak, terutama pada anak yang mengalami disabilitas berat,

seperti disabilitas ganda. Sebagai contoh, mereka harus memberikan dukungan

yang dibutuhkan dalam kehidupan anak secara kontinu. Mereka juga berperan

sebagai advocates, guru, dan pengasuh. Hal yang terpenting adalah orang tua

harus membantu anak mengembangkan kemampuan pada berbagai aspek

kehidupan, seperti kemampuan komunikasi, bina-bantu diri, mobilitas,

perkembangan pancaindera, motorik halus dan kasar, kognitif, dan sosial.

(Lestari dan Nuraini, 2013).

Venesia, (2012) mengatakan bahwa orang tua yang memiliki anak down

syndrome sering kali di landa stres, terutama bagi seorang ibu yang

frekuensinya bersama dengan anaknya lebih sering dari pada ayah karena

dalam hal pengasuhan anak, ibu lebih membutuhkan dukungan sosial

emosional dalam waktu yang lama dan lebih banyak informasi tentang kondisi

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

6

anak serta dalam hal merawat anak, sebaliknya ayah lebih terfokus pada

finansial dalam membesarkan anak.

Halalan dan Kauffman, (2006) mengatakan bahwa ayah tidak

mengalami stress yang sama denga ibu, namun dengan bertambahnya peran

kaum ayah membantu dalam bertanggung jawab mengasuk anak dibandingkan

jaman sebelumnya, terlihat bahwa stress yang dialami ibu dan ayah relatif

sama.

Agar adanya keseimbangan dalam melakukan pengasuhan terhadap anak

yang memiliki disabilitas dan untuk meminimalisir terjadinya stres terhadap

ibu karena merasa tertekan dan frekuensi mengasuh anak lebih banyak

dilakukan oleh ibu maka dari itu harus adanya keseimbangan dalam

pengasuhan, yaitu dimana ibu dan ayah melakukan pengasuhan secara

bersama untuk saling lebih menguatkan dan adanya dukungan sosial antara

satu sama lain agar tidak ada yang mengalami stres karena merasa tertekan

memiliki anak disabilitas ganda dan masalah perbedaan frekuensi dalam

pengasuhan, dengan melakukan pengasuhan secara bersama juga diharapkan

ibu dan ayah dapat lebih bisa memiliki rasa syukur yang tinggi dengan begitu

orang tua memiliki perasaan yang bahagia, memiliki emosi yang positif dan

dapat menjalani hidup dengan sejahtera.

Menurut McCullough dalam Breckler, Olson & Wiggins (2006) individu

yang memiliki tingkat syukur yang tinggi, akan memiliki tingkat kebahagiaan

yang tinggi pula karena ada kecenderungan untuk lebih puas dan optimis jika

dibandingkan dengan individu yang tidak bersyukur. Kecemasan dan depresi

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

7

diketahui dlebih tinggi pada individu yang tidak bersyukur. Selain itu, syukur

memunculkan emosi positif, kognitif positif dan memori yang positif pada

individu, sehingga kan memunculkan evaluasi yang positif ketika individu

mengevaluasi kehidupannya.

Syukur memiliki peran yang cukup besar dalam pemahaman fungsi

manusia (Emmons, 2007), dan sebagai indikator yang dapat diandalkan untuk

kesejahteraan (Wood, Maltby, Stewart, Linley &Joseph, 2008). Rasa syukur

juga dapat menjadi kunci dalam hal dukungan sosial yang dirasakan, atas

dasar perilaku dan atribusi interaksi yang sebenarnya, sehingga ketika rasa

syukur diungkapkan dalam bentuk penghargaan maka hal tersebut cenderung

untuk memberikan dukungan positif pada diri individu untuk menjadi pribadi

yang lebih baik. (Bartlett & DeSteno, 2005).

Rasa syukur dapat dicirikan sebagai konsep moral dan pro-sosial, serta

ekspresi yang memiliki implikasi potensial untuk kepuasan hidup dan

kesejahteraan. Konsep kebersyukuran berlaku termasuk dalam pada setiap situasi

tergantung bagaimana individu memposisikan kebersyukuran sebagai sebuah

solusi (Emmons, McCullough & Tsang, 2004). Syukur memiliki relevansi

yang tak terbantahkan untuk kedua pemahaman dan pengembangan dari kedua

kesejahteraan dan kepuasan hidup, bahkan pada hasil penelitian yang relevan

saat ini akan tampil lebih valid sebagai prediktor kesejahteraan psikologis.

Penelitian Froh, Emmons, Card, Bono, dan Wilson, (2011) dan

McCullough, Emmons, dan Tsang, (2002) menemukan bahwa orang yang

memiliki rasa syukur yang tinggi ternyata memiliki rasa iri hati dan depresi

yang rendah. Emosi-emosi positif yang muncul karena rasa syukur

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

8

diantaranya adalah kemurahan hati kepada orang lain (McCullough,

Kimeldorf, & Cohen, 2008), perasaan optimis menjalani kehidupan (Hyland,

Whalley, & Geraghty, 2007), dan memiliki suasana hati yang lebih baik

(McCullough, Tsang, & Emmons, 2004).

Orang tua yang memiliki tingkat rasa syukur yang tinggi seharusnya bisa

menanamkan rasa terimakasih, menanamkan emosi yang positif dalam

perilaku maupun perasaan, selain itu orang tua yang bersyukur memiliki rasa

cinta dan kasih sayang kepada siapapun itu termasuk kepada anaknya. Rasa

cinta dan kasih sayang tersebut dapat diperlihatkan dengan cara subjek dengan

memanjatkan rasa terimaksih kepada Allah SWT dan selalu mengingatnya .

selain itu juga subjek dapat mempelihatkan rasa terimaksih tersbut dengan

mengurus dan merawat anaknya tanpa mengeluh dan perasaan lelah karena

dijalani dengan hati.

Kemudian orang tua yang memiliki tingkat rasa syukur yang tinggi

selalu ingat Allah SWT setiap kejadian atau yang sedang terjadi. Selain itu

orang tua yang memiliki tingkat rasa syukur yang tinggi memiliki niat baik

yang ditunjukan kepada seseorang, atau sesuatu meliputi keinginan untuk

membantu orang lain yang kesusahan, atau sesuatu meliputi keinginan

membantu orang lain yang kesusahan. Niat baik yang ingin ditunjukan kepada

seseorang tersebut tentu dapat lebih diaplikasikan atau diapresiasikan kepada

anaknya sendiri, seperti membantu segala hal yang tidak mampu anaknya

lakukan sendiri.

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

9

Selain itu juga orang tua yang memiliki tingkat rasa syuku yang tinggi,

memiliki kecenderungan untuk bertindak positif berdasarkan rasa penghargaan

dan kehendak baik, melalui intensi menolong orang lain, membalas kebaikan

orang lain dan beribadah. Sebagai orang tua yang memiliki tingkat rasa syukur

yang tinggi tentunya mampu mendidik anaknya dengan baik, seperti memberi

tahu dengan cara yang baik apabila anaknya melakukan kesalahan,

menghukum dengan cara yang tepat serta mampu memberikan penghargaan

atas segala hal baik yang dilakukan anaknya dan orangtua yang memiliki tingkat

rasa bersyukur yang tinggi melakukan kewajiban sebagai umat muslim yang

beragama baik.

Menurut hasil survey yang dilakukan, peneliti menemukan 3 orang tua

yang memiliki anak disabilitas ganda remaja di SLBN Purwakarta, ke tiga

orang tua tersebut memiliki anak berinisial O, A dan M, untuk memudahkan

orang tua dari O diberi inisial A, orang tua M diberi inisial B dan orang tua F

diberi inisial C.

A adalah orang tua dari O. O adalah seoarang anak laki-laki berusia 14

tahun. O mengalami gangguan disabilitas grahita sedang dan disabilitas daksa

sejak umur 2 tahun. Hasil wawancara yang dilakukan dengan A adalah A

mengaku merasa bahwa Allah SWT tidak adil, mempertanyakan nikmat Allah,

sedih dengan keadaan yang subjek alami. Subjek merasa apa yang dialaminya

tidak adil, terkadang subjek pun suka menarik diri dan merasa kesal dengan

stigma dari lingkungan yang berkata tidak baik dan suka mengolok-olok O.

Subjek mengaku subjek sangat sayang kepada O karena O sebagai

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

10

penyemangat subjek untuk terus hidup lebih baik dan subjek tidak merasa

malu dengan keadaan tersebut. Subjek mengatakan setiap harinya subjek

mengurus O untuk sekolah dari mulai O mandi, pakai baju, makan dan

berangkat sekolah hingga pulang sekolah. Masakan yang dibuat oleh subjek,

subjek jual di sekolah O dan hasil jualan itu untuk kehidupan sehari-hari dan

untuk jajan O, subjek melakukan itu semata-mata karena subjek sayang

kepada O.

B adalah orang tua dari M. M adalah seorang anak perempuan berusia

20 tahun. M mengalami gannguan semenjak lahir, pada saat M usia 2 bulan M

mengalami kebocoran pada otak. B merasa panik dan sedih, B langsung

membawa M ke rumah sakit terdekat tapi sayang rumah sakit tidak merasa

sanggup dan di rujuk ke tempat, menurut dokter yang menangani, M

mengalami hal tersebut karena terkena virus ketika masih ada di dalam

kandungan. Hal tersebut terjadi sampai usia M 10 tahun. Dan pada saat umur

11 tahun M masuk sekolah dari situ orang tua mengetahui bahwa M

mengalami gangguan disabilitas daksa dan disablitiasa grahita. Hasil

wawancara yang dilakukan dengan M. B mengatakan bahwa B panik dan

takut dengan kondisi yang dialami dengan M, terakadang B harus

mendengarkan stigma yang tidak enak dari anak-anak setempat yang

mengolok-ngolok anaknya karena tidak bisa jalan dan kondisi fisik yang

berbeda dengan anak-anak yang lainnya. B merasa kecewa kenapa hal tersebut

kenaa harus terjadi kepada anaknya dan B juga merasa ceroboh pada saat

hamil M tidak memperdulikan kesehatannya yang berdampak pada anaknya

pada saat lahir. Selain itu juga M mengatakan tidak ingin berlarut pada apa

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

11

yang terjadi, B membawa anaknya setiap ada acara dan memperkenalkan

anaknya walaupun B harus mendengar perkataan yang menyinggung hati B

dan B juga mengatakan bahwa masih banyak anak lain yang lebih menderita

dari anaknya.

C adalah orang tua dari F, F adalah seorang anak laki-laki berusia 23

tahun. F di diagnosa mengalami gangguan disabilitas grahita ringan dan

disabilitas rungu saat usianya 1 setengan tahun. Hal tersebut berawal dari F

jatuh dan ada benjolan di kepala F dan dari situ F menjadi pasif. Berdasarkan

hasil wawancara dengan C, C mengaku bahwa pertama kali mengetahui F

mengalami kelainan C merasa sedih, kecewa, terkejut dan tidak tau harus

berbuat apa, C mengakui bahwa C merasa sedikit kerepotan memiliki anak

seperti F karena menurut C, F semakin tahun semakin besar dan tidak dapat

mengontrol emosi apabila sedang marah. Selain itu C juga mengatakan bahwa

merasa sakit hati dengan stigma dari masyarkat karena kondisi anak C yang

berbeda, C merasa bahwa masyarakat di sekitar lingkungannya tinggal tidak

menghargai dan tidak dapat bertetangga dengan baik.

Dari ketiga wawancara yang dilakukan kepada subjek, bahwa pada saat

orang tua memiliki anak disabilitas ganda subjek merasa bahwa Allah tidak

adil dan masih memiliki prasangka buruk kepada Allah SWT, tidak bisa

menerima bahwa anaknya berbeda dengan yang lain, marah, sedih, terkejut,

kecewa, malu, merasa putus asa, merasa menyesal, kehilangan rasa percaya

diri, mengangap bahwa semua salah dari dirinya, merasa sendiri, cemas,

menarik diri dari lingkungan karena stigma dari masyarakat mengenai anak

yang berbeda atau anak berkebutuhan khusus.

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

12

Orang tua yang memilki anak disabilitas ganda terkadang memilki

perasaan yang negatif yang selalu muncul di dalam dirinya karena pola pikir

ditanamkan dalam pikiran dan perasaanya yang selalu negatif menjadikan

orang tua tersebut kurang memiliki rasa syukur dengan apa yang telah Allah

berikan.

Tekanan yang dialami oleh orang tua yang memiliki anak disabilitas

ganda adalah suatu perasaan yang sangat menyakitkan. Sejak awal

terdiagnostik bahwa anaknya terkena gangguan, orang tua yang memiliki anak

disabilitas ganda memandang dirinya negatif, kurangnya penghargaan

terhadap diri, pandangan hidup yang negatif, merasa kurang dalam hidup dan

kurangnya rasa terimakasih. Namun seiringnya waktu berjalannya waktu,

orang tua yang memilki anak disabilitas ganda dapat memahami dan ikhlas

yang ada, dapet menerima hidupnya secara positi dan dapat memandang

dirinya secara positif. Meskipun pada akhirnya orang tua yang memiliki anak

disabilitas ganda dapat menjalani kehidupannya setelah mengetahui anaknya

memiliki kelainan tetapi untuk bagaimana menuju kepada proses gambaran

perwujudan rasa syukur yang positif itulah yang sulit untuk dicapai.

Berdasarkan kasus yang diuraikan diatas, peneliti merasa tertarik untuk

meneliti masalah mengenai rasa syukur pada orang tua yang memiliki anak

disabilitas ganda karena peneliti ingin mengkaji proses gambaran perwujudan

rasa syukur pada orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda. Selain itu,

masih sedikit peneliti yang melakukan penelitian mengenai perwujudan rasa

syukur pada orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda.

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/4490/2/BAB I.pdf · pada lebih dari satu aktivitas hidup yang utama, seperti mobilitas, komunikasi, pengurusan diri, tinggal

13

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dikemukakan suatu

rumusan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimana proses perwujudan

bersyukur pada orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji proses perwujduan

bersyukur pada orang tua yang memiliki anak disabilitas ganda.

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan

di bidang ilmu Psikologi khususnya ilmu Psikologi Keluarga.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan kepada

orang tua khususnya pada orang tua yang memiliki anak penyandang

disabilitas ganda di Purwakarta mengenai dinamika psikologis yang

dihadapi.

Proses Bersyukur Pada…, Veni Vidiantina Dinata, Fakultas Psikologi, UMP, 2017