bab i pendahuluan a. latar...

35
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi publik. Ruang-ruang diskusi publik yang semakin sesak dengan dominasi TV-TV Swasta nasional. Tayangan program televisi swasta yang justru memberikan informasi-informasi Jakarta sentris, sedangkan tidak semua wilayah di Indonesia memerlukan informasi sepenuhnya tentang Jakarta. Kemudian program tayangan yang berbau komedi slapstick, hiburan yang tidak mendidik. Tidak hanya itu, hiburan-hiburan semu seperti gosip, kasus politik yang bombastis, dan berita terhangat pun dikemas sedemikian rupa agar lebih menarik ditonton. Televisi sebagai tontonan publik yang seharusnya memberikan informasi yang netral, mengedukasi, dan berkualitas. Justru sebaliknya, dimana setiap saluran televisi bersaing untuk meningkatkan rating televisi. Persaingan antar televisi dalam meningkatkan rating tentu akan merugikan publik sebagai khalayak. Mau tidak mau publik harus menonton tayangan program disiarkan televisi. Publik hanya dianggap sebagai konsumen pasif yang hanya menerima program-program yang siap dipancarkan melalui stasiun relai di wilayah masing-masing. Tidak hanya itu, pemerintah dalam hal ini Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) belum memberikan peran yang signifikan dalam melakukan pengawasan serta mengontrol kualitas tayangan program yang sampai kepada publik. Banyaknya keluhan dan keresahan publik dalam menonton program- program di televisi, tidak secara langsung mendapatkan respon dari KPI. Sebaliknya, KPI menyusun aturan pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang semakin sulit dan berbelit kepada produsen tayangan program. Seharusnya produsen program dalam hal ini TV Swasta mendapatkan edukasi yang baik dari KPI, namun justru semakin mendikte dan menekan para pelaku media penyiaran. Di sisi lain, pelaku TV Swasta semakin

Upload: phungnga

Post on 10-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan

keadilan informasi publik. Ruang-ruang diskusi publik yang semakin sesak dengan

dominasi TV-TV Swasta nasional. Tayangan program televisi swasta yang justru

memberikan informasi-informasi Jakarta sentris, sedangkan tidak semua wilayah di

Indonesia memerlukan informasi sepenuhnya tentang Jakarta. Kemudian program

tayangan yang berbau komedi slapstick, hiburan yang tidak mendidik. Tidak hanya

itu, hiburan-hiburan semu seperti gosip, kasus politik yang bombastis, dan berita

terhangat pun dikemas sedemikian rupa agar lebih menarik ditonton. Televisi

sebagai tontonan publik yang seharusnya memberikan informasi yang netral,

mengedukasi, dan berkualitas. Justru sebaliknya, dimana setiap saluran televisi

bersaing untuk meningkatkan rating televisi.

Persaingan antar televisi dalam meningkatkan rating tentu akan merugikan

publik sebagai khalayak. Mau tidak mau publik harus menonton tayangan program

disiarkan televisi. Publik hanya dianggap sebagai konsumen pasif yang hanya

menerima program-program yang siap dipancarkan melalui stasiun relai di wilayah

masing-masing. Tidak hanya itu, pemerintah dalam hal ini Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI) belum memberikan peran yang signifikan dalam melakukan

pengawasan serta mengontrol kualitas tayangan program yang sampai kepada

publik. Banyaknya keluhan dan keresahan publik dalam menonton program-

program di televisi, tidak secara langsung mendapatkan respon dari KPI.

Sebaliknya, KPI menyusun aturan pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan

Standar Program Siaran (P3SPS) yang semakin sulit dan berbelit kepada produsen

tayangan program. Seharusnya produsen program dalam hal ini TV Swasta

mendapatkan edukasi yang baik dari KPI, namun justru semakin mendikte dan

menekan para pelaku media penyiaran. Di sisi lain, pelaku TV Swasta semakin

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

2

enggan dan acuh terhadap peraturan maupun kode etik yang diberlakukan oleh KPI.

Hal ini seperti lingkaran setan bagi pemerintah, publik, ataupun TV Swasta.

Penyebabnya belum menemukan titik terang dalam mewujudkan demokrasi

penyiaran yang ideal di Indonesia.

Berbeda halnya dengan Televisi Komunitas dimana kendala semacam itu

tidak lagi berlaku.TV Komunitas memiliki standar yang berbeda dengan TV

Swasta. Lembaga Penyiaran Komunitas ini bersifat non-profit dan hanya

berproduksi untuk memenuhi kebutuhan komunitas. Batasan yang dimiliki TV

Komunitas inilah yang menjadi ciri utamanya. Namun karena keterbatasan sumber

daya serta tidak diperbolehkannya mencari keuntungan justru membuat TV

Komunitas tidak dapat bertahan lama. Sejauh yang peneliti ketahui, saat ini hanya

terdapat satu TV Komunitas yang mampu bertahan yakni GrabagTV. Sejak

kelahirannya pada tahun 2004 hingga kini, telah mengalami berbagai hambatan

dalam menjalani aktivitasnya sebagai TV Komunitas.

GrabagTV sebagai salah satu Televisi Komunitas berbasis warga dan

memiliki ciri khas dalam menyiarkan tayangan programnya. Stasiun televisi ini

berada di tengah-tengah pedesaan Grabag, serta menyajikan tayangan program

yang dekat dengan warganya. GrabagTV menayangkan berita lokal, hiburan-

hiburan desa, ataupun penyuluhan untuk pertanian setempat. TV Komunitas ini

tepatnya berada di Dusun Ponggol, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang Jawa

Tengah. Lokasi GrabagTV ini terbilang cukup unik karena wilayahnya seperti

cekungan dan berada di dataran tinggi. tidak banyak sinyal stasiun televisi yang

dipancarkan dari relai-relai terdekat sampai ke wilayah ini. Tidak ada sama sekali

siaran televisi yang sanggup ditangkap oleh antenna analog rumah membuat

wilayah Grabag disebut wilayah blankspot. Sekitar tahun 1995, Kantor Kecamatan

Grabag untuk mendirikan pemancar sederhana. Semenjak itulah warga Grabag

mulai dapat menikmati siaran televisi, meski hanya satu saluran televisi saja.

Berdasarkan kondisi tersebut GrabagTV hadir sebagai televisi yang

menyajikan kelokalan sekaligus melakukan literasi media. Menyajikan kelokalan

yang dimaksud ialah tayangan program dengan mengangkat informasi yang berada

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

3

di wilayah Grabag sendiri. Kemudian GrabagTV memberikan literasi media

melalui keterlibatan warga Grabag dalam memproduksi program sendiri. Dalam

waktu yang bersamaan warga turut menonton, memproduksi, sekaligus

mengevaluasi program yang mereka produksi sendiri. Hasil produksi yang

dihasilkan oleh warga Grabag bersama GrabagTV kemudian disiarkan melalui

pemancar di Kantor Kecamatan Grabag. Jam tayang yang disiarkan bergantian

dengan TVRI atau RCTI, dengan mengambil waktu relai empat jam per harinya

GrabagTV turut menyiarkan program tayangannya. Program-program yang

ditayangkan pun sederhana, seperti kegiatan yang dilakukan pada tingkat

Kecamatan atau hiburan rakyat yang diadakan setiap dusun di wilayah Grabag.

Konten program GrabagTV yang lebih ndeso dan lokal ternyata lebih disukai

oleh warga Grabag dibandingkan dengan siaran RCTI ataupun TVRI. Bahasa yang

lebih mudah dipahami serta berita sekitaran Grabag yang memang lebih dibutuhkan

oleh warga. Jika dibandingkan dengan diskusi politik, berita korupsi di regional

Jakarta, ataupun sinetro ala Jakarta yang lebih banyak ditayangkan oleh TV Swasta

Nasional di luar Grabag sana. Seperti pada tahun 2007, TV Komunitas ini

menyiarkan langsung proses Pilkades atau Pemilihan Kepala Desa di Grabag. Dari

awal hingga akhir GrabagTV menayangkan peristiwa pemilihan yang berlangsung

lima tahun sekali ini. Penayangan siaran ini merupakan informasi yang sangat layak

untuk didengar, baik oleh warga Grabag sebagai pemilik suara maupun pejabat

tinggi Pemerintahan Desa.

Dalam penayangan siaran Pilkades tersebut juga melibatkan aktif beberapa

warga Grabag yang memiliki keterampilan dalam bidang penyiaran. Hal tersebut

berpengaruh pada keterbukaan pemerintah untuk mau diliput oleh warganya sendiri

sehingga meningkatkan rasa tanggungjawab bagi jajaran Pemerintah Desa Grabag.

Melalui fenomena tersebut menjadi salah satu landasan TV komunitas GrabagTV

dalam memberikan warna sebagai solusi penyiaran di tanah air. Respon yang

diperoleh GrabagTV ssendiri sangat baik di kalangan warga Grabag.

Pemancar yang digunakan GrabagTV menggunakan saluran VHF5 dan pada

tahun 2009 berganti menjadi VHF7. Secara bergilir GrabagTV melakukan siaran

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

4

secar analog dengan saluran televisi swasta nasional. Berlandaskan pada Undang-

Undang No.32 Tahun 2002 yang mengakui keberadaan Lembaga Penyiaran

Komunitas, baik Televisi maupun Radio. GrabagTV terus berupaya mengadvokasi

dalam memeroleh alokasi frekuensi tetap1. Ketentuan teknis yang telah diatur lebih

rinci dalam Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2005 justru mempersulit

keberadaan Televisi Komunitas GrabagTV.

Seperti pada pasal 5 ayat 1 “Radius siaran LPK di batasi maksimum 2,5

kilometer dari lokasi pemancar atau dengan ERP (effective radiated power)

maksimum lima puluh watt”. Regulasi tersebut hanya membatasi wilayah

jangkauan siaran tanpa mempertimbangkan kondisi geografis dan kepadatan

penduduk di daratan Indonesia yang berbeda-beda. Luas wilayah Kecamatan

Grabag lebih dari 2,5 kilometer dan jarak antar rumah tidak terlalu dekat.

Persyaratan ini dianggap kurang relevan bagi TV Komunitas yang berada di

wilayah pedesaan seperti GrabagTV. Berbeda dengan wilayah perkotaan dimana

jarak antar rumah berhimpitan dan lebih padat. Meski begitu GrabagTV tetap

melakukan siaran secara rutin melalui pemancar rakitan dengan daya lima puluh

watt yang hanya menjangkau radius tujuh kilometer saja2.

Upaya advokasi dalam mengajukan perijinan telah dilakukan oleh pihak

GrabagTV kepada KPID Jawa Tengah. Namun tidak pernah berhasil dan tak

kunjung mendapat pencerahan dalam membentuk ruang gerak dinamis bagi

GrabagTV. Di tengah perjuangan GrabagTV agar memeroleh izin siaran analog,

kini banyak warga Grabag yang menggunakan Televisi Berlangganan. Televisi

berlangganan telah menawarkan siaran televisi lebih banyak jika dibandingkan

dengan antenna VHF sehingga GrabagTV semakin kehilangan audiensnya.

Ketika GrabagTV dan TV Komunitas lain tengah mengalami rumitnya

perizinan siaran analog di KPID Jateng. Pada waktu yang bersamaan pula Kominfo

1Saat ini UU Penyiaran sedang mengalami revisi dan akan selesai pada tahun 2015 ini http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-terkini/38-dalam-negeri/32633-menkominfo-yakin-undang-undang-penyiaran-akan-selesai-dibahas-tahun-2015 2 Budhi Hermanto, Televisi Komunitas: sebuah media alterative, www.kabarindonesia.com, 2008

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

5

mewacanakan Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan

Tetap Tidak Berbayar (Free to Air). Kemudian disahkan oleh Menkominfo melalui

Permenkominfo RI No.32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi

Secara Digital dan Penyiaran Multipleksing melalui Sistem Terestrial3. Siaran

analog yang ada selama ini akan dialihkan menuju digital sehingga memungkinkan

sistem multipleksing. Melalui sistem multipleksing, satu kanal frekuensi analog

dapat digunakan enam hingga dua belas kanal frekuensi digital.

GrabagTV sebagai TV Komunitas yang ingin tetap bertahan melihat

peralihan penyiaran digital ini sebagai peluang. TV Komunitas ini menyadari

bahwa ia berada pada posisi tawar yang rendah di hadapan KPID dalam memeroleh

frekuensi analog. Jika GrabagTV terus memaksakan untuk mendapatkan izin siaran

terestrial maka hanya akan membuang waktu. Peralihan penyiaran digital ini

dimanfaatkan GrabagTV untuk tidak lagi memanfaatkan siaran analog. Namun

mencoba untuk menggunakan media alternatif yang dapat mendekati siaran digital.

dengan melakukan transformasi menjadi TV Internet dengan situs

www.grabagtv.com.

Meskipun Permenkominfo tentang penyiaran digital telah keluar sejak tahun

2013, namun hingga kini penggantian televisi analog menjadi digital masih belum

berjalan sepenuhnya. Bahkan bisa dikatakan mengalami kesulitan karena

memerlukan persiapan yang matang dan komprehensif dari pihak Kominfo. Media

alternatif yang digunakan GrabagTV ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan

wacana penyiaran digital yang akan dilakukan Kominfo pada seluruh penyiaran di

Indonesia.

Televisi Internet memang berbeda dengan Televisi Digital. Akan tetapi media

ini dapat menjadi solusi sementara karena sulitnya bersiaran secara terestrial. Sejak

Desember 2014, GrabagTV telah beralih menjadi Televisi Komunitas berbasis

Internet. Peralihan dari siaran Terestrial menjadi TV Internet ini baru pertama kali

3Kominfo,Siaran Pers tentang Peraturan Menteri mengenai TV Digital, http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3733/Siaran+Pers+Tentang+Peraturan+Menteri+Mengenai+TV+Digital/0/siaran_pers#.VS9uEPmUc1M, diakses pada 18 April 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

6

dilakukan oleh sebuah TV Komunitas. Jika bersiar melalui internet, apakah

GrabagTV ini bisa disebut sebagai Televisi Komunitas? Berbeda dengan penyiaran

digital dan analog yang diakui dalam UU sesuai dengan PP 51/2005 Pasal 2 ayat 1,

berbunyi :

Lembaga Penyiaran Komunitas menyelenggarakan penyiaran melalui sistem

terestrial yang meliputi :

a. Penyiaran radio AM/MW secara analog atau digital;

b. Penyiaran radio FM secara analog atau digital;

c. Penyiaran televisi secara analog atau digital.

TV Internet tidak termasuk kedalam kategori-kategori tersebut, baik analog

maupun digital. Akan tetapi Televisi Komunitas itu sendiri berada di bawah payung

hukum UU 32/2002 tentang Penyiaran, Pasal 13 ayat 2, berbunyi :

Jasa penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan oleh:

a. Lembaga Penyiaran Publik;

b. Lembaga Penyiaran Swasta;

c. Lembaga Penyiaran Komunitas; dan

d. Lembaga Penyiaran Berlangganan.

Selanjutnya diatur lebih rinci melalui Peraturan Pemerintah No.51 Tahun

2005 tentang Penyelenggara Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas. Dalam PP

ini diatur lebih dalam mengenai perizinan, jangkauan siar, permodalan, hingga

sanksi. Persis sebelum disahkannya PP tersebu, pada tahun yang sama GrabagTV

mengajukan izin ke KPID Jawa Tengah. Namun ditolak karena belum ada regulasi

yang mengatur lebih rinci tentang LPK. Maka KPID Jawa Tengah hanya sebatas

mempersilahkan GrabagTV melakukan siaran selama tidak mengganggu kanal

frekuensi lainnya. Berdasarkan informasi dari Balai Monitoring II KPID Jateng,

GrabagTV daparbersiaran pada kanal VHF5.

Dengan memahami kondisi tersebut, apakah UU Penyiaran dan PP 51/2005

telah menjadi payung hukum yang ideal bagi Televisi Komunitas berbasis warga

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

7

ini? Atau justru masih memberikan pertanyaan kembali mengenai keberadaan TV

Komunitas? Melihat dinamika ini semakin memperlambat terwujudnya

demokratisasi penyiaran di Indonesia. Jika saja regulator penyiaran mau

memberikan wadah yang relevan bagi keberadaan TV Komunitas, maka bisa jadi

GrabagTV dan TV Komunitas yang lain tidak akan kesulitan untuk

mengembangkan diri.

Transformasi yang dilakukan GrabagTV merupakan upaya dalam

mempertahankan TV Komunitas di tengah-tengah dominasi televisi swasta

komersial. Selain itu, TV Internet ini dilakukan juga sebagai peluang dalam

memeroleh alokasi frekuensi digital. Sembari menunggu migrasi digital yang

tengah berlangsung di kota-kota besar, Televisi Komunitas ini masih berharap

untuk mendapatkan rumah bernaung agar tetap bersiaran dan menyajikan lokalitas

dan literasi media kepada warga Grabag. Lahirnya regulasi TV Digital ini juga

menjadi alasan utama GrabagTV untuk terus bersiaran meski masih melalui TV

Internet. Sembari menunggu UU Penyiaran yang masih direvisi oleh pemerintah4,

GrabagTV sedang mempersiapkan kapasitas menuju Televisi Digital. Media lokal

seperti TV Komunitas ini harus terus bertahan agar publik tidak serta merta

terdominasi siaran program dari TV Swasta yang bahkan tidak jarang tendesius

akan kepentingan kelompok politik tertentu.

Wacana pengadaan penyiaran digital yang dilakukan Kominfo masih belum

tuntas, telah muncul masalah baru. Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia (ATJI)

mengajukan gugatan untuk membatalkan Permen TV Digital yang telah disusun

oleh Kominfo5. Selanjutnya Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) menyetujui

gugatan ATJI kepada Kominfo. Kabar terkini, Kominfo tengah mengajukan

banding di PTUN. Gugatan ini dilakukan karena ATJI mengaggap Kominfo belum

secara serius dalam mempersiapkan penyiaran digital. Banyaknya stasiun televisi

4Kominfo. http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4632/Menkominfo%3A+Revisi+UU+Penyiaran +Selesai+Tahun+2015/0/berita_satker#.VTHmfvmUc1M diakses pada 19 April 2015 5 Lihat laman http://www.beritasatu.com/nasional/258440-terkait-pembatalan-aturan-tv-digital-kominfo-tempuh-upaya-banding.html diakses pada 19 April 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

8

yang masih bergantung pada siaran analog tentunya memerlukan persiapan yang

panjang dan matang untuk bisa beralih menjadi televisi digital.

Regulasi penyiaran digital yang masih diperbincangkan pada jajaran

pemerintahan pusat masih belum memberikan pengaruh pada penyiaran di tingkat

lokal. Tetap saja penyiaran lokal seperti TV Komunitas berjalan seperti biasa. Toh

sejak dahulu kebijakan-kebijakan yang ada di Jakarta belum memberikan dampak

yang signifikan pada wilayah pedesaan, seperti Grabag contohnya. Namun bukan

tidak mungkin jika GrabagTV dapat membaca peluang maka akan memeroleh

kesempatan dapat bersiaran secara digital.

Melalui penelitian ini, penulis berupaya untuk membahas lebih dalam

mengenai dinamika yang terjadi pada GrabagTV sebagai TV Komunitas yang terus

bertahan. Serta berbagai strategi yang dilakukan GrabagTV agar tidak tenggelam

di tengah persaingan televisi-televisi nasional yang semakin kuat. Memahami lebih

dalam mengenai perpindahan yang dilakukan GrabagTV dari siaran Terestrial

menuju TV Internet. Tidak hanya secara harfiah namun juga berdasarkan konteks

yang dialami GrabagTV yang semakin teralienasi dalam mewujudkan

demokratisasi penyiaran di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya maka rumusan

masalah yang relevan dengan penelitian ini ialah :

“Bagaimana dinamika yang terjadi pada GrabagTV sebagai TV komunitas

yang melakukan transformasi dari siaran terestrial menuju TV internet?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai dinamika transformasi GrabagTV ini dilakukan

bertujuan:

1. Untuk mengetahui latar belakang dan upaya GrabagTV untuk bertahan

sebagai TV komunitas

2. Untuk mengetahui proses transformasi Siaran Terestrial menuju TV

internet pada GrabagTV

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

9

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

1. Agar dapat menjadi rujukan bagi peneliti media maupun mahasiswa

komunikasi mengenai perkembangan TV komunitas di Indonesia

2. Menjadi rujukan bagi regulator (KPID, KPI Pusat, Menkominfo RI) dalam

menentukan arah kebijakan yang seadil-adilnya dalam menangani urusan

Lembaga Penyiaran Komunitas di Indonesia

Manfaat Praktis

1. Untuk mengetahui kondisi keadaan TV komunitas kini sekaligus upaya

masyarakat dalam mempertahankannya

2. Mencari tahu lebih dalam mengenai keberadaan GrabagTV

E. Kerangka Pemikiran

1. Lembaga Penyiaran Komunitas

Dalam konteks demokratisasi, globalisasi media dan homogenisasi

isi media ini dipandang bisa berakibat melenyapkan pluralitas atau

keberagaman yang dibutuhkan bagi tumbuhnya wacana-wacana

alternatif dalam ruang media. Karena itu, perkembangan media

alternatif menjadi logis dan penting dalam rangka memberikan

ruang bagi suara-suara alternatif yang tidak memiliki tempat di

media umum atau arus-utama (mainstream media) yang sebagian

besar dikuasai oleh korporasi media besar tadi6.

Lembaga Penyiaran Komunitas (LPK) dapat menjadi salah satu media

alternatif dalam mengatasi dominasi informasi media mainstream. LPK justru

memberikan ruang gerak bagi publik yang tidak memiliki kekuatan (powerless)

seperti warga pedesaan atau di wilayah pedalaman. TV Komunitas menjadi

6 Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, Komunikasi dan Komodifikasi: Mengkaji

Media dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi, Jakarta: Obor, 2014, hlm.194

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

10

perpanjangan aspirasi masyarakat sebagai komunitas yang ingin bergerak ke arah

yang lebih dinamis (voice the voiceless). Seperti yang tertuang dalam konstitusi

bahwa “LPK merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum

Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak

komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk

melayani kepentingan komunitasnya.” Dalam hal ini tertera jelas bahwa LPK diakui

dan sah dalam penyiaran di Indonesia dengan mengikuti aturan yang berlaku.

Berbeda halnya dengan Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) yang dapat

menjangkau secara nasional maupun lokal. Jika LPS dapat bersiaran nasional, maka

LPK hanya bisa bersiaran lokal. Keberadaan LPK memang bagi komunitas tertentu.

Dimana setiap komunitas memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda.

Menurut Masduki, secara konseptual belum ada rumusan batasan komunitas yang

cukup komprehensif sehingga hanya dapat diklasifikan kedalam beberapa kategori.

Batasan-batasan komunitas tersebutbisa meliputi7:

Administrasi (wilayah pemerintahan)

Geografis (wilayah desa, kota, pantai, dan segalanya)

Demografis (karakteristik penduduk)

Psikografis (preferensi kegemaran, gaya hidup)

Sosio-ekonomis (level pendidikan&pendapatan)

Teknologis (batasan frekuensi, standar teknis)

Programatis (isi, orientasi, dan cara kerja)

SDM (partisipasi, keterwakilan semua pihak)

Dalam komunitas, partisipasi anggotanya menjadi kekuatan utama. Pada

umumnya sistem kerja suatu komunitas berbasis sukarela (volunteerism). Sistem

kerja tersebut memiliki kelebihan jika semakin tinggi tingkat pengabdiannya pada

suatu komunitas maka semakin produktif pula komunitas tersebut. Sebaliknya, jika

sedikit saja bahkan hampir tidak ada yang menghidupi komunitas tersebut, maka

7 Nazaruddin, et al., Televisi Komunitas: Pemberdayaan dan Media Literasi, Yogyakarta:

Combine Research Institute, dkk, 2009., hlm.36.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

11

produktivitasnya cenderung menurun bahkan tidak dipungkiri akan mati. Dalam

dinamika berkomunitas, naik turunnya tingkat produktivitas suatu komunitas telah

menjadi ciri khas dari komunitas itu sendiri. Suatu komunitas harus dapat menjalani

hambatannya agar dapat terus bertahan.

Dalam dunia penyiaran, umumnya LPK melingkupi batasan geografis.

Batasan wilayah yang mencakup sekelompok warga dengan memiliki kebutuhan

yang hampir sama. Di Indonesia, penyiaran komunitas lebih banyak terdapat di

wilayah-wilayah pedesaan ataupun wilayah rawan bencana. Seperti radio

komunitas atau rakom sehingga cakupannya terbatas pada pendengar di sekitar

wilayah tersebut saja. Jangkauan siarannya juga terbatas dan tidak boleh melebihi

aturan yang diberlakukan. Televisi Komunitas juga pada umumnya melingkupi

batasan geografis. Namun masih jarang TV Komunitas yang bertahan lama,

kalaupun ada yang bertahan jumlahnya sangat sedikit. Hal ini dikarenakan biaya

produksi yang dikeluarkan TV Komunitas jauh lebih besar dibandingkan dengan

rakom. Alat yang diperlukan untuk menjalankan radio komuunitaspun lebih

sederhana dibanding televisi. Dalam siaran televisi harus memiliki pemancar, ruang

audio khusus, kamera, dan banyak lainnya agar dapat menyajikan visual yang baik.

Seluruh aturan mengenai pengadaan LPK diatur dalam UU Penyiaran No 32

Tahun 2012. Pada UU Penyiaran ini membatasi komunitas yang harus bersifat

nonpartisan pada status organisasinya, yakni :

Tidak mewakili organisasi atau lembaga asing serta bukan komunitas

internasional;

Tidak terkait dengan organisasi terlarang; dan

Tidak untuk kepentingan propaganda bagi kelompok atau golongan tertentu.

UU Penyiaran tahun 2002 ini merupakan hasil revisi dari UU Penyiaran tahun

1997. Kemudian baru pada tahun 2002, UU Penyiaran mulai menyebutkan istilah

Lembaga Penyiaran Komunitas ke dalam konstitusi. Meski begitu, batasan dan

definisi mengenai arah gerak komunitas juga belum dipaparkan lebih detail dalam

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

12

regulasi ini. Hal ini berpengaruh pada ambangnya pemahaman konsep mengenai

media komunitas baik di masyarakat maupun kalangan regulatornya sendiri.

Peraturan mengenai penyiaran LPK pada UU Penyiaran, muncul pula aturan

mengenai penyiaran digital. Permenkominfo 32/2013 mengenai migrasi digital

telah disahkan, namun masih belum secara tegas dapat dilaksanakan. Pada

kenyataannya, sistem penyiaran analog masih dijalani oleh penyiaran di seluruh

Indonesia. Jika memang penyiaran digital akan berlangsung total, maka peluang

LPK untuk dapat bersiaran semakin kecil. Sesuai dengan Permenkominfo No 32

Tahun 2013, dalam penyiaran digital hanya disediakan kanal frekuensi digital untuk

LPP dan LPS saja. Untuk LPK harus ‘menempel’ atau bergabung dengan LPP

(TVRI) dalam menayangkan program siarannya. Sesuai dengan wilayah jangkauan

siaran LPK tersebut.

Wacana peralihan penyiaran digital atau migrasi digital dilegitimasi ke dalam

Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi No.22 Tahun 2011. Namun

penyelenggaran Permen tersebut belum bisa dilaksanakan oleh semua pelaku

penyiaran di Indonesia. KPI sendiri masih belum siap dalam melakukan

pengawasan bagi calon penyiaran digital. Dibawah pengesahan Tifatul Sembiring

(Menteri Komunikasi dan Informatika 2009-2014) secara serentak akan

melaksanakan switch-off pada 2018 mendatang. Kendati begitu, dengan adanya

salinan Permenkominfo No.32 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Penyiaran

Televisi secara Digital dan Penyiaran Multipleksing melalui Sistem Terestrial

masih belum cukup kuat dalam melaksanakan Televisi Digital di Indonesia.

Saat ini masyarakat Indonesia lebih memerlukan tayangan program yang

berkualitas dan lebih edukatif. Bukan yang sekedar pindah sinyal digital saja.

Apalagi dalam melaksanakan televisi digital diperlukan perangkat tambahan bagi

tv analog, yakni set top box (STB). Alat untuk tv analog agar dapat memeroleh

sinyal digital. Negara dengan mayoritas pengguna antena penangkap sinyal analog

masih kesulitan dalam memeroleh STB. Kebutuhan akan televisi digitalpun belum

tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang telah menerapkan sistem

penyiaran digital seperti Inggris dan Jepang.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

13

Upaya peralihan televisi digital yang sedang dilakukan Kominfo masih pada

tahap banding. Pasca pengabulan gugatan pembatalan Permen tentang penyiaran

digital oleh Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia Apalagi kanal frekuensi yang

bergerak bebas di udara ini terbatas dan merupakan sumber daya alam terbatas.

Sesuai dengan pasa 33 UUD 1945, bahwa sumber daya alam dilindungi oleh negara

dan tidak bisa hanya dikuasai oleh segelintir pihak saja.

Lembaga Penyiaran Komunitas mencakup televisi dan radio. Baik televisi

maupun radio memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Di Indonesia

lebih banyak terdapat radio komunitas dibandingkan dengan televisi komunitas.

Serta keberadaan rakom atau radi komunitas lebih populer jika dibandingkan

dengan televisi komunitas. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai televisi

komunitas dan radio komunitas.

a. Televisi Komunitas

Televisi Komunitas pertama di Indonesia sangat sulit untuk ditelusuri.

Namun pada tahun 1995, telah berdiri TV Komunitas berbasis kampus di Institut

Kesenian Jakarta. Pendiri TV Kampus tersebut merupakan Dekan Fakultas Film

dan Televisi, Ki Hartanto. Kemudian baru pada tahun 2004, muncul GrabagTV

sebagai TV Komunitas berbasis geografis pertama di Indonesia. Menurut Budhi

Hermanto dalam perkembangannya Televisi Komunitas dibagi menjadi dua jenis

menurut prosesnya (Hermanto, 2008), yakni:

TV Komunitas berbasis sekolah dan kampus (perguruan tinggi)

TV Komunitas yang tumbuh atas dasar inisiatif warga masyarakat itu sendiri

TV kampus atau sekolah memeroleh alokasi dana dari pemerintah.

Pengadaan TV Komunitas di sekolah dan kampus ditujukan untuk kegiatan

pembelajaran bagi muridnya. Pemancar dan frekuensi siaranpun disediakan dari

pusat. Namun karena konsep TV Komunitas belum ajeg dan tidak ada standar acuan

yang jelas. Menjadikan TV Komunitas berbasis sekolah kebingungan dalam

memproduksi konten program. Produksi siaran lebih fleksibel dan belum ada tata

cara yang jelas dari pusat mengenai ini. Para pelaku TV kampus dan sekolah, seperti

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

14

ISI TV Surakarta dan UPN TV dalam melakukan siaran setiap harinya untuk

memberikan edukasi dan literasi media.

TV Komunitas yang lahir di tengah-tengah masyarakat umumnya yang

lebih dikenal. Seperti PalmerahTV, BandorasaTV, MajenangTV, CenderawasihTV,

GrabagTV dan banyak lainnya. TV Komunitas ini hadir atas inisiatif warga akan

perlunya media informasi di wilayahnya. PalmerahTV misalnya, ia hadir di tengah

perkampungan Palmerah, Jakarta Barat. Pendirinya merupakan warga asli sana

dengan mengadakan peralatan seadanya untuk memproduksi siaran komunitas.

BandorasaTV yang baru lahir pada awal 2015 lalu juga lahir di tengah-tengah

masyarakat8. Keberadaan TV Komunitas ini menjadi sarana pendidikan literasi

media karena melibatkan warganya untuk meliput dan memproduksi siaran.

Pada umumnya di Indonesia hanya membagi TV Komunitas berdasarkan

siaran analognya. Berbeda dengan Australia yang juga memiliki TV Komunitas

berbasis internet, yakni Access31. TV Komunitas ini dapat diakses melalui website

Access31 dari Perth, Australia Barat9. Pembagian frekuensi penyiaran di Australia

lebih ketat dan jelas sehingga sulit bagi televisi komunitas untuk memeroleh alokasi

frekuensi. Pada wilayah internet, jangkauan penyiaran tidak dibatasi bahkan akses

lebih mudah dan fleksibel.

b. Radio Komunitas

Sejak awal penjajahan Belanda, radio telah hadir sebagai sarana komunikasi

antar pemerintah dalam menyampaikan informasi. Radio menjadi sumber informasi

utama bangsa Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, radio muncul sebagai

teknologi informasi ‘bawah tanah’ di kalangan pejuang kemerdekaan. Makna

rakom saat itu identik dengan istilah media radikal karena bersifat melawan arus

utama (penjajahan asing) dan membentuk perubahan. Pada jaman perjuangan di

masa lampau kondisi demokrasi meupakan representasi yang sangat buruk. Rakyat

tidak dapat menyampaikan aspirasinya secara terbuka. Posisi media terutama

8 http://www.komunitaskreatif.org/news/read/70/bandorasa-kini-punya-televisi-desa 9 Ibid. hlm.83.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

15

rakom menjadi sangat strategis dan lebih independen karena bersifat bawah tanah

dan tanpa izin penjajah masa itu. Rakom yang didirikan juga tidak tergantung

kepada kepentingan modal10.

Rakom yang ada sejak sebelum kemerdekaan pun berkembang menjadi lebih

demokratis. Menyajikan informasi seputar wilayah tertentu dan hanya didengar

oleh khalayak lokal. Rakom semakin bermunculan pasca reformasi sehingga

dibentuklah Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) pada tahun 2002. Dengan

diketuai Tunggal HS Rakom Suara Petani Klaten di Jakarta. Pendirian JRKI ini

ditujukan untuk mengawasi lahirnya UU Penyiaran tahun 2002 serta mengawal

kinerja regulator penyiaran komunitas. JRKI terlibat secara aktif dalam mengawali

proses demikrasi penyiaran di Indonesia. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja)

untuk mengakomodir implementasi konstitusi penyiaran. Dimulai dari pengawalan

proses advokasi RUU Penyiaran hingga implementasinya. Kemudian diumumkan

pada saat persiapan kongres JRKI11.

Berbeda dengan Televisi Komunitas, baik teknis dan sumber daya manusia,

pengadaan rakom cenderung lebih mudah. Penyajian audio tanpa visual menjadikan

radio lebih fleksibel untuk dilakukan. Biaya produksi juga lebih terjangkau.

Disamping itu, tidak memerlukan proses editing yang rumit seperti pada televisi

komunitas.

10 Bowo Usodo dkk, Radio Komunitas Indonesia: dari gagasan dan potret lapangan, Bandung: JRKI, 2008,hal.19. 11 Ibid.hlm.35.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

16

2. Teknis Lembaga Penyiaran Komunitas

Pendirian Lembaga Penyiaran Komunitas didasarkan pada PP 51/2005

Lembaga Penyiaran Komunitas. LPK dalam hal ini TV Komunitas boleh didirikan

melalui persetujuan tertulis minimal 51 persen dari jumlah penduduk dewasa atau

minimal 250 orang dewasa. Perizinan tersebut dikuatkan dengan persetujuan

tertulis aparat pemerintah setingkat kepala desa/lurah setempat. Ketika izin telah

dipegang, TV Komunitas berhak untuk melakukan siaran pada radius maksimum

2,5 kilometer dari lokasi pemancar atau dengan Effective Radiated Power (ERP)

lima puluh watt. Daya jangkau siar yang sangat terbatas ini akan menyulitkan bagi

wilayah dengan kepadatan penduduk yang rendah.

Berdasarkan aturan menteri, standar siaran produksi untuk rakom minimal

lima jam tiap harinya sedangkan televisi komunitas minimal dua jam tidap harinya.

LPK juga tidak diperbolehkan mencari keuntungan dalam melakukan siaran.

Sifatnya yang non-komersial mengharuskan LPK mencari pemasukan diluar iklan.

Dana dapat diperoleh melalui sumbangan, hibah, sponsor dan sumber lain yang sah

dan tidak mengikat. Komunitas yang bersifat sukarela, menjadikan komitmen

sebagai modal utama dalam melakukan kegiatan dalam menyelenggarakan LPK.

Dengan asas sukarela tentu tidak semua komunitas berhasil mengikat

profesionalitasnya. Jika LPK tidak mampu melakukan siarannya secara rutin maka

akan mendapatkan peringatan dari KPID setempat. Selanjutnya akan berakhir

dengan pencabutan izin siaran. Hal ini tentu saja sangat memberatkan LPK yang

memiliki permodalan jauh berbeda dibandingkan dengan LPS yang memang

ditujukan untuk komersial dan rating.

Pada proses digital nanti LPK akan berdampingan dengan LPP Lokal. Sesuai

PP 32/2013 pasal 4 ayat 1, “LPP Lokal dan LPK dalam menyelenggarakan

penyiaran televisi secara digital harus bekerjasama dengan LPP TVRI yang

menyelenggarakan Penyiaran Multipleksing melalui Sistem Terestrial”. Dengan

sistem Pemancara Televisi Siaran Digital Terestrial Standar DVB-T2 (Digital

Video Broadcasting Terestrial- Second Generation) yakni alat dan perangkat

pemamcar televisi siaran secara terestrial yang menggunakan modulasi digital

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

17

untuk memancarkan sinyal video, audio, dan data digital dengan menggunakan

standar DVB-T/T2.

Gambar 1. Penyiaran Televisi Digital

Sumber : Makalah SMKN 3 Batu

Pengadaan Set top box diwacanakan oleh Pemerintah untuk diberikan secara

gratis12. Tetapi belum sampai pada Set Tob Box, regulasi terkait Televisi Digital

terancam batal. Pembatalan ini diajukan oleh ATJI kepada Kominfo karena

dianggap tidak serius dan ketidaksiapan dalam menghadapi Telvisi Digital. Hingga

kini pun masih belum ada hasil akhir dari Pengadilan Tata Usaha Negara yang

mengurus kasus ini.

12 Lihat laman http://industri.kontan.co.id/news/masyarakat-bakal-menerima-set-top-box-gratis diakses pada 19 April 2015

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

18

3. Regulasi Penyiaran

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) merupakan pengawas dan pengontrol

berjalannya media penyiaran di Indonesia. Lembaga negara yang bersifat

independen dan memiliki wewenang dalam menetapkan program siaran,

mengawasi berlangsungnya praktik penyiaran serta memberikan sanksi pada

pelanggaran peraturan dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran (P3SPS). Lembaga independen yang seharusnya bertanggungjawab

langsung kepada Presiden ini ternyat masih harus berbagi tugas dengan Kominfo,

terkait perizinan siaran kepada calon-calon stasiun televise di Indonesia. Hal ini

menjadikan posisi KPI tidak lagi independen, apalagi persoalan perizinan serta

wewenang lainnya yang justru diambil alih oleh Kominfo.

Hal inilah yang memberikan kesan dualisme dalam institusi KPI ini. Disatu

sisi memiliki wewenang, namun di sisi lain masih harus berdampingan dengan

Kominfo. Disamping itu, KPI yang disahkan langsung oleh Presiden masih belum

disepakati bersama terkait wewenang dan fungsinya dalam melakukan pengawasan

demokratisasi penyiaran di Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya pihak yang

meminta pengujian ulang atas kelayakan KPI sebagai pengawas penyiaran

Indonesia. Seperti Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Persatuan Radio Siaran

Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia

(PPPI), Asosiasi Televisi Siaran Indonesia (ATVSI), Persatuan Sulih Suara

Indonesia (Persusi), dan Komunitas Televisi Indonesia (Komteve) diwakili oleh

Todung Mulya Lubis untuk mengajukan judicial review UU Penyiaran terkait

wewenang dan fungsi KPI13. Keberadaan KPI ditakutkan akan menjadi

perpanjangan tangan Departemen Penerangan –jejak Orde Baru- jika tidak segera

diuji ulang terkait upaya demokratisasi penyiaran.

13 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Kencana, 2005, hlm.169.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

19

Bahkan keberadaan UU Penyiaran 2002 dianggap mengkerdilkan peran dan

posisi KPI. Regulasi ini belum sepenuhnya memberi kewenangan utuh kepada KPI

dalam mengakomodasi kepentingan publik14, seperti :

KPI tidak dijadikan independence regulatory body dengan kewenangan

penuh untuk mengatur dunia penyiaran, melainkan berbagi kewenangan

dengan pemerintah.

Penyiaran publik hanya monopoli badan hukum negara (TVRI dan RRI).

Pemusatan pemilikan dan pemilikan silang tidak dilarang, atau paling tidak

diatur dengan jelas. Pengaturan oleh KPI dalam hal ini tidak menjadikannya

nilai-nilai publik terakomodasi karena format KPI itu sendiri.

Banyak hal yang bisa dikenai sanksi yang terlalu luas dan berat.

Dualisme dalam institusi KPI ini sangat mengkhawatirkan sekaligus

memprihatinkan. Dimana pemerintah turut mensahkan berdirinya KPI namun tidak

beriringan dalam melakukan pendewasaan arah gerak KPI itu sendiri (Armando,

2011). Hal ini berdampak pada kinerja KPI yang cenderung ambang dan tidak jelas

kemana akan melakukan wewenang dan fungsinya dalam memberlangsukan

demokratisasi penyiaran.

Pemerintah sebagai regulator dan pembuat regulasi, sedangkan KPI dan

Kominfo bertugas untuk mengawasi berlangsung regulasi tersebut15. Idealnya,

kedua lembaga tersebut berjalan beriringan dan bekerjasama dalam mengusung

demokratisasi penyiaran. Akan tetapi kepentingan antar lembaga menjadi begitu

dominan. Hubungan antara KPI dan Kominfo yang tidak seimbang ini akan

berpengaruh pada kinerja pengawasan penyiaran di Indonesia. Kedua institusi

tersebut masih belum selesai dalam menyamakan visi agar dapat bekerjasama.

Padahal permasalahan penyiaran di berbagai wilayah di Indonesia semakin penting

14 Ibid.hlm.163 15 KPI Pusat, Kedaulatan Frekuensi: Regulasi Penyiaran, Peran KPI, dan Konvergensi Media, Jakarta: PT Kompas, 2013,hlm.179.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

20

dan mendesak untuk segera diselesaikan. Salah satunya tentang dinamika Televisi

Komunitas ini.

4. Televisi Internet: Difusi Inovasi Televisi Komunitas

Problematika penyiaran yang hadir di Indonesia disebabkan karena industri

media yang menganggap publik hanya sebagai konsumen. Indonesia sebagai negara

demokrasi sudah seharusnya memberi ruang publik yang luas kepada publiknya.

Jika stasiun-stasiun tv swasta terus menyajikan tayangan program untuk

meningkatkan rating, maka ini akan membahayakan demokrasi penyiaran di

Indonesia. Industri media yang terus berkembang akan menjadi sebuah tren dan

terus berkembang secara global. Dalam demokrasi, globalisasi media dan

homogenisasi isi media ini dipandang bisa berakibat melenyapkan pluralitas atau

keberagaman yang dibutuhkan bagi tumbuhnya wacana-wacana alternatif dalam

ruang media16. Sesaknya ruang gerak publik yang terus didominasi oleh TV-TV

nasional berakibat pada pemaksaan budaya dan kebutuhan informasi yang terus-

menerus disajikan oleh stasiun televisi.

Sesaknya ruang publik pada ranah televisi swasta memaksa publik untuk

mencari media alternatif lain. Media alternatif yang mampu memberikan ruang

gerak bagi publik tanpa adanya intervensi kepentingan dari kelompok tertentu. Hal

ini menjadikan media-media alternatif sebagai bentuk ide baru atau inovasi yang

ingin dikembangkan oleh individu atau kelompok yang sadar akan pentingnya

literasi media.

Tabel 1. Kesamaan Model Komunikasi Elemen – elemen Difusi Inovasi dan S-M-

C-R-E

Elemen-elemen pada

model S-M-C-R-E

Menyesuaikan dengan elemen-elemen Difusi

Inovasi

Source (komunikator) Penemu (Inventors), Ilmuwan (scientist), Agen

Perubahan (change agents), atau Pemimpin Opini

(opinion leaders)

16 Idi Subandy Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad, Op.cit., hlm.194

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

21

Message (pesan) Inovasi (Sifat yang dirasakan, seperti keuntungan

relasi, kesesuaian, dll)

Channel (media) Saluran komunikasi

Komunikasi Antar Pribadi

Saluran Media Massa

Forum Media (Diskusi Kelompok dalam Sistem

Sosial)

Receiver (komunikan) Anggota sistem sosial

Effects (efek) Konsekuensi akhir

1. Pengetahuan

2. Perubahan sikap (persuasi)

3.Perubahan perilaku (pengadopsian atau penolakan)

Sumber: Everet M.Rogers. Communication of Innovations. 1971. Hlm.20

Difusi atau persebaran yang diciptakan dari inovasi akan memeroleh dua

kemungkinan, yakni dapat diterima atau mengalami penolakan oleh masyarakat.

Dinamika proses difusi inovasi ini sejalan dengan karakteristik proses komunikasi

seperti pada model S-M-C-R-E, elemen-elemen komunikasi menyerupai elemen-

elemen Difusi Inovasi17. Proses difusi suatu inovasi juga merupakan proses

komunikasi yang terjadi pada masyarakat tersebut. Inovasi yang terjadi bertujuan

untuk memberikan ide baru dengan mengubah suatu sistem sosial tanpa melakukan

perusakan.

Terdapat empat elemen yang terdapat dalam Difusi Inovasi18. Pertama,

inovator atau penggagas inovasi yang membawa solusi atas permasalahan yang

muncul di tengah-tengah sistem sosial. Inovator ini akan umumnya akan lebih

mudah diterima jika termasuk dalam anggota sistem sosial. Sebagai contoh jika

inovator dalam wilayah pedesaan, maka tokoh masyarakat atau ketua RT/RW yang

menjadi inovatornya. Keberadaan mereka akan jauh lebih diterima dan dipercaya

17 Everet M. Rogers, Communication of Inoovation, New York: The Free Press, 1971, hlm. 20. 18 Ibid, 18-38.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

22

oleh masyarakat. Akan lebih sulit jika inovator berasal dari luar masyarakat atau

sistem sosial. Ide baru atau inovasi akan lebih lama untuk diterima oleh masyarakat

karena harus memberikan rasa percaya dan aman bagi masyarakat atau sistem sosial

sebagai calon pengadopsi inovasi.

Kedua, inovasi yakni munculnya sebuah ide, praktek atau objek yang

dirasakan kebaruannya oleh individu. Inovasi untuk memunculkan peluang dalam

memperbaiki sebuah permasalahan pada sistem sosial tersebut. Inovasi yang

ditawarkan kepada sistem sosial harus relevan dan mudah untuk dilakukan. Untuk

memahami tingkat relevan dan kemudahannya, inovasi memiliki lima karakteristik

yang memengaruhi tingkat adopsinya19, yakni :

Manfaat relatif, sejauh mana inovasi dipandang lebih baik daripada gagasan

yang telah ada sebelumnya.

Kesesuaian inovasi berdasarkan nilai-nilai yang ada, sesuai dengan histori

yang ada dalam sistem sosial dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan

pengadopsi yang berpotensial.

Inovasi yang ditawarkan tidak membuat sistem sosial sebagai calon

pengadopsi kesulitan dalam melakukannya.

Inovasi memiliki kemampuan untuk dicoba meski pada kondisi-kondisi

yang serba terbatas sehingga calon pengadopsi tidak memerlukan banyak

perlengkapan untuk melaksanakannya.

Inovasi yang telah berhasil dilakukan dapat dilihat oleh sistem sosial lainnya

sehingga menjadi apresiasi atau karya bagi calon pengadopsi.

Inovasi yang mampu memenuhi kelima karakteristik tersebut dapat lebih

mudah diterima oleh sistem sosial. Tingkat adopsi sebuah inovasi akan lebih tinggi

jika mampu memenuhi seluruh karakteristik tersebut. Semakin mudah inovasi

dilakukan oleh masyarakat awam, semakin tinggi potensi adopsinya. Sebaliknya,

semakin rumit inovasi maka semakin rendah keinginan masyarakat untuk

19 Ibid.hlm. 248

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

23

mengadopsi inovasi yang ditawarkan. Keputusan yang diambil individu atau

masyarakat untuk mengadopsi atau menolak inovasi menjadi pertimbangan penting

dalam difusi inovasi.

Kemudian yang ketiga yakni saluran komunikasi (Communication channel).

Dalam menyampaikan inovasi kepada individu atau masyarakat harus melalui

saluran komunikasi atau perantara yang strategis dan efisien agar dapat

tersampaikan dengan baik. Dalam memperkenalkan inovasi, media massa kurang

efektif dalam melakukan difusi atau persebaran. Saluran komunikasi ini

disesuaikan dengan sasaran sistem sosialnya. Jika sasaran sistem sosialnya

merupakan wilayah pedesaan maka media massa kurang efektif dalam

menyampaikan inovasi. Berbeda jika sistem sosialnya merupakan masyarakat yang

aktif dalam mengakses informasi melalui media massa maka media massa menjadi

saluran komunikasi yang efektif dalam menyampaikan suatu inovasi. Oleh karena

itu, pemilihan saluran komunikasi menjadi penting dalam menjalankan suatu

inovasi.

Tabel 2. Model Proses Pengambilan Keputusan Inovasi

Sumber : Rogers, 1983

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

24

Pada bagan di atas, menjabarkan tentang proses diterimanya suatu inovasi.

Inovasi yang ditawarkan oleh innovator tidak serta langsung diterima atau ditolak

oleh sistem sosial. Namun melalui beberapa tahapan penerimaan pesan. Pada tahap

pengetahuan biasanya meliputi proses sosialisasi program baru yakni inovasi

sebagai solusi yang diajukan kepada sistem sosial setempat. Proses ini cukup

panjang karena merupakan awal perkenalan. Kemudian ketika mendapatkan rasa

kepercayaan oleh sistem sosial maka persuasi atau kemampuan inovasi untuk

diadopsi mulai dilakukan. Para innovator akan memberikan contoh atau

mensimulasi cara pengadopsiannya. Tahap ini merupakan peluang bagi inovator

dalam menunjukkan kemudahan inovasi yang ditawarkan karena akan berpengaruh

pada keputusan yang akan dipilih oleh sistem sosial.

Sistem sosial berhak untuk menerima ataupun menolak inovasi yang ada.

Tergantung pada sifat inovasinya, jika inovasi berasal dari pemerintah dan bersifat

wajib maka harus diterima oleh sistem sosial. Namun jika inovasi berasal dari

warga sendiri atau pada kelas sosial yang sama maka sistem sosial lebih leluasa

untuk menerima ataupun menolak inovasi. Kemudian setelah implementasi inovasi

dilakukan, sistem sosial akan merasakan dampak pada aktivitasnya. Dampak yang

baik dan menarik bagi sistem sosial cenderung akan mendapatkan konfirmasi yang

positif yakni diterima. Akan tetapi jika dampak yang dirasakan terlalu lama dan

sulit untuk dilakukan kembali maka sistem sosial tidak akan mau melakukan

inovasi tersebut.

Keempat, anggota sistem sosial. Sistem sosial merupakan kelompok

masyarakat yang akan menyelesaikan permasalahan bersama dengan rasa saling

percaya untuk mencapai tujuan bersama. Terbentuknya sistem sosial

dilatarbelakangi oleh kesamaan pada kondisi tertentu, bisa berdasarkan wilayah,

kepentingan, kesukaan, atau profesi yang sama. Setiap sistem sosial terikat oleh

norma-norma tertentu. Inovasi yang ditawarkan harus sesuai dengan norma yang

berlaku pada sistem sosial tersebut agar dapat diterima. Masing-masing norma

memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga bergantung pada inovasi dan sistem

sosial yang seperti apa untuk dikombinasikan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

25

Terakhir, ialah efek dimana inovasi memberikan konsekuensi akhir kepada

suatu sistem sosial. Konsekuensi akhir ini terbagi menjadi tiga tahapan, yakni

pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku. Inovasi mampu

memberikan pemahaman yang baik kepada sistem sosial sehingga memberikan

pengetahuan yang cukup dan mudah dilakukan. Setelah inovasi itu dapat dipahami,

kemudian inovasi dapat menarik untuk dilakukan bagi sistem sosial. Konsekuensi

ini penting karena inovasi akan percuma jika hanya dapat dipahami namun tidak

menarik untuk dilakukan. Kemudian terjadi perubahan sikap pada sistem sosial,

yakni keputusan untuk mau mengadopsi atau menolak adanya inovasi tersebut.

F. Kerangka Konsep

Berdasarkan pemaparan mengenai teori difusi inovasi, penelitian ini

mengkaji tentang dinamika persebaran inovasi yang diakukan GrabagTV untuk

menjadi TV Internet20. Memahami lebih jauh mengenai latar belakang munculnya

TV Internet pada transformasi GrabagTV sebagai fenomena komunikasi. Tidak

hanya itu, penelitian ini mencoba membahas lebih dalam mengenai dinamika

GrabagTV sebagai TV Komunitas yang terus bertahan dalam mengahadapi

berbagai hambatan dalam mewujudkan demokrasi penyiaran di Indonesia.

Wilayah blankspot pada Grabag ini menjadikan kelahiran GrabagTV sebagai

sebuah televisi komunitas yang dapat diterima oleh warga. TV Komunitas berbasis

warga ini pada awal kemunculannya juga merupakan inovasi di tengah-tengah

minimnya tayangan program yang menyajikan informasi dan hiburan lokal bagi

warga. Televisi komunitas ini telah menjadi bagian dari perkembangan pendidikan

literasi media bagi warga Grabag. Tayangan penyuluhan pertanian, proses

pemilihan kepala desa, penyampaian aspirasi, sarana hiburan lokal. Melalui

aktivitas penyiaran tersebut GrabagTV berperan aktif dalam melakukan pendidikan

literasi media kepada warganya. Namun akhirnya inovasi ini gagal dan berhenti di

tengah jalan karena adanya larangan untuk bersiaran dari Balmon.

20 Ibid, hlm. 68.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

26

Melalui www.grabagtv.com, GrabagTV seolah terus mencari celah agar

dapat terus mempertahankan eksistensinya sebagai televisi komunitas berbasis

warga. Sejak 2012, GrabagTV tidak lagi menyiarkan tayangan program lokalnya.

Surat teguran dari Balai Monitoring tidak membolehkan GrabagTV bersiaran

melalui VHF 7 yang telah dipakai sejak 2009. Pemancar rakitan yang terletak persis

di bagian belakang stasiun GrabagTV dengan modal lima juta tidak lagi berfungsi.

GrabagTV dalam hal ini berperan sebagai penggagas inovasi, menawarkan

sebuah solusi dengan memanfaatkan internet dan menggabungkan konten produksi

TV Komunitas menjadi TV Internet. Transformasi yang dilakukan GrabagTV

menjadi TV Internet juga tidak serta merta dapat diterima oleh warga. Bukan berarti

inovasi ini ditolak atau ditentang, namun lebih karena kemampuan warga untuk

mengakses internet tidak lebih mudah jika dibandingkan GrabagTV yang

sebelumnya hanya menggunakan antenna VHF.

TV Internet sebagai inovasi yang dilakukan GrabagTV agar dapat

berproduksi kembali serta disiarkan kepada khalayak yang luas. Selanjutnya akan

terjadi dua kemungkinan yakni penerimaan dan dilanjutkan inovasi atau penolakan

terhadap inovasi21. Upaya untuk mempertahankan yang dilakukan oleh TV

Komunitas GrabagTV ini sebagai bentuk memperjuangkan ruang publik yang

semakin sempit dan sesak. Pada penelitian sebelumnya, GrabagTV dimaknai

sebagai bagian dari ruang publik. Penelitian tersebut berjudul “Hambatan TV

Komunitas GrabagTV Membentuk Ruang Publik” menjelaskan upaya GrabagTV

dalam memenuhi kebutuhan informasi di ruang publik. Semakin sempitnya ruang

gerak masyarakat atau publik dalam mengakses informasi yang benar. Bahkan

gerak kapitalisasi media yang menggeliat kuat di dunia penyiaran Indonesia.

Keberadaan GrabagTV menjadi TV Internet masih belum diatur dalam

regulasi penyelenggaraan LPK. Meski belum adanya regulasi yang mengatur

batasan TV Komunitas dalam media internet, GrabagTV konsisten dalam

21 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi, Jakarta: PT Rineka Cipta,

2009, hlm.170-173.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

27

menyusun konten media dalam websitenya. Melalui Teori Difusi Inovasi22,

interaksi yang terjadi pada lingkungan masyarakat desa dapat diselesaikan dengan

menciptakan inovasi-inovasi baru yang mampu mengatasi permasalahan lokal yang

ada. Salah satunya TV Internet sebagai inovasi yang disepakati bersama dalam

mengatasi permasalahan menjadi kunci penting dalam membentuk sebuah TV

Komunitas.

Hadirnya GrabagTV yang berdiri semenjak tahun 2004 bukan tanpa

hambatan. Sulitnya menembus birokrasi untuk memperoleh alokasi frekuensi siaran

kepada KPID hingga sebelas tahun terakhir ini tak kunjung mendapat kabar baik.

TV Swasta yang semakin mendominasi khayalak, dimana khalayak justru

diperlakukan sebagai konsumen bukan publik. Tentu saja dengan hambatan demi

hambatan yang harus dihadapi oleh TV komunitas, hingga kini masih mencari

solusi yang tepat untuk menangani hal tersebut. Transformasi TV Internet ini

merupakan solusi bagi GrabagTV dalam menyelesaikan simpang siur frekuensi

siaran. Agar tetap produksi dan memiliki wadah yang tetap. Maka TV Internet

GrabagTV yang dapat diakses melalui www.grabagtv.com menjadi labuhan

sementara TV Komunitas ini.

Upaya GrabagTV di ruang publik juga sama dengan upaya GrabagTV

menjadi TV Internet sebagai suatu inovasi. Inovasi agar tayangan GrabagTV tetap

dapat dinikmati warga serta warga terlibat aktif dalam produksinya. Fenomena ini

menarik karena tidak semua TV Komunitas dapat bertahan dan mau menciptakan

inovasi agar terus berproduksi. Upaya TV Komunitas kepada masyarakat Grabag

dalam peralihan menuju TV Internet agar menjadi inovasi yang bisa diterima terus

dilakukan. Berbagai upaya dilakukan agar konsep TV Internet dapat diadopsi oleh

masyarakat Grabag pada GrabagTV23.

22 Everett M. Rogers, Komunikasi dan Pembangunan: Perspektif Kritis, Yogyakarta: PKMBP,

2013, hlm.73. 23 Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan

Kampanye Komunikasi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, hlm. 33-35.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

28

TV Internet sebagai satu-satunya media yang dapat digunakan oleh

GrabagTV agar dapat terus bertahan tanpa harus melakukan perizinan KPID.

Penggunaan yang lebih mudah dan fleksibel bagi GrabagTV menjadikan TV

Internet lebih bisa dilakukan. Meski TV Internet masih belum dapat diakses oleh

semua kalangan warga Grabag. Namun hal ini tinggal menunggu waktu saja,

mengingat tingkat konsumsi warga akan kebutuhan informasi akan semakin

meningkat ke depannya. Saat ini yang dilakukan GrabagTV ialah memperluas

tingkat ‘pengetahuan’ atau memahamkan kepada warga Grabag mengenai TV

Internet.

TV komunitas tumbuh atas dasar kreatif warga masyarakatnya sendiri. Jika

TV Sekolah atau Kampus memiliki kurikulum atau panduan penyiaran, maka TV

komunitas warga merupakan hasil pengupayaan mandiri untuk melakukan kegiatan

produksi siaran24. Dampak TV Internet tidaklah secara signifikan merubah pola

konsumsi masyarakat terhadap TV mainstream. Namun demikian TV Internet

berpeluang menjadi media alternatif atas kebutuhan informasi yang tidak terdapat

dalam TV swasta Jakarta.

Transformasi yang dilakukan GrabagTV dari siaran Terestrial menuju

Televisi Internet merupakan sebuah difusi inovasi baik kepada publik maupun

pemerintah. GrabagTV sebagai Televisi Komunitas yang terus mempertahankan

komunitasnya, hingga beralih ke media internet. Keberalihan tersebut bisa jadi

menjadi dampak laten dari ruwetnya regulasi penyiaran yang tak kunjung jelas dan

memihak publik. Diawali dari pengesahan UU Penyiaran 32/2002, PP 51/2005

tentang Penyelenggaraan LPK, Permenkomunfo 32/2013 tentang pengadaan

penyiaran digital, hingga kasus pembatalan 33 permen terkait Televisi Digital oleh

Asosiasi Televisi Jaringan Indonesia (AJTI) kepada Menkominfo pada awal Maret

2015.

Permasalahan penyiaran nasional ini harus segera diselesaikan dengan

melibatkan pihak-pihak yang dirugikan. Peraturan mengenai LPK sudah

24 Ibid.hlm.91.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

29

seharusnya melibatkan Rakom dan TV Komunitas yang tersebar di seluruh

Indonesia. Namun yang terjadi, para pegiat LPK hanya bisa menunggu pasrah hasil

revisi UU yang saat ini tengah dikaji. Televisi Komunitas yang selalu teralienasi

dan menjadi ‘anak bawang’ di tengah hegemoni Televisi Swasta dan Televisi

Publik akan dipertanyakan eksitensinya pasca revisi UU Penyiaran keluar.

Penelitian ini berupaya untuk menelusuri hak-hak dan kewajiban TV Komunitas

sesuai dengan regulasi yang disahkan. Hal ini dilakukan agar TV Komunitas dapat

melihat peluang agar dapat terus bertahan. Seperti GrabagTV melihat TV Internet

sebagai peluang untuk dapat terus bersiaran. Oleh karena itu, TV Internet menjadi

peluang sebagai media alternatif TV Komunitas pada era modern kini.

Memanfaatkan teknologi informasi untuk memperjuangkan keadilan informasi.

G. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Pemilihan metode penelitian merupakan bagian penting dalam melakukan

penelitian. Metode ini sebagai dasar tindakan dan arahan baik dalam pengambilan

data maupun analisis saat di lapangan. Transformasi media yang dilakukan

GrabagTV dari siaran Terestrial menuju Televisi Internet merupakan proses yang

panjang. Dengan menelusuri kelahiran Televisi Komunitas berbasis warga hingga

bertransformasi menjadi Televisi Internet. Keterlibatan peneliti dalam penelitian ini

terbatas pada pengamatan partisipatif sehingga tidak merubah sifat GrabagTV

sebagai objek penelitian.

Mendeskripsikan kronologi fenomena GrabagTV sebagai Televisi

Komunitas yang telah menjadi Televisi Internet secara komprehensif. Kemudian

membahas dinamika yang terjadi di GrabagTV dalam melakukan literasi

masyarakat dan lokalitasnya. Dinamika ini dipengaruhi oleh berbagai aspek,

ketidakstabilan regulasi penyiaran dalam melindungi LPK. Serta hambatan

GrabagTV sebagai TV Komunitas yang berbasis sukarela. Maka metode Studi

Kasus menjadi relevan dalam melakukan penelitian ini. Agar dapat memenuhi

kebutuhan peneliti dalam menjawab pertanyaan “mengapa” dan atau “bagaimana”.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

30

Melalui teknik pengumpulan data yang telah ditentukan, metode Studi Kasus akan

membahas lebih dalam mengenai transformasi GrabagTV.

2. Lokasi Penelitian

GrabagTV merupakan TV Komunitas yang terletak di wilayah pedesaan

dan jauh dari perkotaan. Tepatnya di Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang

Jawa Tengah. Wilayah ini termasuk perbatasan antara Temanggung dan Magelang.

Jarak konturnya cukup dekat sehingga membentuk dataran yang tidak rata. Desa

Grabag sebagai area blankspot yang membentuk cekungan di tengah-tengah dataran

tinggi.

3. Unit Analisis

Unit analisis merupakan sasaran atau obyek yang diteliti di lapangan. Dalam

penelitian ini unit analisisnya yakni TV Komunitas GrabagTV. Kemudian lebih

difokuskan pada dinamika perubahannya dari siaran Terestrial menuju TV Internet.

Dalam dinamika TV Komunitas GrabagTV sendiri terdiri dari berbagai elemen,

seperti pemerintah terkait, publik, dan pegiat GrabagTV. Elemen-elemen tersebut

akan diturunkan menjadi narasumber dalam mengumpulkan data penelitian. Tiga

unit analisis yang telah ditentukan, yakni Pegiat GrabagTV, Publik dan Pemerintah,

nantinya akan memberikan data yang lebih spesifik dalam melakukan pembahasan.

Setiap elemen memiliki latarbelakang dalam melibatkan diri di GrabagTV.

Pendalaman data diperoleh berdasarkan hak dan kewajiban yang di emban oleh

pemerintah, publik, dan pegiat GrabagTV. Kemudian inovasi atau strategi yang

dilakukan GrabagTV untuk tetap bertahan sebagai TV Komunitas. Khususnya

dalam melakukan wawancara dan observasi. Dengan metode purposive sampling,

peneliti akan langsung menuju narasumber yang sesuai dengan kebutuhan serta

dapat melakukan observasi secara bersamaan.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

31

Dalam penulisan hasil penelitian ini berdasarkan dari kesesuaian data diantara

ketiga unit analisis tersebut. Seperti pada teknik analisis data, pengumpulan data

dari unit analisis yang diperoleh akan dirangkum dan dirangkai untuk membangun

sebuah eksplanasi yang baik. Eksplanasi yang menggambarkan dinamika

GrabagTV yang bertahan sebagai TV Komunitas menggunakan TV Internet.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian menjadi tahapan awal yang sangat penting.

Namun sebelumnya perlu dilakukan persiapan penelitian25. Terdapat tiga langkah

pengumpulan data, yakni :

a. Observasi

Dalam penelitian sudi kasus, observasi merupakan teknik pengumpulan data

yang lazim dilakukan. Menurut Bungin, observasi adalah metode pengumpulan

data yang digunakan untuk menghimpun dan penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan26. Observasi dapat dilakukan dengan melihat, mencium ataupun

mendengar. Hasil dari kegiatan observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa,

objek, kondisi ataupun perasaan seseorang. Melalui observasi peneliti bisa

mengamati secara langsung apa yang terjadi pada objek

Observasi dilakukan meliputi sistem produksi dan manajerialnya GrabagTV

di Desa Grabag, Kecamatan Magelang Jawa Tengah. Penelitian ini memerlukan

pengambilan data melalui pengamatan untuk mengetahui dinamika yang terjadi

kekinian sebagai dampak dari proses di masa lalu. Sebagai pengamat yang tidak

memiliki pengaruh atau kuasa pada objek penelitian, peneliti berupaya untuk

mencari tahu data-data yang berkaitan dengan latar belakang pendirian Televisi

Komunitas. Serta aktivitas yang terjadi pada kesehariannya. Perlu pengamatan atau

observasi langsung TV Komunitas GrabagTV yang berlokasi di Dusun Ponggol,

Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

25 Robert K. Yin, Case Study Research: Design and Methods, California: Sage Publication, Inc,

2012, hlm.133-158 26 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada Putra Grup, 2008, hlm.115.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

32

b. Wawancara

Pengambilan data melalui pengamatan saja tidak akan cukup. Perlunya

perspektif dan opini dari pihak-pihak terkait sangat membantu dalam pembahasan

nantinya. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan

informasi yang digali sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab27.

Terdapat dua jenis wawancara, yaitu: 1) wawancara mendalam (in-depth interview),

dimana peneliti menggali informasi secara mendalam kepada informan dan terlibat

langsung dengan kegiatan informan. Peneliti bertanya secara bebas kepada

informan tanpa adanya pedoman yang disiapkan sebelumnya. 2) wawancara terarat

(interview guide) dimana peneliti telah mempersiapkan wawancara sebelumnya

sehingga pertanyaan yang ditujukan kepada informan telah secara jelas dan terarah.

Calon narasumber atau informan sendiri dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling, yakni penentuan calon informan ditentukan

berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Dalam penelitian ini akan menggunakan

kedua jenis wawancara tersebut. Melakukan wawancara terarah kepada pihak-pihak

yang terlibat dalam dinamika berlangsungnya Televisi Komunitas GrabagTV.

Berdasarkan dari Kerangka Konsep yang telah terbentuk, memunculkan tiga entitas

yang diperlukan sebagai data, yakni :

1) Pemerintah.

Mengingat kecilnya peluang dan jaringan yang sedikit yang dimiliki peneliti

dalam akses ke dalam jajaran pemerintah. Wawancara dilakukan kepada pihak

Komisi Penyiaran Daerah Jawa Tengah yang berlokasi di Semarang, khususnya

pihak yang mengerti dan paham dengan kondisi Televisi Komunitas.

2) Televisi Komunitas

Pegiat GrabagTV terdiri dari lima pendiri utama. Agar lebih efektif,

wawancara akan dilakukan pada Ketua Dewan Pengawas GrabagTV dan beberapa

pegiat GrabagTV lainnya.

27 Djam’an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm.130.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

33

3) Publik

Warga Grabag sebagai khalayak utama GrabagTV berperan dalam

menentukan indikator keberhasilan GrabagTV. Televisi komunitas berbasis warga

yang memberikan informasi yang mengangkat lokalitas dan literasi warga.

Wawancara ini terfokus pada warga yang secara intens mengikuti siaran program

dari masa bersiaran Terestrial hingga Televisi Internet. Beserta tokoh masyarakat

setempat.

c. Dokumentasi

Dokumen dapat meliputi sumber tertulis dari literatur dan pengambilan foto

di lapangan. Teknik pengumpulan data ini akan dilakukan bersamaan dengan proses

pengamatan dan wawancara berlangsung. Baik dilakukan dengan dokumentasi

sendiri maupun memeroleh dari administrasi GrabagTV. Penyajian data

dokumentasi berupa foto, bagan, dan arsip GrabagTV.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan dipahami. Teknik analisis data dilakukan secara bertahap,

seperti berikut :

a. Deskripsi Kasus

Pasca pengumpulan data dilakukan analisis data dengan strategi umum yakni

mengembangkan deskripsi kasus. Memulai dengan pendeskripsian latar belakang

pendirian GrabagTV sebagai Televisi Komunitas berbasis warga. Serta dinamika

penyiaran yang bertransformasi media dari siaran Terestrial menuju Televisi

Internet. Merunut faktor regulasi dan LPK sebagai analisis utama pembahasan

penelitian ini. Kemudian mengidentifikasi keseluruhan pola kompleksitas tersebut

yang akhirnya dipergunakan dalam pengertian kausal untuk “menjelaskan”

mengapa suatu implementasi telah gagal28. Gagal disini dapat dimaksudkan dengan

28 Ibid. hlm.133-158

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

34

belum lancarnya proses difusi inovasi yang berlangsung. Implementasi gagal

Televisi Internet yang masih belum melakukan penetrasi secara maksimal kepada

warga Grabag dan sosialisasinya kepada pemerintah.

b. Reduksi data

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

menghilangkan, mengarahkan, dan membuang yang tidak perlu untuk topik

penelitian. Kemudian mengorganisasikan data terkait dengan rumusan masalah

hingga nantinya dapat dibahas lebih dalam sekaligus diverifikasi. Banyaknya

permasalahan yang dihadapi GrabagTV , penelitian ini mengkhususkan untuk

menarik data-data yang diperlukan dalam dinamika transformasi media dari siaran

terestrial menuju Televisi Internet.

c. Pembuatan Eksplanasi

Analisis yang lebih khusus yakni explanatory building atau pembuatan

eksplanasi. Menyusun deskripsi transformasi GrabagTV dengan mengulang data-

data yang telah terkumpul untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru. Verifikasi

data dilakukan dengan metode triangulasi data. Triangulasi data dilakukan untuk

menguji keabsahan data yang diambil agar sesuai dengan fakta lapangan. Jika

diperlukan eksplanasi yang dibentuk berdasar data yang diperoleh akan

memberikan gagasan-gagasan tambahan atau bahkan baru. Penelitian ini nantinya

agar dapat membangun eksplanasi mengenai proses transformasi GrabagTV dari

siaran Terestrial menuju Televisi Internet.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/86460/potongan/S1-2015... · Demokratisasi penyiaran merupakan bagian penting dalam menjalankan keadilan informasi

35