bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/43/2/bab i rasem.pdfyang masih sederhana...

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Selain sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga berperan sebagai penyumbang devisa negara serta sebagai penyedia kebutuhan pangan dalam negeri. Produk pertanian mempunyai peranan penting bagi masyarakat. Salah satunya adalah sebagai bahan baku dalam kegiatan industri, baik industri besar, industri menengah, industri kecil maupun industri rumah tangga. Pada umumnya, masyarakat Indonesia khususnya di pedesaan merupakan masyarakat petani, artinya pertanian menjadi sektor mata pencaharian hidup utama.Pertanian itu pun masih dilakukan secara tradisional. Adapun bidang-bidang lainnya seperti pedagang, pengrajin gula merah yaitu industri kecil rumahan yang pada umumnya dilakukan hampir oleh setiap keluarga, dan jasa masih kurang mendapat perhatian. Seperti yang mereka kerjakan setiap harinya yang berprofesi sebagai pembuat gula merah. Masyarakat desa memandang hidup secara sederhana, dan tidak diliputi oleh bermacam-macam pikiran yang menyulitkan. Mereka lebih memilih hidup sederhana dan menyerah terhadap keadaan sehingga kehidupan terlihat apa adanya. 1 Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Upload: truongkhanh

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar

penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Selain sebagai

penyedia lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga berperan sebagai

penyumbang devisa negara serta sebagai penyedia kebutuhan pangan dalam

negeri. Produk pertanian mempunyai peranan penting bagi masyarakat. Salah

satunya adalah sebagai bahan baku dalam kegiatan industri, baik industri

besar, industri menengah, industri kecil maupun industri rumah tangga.

Pada umumnya, masyarakat Indonesia khususnya di pedesaan

merupakan masyarakat petani, artinya pertanian menjadi sektor mata

pencaharian hidup utama.Pertanian itu pun masih dilakukan secara

tradisional. Adapun bidang-bidang lainnya seperti pedagang, pengrajin gula

merah yaitu industri kecil rumahan yang pada umumnya dilakukan hampir

oleh setiap keluarga, dan jasa masih kurang mendapat perhatian. Seperti yang

mereka kerjakan setiap harinya yang berprofesi sebagai pembuat gula merah.

Masyarakat desa memandang hidup secara sederhana, dan tidak diliputi oleh

bermacam-macam pikiran yang menyulitkan. Mereka lebih memilih hidup

sederhana dan menyerah terhadap keadaan sehingga kehidupan terlihat apa

adanya.

1

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

2

Dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam lingkungan desa

masyarakat mengandalkan sumber daya alam yang tersedia seperti bertani,

berkerbun dan bahkan menjadi pengrajin atau pembuat gula merah yang pada

umumnya dilakukan juga oleh para petani sebagai pekerjaan sampingan.

Dalam pembuatan gula di desa biasanya menggunakan cara-cara pembuatan

yang masih sederhana atau tradisional.

Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap dapat membantu perekonomian

masyarakat yang mayoritas sudah berprofesi sebagai pembuat gula merah.

Kegiatan tersebut sudah lama dilakukan oleh penduduk desa Sekarmayang,

bahkan sudah ada yang berpuluh-puluh tahun melakukan kegiatan menjadi

pembuat gula merah.Gula merah selain untuk dikonsumsi sendiri juga

dijual.Nilai ekonomis yang tinggi menjadi salah satu faktor banyaknya orang-

orang membuat gula merah, sehingga menjadi budaya turun temurun,

pembuat gula merah sudah berlangsung dari dulu hingga sekarang.

Sebagai barang konsumsi, gula mempunyai peranan penting dalam

sistem pangan manusia, selain sebagai penyedia rasa manis, gula menjadi

pemasok kalori yang cukup penting. Penyedia kalori paling besar untuk tubuh

sebenarnya adalah beras dan makanan tepung lain.

Dalam kehidupan sehari-hari kehadiran pemanis sangat penting.

Banyak sekali jenis bahan pangan dan minuman yang harus diberi tambahan

pemanis karena jika tidak, maka makanan dan minuman tersebut akan terasa

hambar dan tidak nikmat lagi untuk disantap. Penggunaannya dalam

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

3

kehidupan sehari-hari telah menyebabkan komoditas ini memperoleh

kedudukan yang baik, selain itu juga telah menjadi salah satu bahan

kebutuhan pokok di Indonesia. Dapat dipastikan tingkat kebutuhan pemanis

di negara akan terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah

penduduk dan semakin berkembangnya bidang industri pangan.

Semakin meningkatnya permintaan gula seiring lajunya pertumbuhan

penduduk, maka terdapat sebagian masyarakat yang membuat gula sendiri di

rumah untuk kebutuhannya sehari-hari dan sebagiannya dapat dijual salah

satunya adalah gula merah. Ada sebagian masyarakat yang menjadikan

pembuatan gula merah ini sebagai suatu kegiatan usaha sehari-hari mereka

atau sebagai mata pencaharian mereka. Di desa Sekarmayang, Kecamatan

Patimuan, Kabupaten Cilacap, banyak sekali tanaman kelapa sehingga

masyarakat di sana banyak yang mengolahnya sendiri menjadi gula merah

karena bahan dasar dari pembuatan gula merah itu sendiri adalah terbuat dari

air badheg.

Banyak perubahan yang terjadi setelah mereka beralih profesi dari

sebagai petani dan kemudian berpindah menjadi pembuat gula merah.

Menurut penduduk desa Sekarmayang berprofesi sebagai pembuat gula

merah memang sangat menguntungkan. Pendapatan memang di atas rata-rata

dibandingkan dengan para petani biasa. Dengan keuntungan yang mereka

peroleh sangat besar, teryata menjadikan penduduk desa Sekarmayang sedikit

banyak perubahan kehidupan sosial ekonomi mereka. Dari yang dulunya

mereka hidup sederhana sekarang mereka berubah menjadi pola yang

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

4

konsumtif tetapi tetap terkontrol dan dari ekonomi yang lemah menjadi

ekonomi yang tinggi atau mapan.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akan akan melakukan

penelitian dengan judul penelitiannya, yaitu Kehidupan Sosial Budaya

Pembuat Gula Merah di Desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan

Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang

dapat dirumuskan adalah :

1. Sejarah desa Sekarmayang dan kondisi desa Sekarmayang Kecamatan

Patimuan Kabupaten Cilacap?

2. Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang Kecamatan

Patimuan Kabupaten Cilacap?

3. Kehidupan sosial budaya pembuat gula masyarakat di Desa Sekarmayang

Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap sebagai berikut:

1. Sejarah desa dan kondisi desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan,

Kabupaten Cilacap.

2. Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang, Kecamatan

Patimuan, Kabupaten Cilacap.

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

5

3. Kehidupan sosial budaya pembuat gula masyarakat di Desa Sekarmayang

Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang akan datang

dan bahan kajian lebih lanjut.

b. Memberikan bekal kepada pembuat gula merah agar dapat

memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan bekal pengetahuan pada masyarakat tentang gagasan

kehidupan sosial budaya pembuat gula merah, sehingga dapat

bermanfaat untuk kehidupannya dimasa yang akan datang.

b. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi para pembuat gula

merah dalam meningkatkan dan mengembangkan home industry.

c. Sebagai masukan pada para pedagang agar mengupayakan alat

transportasi dan komunikasi yang lebih baik agar pemasaran gula

merah ke konsumen dapat lebih lancar.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai kehidupan sosial budaya pembuat gula merah

teryata baru pertama kali dilakukan, namun penelitian yang berkaitan dengan

kehidupan sosial budaya sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

6

antara lain, dalam penelitian Mulyana (2002) yang berjudul Penyesuaian

Nilai Sosial Budaya di Desa Pandansari, Kec. Kejobong, Kab. Purbalingga.

Pada penelitian ini menjelaskan tentang sosial budaya dari kisah Nyi

Pandansari dan Ki Kramat, yang dapat memberi contoh kepada masyarakat

sekarang bagaimana cara bergaul dengan sesama, agar tidak memperlihatkan

kesombongan, dengan melestarikan kebudayaan yang sudah ada seperti

nanggap wayang. Banyak bukti sejarah atau petilasan dari Nyi Pandansari

yang terletak di desa Pandansari, kecamatan Kejobong Kabupaten

Purbalingga diantaranya makam Nyi Pandansari, Makam Nyi Gendhuk

Wasiyah, Makam Ki Kramat, Makam Nyi Rr Juminten, Makam Ki Kebo

Kuning, Sumur Mas, Sebuah lingga tinggi 55 cm, keliling lingkar 57 cm.

Dalam penelitian Winarno (2003) yang berjudul Pendapat Kepala

Keluarga Tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Dalam Pembangunan

Sosial Budaya di Desa Karangsalam Kecamatan Kemranjen Kabupaten

Banyumas.Dalam penelitian ini menjelaskan tentang membangun sosial

budaya di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas.

Kepala Desa di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten

Banyumas telah berhasil membangun sosial budaya di desa Karangsalam,

Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, dan hambatan-hambatan

pelaksanaan tugas Kepala Desa di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen,

Kabupaten Banyumas dapat diatasi dengan dilandasi rasa ikhlas dalam

melaksanakan tugas tugas yang diembaninya.

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

7

Perbedaan dari penelitian Mulyana (2002) yang berjudul Penyesuaian

Nilai Sosial Budaya di Desa Pandansari, Kec. Kejobong, Kab. Purbalingga

adalah penelitian yang meneliti tentang kehidupan sosial dari seorang tokoh

masyarakat di desa Pandansari sedangkan, penelitian Winarno (2003) yang

berjudul Pendapat Kepala Keluarga Tentang Pelaksanaan Tugas Kepala

Desa Dalam Pembangunan Sosial Budaya di Desa Karangsalam Kecamatan

Kemranjen Kabupaten Banyumas adalah penelitian yang meneliti tentang

membangun sosial budaya dan hambatan-hambatan pelaksanaan tugas kepala

desa.

Dalam penelitian diatas menyimpulkan bahwa sosial budaya dalam

masyarakat sangat berperan penting dalam perubahan nilai sosial budaya

sebab dengan adanya kajian-kajian sosial budaya dapat memberi contoh pada

masyarakat tentang cara bergaul dengan sesama, melestarikan kebudayaan,

dan akan berdampak pada perubahan sosial.

F. Landasan Teori dan Pendekatan

1. Landasan Teori

Kehidupan sehari-hari kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan

dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja

yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. Unsur-unsur yang

terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami

kebudayaan manusia, Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal

Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

8

bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti

masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti

masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi

tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal

(Soejono, 1989:158).

Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa

unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam

kebudayaan semua bangsa yang tersebar diberbagai penjuru dunia

(Warsito, 2012:51). Ketujuh unsure kebudayaan tersebut adalah : 1.

Sistem bahasa, 2. Sistem pengetahuan, 3. Sistem sosial, 4. Sistem

peralatan hidup dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6.

Sistem religi, 7. Sistem kesenin (Warsito, 2012:71)

a. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi

kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan

sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut

dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan

manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan

pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara

simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat

bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi

yang penting dalam analisa kebudayaan manusia (Warsito, 2012:73)

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

9

b. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan

dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem

pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide

manusia.Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena

mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang

digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak

dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti

pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai.

Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak

mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah yang mereka pakai

untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu

mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-

tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya

(Warsito, 2012:75)

c. Sistem Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi

sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana

manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial.

Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya

diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam

kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari

hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

10

kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain.

Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-

tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial

dalam kehidupannya (Warsito, 2012:72)

d. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya

sehingga mereka akanselalu membuat peralatan atau benda-benda

tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami

kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu

masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan

hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan

demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam

peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik

(Warsito, 2012:71)

e. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat

menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi

mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana caramata

pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian

mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya (Warsito, 2012:72).

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan

sumber daya manusianya. Di Indonesia terdapat berbagai macam

mata pencaharian untuk mensejahterakan penduduk di Indonesia.

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

11

Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh

taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan

daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk

dan keadaan demografinya. Mata pencaharian dibedakan menjadi

dua yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan.

Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan kegiatan untuk

memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan

merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Mata pencaharian sampingan adalah mata pencaharian di luar

mata pencaharian pokok. Mata pencaharian adalah keseluruhan

kegiatan untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber-sumber

daya yang ada pada lingkungan fisik, sosial dan budaya yang

terwujud sebagai kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.

Industri menurut Hartanto (1987) adalah suatu bentuk

kegiatan manusia yang meningkatkan nilai guna dari bahan atau

barang dengan mengarahkan suatu teknologi dan ketrampilan fisik

maupun sumber alam yang ada. Pengembangan merupakan sutu jalur

kegiatan untuk peningkatan kesejahteraan dalam arti tingkat hidup

yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu (Arsyad,

1992)

Industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi

barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

12

termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Industri kecil adalah jenis usaha mikro dengan modal dasar dibawah

500 juta, dengan menggunakan peralatan yang sederhana untuk

proses produksinya (Peraturan Presiden No 28 Tahun 2008)

Ada dua industri kecil yang ada di Indonesia. Pertama,

industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang

usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil

penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan

bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling

banyak Rp 200 juta. Kedua, menurut kategori Biro Pusat statistik

(BPS), usaha kecil identik dengan usaha kecil dan industri rumah

tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah

pekerjanya, yaitu: (1) Industri rumah tangga dengan pekerja 1-4

orang, (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang, (3) industri

menengah dengan pekerja 20-99 orang, (4) industri besar dengan

pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999).

Usaha kecil meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil

tradisional. Usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar,

dan belum berbadan hukum. Usaha kecil informal meliputi petani,

penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang

keliling, pedagang kaki lima dan pemulung. Semntara usaha kecil

tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

13

yang telah digunakan turun temurun, atau berkaitan dengan seni dan

budaya (Sutrisno, 2002:47-48)

Istilah industri biasanya menimbulkan gambaran dalam

pikiran akan adanya pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan yang

mengelola bahan mentah menjadi bahan jadi dengan menggunakan

alat-alat seperti mesin-mesin dan lain-lain, yang dilayani karyawan

dengan kecakapan tertentu (Swasta dan sukotjo 2001:10).

Adapun ciri-ciri industri kecil yaitu: (1) Modal yang ada

kecil, (2) Alat-alat dan cara-cara ymasih sederhana, (3) Dilakukan di

rumah (perusahaan kecil), (4) Umumnya merupakan tambahan mata

pencaharian disamping usaha agraris, (5) Pengetahuan khusus tidak

banyak, (6) Membuat barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari.

Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat desa masih

tergolong masuk dalam kategori yang belum maju dan masih

sederhana. Kebanyakan orang menganggap bahwa masyarakat desa

khususnya masyarakat petani masih dianggap secara umum yang

mana mereka dianggap seragam atau sama antara masyarakat

petaniyang satu dengan yang lain. Kenyataannya malah berbanding

terbalik dimana masing-masing petani memiliki ciri yang berbeda

misalnya saja pada tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis

tanaman yang ditanam, teknologi atau alat-alat pertanian yang

mereka pergunakan, sistem pertanian yang mereka pakai, dan juga

topografi atau bentuk kondisi fisik geografisnya. Masyarakat petani

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

14

bisa dibagi menjadi dua yaitu antara masyarakat petani tradisonal

dan petani modern, yang membedakan antara keduanya adalah bagi

kelompok petani yang pertama mereka masih tergantung dan

ditentukan oleh alam karena masih rendahnya teknologi dan

pengetahuan mereka, produksi yang mereka hasilkan hanya untuk

usaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menghidupi

keluarganya, dan tidak mengejar keuntungan sedangkan kelompok

petani yang ke dua mereka lebih mengutamakan mendapatkan

keuntungan, mereka juga menggunakan teknologi dan sistem

pengelolaan yang modern dan menanam tanaman yang laku di

pasaran.

Pertanian merupakan suatu usah apengolahan tanah,

pengelolaan air, pemupukan terhadap suatu komoditas tanaman

tertentu guna memperoleh hasil yang dapat dinikmati oleh manusia

baik secara langsung maupun melalui tahap pengolahan. Komoditas

yang dihasilkan dapat berupa tanaman pangan maupun tanaman

perkebunan. Oleh karena, terdapat spesies tanaman yang menjadi

komoditas pangan dunia seperti padi, gandum, jagung, tebu, kentang,

kedelai,kacang tanah, pisang dankelapa dan lain-lain. Maka

keberlanjutan pertanian menjadiisu penting bagi pemenuhan

kebutuhan primermanusia (Jurnal pertanian ilmu-ilmu pertanian

diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

15

Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta volume 6, nomor 2,

desember 2010)

f. Sistem Religi

Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat

adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya

suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi

daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara

untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan

kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk

memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya

asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi

suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi

kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu

ketika kebudayaan mereka masih primitive (Warsito, 2012:76).

g. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula

daripenelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu

masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam

penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang

memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan

etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih

mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

16

tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti

perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu

masyarakat (Warsito, 2012:73).

William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup

perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan baik

yang materiil maupun yang immaterial, dengan terutama

menekankan pengaruh yang besar dari unsure-unsur kebudayaan

yang materiil terhadap unsur-unsur immaterial. Kingsley Davis

mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai perubahan-

perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat

(Soerjono, 1989:284)

Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan-perubahan

sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi

sistem sosialnya, kelakuan diantara kelompok-kelompok dalam

masyarakat (Soerjono, 1989:285)

Menurut (Soekanto, 1989:390) menyatakan bahwa faktor-

faktor yang mendorong jalannya perubahan yaitu: (1) Sistem

pendidikan yang maju, (2) Sikap menghargai hasil karya seseorang

dalam keinginan-keinginan untuk maju, (3) Toleransi terhadap

perubahan-perubahan yang menyimpang, (4) Sistem yang terbuka

dalam masyarakat, (5) Penduduk yang heterogen, (6) Ketidak puasan

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

17

masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, (7) Sikap

mudah menerima hal-hal baru.

Kalau bicara tenteng status dan perubahan sosial,

kecenderungan masyarakat merujuk pada kondisi ekonomi dan sosial

seseorang dalam kaitanya dengan jabatan (kekuasaan), dan peran

yang bersangkutan didalam masyarakat dimana ia menjadi anggota

atau partisipan. Dengan demikian, pengertian tentang status sosial

cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan seseorang dalam

hubunganya dalam status orang lain berdasarkan ukuran tertentu.

Ukuran itu yang menjadi tolak ukur adalah mencakup tingkat

pendapatan, pendidikan atau kekuasaan.

Seperti telah dibicarakan diatas, maka terjadi suatu lapisan-

lapisan dalam suatu masyarakat ada suatu yang dihargai oleh

masyarakat tersebut. Menurut (Soekanto,1982:231) ukuran atau

kriteria yang bisa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat

dalam lapisan-lapisan tersebut adalah ukuran kekayaan, ukuran

kekuasaan, ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa

perubahan dibidang ekonomi akan berdampak pada terjadinya

perubahan dibidang yang lain, seperti yang tejadi pada perubahan

sosial.

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

18

2. Pendekatan

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

sosiologi dan ekonomi. Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang

dilakukan dengan meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji,

seperti golongan sosial mana yang berperan, nilai-nilai yang dianutnya,

serta hubungannya dengan hubungan lain (Kartodirdjo, 1994:4).

Pendekatan sosiologi melihat suatu gejala dari aspek sosial yang

mencakup hubungan sosial, interaksi, jaringan hubungan sosial, yang

kesemuanya mencakup dimensi sosial kelakuan manusia (Kartodirdjo,

1992:87). Melalui pendekatan sosiologi akan dijelaskan tentang

perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.

Roucek dan Werren (Soerjono, 1982:16) mengemukakan bahwa

sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam

kelompok-kelompoknya. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi

(Soerjono, 1982:16), menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk

perubahan-perubahan sosial. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan

Soeleman Soemardi struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara

unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial, norma-norma

sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-

lapisan sosial.

Menurut (Soekanto 1982 : 61) Sosiologi adalah ilmu yang

mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

19

dalamnya perubahan-perubahan sosial. Sosiologi merupakan suatu ilmu

pengetahuan kemasyarakatan yang kategoris, murni, abstrak, berusaha

memberi pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta

bersifat umum.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam tulisan ini yaitu metode

sejarah.Metode sejarah adalah suatu cara seorang sejarawan mendekat objek

penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstuktur sehingga akan

mempermudah dalam perolehan data sejarah. Dalam penelitian sejarah data

berkedudukan sangat penting sebab tanpa data sejarah tidak mungkin ditulis

(nodata, no history). Data menjadi harga mati bagi para peneliti (sejarawan

peneliti) untuk mengungkap suatu fenomena sejarah dari peristiwa-peristiwa

yang telah terjadi (Priyadi, 2013:111)

Metode penelitian historis menurut Notosusanto (1978:35-43;

bdk.Gottschalk, 1983:34) meliputi (1) heuristik (mencari sumber-sumber), (2)

kritik atau analisis (menilai sumber-sumber), (3) interprestasi atau sintesa

(menafsirkan keterangan sumber-sumber), dan (4) historiografi (penulisan

sejarah). Langkah pemilihan topikdianggap sebagai langkah awal. Hal itu

wajar saja karena tanpa ada topik atau sasaran studi, maka sejarawan tidak

akan mungkin langsung melakukan pengumpulan sumber. Meskipun

dianggap langkah para penelitian, tetapi perlu dipertimbangkan sebagai

langkah awal dalam penelitian sejarah (Priyadi, 2011:3)

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

20

Data merupakan harga mati bagi para peneliti (sejarawan peneliti)

untuk mengungkap suatu fenomena sejarah dari peristiwa-peristiwa yang

telah terjadi. Peristiwa akan meninggalkan jejak sejarah yang dapat diamati

dari proses pencarian dan penemuan. Jika sebuah peristiwa telah kehilangan

jejaknya, maka sejarah sangat sulit untuk diteliti dan ditulis. (priyadi,

2013:111)

1. Heuristik

Penulis mengumpulkan sumber-sumber dari pelaku pembuat gula

merah (orang mengetahui tentang pembuat gula merah). Pengumpulan

data dan informasi mengenai pembuatan gula merah melalui wawancara

atau sejarah lisan. Sejarah lisan adalah karya sejarah atau historiografi

didominasi oleh sumber sejarah lisan.Sumber sejarah lisan disebut

dominan apabila lebih dari 50 % sumber yang dipakai sumber yang

dipakai adalah non-dokumen dan non benda (Priyadi, 2014:15).

Dalam mengumpulkan sumber penulis melakukan wawancara

dengan informan yaitu pembuat gula merah di desa Sekarmayang.

Penulis melakukan wawancara dan dokumentasi dengan beberapa

pembuat gula merah untuk mendapatkan data yang relevan.

2. Kritik

Sejarah lisan diperoleh, sejarawan harus melakukan langkah kritik

atau verifikasi.Verifikasi berusaha menilai apakah data itu benar-benar

asli atau tidak selanjutnya biasa dipercaya. Di sini, ada dua hal yang

dituntut, yaitu keotetikan melalui kritik ekstern dan kekreabilitasan

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

21

dengan cara kritik intern. Keotetikan melihat dari sisi luar data,

kekredibilitasan mengkritik hal-hal berkaitan dengan isi data (Priyadi,

2013:118).

Langkah selanjutnya setelah penulis menemukan fakta-fakta

mengenai data, kemudian penulis melakukan suatu penilaian terhadap

data tersebut.Penilaian dilakukan untuk memastikan data-data tersebut

asli atau palsu.

a. Kritik ekstern

Kritik ekstern digunakan untuk mencari keotentikan (keaslian)

sumber. Dan kritik ekstern yang menilai apakah sumber itu memiliki

kredibilitas (kebisaan untuk dipercaya) atau tidak (Priyadi, 2011:75)

Dalam hal ini penelitian berusaha mencari dan menguji

sumber-sumber yang akan dijadikan reverensi terhadap penelitian

yang disusun, apakah sumber yang didapat itu benar-benar asli atau

tidak. Peneliti akan menguji mengenai kejiwaan, umur, dan pola

pikir sumber atau tokoh yang terlibat langsung dalam pembuatan

gula merah.

b. Kritik Intern

Dalam kritik intern, yang dilakukan peneliti yaitu dengan

memperhatikan informasi yang telah diperoleh dan membandingkan

kesaksian dari berbagai sumber atau informan agar sumber dapat

dipercaya (Priyadi, 2011:81)

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

22

Tahap selanjutnya penulis melakukan kritik intern yaitu

dengan membandingkan dan menyeleksi informasi yang telah

diperoleh. Kritik intern ini dilakukan untuk menilai kredibilitas

sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatanya

dan tanggung jawab.

3. Interpretasi atau Penafsiran

Peneliti mendeskripsikan fakta sejarah. Deskripsi ini dilakukan

oleh peneliti agar fakta-fakta yang sudah diperoleh akan saling berkaitan.

Fakta yang satu akan menjelaskan kedudukan fakta yang lain. Setelah

dianalisis, sejarawan kemudian akan merangkai atau menyusun hasil-

hasil analisis fakta yang berdiri sendiri sehingga fakta-fakta tersebut akan

saling menyulam, dan saling membentuk jaringan atau teks akan saling

menguatkan (Priyadi, 2013:122)

Penulis mendeskripsikan data-data telah diperoleh agar saling

berkaitan sehingga dapat menjelaskan fakta-fakta sejarah yang diperoleh.

Setelah penulis menganalisis kemudian data-data tersebut dirangkai

menjadi sebuah penelitian atau karya ilmiah.

4. Historiografi

Langkah terakhir atau puncak metode sejarah yaitu penulisan

sejarah atau sering disebut historiografi. Pada tahap penulisan peneliti

menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang meliputi

masalah-masalah yang harus dijawab. Tujuan penelitian adalah

menjawab masalah-masalah yang telah diajukan (Priyadi, 2011:92)

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

23

Proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang

telah diseleksi dalam sebuah bentuk rekonstruksi sejarah. Setelah

melakukan penafsiran terhadap data yang ada, sejarawan harus

menyadari bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan

dirinya, tetati untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu peneliti perlu

mempertimbangkan struktur gaya bahasanya.

H. Sistematika Penyajian

Pada penyusunan skripsi ini, peneliti menyajikan bagian demi bagian

dengan sistematika sebagai berikut :

Bab Pertama Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan

teori, dan pendekatan, metode penelitian sejarah serta sistematika penulisan.

Bab Dua Sejarah desa Sekarmayang dan kondisi wilayah desa

Sekarmayang. Bab ini menjelaskan tentang keadaan geografis dan keadaan

demografis.

Bab Tiga Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang,

Kecamatan Patimuan, Kabupaten cilacap. Bab ini menjelaskan tentang awal

munculnya pembuat gula merah, perkembangan pembutan gula merah dari

tahun 2011-2014, proses penyadapan atau pengambilan nira kelapa (nderes),

proses pengolahan nira menjadi gula kelapa.

Bab Empat Kehidupan sosial budaya pembuat gula merah di desa

Sekarmayang kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap dari tahun 2011-2014.

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ump.ac.id/43/2/BAB I Rasem.pdfyang masih sederhana atau tradisional. Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di

24

Bab ini menjelaskan tentang kehidupan sosial budaya dan kehidupan sosial

ekonomi.

Bab Lima simpulan dan saran yang berisi mengenai uraian yang telah

dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran untuk berbagai pihak

berkait dengan pembuat gula merah di desa Sekarmayang, Kecamatan

Patimuan, Kabupaten Cilacap.

Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015