bab i pendahuluan a. latar belakangrepository.ump.ac.id/43/2/bab i rasem.pdfyang masih sederhana...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar
penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Selain sebagai
penyedia lapangan pekerjaan, sektor pertanian juga berperan sebagai
penyumbang devisa negara serta sebagai penyedia kebutuhan pangan dalam
negeri. Produk pertanian mempunyai peranan penting bagi masyarakat. Salah
satunya adalah sebagai bahan baku dalam kegiatan industri, baik industri
besar, industri menengah, industri kecil maupun industri rumah tangga.
Pada umumnya, masyarakat Indonesia khususnya di pedesaan
merupakan masyarakat petani, artinya pertanian menjadi sektor mata
pencaharian hidup utama.Pertanian itu pun masih dilakukan secara
tradisional. Adapun bidang-bidang lainnya seperti pedagang, pengrajin gula
merah yaitu industri kecil rumahan yang pada umumnya dilakukan hampir
oleh setiap keluarga, dan jasa masih kurang mendapat perhatian. Seperti yang
mereka kerjakan setiap harinya yang berprofesi sebagai pembuat gula merah.
Masyarakat desa memandang hidup secara sederhana, dan tidak diliputi oleh
bermacam-macam pikiran yang menyulitkan. Mereka lebih memilih hidup
sederhana dan menyerah terhadap keadaan sehingga kehidupan terlihat apa
adanya.
1
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
2
Dalam memenuhi kebutuhan hidup dalam lingkungan desa
masyarakat mengandalkan sumber daya alam yang tersedia seperti bertani,
berkerbun dan bahkan menjadi pengrajin atau pembuat gula merah yang pada
umumnya dilakukan juga oleh para petani sebagai pekerjaan sampingan.
Dalam pembuatan gula di desa biasanya menggunakan cara-cara pembuatan
yang masih sederhana atau tradisional.
Industri pembuat gula merah di desa Sekarmayang yang terletak di
Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap dapat membantu perekonomian
masyarakat yang mayoritas sudah berprofesi sebagai pembuat gula merah.
Kegiatan tersebut sudah lama dilakukan oleh penduduk desa Sekarmayang,
bahkan sudah ada yang berpuluh-puluh tahun melakukan kegiatan menjadi
pembuat gula merah.Gula merah selain untuk dikonsumsi sendiri juga
dijual.Nilai ekonomis yang tinggi menjadi salah satu faktor banyaknya orang-
orang membuat gula merah, sehingga menjadi budaya turun temurun,
pembuat gula merah sudah berlangsung dari dulu hingga sekarang.
Sebagai barang konsumsi, gula mempunyai peranan penting dalam
sistem pangan manusia, selain sebagai penyedia rasa manis, gula menjadi
pemasok kalori yang cukup penting. Penyedia kalori paling besar untuk tubuh
sebenarnya adalah beras dan makanan tepung lain.
Dalam kehidupan sehari-hari kehadiran pemanis sangat penting.
Banyak sekali jenis bahan pangan dan minuman yang harus diberi tambahan
pemanis karena jika tidak, maka makanan dan minuman tersebut akan terasa
hambar dan tidak nikmat lagi untuk disantap. Penggunaannya dalam
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
3
kehidupan sehari-hari telah menyebabkan komoditas ini memperoleh
kedudukan yang baik, selain itu juga telah menjadi salah satu bahan
kebutuhan pokok di Indonesia. Dapat dipastikan tingkat kebutuhan pemanis
di negara akan terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh pertambahan jumlah
penduduk dan semakin berkembangnya bidang industri pangan.
Semakin meningkatnya permintaan gula seiring lajunya pertumbuhan
penduduk, maka terdapat sebagian masyarakat yang membuat gula sendiri di
rumah untuk kebutuhannya sehari-hari dan sebagiannya dapat dijual salah
satunya adalah gula merah. Ada sebagian masyarakat yang menjadikan
pembuatan gula merah ini sebagai suatu kegiatan usaha sehari-hari mereka
atau sebagai mata pencaharian mereka. Di desa Sekarmayang, Kecamatan
Patimuan, Kabupaten Cilacap, banyak sekali tanaman kelapa sehingga
masyarakat di sana banyak yang mengolahnya sendiri menjadi gula merah
karena bahan dasar dari pembuatan gula merah itu sendiri adalah terbuat dari
air badheg.
Banyak perubahan yang terjadi setelah mereka beralih profesi dari
sebagai petani dan kemudian berpindah menjadi pembuat gula merah.
Menurut penduduk desa Sekarmayang berprofesi sebagai pembuat gula
merah memang sangat menguntungkan. Pendapatan memang di atas rata-rata
dibandingkan dengan para petani biasa. Dengan keuntungan yang mereka
peroleh sangat besar, teryata menjadikan penduduk desa Sekarmayang sedikit
banyak perubahan kehidupan sosial ekonomi mereka. Dari yang dulunya
mereka hidup sederhana sekarang mereka berubah menjadi pola yang
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
4
konsumtif tetapi tetap terkontrol dan dari ekonomi yang lemah menjadi
ekonomi yang tinggi atau mapan.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akan akan melakukan
penelitian dengan judul penelitiannya, yaitu Kehidupan Sosial Budaya
Pembuat Gula Merah di Desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan
Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan adalah :
1. Sejarah desa Sekarmayang dan kondisi desa Sekarmayang Kecamatan
Patimuan Kabupaten Cilacap?
2. Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang Kecamatan
Patimuan Kabupaten Cilacap?
3. Kehidupan sosial budaya pembuat gula masyarakat di Desa Sekarmayang
Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap sebagai berikut:
1. Sejarah desa dan kondisi desa Sekarmayang Kecamatan Patimuan,
Kabupaten Cilacap.
2. Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang, Kecamatan
Patimuan, Kabupaten Cilacap.
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
5
3. Kehidupan sosial budaya pembuat gula masyarakat di Desa Sekarmayang
Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang akan datang
dan bahan kajian lebih lanjut.
b. Memberikan bekal kepada pembuat gula merah agar dapat
memanfaatkan peluang dengan sebaik-baiknya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan bekal pengetahuan pada masyarakat tentang gagasan
kehidupan sosial budaya pembuat gula merah, sehingga dapat
bermanfaat untuk kehidupannya dimasa yang akan datang.
b. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi para pembuat gula
merah dalam meningkatkan dan mengembangkan home industry.
c. Sebagai masukan pada para pedagang agar mengupayakan alat
transportasi dan komunikasi yang lebih baik agar pemasaran gula
merah ke konsumen dapat lebih lancar.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai kehidupan sosial budaya pembuat gula merah
teryata baru pertama kali dilakukan, namun penelitian yang berkaitan dengan
kehidupan sosial budaya sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
6
antara lain, dalam penelitian Mulyana (2002) yang berjudul Penyesuaian
Nilai Sosial Budaya di Desa Pandansari, Kec. Kejobong, Kab. Purbalingga.
Pada penelitian ini menjelaskan tentang sosial budaya dari kisah Nyi
Pandansari dan Ki Kramat, yang dapat memberi contoh kepada masyarakat
sekarang bagaimana cara bergaul dengan sesama, agar tidak memperlihatkan
kesombongan, dengan melestarikan kebudayaan yang sudah ada seperti
nanggap wayang. Banyak bukti sejarah atau petilasan dari Nyi Pandansari
yang terletak di desa Pandansari, kecamatan Kejobong Kabupaten
Purbalingga diantaranya makam Nyi Pandansari, Makam Nyi Gendhuk
Wasiyah, Makam Ki Kramat, Makam Nyi Rr Juminten, Makam Ki Kebo
Kuning, Sumur Mas, Sebuah lingga tinggi 55 cm, keliling lingkar 57 cm.
Dalam penelitian Winarno (2003) yang berjudul Pendapat Kepala
Keluarga Tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Dalam Pembangunan
Sosial Budaya di Desa Karangsalam Kecamatan Kemranjen Kabupaten
Banyumas.Dalam penelitian ini menjelaskan tentang membangun sosial
budaya di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas.
Kepala Desa di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten
Banyumas telah berhasil membangun sosial budaya di desa Karangsalam,
Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas, dan hambatan-hambatan
pelaksanaan tugas Kepala Desa di desa Karangsalam, Kecamatan Kemranjen,
Kabupaten Banyumas dapat diatasi dengan dilandasi rasa ikhlas dalam
melaksanakan tugas tugas yang diembaninya.
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
7
Perbedaan dari penelitian Mulyana (2002) yang berjudul Penyesuaian
Nilai Sosial Budaya di Desa Pandansari, Kec. Kejobong, Kab. Purbalingga
adalah penelitian yang meneliti tentang kehidupan sosial dari seorang tokoh
masyarakat di desa Pandansari sedangkan, penelitian Winarno (2003) yang
berjudul Pendapat Kepala Keluarga Tentang Pelaksanaan Tugas Kepala
Desa Dalam Pembangunan Sosial Budaya di Desa Karangsalam Kecamatan
Kemranjen Kabupaten Banyumas adalah penelitian yang meneliti tentang
membangun sosial budaya dan hambatan-hambatan pelaksanaan tugas kepala
desa.
Dalam penelitian diatas menyimpulkan bahwa sosial budaya dalam
masyarakat sangat berperan penting dalam perubahan nilai sosial budaya
sebab dengan adanya kajian-kajian sosial budaya dapat memberi contoh pada
masyarakat tentang cara bergaul dengan sesama, melestarikan kebudayaan,
dan akan berdampak pada perubahan sosial.
F. Landasan Teori dan Pendekatan
1. Landasan Teori
Kehidupan sehari-hari kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan
dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja
yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. Unsur-unsur yang
terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami
kebudayaan manusia, Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal
Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
8
bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti
masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti
masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi
tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal
(Soejono, 1989:158).
Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa
unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam
kebudayaan semua bangsa yang tersebar diberbagai penjuru dunia
(Warsito, 2012:51). Ketujuh unsure kebudayaan tersebut adalah : 1.
Sistem bahasa, 2. Sistem pengetahuan, 3. Sistem sosial, 4. Sistem
peralatan hidup dan teknologi, 5. Sistem mata pencaharian hidup, 6.
Sistem religi, 7. Sistem kesenin (Warsito, 2012:71)
a. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan
sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut
dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan
manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan
pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara
simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat
bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi
yang penting dalam analisa kebudayaan manusia (Warsito, 2012:73)
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
9
b. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan
dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem
pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide
manusia.Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena
mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang
digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak
dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti
pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai.
Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak
mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah yang mereka pakai
untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu
mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-
tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya
(Warsito, 2012:75)
c. Sistem Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi
sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana
manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial.
Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya
diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam
kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari
hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
10
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain.
Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-
tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial
dalam kehidupannya (Warsito, 2012:72)
d. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya
sehingga mereka akanselalu membuat peralatan atau benda-benda
tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami
kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu
masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan
hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan
demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam
peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik
(Warsito, 2012:71)
e. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat
menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi
mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana caramata
pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian
mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya (Warsito, 2012:72).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan
sumber daya manusianya. Di Indonesia terdapat berbagai macam
mata pencaharian untuk mensejahterakan penduduk di Indonesia.
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
11
Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh
taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan
daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk
dan keadaan demografinya. Mata pencaharian dibedakan menjadi
dua yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan.
Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan kegiatan untuk
memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan
merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Mata pencaharian sampingan adalah mata pencaharian di luar
mata pencaharian pokok. Mata pencaharian adalah keseluruhan
kegiatan untuk mengeksploitasi dan memanfaatkan sumber-sumber
daya yang ada pada lingkungan fisik, sosial dan budaya yang
terwujud sebagai kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.
Industri menurut Hartanto (1987) adalah suatu bentuk
kegiatan manusia yang meningkatkan nilai guna dari bahan atau
barang dengan mengarahkan suatu teknologi dan ketrampilan fisik
maupun sumber alam yang ada. Pengembangan merupakan sutu jalur
kegiatan untuk peningkatan kesejahteraan dalam arti tingkat hidup
yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu (Arsyad,
1992)
Industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi
barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
12
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Industri kecil adalah jenis usaha mikro dengan modal dasar dibawah
500 juta, dengan menggunakan peralatan yang sederhana untuk
proses produksinya (Peraturan Presiden No 28 Tahun 2008)
Ada dua industri kecil yang ada di Indonesia. Pertama,
industri kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang
usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil
penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan
bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling
banyak Rp 200 juta. Kedua, menurut kategori Biro Pusat statistik
(BPS), usaha kecil identik dengan usaha kecil dan industri rumah
tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah
pekerjanya, yaitu: (1) Industri rumah tangga dengan pekerja 1-4
orang, (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang, (3) industri
menengah dengan pekerja 20-99 orang, (4) industri besar dengan
pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999).
Usaha kecil meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil
tradisional. Usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar,
dan belum berbadan hukum. Usaha kecil informal meliputi petani,
penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang
keliling, pedagang kaki lima dan pemulung. Semntara usaha kecil
tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
13
yang telah digunakan turun temurun, atau berkaitan dengan seni dan
budaya (Sutrisno, 2002:47-48)
Istilah industri biasanya menimbulkan gambaran dalam
pikiran akan adanya pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan yang
mengelola bahan mentah menjadi bahan jadi dengan menggunakan
alat-alat seperti mesin-mesin dan lain-lain, yang dilayani karyawan
dengan kecakapan tertentu (Swasta dan sukotjo 2001:10).
Adapun ciri-ciri industri kecil yaitu: (1) Modal yang ada
kecil, (2) Alat-alat dan cara-cara ymasih sederhana, (3) Dilakukan di
rumah (perusahaan kecil), (4) Umumnya merupakan tambahan mata
pencaharian disamping usaha agraris, (5) Pengetahuan khusus tidak
banyak, (6) Membuat barang-barang untuk kebutuhan sehari-hari.
Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat desa masih
tergolong masuk dalam kategori yang belum maju dan masih
sederhana. Kebanyakan orang menganggap bahwa masyarakat desa
khususnya masyarakat petani masih dianggap secara umum yang
mana mereka dianggap seragam atau sama antara masyarakat
petaniyang satu dengan yang lain. Kenyataannya malah berbanding
terbalik dimana masing-masing petani memiliki ciri yang berbeda
misalnya saja pada tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis
tanaman yang ditanam, teknologi atau alat-alat pertanian yang
mereka pergunakan, sistem pertanian yang mereka pakai, dan juga
topografi atau bentuk kondisi fisik geografisnya. Masyarakat petani
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
14
bisa dibagi menjadi dua yaitu antara masyarakat petani tradisonal
dan petani modern, yang membedakan antara keduanya adalah bagi
kelompok petani yang pertama mereka masih tergantung dan
ditentukan oleh alam karena masih rendahnya teknologi dan
pengetahuan mereka, produksi yang mereka hasilkan hanya untuk
usaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menghidupi
keluarganya, dan tidak mengejar keuntungan sedangkan kelompok
petani yang ke dua mereka lebih mengutamakan mendapatkan
keuntungan, mereka juga menggunakan teknologi dan sistem
pengelolaan yang modern dan menanam tanaman yang laku di
pasaran.
Pertanian merupakan suatu usah apengolahan tanah,
pengelolaan air, pemupukan terhadap suatu komoditas tanaman
tertentu guna memperoleh hasil yang dapat dinikmati oleh manusia
baik secara langsung maupun melalui tahap pengolahan. Komoditas
yang dihasilkan dapat berupa tanaman pangan maupun tanaman
perkebunan. Oleh karena, terdapat spesies tanaman yang menjadi
komoditas pangan dunia seperti padi, gandum, jagung, tebu, kentang,
kedelai,kacang tanah, pisang dankelapa dan lain-lain. Maka
keberlanjutan pertanian menjadiisu penting bagi pemenuhan
kebutuhan primermanusia (Jurnal pertanian ilmu-ilmu pertanian
diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
15
Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta volume 6, nomor 2,
desember 2010)
f. Sistem Religi
Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat
adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya
suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi
daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara
untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan
kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk
memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya
asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi
suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi
kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu
ketika kebudayaan mereka masih primitive (Warsito, 2012:76).
g. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula
daripenelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu
masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam
penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang
memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan
etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
16
tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti
perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu
masyarakat (Warsito, 2012:73).
William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup
perubahan-perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan baik
yang materiil maupun yang immaterial, dengan terutama
menekankan pengaruh yang besar dari unsure-unsur kebudayaan
yang materiil terhadap unsur-unsur immaterial. Kingsley Davis
mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat
(Soerjono, 1989:284)
Selo Soemardjan menyatakan bahwa perubahan-perubahan
sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya, kelakuan diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat (Soerjono, 1989:285)
Menurut (Soekanto, 1989:390) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mendorong jalannya perubahan yaitu: (1) Sistem
pendidikan yang maju, (2) Sikap menghargai hasil karya seseorang
dalam keinginan-keinginan untuk maju, (3) Toleransi terhadap
perubahan-perubahan yang menyimpang, (4) Sistem yang terbuka
dalam masyarakat, (5) Penduduk yang heterogen, (6) Ketidak puasan
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
17
masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, (7) Sikap
mudah menerima hal-hal baru.
Kalau bicara tenteng status dan perubahan sosial,
kecenderungan masyarakat merujuk pada kondisi ekonomi dan sosial
seseorang dalam kaitanya dengan jabatan (kekuasaan), dan peran
yang bersangkutan didalam masyarakat dimana ia menjadi anggota
atau partisipan. Dengan demikian, pengertian tentang status sosial
cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan seseorang dalam
hubunganya dalam status orang lain berdasarkan ukuran tertentu.
Ukuran itu yang menjadi tolak ukur adalah mencakup tingkat
pendapatan, pendidikan atau kekuasaan.
Seperti telah dibicarakan diatas, maka terjadi suatu lapisan-
lapisan dalam suatu masyarakat ada suatu yang dihargai oleh
masyarakat tersebut. Menurut (Soekanto,1982:231) ukuran atau
kriteria yang bisa dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat
dalam lapisan-lapisan tersebut adalah ukuran kekayaan, ukuran
kekuasaan, ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
perubahan dibidang ekonomi akan berdampak pada terjadinya
perubahan dibidang yang lain, seperti yang tejadi pada perubahan
sosial.
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
18
2. Pendekatan
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologi dan ekonomi. Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang
dilakukan dengan meneropong segi-segi sosial peristiwa yang dikaji,
seperti golongan sosial mana yang berperan, nilai-nilai yang dianutnya,
serta hubungannya dengan hubungan lain (Kartodirdjo, 1994:4).
Pendekatan sosiologi melihat suatu gejala dari aspek sosial yang
mencakup hubungan sosial, interaksi, jaringan hubungan sosial, yang
kesemuanya mencakup dimensi sosial kelakuan manusia (Kartodirdjo,
1992:87). Melalui pendekatan sosiologi akan dijelaskan tentang
perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.
Roucek dan Werren (Soerjono, 1982:16) mengemukakan bahwa
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam
kelompok-kelompoknya. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi
(Soerjono, 1982:16), menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan
Soeleman Soemardi struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara
unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial, norma-norma
sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial serta lapisan-
lapisan sosial.
Menurut (Soekanto 1982 : 61) Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
19
dalamnya perubahan-perubahan sosial. Sosiologi merupakan suatu ilmu
pengetahuan kemasyarakatan yang kategoris, murni, abstrak, berusaha
memberi pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, serta
bersifat umum.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam tulisan ini yaitu metode
sejarah.Metode sejarah adalah suatu cara seorang sejarawan mendekat objek
penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstuktur sehingga akan
mempermudah dalam perolehan data sejarah. Dalam penelitian sejarah data
berkedudukan sangat penting sebab tanpa data sejarah tidak mungkin ditulis
(nodata, no history). Data menjadi harga mati bagi para peneliti (sejarawan
peneliti) untuk mengungkap suatu fenomena sejarah dari peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi (Priyadi, 2013:111)
Metode penelitian historis menurut Notosusanto (1978:35-43;
bdk.Gottschalk, 1983:34) meliputi (1) heuristik (mencari sumber-sumber), (2)
kritik atau analisis (menilai sumber-sumber), (3) interprestasi atau sintesa
(menafsirkan keterangan sumber-sumber), dan (4) historiografi (penulisan
sejarah). Langkah pemilihan topikdianggap sebagai langkah awal. Hal itu
wajar saja karena tanpa ada topik atau sasaran studi, maka sejarawan tidak
akan mungkin langsung melakukan pengumpulan sumber. Meskipun
dianggap langkah para penelitian, tetapi perlu dipertimbangkan sebagai
langkah awal dalam penelitian sejarah (Priyadi, 2011:3)
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
20
Data merupakan harga mati bagi para peneliti (sejarawan peneliti)
untuk mengungkap suatu fenomena sejarah dari peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi. Peristiwa akan meninggalkan jejak sejarah yang dapat diamati
dari proses pencarian dan penemuan. Jika sebuah peristiwa telah kehilangan
jejaknya, maka sejarah sangat sulit untuk diteliti dan ditulis. (priyadi,
2013:111)
1. Heuristik
Penulis mengumpulkan sumber-sumber dari pelaku pembuat gula
merah (orang mengetahui tentang pembuat gula merah). Pengumpulan
data dan informasi mengenai pembuatan gula merah melalui wawancara
atau sejarah lisan. Sejarah lisan adalah karya sejarah atau historiografi
didominasi oleh sumber sejarah lisan.Sumber sejarah lisan disebut
dominan apabila lebih dari 50 % sumber yang dipakai sumber yang
dipakai adalah non-dokumen dan non benda (Priyadi, 2014:15).
Dalam mengumpulkan sumber penulis melakukan wawancara
dengan informan yaitu pembuat gula merah di desa Sekarmayang.
Penulis melakukan wawancara dan dokumentasi dengan beberapa
pembuat gula merah untuk mendapatkan data yang relevan.
2. Kritik
Sejarah lisan diperoleh, sejarawan harus melakukan langkah kritik
atau verifikasi.Verifikasi berusaha menilai apakah data itu benar-benar
asli atau tidak selanjutnya biasa dipercaya. Di sini, ada dua hal yang
dituntut, yaitu keotetikan melalui kritik ekstern dan kekreabilitasan
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
21
dengan cara kritik intern. Keotetikan melihat dari sisi luar data,
kekredibilitasan mengkritik hal-hal berkaitan dengan isi data (Priyadi,
2013:118).
Langkah selanjutnya setelah penulis menemukan fakta-fakta
mengenai data, kemudian penulis melakukan suatu penilaian terhadap
data tersebut.Penilaian dilakukan untuk memastikan data-data tersebut
asli atau palsu.
a. Kritik ekstern
Kritik ekstern digunakan untuk mencari keotentikan (keaslian)
sumber. Dan kritik ekstern yang menilai apakah sumber itu memiliki
kredibilitas (kebisaan untuk dipercaya) atau tidak (Priyadi, 2011:75)
Dalam hal ini penelitian berusaha mencari dan menguji
sumber-sumber yang akan dijadikan reverensi terhadap penelitian
yang disusun, apakah sumber yang didapat itu benar-benar asli atau
tidak. Peneliti akan menguji mengenai kejiwaan, umur, dan pola
pikir sumber atau tokoh yang terlibat langsung dalam pembuatan
gula merah.
b. Kritik Intern
Dalam kritik intern, yang dilakukan peneliti yaitu dengan
memperhatikan informasi yang telah diperoleh dan membandingkan
kesaksian dari berbagai sumber atau informan agar sumber dapat
dipercaya (Priyadi, 2011:81)
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
22
Tahap selanjutnya penulis melakukan kritik intern yaitu
dengan membandingkan dan menyeleksi informasi yang telah
diperoleh. Kritik intern ini dilakukan untuk menilai kredibilitas
sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatanya
dan tanggung jawab.
3. Interpretasi atau Penafsiran
Peneliti mendeskripsikan fakta sejarah. Deskripsi ini dilakukan
oleh peneliti agar fakta-fakta yang sudah diperoleh akan saling berkaitan.
Fakta yang satu akan menjelaskan kedudukan fakta yang lain. Setelah
dianalisis, sejarawan kemudian akan merangkai atau menyusun hasil-
hasil analisis fakta yang berdiri sendiri sehingga fakta-fakta tersebut akan
saling menyulam, dan saling membentuk jaringan atau teks akan saling
menguatkan (Priyadi, 2013:122)
Penulis mendeskripsikan data-data telah diperoleh agar saling
berkaitan sehingga dapat menjelaskan fakta-fakta sejarah yang diperoleh.
Setelah penulis menganalisis kemudian data-data tersebut dirangkai
menjadi sebuah penelitian atau karya ilmiah.
4. Historiografi
Langkah terakhir atau puncak metode sejarah yaitu penulisan
sejarah atau sering disebut historiografi. Pada tahap penulisan peneliti
menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang meliputi
masalah-masalah yang harus dijawab. Tujuan penelitian adalah
menjawab masalah-masalah yang telah diajukan (Priyadi, 2011:92)
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
23
Proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang
telah diseleksi dalam sebuah bentuk rekonstruksi sejarah. Setelah
melakukan penafsiran terhadap data yang ada, sejarawan harus
menyadari bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan
dirinya, tetati untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu peneliti perlu
mempertimbangkan struktur gaya bahasanya.
H. Sistematika Penyajian
Pada penyusunan skripsi ini, peneliti menyajikan bagian demi bagian
dengan sistematika sebagai berikut :
Bab Pertama Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan
teori, dan pendekatan, metode penelitian sejarah serta sistematika penulisan.
Bab Dua Sejarah desa Sekarmayang dan kondisi wilayah desa
Sekarmayang. Bab ini menjelaskan tentang keadaan geografis dan keadaan
demografis.
Bab Tiga Perkembangan pembuatan gula merah di desa Sekarmayang,
Kecamatan Patimuan, Kabupaten cilacap. Bab ini menjelaskan tentang awal
munculnya pembuat gula merah, perkembangan pembutan gula merah dari
tahun 2011-2014, proses penyadapan atau pengambilan nira kelapa (nderes),
proses pengolahan nira menjadi gula kelapa.
Bab Empat Kehidupan sosial budaya pembuat gula merah di desa
Sekarmayang kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap dari tahun 2011-2014.
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015
24
Bab ini menjelaskan tentang kehidupan sosial budaya dan kehidupan sosial
ekonomi.
Bab Lima simpulan dan saran yang berisi mengenai uraian yang telah
dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran untuk berbagai pihak
berkait dengan pembuat gula merah di desa Sekarmayang, Kecamatan
Patimuan, Kabupaten Cilacap.
Kehidupan Sosial Budaya..., Rasem, FKIP UMP, 2015