bab i pendahuluan a. latar belakang masalah/analisis...indikasi perusahaan sukses atau dapat...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan moderenisasi peradaban dunia yang ditandai dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dan tumbuh semakin cepat,
membuat persaingan di dalam dunia usaha tidak terelakkan lagi berjalan
semakin ketat baik dari sektor barang maupun jasa. Hal tersebut mendorong
setiap perusahaan atau pelaku bisnis untuk berupaya semaksimal mungkin
dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan atau
pelaku bisnis semakin gigih untuk berlomba dalam memenangkan market
share (pangsa pasar) di ranah bisnis yang mereka geluti. Setiap perusahaan
atau para pelaku bisnis tidak memiliki banyak pilihan untuk tidak
memperlihatkan setiap kemampuan atau performa terbaik mereka dalam segala
hal, baik dari segi internal maupun segi eksternal dari ranah bisnis yang
digeluti. Profesionalisme dan kapabilitas merupakan dua hal dari banyak faktor
yang dapat mempengaruhi performa perusahaan untuk mencapai tujuan, di
mana salah satu tujuan utama dari sebuah perusahaan atau pelaku bisnis adalah
pencapaian profit (laba). Pencapaian profit (laba) merupakan salah satu
indikasi perusahaan sukses atau dapat dikatakan perusahaan yang dapat
menang dalam persaingan usaha yang ketat.
2
Persaingan dalam perebutan market share yang semakin tinggi
intensitasnya, menjadikan para pelaku bisnis berpikir keras dalam mengambil
setiap langkah atau keputusan yang nantinya diterapkan di dalam
perusahaannya masing-masing. Salah satu alternatif pilihan keputusan mereka
yaitu dengan mencantumkan merek pada setiap item produk baik barang
maupun jasa di mana melalui merek yang tercantum, perusahaan dapat
menggambarkan secara tidak langsung nilai produk yang mereka tawarkan.
Atau dengan kata lain perusahaan berharap merek merupakan sarana
komunikasi yang reprensentatif dalam mengomunikasikan produk dan atau
menambah nilai produk itu sendiri.
Sedangkan pengertian merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, disain,
ataupun kombinasinya yang mengindentifikasikan suatu produk atau jasa yang
dihasilkan oleh sutau perusahaan (Durianto dkk, 2001:1). Maka dari itu, merek
yang sudah mengantongi hak paten dapat bermanfaat sebagai salah satu
pelindung diri dari pemalsuan produk yang acap kali terjadi di dalam dunia
bisnis. Lebih jauh, sebenarnya merek merupakan nilai tangible dan intangible
yang terwakili dalam sebuah trademark (merek dagang) yang mampu
menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur dengan tepat
(Durianto dkk, 2001:1).
Merek pada hakikatnya merupakan janji penjual untuk memberi
seperangkat atribut, manfaat, dan pelayanan serta merek terbaik akan
memberikan jaminan kualitas secara konsisten (Rangkuti, 2004:2). Merek juga
hakikatnya memiliki peranan sangat penting, salah satunya adalah
3
menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan sesuatu kepada
konsumen.
Menurut David A Aaker (dalam Durianto, 2001:4) ada lima elemen
utama yang merupakan pendukung dari ekuitas merek, yaitu
1. Kesadaran merek (brand awareness), menunjukkan kesanggupan seorang
calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu
merek merupakan bagian dari produk tertentu.
2. Asosiasi merek (brand association), yang mencerminkan pencitraan suatu
merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan,
gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis
dan lain-lain.
3. Persepsi kualitas (perceived quality), mencerminkan persepsi pelanggan
terhadap keseluruhan kualitas atau keunggualan suatu produk atau jasa
layanan yang berkenaan dengan maksud diharapkan.
4. Loyalitas merek (brand loyalty), mencerminkan tingkat keterikatan
konsumen dengan suatu merek produk.
5. Other property brand assets (aset-aset merek lainnya).
Ke lima elemen yang diuraikan di atas, membentuk ekuitas merek suatu
produk, baik barang maupun jasa yang nantinya dapat dijadikan sebagai salah
satu modal bagi perusahaan dalam keunggulan kompetitif untuk menghadapi
persaingan usaha. Kesadaran merek (brand awareness) adalah salah satu
elemen yang terpenting bagi perusahaan. Karena seperti pengertian yang telah
diuraikan secara singkat di atas, konsumen mampu mengingat merek di dalam
4
bagian suatu produk, maka pastilah konsumen mengenal dan menjadi atau
pernah menjadi konsumen dari suatu produk yang diingat tersebut. Karena
pada dasarnya konsumen lebih cenderung mengkonsumsi suatu produk yang
telah dikenalnya.
Dari uraian di atas, maka diketahui bahwa kesadaran merek suatu
produk pada konsumen sangatlah penting. Inilah yang mendorong penulis
untuk meneliti tentang kesadaran merek (brand awarenss) konsumen pada
salah satu produk PT. Konimex yang mana merupakan salah satu perusahaan
besar yang bergerak di bidang farmasi, candy (permen), food (makanan), dan
food supplement (suplemen makanan) yang cukup diperhitungkan dalam
kancah bisnis di Indonesia. Namun penulis terkhusus meneliti terhadap salah
satu produk yang diproduksi PT. Konimex di bidang food supplement, yaitu
produk multivitamin merek ”PROTECAL". Penulis memilih untuk meneliti
merek produk ini dari berbagai merek produk multivitamin yang diproduksi
PT. Konimex karena “PROTECAL” menempati salah satu great tertinggi
volume penjualan produk multivitamin pada PT. Konimex. Di samping itu,
target penjualan produk “PROTECAL” secara personal selling yang ditetapkan
oleh pihak manjemen PT. Konimex sebagai penentuan komisi Sales Promotion
Girl (SPG) Regular yang tersebar di beberapa supermarket dan apotek di
Surakarta, memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan dengan produk
multivitamin lainnya. Data hasil penjualan dan kebijakan penentuan target
penjualan SPG Regular yang disampaikan oleh pihak manajemen
menunjukkan bahwa “PROTECAL” memiliki angka yang cukup signifikan
5
dibanding produk multivitamin lainnya, maka penulis merasa tergelitik untuk
meneliti merek “PROTECAL” ini. Seberapa tinggikah tingkat kesadaran merek
konsumen khususnya masyarakat Kota Surakarta sebagai subyek kajian
terhadap produk multivitamin merek “PROTECAL” ini. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, maka di dalam penelitian ini penulis mengambil judul:
ANALISIS TINGKAT BRAND AWARENESS (KESADARAN MEREK)
MASYARAKAT KOTA SURAKARTA TERHADAP PRODUK PT.
KONIMEX (Studi terhadap Produk Multivitamin “PROTECAL”).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
masalah yang dapat dirumuskan adalah “Bagaimana Tingkat Brand Awareness
(Kesadaran Merek) Masyarakat Kota Surakarta terhadap Produk Multivitamin
jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”.
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai, dimana
tujuan tersebut berbeda-beda satu sama lainnya. Tujuan penelitian diperlukan
untuk menjadi pedoman atau tuntunan tentang arah penelitian yang
dilaksanakan. Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu
untuk mengetahui tingkat kesadaran merek (brand awareness) masyarakat
Kota Surakarta terhadap produk multivitamin jenis tablet effervescent merek
“PROTECAL”.
6
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain,
adalah:
1. Manfaat Akademis
a. Manfaat bagi Peneliti
1) Sebagai wacana yang memperkaya pengetahuan peneliti dan
sekaligus sebagai sarana untuk mempraktikkan teori yang sudah
didapatkan selama perkuliahan.
2) Bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta wawasan tentang
tingkat kesadaraan merek (brand awareness) pada produk
multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”.
b. Manfaat bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan atau dimanfaatkan sebagai
bahan referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian
dengan topik masalah yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi kepada PT. Konimex Surakarta khususnya
terhadap produk multivitamin “PROTECAL” selaku obyek penelitian
dalam mengetahui sejauh mana konsumen sadar akan produk
multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”.
b. Sebagai bahan masukan atau refrensi yang berguna dalam
mengevaluasi dan mengambil kebijakan terkait hal-hal yang perlu dan
harus dibenahi yang mengutamakan peningkatan performa produk
7
supaya masyarakat pada umumnya sadar terhadap produk
multivitamin tablet effervescent merek “PROTECAL”.
E. Metodelogi Penelitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif melalui pendekatan survei. Menurut Travers (dalam
Umar H, 2005:87) metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat
sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa
sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sedangkan pendekatan survei
menurut Umar H (2005:88) digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang
ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada, tidak perlu
memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel, lebih menggunakan
data yang ada untuk pemecahan masalah daripada pengujian hipotesis.
2. Tempat dan Obyek Penelitian
Tempat penelitian ini adalah PT. Konimex Surakarta pada
umumnya, karena atas pertimbangan bahwa PT. Konimex Surakarta
merupakan salah satu perusahaan manufaktur besar yang bergerak di
bidang produksi farmasi, candy (permen), food (makanan), dan food
supplement (suplemen makanan). Sedangkan obyek penelitian ini adalah
produk multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”.
8
3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi berarti keseluruhan unit atau individu dalam ruang
lingkup dan waktu yang ingin diteliti (Durianto, 2001:26). Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Surakarta.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari observasi yang dipilih dari populasi
dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat
mewakili populasinya (Durianto dkk, 2001:26). Dalam penentuan
jumlah sampel yang akan digunakan, peneliti berpedoman pada
rekomendasi yang dikemukakan oleh Roscoe (dalam Sekaran,
2006:160) bahwa ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500
adalah telah tercukupi untuk digunakan dalam penelitian. Namun
untuk mengantisipasi adanya kuesioner yang rusak dan adanya
keterbatasan waktu dan biaya, maka peneliti mengambil sampel
sebanyak 100 responden.
c. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah non probability sampling. Non probability sampling
mengandung arti bahwa semua elemen populasi belum tentu memiliki
peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Umar H, 2005:159).
Sedangkan metode yang digunakan adalah metode convinience
sampling. Convinience sampling adalah teknik penentuan atau
9
pengambilan sampel di mana peneliti bebas memilih siapa saja yang
dapat ditemui pada tempat dan waktu yang tepat (Durianto dkk,
2001:33).
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Kualitatif
Menurut Durianto dkk (2001:18), data kualitatif adalah data
yang sifatnya menggolongkan saja. Sedangkan menurut Kuncoro,
M (2009:145), data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur
dalam skala numerik.
Di dalam penelitian ini yang termasuk dalam data kuallitatif
adalah data yang diperoleh dari hasil jawaban responden mengenai
penggolongan demografi responden itu sendiri.
2) Data Kuantitatif
Menurut Durianto dkk (2001:19), data yang berbentuk angka,
seperti data yang berskala ukur interval dan rasio. Sedangkan
menurut Kuncoro M (2009:145), data kuanitatif adalah data yang
dapat diukur dalam suatu skala numerik.
Di dalam penelitian ini yang termasuk data kuantitatif adalah
data yang diperoleh dari olahan hasil jawaban responden mengenai
frekuensi dan persentase tingkat kesadaran merek (brand
awrenness) responden terhadap produk multivitamin jenis tablet
effervescent merek “PROTECAL”.
10
b. Sumber Data
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber
pertama, misalnya dari individu atau perseorangan, seperti hasil
wawancara atau hasil pengisisan kuesioner yang biasa dilakukan
oleh peneliti (Durianto dkk, 2001:14). Di dalam penelitian ini data
primer diperoleh langsung dari jawaban responden, yaitu
masyarakat Kota Surakarta.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang diperoleh oleh
pihak lain atau data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
oleh pengumpul data primer atau pihak lain yang biasanya
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram (Durianto dkk, 2001:16).
Data sekunder diperoleh langsung dari dokumen yang telah tersedia
pada PT. Konimex dan beberapa media lainnya seperti
perpustakaan. Data sekunder ini merupakan sumber informasi
pendukung dalam penelitian, yaitu data mengenai gambaran umum
mengenai PT. Konimex Surakarta, sejarah perusahaan, visi dan
misi, falsafah perusahaan serta beberapa data lainnya yang
mendukung penelitian seperti dari literatur buku-buku mengenai
brand awareness (kesadaran merek).
11
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
a. Kuesioner
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Sedangkan pengertian kuesioner adalah
suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan
daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan
memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar H,
2005:167). Metode kuesioner digunakan untuk memperoleh data
primer dari hasil respon masyarakat Kota Surakarta terhadap daftar
pertanyaan telah disusun untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan tentang tingkat brand awareness (kesadaran merek).
b. Metode Observasi
Menurut Umar H (2005:169), observasi menuntut adanya
pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak
langsung terhadap obyek penelitiannya. Metode observasi dilakukan
peneliti melalui pengamatan secara langsung pada obyek penelitian
yang terdapat di PT. Konimex untuk memberikan gambaran yang
sesungguhnya dari obyek yang diteliti.
c. Metode Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data di mana
pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan
12
yang diwawancarai, dapat juga secara tidak langsung seperti
memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan
lainnya (Umar H, 2005:169). Metode wawancara dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggali informasi dari pihak manajemen PT.
Konimex.
d. Studi Pustaka
Data melalui studi pustaka diperoleh dari buku atau pustaka
yang berisi referensi-referensi yang diperlukan dalam penelitian, yaitu
dengan mempelajari literatur dan referensi yang relevan dengan
penelitian ini, sehingga memperoleh data yang dapat digunakan
sebagai tuntunan dalam membahas masalah yang dikaji.
6. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, di mana
salah satu bentuk analisis deskriptif adalah kegiatan menyimpulkan data
mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan.
Mengelompokkan, atau memisahkan komponen atau bagian yang releven
dari keseluruhan data juga merupakan salah satu bentuk analisis untuk
menjadikan data mentah mudah dikelola. Pengaturan, pengurutan, atau
manipulasi data bisa memberikan informasi deskriptif yang akan
menjawab pertanyan-pertanyaan dalam definisi masalah. Semua bentuk
analisis tersebut tersebut mencoba untuk menggambarkan pola-pola yang
konsisten dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari dan ditafsirkan
secara singkat dan penuh makna (Kuncoro M, 2009:192).
13
Analasis deskriptif dalam penelitian ini merupakan interprestasi dari
hasil jawaban yang diperoleh responden melalui penyebaran kuesioner
yang berupa, frekuensi, presentase, dan tabel terkait (brand awareness)
kesadaran merek.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Merek
Menurut Durianto, dkk (2001:1), merek adalah nama, istilah, tanda,
simbol, disain, ataupun kombinasinya yang mengindentifikasikan suatu
produk atau jasa yang dihasilkan oleh sutau perusahaan. Maka dari itu,
merek yang sudah mengantongi hak paten dapat bermanfaat sebagai salah
satu pelindung diri dari pemalsuan produk yang acap kali terjadi di dalam
dunia bisnis. Lebih jauh, sebenarnya merek merupakan nilai tangible dan
intangible yang terwakili dalam sebuah trademark (merek dagang) yang
mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasar bila diatur
dengan tepat (Durianto dkk, 2001:1).
Pengertian serupa juga dikemukakan oleh American Marketing
Association (dalam Kotler P dan A.B Susanto, 2009:575), yang
mendefinisikan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau
rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual
dan untuk mebedakannya dari produk pesaing. Sedangkan pengertian
merek menurut Kotler P dan Gary Armstrong (2008:281) adalah elemen
kunci dalam hubungan perusahaan dengan konsumen. Merek
15
mereprensentasikan persepsi perasaan konsumen atas sebuah produk dan
kinerjanya. Melalui merek, para konsumen memperoleh jaminan terhadap
mutu suatu produk di mana mereka dapat memperoleh informasi yang
berkaitan dengan merek tersebut. Merek yang dikenal oleh para konsumen,
membuat pihak perusahaan dengan mudah dalam meningkatkan inovasi
pada produknya untuk mengahadapi persaingan di dunia usaha. Sedangkan
bagi produsen, merek bermanfaat dalam melakukan segmenting market,
targeting market dan positioning market (segmentasi pasar, penetapan
target pasar dan penempatan produk). Sehingga suatu merek produk dapat
menarik konsumen untuk membeli produk tersebut.
Menurut William J. Staton (dalam Rangkuti, 2004:37) merek adalah
nama, istilah, simbol, atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-
unsur yang dirancang untuk mengidentifikasi barang atau jasa yang
ditawarkan oleh penjual. Pengertian tersebut dapat disimpulkan jika merek
mempunyai dua unsur, yaitu brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau
kata-kata yang dapat dilihat dan dibaca, serta brand mark yang berbentuk
simbol, desain, atau warna tertentu yang spesifik.
Menurut Rangkuti (2004:2) merek dibagi ke dalam pengertian
lainnya seperti:
a. Brand name (nama merek) merupakan bagian yang dapat diucapkan,
misalnya pepsodent, ciptadent dan sebagainya.
16
b. Brand mark (tanda merek) merupakan bagian dari merek yang dapat
dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang desain, atau
warna khusus.
c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau
sebagian merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk
menghasilkan sesuatu yang istimewa.
d. Copyright (hak cipta) merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh
undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya
tulis, karya musik, atau karya seni.
2. Peranan Merek
Salah satu peranan penting merek adalah menjembatani harapan
konsumen pada saat kita menjanjikan sesuatu kepada konsumen. dengan
demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara
konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek. pesaing
bisa saja menawarkan produk yang mirip, tetapi mereka tidak mungkin
menawarkan janji emosional yang sama (Durianto dkk, 2001:1).
Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor seperti
(Durianto dkk, 2001:2):
a. Emosi konsumen terkadang naik turun. Merek mampu membuat janji
emosi menjadi konsisten dan stabil
b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat
bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan
budaya.
17
c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen.
Semakin kuat suatu merek, semakin kuat pula interaksinya dengan
konsumen dan semakin banyak asosiasi merek yang terbentuk dari
merek tersebut. Jika asosiasi merek yang terbentuk memiliki kualitas
dan kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan brand image
(citra merek).
d. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsemen.
Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen.
e. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh
konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah
membedakan produk yang akan dibeli dengan produk lain sehubungan
dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain yang
melekat pada merek tersebut.
f. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.
Uraian di atas dapat menggambarkan bahwa merek mempunyai
peranan yang penting dan merupakan “aset prestisius” bagi perusahaan. Di
dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan
adalah kunci kesuksesan. Terlebih lagi pada kondisi sekarang, di mana
nilai suatu merek yang mapan sebanding realitas semakin sulitnya
menciptakan suatu merek. Pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran
persepsi konsumen, tidak lagi sekedar pertempuran produk. Beberapa
produk dengan, model, features (karakteristik produk), serta kualitas yang
18
relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar karena
perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen.
3. Penentuan Strategi Merek
Seperti yang dikemukakan Rangkuti (2004:10) ada lima pilihan
dalam penentuan strategi merek :
a. Perluasan Lini (Line Extension)
Perluasan lini terjadi apabila perusahaan memperkenalkan unit
produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek
yang sama.
b. Perluasan Merek (Brand Extension)
Perluasan merek terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk
menggunakan merek yang sudah ada produknya dalam satu kategori
baru.
c. Multi Brand
Multi brand terjadi apabila perusahaan memperkenalkan
beberapa merek tambahan dalam satu kategori produk yang sama.
d. Merek Baru
Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki
satupun merek yang sesuai dengan produk yang akan dihasilkan atau
apabila citra merek tersebut tidak membantu produk baru.
e. Merek Bersama (Co-brand)
Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau lebih
bergabung dalam satu penawaran. Tujuan Co-branding adalah agar
19
merek yang satu dapat memperkuat merek yang lain sehingga dapat
menarik minat para konsumen.
4. Pedoman Membangun Merek
Membangun sebuah merek sangat penting dilakukan oleh seseorang,
menurut Rangkuti (2004:229) ada 10 pedoman yang dapat dilakukan
dalam membangun sebuah merek yang kuat :
a. Brand Identity
Identitas merek merupakan seperangkat asosiasi merek yang
digunakan oleh strategi merek. Ada empat perspektif identitas merek
yaitu merek sebagai produk, merek sebagai organisasi, merek sebagai
seseorang, dan merek sebagai simbol.
b. Value Proposition
Sebuah pernyataan secara fungsional, emosional, dari suatu
merek yang disampaikan kepada pelanggan merupakan nilai proporsi.
c. Brand Position
Posisi merek adalah bagian dari identitas merek dan nilai
proporsi yang selalu aktif dikomunikasikan di pasaran secara tepat,
sehingga memperoleh keuntungan dari merek tersebut.
d. Execution
Pelaksanaan program komunikasi yang tidak hanya ditargetkan
pada identitas maupun positioning, tetapi juga memperoleh kejayaan
terus-menerus.
20
e. Consistency Over Time
Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk
tetap memiliki merek yang kuat.
f. Brand system
Kunci dalam mengatur merek dalam sebuah lingkungan bisnis
dengan mempertimbangkan merek sebagai suatu sistem yang
mendukung satu sama lain.
g. Brand Leverage
Resep agar ahli strategi berhasil menciptakan dan
mengembangkan aser-aset yang ada. Cara yang mudah menciptakan
perluasan lini dalam kelas produk yang ada.
h. Tracking Brand Equity
Mengamati secara terus-menerus brand equity, termasuk brand
awareness (kesadaran merek), brand association (asosiasi merek),
perceived quality (persepsi kualitas), brand loyalty (loyalitas merek).
i. Brand Responbility
Seseorang mempunyai tanggung jawab atas merek, sehingga ia
dapat memelihara, menciptakan, dan menjaga identitas posisi merek
serta mengkoordinasikan keputusan yang dilakukan.
j. Invest in Brand
Secara konsisten melanjutkan investasi dalam merek walaupun
tujuan financial perusahaan belum terpenuhi.
21
5. Brand Equity (Ekuitas Merek)
Brand equity adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang
terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada
perusahaan maupun pelanggan (Durianto dkk, 2001:4). Sedangkan
menurut Kotler P dan Gary Armstrong (2008:282), ekuitas merek (brand
equity) adalah pengaruh diferensial positif bahwa jika pelanggan mengenal
nama merek, pelanggan akan merespon produk atau jasa. Satu ukuran
ekuitas merek adalah sejauh mana pelanggan bersedia membayar lebih
untuk merek tersebut.
Menurut David A. Aaker (dalam Durianto, dkk, 2001:4) mengatakan
bahwa brand equity dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori :
a. Brand Awareness (Kesadaran Merek)
Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali dan mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari kategori produk tertentu.
b. Brand Association (Asosiasi Merek)
Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan
tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat,
atribut produk, geografis, harga, pesaing, dan lain-lain.
22
c. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)
Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaaan
dengan maksud yang diharapkan.
d. Brand loyalty (Loyalitas Merek)
Mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu
produk.
e. Other Proprietary Brand Assets (Aset-aset Merek Lainnya)
Empat elemen brand equity di luar aset-aset merek lainnya dikenal
dengan elemen-elemen utama brand equity. Elemen kelima brand equity
yang kelima secara langsung dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen
tersebut.
Ekuitas merek dapat memberikan nilai yang lebih dalam di benak
konsumen. Aset atau nilai yang dikandungnya dapat membantu pelanggan
dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi yang terkait
dengan produk dan merek tersebut. Brand equity dapat mempengaruhi rasa
percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas
dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi
dengan berbagai karakteristik merek. Pada realita yang ada, perceived
quality dan brand association dapat mempertinggi tingkat kepuasan
konsumen.
23
6. Pengertian dan Peranan Brand Awareness
a. Pengertian Brand Awareness
Menurut Durianto dkk (2001:54), brand awareness adalah
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat
kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk
tertentu. Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena
suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang
dilibatkan.
b. Peranan Brand Awareness
Brand awareness membutuhkan continum ranging (jangkauan
kontinum) dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah
dikenal sebelumnya, sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut
merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk.
Kontinum dapat terwakili dalam tingkatan brand awareness yang
berbeda. Hal ini dapat digambarkan melalui suatu piramida berikut
(Durianto dkk, 2001:55):
24
Gambar II.1
Piramida Brand Awareness
Peran brand awareness dalam brand equity tergantung pada
tingkatan akan pencapaian kesadaran merek dibenak konsumen.
Tingakatan brand awareness yang paling rendah brand recognition
(pengenalan merek) atau disebut juga sebagai tingkatan pengingatan
kembali dengan bantuan (aided recall). Tingakatan berikutnya brand
recall (pengingatan kembali merek) atau tingkatan pengingatan
kembali merek tanpa bantuan (unaided recall) karena konsumen tidak
perlu dibantu untuk mengingat merek. Pengukuran pengenalan merek
tanpa bantuan lebih sulit dibandingkan pengenalan merek dengan
bantuan. Tingkatan selanjutnya adalah merek yang disebut pertama
kali pada saat pengenalan merek tanpa bantuan yaitu top of mind
(kesadaran puncak pikiran). Top of mind adalah brand awareness
25
tertinggi yang merupakan pimpinan dari berbagai merek yang ada
dalam pikiran konsumen.
7. Cara Penciptaan Nilai oleh Brand Awareness
Peran brand awareness bagi brand equity dapat dipahami dengan
membahas bagaimana brand awareness menciptakan nilai. Penciptaan
nilai ini dapat dilakukan paling sedikit dengan 4 cara, yaitu (Durianto dkk,
2001:56):
a. Anchor to which other can be attached
Anchor to which other can be attached, artinya suatu merek
dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai.
Rantai menggambarkan asosiasi dari merek tersebut.
b. Familiarity – Liking
Familiarity – Liking, artinya dengan mengenal merek akan
menimbulkan rasa terbiasa. Terutama untuk produk-produk yan
bersifat low involvement (keterlibatan rendah) seperti pasta gigi, tisue,
dan lain-lain. Suatu kebiasaan dapat menimbulkan keterkaitan
kesukaan yang kadang-kadang dapt menjadi suatu pendorong dalam
membuat keputusan.
c. Substance / Commitment
Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan,
komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara
logika, suatu nama dikenal karena beberapa alasan, mungkin karena
program iklan perusahaan yang ekstensif, jaringan distribusi yang
26
luas, eksistensi yang sudah lama dalam industri, dan lain-lain. Jika
kualitas dua merek sama, brand awareness akan menjadi faktor yang
menentukan dalam keputusan pembelian konsumen.
d. Brand to consider
Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah
menyeleksi dari suatu kelompok merek-merek yang dikenal untuk
dipertimbangkan merek mana yang akan diputuskan dibeli. Merek
yang memiliki Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai yang tinggi.
Jika suatu merek tidak tersimpan dalam ingatan, merek tersebut tidak
dipertimbangkan di benak konsumen. Pada umumnya, merek-merek
yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah merek yang disukai
atau tidak disukai.
8. Mencapai Brand Awareness (Kesadaran Merek)
Untuk mencapai kesadaran merek diperlukan pengenalan maupun
pengingatan merek yang akan melibatkan upaya untuk mendapatkan
identitas nama dan menghubungkannya ke dalam suatu kategori produk.
Menurut Durianto dkk (2001:57) agar suatu brand awareness dapat
tercapai dan diperbaiki dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut :
a. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda
dibandingkan dengan yang lainnya serta harus ada hubungan antara
merek dengan kategori produknya.
b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu
konsumen untuk mengingat merek.
27
c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol dipakai dapat
dihubungkan dengan mereknya (misal KFC dengan Kolonel Sander).
d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak
diingat pelanggan.
e. Brand Awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang
sesuai kategori produk, merek, atau keduanya (Nama Martina
Hinggis, Andre Agassi,dapat menjadi isyarat untuk raket tennis).
f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena
membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.
9. Mengukur Brand Awareness
Pengukuran brand awareness didasarkan pada pengertian-pengertian
dari brand awareness yang mencakup tingkatan brand awareness menurut
David A. Aaker (dalam Durianto dkk, 2001:57), yaitu Top of Mind
(puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali merek) dan Brand
Recognition (pengingatan merek) serta Unware of Bran (tidak menyadari
merek). Informasi dapat diperoleh dengan menggunakan kuesioner (daftar
pertanyaan) yang berisi pertanyaan tunggal atau pertanyaan jamak.
a. Top of Mind (Puncak Pikiran)
Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat
oleh responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan
ditanya tentang suatu kategori produk. Dengan kata lain, merek
tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di
dalam benak konsumen.
28
Top of Mind adalah single respons question, artinya, satu
responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan
ini. Seperti pertanyaan yang dilontarkan berikut:
“Sebutkan merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet
yang cara penyajiannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) yang
anda ketahui”
atau
“Merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara
penyajiaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa yang
pertama kali muncul di benak Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari?”
b. Brand Recall (Pengingatan Kembali terhadap Merek)
Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan
merek-merek yang dapat diingat oleh responden setelah menyebutkan
merek yang pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi
response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu
(unaided question).
Di dalam konteks yang sama, dapat ditanyakan:
“Selain yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari sebutkan di atas,
merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara
penyajiannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa yang
diingat?”
29
atau
“Merek-Merek produk multivitamin jenis tablet effervescent (tablet
yang cara penyajiannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa
saja yang Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari ketahui?”
c. Brand Recognition (Pengenalan Merek)
Brand recognition atau pengenalan merek merupakan
pengukuran brand awareness responden, di mana kesadaran merek
diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyan yang diajukan dibantu
dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk merek tersebut (aided
question). Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui seberapa
banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek
tersebut. Untuk mengukur pengenalan brand awareness selain
mengajukan pertanyaan dapat dilakukan dengan menunjukkan gambar
atau foto yang menggambarkan ciri-ciri merek tersebut (cara ini lebih
efektif dilakukan).
1) Dengan cara mengajukan pertanyaan
”Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari mengenal produk
mutivitamin merek PROTECAL?”
Alternatif jawaban terbaik adalah:
a) Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan
sebelumnya
30
b) Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini
c) Tidak mengenal sama sekali
Jawaban responden yang termasuk di dalam brand
recognition adalah jawaban ”b)”, karena jawaban ”a)” sudah
termasuk di dalam kategori brand recall dan top of mind. Setelah
memperoleh jawaban responden terhadap pertanyaan ini, umumnya
pertanyaan tersebut akan dilanjutkan dengan pertanyaan untuk
mengetahui bagaimana cara responden mengenal merek tersebut
sebagai informasi pendukung dengan pertanyaan:
”Dari mana Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari mengenal merek
PROTECAL?”
2) Dengan menunjukkan foto yang menggambarkan atribut atau ciri
produk merek PROTECAL tanpa menunjukkan mereknya.
Terhadap responden dapat ditanyakan:
”Apakan Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari mengetahui merek produk
ini?”
d. Unaware of brand (Tidak Menyadari Merek)
Untuk pengukuran unware of brand dilakukan observasi
terhadap pertanyaan pengenalan brand awareness sebelumnya dengan
melihat responden menjawab alternatif ”c)” (jawaban tidak mengenal
31
sama sekali) atau menjawab tidak tahu ketika ditunjukkan foto atau
gambar produknya.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan panduan dasar bagi suatu penelitian
tentang pokok bahasan yang ingin diteliti dan ingin dicapai dalam penelitian.
Kerangka pemikiran digunakan untuk memperjelas gambaran isi penelitian.
Adapun kerangka pemikiran adalah sebagai berikut:
Gambar II.2
Kerangka Pemikiran
Top of Mind
Brand Awareness
Brand Recall
Brand Recognition
Unware of Brand
32
Dari gambar kerangka pemikiran di atas dapat dijelaskan bahwa Brand
Awareness (kesadaran merek) dapat diukur melalui empat tingkatan yaitu :
1. Top of Mind diartikan sebagai suatu merek yang disebut oleh responden
pertama kali, di mana merek yang disebut merupakan merek utama dari
berbagai merek yang melekat di benak responden.
2. Brand Recall diartikan sebagai pengingatan kembali merek tanpa bantuan.
3. Brand Recognition merupakan tingkatan minimal dari kesadaran merek
responden.
4. Unware of Brand merupakan tingkatan yang paling rendah dalam
kesadaran merek, di mana responden tidak menyadari terhadap adanya
suatu merek yang dipasarkan oleh perusahaan.
33
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Perusahaan
Empat dasawarsa lalu, tepatnya 8 Juni 1967, PT Konimex
Pharmaceutical Laboratories didirikan. Bidang usaha PT. Konimex waktu
itu adalah perdagangan obat-obatan, bahan kimia, alat laboratorium dan
alat kedokteran. Hal ini tidak terjadi dengan serta-merta. Karena
sesungguhnya usaha ”jual obat” telah PT. Konimex rintis sejak tahun
1949.
Tahun 1971, berkat dukungan fasilitas Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), Konimex mulai memproduksi obat-obatan sendiri.
Perkembangan usaha ini sangat menggembirakan, seiring pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Memasuki usia kesepuluh, skala usaha PT. Konimex
yang semakin besar menuntut sistem pengelolaan yang lebih profesional.
Bekerja sama dengan para konsultan, tahun 1977 PT. Konimex
mulai melakukan pembenahan struktur dan sistem manajemen,
melaksanakan program pelatihan, serta merekrut tenaga profesional.
Tahun 1979, PT. Konimex membangun pabrik baru di Sanggrahan,
sekitar lima kilometer barat daya Surakarta. Setahun kemudian, 1980, di
kompleks baru ini, PT. Konimex mendirikan pabrik kembang gula
34
Nimm’s. Ini merupakan awal diversifikasi Konimex ke industri makanan.
Mengikuti peraturan pemerintah yang mengharuskan pemisahan antara
produsen obat dengan distributornya, pada tahun 1980 Konimex
mendirikan PT Sinar Intermark.
Kemudian, untuk memperluas jangkauan distribusi dan sejalan
dengan semakin banyaknya produk yang dipasarkan, tahun 1986, PT.
Konimex mendirikan perusahaan distributor yang kedua, PT Marga
Nusantara Jaya. Satu dasawarsa kemudian, tahun 1994, PT. Konimex
mendirikan pabrik biskuit Sobisco. Dan saat ini, untuk mengantisipasi
kecenderungan masyarakat kembali ke alam, PT. Konimex mulai
mengembangkan produk-produk yang berbasiskan bahan-bahan alami.
Semua perkembangan yang sangat membesarkan hati ini tak lepas
dari kerja keras, mau terus belajar dan selalu berpikir untuk maju. Nilai-
nilai ini akan terus PT. Konimex jaga, dalam melanjutkan perjalanan
panjang menuju ”Hidup Bahagia.”
2. Alamat Perusahaan
a. Kantor PT. Konimex
Kepala Kantor
Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah - Indonesia
Phone (0271) - 716246, 719966, 714645
E-mail: [email protected]
Telefax: (0271) - 716247
35
Mailing Alamat
PO BOX 233 Solo - 57102
Jawa Tengah - Indonesia
b. Kantor Perwakilan
KH Wahid Hasyim 162, Jakarta - Indonesia
Phone (021) - 3145101, 3145102, 3143542, 3143575
Telefax: (021) - 3141856
Mailing Alamat
PO BOX 1403, Jakarta - Indonesia
3. Visi, Misi serta Falsafah dan Filosofi Perusahaan
a. Visi
Menjadi pemimpin pasar dalam produk perawatan kesehatan
dan makanan di Indonesia dan tingkat regional.
b. Misi
1) Dengan memiliki produk–produk yang dikenal di dunia
internasional.
2) Dengan menyediakan produk-produk perawatan kesehatan dan
makanan.
3) Dengan melakukan survei pasar untuk menyediakan produk–
produk yang inovatif.
c. Falsafah dan Filosofi PT. Konimex
”Hidup bahagia” merupakan falsafah sederhana yang
melandasi usaha PT. Konimex. Bahagia bagi setiap orang, bagi setiap
36
keluarga, dan bagi seluruh bangsa. Hidup bahagia dapat dinikmati jika
kondisi kesehatan kita baik. Untuk mewujudkan masyarakat dengan
kondisi kesehatan yang baik itulah, PT. Konimex berperan serta
melalui usaha penyediaan obat-obatan dan makanan yang bermutu,
mudah didapat serta murah harganya (3MU). Keyakinan ini PT.
Konimex rumuskan dengan tema usaha “Konimex ikut menyehatkan
bangsa.”
Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk-produk Konimex
telah melewati mata rantai pemasaran yang panjang. Sejak dari tahap
produksi, distribusi hingga promosi, semuanya direncanakan secara
terpadu. Semua unsur pemasaran tersebut mengacu pada filosofi usaha
3MU Konimex, yaitu menghasilkan produk-produk yang bermutu
tinggi, mudah diperoleh, serta relatif murah harganya bagi sebagian
besar masyarakat Indonesia.
1) Mutu Produk
Konimex memberikan priorotas pertama pada mutu produk.
Karena mutu yang tinggi merupakan jaminan bagi konsumen untuk
memperoleh produk yang aman, dapat dipercaya dan efektif. Untuk
mendapatkan mutu yang memenuhi standar, PT. Konimex
menerapkan prosedur produksi sesuai pedoman. Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) yang selalu disempurnakan. Konimex
merupakan salah satu dari perusahaan farmasi di Indonesia yang
37
telah mendapatkan sertifikasi CPOB dari Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Selanjutnya, menghadapi era pasar bebas di masa datang,
PT. Konimex mulai menetapkan manajemen mutu yang sesuai
dengan tuntutan standar internasional ISO. Dengan demikian,
produk-produk Konimex juga akan diterima naik di luar negeri.
Mutu yang baik tak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pengendalian
mutu yang berdisiplin tinggi. Pengendalian mutu di Konimex
dilakukan pada setiap tahap proses produksi. Sejak kedatangan
bahan baku, proses seleksi, pencampuran, percetakan, hingga
pengemasan produk jadi. Bahkan secara berkala, kami juga selalu
memantau kestabilan mutu produk Konimex di pasar. Semua itu
kami lakukan sebagai bagian dari komitmen kami mengenai mutu.
2) Mudah Diperoleh
Komitmen Konimex berikutnya adalah memberikan
kemudahan bagi masyarakat seluas-luasnya untuk memperoleh
produk-produk Konimex dimanapun mereka berada. Oleh
karenanya, bagi Konimex, distribusi menjadi faktor sangat penting
dan harus dapat diandalkan. Untuk menjamin kelancaran distribusi
dan memperluas wilayah jangkauan, Konimex mendirikan dua
perusahaan distributor khusus, yaitu PT Sinar Intermark dan PT
Marga Nusantara Jaya. Kedua distributor ini memiliki jaringan
cabang di hampir semua kota besar utama di Indonesia, serta
38
dukungan oleh ratusan armada distribusi. Melalui mereka, semua
produk Konimex didistribusikan ke grosir, pasar swalayan, hingga
tingkat pengecer.
Di masa mendatang, jumlah cabang akan ditambah, agar
dapat menjangkau daerah pemasaran yang lebih luas, supaya
produk-produk Konimex dari Sanggrahan akan semakin mudah
diperoleh para konsumen di berbagai pelosok Indonesia.
Sedangkan untuk keperluan ekspor, PT. Konimex merintis jalur
distribusi Asia Pasifik dengan menunjuk distributor di masing-
masing wilayah, seperti Singapura, Malaysia, Myanmar, Kamboja,
Vietnam dan Saudi Arabia.
3) Murah Harganya
Komitmen ketiga dari formula 3MU adalah kebijakan
harga. Sesuai falsafah dasarnya, produk-produk Konimex memang
tidak dibuat sebagai barang eksklusif. Semakin luas masyarakat
pengguna produksi Konimex, semakin berhasil misi ”ikut
menyehatkan bangsa”. Itu sebabnya, sekalipun dalam hal mutu
produk Konimex berstandar internasional, namun dalam kebijakan
harga tetap mempertimbangkan kemampuan lokal. Kebijakan ini
dimungkinkan karena Konimex selalu mengendalikan efisiensi
produksi yang diimbangi dengan volume penjualan yang tinggi.
Dengan demikian, maka produk-produk Konimex yang bermutu
akan semakin mudah dijangkau oleh konsumennya.
39
4. Nilai-nilai Dasar PT. Konimex
a. Excellence (dalam Produk, Pelayanan, dan Orang)
Memberikan hasil terbaik melebihi kinerja pesaing. Nilai dasar
ini menjadikan berlakunya pedoman perilaku PT. Konimex sebagai
berikut:
1) Profesional (Fokus pada peningkatan terhadap peran, tanggung
jawab dan tugasnya)
2) Fokus pada pencapaian sasaran
3) Memunculkan ide-ide pembaharuan
4) Memiliki semangat kompetisi
5) Mengutamakan mutu (kualitas, kuantitas & kecepatan) di dalam
setiap aktivitas kerja
6) Berorientasi pada kepuasan pelanggan internal dan eksternal
b. Synergy (Sinergi)
Saling menghargai perbedaan dan menyatukan kekuatan, untuk
menghasilkan kinerja yang lebih baik. Nilai dasar ini mewujudkan
berlakunya suatu pedoman prilaku berikut:
1) Memberikan kontribusi, berpartisipasi, dan berkomitmen terhadap
upaya-upaya tim dalam mencapai sasaran perusahaan / Divisi / Sub
Divisi / Bagian / Seksi
2) Menghargai pendapat/ pandangan orang lain dan mendukung
keputusan tim
40
c. Intergrity (Intergritas)
Satunya kata dengan perbuatan sesuai nilai-nilai, kebijakan
perusahaan, dan kode etik profesi. Nilai dasar ini menjadikan
berlakunya pedoman perilaku berikut:
1) Menjalankan aturan, tata tertib & standar kerja
2) Dapat dipercaya
3) Bertanggung-jawab terhadap hasil kerja, keputusan, dan perilaku
pribadi
4) Meletakkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan pribadi
5) Melakukan apa yang seharusnya dilakukan
6) Melakukan apa yang telah dikatakan
7) Mengatakan apa yang seharusnya dikatakan
5. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan
Memasuki persaingan di era pasar bebas, kualitas sumber daya
manusia memiliki peran sangat strategis. Mengantisipasi hal tersebut,
Konimex berusaha memberdayakan setiap karyawan agar terus
mengembangkan potensinya secara optimal melalui berbagai program
pengembangan. Di masa persaingan mendatang, karyawan yang
berkualitas, berdisplin tinggi, serta memiliki kemampuan bekerja sama
dalam kelompok, akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan.
Oleh karenanya, tanpa terkecuali, mulai dari tingkat pelaksana di lini
terdepan, penyelia, pengatur, hingga tingkat pengarah, semua wajib
mengikuti program pelatihan sesuai kebutuhan masing-masing. Untuk
41
memperkuat orientasi pada perbaikan mutu, Konimex menyelenggarakan
Continuous Improvement Program yang mencakup Gugus Kendali Mutu,
Tim CI (Continuous Improvement) dan Sistem Saran. Fasilitas dan
jaminan kesejahteraan diberikan kepada seluruh karyawan dalam bentuk
Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Jamsostek, serta Dana Pensiun.
Bagi karyawan yang telah memenuhi persyaratan, perusahaan juga
memberikan pinjaman untuk pembelian mobil dinas dan rumah. Fasilitas
umum seperti poliklinik dan tempat ibadah juga kami sediakan.“Pihak
Konimex menyadari, untuk membina sumber daya manusia Konimex yang
unggul, tidak ada cara lain kecuali harus melakukan berbagai pelatihan
secara konsisten”
Di bidang keorganisasian, Konimex mendukung inisiatif karyawan,
antara lain pembentukan Paguyuban Keluarga Berencana (PKB), Unit
Kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan Koperasi Karyawan
Mandiri ”SEHAT.” Dari segi jumlah, pada tahun 1967 kami memiliki 70
karyawan, sedangkan kini 2010 telah berkembang menjadi 1650
karyawan. Hal ini merupakan indikasi yang menggembirakan bagi
perkembangaan usaha. Namun sekaligus juga merupakan tantangan besar
bagi PT. Konimex untuk mengelolanya secara baik. PT. Konimex
menyadari, untuk membina sumber daya manusia Konimex yang unggul,
tidak ada cara lain kecuali kami harus melakukan berbagai pelatihan secara
konsisten. Di samping itu, PT. Konimex juga akan terus mengembangkan
berbagai konsep baru pembinaan SDM, termasuk cara-cara pemeliharan
42
tingkat kualifikasi yang telah berhasil dicapai. Dengan demikian,
keunggulan Konimex di bidang SDM ini juga akan menjadi daya tarik
yang kuat dalam perekrutan calon-calon staf baru yang berkualitas.
Adapun struktur organisasi dalam sebuah perusahaan
menggambarkan secara struktural fungsi dan peranan setiap bagian dalam
sebuah perusahaan, mulai dari atasan sampai pada bawahan. Gambar III.1
merupakan struktur organisasi PT. Konimex serta Gambar III.2 merupakan
struktur organisasi salah satu bagian PT. Konimex yaitu bagian Promotion
Service, di mana merupakan bagian yang menjadi eksekutor program
promosi melalui personal selling.
43
Gambar III.1
Struktur Organisasi PT. Konimex
44
Gambar III.2
Struktur Organisasi Bagian Promotion Service PT. Konimex
45
Adapun tanggung jawab dan spesifikasi jabatan pada bagian
promotion service sebagai berikut:
Tabel III.1
Tanggung Jawab dan Spesifikasi Jabatan Bagian Promotion Service
No Nama Jabatan
Tanggung Jawab Jumlah Spesifikasi Jabatan
1 Promotion Service Manager
a. Menjamin tersedianya jasa yang efektif dan biaya yang efisien untuk mendukung pencapaian sasaran pemasaran.
b. Menjamin terlaksananya Perencanaan tahunan 3-5 th an serta evaluasi di bagian / divisinya.
c. Lengkapnya sesuai dalam Standar kualifikasi Promotion Service Manager
1 a. S1 segala jurusan dengan pengalaman selama 3 tahun dibidang Promosi / Marketing / Administrasi
b. Lengkapnya sesuai dalam Standar kualifikasi Promotion Service Manager
2 Promotion Serivce Officer
Menjamin terlaksananya program promosi oleh pemasok dengan baik.
1 a. S1 segala jurusan dengan pengalaman selama 3 tahun dibidang Promosi / Marketing / Administrasi
b. D3 segala jurusan dengan pengalaman selama 5 tahun dibidang Promosi / Marketing / Administrasi
3 Kasie Administrasi
a. Menjamin terealisasinya kelancaran, kebenaran, dan ketepatan waktu pembauaran untuk kategori biaya ATL, BTL, dsb.
b. Menjamin tersedianya data administrasi
1 a. Kelengkapan tangan dan jari tangan serta berfungsi sempurna.
b. Selengkapnya lihat Standar Kualifikasi Kepala Seksi Administrasi Advertising & Promosi no dok GD-K-
46
untuk kategori biaya iklan dengan benar dan up to date.
c. Selengkapnya lihat Standar Kualifikasi Kepala Seksi Administrasi Advertising & Promosi no dok GD-K-3-150-03 tanggal terbit 21-01-2010
3-150-03 tanggal terbit 21-01-2010
4 Penata Administrasi
a. Bertanggung jawab atas pembuatan OP Manual (SPG yang ditangani agency)
b. Bertanggung jawab atas pemrosesan tagihan SPG yang ditangani agency.
c. Bertanggung jawab atas pemrosesan tagihan Off Air / Sponsorship.
d. Bertanggung jawab atas pemrosesan tagihan SPG Modern Trade Market (MTM)
e. Bertanggung jawab atas pembuatan OP dan BPB dari FRP SPG / Off Air
f. Selengkapnya lihat Standar Kualifikasi Penata Administrasi Promosi (1) no dok GE-K-3-300-01 tanggal terbit 19-02-2010
5 a. Kelengkapan tangan dan jari tangan serta berfungsi sempurna.
b. Selengkapnya lihat Standar Kualifikasi Penata Administrasi Promosi (1) no dok GE-K-3-300-01 tanggal terbit 19-02-2010
5 Kasie Promosi
a. Bertanggung jawab terhadap : 1) Terselenggaranya
3 Karyawan
a. Kelengkapan kaki, tangan dan jari tangan serta berfungsi sempurna
47
program – program promosi GB di areanya dengan baik dan efisien.
2) Ketersediaan sarana – sarana penunjang dan SDM pelaksana program
3) Pengawasan atas pemasangan Material Promosi yang dilakukan oleh Pihak III
b. Selengkapnya lihat dalam Standar Kualifikasi Kasie Promosi no dok GE-K-3-150-02, tanggal terbit 25-11-2009
tetap dan 8 out-
sourcing
b. Tidak buta warna
c. Tidak alergi terhadap debu, asap, suhu (panas/dingin)
d. Sesuai Job Spesification dalam Standar Kualifikasi Kasie Promosi no dok GE-K-3-150-02, tanggal terbit 25-11-2009
Adapun waktu kerja adalah 7 jam sehari atau 8 jam sehari dan 40
jam seminggu, dengan jam kerja sebagai berikut:
a. Kantor
Jadwal kerja seluruh karyawan yang bekerja di kantor untuk
hari Senin – Jumat adalah pukul 08.00 – 16.00, dengan istirahat 60
menit. Sedangkan untuk hari Sabtu pukul 08.00 – 13.00, tanpa
istirahat.
b. Pabrik
Jadwal kerja seluruh karyawan yang bekerja di kantor untuk
hari Senin – Jumat adalah pukul 08.00 – 15.30, dengan istirahat 30
menit. Sedangkan untuk hari Sabtu pukul 08.00 – 13.00, tanpa
istirahat.
48
6. Produk yang Dihasilkan
Pembangunan di berbagai sektor yang dilaksanakan pemerintah
sejak tahun tujuh puluhan telah meningkatkan kesejahteraan.
Meningkatnya kesejahteraan, menuntut peningkatan kualitas hidup. Hal ini
merupakan tantangan tersendiri bagi Konimex. Sehingga, di samping
memperkuat industri farmasi, Konimex juga mulai memperluas usaha ke
beberapa bidang lain yang masih dekat dengan usaha inti.
a. Farmasi
Divisi farmasi yang menjadi tulang punggung kelompok usaha
Konimex. Pada saat ini telah memiliki lebih dari 121 merek produk.
Hal ini sejalan dengan strategi pemasaran PT. Konimex, yaitu
membangun citra merek yang kuat, sejalan dengan visi korporat.
Kalau pada mulanya hanya memproduksi obat-obat bebas (OTC), kini
PT. Konimex juga mengembangkan obat-obat dengan resep dokter
(Ethical) serta produk nonkuratif, antara lain vitamin. Dari sediaan
semula hanya tablet, kini kami memiliki berbagai variasi sediaan,
seperti sirup, salep, krim, kapsul serta tablet effervescent.
Dalam hal pengembangan kemasan, Konimex memelopori
kemasan catch cover isi 4 yang praktis, disusul kemasan blister
modern isi 4. Saat ini, Konimex juga merupakan perusahaan farmasi
pertama di Indonesia yang memproduksi obat tetes mata kemasan
sekali pakai dengan teknologi sterile closed system. Beberapa merek
produk farmasi Konimex yang populer di masyarakat, antara lain
49
Konidin, Neo Napacin, Inza, Inzana, Paramex, Termorex, Anakonidin,
Feminax, Fungiderm, Siladex, Jesscool, Protecal, dan Braito.
b. Kembang Gula
Kembang gula menjadi pilihan pertama, ketika Konimex
melakukan diversifikasi usaha ke industri makanan sehat pada tahun
1980. Selain karena faktor peluang pasar, pilihan ini juga dengan
mempertimbangkan bahwa manajemen produksi kembang gula tidak
jauh berbeda dengan farmasi. Divisi kembang gula Nimm’s ini sejak
berdiri telah dilengkapi dengan mesin-mesin canggih dan mutakhir.
Hal tersebut untuk mengantisipasi perkembangan permintaan pasar –
terutama pangsa remaja yang dinamis.
Hingga kini, Nimm’s telah mengembangkan bermacam bentuk
kembang gula, antara lain hard candy, chewy candy, deposit candy
dan compressed candy. Inovasi dalam hal rasa juga telah
menghasilkan berbagai varian kembang gula rasa unik dan sangat
digemari oleh mayarakat, antara lain Hexos, Nano-Nano, Eski dan
Frozz.
c. Produk Alami
Semakin tingginya biaya kesehatan serta timbulnya kesadaran
bahwa tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan
moderen, menumbuhkan kecenderungan di masyarakat untuk mencari
pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif antara lain dengan
50
memanfaatkan dan melestarikan apa yang telah disediakan oleh alam
(going to nature).
Kecenderungan masyarakat tersebut mendorong kami untuk
melakukan penelitian dan pengembangan produk kesehatan yang
berbasiskan bahan-bahan alami. Hingga kini sudah 23 produk
berbasiskan bahan alami sudah dipasarkan antara lain Konicare
Minyak Telon, Konicare Minyak Kayu Putih, Virugon, Herba Drink
Sari Jahe, Sari Temulawak dan Kunir Asam. Dengan demikian, usaha
”ikut menyehatkan bangsa” semakin mendekati kenyataan.
d. Makanan Ringan
Pertumbuhan usaha kembang gula yang menggembirakan,
memperbesar keyakinan Konimex bahwa pemekaran usaha ke industri
makanan merupakan langkah tepat. Langkah pengembangan
Kelompok Usaha Konimex berlanjut dengan berdirinya Sobisco pada
tahun 1994. Sobisco adalah pabrik biskuit dan coklat yang dilengkapi
dengan fasilitas mesin-mesin canggih berkapasitas besar. Di antara
produk-produk Sobisco yang terkenal di masyarakat, antara lain Snip
Snaps, Choco Mania, Tini Wini Biti dan Diasweet Litebite.
B. Laporan Magang Kerja
1. Pengertian Magang Kerja
Magang kerja merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh
mahasiswa dengan cara terjun secara langsung ke dalam dunia kerja, di
51
mana mahasiswa dapat melihat dan merasakan penerapan dari berbagai
teori yang telah dipelajari selama perkuliahan.
2. Tujuan Magang Kerja
a. Tujuan Umum
1) Menyelaraskan antara pencapaian pembelajaran di kampus dengan
dinamika dunia kerja secara nyata.
2) Untuk meningkatkan kualitas lulusan yang memiliki kompetensi
dan daya saing.
b. Tujuan Khusus
1) Memberdayakan mahasiswa dan meningkatkan wawasan pekerjaan
melalui pengalaman kerja.
2) Melihat mahasiswa memasuki dunia kerja dan pengayaan wawasan
pekerjaan.
3. Manfaat Magang Kerja
a. Bagi Mahasiswa
1) Dapat melihat secara lebih jelas proses kerja di dalam dunia kerja
yang nyata khususnya yang terkait dengan bidang pemasaran.
2) Memberikan keterampilan dan pengalaman kerja pada mahasiswa.
b. Bagi Perguruan Tinggi
1) Terjalin hubungan yang lebih baik dengan perusahaan yang
ditempati magang kerja perusahaan untuk kemitraan selanjutnya.
52
2) Dapat mengetahui sejauh mana ilmu yang diserap oleh mahasiswa
selama perkuliahan, di mana nantinya dapat dijadikan oleh pihak
pengelola Progran Studi Diploma III Manajemen Pemasaran
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret sebagai bahan
evaluasi program pendidikan, untuk dapat menghasilkan bibit-bibit
sumber daya manusia yang memiki kompetensi dan daya saing.
c. Bagi Perusahaan
1) Menjalin kerja sama dengan dunia pendidikan.
2) Tidak tertutup kemungkinan adanya saran dari mahasiswa yang
bersifat membangun dan menyempurnakan.
4. Lokasi Magang Kerja
Lokasi pelaksanaan magang kerja yaitu di PT. Konimex yang mana
merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang farmasi,
candy (permen), food (makanan), dan food supplement (suplemen
makanan) yang cukup diperhitungkan dalam kancah bisnis di Indonesia.
Dengan alamat Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah
Indonesia, Phone (0271) - 716246, 719966, 714645.
5. Waktu atau Periode Pelaksanaan Magang Kerja
Magang kerja dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai dari 16
Januari 2012 sampai 16 Maret 2012.
53
6. Penempatan Magang Kerja
Di dalam pelaksanaan magang kerja, penulis ditempatkan pada
bagian promotion service, di mana bagian ini merupakan divisi yang
menangani atau menjadi eksekutor (pelaksana) program promosi
khususnya personal selling melalui peranan Sales Promotion Girl (SPG)
Regular maupun Event serta Sales Promotion Boy (SPB).
7. Kegiatan Magang Kerja
Seperti yang telah diuraikan secara singkat di atas bahwa bagian di
mana penulis melakukan magang kerja adalah bagian eksekutor program
promosi yang secara spesifik menangani masalah personal selling melalui
peranan Sales Promotion Girl (SPG) Regular maupun Event serta Sales
Promotion Boy (SPB). Sehingga, kegiatan magang kerja yang dilakukan
penulis yaitu berkutat dengan pelaksanaan program promosi regular
maupun event. Adapun kegiatan penulis selama pelaksanaan magang kerja
antara lain sebagai berikut:
a. Mengikuti visit para Team Leader (TL) ke beberapa outlet, di mana
SPG yang dibawahinya ditempatkan.
b. Mengikuti proses interview SPG
c. Menyiapakan material promosi (“matprom”) untuk program promosi
baik regular maupun event.
1) Program Promosi Regular
Progam promosi ini merupakan promosi melalui peranan
SPG yang dilakukan secara terus menerus atau setiap hari sesuai
54
jadwal yang telah disepakati. Untuk program promosi regular,
matprom yang perlu disiapkan antara lain: brosur atau leaflet;
bonus pembelian; sample product dan lain-lain.
2) Program Promosi Event
Progam promosi ini merupakan promosi melalui peranan
SPG atau SPB yang dilakukan pada suatu periode tertentu atau
hanya dalam satu hari saja. Untuk program promosi event,
matprom yang perlu disiapkan sesuai dengan program event yang
dijalankan pada saat itu.
Seperti program promosi atau event “Spreading Konimag,
Inzana Masuk Angin, Inza Max, Inza”. Matprom yang dibutuhkan
adalah produk itu sendiri dan hadiah pembelian dengan jumlah
tertentu.
Atau event “Bone Clinic”, di mana pada event ini program
promosi untuk produk “Protecal Solid dan Protecal Osteo” dengan
mengadakan pengecekan kondisi tulang secara gratis di beberapa
outlet. Adapun matprom yang dibutuhkan adalah sample product
“Protecal” untuk test drink beserta peralatan untuk menyiapkan test
dink itu sendiri, peralatan untuk pengecekan kondisi tulang, serta
hadiah untuk pembelian dengan jumlah tertentu produk Protecal
oleh konsumen.
Ataupun juga program promosi, di mana salah satu brand
PT. Konimex menjadi salah satu sponsor acara gathering
55
pelanggan sebuah temapt pijat refleksi. Di event ini, kami juga
mengadakan cek kolestrol gratis. Adapun matprom yang perlu
disiapkan antara lain: peralatan pengecekan kolestrol, produk, dan
beberapa brosur dan leaflet untuk sarana edukasi konsumen.
d. Membantu input data laporan penjualan dan absensi (jam kerja)
sebagai dasar pemberian gaji dan komisi SPG atau SPB.
C. Anlisis Data
Pada bab analisis data ini akan dianalisis semua data yang telah
diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Analisis data
merupakan bagian yang penting dalam suatu penelitian karena akan digunakan
dalam mengambil kesimpulan dari permasalahan yang dihadapai. Analisis data
yang digunakan yaitu dengan cara melakukan analisis deskriptif dari hasil
kuesioner.
1. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota
Surakarta.jumlah responden yang diteliti sebanyak 100 responden.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kuesioner yang telah dibagikan,
maka responden dapat digolongkan berdasarkan jenis kelamin, usia,
alamat, jenis pekerjaan dan status.
56
a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin dibedakan menjadi dua yaitu laki-laki dan
perempuan. Tabel III.2 menunjukkan distribusi jenis kelamin
responden.
Tabel III.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 58 58%
Perempuan 42 42%
Total 100 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012
Berdasarkan Tabel III.2 mengenai distribusi jenis kelamin
diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuesioner,
responden berjenis kelamin laki-laki lebih besar dari pada responden
yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini dapat diketahui dengan
melihat hasil presentaase yang dihasilkan yaitu 58% dari 100
responden yang mengisi kuesioner adalah laki-laki. Sedangkan
sisanya, sebesar 42% merupakan responden berjenis kelamin
perempuan.
b. Responden Berdasarkan Usia
Di dalam penelitian ini, responden dikelompokkan menjadi lima
kelompok usia yaitu usia kurang dari 20 tahun, usia antara 20 sampai
30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun, dan usia lebih dari 50
57
tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang
disebarkan, maka distribusi usia responden dapat diketahui pada Tabel
III.3 berikut:
Tabel III.3
Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Persentase
<20 Tahun 11 11%
20 – 30 Tahun 50 50%
31 – 40 Tahun 13 13%
41 – 50 Tahun 20 20%
>50 tahun 6 6%
Total 100 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012
Berdasarkan Tabel III.3 mengenai distribusi wilayah tempat
tinggal usia responden, diketahui bahwa dari 100 responden yang
mengisi kuesioner, responden berusia 20 – 30 tahun paling banyak
ditemui sebesar 50%. Sedangkan responden yang berusia kurang dari
20 tahun sebesar 11%, responden yang berusia 31 – 40 tahun sebesar
13%, responden yang berusia 41 – 50 tahun sebesar 20% dan
responden yang berusia lebih dari 50 tahun sebesar 6%.
58
c. Responden Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal
Di dalam penelitian ini, responden dikelompokkan menjadi lima
wilayah tempat tinggal atau kecamatan di Surakarta yaitu Kecamatan
Jebres, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamtan
Serengan dan Kecamatan Laweyan. Berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil kuesioner yang disebarkan, maka distribusi wilayah tempat
tinggal atau kecamatan responden dapat diketahui dalam Tabel III.4
berikut:
Tabel III.4
Distribusi Responden Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal
Wilayah atau Kecamatan
Frekuensi Persentase
Jebres 19 19%
Banjarsari 21 21%
Pasar Kliwon 18 18%
Serengan 10 10%
Laweyan 32 32%
Total 100 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012
Berdasarkan Tabel III.4 mengenai distribusi wilayah tempat
tinggal atau kecamatan responden, diketahui bahwa dari 100
responden yang mengisi kuesioner, responden yang beralamat atau
tinggal di wilayah Laweyan paling banyak yaitu sebesar 32%. Adapun
59
responden yang beralamat atau tinggal di wilayah Jebres sebesar 19%,
wilayah Banjarsari sebesar 21%, wilayah Pasar Kliwon sebesar 18%,
dan wilayah Serengan sebesar 10%.
d. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Di dalam penelitian ini, responden dikelompokkan menjadi lima
jenis pekerjaan yaitu Mahasiswa / Pelajar, Pegawai Negeri / PNS,
Swasta, Wiraswasta dan Lain-lain untuk mewadahi jenis pekerjaan
responden selain yang telah dikategorikan di atas. Berdasarkan data
yang diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan, maka distribusi
jenis pekerjaan responden dapat diketahui dalam Tabel III.5 berikut:
Tabel III.5
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase
Mahasiswa / Pelajar 35 35%
Pegawai Negeri / PNS 8 8%
Swasta 31 31%
Wiraswasta 17 17%
Lain-lain 9 9%
Total 100 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012
Berdasarkan Tabel III.5 mengenai distribusi jenis pekerjaan
responden, diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi
60
kuesioner, responden yang jenis pekerjaannya sebagai mahasiswa /
pelajar paling banyak dari pada opsi atau pilihan jenis pekerjaan
lainnya yaitu sebesar 35%. Adapun responden yang memiliki jenis
pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 8%, jenis
pekerjaan swasta sebesar 31%, dan jenis pekerjaan sebagai wiraswasta
sebesar 17%.
Sedangkan lain-lain merupakan pilihan yang disediakan oleh
peneliti untuk memfasilitasi responden yang memiliki jenis pekerjaan
selain opsi atau pilihan yang diberikan, seperti: ibu rumah tangga;
pekerja seni; honorer dan pensiunan. Dari hasil penelitian responden
yang memilih opsi atau pilihan lain-lain sebesar 9%.
e. Responden Berdasarkan Status
Di dalam penelitian ini, responden dikelompokkan menjadi dua
status yaitu menikah dan belum menikah. Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil kuesioner yang disebarkan, maka distribusi status
responden dapat diketahui dalam Tabel III.6 berikut:
61
Tabel III.6
Distribusi Responden Berdasarkan Status
Status Frekuensi Persentase
Menikah 41 41%
Belum Menikah 59 59%
Total 100 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012
Berdasarkan Tabel III.6 mengenai distribusi status responden,
diketahui bahwa dari 100 responden yang mengisi kuesioner,
responden yang belum menikah lebih besar jika dibandingkan dengan
responden dengan status menikah yaitu sebesar 59% dibanding
dengan 41%.
2. Analisis Deskriptif Brand Awareness
Pada bagian ini, peneliti akan menganalisis semua data yang relevan
dan telah diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dengan
melakukan analisis deskriptif dari hasil kuesioner yang telah disebarkan,
maka analisis deskriptif brand awareness (kesadaran merek) dapat diukur
dengan cara mengategorikannya menjadi empat tingkatan, yaitu top of
mind, brand recall, brand recognition dan unware of brand. Kriteria dari
keempat tingkatan brand awareness dapat dilihat sebagai berikut:
62
Tabel III.7
Kriteria Brand Awareness
Tingkatan Brand
Awareness Kriteria
Top of Mind
Merek yang pertama kali diingat oleh responden
atau pertama kali disebut ketika yang
bersangkutan ditanya tentang suatu kategori
produk
Brand Recall
Merek-merek yang dapat diingat oleh responden
setelah menyebutkan merek yang pertama kali
disebut
Brand Recognition
Responden harus diingatkan dalam pengenalan
merek dengan cara cara menyebutkan produk
atau menunjukkan foto produk.
Unware of Brand Responden tidak mengenal sama sekali terhadap
merek yang sudah disebutkan.
Sumber : Durianto, dkk 2001
a. Top of Mind
Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat
oleh responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan
ditanya tentang suatu kategori produk. Dengan kata lain, merek
tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di
dalam benak konsumen. Top of Mind adalah single respons question,
artinya, satu responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk
63
pertanyaan yang diajukan di dalam draft kuesioner yang disebarkan,
di mana pertanyaan yang diberikan adalah “Merek produk
multivitamin jenis tablet effervescent (tablet yang cara penyajiaannya
dilarutkan terlebih dahulu dalam air) apa yang pertama kali muncul
di benak Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari?”. Serta peneliti juga meminta
responden untuk mengisi alasan atau pertimbangan yang dijadikan
sebagai salah satu acuan responden dalam menuliskan merek yang
pertama kali muncul di benak responden.
Hasil dari penyebaran kuesioner dapat dilihat dalam Tabel III.8
sebagai berikut:
Tabel III.8
Anlisis Top of Mind
Merek Produk Multivitamin Jenis Tablet Effervescent
Frekuensi Persentase
CDR 38 38%
REDOXON 27 27%
PROTECAL 27 27%
SUPRADYN 4 4%
ENERVON-C 3 3%
FIT-UP 1 1%
Total 100 100%
Sumber: Data Primer, diolah 2012
64
Berdasarkan Tabel III.8 dari hasil pengolahan data yang
dilakukan, maka dapat diketahui bahwa produk multivitamin jenis
tablet effervescent yang menjadi top of mind yaitu CDR dengan
presentase sebesar 38%. Kemudian disusul dengan multivitamin
merek REDOXON dan PROTECAL yang memperoleh poin sama
yaitu sebesar 27%. Adapun ENERVON-C, SUPRADYN, FIT-UP
masing-masing menghasilkan 3%, 4% dan 1% dari 100 responden
yang memberi jawaban pada kuesioner yang disebarkan.
Dari hasil item pertanyaan yang sama, di mana peneliti
meminta kesediaan responden untuk mengisi alasan atau
pertimbangan yang dijadikan sebagai salah satu acuan responden
dalam menuliskan merek yang pertama kali muncul di benak
responden tersebut, diperoleh beberapa alasan atau pertimbangan yang
mengemuka dan dituliskan oleh responden tersebut. Adapun beberapa
alasan atau pertimbangan responden tersebut dapat diketahui melalui
Tabel III.9 sebagai berikut:
65
Tabel III.9
Alasan atau Pertimbangan Pemilihan Merek sebagai Top of Mind
Alasan atau Pertimbangan Frekuensi Persentase
Faktor Manfaat 25 25%
Faktor Promosi 21 21%
Faktor Kebiasan 20 20%
Faktor Kemudahan dalam Mendapatkan Produk
9 9%
Faktor Rasa 6 6%
Lain-lain 19 19%
Total 100 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012
Dari tabel III.9 di atas dapat pula disajikan dengan
menggunakan pie diagram sebagai berikut:
66
Sumber: Data Primer, diolah 2012
Diagram III.1
Alasan atau Pertimbangan Pilihan Merek yang menjadi Top of Mind
Pada Tabel III.9 dan didukung pula dengan Diagram III.1 dapat
diketahui bahwa faktor manfaat yang diterima oleh konsumen dari
produk menjadi alasan atau pertimbangan yang paling besar yang
mengemuka sebagai salah satu acuan dalam hal penyebutan merek
yang pertama kali ada di benak konsumen, yaitu sebesar 25%. Adapun
faktor promosi menempati urutan ke dua yaitu sebesar 21%, faktor
kebiasaan menempati urutan selanjutnya yaitu sebesar 20%, dan
secara berturut-turut faktor kemudahan dalam mendapatkan produk
dan faktor rasa menjadi urutan selanjutnya yaitu urtan ke tiga dan ke
empat dengan perolehan masing-masing sebesar 9% dan 6%.
67
Sedangkan lain-lain yang memperoleh sebesar 19% merupakan faktor
yang memfasilitasi jawaban responden selain faktor-faktor yang telah
disebutkan sebelumnya.
b. Brand Recall
Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan
merek-merek yang dapat diingat oleh responden setelah menyebutkan
merek yang pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi
response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu
(unaided question), di mana pertanyaan yang diajukan kepada
responden yaitu “Selain yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari
sebutkan di atas, merek produk multivitamin jenis tablet effervescent
(tablet yang cara penyajiannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air)
apa yang diingat?”.
Hasil dari penyebaran kuesioner dapat dilihat dalam tabel
III.10 sebagai berikut:
68
Tabel III.10
Anlisis Brand Recall
Merek Produk Multivitamin Jenis Tablet Effervescent
Frekuensi Persentase
PROTECAL 53 53%
REDOXON 17 17%
CDR 15 15%
FIT-UP 6 6%
ENERVON-C 5 5%
SUPRADYN 3 3%
VIPRO-G 1 1%
Total 100 100%
Sumber: Data Primer, diolah 2012
Berdasarkan Tabel III.10 dari hasil pengolahan data yang
dilakukan, maka dapat diketahui bahwa produk multivitamin jenis
tablet effervescent yang menjadi Brand Recall yaitu PROTECAL
dengan presentase sebesar 53%. Kemudian secara berturut-turut
disusul dengan multivitamin merek REDOXON dan CDR yang
memperoleh besaran yang tidak terpaut jauh yaitu sebesar 17% dan
15%. Adapun FIT-UP, ENERVON-C, SUPRADYN, DAN VIPRO-G
masing-masing menghasilkan 6%, 5%, 3% dan 1% dari 100
responden yang memberi jawaban pada kuesioner yang disebarkan.
69
Dari hasil item pertanyaan yang sama, di mana peneliti
meminta kesediaan responden untuk mengisi alasan atau
pertimbangan yang dijadikan sebagai salah satu acuan responden
dalam menuliskan merek yang diingat oleh responden selain merek
yang telah disebutkan pada pertanyaan sebelumnya, diperoleh
beberapa alasan atau pertimbangan yang mengemuka dan dituliskan
oleh responden tersebut. Adapun beberapa alasan atau pertimbangan
responden tersebut dapat diketahui melalui Tabel III.11 sebagai
berikut:
Tabel III.11
Alasan atau Pertimbangan Pemilihan Merek sebagai Brand Recall
Alasan atau Pertimbangan Frekuensi Persentase
Faktor Promosi 49 49%
Faktor Manfaat 27 27%
Faktor Rasa 5 5%
Faktor Kemudahan dalam Mendapatkan Produk
5 5%
Faktor Kebiasan 4 4%
Lain-lain 10 10%
Total 100 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012
Dari tabel III.11 di atas dapat pula disajikan dengan
menggunakan pie diagram sebagai berikut:
70
Sumber: Data Primer, diolah 2012
Diagram III.2
Alasan atau Pertimbangan Pilihan Merek yang menjadi Brand Recall
Pada Tabel III.11 dan didukung pula dengan Diagram III.2 dapat
diketahui bahwa faktor promosi menjadi alasan atau pertimbangan
yang paling besar yang mengemuka yang menjadi salah satu acuan
dalam hal penyebutan merek yang diingat selain merek yang telah
disebutkan di pertanyaan sebelumnya, yaitu sebesar 49% atau
menempati urutan pertama. Adapun faktor manfaat yang diterima oleh
konsumen menempati urutan ke dua yaitu sebesar 27%. Faktor rasa
dan kemudahan dalam mendapatkan produk berbagi perolehan yang
sama yaitu masing-masing sebesar 5%. Dan faktor kebiasaan
menempati urutan selanjutnya dengan perolehan sebesar 4%.
71
Sedangkan lain-lain yang memperoleh sebesar 10% merupakan faktor
yang memfasilitasi jawaban responden selain faktor-faktor yang telah
disebutkan sebelumnya.
c. Brand Recognition
Brand recognition atau pengenalan merek merupakan
pengukuran brand awareness responden, di mana kesadaran merek
diukur dengan diberikan bantuan. Pertanyan yang diajukan dibantu
dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk merek tersebut (aided
question). Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui seberapa
banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek
tersebut. Pengukuran Brand Recognition dilakukan dengan
mengajukan pertannyaan, ”Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari
mengenal produk mutivitamin merek PROTECAL?” dan memberikan
opsi jawaban sebagai berikut:
1) Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan
sebelumnya
2) Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini
3) Tidak mengenal sama sekali
Hasil dari penyebaran kuesioner dapat dilihat dalam Tabel
III.12 sebagai berikut:
72
Tabel III.12
Anlisis Brand Recognition
Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase
a. Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan sebelumnya.
78 78%
b. Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini 17 17%
c. Tidak mengenal sama sekali 5 5%
Total 100 100%
Sumber: Data Primer, diolah 2012
Berdasarkan Tabel III.12 dari hasil pengolahan data yang
dilakukan, maka dapat diketahui bahwa untuk opsi jawaban “a. Ya,
saya mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan
sebelumnya” merupakan reprensentatif dari jawaban responden untuk
item pertanyaan “Merek produk multivitamin jenis tablet effervescent
(tablet yang cara penyajiaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam air)
apa yang pertama kali muncul di benak Bapak/ Ibu/ Saudara/
Saudari?”, yang mana merupakan dasar untuk analisis Top of Mind
serta item pertanyaan “Selain yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara/
Saudari sebutkan di atas, merek produk multivitamin jenis tablet
effervescent (tablet yang cara penyajiannya dilarutkan terlebih
dahulu dalam air) apa yang diingat?”, yang mana merupakan dasar
dari analisis Brand Recall. Di mana opsi jawaban “a. Ya, saya
73
mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan sebelumnya”
memperoleh 78% dari 100 responden yang mengisi kuesioner yang
disebarkan. Sedangkan untuk opsi jawaban “b. Ya, saya mengenal
setelah mengisi kuesioner ini” memperoleh 17% dan responden yang
memilih opsi jawaban “c. Tidak mengenal sama sekali”, sebesar 5%.
Namun, untuk pengukuran Brand Recognition dilakukan
analisis berdasarkan persentase responden yang memilih opsi jawaban
“b. Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini”. Dari tabel
III.12 dapat diketahui bahwa responden yang memilih opsi jawaban
“b.” adalah sebesar 17 responden atau 17% dari 100 responden yang
telah mengisi kuesioner.
d. Unware of Brand
Untuk pengukuran unware of brand dilakukan observasi
terhadap pertanyaan pengenalan brand awareness sebelumnya dengan
melihat jawaban responden yang menjawab alternatif atau opsi
jawaban ”c. (tidak mengenal sama sekali)”.
Dari pengolahan data yang dapat juga dilihat pada Tabel III.12,
dapat diketahui bahwa responden yang memilih opsi jawaban “c.”
adalah 5 responden atau sebesar 5% dari 100 responden yang telah
mengisi kuesioner.
74
e. Media Pengenalan Merek
Untuk pengukuran media pengenalan merek dilakukan
penelitian dengan mencantumkan item pertanyaan “Dari mana Bapak/
Ibu/ Saudara/ Saudari mengenal merek “PROTECAL”?”. Serta
memberikan atau menyediakan opsi jawaban kepada responden
sebagai berikut:
1) Iklan di radio
2) Surat kabar
3) Iklan di televisi/ majalah
4) Billboard/ papan reklame
5) Event “Bone Clinic”
6) Sales Promotion Girl (SPG) / Sales Promotion Boy (SPB)
7) Keluarga/ teman
8) Lainnya,
Dari hasil pengolahan data diperoleh hasil seperti Tabel III.13
sebagai berikut:
75
Tabel III.13
Media Pengenalan Merek
Alasan atau Pertimbangan Frekuensi Persentase
Iklan Televisi atau Majalah 57 57%
Keluarga atau Teman 14 14%
Faktor Rasa 5 5%
Sales Promotion Girl (SPG) atau Sales Promotion Boy (SPB)
5 5%
Lain-lain 9 9%
Event “Bone Clinic” 8 8%
Billboard atau Papan Reklame 2 2%
Iklan di Radio 1 1%
Surat Kabar 0 0%
Total 100 100%
Sumber : Data Primer, diolah 2012
Dari Tabel III.13 di atas dapat pula disajikan dengan
menggunakan pie diagram sebagai berikut:
76
Sumber: Data Primer, diolah 2012
Diagram III.3
Media Pengenalan Merek
Pada Tabel III.13 dan didukung pula dengan Diagram III.3
terlihat jika media pengenalan produk multivitamin jenis tablet
effervescent merek PROTECAL oleh responden melalui iklan televisi
atau majalah yang paling banyak dipilih oleh responden yaitu sebesar
57% dari 100 responden yang mengisi kuesioner. Pengenalan merek
melalui keluarga atau teman menempati urutan ke dua dengan 14
responden yang memilih atau sebesar 14%, disusul kemudian
pengenalan merek melalui Sales Promotion Girl (SPG) / Sales
Promotion Boy (SPB) dan event “Bone Clinic”, di mana masing-
masing memperoleh sebesar 9% dan 8%. Dan secara berturut-turut
77
pengenalan merek melalui billboard atau papan reklame serta iklan di
radio, masing-masing memperoleh sebesar 2% dan 1%. Sedangkan
melalui media lainnnya yang memfasilitasi media selain yang telah
dicantumkan sebagai opsi atau pilihan jawaban memperoleh hasil
sebesar 9%.
D. Pembahasan
Dari hasil analisis deskriptif yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diketahui bahwa Top of Mind produk multivitamin jenis tablet effervescent
adalah merek CDR dengan perolehan sebesar 38 responden atau setara dengan
38% dari 100 responden yang telah mengisi kuesioner. Sedangakan dengan
analisis yang sama yaitu Top of Mind, PROTECAL sebagai obyek penelitian
menempati urutan ke dua dan berbagi hasil yang sama dengan REDOXON
yaitu sebesar 27 responden atau setara dengan 27% dari 100 responden yang
telah mengisi kuesioner. Sisanya sebesar 4%, 3%, dan 1% merupakan
pencantuman merek SUPRADYN, FIT-UP, dan ENERVON-C. Dan di dalam
item pertanyaan yang sama, peneliti juga meminta kesediaan responden untuk
mengisi alasan atau pertimbangan yang dijadikan sebagai salah satu acuan
responden dalam menuliskan merek yang pertama kali muncul di benak
responden tersebut, diperoleh beberapa alasan atau pertimbangan yang
mengemuka dan dituliskan masing-masing responden. Adapun alasan atau
pertimbangan yang paling banyak mengemuka adalah faktor manfaat yang
didapat dari suatu merek produk, dengan perolehan sebesar 25% dari 100
78
responden yang telah mengisi kuesioner. Atau dengan kata lain sebanyak 25
orang yang mencantumkan faktor manfaat yang didapat dari suatu merek
produk sebagai alasan atau pertimbangan mereka dalam memilih suatu merek
produk multivitamin jenis tablet effervescent yang menjadi Top of Mind (merek
yang pertama kali di benak konsumen). Urutan selanjutnnya ditempati oleh
faktor promosi dan faktor kebiasaan, di mana masing-masing memperoleh
sebesar 21% dan 20%. Selanjutnya, merupakan alasan atau pertimbangan dari
faktor kemudahan dalam mendapatkan produk memperoleh sebesar 9% dan
faktor rasa memperoleh sebesar 6%. Sedangakan sisanya sebesar 19%
merupakan lain-lain yang memfasilitasi faktor-faktor selain yang telah
disebutkan.
Sedangkan untuk tingkatan Brand Recall produk multivitamin jenis
tablet effervescent, ditempati oleh merek PROTECAL dengan perolehan
sebesar 53% dari 100 responden. Atau dengan kata lain sebanyak 53 responden
mencantumkan atau menuliskan merek PROTECAL pada item pertanyaan ke
dua yang menganalisis ingatan atau kesadaran terhadap merek produk
multivitamin jenis tablet effervescent selain yang telah disebutkan pada item
pertanyaan sebelumnya. Urutan selanjutnya adalah REDOXON dan CDR, di
mana masing-masing memperoleh 17% dan 15%. Sisanya sebesar 6%, 5%,
3%, dan 1% merupakan produk multivitamin jenis tablet effervescent merek
FIT-UP, ENERVON-C, SUPRADYN, dan VIPRO-G. Dan di dalam item
pertanyaan yang sama, peneliti juga meminta kesediaan responden untuk
mengisi alasan atau pertimbangan yang dijadikan sebagai salah satu acuan
79
responden dalam menuliskan merek yang pertama kali muncul di benak
responden tersebut, diperoleh beberapa alasan atau pertimbangan yang
mengemuka dan dituliskan masing-masing responden. Adapun alasan atau
pertimbangan yang paling banyak mengemuka adalah faktor promosi dari
suatu merek produk, dengan perolehan sebesar 49% dari 100 responden yang
telah mengisi kuesioner. Atau dengan kata lain sebanyak 49 orang yang
mencantumkan faktor promosi sebagai alasan atau pertimbangan mereka dalam
memilih suatu merek produk multivitamin jenis tablet effervescent yang
menjadi Brand Recall (ingatan atau kesadaran suatu merek produk selain yang
disebutkan sebelumnya). Urutan selanjutnnya ditempati oleh faktor manfaat
yang didapat dari suatu merek produk, di mana memperoleh sebesar 27%.
Selanjutnya, merupakan alasan atau pertimbangan dari faktor kemudahan
dalam mendapatkan produk dan faktor rasa, di mana masing-masing berbagi
perolehan yang sama yaitu sebesar 5%. Sedangakan sisanya sebesar 4%
merupakan faktor kebiasaan yang dijadikan alasan atau pertimbangan
responden dalam mengingat dan menyebutkan kembali merek produk
multivitamin jenis tablet effervescent dan 10% merupakan lain-lain yang
memfasilitasi faktor-faktor selain yang telah disebutkan.
Selain tingkatan Top of Mind dan Brand Recall yang dilakukan untuk
analisis Brand Awareness, Brand Recognition dan Unware of Brand
merupakan tingkatan yang dapat menganalisis Brand Awareness. Berdasarkan
analisis Brand Recognition, diketahui bahwa sebesar 17% dari 100 responden
atau setara dengan 17 orang responden mengenal produk multivitamin jenis
80
tablet effervescent merek PROTECAL setelah mengisi kuesioner yan
disebarkan oleh penulis. Sedangkan untuk analisis Unware of Brand, sebesar
5% dari 100 responden atau dengan kata lain sebanyak 5 orang responden tidak
mengenal sama sekali produk multivitamin jenis tablet effervescent merek
PROTECAL walaupun setelah mengisi kuesioner yang disebarkan.
Media pengenalan produk multivitamin jenis tablet effervescent merek
PROTECAL oleh responden melalui iklan televisi atau majalah yang paling
banyak dipilih oleh responden yaitu sebesar 57% dari 100 responden yang
mengisi kuesioner. Pengenalan merek melalui keluarga atau teman menempati
urutan ke dua dengan 14 responden yang memilih atau sebesar 14%, disusul
kemudian pengenalan merek melalui Sales Promotion Girl (SPG) / Sales
Promotion Boy (SPB) dan event “Bone Clinic”, di mana masing-masing
memperoleh sebesar 9% dan 8%. Dan secara berturut-turut pengenalan merek
melalui billboard atau papan reklame serta iklan di radio, masing-masing
memperoleh sebesar 2% dan 1%. Sedangkan melalui media lainnnya yang
memfasilitasi media selain yang telah dicantumkan sebagai opsi atau pilihan
jawaban memperoleh hasil sebesar 9%.
81
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pemabahasan pada bab III mengenai
tingkatan Brand Awareness produk multivitamin jenis tablet effervesecent
merek PROTECAL, maka dapat disimpulkan sebagai berikut, bahwa:
1. Sebesar 27% menempatkan PROTECAL sebagai Top of Mind produk
multivitamin jenis tablet effervesecent, namun kalah jika dibanding dengan
merek CDR (sebesar 38%). Adapun alasan atau pertimbangan yang paling
banyak mengemuka (sebesar 25%) dari pemilihan Top of Mind suatu
merek adalah faktor manfaat yang didapat dari suatu merek produk.
2. Sebesar 53% menempatkan produk multivitamin jenis tablet effervesecent
merek PROTECAL sebagai Brand Recall mereka. Adapun alasan atau
pertimbangan yang paling banyak (sebesar 49%) mengemuka dari
pemilihan Brand Recall suatu merek adalah faktor promosi.
3. Sebesar 17% menempatkan produk multivitamin jenis tablet effervesecent
merek PROTECAL sebagai Brand Recognition mereka.
4. Sebesar 5% menempatkan produk multivitamin jenis tablet effervesecent
merek PROTECAL sebagai Unware of Brand mereka.
5. Sebesar 57% mengenal produk multivitamin jenis tablet effervesecent
merek PROTECAL melalui media iklan di televisi atau majalah.
82
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, berikut ini penulis
sampaikan saran-saran yang mungkin dapat berguna:
1. Bagi Perusahaan
Hasil analisis Brand Awareness, menunjukkan bahwa produk
multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL” menempati
tingkatan Brand Recall. Pada umumnya, masyarakat Kota Surakarta telah
mengenal atau sadar terhadap produk multivitamin jenis tablet effervescent
merek “PROTECAL” melalui media iklan telvisi atau majalah, walaupun
hanya menjadi ”merek ke dua”. Untuk semakin memperpendek gap yang
ada atau bahkan meningkatkan posisi ke tingkatan Top of Mind,
hendaknya PT. Konimex:
a. Lebih memaksimalkan peranan SPG atau SPB yang telah ada saat ini,
sebagai salah satu media edukasi kepada konsumen terhadap produk
multivitamin jenis tablet effervescent merek “PROTECAL”. Hal ini
sebagai bahan pertimbangan terhadap alasan yang mengemuka dari
pilihan merek yang menjadi Top of Mind, yaitu faktor manfaat yang
diperoleh dari suatu produk. Di samping karena produk multivitamin
jenis tablet effervescent merek “PROTECAL” sendiri juga
mempunyai tiga varian yang berbeda manfaatnya, yaitu “PROTECAL
Defense”, “PROTECAL Solid” dan “PROTECAL Osteo”.
b. Mendayagunakan dan memaksimalkan peranan program promosi
berupa event “Bone Clinic” sebagai salah satu media edukasi dan
83
penawaran produk multivitamin jenis tablet effervescent merek
“PROTECAL”. Hal ini disebabkan karena program ini merupakan
event pengecekan kondisi tulang konsumen secara gratis oleh ahlinya
dengan alat modern yang disediakan oleh PT. Konimex dan konsumen
diberi penyuluhan terhadap produk multivitamin jenis tablet
effervescent merek “PROTECAL” mana yang cocok dikonsumsi
sesuai dengan kondisi dari konsumen tersebut.
c. Lebih “mendekatkan” produk multivitamin jenis tablet effervescent
merek “PROTECAL” kepada konsumen dengan memillih outlet-
outlet yang mudah dijangkau. Sebagai bahan pertimbangan terhadap
alasan yang mengemuka dari pilihan merek yang menjadi Top of
Mind, yaitu faktor kemudahan dalam mendapatkan produk.
d. Memperhatikan dan menjaga mutu produk. Di samping itu, untuk
lebih bisa membedakan antara “PROTECAL Defense”, “PROTECAL
Solid”, dan “PROTECAL Osteo”, akan lebih baik untuk merek
“PROTECAL Defense” diberi rasa yang lebih bervariasi, seperti rasa
buah lainnya yang berfungsi untuk menjaga atau memelihara daya
tahan tubuh.
2. Bagi Peneliti Lain
Jika peneliti lain ingin mengangkat topik yang sama dan
menginginkan hasil yang sesuai dengan kenyataan yang ada atau lebih
akurat, maka hendaknya lebih memperhatikan metode pengambilan
sampel.