bab i pendahuluan a. latar belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan...

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip yang mendasari Peninjauan Kembali yakni prinsip keadilan, kemanfaan, kepastian dan putusan Mahkamah Konstitusi dengan prinsip ne bis in idem, speedy administration of justice dan lites finiri opertet haruslah sejalan dan tidak saling membatasi. 1 Upaya hukum Peninjauan Kembali (selanjutnya disingkat PK) pada prinsipnya merupakan upaya hukum luar biasa (extraordinary remedy) terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap ( inkracht van gewijsde). Upaya hukum PK bertujuan untuk memberikan keadilan hukum dan bisa diajukan oleh pihak yang berperkara baik untuk perkara pidana maupun perkara perdata. Peninjauan Kembali (PK) merupakan hak 1 Imam Nasima,“Meninjau Kembali Aturan Peninjauan Kembali Perkara Perdata (Bagian 2)”, www.hukumonline.com, diakses pada tanggal 22 Januari 2016.

Upload: others

Post on 01-Oct-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip yang mendasari Peninjauan Kembali yakni

prinsip keadilan, kemanfaan, kepastian dan putusan

Mahkamah Konstitusi dengan prinsip ne bis in idem,

speedy administration of justice dan lites finiri opertet

haruslah sejalan dan tidak saling membatasi.1

Upaya hukum Peninjauan Kembali (selanjutnya

disingkat PK) pada prinsipnya merupakan upaya hukum

luar biasa (extraordinary remedy) terhadap putusan

pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht

van gewijsde). Upaya hukum PK bertujuan untuk

memberikan keadilan hukum dan bisa diajukan oleh pihak

yang berperkara baik untuk perkara pidana maupun perkara

perdata. Peninjauan Kembali (PK) merupakan hak

1 Imam Nasima,“Meninjau Kembali Aturan Peninjauan Kembali Perkara

Perdata (Bagian 2)”, www.hukumonline.com, diakses pada tanggal 22 Januari

2016.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

terpidana selama menjalani masa pidana di dalam lembaga

kemasyarakatan.2

Adapun pembatasan pengajuan PK yang diatur

dalam Pasal 268 ayat (3) KUHAP dimana PK hanya dapat

dilakukan hanya satu kali merupakan wujud dari prinsip

kepastian hukum (lites finiri opertet). Namun terhadap

peraturan PK tersebut, apabila kita cermati maka akan

dirasa prinsip kepastian hukum mengesampingkan prinsip

keadilan, sehingga prinsip keadilan dan kepastian hukum

tentunya akan saling berbenturan dan rasa keadilan bagi

terpidana belum dapat tercapai.3

Peninjauan Kembali (PK) merupakan tugas

Mahkamah Agung yang terdapat dalam Pasal 28 ayat (1)

huruf c Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 Tentang

Mahkamah Agung, sebagaimana telah diubah terakhir

kalinya dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009

2 Shanti Dwi Kartika, “Peninjauan Kembali Labih Dari Satu Kali Antara

Keadilan Dan Kepastian Hukum”, Buletin Info Hukum Singkat Pusat

Pengkajian, Pengelolaan Data dan Informasi (P3DI) Sekertariat Jendral DPR

RI, Vol. VI NO. 06/II/P3DI/Maret/2014, hal.3. 3 H. Parman Soeparman, “Pengaturan Hak Mengajukan Upaya Hukum

Peninjauan Kembali Dalam Perkara Pidana Bagi Korban Kejahatan”, Reflika

Aditama, Bandung, 2009,hal. 8

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Perubahan Kedua Atas undang-undang No. 14 Tahun 1985

Tentang Mahkamah Agung yang berbunyi:

“Mahkamah Agung bertugas dan

berwenang memeriksa dan memutus

permohonan Peninjauan Kembali putusan

pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.”

PK hanya bisa dilakukan satu kali sebagai unsur

untuk melahirkan hukum yang bersifat final.

Dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah

Konstitusi, pengujian Undang-Undang terhadap Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dapat dilakukan sepanjang Undang-Undang tersebut

bertentangan dengan UUD 1945. Dalam Pasal 7 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan juga menyebutkan secara hierarki

kedudukan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Indonesia Tahun 1945 adalah lebih tinggi dari Undang-

Undang.4

Jadi, setiap ketentuan Undang-Undang tidak boleh

bertentangan dengan UUD 1945 (constitutie is de hoogste

wet). Jika terdapat ketentuan dalam Undang-Undang yang

bertentangan dengan UUD 1945, maka ketentuan tersebut

dapat dimohonkan untuk diuji melalui mekanisme

pengujian Undang-Undang (judicial review).5

Ada dua alasan penting secara doktriner yang tidak

dapat ditinggalkan dalam pembahasan mengenai PK, yakni

dimuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP), yakni conflict van rechtspraak dan novum.6 Hal

yang pertama ialah terdapatnya putusan-putusan yang

berlainan dengan keadaan yang dinyatakan terbukti. Hal

yang kedua ialah adanya suatu keadaan baru yang

menimbulkan dugaan kuat bahwa jika diketahui keadaan

itu, pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan

berupa putusan bebas atau putusan lepas dari tuntutan

4 Ibid 5 Ibid. hal 9 6 Lihat ketentuan Pasal 263 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima,

dan juga terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana

yang lebih ringan.7

Adapun dalam kasus pidana Antasari Azhar yang

berkaitan dengan PK, yakni bermula ketika diajukan

dimuka persidangan Pengadilan Negeri Jakarta. Dalam

persidangan yang di Ketuai oleh Hakim Herry Swantoro

tersebut, Antasari dianggap terbukti oleh Majelis Hakim,

bekerja sama dengan pengusaha Sigit Haryo Wibisono

untuk melakukan tindakan pembunuhan terhadap Nasrudin

Zulkarnaen yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur

PT Rajawali Putra Banjaran. Dalam Putusan tersebut,

Antasari Azhar menolak semua tuduhan termasuk

perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan

tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa

dengan hukuman mati yang pada akhirnya oleh PN Jakarta

Selatan divonis penjara selama 18 tahun.8

7 Oemar Seno Adji, “Herziening Gantirung Suap Perkembangan Delik”,

Erlangga Jakarta, 1981, hal. 38-39. 8 Lihat http://www.kompasiana.com/andiansyori/tangisan-antasari-azhar-

keadilan-tidak-dapat-dibatasi-dengan-waktu_12:14 WIB tgl 27 Oktober 2015.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Statusnya sebagai tersangka membuat Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 4 Mei 2009

memberhentikan dari jabatannya sebagai ketua KPK.9 Pada

sidangnya yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan Tanggal 11 Februari 2010, Majelis Hakim Herry

Swantoro menyatakan, semua unsur telah terpenuhi antara

lain, unsur barang siapa, turut melakukan, dengan sengaja,

direncanakan, dan hilangnya nyawa orang lain. Majelis

hakim menyatakan perbuatan terdakwa sudah memenuhi

unsur Pasal 55 KUHP, sehingga majelis hakim tidak

sependapat dengan pledoi terdakwa dan kuasa hukumnya.

Di tingkat banding, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta justru

memperkuat hukuman yang dijatuhkan PN Jakarta

Selatan.10

Antasari Azhar kemudian mengajukan upaya

hukum kasasi namun di tolak oleh Mahkamah Agung.

Tidak berhenti sampai disitu, untuk mencari keadilan,

Antasari Azhar melakukan upaya hukum PK dengan

9 Ibid 10 Ibid

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

membawa tiga bukti baru dan 48 alasan kekhilafan hakim

yang menjadi dasar mengajukan PK. Namun, PK tersebut

juga ditolak oleh Mahkamah Agung.11

Dalam isi permohonan yang diajukan oleh Antasari

Azhar ke Mahkamah Konstitusi, bahwa di Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan Nomor

1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel, telah diputus pada tanggal 11

Februari 2010, putusan tersebut telah memiliki kekuatan

hukum tetap (inkracht van gewijsde) dengan putusan

Mahkamah Agung Nomor 1429K/Pid/2010 tanggal 21

September 2010; Bahwa terhadap putusan Mahkamah

Agung Nomor 1429K/Pid/2010 tanggal 21 September

2010, Pemohon I mengajukan upaya hukum luar biasa

berupa Peninjauan Kembali dan diputus oleh Mahkamah

Agung Nomor. 117/PK/Pid/2011 tanggal 13 Februari 2012.

Permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh

Antasari Azhar tersebut ditolak oleh Mahkamah Agung

dengan dasar pertimbangan bahwa alasan-alasan tentang

bukti baru (novum) dan kekeliruan nyata yang dilakukan

11 Ibid

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

oleh hakim dalam memutus perkara yang dikemukakan

oleh Antasari Azhar tersebut tidak dapat dibenarkan,

karena putusan Judex Juris yang menguatkan putusan

Judex Facti tidak terdapat kekeliruan nyata. Penolakan

peninjauan kembali tersebut termuat di dalam Putusan

Mahkamah Agung Nomor 117 PK/PID/2011 yang amar

putusannya sebagai berikut:

1. Menolak permohonan peninjauan kembali

dari Pemohon Peninjauan

Kembali/Terpidana: Antasari Azhar S.H.,

M.H;

2. Menetapkan bahwa putusan yang

dimohonkan peninjauan kembali tersebut

tetap berlaku;

3. Membebankan Pemohon peninjauan

kembali/Terpidana untuk membayar biaya

perkara dalam tingkat peninjauan kembali

sebesar Rp. 2.500,- (duaribu lima ratus

rupiah).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Bahwa karena telah mengajukan upaya hukum

Peninjauan Kembali, maka berdasarkan Pasal 268 ayat (3)

Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP,

Pemohon tidak memiliki upaya hukum lain untuk

membersihkan namanya, jika suatu saat terdapat bukti

baru, yang memberikan putusan yang berbeda dengan

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor

1532/Pid.B/2009/PN.Jkt.Sel tertanggal 11 Februari 2010 jo

putusan Mahkamah Agung Nomor 1429K/Pid/2010

tanggal 21 September 2010.12

Tidak puas dengan hal tersebut diatas, Antasari

Azhar kemudian menggugat KUHAP melalui judicial

review ke Mahkamah Konstitusi. Kemudian Pada 8 Maret

2013 Antasari Azhar mengajukan permohonan ke

Mahkamah Konstitusi untuk melakukan judicial review

atas Pasal 268 ayat (3) undang-undang No. 8 Tahun 1981

Tentang KUHAP yang berbunyi :

“Permintaan Peninjauan Kembali atas

suatu putusan hanya dapat dilakukan satu kali

saja”

12 Lihat putusan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013 Tentang

Peninjauan Kembali Berulang Kali.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Permohonan judicial review tersebut diajukan oleh

Antasari Azhar, Ida Laksmiwaty, dan Ajeng Oktarifka

Antasariputri.

Batu uji yang digunakan dalam permohonan ini

adalah Pasal 1 ayat (3), Pasal 24 ayat (1), Pasal 28C ayat

(1), dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945. Dalam permohonan

ini Para Pemohon meminta Mahkamah Konstitusi untuk

memutuskan tiga hal yaitu:

1. Menyatakan Pasal 268 ayat (3) KUHAP

berbunyi: “Permintaan Peninjauan Kembali

atas suatu putusan hanya dapat dilakukan satu

kali saja” bertentangan dengan UUD 1945 jika

dimaknai tidak dikecualikan terhadap alasan

ditemukannya keadaan baru (novum);

2. Menyatakan Pasal 268 ayat (3) KUHAP

berbunyi: “Permintaan Peninjauan Kembali atas

suatu putusan hanya dapat dilakukan satu

kali saja” tidak mempunyai kekuatan hukum yang

mengikat jika dimaknai tidak dikecualikan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

terhadap alasan ditemukannya keadaan baru

(novum);

3. Menyatakan Pasal 268 ayat (3) KUHAP,

selengkapnya berbunyi: “Permintaan Peninjauan

Kembali atas suatu putusan hanya dapat

dilakukan satu kali saja, kecuali terhadap alasan

ditemukannya keadaan baru (novum) dapat

diajukan lebih dari sekali ”.

Terhadap permohonan tersebut, Mahkamah

Konstitusi kemudian mengabulkan permohonan Para

Pemohon dengan amar:

Mengabulkan permohonan para Pemohon:

1. Pasal 268 ayat (3) KUHAP bertentangan dengan

UUD 1945;

2. Pasal 268 ayat (3) KUHAP tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat.

Pasal 268 ayat (3) Undang-Undang No. 8 Tahun

1981 Tentang KUHAP yang dinilai melanggar Pasal 28J

ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 yang pada intinya bertentangan

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

dengan Hak Asasi Manusia yang paling mendasar yaitu

menyangkut kehidupan manusia.13

Menurut penulis, pembatasan peninjauan kembali

(PK) hanya dapat dilakukan satu kali setidak-tidaknya

mengabaikan prinsip dan nilai keadilan. Dalam doktrin

hukum pidana letak keadilan lebih tinggi daripada

kepastian hukum, sehingga apabila harus memilih maka

keadilan mengesampingkan kepastian hukum. Dengan

demikian pengajuan Peninjauan Kembali (PK) oleh korban

atau ahli warisnya dapat diajukan lebih dari sekali adalah

dalam rangka mencari dan memperoleh keadilan harus

diberi peluang walaupun mengeyampingkan kepastian

hukum. Di sisi lain Peninjauan Kembali (PK) jelas-jelas

tidak menghalangi eksekusi putusan pidana, sehingga

sebenarnya tidak ada relevansinya dengan kepastian

hukum.14

Pada prinsipnya nilai keadilan sebagaimana diatur

dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia

13 Ibid 14 Muhamad Erwin, “Filsafat Hukum Refleksi Kritis Terhadap Hukum”,

Rajawali Pers,Jakarta, 2012, hal.218

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Tahun 1945 tersebut di atas dapat disimpulkan keadilan

merupakan pilar penegakan hukum di Indonesia sehingga

para pencari keadilan diberikan hak untuk mencari

keadilan yang seadil-adilnya. Akan tetapi dalam Undang-

Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

yang dimohonkan untuk diuji membatasi para pencari

keadilan untuk mencari keadilan yang seadil-adilnya

sehingga hal ini bertentangan prinsip keadilan yang

terkandung dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.15

Hakim Bismar Siregar pernah mengatakan;

“Bila untuk menegakan keadilan saya

korbankan kepastian hukum, akan saya korbankan

hukum itu, hukum hanya sarana, sedangkan

tujuanya adalah keadilan.”16

Dalam perkembangannya falsafah keadilan sering

dikaitkan dengan salah satu bidang pranata kehidupan yaitu

hukum karena keadilan merupakan tujuan yang paling

utama dari hukum. Permasalahnya bila hukum ternyata

15 Ibid 16 Ibid

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

tidak mampu mewujudkan nilai keadilan dalam kehidupan

bermasyarakat.17

Dasar filosofis pengajuan PK merupakan hak yang

dimiliki oleh setiap orang untuk membuktikan bahwa dia

tidak bersalah melakukan suatu kejahatan. Dalam

Pembukaan UUD 1945, dapat ditemukan kata-kata seperti

"perikemanusiaan dan perikeadilan", "adil dan makmur",

"adil dan beradab" serta kata "keadilan sosial" bagi seluruh

rakyat Indonesia. Sehingga menurut penulis, upaya hukum

PK seharusnya juga diadakan guna menemukan keadilan

yang sesungguhnya.

Keadilan adalah tolak ukur baik buruknya suatu

hukum. Hal ini diperkuat dengan teori-teori keadilan salah

satunya ide dasar aliran Stoa didasarkan atas dua prinsip

yaitu jangan merugikan seseorang dan berikanlah kepada

tiap-tiap manusia apa yang menjadi haknya. Jika prinsip ini

ditaati barulah hal itu disebut adil.18

17 Ibid 18 Ibid, hal 228

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) Nomor 7

Tahun 2014 memperkuat pembatasan Peninjaun Kembali

hanya satu kali. Hal tersebut dilihat instruksi Mahkamah

Agung (MA) kepada Pengadilan dibawah Mahkamah

Agung yakni guna terwujudnya kepastian hukum, maka

permohonan PK oleh SEMA memberikan petunjuk sebagai

berikut :

1. Bahwa pengaturan upaya hukum Peninjauan

Kembali, selain diatur dalam ketentuan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana yang normanya telah dinyatakan

tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh

Putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana

tersebut di atas, juga diatur dalam beberapa

Undang-Undang, yaitu: a). Undang - Undang

Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Pasal

24 Ayat (2), berbunyi: “Terhadap putusan

Peninjauan Kembali tidak dapat dilakukan

Peninjauan Kembali” b). Undang - Undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1985

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2004 dan perubahan kedua dengan Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2009 Pasal 66 ayat (1),

berbunyi: “Permohonan Peninjauan Kembali

dapat diajukan hanya 1 (satu) kali”;

2. Bahwa dengan dinyatakan tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat Pasal 268 ayat (3)

Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana oleh Putusan Mahkamah

Konstitusi Nomor: 34/PUU-XI/2013 tanggal 6

Maret 2014, tidak serta merta menghapus norma

hukum yang mengatur permohonan Peninjauan

Kembali yang diatur dalam Pasal 24 ayat (2)

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 66 ayat (1)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

kedua dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2009 tersebut;

3. Berdasarkan hal tersebut di atas, Mahkamah

Agung berpendapat bahwa permohonan

Peninjauan Kembali dalam perkara pidana

dibatasi hanya 1 (satu) kali;

4. Permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan

lebih dari 1 (satu) kali terbatas pada alasan yang

diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung

Nomor 10 Tahun 2009 tentang pengajuan

Peninjauan Kembali yaitu apabilah ada suatu

objek perkara terdapat 2 (dua) atau lebih putusan

Peninjauan Kembali yang bertentangan satu

dengan yang lain baik dalam perkara perdata

maupun perkara pidana;

5. Permohonan Peninjauan Kembali yang tidak

sesuai dengan ketentuan tersebut di atas agar

dengan penetapan Ketua Pengadilan tingkat

pertama permohonan tersebut tidak dapat

diterima dan berkas perkaranya tidak perlu

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

dikirim ke Mahkamah Agung sebagaimana telah

diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung

Nomor 10 Tahun 2009.19

Berkaitan dengan Surat Edaran Mahkamah Agung

Nomor 7 Tahun 2014 yang memperkuat PK hanya dapat

dilakukan hanya satu kali tersebut di atas, memberikan

pemahaman bahwa keadilan hanya merupakan salah satu

tujuan hukum. Selain keadilan, juga terdapat kepastian

hukum, dan kemanfaatan. Idealnya, hukum seharusnya

dapat mengakomodir ketiganya. Putusan hakimpun

sedapat mungkin merupakan resultante dari ketiga tujuan

hukum tersebut.

SEMA Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2014

tersebut jelas berbenturan dengan Putusan MK Nomor

34/PUU-XI/2013 tentang pengujian terhadap Kaidah

Hukum dalam Pasal 268 ayat (3) KUHAP dan menjadi

problematika hukum yang dapat dianalisis secara yuridis

sosiologis guna menemukan akibat hukumnya.

19 Lihat Surat Edara Mahakamah Agung No. 7 Tahun 2014 Tentang

Peninjauan Kembali.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Ketatnya persyaratan untuk permintaan pengajuan

PK juga merupakan penerapan asas keadilan terhadap

pemberlakuan asas kepastian hukum, oleh karena itu, PK

harus berorientasi pada tuntutan keadilan. Putusan Hakim

adalah karya manusia yang tidak luput dari kekhilafan

Hakim secara manusiawi. Fungsi Mahkamah Agung dalam

Peradilan PK adalah untuk mengadakan koreksi terakhir

terhadap Putusan Pengadilan yang mengandung

ketidakadilan karena kesalahan dan kekhilafan Hakim.

Oleh karena itu walaupun pranata PK semata-mata

didasarkan pada syarat dan pertimbangan hukum tetapi

tujuannya adalah tetap demi memenuhi rasa keadilan

terhadap terpidana.20

Berkaitan dengan tujuan keadilan tersebut diatas,

Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 34/PUU-

XI/2013 pengujian terhadap Kaidah Hukum dalam Pasal

268 ayat (3) KUHAP, dalam hal ini Mahkamah mengambil

pertimbangan hukum, sebagai berikut:

20 Makalah Tentang Peninjauan Kembali, oleh H. Abdul Kadir Mappong, S.H.,

(Wakil Ketua Mahkamah Agung RI, Bidang Yudisial), hal.18

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

“Bahwa upaya hukum luar biasa Peninjauan

Kembali secara historis-filosofis merupakan upaya

hukum yang lahir demi melindungi kepentingan

terpidana. Menurut Mahkamah, upaya hukum

Peninjauan Kembali berbeda dengan banding atau

kasasi sebagai upaya hukum biasa. Upaya hukum

biasa harus dikaitkan dengan prinsip kepastian

hukum karena tanpa kepastian hukum, yaitu dengan

menentukan limitasi waktu dalam pengajuan upaya

hukum biasa, justru akan menimbulkan

ketidakpastian hukum yang tentu akan melahirkan

ketidakadilan dan proses hukum yang tidak selesai.

Dengan demikian, ketentuan yang menjadi syarat

dapat ditempuhnya upaya hukum biasa di samping

terkait dengan kebenaran materiil yang hendak

dicapai, juga terkait pada persyaratan formal yaitu

terkait dengan tenggang waktu tertentu setelah

diketahuinya suatu putusan hakim oleh para pihak

secara formal pula. Adapun upaya hukum luar biasa

bertujuan untuk menemukan keadilan dan

kebenaran materiil. Keadilan tidak dapat dibatasi

oleh waktu atau ketentuan formalitas yang

membatasi bahwa upaya hukum luar biasa

(peninjauan kembali) hanya dapat diajukan satu

kali, karena mungkin saja setelah diajukannya

Peninjauan Kembali dan diputus, ada keadaan baru

(novum) yang substansial baru ditemukan yang

pada saat Peninjauan Kembali sebelumnya belum

ditemukan. Adapun penilaian mengenai sesuatu itu

novum atau bukan novum, merupakan kewenangan

Mahkamah Agung yang memiliki kewenangan

mengadili pada tingkat Peninjauan Kembali. Oleh

karena itu, yang menjadi syarat dapat ditempuhnya

upaya hukum luar biasa adalah sangat materiil atau

substansial dan syarat yang sangat mendasar adalah

terkait dengan kebenaran dan keadilan dalam

proses peradilan pidana sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP”

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Dari pertimbangan Mahkamah tersebut, dapat

dimaknai bahwa Peninjauan Kembali (PK) adalah upaya

hukum luar biasa (extraordinary remedy) yang diajukan

terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap akibat adanya kekeliruan atau kekhilafan Hakim

dalam memidana terdakwa, adanya putusan yang saling

bertentangan dan adanya keadaan baru (novum). Sehingga

putusan hakim yakni menyatakan membatalkan apa yang

diatur dalam pasal 269 ayat (3) KUHAP karena

bertentangan dengan UUD yakni sebagaimana tertuang

pada Pasal 1 ayat (3), Pasal 24 ayat (1), Pasal 28C ayat (1)

dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.

Berdasarkan uraian diatas maka, penulis hendak

membahas eksistensi Putusan Mahkamah Konstitusi

mengenai Upaya Hukum Peninjauan Kembali berdasarkan

teori hukum yang relevan, apakah putusan Mahkamah

tersebut telah sesuai dengan tujuan hukum bangsa

Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dengan Judul

“Perspektif Keadilan Upaya Peninjauan Kembali

Putusan Pidana” (Studi Putusan Mahkamah Konstitusi

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

No. 34/PUU-XI/2013 Tentang Permohonan Peninjauan

Kembali Lebih dari Satu Kali).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan

sebagaimana yang dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah penelitian adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana pertimbangan Mahkamah Konstitusi

(MK) mengabulkan permohonan pengujian Pasal

268 ayat (3) KUHAP dalam Putusan MK

No.34/PUU-XI/2013 Tentang Permohonan

Peninjauan Kembali Lebih dari Satu Kali dikaji

dari Aspek Yuridis dan Filosofis?

2. Apa Akibat Hukum dikabulkannya permohonan

pengujian Pasal 268 ayat (3) Undang-undang No.8

Tahun 1981 KUHAP dalam Putusan MK

No.34/PUU-XI/2013 Tentang Permohonan

Peninjauan Kembali Lebih dari Satu Kali?

C. Tujuan Penelitian

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis dasar dari

pertimbangan Mahkamah Konstitusi (MK)

mengabulkan permohonan pengujian Pasal 268 ayat (3)

KUHAP.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perspektif

keadilan yang terkandung dalam Putusan Mahkamah

Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013 tentang Permohonan

Peninjauan Kembali Lebih dari Satu Kali.

3. Untuk mengetahui akibat hukum dikabulkannya

permohonan pengujian Pasal 268 ayat (3) KUHAP oleh

Mahkamah Konstitusi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk

kepentingan akademis maupun kepentingan praktis dalam

perkembangan dan pembangunan hukum dimasa kini dan

masa yang akan datang.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

dan menjelaskan bahwa penelitian ini bermanfaat bagi

pengembangan ilmu hukum (hukum pidana) pada

umumnya, khususnya dalam melihat perspektif keadilan

yang termuat dalam Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)

No. 34/PUU-XI/2013 tentang Permohonan Peninjauan

Kembali Lebih dari Satu Kali.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala

pikir dan menjadi bahan sumbangan pemikiran bagi hakim

dan penegak hukum dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya.

E. Landasan Teori

Dalam menegakan hukum Menurut, Gustav

Radbruch ada 3 (tiga) unsur yang selalu harus

diperhatikan yaitu unsur kepastian hukum, unsur

kemanfaatan dan unsur keadilan. Unsur kepastian terikat

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

dengan adanya jaminan perlindungan kepada masyarakat,

unsur kemanfaatan adalah untuk menciptakan manfaat atau

kebahagiaan yang sebesar-besarnya kepada masyarakat,

dan unsur keadilan merupakan kebenaran, tidak memihak,

dapat dipertanggungjawabkan serta memperlakukan setiap

manusia semuanya sama di depan hukum (equality before

the law). Hakim dalam memberi putusan sudah seharusnya

mempertimbangkan tiga unsur tersebut. Dari ketiga unsur

tersebut keadilan harus mempunyai posisi yang pertama

dan yang paling utama dari pada kepastian hukum dan

kemanfaatan.21 Hal demikianlah yang kemudian akan

menjadi fokus teori dalam penulisan tesis ini.

Kepastian hukum adalah kesesuaian normatif, baik

terhadap ketentuan dan putusan hakim. Kepastian hukum

adalah pelaksanaan tata kehidupan hukum yang jelas,

konsisten, teratur dan tidak dapat dipengaruhi keadaan

bersifat subyektif. Oleh karena itu, kepastian hukum

21 Muhamad Erwin , “Filsafat Hukum Refleksi Kritis Terhadap Hukum”, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 123.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

sebagai salah satu tujuan hukum merupakan bagian dari

upaya mewujudkan keadilan.22

Bentuk nyata kepastian hukum diwujudkan dalam

norma, dilaksanakan oleh penegak hukum kepada siapapun

juga, tanpa memandang status sehingga dengan adanya

kepastian hukum maka setiap orang akan dapat

memperkirakan, menerima konsekuensi yuridis dan sanksi

apabila melakukan tindakan hukum tertentu.23

Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat

dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum

tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan

makna karena tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman

perilaku bagi setiap orang. Kepastian sendiri disebut

sebagai salah satu tujuan hukum. Kata kepastian berkaitan

erat dengan asas kebenaran, yaitu sesuatu yang secara ketat

dapat disilogismekan secara legal-formal. Melalui logika

deduktif, aturan-aturan hukum positif ditempatkan sebagai

premis mayor, sedangkan peristiwa konkrit menjadi premis

22 Gustav Ranburch dan Aristoteles sebagaimana dikutip oleh Bernard L.

Tanya, “Teori Hukum, Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi”,

Genta Publishing, Yogyakarta, 2013, hlm. 43 23 Ibid

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

minor. Dengan pegangan inilah masyarakat menjadi tertib.

Oleh sebab itu, kepastian akan mengarahkan masyarakat

kepada ketertiban.24

Dalam kenyataannya sering kali antara kepastian

hukum terjadi benturan dengan kemanfaatan, atau antara

keadilan dengan kepastian hukum, antara keadilan dengan

kemanfaatan. Sebagai contoh dalam kasus-kasus hukum

tertentu jika hakim menginginkan keputusan yang adil bagi

si penggugat atau tergugat, atau bagi si terdakwa maka

akibatnya sering akan meugikan kemanfaatan bagi

masyarakat luas sebaliknya kalau kemanfaatan masyarakat

luas dipuaskan maka perasaan adil bagi tertentu terpaksa

harus dikorbankan.

Aristoteles, mengkonsepkan Keadilan menjadi 2

jenis keadilan, yaitu Keadilan Distributif dan Keadilan

Korektif. Yang pertama berlaku dalam hukum publik, yang

kedua dalam hukum perdata dan pidana. Keadilan

Distributif dan Keadilan Korektif sama-sama rentan

24Arief Sidharta, “Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke-

Indonesian”, Utomo, Jakarta, 2006, hal. 411

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

terhadap problema kesamaan atau kesetaraan dan hanya

bisa dipahami dalam kerangkanya. Dalam wilayah

keadilan distributif, hal yang penting ialah bahwa imbalan

yang sama-rata diberikan atas pencapaian yang sama rata.

Keadilan distributif menurut Aristoteles berfokus pada

distribusi, honor, kekayaan, dan barang-barang lain yang

sama-sama bisa didapatkan dalam masyarakat. Di sisi lain,

keadilan korektif berfokus pada pembetulan sesuatu yang

salah.25

Jhon Rawls, menegaskan penegakan keadilan

yang berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan 2

prinsip Keadilan yaitu:

a. Pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama

atas kebebasan dasar yang paling luas seluas

kebebasan yang sama bagi setiap orang.

b. Mampu mengatur kembali kesenjangan sosial

ekonomi yang terjadi sehingga dapat memberi

keuntungan yang bersifat timbal balik (reciprocal

benefits) bagi setiap orang, baik mereka yang

berasal dari kelompok beruntung maupun tidak

beruntung.26

25Carl Joachim Friedrich, “Filsafat Hukum Perspektif Historis”, Bandung:

Nuansa dan Nusamedia, 2004, hal. 24. 26John Rawls, A Theory of Justice, London: Oxford University Press, 1973, yang

sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru

Prasetyo, Teori Keadilan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, h. 25.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Notohamidjojo, mengkonsepkan norma hukum menjadi 4

(empat) dan diantaranya adalah Keadilan.Menurut Notohamidjojo,

keadilan adalah kehendak yang ajeg dan menetap untuk

memberikan kepada masing-masing bagiannya. Keadilan itu

bertalian dengan sikap dan hubungan kita dengan sesama manusia.

Keadilan menuntut kepada kita memperlakukan sesama manusia

seperti diri kita sendiri, tidak boleh memaksakan kepada pihak lain

sesuai kehendak, wajib memperhatikan keberadaan pihak lain,

mewajibkan kita mengakui pihak lain sebagai makhluk hidup serta

menempatkan pihak lain sebagai subjek seperti diri kita sendiri

ingin diakui sebagai subjek dan diperlakukan. 27 Dari norma

keadilan terdapat 6 jenis keadilan yang di kemukakan oleh

Notohamidjojo, antara lain; 28

1. Justitia commutative (keadilan komutatif)

Keadilan komutatif khususnya berlaku dalam hukum

perdata. Dalam keadilan komutatif berlaku prinsip prestasi

sama nilai dengan kontrak prestasi, jasa sama nilainya

dengan balas jasa. Keadilan komutatif berlaku dala jual-

belidimana barang yang dijual sehargadengan uang yang

dibayarkan.

2. Justitia distributive (keadilan distribusi)

Keadilan distributive memberikan kepada masing-masing

bagiannya dengan memperhitungkan perbedaan kualitas

27 DR. Notohamidjojo, Editor: DR. Tri Budiyono,”Soal-Soal Pokok Filsafat

Hukum”, Griya Media, Salatiga, hal. 76-77 28Ibid.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

masing-masing. Keadilan distributive menyangkut

penataan atau pengaturan manusia dalam masyarakat

negara misalnya dalam pembberian pangkat atau

kedudukan, yang perlu sesuai dengan kualitas serta jasa

masing-masing.

3. Justitia vindicativa (keadilan vindikatif)

Keadilan vindikatif itu memberikan kepada masing-masing

hukumannya sesuai dengan kejahatan atau pelanggaran

yang dilakukannya. Keadilan vindikatif terutama

dikenankan lapangan hukum pidana.

4. Justitia creative (keadilan kreatif)

Keadilan kreatif adalah keadilan yang memberikan pada

masing-masing dalam negara bagian kebebasannya untuk

menciptakan sesuai dengan daya kreativitasnya dalam

bidangnya, daalam kebudayaan masyarakat.

5. Justitia Protective (keadilan protetif)

Keadilan protektif adalah keadilan yang memberikan

kepada masing-masing pengayoman yang dierlukan dan

yang menjadi haknya.

6. Justitia Legalis

Keadilan legal itu disebut juga juga justitia generalis, yaitu

keadilan umum. Keadilan legal menuntut ketaatan kepada

undang-undang. Ketaatan kepada undang-undang

dianggap sebagai ketaatan kepada kepentingan masyarakat.

keadilan legal dianggap keadilan umum oleh karena

dianggap sudah turut menyelenggarakan kesejahtraan

umum.

F. Kerangka Pemikiran

Peraturan perundang-undangan dibentuk dengan

tujuan memberikan kepastian bagi seluruh bagi setiap

pengemban hak dan kewajiban untuk tercapainya

ketertiban di dalam suatu negara yang berlandaskan pada

prinsip kepastian hukum. Kepastian hukum yang tidak

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

dapat dipisahkan dari norma hukum yang tertulis dan

dijadikan sebagai pedoman bagi setiap orang. Kepastian

hukum pula memberikan kejelasan bahwa hal-hal apa saja

yang diperbolehkan, dan yang tidak diperbolehkan

menurut hukum dalam setiap peraturan perundang-

undangan.

Manurut Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 memuat aturan dasar

tentang kekuasaan kehakiman., yakni :

“Kekuasaan kehakiman merupakan

kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan

peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan”

Berdasarkan pasal tersebut, dalam melaksanakan

penegakan hukum, keadilan sepenuhnya berada di tangan

lembaga kehakiman, dan diatur selanjutnya berdasarkan

peraturan perundang-undangan. Lembaga yang bertugas

untuk menjalankan kekuasaan kehakiman tersebut

berdasarkan pasal Pasal 24 Ayat (1) UUD NRI 1945 yaitu

Mahkamah Agung serta lembaga-lembaga peradilan yang

ada di bawahnya, dan sebuah Mahkamah Konstitusi.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku

kekuasaan kehakiman yang salah satu kewenangannya

disebutkan dalam pasal 24 c ayat (1) Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, disebutkan

mempunyai kewenangan mengadili pada tingkat pertama

dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji

undang undang terhadap Undang Undang Dasar.

Putusan Mahkamah konstitusi terkadang

menimbulkan kontroversi, dan menimbulkan pro-kontra

dalam masyarakat khususnya para ahli hukum. Dianggap

kontroversial karena pertimbangan pertimbangan hakim

dalam putusannya yang terkadang dianggap ganjil dan

tidak sejalan dengan apa yang tertulis dalam suatu

perundang undangan sehingga tidak dapat diterima.

Sehingga unsur kepastian dalam Peraturan

Perundang-undangan tidak sejalan dengan unsur keadilan

dalam putusan Hakim sebagai corong Undang-undang.

Falsafah keadilan adalah untuk mencari jalan keluar dari

belenggu kehidupan secara rasional dengan menggunakan

hukum yang berlaku untuk mencapai keadilan dalam

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

hidupnya. Akan tetapi kenyataannya hukum sering kali

bertentangan dengan nilai keadilan. Hal ini menimbulkan

pertanyaan bagaimana kaitan antara keduanya, serta dalam

kondisi mana hukum sebagai perangkat paling khas dalam

masyarakat untuk menciptakan tata kehidupan masyarakat

dan melaksanakan kebijakan yang dapat dipakai untuk

tujuan keadilan sosial.

Maka dari itu berkaitan dengan judul tesis yang

akan di tulis, menurut pemahaman penulis, perlu

dipertimbangkan lagi untuk memberikan batasan terhadap

upaya hukum peninjauan kembali. Penulis berasumsi

bahwa pembatasan pengajuan peninjauan kembali dapat

memberikan kepastian hukum, namun mengesampingkan

nilai keadilan di dalamnya. Sedangkan tujuan hukum

seharusnya memberikan kepastian, kemanfaatan, serta

keadilan bagi masyarakat sesuai dengan teori Gustav

Radbruch, yakni tujuan hukum setidaknya dapat

mencapai ; kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan.

Kepastian hukum terkait erat dengan adanya jaminan

perlindungan kepada masyarakat atas tindakan sewenang-

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

wenang yang bertujuan untuk ketertiban masyarakat,

sementara kemanfaatan adalah untuk menciptakan manfaat

atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya kepada

masyarakat, sedangkan keadilan merupakan kebenaran,

tidak memihak, dapat dipertanggung jawabkan dan

memperlakukan setiap manusia pada kedudukan yang

sama didepan hukum (equality before the law). Begitu pula

pemikiran penulis berkaitan pula dengan teori

Notohamidjojo yang mengkonsepkan norma hukum

menjadi 4 (empat) dan diantaranya adalah Keadilan.29

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah jenis

penelitian hukum (legal research) yang berorientasi pada

dogmatik hukum, dengan melakukan kajian ilmiah dengan

mempelajari isi dari tatanan hukum positif yang konkret.30

2. Jenis Pendekatan

29 Lihat Penjelasan Halaman 18. 30 Titon Slamet Kurnia dkk, “Pendidikan Hukum, Ilmu Hukum & Penelitian

Hukum di Indonesia sebuah Reorientasi”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013,

hal.71

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

a. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) adalah

pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan

dan doktrin-doktrin yang berkembang didalam ilmu

hukum. Pendekatan ini menjadi penting sebab

pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang

berkembang dalam ilmu hukum dapat menjadi pijakan

untuk membangun argumentasi hukum ketika

menyelesaikan isu hukum yang dihadapi.

Pandangan/doktrin akan memperjelas ide-ide dengan

memberikan pengertian-pengertian hukum, konsep

hukum, maupun asas hukum yang relevan dengan

permasalahan. 31

b. Pendekatan Kasus (Case Approach) adalah pendekatan

kasus dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui

bagaimanakah perspektif keadilan dalam putusan

Mahkamah Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013 tentang

Pengujian Syarat Peninjauan Kembali;

31 Johnny Ibrahim, “Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif”,

cetakan ke-2, Malang : 2006, Bayumedia Publishing, hal .444.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

c. Pendekatan Filosofis adalah pendekatan ini dilakukan

dalam rangka untuk memahami filosofis aturan hukum

dari waktu ke waktu, serta memahami perubahan dan

perkembangn filosofis yang melandasi aturan hukum

tersebut. Jadi, pendekatan ini landasan pijaknya adalah

dasar filosofis apa yang digunakan dalam penelitian ini.

32

3. Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini

meliputi:

a. Bahan Hukum Primer, yakni bahan-bahan hukum

yang mengikat yang terdapat dalam unit amatan:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945

2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP)

32 Achmad Ali, “Menguak Tabir Hukum”, (Suatu Kajian Sosiologis dan

Filosofis), Chandra Pratama, 1996, hal 37.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

3. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009Tentang

Kehakiman

4. Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 jo Undang-

Undang No. 5 Tahun 2004 jo Undang-Undang

No. 3 Tahun 2009 Tentang Undang-Undang

Mahkamah Agung.

5. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 7 Tahun

2014 Tentang Peninjauan Kembali (PK).

b. Bahan Hukum Sekunder

Yakni yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer misalnya, hasil-hasil penelitian

dan buku-buku, skripsi, jurnal-jurnal hukum, tesis

yang berkaitan dengan perspektif keadilan.33

c. Bahan Hukum Tersier

Yakni bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder seperti: kamus, ensiklopedia

hukum dll.34

33 Marzuki, Peter Mahmud, “Penelitian Hukum”, cetakan ke-4, Jakarta : 2005,

Kencana, hal.141. 34 Ammirudin dan Zainal Asikin, “Pengantar Metode Penelitian Hukum”,

Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, hal.118.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

4. Unit Analisa

Yang menjadi unit analis dalam penelitian adalah

Pertimbangan Hakim dalam Putusan Mahkamah Konstitusi

No. 34/PUU-XI/2013 tentang Syarat Pengujuan

Peninjauan Kembali.

5. Unit Amatan

Yang menjadi unit amatan dalam penelitian ini adalah isi

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 34/PUU-XI/2013

tentang Syarat Pengujuan Peninjauan Kembali.

H. Sistimatika Penulisan.

Untuk memberikan uraian yang teratur dan sistematis,

maka materi penulisan tesis ini akan disistematiskan sebagai

berikut :

BAB I : Pendahuluan

Yakni menguraikan tentang latar belakang masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian baik kegunaan

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

teoritis maupun praktis, berisi metode penelitian

yang didalamnya ada jenis penelitian, pendekatan

yang digunakan, sumber-sumber hukum, unit

analisa, serta sistematika penulisan mengenai hal-

hal apa saja yang akan dilakukan di dalam

penulisan tesis ini.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Yakni menjabarkan mengenai Landasan

Teoritik/Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi deskripsi

tentang teori-teori yang digunakan dan dijadikan

bahan dasar atau dasar dari menelaah atau

menganalisi permasalahan hukum yang menjadi

topik penulisan tesis.

BAB III : Hasil Penelitian dan Analisis

Menguraikan tentang hasil yang diperoleh dari

penelitian, yakni uraian mengenai Kasus Posisi,

Fakta dalam Persidangan, Pertimbangan Hakim,

dan Amar Putusan, memaparkan tentang Hasil

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya

Analisis mengenai Dasar Pertimbangan Mahkamah

Mengabulkan Permohonan Pengujian Pasal 268

ayat (3) KUHAP dalam Putusan Mahkamah

Konstitusi No.34/PUU-XI/2013 tentang Pengujian

Syarat Peninjauan Kembali dari Aspek Yuridis

maupun Filosofis, serta menjelaskan mengenai

akibat hukum di kabulkannya Putusan MK

No.34/PUU-XI/2013 tentang Pengujian Syarat

Peninjauan Kembali tersebut.

BAB IV : Penutup

Yang terdiri dari kesimpulan yang merupakan

jawaban dari permasalahan yang telah diteliti, serta

memberikan saran yang merupakan rekomendasi

yang dihasilkan setelah melakukan penelitian.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang€¦ · perselingkuhan yang menjadi motif utama pembunuhan tersebut. Namun, Antasari Azhar kemudian didakwa dengan hukuman mati yang pada akhirnya