bab i pendahuluan a. latar belakang - umm

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era ini, data dan informasi merupakan komoditi utama yang dapat diperjual belikan yang dengan mudah dapat diakses oleh pengguna dan pelanggan. Semuanya itu membawa masyarakat kedalam suasana yang disebut oleh John Naisbitt, Nana Naisbitt dan Douglas Philips sebagai “Zona Mabuk Teknologi”. 1 Jejaring internet sebagai alat yang dipergunakan sebagai jaringan komunikasi diseluruh penjuru dunia dimana jaringan telekomunikasi dapat dijangkau. Penggunaan jejaring internet di era globalisasi saat ini, merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting. Gaya hidup going mobile ini, dimana orang dapat melakukan jual beli secara praktis dan nyaman tanpa harus melakukan transaksi secara langsung kepada produsen. Kegiatan perdagangan dengan memanfaatkan media internet ini dikenal dengan istilah electronic commerce, atau disingkat e-commerce. 2 Menurut data yang dirilis oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) jumlah pengguna internet di Indonesia tumbuh 10,12 persen. Dari total jumlah populasi penduduk yang ada di indonesia sebanyak 264 juta jiwa, ada sebanyak 171,17 atau sekitar 64,8% masyarakat indonesia sudah terhubung dengan internet. APJII juga merilis survei yang melibatkan 5.900 sampel dengan margin of error 1,28 persen. Data lapangan ini diambil 1 John Naisbitt, Nana Naisbitt dan Douglas Philips, High Tech, High Touch, 2001, Pencarian Makna ditengah Perkembangan Pesat Teknologi, Mizan, Bandung, hal 23-24 2 Ahmad M. Ramli,2004, Cyber Law Dan HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia,Bandung,: Refika Aditama, Hal. 1.

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era ini, data dan informasi merupakan komoditi utama yang dapat

diperjual belikan yang dengan mudah dapat diakses oleh pengguna dan

pelanggan. Semuanya itu membawa masyarakat kedalam suasana yang

disebut oleh John Naisbitt, Nana Naisbitt dan Douglas Philips sebagai

“Zona Mabuk Teknologi”.1 Jejaring internet sebagai alat yang dipergunakan

sebagai jaringan komunikasi diseluruh penjuru dunia dimana jaringan

telekomunikasi dapat dijangkau.

Penggunaan jejaring internet di era globalisasi saat ini, merupakan

suatu kebutuhan yang sangat penting. Gaya hidup going mobile ini, dimana

orang dapat melakukan jual beli secara praktis dan nyaman tanpa harus

melakukan transaksi secara langsung kepada produsen. Kegiatan

perdagangan dengan memanfaatkan media internet ini dikenal dengan

istilah electronic commerce, atau disingkat e-commerce.2

Menurut data yang dirilis oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia) jumlah pengguna internet di Indonesia tumbuh 10,12

persen. Dari total jumlah populasi penduduk yang ada di indonesia sebanyak

264 juta jiwa, ada sebanyak 171,17 atau sekitar 64,8% masyarakat indonesia

sudah terhubung dengan internet. APJII juga merilis survei yang melibatkan

5.900 sampel dengan margin of error 1,28 persen. Data lapangan ini diambil

1 John Naisbitt, Nana Naisbitt dan Douglas Philips, High Tech, High Touch, 2001, Pencarian

Makna ditengah Perkembangan Pesat Teknologi, Mizan, Bandung, hal 23-24 2 Ahmad M. Ramli,2004, Cyber Law Dan HAKI Dalam Sistem Hukum Indonesia,Bandung,:

Refika Aditama, Hal. 1.

2

selama periode Maret hingga 14 April 2019. Angka ini meningkat dari tahun

2017 dimana penetrasi pengguna internet tercatat sebanyak 54,86%.

Kontribusi terbesar pengguna jaringan internet terdapat di pulai jawa yang

mencapai 55% dari total keseluruhan dan pulau Sumatra berada di posisi ke

dua dengan menyumbang sebesar 21%. Dari seluruh pengguna internet di

Indonesia, diketahui mayoritas yang mengakses dunia maya adalah

masyarakat dengan rentang usia 15 hingga 19 tahun.3

Manfaat bagi pemasar dan konsumen dalam pemasaran online yaitu

dapat lebih mudah dalam memasarkan produknya. Pemasar dapat

mengunggah gambar produknya pada online dan juga pada media sosial

lainya seperti Facebook, Twitter, BBM, Instagram, Line, Shopee,

Bukalapak, Tokopedia, Lazada, Zalora, sehingga pengaplikasiannya

menjadi sangat praktis. Manfaat lainnya bagi pemasar adalah dapat lebih

hemat biaya untuk iklan, mudah mengetahui respon dari konsumen yang

berminat membeli produk tersebut, dan merupakan media sosial yang

banyak digunakan saat ini oleh semua kalangan sehingga sangat dekat

dengan konsumen dan menjadi pilihan dari keputusan pembelian oleh

konsumen untuk berbelanja online.

Pemanfaatan teknologi tersebut telah mendorong pertumbuhan

bisnis yang pesat, karena berbagai informasi telah dapat disajikan dengan

canggih dan mudah diperoleh, dan melalui hubungan jarak jauh dengan

memanfaatkan teknologi telekomunikasi dapat digunakan untuk bahan

3 Yudha Pratomo,2019, APJII : Jumlah Pengguna Internet Di Indonesia Tembus 171 Juta Jiwa,

https://tekno.kompas.com/ Di akses pada 13 Juli 2020

3

melakukan langkah bisnis selanjutnya.4 Umumnya suatu masyarakat yang

mengalami perubahan akibat kemajuan teknologi, banyak melahirkan

masalah-masalah sosial. Hal itu terjadi karena kondisi masyarakat itu

sendiri yang belum siap menerima perubahan atau dapat pula karena nilai-

nilai masyarakat yang telah berubah dalam menilai kondisi lama sebagai

kondisi yang tidak lagi dapat diterima.5 Salah satu hasil kemajuan teknologi

yaitu penggunaan internet. Peran internet sangat penting bagi masyarakat.

Melalui internet kita dapat mengetahui berbagai hal, mulai dari media

sosial, aplikasi, berita, gaya hidup, bahkan kita dapat melakukan kegiatan

berbelanja yang dalam istilah internet sering disebut online shop.

Perkembangan teknologi, dapat menimbulkan dampak positif dan

dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan karena

perkembangan teknologi yaitu munculnya ancaman kejahatan-kejahatan

yang modern. Kejahatan terus berkembang seiring dengan perkembangan

peradaban manusia, dengan kualitas dan kuantitasnya kompleks dengan

variasi modus operandinya.6 Melalui media internet beberapa jenis tindak

pidana semakin mudah untuk dilakukan seperti, tindak pidana pencemaran

nama baik, pornografi, perjudian, penipuan, pembobolan rekening,

perusakan jaringan cyber (hacking), penyerangan melalui virus (virus at-

tack) dan sebagainya.7 Di Indonesia sendiri pada tahun 2019 kasus cyber

4 Niniek Suparni, 2009, Cyberspace: Problematika dan Antisipasi Pengaturannya, Sinar Grafika,

Jakarta, hlm 1. 5 Dikdik M. Arief Mansur, 2005, Cyber Law-Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama,

Bandung, hlm 5. 6 H. Abdul Wahid, Mohammad Labib, 2005, Kejahatan Mayantara, Refika Aditama, Bandung,

hlm 36. 7 Dikdik M. Arief Mansur, Op. Cit, hlm 5.

4

ada 4.586 laporan dimana 1.617 di antaranya adalah Tindak Pidana

Penipuan online. Kasus kejahatan cyber khususnya penipuan online terjadi

di berbagai platform seperti instagram : 534 Laporan kasus, whatsapp : 413

laporan kasus facebook : 304 laporan kasus.8

Kejahatan yang ditimbulkan oleh perkembangan dan kemajuan

teknologi informasi dan telekomunikasi adalah kejahatan yang berkaitan

dengan aplikasi internet, atau dalam istilah asing sering disebut cybercrime.

Sehingga menurut Pasal 28D Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas pengakuan,

jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang

sama di hadapan hukum”. Oleh karena itu negara menjamin

keberlangsungan hak dan kewajiban setiap warga negara Indonesia untuk

terwujudnya kepastian hukum. Berbicara mengenai hukum selalu berkaitan

dengan masalah penegakan hukum dalam pengertian luas yang juga

merupakan penegakan keadilan.9

Contoh kasus penipuan online banyak terjadi di kalangan

masyarakat indonesia, seperti contoh kasus ini :

Di Mojokerto, Jawa Timur, dua mahasiswi jadi korbannya. Yakni,

Nurul Fatmawati dan Nurjanna. Mereka merugi hingga jutaan rupiah,

karena masker yang dipesannya melalui sebuah akun instagram, tak

kunjung tiba. Rencananya mereka memesan masker yang sudah di pesan ke

pihak penjual ingin mereka jual kembali. Karena pada tragedi pandemi

8 Siber Polri, 2019, Statistik Jumlah Laporan Polisi yang dibuat masyarakat, https:// patrolisiber.id/

Di akses pada 13 Juli 2020 9 Bambang Purnomo, 1998, Pola Dasar Teori Asas Umum Hukum Acara Pidana, Liberty,

Yogyakarta, hlm 88.

5

global ini banyak orang yang mencari masker untuk menghindari

tertularnya virus COVID-19. Namun, mewabahnya virus COVID-19 ini

banyak dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Nurul

Fatma dan Nurjannah melihat peluang bahwa mereka dapat menjual

kembali masker yang di beli di media sosial instagram yang di jual oleh

pihak produsen dengan harga yang cukup terjangkau. Namun, masker yang

sudah mereka pesan itu belum juga sampai yang berimbas kepada mereka

berdua yang rugi hampir jutaan rupiah. Mereka berdua percaya dengan akun

abal-abal itu, sebab memiliki pengikut puluhan ribu orang, dan masker yang

ditawarkan murah. Berikut diberitakan pada Fokus, 31 Maret 2020. Tak

ingin kehilangan kesempatan, kedua korban langsung mentransfer uang

sesuai harga masker, yang akan dijual lagi. Meski sempat dikirimkan nomor

resi pengiriman barang oleh pelaku, kedua korban sadar menjadi korban

penipuan, setelah barang tak kunjung diterima dan nomor ponsel mereka

diblokir pemilik akun. Kedua korban telah melaporkannya ke polisi. Hingga

saat ini, pihak Satuan Reserse Kriminal Polres Mojokerto masih terus

melakukan penyelidikan. Dihimbau bagi warga untuk berhati-hati saat

bertransaksi online dan segera melapor ke polisi. Lantaran banyak orang

yang sengaja mengambil kesempatan untuk meraup keuntungan di tengah

pandemi COVID-19.10

Adapun kasus penipuan online yang terjadi di Kabupaten Malang.

Korbanya bernama Resti Utami, mahasiswi yang tinggal di Jl Untung

Suropati Kecamatan Pagelaran ini tertipu di media sosial instagram. Saat

10 Didi N, 2020, Mahasiswi di Mojokerto Jadi Korban Penipuan Penjualan Masker Online,

https://surabaya.liputan6.com/ Di akses pada 13 Juli 2020

6

itu ia melihat barang yang sedang dicarinya untuk keperluan pribadi di jual

di instagram. Ia melihat kamera merek Nikon D500 yang ditawarkan

dengan harga yang cukup murah seharga Rp. 3.500.000 (Tiga Juta Lima

Ratus Ribu Rupiah). Resti pun tertarik untuk membelinya dan langsung

menghubungi pemasang iklan melalui pesan singkat. Setelah menghubungi

pemilik akun instagram yang menjual barang mereka berdua sepakat

dengan harga yang sudah di tawarkan yaitu sebesar Rp 3.500.000 (tiga juta

lima ratus ribu rupiah). Hari itu juga Resti berangkat menuju ATM BRI di

Indomaret dan melakukan pengiriman uang senilai harga yang sudah

disepakati. Setelah mengirim uang kepada pemasang iklan atas nama Darul

Dewayanto. Resti pun menunggu untuk diberi kabar selanjutnya oleh

pengirim barang, akan tetapi barang tak kunjung juga datang ke rumahnya.

Korbanpun sempat menghubingi kontak pemasang iklan tetapi sudah tidak

aktif. Habis sudah kesabaran korban sehingga ia melaporkan kejadian ini

kepada polres kota malang. Kasubbag Humas Polres Kota Malang

menjelaskan bahwa kasus penipuan online itu masih dalam penanganan unit

Reskrim Polres Kota Malang, pihaknya menghimbau warga kota malang

agar tidak percaya dengan tawaran iklan menggunakan media sosial terlebih

yang akunnya tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya.11

Tidak mudah bagi aparat kepolisian dalam mengungkap Tindak

Pidana Penipuan khususnya di dalam teknologi informasi. Di dalam Pasal

378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) berbunyi “Barang

11 Sany Eka Putri, 2016, Mahasiswa Kabupaten Malang Tertipu Jual-Beli Online di Instagram, Kalian Harus Waspada Ker!, https://Suryamalang.tribunnews.com/ Di akses pada 18 Juli 2020

7

siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain

secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,

dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang

lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi

hutang rnaupun menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan

pidana penjara paling lama empat tahun”.

Penanganan cybercrime melalui hukum pidana (penal policy) di

Indonesia dilakukan dengan menerapkan ketentuan Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) dan ketentuan Undang-undang pidana di luar

KUHP sebagai dasar hukum.12 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak secara tegas mengatur

ketentuan pidana bagi pelaku penipuan lewat internet. 28 ayat 1 juncto pasal

45A ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016

tentang perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi: “Setiap Orang dengan

sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang

mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik dipidana

dengan pidana penjara enam tahun dan denda paling banyak

Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah)”.

Dalam upaya penanggulangan dan penanganan kejahatan teknologi

informasi Kepolisian Negara Republik Indonesia telah mengupayakan

berbagai cara, seperti melaksanakan penyelidikan dan penyelidikan

12 Widodo, 2009, Sistem Pemidanaan Dalam Cyber Crime, Laksbang Mediatama, Yogyakarta, hlm

34.

8

terhadap kegiatan yang berhubungan dengan teknologi informasi, teknologi

computer, teknologi komunikasi, teknologi elektronika, dan teknologi

penyiaran. Unit yang menangani secara khusus tindak pidana teknologi

informasi ialah Badan Reserse Kriminal (BARESKRIM) MABES POLRI

melalui Direkioral II Ekonomi dan Khusus Unit V IT dan cybercrime dan

juga unit penanggulangan cybercrime dibeberapa Kepolisian Daerah

(Polda).

Penipuan yang dilakukan secara online atau elektronik jelas

merupakan hal yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain, dan

dilarang dalam udang-undang. Di dalam pasal 4 ayat 1 Undang-undang

Perlindungan Konsumen tentang Hak dan Kewajiban Konsumen berbunyi

“hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa”. Di dalam pasal tersebut kenyamanan dan keamanan

bagi konsumen dalam jual beli onlne sudah di lindungi oleh hukum. Peran

serta masyarakat sangat penting dalam upaya mengungkap kejahatan

penipuan online. Dengan adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara

masyarakat dan aparat penegak hukum akan mempermudah kepolisian

dalam mengungkap kejahatan penipuan online shop.

Berdasarkan uraian diatas permasalahan pada latar belakang dan

beberapa alasan tersebut diatas, maka mendorong penulis untuk melakukan

penelitian terhadap kasua penipuan online yg terjadi di Instagram,

dikrenakan dalam kasus tersebut faktor terjadinya penipuan merugikan

masyarakat dan masih banyak terjadi hingga saat ini, sehingga banyak

konsumen yang dirugikan. Saat ini kasus tersebut ditangani oleh Pihak

9

Kepolisian, sehingga fokus penelitian ini akan dilakukan untuk mengetahui

bagaimana penanganan Penegak Hukum dalam menyelesaikan penipuan

online tsb. Dalam penulisan hukum ini penulis memberikan suatu

pengetahuan akan suatu hal kepada masyarakat yang patut diangkat menjadi

suatu penilitian permasalahan yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS

PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM

JUAL BELI ONLINE MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM

(STUDI KASUS DI POLDA JAWA TIMUR)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah upaya penegakan hukum terhadap Tindak Pidana

Penipuan dalam jual beli online melalui media sosial instagram di

wilayah hukum Polda Jawa Timur ?

2. Apa faktor kendala penegakan hukum terhadap Tindak Pidana Penipuan

dalam jual beli online melalui media sosial instagram di wilayah hukum

Polda Jawa Timur ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam melakukan kegiatan penulisan ini, saya mempunyai tujuan penulisan

yang hendak dicapai, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui upaya penegakan hukum terhadap Tindak Pidana

Penipuan dalam jual beli online melalui media sosial instagram di

wilayah hukum Polda Jawa Timur.

2. Untuk menghetahui kendala penegakan hukum terhadap Tindak Pidana

Penipuan dalam jual beli online melalui media sosial instagram di

wilayah hukum Polda Jawa Timur.

10

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis

1. Secara Teoritis

Dapat memberikan informasi yang bermanfaat mengenai penipuan

dalam jual beli online melalui media sosial instagram di wilayah hukum

Polda Jawa Timur. dan perlu dilakukan penelitian lanjutan.

2. Secara Praktis

Bagi masyarakat memberi kesadaran untuk lebih berhati-hati dan

waspada dalam menggunakan jejaring sosial khususnya untuk jual beli

online melalui media sosial instagram.

E. Kegunaan Penelitian

Dalam hal ini penulis mengemukakan beberapa kegunaan dengan

penjelasan sebagai berikut :

1. Penulis

Diharapkan dapat memperluas wacana keilmuan mahasiswa sebagai

civitas akademika.

2. Masyarakat

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan wawasan bagi

masyarakat karena Tindak pidana penipuan dalam jual beli online

banyak terjadi di masyarakat umum.

3. Penegak Hukum

Untuk memberikan informasi yang dapat membantu aparat penegak

hukum khususnya Polisi dalam menanggulangi Tindak Pidana

Penipuan dalam jual beli online di masyarakat dan sebagai himbauan

11

serta tambahan semangat yang dapat meningkatkan kualitas para

penegak hukum agar dapat melaksanakan tugas sesuai dengan

wewenangnya.

F. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan

yuridis sosiologis, pendekatan yuridis sosiologis yaitu mencermati hukum

yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dengan dikaitkan dengan teori hukum dan dengan melihat

kenyataan (das sollen) yang ada dalam masyarakat.13 Yuridis dalam

penelitian ini berdasarkan ketentuan perundang-undangan antara lain pasal

378 KUHP, Pasal 35 UU ITE, pasal 45 Undang-undang Perlindungan

Konsumen dan berkaitan dengan teori-teori hukum, serta melihat kenyataan

yang terjadi di masyarakat. Sedangkan sosiologis dalam penelitian ini yaitu

penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terhadap

tindak pidana penipuan dalam jual beli online melalui media sosial

instagram di wilayah hukum Polda Jawa Timur.

2. Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di wilayah hukum Polda Jawa Timur

yang beralamat di jalan Jenderal Ahmad Yani No. 116, Jl., Gayungan, Kec.

Wonocolo, Kota SBY, Jawa Timur 60231. Penulis mengambil lokasi

penelitian di Polda Jawa Timur karena banyaknya kasus dan juga laporan

13 Sidiq Sunaryo, Pedoman Penulisan Hukum, Fakultas Hukum umm, 2012. hlm. 18.

12

yang masuk mengenai Penipuan dalam jual beli online di Polda Jawa Timur.

Di Polda Jatim saat ini juga tengah menangani kasus Penipuan jual beli

online melalui media sosial instagram.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder sebagai

berikut :

a. Data Primer yaitu jenis data yang diperoleh dari sumber informasi yang

utama. Data yang diperoleh secara langsung dari tempat penelitian

dapat berupa hasil wawancara, observasi, ataupun dokumentasi

mengenai pelaksanaan Penegakan Hukum terhadap tindak pidana

penipuan dalam jual beli online melalui media sosial instagram di

wilayah hukum Polda Jawa Timur. Penulis melakukan wawancara

dengan Kompol Kurniawan Wulandono, S.H.,M.H di bagian

Cybercrime Polda Jawa Timur.

b. Data sekunder yaitu data yang di peroleh melalui literatur hukum,

perundang undangan, buku-buku, sumber data dapat berupa dokumen-

dokumen resmi dan sumber tertulis lainnya yang ada hubungannya

dengan objek penelitian yaitu terkait Tindak Pidana online. Data

sekunder ini meliputi :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 378 Tentang Penipuan

3) Undang-Undang No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

4) Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

13

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Penulis melakukan pengumpulan data dengan wawancara, yaitu

mengadakan tanya jawab dengan narasumber yang meliputi aparat

penegak hukum (Polda Jawa Timur) dengan permasalahan yang akan

penulis teliti untuk memperoleh data primer. Metode wawancara yang

akan dilakukan dengan menggunakan metode terpimpin yaitu dengan

menggunakan pedoman daftar pertanyaan yang telah disusun oleh

penulis sehubungan dengan masalah yang akan penulis teliti. Peneliti

mewawancarai narasumber Kompol Kurniawan Wulandono, S.H.,M.H

di bagian Kanit II SUBDIT V SIBER Polda Jawa Timur.

b. Observasi

Penulis melakukan teknik pengumpulan data observasi dimana

penulis memilih lokasi di Polda Jawa Timur yang dilakukan dengan

cara pengamatan data di tingkat penyelidikan dan penyidikan untuk

permasalahan yang akan penulis teliti. Obeservasi dilakukan di Polda

Jawa Timur.

c. Studi kepustakaan

Metode pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan studi

kepustakaan guna memperoleh bahan hukum sekunder dengan cara

mempelajari berbagai peraturan perundang-undangan, putusan

pengadilan, buku-buku, dan berbagai informasi mengenai objek

penelitian yang diperoleh baik dari media elektronik maupun media

cetak terutama mengenai penipuan dalam jual beli online.

14

5. Teknik Analisa Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah deskripstif

kualitatif dengan alur berpikir deduktif, yaitu dimulai dari peraturan

hukumnya kemudian dibawa kedalam permasalahan yang sebenarnya.

Deskriptif adalah menganalisis data dengan cara memaparkan secara

terperinci dan tepat tentang suatu fenomena tertentu terkait dengan

Penipuan dalam Jual Beli online Melalui media sosial instagram di wilayah

hukum Polda Jawa Timur. Sedangkan kualitatif adalah menganalisis

pemaparan hasil-hasil penulisan yang sudah disistematiskan tersebut

dengan cara yang didapat dari teori-teori hukum positif untuk dapat

menjelaskan permasalahan penelitian hukum ini dalam bentuk kalimat yang

mudah dimengerti, logis dan bersifat ilmiah.

G. Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan hukum yang ada dalam penelitian ini, dibagi 4

(empat) bab, yang mana akan dibagi menjadi sub bab didalam bab tersebut

dengan sistematika yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan latar belakang yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diangkat oleh peneliti, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat dan kegunaan penelitian, metode penelitian serta

sistematika penulisan dari penelitian, sehingga dapat memudahkan para

pembaca dalam memahami penelitian ini.

15

BAB II : KERANGKA TEORI

Pada bab ini menguraikan definisi dan teori-teori yang berkaitan dengan

tema utama dari penelitian yang dilakukan. Teori-teori dalam Kerangka Teori

digunakan sebagai landasan pemecahan masalah mengenai Penegakan Hukum

Terhadap Tindak Pidana Penipuan dalam Jual Beli online melalui Media Sosial

Instagram di wilayah hukum Polda Jawa Timur.

BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis memaparkan, menguraikan, dan menganalisa terkait

dengan permasalahan yang diteliti yaitu Penegakan Hukum Terhadap Tindak

Pidana Penipuan dalam Jual Beli online melalui Media Sosial Instagram di

wilayah hukum Polda Jawa Timur.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini adalah bab akhir yang berisi kesimpulan dan saran dari

penelitian. Kesimpulan pada bagian ini menjadi kesimpulan akhir yang berisi

pemikiran, pendapat dan solusi atas penelitian yang dilakukan. Saran dan hasil

penulisan ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca.