bab i pendahuluan a. latar belakang -...

11
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia sudah mulai muncul sejak masa penjajahan Belanda. Di mana pasar modal yang didirikan Belanda pada awalnya adalah untuk kepentingan investor Belanda dengan obyek yang diperjual belikan adalah efek dalam perusahaan perkebunan. Sedang di Indonesia mulai diatur secara komprehensif, pada saat masa orde baru melalui Undang Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Meskipun dalam perjalanannya banyak terjadi kejahatan-kejahatan yang kemudian mempengaruhi minat investor untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan pasar modal. Dan salah satu kejahatan itu sendiri adalah insider trading (perdagangan orang dalam). Dimana orang dalam dilarang memberikan informasi atau fakta materil tentang keadaan suatu perusahaan, apakah dalam keadaan sehat maupun tidak kepada orang luar dengan tujuan membeli atau menjual efek yang berhubungan dengan perusahaan terkait. Kasus-kasus besar insider trading yang terjadi di Indonesia yang pertama yakni kasus yang membuat harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)tiba-tiba anjlok, berikut ini kutipan beritanya; Jakarta - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) hanya memberikan sanksi administratif berupa denda terhadap 9 orang karyawan dan mantan karyawan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam kasus perdagangan saham PGN ( insider trading<\/em>).Ke-9 Orang itu adalah mantan Dirut PGN WMP Simanjuntak didenda Rp 2,330 miliar, mantan Sekretaris Perusahaan Widyatmiko Bapang sebesar Rp 25 juta, Adil Abas Rp 30 juta, Nursubagjo Prijono Rp 53 juta, Iwan Heriawan Rp 76 juta, Djoko Saputro Rp 154 juta, Hari Pratoyo Rp 9 juta, Rosichin Rp 184 juta, dan Thohir Nur Ilhami Rp

Upload: vonguyet

Post on 03-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pasar modal di Indonesia sudah mulai muncul sejak masa

penjajahan Belanda. Di mana pasar modal yang didirikan Belanda pada awalnya

adalah untuk kepentingan investor Belanda dengan obyek yang diperjual belikan

adalah efek dalam perusahaan perkebunan. Sedang di Indonesia mulai diatur

secara komprehensif, pada saat masa orde baru melalui Undang Undang Nomor 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Meskipun dalam perjalanannya banyak terjadi

kejahatan-kejahatan yang kemudian mempengaruhi minat investor untuk turut

berpartisipasi dalam kegiatan pasar modal. Dan salah satu kejahatan itu sendiri

adalah insider trading (perdagangan orang dalam). Dimana orang dalam dilarang

memberikan informasi atau fakta materil tentang keadaan suatu perusahaan,

apakah dalam keadaan sehat maupun tidak kepada orang luar dengan tujuan

membeli atau menjual efek yang berhubungan dengan perusahaan terkait.

Kasus-kasus besar insider trading yang terjadi di Indonesia yang pertama

yakni kasus yang membuat harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk

(PGAS)tiba-tiba anjlok, berikut ini kutipan beritanya;

Jakarta - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

(Bapepam-LK) hanya memberikan sanksi administratif berupa denda

terhadap 9 orang karyawan dan mantan karyawan PT Perusahaan Gas

Negara (PGN) dalam kasus perdagangan saham PGN (insider

trading<\/em>).Ke-9 Orang itu adalah mantan Dirut PGN WMP

Simanjuntak didenda Rp 2,330 miliar, mantan Sekretaris Perusahaan

Widyatmiko Bapang sebesar Rp 25 juta, Adil Abas Rp 30 juta, Nursubagjo

Prijono Rp 53 juta, Iwan Heriawan Rp 76 juta, Djoko Saputro Rp 154 juta,

Hari Pratoyo Rp 9 juta, Rosichin Rp 184 juta, dan Thohir Nur Ilhami Rp

2

317 juta.Dengan demikian total denda Rp 3,178 miliar yang dikenakan

Bapepam terhadap 9 orang karyawan dan mantan karyawan PGN itu.

(ddn/ir).1

Kasusselanjutnya adalahinsider trading (transaksi tidak wajar orang dalam) dalam

kasus PT Sari Husada, berikut kutipan beritanya;

Jakarta - Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) tidak menemukan

adanya insider trading<\/i> (transaksi tidak wajar orang dalam) dalam

kasus PT Sari Husada.Bapepam hanya menemukan kesalahan pelanggaran

transaksi buy back share<\/i> (pembelian saham kembali), sehingga

sembilan pihak yang terlibat hanya dikenai sanksi denda Rp 2,885

miliar.\\\"Transaksi saham yang dilakukan beberapa pihak untuk

menciptakan gambaran semu atas harga saham Sari Husada tidak

terbukti,\\\" kata Kabiro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum

Bapepam Robinson Simbolon dalam penjelasan tertulis, Selasa

(20\/9\/2005).Mantan Komisaris Utama Sari Husada Johnny Widajaja

mendapat denda terbesar Rp 1,3 miliar.2

Dan yang terkhir kasus insider trading saham Bank Danamon, berikut beritanya;

Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana

menemui manajemen UBS Indonesia pada hari ini terkait terkuaknya kasus

insider trading atau kecurangan transaksi saham PT Bank Danamon

Indonesia Tbk karena pendahuluan informasi yang dilakukan oleh mantan

Country Head UBS Group AG. Seperti diketahui, mantan Country Head

UBS Group AG, Rajiv Louis, dinyatakan melakukan insider trading terkait

transaksi saham Bank Danamon. Transaksi tersebut dilakukan oleh Rajiv

Louis melalui broker di Singapura pada 2012. “Siang ini kami akan

menemui pihak UBS Indonesia. Kami mau menanyakan beberapa hal dan

meminta informasi,” ujar Direktur Utama BEI, Tito Sulistio saat dihubungi

CNN Indonesia, Jumat (16/10).Tito menjelaskan, saat ini pihaknya tengah

memulai penyelidikan terhadap kasus tersebut. Ia mengakui jika

penyelidikan kali ini sulit dilakukan karena transaksi tersebut dilakukan

oleh broker asing yang sesuai aturan tidak bisa secara mudah diungkap ke

publik.3

1Detik Finance, Kasus Insider Trading, Bapepam Denda 9 Karyawan PGN,

http://finance.detik.com, diakses pada 10 Desember 2016 2 Detik Finance, Kasus Insider Trading Nihil, Bapepam Denda Sari Husada Rp 2,885

http://finance.detik.com, diakses pada 10 Desember 2016 3 Giras Suropati, Kasus Insider Trading Saham Danamon, BEI Temui UBS Indonesia,

http://www.cnnindonesia.com, diakses pada 20 Desember 2016

3

Dari kasus-kasus tersebut baik saat masih diawasi oleh BAPEPAM-LK maupun

yang sekarang sudah diambil alih oleh OJK belum ada satu kasuspun yang masuk

Pengadilan dan secara resmi dinyatakan sebagai praktik insider tradingdan hanya

berhenti pada sanksi administrasi saja yang memang terdapat banyak kesulitan

dalam hal pembuktian insider trading itu sendiri.

Undang-Undang Pasar Modal Indonesia telah mengatur ketentuan kategori

insider di luar kategori traditional insider, seperti ketentuan kategori insider

sementara (“temporary insider” atau “quasi insider”), yaitu orang-orang luar

perusahaan yang mempunyai hubungan trust dan confidence dengan perusahaan

atau mereka itu mempunyai hubungan kerja jangka pendek dengan perusahaan

yang mengakibatkan fiduciary obligation mereka kepada perusahaan, misalnya

konsultan hukum, notaris, akuntan, penasihat investasi dan underwriter.Undang-

Undang Pasar Modal Indonesia mengatur ketentuan kategori seseorang disebut

hubungan fiduciary duty, seperti terdapatnya ketentuan dalam Undang-Undang

Pasar Modal Indonesia yang menentukan “Penerima Informasi” (tippee) sebagai

insider. Akan tetapi Undang-Undang Pasar Modal tersebut tidak mengatur

ketentuan “pihak lain yang menerima informasi secara tidak langsung dari insider,

tetapi informasi diterima dari tippee yang lain” (secondary tippee) sebagai

insider. Tidak hanya pengaturan secondary tippee sebagai insider menandakan

Undang-Undang Pasar Modal Indonesia dalam mengatur kategori insider belum

secara maksimal mengatur rambu-rambu insider trading dan keadaan pengaturan

tersebut membuktikan Undang-Undang Pasar Modal Indonesia belum secara

4

menyeluruh menerapkan pertanggung jawaban hukum insider sesuai dengan

pendekatan teori penyalahgunaan (misapproapriation theory).4

Mengingat sampai sekarang di Indonesia belum ada yurisprudensi

mengenai insider trading, maka masalah-masalah yang timbul dari praktik

insider trading dapat diatasi dengan perbaikan terhadap peraturan insider

tradingyang sekarang berlaku di pasar modal Indonesia.5 Di Amerika Serikat

banyak putusan pengadilan yang sudah baku melahirkan doktrin hukum untuk

mengatasi insider trading, seperti fiduciary dutytheorydan teori penyalahgunaan

(misappropriation theory), begitu pula halnya dengan Misleading Information

dan manipulasi pasar ini.6

Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 tersebut telah

memberikan kewenangan kepada BAPEPAM-LK sebagai lembaga yang memiliki

kewenangan sama seperti yang dipunyai otoritas Pasar Modal di negara lain,

seperti Securities and Exchange Commision (SEC) di Amerika Serikat. Namun

terdapat perbedaan yang signifikan antara SEC dengan BAPEPAM-LK yang

sekarang digantikan oleh OJK. Perbedaan tersebut adalah SEC memiliki

kewenangan menyadap sebagai bentuk kerjasamanya dengan United States

Attorney’s Office (USAO) sebagai Penyidik sekaligus Jaksa Penuntut yang

memiliki wewenang untuk melakukan penyadapan (wiretapping). Dan karena

kewenangan tersebut SEC telah berhasil membongkar kasus insider trading

terbesar dalam sejarah AS yang melibatkan Raj Rajaratnam pemilik dari Galeon

4 Donald C. Langevoort, 1989,Insider Trading Regulation, (New York: Clark Boardman

Company, Ltd, 1989), hal.. 1145 5 Syprianus Aristeus, S.H., M.H., 2011, Jurnal Penegakan Hukum Terhadap Insider

Tradingdi Pasar Modal Dan Upaya Perlindungan Terhadap Investor, Jakarta, hal.. 7 6Bismar Nasution, 1999,Hukum Pasar Modal, Jakarta FH UI, hal.. 247

5

Group perusahaan hedge fund yang berkedudukan di New York dan Rajat Kumar

Gupta mantan CEO dari McKinsey & Company yang pernah menjabat board

member dari Goldman Sachs, Procter & Gambler dan American Airlines. dengan

keuntungan yang diperoleh Rajat Kumar Gupta (illicit profits) lebih dari US$ 23

juta.

Masalah yang muncul di Indonesia sendiri adalah dengan diundangkannya

Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 tentang OJK. Dimana OJK adalah lembaga

independen yang menggantikan posisi BAPEPAM-LK dalam hal pengawasan dan

pengaturan Pasar Modal. OJK lahir namun masih menggunakan UU PM yang

lama sehingga seolah-olah hanya terjadi perpidahan wewenang saja tanpa adanya

regulasi baru terkait dengan penegakan kejahatan-kejahatan dalam pasar modal itu

sendiri. Padahal akan sangat membantu apabila OJK dapat memiliki kewenangan

untuk menyadap yang nanti akan dilaksanakan oleh Kepolisian dan Penyidikan

Pegawai Negeri Sipil (PPNS) memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan

atas tindak pidana di sektor jasa keuangan termasuk pasar modal sebagaimana

dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sesuai

dengan UU PM. Jadi dalam hal ini tidak lagi OJK disindir-sindir sebagai lembaga

yang diibaratkan macan ompong karena telah memiliki senjata yakni kewenangan

menyadap tersebut.

Masyarakat luas pada umumnya dan investor pada khususnya memberikan

harapan yang besar supaya apapun lembaga yang bertindak sebagai pengawas

sekaligus regulator dibidang pasar modal mampu berperan sebagai

6

“GUARDIAN” dalam praktik di pasar modal.Dan poin terpenting sebenarnya

terdapat pada regulasi hukumnya sebelum mengarah pada penegakannya.

Dari uraian diatas peneliti tertarik mengambil obyek penelitian yang

berjudul : Urgensi Pemberian Kewenangan Penyadapan kepada Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) terkait Insider Trading dalam Pasar Modal Indonesia

sebagai penelitian yang akan dikaji lebih dalam oleh penulis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, adapun masalah yang akan

dibahas dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mencegah

perkembangan praktik insider trading di Indonesia ?

2. Bagaimana urgensi pemberian kewenangan penyadapan kepada OJK guna

meminimalisir praktik insider trading di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam

mencegah perkembangan praktik insider trading di Indonesia.

2. Untuk mengetahui urgensi pemberian kewenangan penyadapan kepada

OJK guna meminimalisir praktik insider trading di Indonesia.

7

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini, maka penulis berharap

penelitian ini bisa memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran dan

pengetahuan tambahan dibidang pasar modal khususnya dari segi kejahatan

insider tradingbagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya, sehingga

dapat dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah yang berkaitan dengan

hukum dalam pasar modal dan diharapkan dapatdijadikan acuan untuk

menciptakan regulasi baru dibidang hukum dalam pasar modal itu sendiri.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakatpada umumnya dan investor pada khususnya supaya

meminimalisir terjadinya praktik insider trading di Indonesia..

3. Manfaat Akademik

Untuk mendapatkan gelar kesarjanaan ilmu hukum S-1 di Fakultas

Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapatdigunakan untuk meningkatkan

pengetahuan dan minat dibidang Hukum Pasar Modal khususnya yang merupakan

salah satu ilmu hukum dalam konsentrasi bisnis perdata dan diharapkan dapat

menjadi referensi dalam penulisan hukum.

8

F. Metode Penulisan

Untuk memperoleh data yang valid terkait permasalahan yang dikemukakan,

maka penulis memerlukan suatu metode penulisan hukum yang meliputi :

1. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah

melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan

penelitian atau penulisan.7Metode pendekatan yang digunakan dalam

menyusun penelitian hukum ini menggunakan yuridis normative yaitu ilmu

yang menelaah hukum seabagai suatu sistem kaidah-kaidah, dengan dogmatic

hukum atau sistematik hukum yang sedemikian rupa sehingga dapat dipahami

dengan jelas hukum sebagai ilmu kaidah.8 Hukum adalah suatu kaidah yang

bersifat memaksa dan apabila ada yang melanggar kaidah tersebut, maka ia

diancam dengan sanksi yang nyata. Dengan demikian, jelaslah bahwa salah

satu unsur paling hakiki dari hukum adalah hukum bersifat normative karena

ia meletakkan kewajiban yuridis.9

2. Sumber Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang. Diantaranya yaituUndang-

7Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum,Bandung, Penerbit Citra

Aditya Bakti, hal.. 112 8Soedjono Dirdjosisworo, 1994, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Penerbit Raja Grafindo

Persada, hal.. 82 9Johnny Ibrahim, 2007, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang,

Penerbit Bayumedia, Hal.. 51

9

undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Undang-undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder adalah Semua publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, yaitu : buku, kamus, jurnal,

komentar-komentar atas putusan pengadilan.10

c. Data Tersier

Data tersier adalah jenis data mengenai pengertian baku, istilah baku yang

diperoleh dari Ensiklopedi, Kamus, Glossary, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik yang dipergunakan untuk melakukan pengumpulan bahan,

penulis menggunakan studi kepustakaan (library research) dan pencarian

bahan hukum melalui browsing internet yang terkait dengan praktik insider

trading di Indonesia.

Studi kepustakaan merupakan pengkajian informasi tertulis mengenai

hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta

dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif,11

4. Teknik Analisa Bahan Hukum

Adapun teknik analisa bahan hukum di dalam penelitian ini, dilakukan secara

deskriptif kualitatif yakni pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma,

doktrin dan pasal-pasal di dalam undang-undang.

10Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian hukum. Surabaya, Penerbit Kencana,hal. 133 11Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang.

Penerbit Bayumedia, hal 392

10

Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data penelitian hukum normative

dengan cara data yang diperoleh di analisis secara deskriptif kualitatif yaitu

suatu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.12

G. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini, penulis membagi dalam 4 bab

dan masing-masing bab terdiri atas sub yang bertujuan agar mempermudah

pemahamannya. Adapaun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, kerangka

teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang kajian-kajian teoritik yang berkaitan dengan permasalahan

yang diangkat, antara lain: Pasar Modal, Insider Trading, Otoritas Jasa Keuangan

(OJK).

BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi mengenai uraian pembahasan yang diangkat oleh penulis dan

kemudian di Analisa dan dikaji kesesuaian atau keselarasan berdasarkan

kenyataan yang ada (in fact) didukung dengan teori-teori yang relevan dengan

permasalahan dalam penulisan ini.

12 Soejono dan H. Abdurrahman, 2005, Metode Penelitian : Suatu Pemikiran dan

Penerapan, Jakarta, Penerbit Rineka Cipta, hal. 26

11

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penelitian hukum ini dimana

berisikesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran

penulisdalam menanggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian analisa.