bab i pendahuluan a. latar belakang masalah · pdf fileserta cara perlakuan petugas terhadap...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang- Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa Negara Republik
Indonesia itu suatu Negara hukum (rechstsaat) (Julita Melissa Walukow, 2013:
163). Pernyataan ini benar- benar jelas terlihat dalam penjelasan umum Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa “Negara berdasarkan atas hukum
dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka” yang perwujudan dalam sistem
pemerintahannya tidak bersifat absolutisme (kekuasaan tanpa batas) tetapi
mengacu kepada konstitusi dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang
melandasinya. Hukum sebagai pengaturan perbuatan- perbuatan manusia oleh
kekuasaan dikatakan sah bukan hanya dalam keputusan melainkan juga dalam
pelaksanaannya sesuai dengan hukum kodrat, dengan kata lain hukum harus
sesuai dengan ideologi bangsa sekaligus sebagai pengayom rakyat (Dahlan Thaib,
2008: 76). Konsekuensi pengakuan bahwa hukum harus sesuai dengan ideologi
bangsa dan sekaligus sebagai pengayom masyarakat inilah yang mengisyaratkan
adanya lembaga- lembaga peradilan, sebab lembaga peradilan ini merupakan
syarat bagi suatu negara yang menanamkan diri sebagai negara hukum (Rusli
Muhammad, 2006: 1).
Menurut M. Schelteme berpendapat bahwa setiap negara hukum terdiri
dari empat asas utama yaitu asas kepastian hukum, asas persamaan, asas
demokrasi, asas bahwa pemerintah dibentuk untuk melakukan pelayanan terhadap
masyarakat (Marwan Effendy, 2005: 142). Salah satu prinsip penting Negara
adalah adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum
(Equality Before The Law). Oleh karena itu setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum (Supriyadi, 2006: 127). Adapun lembaga penegak hukum atau
yang juga merupakan komponen dari sistem peradilan pidana di Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
meliputi kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan yang terakhir ialah lembaga
pemasyarakatan. Keempat lembaga tersebut adalah merupakan pilar atau sarana
untuk mencapai keadilan hukum di Indonesia.
Equality Before The Law dalam arti sederhananya bahwa semua orang
sama di depan hukum. Persamaan dihadapan hukum atau equality before the law
adalah salah satu asas terpenting dalam hukum modern. Asas ini menjadi salah
satu sendi doktrin Rule of Law yang juga menyebar pada negara- negara
berkembang seperti Indonesia (Julita Melissa Walukow, 2013: 163). Kalau dapat
disebutkan asas equality before the law ini merupakan salah satu manifestasi dari
Negara hukum (rechtstaat) sehingga harus adanya perlakuan sama bagi setiap
orang di depan hukum (gelijkheid van ieder voor de wet) (Lilik Mulyadi, 2007:
20). Asas Equality Before The Law, diartikan secara dinamis dipercayai akan
memberikan jaminan adanya akses untuk memperoleh keadilan (access to justice)
bagi semua orang tanpa memperdulikan latar belakang. Dalam Amandemen
Undang- Undang Dasar 1945, teori equality before the law termasuk dalam Pasal
27 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Segala warga Negara bersamaan
kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Ini berarti merupakan sebuah
pengakuan bahwa setiap warga negara didalam hukum dan pemerintahan
mempunyai hak yang sama tidak ada yang dibeda- bedakan.
Berbicara mengenai asas equality before the law yakni persamaan
kedudukan dihadapan hukum, maka tidak lepas dari hak asasi manusia. Hak asasi
manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia sejak manusia lahir yang
tidak dapat diganggu gugat dan bersifat tetap. Hak asasi manusia itu penting
karena tanpa hak itu tidak akan ada martabat manusia. Undang- Undang Dasar
1945 Pasal 28 d Ayat (1) berisi ketentuan bahwa semua orang sama di hadapan
hukum sehingga tidak ada diskriminasi pada siapapun termasuk Narapidana.
Seperti yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia dalam Pasal 2, berisi ketentuan Negara Indonesia mengakui dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
manusia tidak dapat dilepaskan dari manusia pribadi karena itu pemerintah
berkewajiban baik secara hukum maupun secara politik, ekonomi, sosial, moral
untuk melindungi dan mengambil langkah- langkah konkrit demi tegaknya hak
asasi manusia. Masyarakat yang menghormati hak asasi manusia sesuai dengan
The Rule of Law, terdapat pengakuan terhadap hak dan kewajiban para warga
negara, dengan demikian hukum akan memperlakukan setiap warga negara sama
dengan perlakuan yang berkaitan dengan orang lain siapapun dia dan apapun
kekuasanya (Heri Tahrer, 2010: 50).
Ironisnya dalam praktek hukum di Indonesia masih diskriminatif, equality
before the law tidak diterapkan secara equal bahkan sering kali diabaikan,
kepentingan kelompok tertentu lebih dikedepankan dibandingkan kepentingan
publik. Penerapan dari asas equality before the law dilaksanakan oleh aparat
penegak hukum, salah satunya yaitu Lembaga Pemasyarakatan. Pelaksanaan
pidana penjara dengan sistem pemasyarakatan memang merupakan bagian dari
satu rangkaian penegakan hukum pidana atau bagian dari rangkaian sistem
peradilan pidana (criminal justice system) di Indonesia (Romli Atmasasmita,
1995: 157). Di dalam pasal 5 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
pemasyarakatan menyatakan bahwa : Sistem pemasyarakatan dilaksanakan
berdasarkan asas pengayoman, persamaan perlakukan dan pelayanan, pendidikan,
pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, kehilangan
kemerdekaan adalah salah satu derita serta terjaminnya hak untuk tetap
berhubungan dengan keluarga dan orang- orang tertentu. Salah satu asas diatas
yakni asas persamaan perlakuan dan pelayanan inilah yang menjadi wujud
berlakunya asas equality before the law di dalam lembaga pemasyarakatan.
Banyak para ahli kepenjaraan maupun orang yang bukan ahli hukum di
Indonesia mengatakan bahwa apa gunanya mengubah sebuah nama dari penjara
menjadi lembaga pemasyarakatan kalau memang Peraturan Perundang- undangan
serta cara perlakuan petugas terhadap narapidana tidak dilaksanakan sebagaimana
mestinya (Petrus Irwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, 1995: 26).
Adapun hal- hal yang menghalangi pemikiran ideal yang ada dalam lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pemasyarakatan yang digunakan untuk menggantikan penjara dan tidak hanya
sebagai perubahan nama antara lain lembaga pemasyarakatan disamping
menimbulkan rasa derita pada terpidana karena dihilangkanya kemerdekaan
bergerak, membimbing terpidana agar bertobat, mendidik supaya ia menjadi
seorang anggota masyarakat sosialis Indonesia yang berguna (R.Achmad, S.
Soeman Dipraja dan Romli Atmasasmita, 1979: 13). Berdasarkan hal diataslah
yang menjadikan Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu komponen
penting dalam sistem peradilan pidana yang memiliki fungsi paling strategis serta
potensial untuk memperbaiki para narapidana agar dibina sehingga diharapkan
mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi kejahatannya
(Julita Melissa Walukow, 2013: 164).
Diakui berbicara mengenai keadilan hukum di Indonesia mungkin bisa
dikatakan masih jauh dari apa yang dicita- citakan oleh bangsa yang teramanat
dalam konstitusi kita. Ini dapat kita jumpai pada berbagai tingkat peradilan, baik
itu dari tingkat kepolisian dalam proses penyidikan, ditingkat kejaksaan dalam
proses penuntutan, ditingkat pengadilan dalam proses mengadili, hingga ditingkat
lembaga pemasyarakatan dalam proses eksekusi atau pelaksanaan dari suatu
putusan pengadilan. Seringkali Lembaga Pemasyarakatan ini disalah gunakan
oleh aparat penegak hukum itu sendiri, sehingga asas Equality Before The Law
diabaikan begitu saja. Sebagai contoh ialah seperti yang telah diberitakan oleh
berbagai media massa beberapa waktu yang lalu, bagaimana seorang Artalita
Suryani yang merupakan seorang narapidana terkait dengan kasus penyuapan
yang dilakukannya terhadap seorang hakim, mendapatkan fasilitas yang sangat
mewah walaupun dia telah diputus oleh pengadilan untuk meringkup dalam
penjara. Selain itu adapula bagaimana seorang Freddy Budiman yang merupakan
seorang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Cipinang
terkait dengan kasus narkotika, mendapatkan perlakuan dan fasilitas khusus oleh
petugas karena memberikan sejumlah uang sogokan. Contoh- contoh kasus
tersebut di atas merupakan sedikit gambaran bagaimana bobroknya Lembaga
Pemasyarakatan di Indonesia dan bagaimana asas equality before the law sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tidak diterapkan dalam pelaksanaannya. Fakta ini menunjukkan adanya
inkonsistensi penegakan hukum oleh aparat.
Menurut penulis, hal diatas sangat menarik untuk dibahas dan dikaji lebih
mendalam karena saat sekarang ini asas equality before the law dalam sistem
peradilan pidana di Indonesia, di tingkat lembaga pemasyarakatan khususnya,
hanya sekedar menghiasi konstitusi, dikenal dalam teori dipendidikan hukum dan
bisa dikatakan jauh dari implementasi. Selain hal tersebut di atas apabila dibiarkan
begitu saja maka lembaga pemasyarakatan sebagai lembaga pelaksana pidana di
Indonesia tidak dapat berjalan secara maksimal dan efek jera yang ditimbulkan
pun tidak dapat tercapai seperti apa yang diharapkan. Sehingga dengan latar
belakang diatas maka dalam penulisan skripsi, penulis mengangkat judul
“IMPLEMENTASI ASAS EQUALITY BEFORE THE LAW TERHADAP
NARAPIDANA DALAM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KABUPATEN
SRAGEN”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka penulis
mengemukakakan berbagai pokok permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana implementasi Asas Equality Before The Law terhadap narapidana
dalam lembaga pemasyarakatan Kabupaten Sragen ?
2. Kendala apa saja yang ditemui dalam implementasi Asas Equality Before The
Law terhadap narapidana dalam lembaga pemasyarakatan Kabupaten Sragen ?
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
a. Untuk mengetahui Implementasi Asas Equality Before The Law terhadap
narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Sragen.
b. Untuk mengetahui kendala Implementasi Asas Equality Before The Law
terhadap narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Sragen.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah pemahaman penulis tentang implementasi Asas
Equality Before The Law terhadap narapidana dalam Lembaga
Pemasyarakatan.
b. Untuk mempertebal pengalaman dan wawasan penulis dalam aspek
hukum di dalam teori dan praktek menulis, khususunya dalam bidang
Hukum Pidana.
c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar strata 1
(sarjana) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
D. Manfaat Penelitian
Salah satu aspek penting dalam kegiatan penelitian yang tidak dapat
diabaikan adalah mengenai manfaat penelitian. Sebuah penelitian hukum
diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu
hukum itu sendiri maupun dapat diterapkan dalam prakteknya. Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk memperdalam dan menambah pengetahuan peneliti di bidang
Hukum Tindak Pidana khususnya terkait dengan masalah implementasi
Asas Equality Before The Law terhadap narapidana yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan.
b. Bagi perkembangan ilmu hukum, hasil penelitian ini bermanfaat
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum khususnya bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
hukum pidana untuk mengetahui tentang Implementasi Asas Equality
Before The Law di dalam Lembaga Pemasyarakatan.
c. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai masukan dan referensi
bagi pihak- pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini bermanfaat memberikan masukan terhadap
lembaga pemasyarakatan untuk mengimplementasikan Asas Equality Before
The Law dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada tanpa harus tebang
pilih sehingga penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi
perkembangan Lembaga Pemasyarakatan, dengan Implementasi Asas Equality
Before The Law maka Narapidana dapat memperoleh hak- hak yang sama di
dalam Lembaga Pemasyarakatan karena disitu adalah tempat atau wadah
untuk membina. Penelitian ini dapat membuka cakrawala pandang mengenai
lembaga pemasyarakatan merupakan tempat pembinaan dan diperlakukan
sama, melalui penelitian ini peneliti dapat belajar menyadari bahwa
narapidana adalah juga manusia sehingga mereka juga harus diperlakukan dan
mempunyai hak yang sama.
E. Metode Penelitian
Metode merupakan unsur yang sangat penting dalam penelitian untuk
mendapatkan data yang validitasnya tinggi. Tanpa suatu metode, maka seorang
peneliti akan sulit menemukan, merumuskan dan memecahkan masalah dalam
mengungkapkan kebenaran. Metode dapat digunakan untuk menganalisa,
mempelajari dan memahami keadaan- keadaan yang dihadapi. Sehingga
penelitian akan disebut ilmiah dan dapat dipercaya kebenarannya apabila disusun
dengan metode yang tepat. Metode merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada
dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Metode yang digunakan
penulis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Penelitian secara umum dapat digolongkan dalam beberapa jenis, dan
pemilihan jenis penelitian tersebut tergantung pada perumusan masalah yang
ditentukan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan jenis penelitian empiris, yaitu dengan melakukan pengkajian
dan pengolahan terhadap data penelitian dengan bertitik tolak pada aspek
hukum normatif disertai dengan kajian teoritis hukum, dengan didukung oleh
fakta- fakta empiris di lapangan.
2. Sifat Penelitian
Ditinjau dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Sifat penelitian
deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang
manusia, keadaan atau gejala- gejala lainnya, terutama untuk mempertegas
hipotesa- hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat teori- teori lama
atau didalam kerangka menyusun teori- teori baru (Soerjono Soekanto, 2010:
10). Dalam hal ini penulis akan memberikan gambaran tentang bagaimanakah
implementasi asas equality before the law terhadap narapidana dalam lembaga
pemasyarakatan Kabupaten Sragen dan kendala yang ditemui dalam
implementasi asas equality before the law terhadap narapidana dalam lembaga
pemasyarakatan Kabupaten Sragen.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan tata cara penelitian
yang menghasilakan tata cara deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh
responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata (Soerjono Soekanto,
2010: 32). Dalam hal ini penulis melakukan pendekatan melalui wawancara
terhadap petugas lembaga pemasyarakatan dan narapidana, menyebar
quisioner terhadap para narapidana serta melihat fakta- fakta yang ada di
lapangan selama penelitian di lembaga pemasyarakatan.
4. Lokasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Penelitian yang dilakukan oleh penulis bersifat empiris- deskriptif
maka lokasi penelitan berada di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sragen
yang beralamat di Jl. Raya Sukowati No. 1 Sragen 57214.
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Secara umum jenis data dalam penelitian dibedakan antara data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan
data yang diperoleh dari bahan- bahan kepustakaan ialah data sekunder
(Soerjono Soekanto, 2010: 12) :
a. Data Primer diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan
yang menjadi objek penelitian atau diperoleh melalui wawancara yang
berupa keterangan atau fakta- fakta atau juga bisa disebut dengan data
yang diperoleh dari sumber yang pertama.
b. Data Sekunder adalah data yang didapat dari keterangan atau
pengetahuan- pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung, antara
lain mencakup dokumen- dokumen resmi, buku- buku, hasil- hasil
penelitian yang berwujud laporan.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum ini :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari sumber pertama yaitu perilaku warga masyarakat melalui penelitian
yang dilakukan. Dalam hal ini sumber data primer merupakan data yang
diperoleh secara langsung dilokasi penelitian dari pihak yang berwenang.
Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah Lembaga
Pemasyarakatan Kabupaten Sragen.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah berupa bahan dokumen, peraturan
perundang- undangan, laporan, arsip, literature dan hasil penelitian lainnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
yang mendukung data primer. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah :
1) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP).
2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3) Undang- Undang
a) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, lembaran Negara Indonesia Tahun 1995
Nomor 77.
b) Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia.
4) Peraturan Pemerintah
a) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan.
b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan.
6) Keputusan Menteri
a) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor :
M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Pemasyarakatan.
b) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.02-
PK-04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/
Tahanan.
c) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.01-
PK.04.10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat
dan Cuti Menjelang Bebas.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
data dalam suatu penelitian merupakan merupakan hal yang sangat penting
dalam penulisan (Lexy. J. Meleong, 2009: 216). Teknik pengumpulan data
yang dipergunakan sebagai berikut :
a. Studi Lapangan
Studi lapangan yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
memperoleh data primer yang dilakukan dengan cara penulis terjun
langsung ke lapangan agar memperoleh data yang diperlukan. Hal ini
ditempuh dengan melalui wawancara yaitu suatu pengumpulan data
dengan mengadakan sejumlah tanya jawab secara langsung dengan
mencari informasi secara mendalam terhadap informan. Perolehan data
dengan melakukan wawancara ini dilakukan peneliti dengan menggunakan
pedoman wawancara terstruktur sehingga dengan adanya pedoman yang
digunakan dapat terarah dalam melakukan wawancara dan tujuan dari
wawancara tersebut dapat tercapai. Penulis mengadakan wawancara
dengan pihak- pihak yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan
Kabupaten Sragen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, antara lain
yakni kepala lembaga pemasyarakatan, petugas lembaga pemasyarakatan
dan narapida.
Selain melalui wawancara, dapat pula ditempuh dengan menyebar
daftar pertanyaan kepada objek penelitian yang dituju. Dalam penelitian
ini objek penelitian adalah narapidana Kelas IIA Kabupaten Sragen. Dari
penyebaran daftar pertanyaan yang diisi oleh para narapidana tersebut
dapat diperoleh data- data yang diperlukan dalam kaitannya penelitian ini.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan
atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku, peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
perundang- undangan, dokumen dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti.
Studi Kepustakaan sangat penting untuk mendapatkan landasan
teori mengkaji substansi atau isi suatu bahan hukum. Dengan melakukan
studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan
pemikiran- pemikiran yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat
penting untuk menguraikan dan memecahkan masalah yang diteliti
berdasarkan data- data yang sudah dikumpulkan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh disusun
secara sistematis dan dianalisis secara kualitatif dengan menguraikan data
dalam bentuk penulisan skripsi (H.B. Sutopo, 2006: 113). Data yang diolah
dalam penelitian ini adalah berupa hasil wawancara dengan petugas lembaga
pemasyarakatan dan para narapidana, hasil quisioner yang diambil dari para
narapidana serta fakta- fakta yang terjadi dilapangan.
F. Sistematika Penelitian Hukum
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika
penelitian hukum yang sesuai dengan aturan penelitian hukum serta untuk
mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi penelitian hukum ini, maka
penulis menjabarkan dalam bentuk sistematika penelitian hukum yang terdiri dari
4 (empat) bab, dimana tiap- tiap bab berbagi kedalam sub- sub bagian yang
dimaksud untuk memudahkan pemahaman mengenai seluruh isi penelitian hukum
ini. Sistematika penelitian hukum ini terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka,
pembahasan dan penutup. Adapun sistematika penelitian hukum ini adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan tentang Latar Belakang
Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian Hukum dan Sistematika
Penelitian Hukum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini tinjauan pustaka berkaitan dengan judul dan
masalah yang diteliti yang akan memberikan landasan atau
kerangka teori serta diuraikan mengenai kerangka
pemikiran. Tinjauan pustaka ini terdiri dari Tinjauan
Umum tentang Sistem Peradilan Pidana, Asas Equality
Before The Law dalam Lembaga Pemasyarakatan, Tinjauan
Umum tentang Narapidana dan Tinjauan Umum Mengenai
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Selain itu untuk
memudahkan pemahaman alur berpikir, maka di dalam bab
ini juga disertai dengan Kerangka Pemikiran.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan hasil dari penelitian yang membahas
tentang implementasi Asas Equality Before The Law
terhadap narapidana dalam lembaga pemasyarakatan
Kabupaten Sragen dan kendala dalam implementasi Asas
Equality Before The Law terhadap narapidana dalam
lembaga pemasyarakatan Kabupaten Sragen.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian
yang diperoleh oleh penulis serta memberikan saran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
relevan dengan penelitian terhadap pihak- pihak yang
terkait dengan penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN