bab i pendahuluan a. latar belakang masalah€¦ · a. latar belakang masalah . anak merupakan...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas bagi pembangunan nasional, dan mampu memimpin kesatuan dan persatuan Negara Republik Indonesia. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Di jaman yang modern ini berbagai permasalahan yang berkaitan dengan anak semakin marak, sangat disayangkan memang karena anak seharusnya dilindungi dari tindakan yang mengancam pertumbuhannya dan kelangsungan hidupnya. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. 1 Undang Undang No. 4 Tahun 1979 Pasal 2 ayat (3) dan (4) tentang Kesejahteraan anak berbunyi “Anak berhak at as pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah melahirkan. Anak berhak atas perlindungan perlindungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar.” Selanjutnya Pasal 11 ayat (2) terhadap suatu 1 Arief Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1998, h.155.

Upload: others

Post on 02-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai

sumber daya manusia yang berkualitas bagi pembangunan nasional, dan mampu

memimpin kesatuan dan persatuan Negara Republik Indonesia. Undang – Undang

Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa “setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi”. Di jaman yang modern ini berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan anak semakin marak, sangat disayangkan memang karena anak

seharusnya dilindungi dari tindakan yang mengancam pertumbuhannya dan

kelangsungan hidupnya. Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai

upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak

(fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang

berhubungan dengan kesejahteraan anak.1 Undang – Undang No. 4 Tahun 1979 Pasal

2 ayat (3) dan (4) tentang Kesejahteraan anak berbunyi “Anak berhak atas

pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah

melahirkan. Anak berhak atas perlindungan – perlindungan terhadap pertumbuhan

dan perkembangan dengan wajar.” Selanjutnya Pasal 11 ayat (2) terhadap suatu

1 Arief Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan Pengembangan Hukum

Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1998, h.155.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

2

rumusan yang mengatakan bahwa yang mengusahakan kesejahteraan anak

(Perlindungan anak) adalah Pemerintah dan atau Masyarakat. Jadi dari kalimat diatas

ditegaskan, bahwa yang harus mengusahakan perlindungan anak adalah setiap

anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai macam usaha

dalam situasi dan kondisi tertentu. Dapat dikatakan setiap warganegara, anggota

masyarakat ikut serta bertanggungjawab terhadap dilaksanakannya perlindungan anak

demi kesejahteraan anak, orangtua, masyarakat dan bangsa.2 Perlindungan anak

bermanfaat bagi anak, orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara.

Koordinasi kerjasama kegiatan perlindungan anak perlu dilakukan dalam rangka

mencegah ketidakseimbangan kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan.3

Anak wajib dilindungi agar tidak menjadi korban tindakan kebijaksanaan

siapa saja (individu atau kelompok, organisasi swasta maupun Pemerintah) baik

secara langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud menjadi korban adalah

menjadi korban, menderita kerugian (mental, fisik, sosial) oleh sebab tindakan yang

aktif atau pasif orang lain atau kelompok (swasta atau Pemerintah), baik secara

langsung maupun tidak langsung.4 Pasal 1 angka 2 UU No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlidungan anak menentukan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi anak dan hak - haknya agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2 Shanty Dellyana, Wanita dan anak dimata hukum, Yogykarta, Liberty, 1988, h. 18.

3Dr. Maidin Gultom, SH, M.hum.Perlindungan Hukum terhadap anak: dalam sistem

peradilan pidana anak di Indonesia.Bandung, Refika aditama, 2010, h 38. 4 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta, Akademi Pressindo, 1985, h 35.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

3

Berdasarkan hasil seminar perlindungan anak/remaja oleh Prayuana Pusat tanggal 30

Mei 1977, terdapat dua perumusan tentang perlindungan anak yaitu:5

“a) segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap

orang maupun lembaga pemerintah dan swasta yang bertujuan

mengusahakan pengamanan, penguasaan, pemenuhan

kesejahteraan fisik, mental dan sosial anak dan remaja yang sesuai

dengan kepentingan dan hak asasinya.”

b) segala daya upaya bersama yang dilakukan secara sadar oleh

perorangan, keluarga, masyarakat, badan-badan pemerintahan dan

swasta untuk pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan

kesejahteraan rohaniah dan dan jasmaniah anak berusia 0-21 tahun,

tidak dan belum pernah nikah, sesuai dengan hak asasi dan

kepentingannya agar dapar mengembangkan dirinya seoptimal

mungkin.”

Hak asasi anak adalah hak asasi manusia plus dalam arti kata harus

mendapatkan perhatian khusus dalam memberikan perlindungan, agar anak yang baru

lahir, tumbuh dan berkembang mendapat hak asasi manusia secara utuh.6 Ini berarti

anak harus diberikan hak perlindungan yang lebih dan tidak cukup hanya sama

dengan orang dewasa. Yang dimaksud dengan hak asasi anak adalah pernyataan

tentang Hak – hak anak – anak menurut Deklarasi PBB. Beberapa diantaranya adalah:

1. Seorang anak harus menikmati perlindungan yang khas, harus

diberi kesempatan dan kemungkinan baik oleh hukum atau

dengan cara lain agar ia dapat memperkembangkan jasmaninya,

rohani, budi pekerti, kecerdasan, dan keadaan sosial dengan cara

yang sehat dan biasa, dalam alam kemerdekaan dan

kehormatan. Dalam menjalankan hukum ini kepentingan utama

dari seseorang anak harus didahulukan.

5 Irma Setyowati Sumitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Bumi Aksara, 1990, h

14. 6Prof. Dr, H, R, Abdussalam, SIK, SH, MH dan Andri Desasfuryanto, SH, MH, Hukum

Perlindungan Anak PTIK, Jakarta, 2014, h 11.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

4

2. Seorang anak memerlukan kasih sayang dan pengertian untuk

kepentingan untuk kepentingan perkembangannya dengan

penuh dan wajar.

Seberapa mungkin seorang anak harus dibesarkan di bawah

perlindungan dan perhatian orang tuanya, sekurang – kurangya

dalam suasana kasih sayang dan jaminan sosial dan moral;

seorang anak yang masih muda tidak boleh kecuali bila keadaan

memerlukan, dipisahkan dari ibunya.Masyarakat dan penjabat –

penjabat Negara berkewajiban untuk mencurahkan perhatian

yang khas terhadap anak – anak yang tidak berkeluarga, atau

yang tidak cukup mendapatkan bantuan penghidupan. Bantuan

keuangan dari Negara maupun bantuan yang berupa lain supaya

dianjurkan bagi pemeliharaan anak – anak dari keluarga yang

besar.

3. Seorang anak berhak untuk mendapatkan pendidikan yang

bebas dan wajib, sekurang – kurangnya dalam tahun permulaan.

4. Seorang anak dalam segala keadaan harus pertama – tama

mendapat perlindungan dan bantuan.

5. Seorang anak harus dilindungi terhadap tindakan yang

membangkitkan diskriminasi sosial, agama, dan lainnya.7

Dalam Undang – Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, juga

menyebutkan setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga,

masyarakat, dan Negara (Pasal 52 ayat (1)). Hak anak adalah hak asasi manusia dan

untuk kepetingannya hak anak itu harus diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan

sejak dalam kandungan (Pasal 52 ayat (2)). Setiap anak sejak dalam kandungan

berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya

(Pasal 53 ayat (1)).

Masalah yang sering terjadi terhadap perlindungan anak adalah seringnya

terjadi cedera pada anak didik dan kejahatan di dalam lingkungan sekolah. Anak

harus dilindungi baik di luar maupun di dalam lingkungan sekolah. Sejatinya sekolah

adalah tempat dimana seorang anak dapat menuntut ilmu dengan keadaan aman dan

7 Kusumah, Mulyana W, Hukum dan Hak-Hak Anak, Jakarta, CV Rajawali, 1986, h 40-41

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

5

nyaman. Orang tua mempercayakan anaknya kepada pihak sekolah untuk dibimbing

dalam segi keilmuan termasuk juga ilmu agama maupun budi pekerti. Selain dalam

segi keilmuan orang tua percaya bahwa pada saat anaknya berada di dalam

lingkungan sekolah anak mendapat pengawasan dari guru dan pihak sekolah,

sehingga selama dalam sekolah orangtua merasa aman dan tidak perlu khawatir

anaknya mengalami tindakan yang tidak diinginkan. Apalagi ketika orang tua

mendaftarkan anaknya disekolah yang berlebel plus tentu orang tua akan sangat

percaya menyekolahkan anaknya di tempat yang mempunyai sarana dan prasana

lebih daripada sekolah lainnya, keamanan dan kenyaman anak juga lebih meyakinkan

karena biaya yang harus dikeluarkan juga tidak murah.

Seperti yang dialami Dr. Yudha Nurdian, M.Kes, ketika menyekolahkan

anaknya di “Pelita Hati National Plus School” ia berfikir bahwa anaknya akan

mendapat pelayanan yang baik, nyaman, dan aman. Bukan aman yang diperoleh

tetapi justru anaknya mengalami cedera berkali – kali. Zsa – Zsa (4 tahun) anak kedua

beliau mengalami kecelakaan yang menyebabkan kesakitan, bibir pecah serta terdapat

darah kering di baju seragamnya. Wali kelas anak tersebut berjanji agar lebih

memperhatikan anak didiknya lagi. Namun hal serupa terjadi kembali kepada anak

tersebut, 3 jarinya bengkak dan lecet. Bahkan yang lebih parahnya kakak dari Zsa –

Zsa, yakni Pilar Menara Falah (10 tahun) mengalami cedera parah yakni berupa luka

memar dan luka robek dengan jaringan kulit hilang di dahi, pelipis kiri, kelopak mata

dan hidung. Cedera tersebut terjadi saat jam istirahat, ketika Pilar Menara Falah

bermain dengan kedua temannya sesame anak didik. Karena sudah terlalu sering

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

6

anaknya mengalami cedera pada jam sekolah dan pihak sekolah dirasa tidak secara

optimal melindungi anaknya, Dr. Yudha Nurdian, M.Kes menggugat Taruna Bumi

Foundation selaku Badan Hukum yang memiliki Pelita Hati National Plus School ke

Pengadilan Negeri Jember.8 Namun, amar putusan hakim menolak gugatan tersebut.

Kemudian Dr. Yudha Nurdian, M.Kes melakukan kasasi ke MA, amar putusan tetap

sama yakni menolak dengan pertimbangan majelis hakim bahwa tanggung jawab

materiil pendidikan ada pada sekolah termasuk materi pelajaran dan budi pekerti

dalam lingkungan sekolah, dan sedangkan yang ada pada murid secara fisik menjadi

tanggung jawab orang tua murid termasuk perkembangan dan pertumbuhan fisik,

termasuk juga kecelakaan disekolah yang mengakibatkan cedera fisik.

Penulis berpendapat bahwa pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 3131

K/Pdt/2013 tidaklah tepat, mengingat bahwa Kitab Undang – Undang Perdata Pasal

1367 menentukan bahwa Guru sekolah bertanggungjawab selama anak berada di

bawah pengawasannya. Penulis tidak setuju terhadap putusan tersebut dalam hal anak

didik berada dalam sekolah bukan hanya orang tua yang bertanggungjawab

melainkan sekolah juga mengusahakan perlindungan anak tersebut. Orang tua

berpikiran bahwa ketika anak berada di lingkungan sekolah kewajiban untuk

melindungi anak tersebut menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Sebenarnya

perlindungan anak harus diusahakan dan dilakukan oleh siapa saja baik itu orang tua,

masyarakat maupun pemerintah. Dalam Undang – Undang No. 35 tahun 2014 tentang

Perubahan Undang - Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 54

8 Putusan MA Nomor 3131 K/Pdt/2013

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

7

ayat (1) menyebutkan “Anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib

mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan seks, dan

kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta

didik, dan/atau pihak lain. Kemudian pada ayat (2) dijelaskan yang melakukan

perlindungan adalah pendidik, tenaga kependidikan, aparat pemerintahan, dan/atau

masyarakat.

Anak tumbuh dan pertumbuhannya itu sangat bergantung dari kedua orang

tua. Sampai ia mandiri dan membentuk dirinya sendiri. Setiap anak itu dilahirkan

menurut fitrah, kejadian asli yang suci. Kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia

golongan Yahudi, Nasrani, atau Majusi (hadis). Itulah sabda Nabi tentang tanggung

jawab orang tua mendidik anak. Selanjutnya tentang pendidikan, Nabi bersabda

:“Ajarlah anakmu, sesungguhnya ia dijadikan untuk zaman yang bukan zamanmu”.9

Jadi, orang tua berperan penting dalam perlindungan anak, selama anak belum

dewasa anak mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan baik di dalam maupun

di luar sekolah. Menurut Hukum Adat seseorang dikatakan belum dewasa bilamana

seseorang itu belum menikah dan berdiri sendiri belum terlepas dari tanggung jawab

orang tua.10

Dalam Undang – Undang Perlindungan Anak Pasal 20 menentukan

bahwa “Negara, Pemerintah, Masyarakat, Keluarga, dan Orang tua berkewajiban dan

bertanggungjawab terhadap penyelanggarakan perlindungan anak.” Tanggung jawab

orang tua diperjelas dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata ( KUHPerdata )

9 opcit, hlm 9.

10 Hilman Hadikusuma, Hukum Adat dalam Yurisprudensi, Bandung, Citra Aditya Bakti,

1993, h 11.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

8

pasal 1367 ayat (2) mengatur bahwa “Orangtua dan wali bertanggungjawab atas

kerugian yang disebabkan oleh anak-anak yang belum dewasa, yang tinggal pada

mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orangtua atau wali.”

Disisi lain perlu diketahui bahwa mengenai tanggung jawab anak saat berada

dalam lingkungan dan jam sekolah, anak didik tersebut berada di bawah pengawasan

guru sekolahnya. Dalam pasal 1367 ayat (4) mengatur bahwa “Guru sekolah atau

kepala tukang bertanggungjawab atas kerugian yang disebabkan oleh murid-

muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-orang itu berada di bawah

pengawasannya“.

Dalam hal tanggung jawab terhadap anak didik yang mengalami baik

kecelakaan maupun kajahatan di dalam lingkungan sekolah siapakah yang sebenarnya

harus bertanggungjawab. Dengan melihat latar belakang masalah di atas maka penulis

tertarik meneliti lebih lanjut tentang tanggung jawab terhadap anak didik dalam

perspektif hukum perlindungan anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan

masalah yang ada, sebagai berikut:

1. Siapakah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan perlindungan anak

selama dalam lingkungan sekolah?

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

9

2. Mengapa mereka harus bertanggungjawab terhadap anak didik selama

dalam lingkungan sekolah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pertanggung jawaban terhadap perlindungan anak

selama dalam lingkungan sekolah

2. Untuk mengetahui latar belakang pemikiran mengapa mereka harus

bertanggungjawab terhadap anak didik dalam lingkungan sekolah

D. Manfaat Penelitian

a. Memberikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka

memberi solusi pertanggung jawaban terhadap anak didik di lingkungan

sekolah

b. Memberikan wawasan bagi para anak didik dan orang tuanya apabila anak

didik mengalami baik kekerasan maupun kecelakaan pada jam sekolah

dan berada di lingkungan sekolah sehingga dapat diambil sikap tegas

sesuai dengan aturan yang berlaku.

E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan pertimbangan

bahwa penelitian analisis terhadap perundang-undangan yang berkaitan dengan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

10

penyelenggaraan tanggung jawab terhadap anak didik dalam perspektif hukum

perlindungan anak. Penelitian hukum pada hakikatnya merupakan kegiatan

argumentasi dengan mengacu pada bahan – bahan hukum.11

Namun demikian,

penelitian kepustakaan dalam skripsi ini tidak saja terhadap bahan perundang –

undangan tetapi juga menggunakan deklarasi dan konvensi yang mengatur hak – hak

anak.

2. Metode pendekatan

Penelitian tentang tanggung jawab terhadap anak didik dalam perspektif

hukum perlindungan anak termasuk jenis penelitian hukum, maka pendekataan yang

dilakukan adalah pendekataan perundang-undangan (statute aprroach). Menurut

Johnny Ibrahim, penelitian hukum menggunakan pendekatan perundang-undangan

(statute approach) akan lebih akurat bila dibantu oleh satu atau lebih pendekatan lain,

guna memperkaya pertimbangan-pertimbangan hukum yang tepat untuk menghadapi

problem yang dihadapi.12

Maka selain pendekatan perundang-undangan (statute

aprroach), skripsi ini juga menggunakan pendekatan konsep (conceptual approach).

3. Sumber Data

Bahan – bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan

resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undang dan putusan-putusan hakim

11

Titon Slamet Kurnia, Sri Harini Dwiyatmi dan Dyah Hapsari P, Pendidikan Hukum, Ilmu

Hukum & Penelitian Hukum di Indonesia Sebuah Reorienasi, Salatiga, Fakultas Hukum

Universitas Satya Wacana, 2009, h 102 12

Dr. Johnny Ibrahim, SH, Mhum, Teori&Metiodologi penelitian Hukum Normatif, Malang,

Bayumedia Publishing, 2006, h 305.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

11

sedangkan bahan-bahan sekunder merupakan bahan-bahan publikasi tentang hukum

yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi

buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar

atas putusan pengadilan.13

a. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari :

1) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

2) Undang-undang di Luar KUHPerdata dalam hal ini :

- Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B dan 31 ayat (1)

- Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak

- Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia

- Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun

2003

- Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

- Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

3) Peraturan Pemerintah dan aturan lain dibawah undang-undang :

- Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan

Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak

Anak)

13

Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, SH, MS, LLM, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana,

2005, h 141.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

12

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 82 Tahun

2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan

di Lingkungan Satuan Pendidikan

- Kode Etik Guru Indonesia

b. Bahan – bahan hukum sekunder terdiri dari :

1) Hasil – Hasil penelitian yang berkaitan dalam bidang pendidikan

2) Hasil karya ilmiah yang berhubungan dengan judul skripsi

3) Hasil – hasil pertemuan ilmiah seperti : seminar, diskusi dan sebagainya

yang berkaitan dengan judul skripsi

c. Bahan - bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

petunjuk terhadap bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dan

terdiri dari :

1) Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian, pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data,

yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara

atau interview.Teknik pengumpulan data yang digunakan pada skripsi ini adalah

bahan pustaka dan studi dokumen.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

13

5. Penyajian data dan Analisa

Dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis kualitatif dilakukan secara

normatif. Data dalam skripsi ini diperoleh dari studi kepustakaan, aturan perundang –

undangan dan hasil – hasil karya ilmiah.Kemudian penulis menguraikan dan

menghubungkan sedemikian rupa, sehingga disajikan dalam penulisan yang lebih

sistematis guna menjawab permasalahan yang telah dirumuskan.

6. Unit Amatan

a) Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28B dan 31 ayat (1)

b) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

c) Undang - Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

d) Undang – Undang No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia

e) Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

f) Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

g) Undang - Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak

h) Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan

Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak

Anak)

i) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 82 Tahun 2015

tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di

Lingkungan Satuan Pendidikan

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah€¦ · A. Latar Belakang Masalah . Anak merupakan harapan baru untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagai sumber daya manusia yang berkualitas

14

j) Kode Etik Guru Indonesia

7. Unit Analisa

Dalam skripsi ini yang menjadi unit analisa penulis adalah pihak yang

bertanggungjawab terhadap terhadap perlindungan anak didik dan mengapa pihak

tersebut bertanggungjawab.