bab i pendahuluan a. latar belakang masalah...3 batik tulis “puri” tidak hanya memproduksi motif...

71
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang mempunyai seni tinggi. Seni bagi bangsa Indonesia bukan saja bermakna keindahan tetapi juga berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan. Berbagai bentuk seni telah ada sejak jaman prasejarah, namun hingga saat ini keberadaannya masih ada yang dilestarikan dan ada juga yang telah musnah atau dilupakan oleh masyarakat karena telah tertinggal oleh kemajuan teknologi yang semakin modern. Meskipun demikian, masih ada karya seni yang dilestarikan di negara Indonesia, bahkan menjadi satu hal yang klasik. Suwaji Bastomi (1992: 10) berpendapat bahwa: Seni menurut bahasa Sansekerta yaitu “sani” yang berarti persembahan, pelayanan, dan pemberian. Seni dapat diartikan pula sebagai penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa orang, dilahirkan dengan alat-alat komunikasi dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra dengar, indra pandang atau dilahirkan dengan perantara. Seni merupakan hasil aktivitas kreatif seseorang, maka seni mempunyai sifat gerak. Salah satu karya bangsa Indonesia yang dikagumi adalah seni batik, karena mempunyai nilai seni yang cukup tinggi dan merupakan suatu produk yang semakin diminati bahkan dikembangkan oleh negara lain. Bagi masyarakat Indonesia, batik selain sebagai benda fungsional dalam kehidupan sehari-hari juga sebagai benda yang memiliki nilai seni yaitu sebagai hiasan. Jadi, kerajinan batik selain memiliki fungsi guna juga memiliki fungsi seni. Batik pada jaman dahulu merupakan benda yang hanya dimiliki oleh kaum bangsawan saja. Namun, karena perkembangan jaman batik menjadi suatu benda kerajinan yang dapat dimiliki dan dipakai oleh masyarakat luas karena kerajinan batik telah keluar menjadi kebudayaan masyarakat umum yang disebabkan oleh adanya pergeseran budaya masyarakat. Hal ini, diperkuat dengan motif-motif batik yang ada pada jaman dahulu yang dalam pembuatannya tidak hanya mengutamakan segi keindahan tetapi juga memiliki makna dan arti dari batik yang dihasilkannya. Motif-motif yang ada pada jaman dahulu mempunyai

Upload: duongnhi

Post on 23-Apr-2018

254 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang mempunyai seni tinggi.

Seni bagi bangsa Indonesia bukan saja bermakna keindahan tetapi juga berkaitan

dengan aspek-aspek kehidupan. Berbagai bentuk seni telah ada sejak jaman

prasejarah, namun hingga saat ini keberadaannya masih ada yang dilestarikan dan

ada juga yang telah musnah atau dilupakan oleh masyarakat karena telah

tertinggal oleh kemajuan teknologi yang semakin modern. Meskipun demikian,

masih ada karya seni yang dilestarikan di negara Indonesia, bahkan menjadi satu

hal yang klasik.

Suwaji Bastomi (1992: 10) berpendapat bahwa:

Seni menurut bahasa Sansekerta yaitu “sani” yang berarti persembahan, pelayanan, dan pemberian. Seni dapat diartikan pula sebagai penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa orang, dilahirkan dengan alat-alat komunikasi dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra dengar, indra pandang atau dilahirkan dengan perantara. Seni merupakan hasil aktivitas kreatif seseorang, maka seni mempunyai sifat gerak. Salah satu karya bangsa Indonesia yang dikagumi adalah seni batik,

karena mempunyai nilai seni yang cukup tinggi dan merupakan suatu produk yang

semakin diminati bahkan dikembangkan oleh negara lain. Bagi masyarakat

Indonesia, batik selain sebagai benda fungsional dalam kehidupan sehari-hari juga

sebagai benda yang memiliki nilai seni yaitu sebagai hiasan. Jadi, kerajinan batik

selain memiliki fungsi guna juga memiliki fungsi seni.

Batik pada jaman dahulu merupakan benda yang hanya dimiliki oleh

kaum bangsawan saja. Namun, karena perkembangan jaman batik menjadi suatu

benda kerajinan yang dapat dimiliki dan dipakai oleh masyarakat luas karena

kerajinan batik telah keluar menjadi kebudayaan masyarakat umum yang

disebabkan oleh adanya pergeseran budaya masyarakat. Hal ini, diperkuat dengan

motif-motif batik yang ada pada jaman dahulu yang dalam pembuatannya tidak

hanya mengutamakan segi keindahan tetapi juga memiliki makna dan arti dari

batik yang dihasilkannya. Motif-motif yang ada pada jaman dahulu mempunyai

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

2

makna dan arti filosofis sehingga yang boleh menggunakan batik hanyalah kaum

bangsawan. Sedangkan batik yang ada dipasaran sekarang ini hanya

mengutamakan segi keindahan.

Pengaruh dan pergeseran kebudayaan mempengaruhi kerajinan batik

pada umumnya di Indonesia. Sekarang ini, mulai terlihat jelas dimana batik yang

berada di masyarakat pada umumnya tidak hanya pada pengembangan seni, akan

tetapi lebih berorientasi pada usaha untuk mencari keuntungan dari segi finansial

atau usaha untuk mencari nafkah.

Perkembangan batik dapat dilihat jelas dalam hal warna, motif, fungsi

dan teknik pembuatannya. Pada kenyataan sekarang ini, motif batik tradisional

bersaing ketat dengan batik motif-motif bebas yang lebih menarik minat para

konsumen. Budaya batik tradisional yang sekarang bersaing ketat dengan jenis

kerajinan-kerajinan lain dan agar kerajinan batik tidak tertinggal jauh oleh

pergeseran budaya, maka perlu sekali adanya usaha untuk melestarikan dan

meningkatkan kualitas baik dari segi motif, bahan, alat, dan proses pembuatan.

Kerajinan batik mempunyai gaya, corak, motif dan pewarnaan yang khas

tradisional yang kuat antara lain bermotif: Cirebon, Yogyakarta, Solo, Kartasura,

Pekalongan, dan Madura. Motif-motif tersebut merupakan warisan nenek moyang

bangsa Indonesia dan perlu dipertahankan demi kelestariannya.

Perajin batik yang ada dan berkembang di Indonesia terdapat di berbagai

daerah sampai ke pelosok pedesaan dan salah satu diantaranya berada di

Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur.

Pacitan terdapat dua wilayah kecamatan sebagai potensi perajinnya yaitu

Kecamatan Pacitan dan Kecamatan Ngadirojo. Kecamatan Ngadirojo merupakan

daerah yang paling banyak perajin batik, salah satunya yaitu kerajinan batik tulis

“Puri” dengan pemiliknya bernama ibu Puri yang beralamatkan di Desa

Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.

Industri kecil batik tulis “Puri” merupakan industri rumah tangga yang

diolah dan dikerjakan secara tradisional oleh para perajin yang sudah turun

temurun sejak nenek moyangnya, sehingga sudah membudaya baik corak,

pewarnaan dan ciri khas tersendiri. Batik tulis “Puri” banyak dipengaruhi oleh

budaya Yogyakarta dan Solo karena menurut sejarah pada zaman dahulu

masyarakat di wilayah Yogyakarta dan Solo banyak yang pindah ke arah timur

termasuk Pacitan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

3

Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih

banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan konsumen karena untuk

mengikuti perkembangan jaman dan selera konsumen.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tergerak untuk meneliti tentang

kerajinan batik tulis “Puri” di Desa Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo,

Kabupaten Pacitan karena batik tulis “Puri” merupakan batik terbesar di Pacitan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis dapat

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi pembuatan kerajinan batik tulis ”Puri” ?

2. Bagaimana proses pembuatan kerajinan batik tulis ”Puri”?

3. Bagaimana motif yang ada di kerajinan batik tulis ”Puri”?

4. Apa faktor pendukung dan penghambat kerajinan batik tulis ”Puri”?

5. Apa saja jenis produk yang dihasilkan kerajinan batik tulis ”Puri”?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mengetahui latar belakang pembuatan kerajinan batik tulis ”Puri”.

2. Mengetahui proses pembuatan batik tulis ”Puri”.

3. Mengetahui motif yang ada di pusat kerajinan batik tulis ”Puri”.

4. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat kerajinan batik tulis ”Puri”.

5. Jenis produk yang dihasilkan kerajinan batik tulis ”Puri”.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan ini dapat memberikan

informasi dan pengetahuan tentang seni kerajinan kepada masyarakat luas

khususnya tentang batik.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

4

2. Manfaat praktis, sebagai sumbangan data dan informasi bagi dunia pendidikan

yang dapat dipakai dalam penelitian lebih lanjut, dan diharapkan dapat

menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan seni kerajinan terutama

kerajinan batik.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kajian Tentang Batik

a. Pengertian Batik

Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan seni batik

yang memilki banyak ragam jenisnya. Batik merupakan salah satu jenis sandang

khas Indonesia yang sudah sejak lama dibuat oleh nenek moyang kita. Batik pada

jaman dahulu hanya untuk busana kaum wanita, tetapi sekarang batik

penggunaannya sudah mulai berubah antara lain sebagai seragam sekolah,

seragam perusahaan, dan seragam kantor.

Hamzuri (1989: 6) “Batik adalah lukisan atau gambar pada mori yang

dibuat dengan menggunakan alat bernama canting”. Batik termasuk sebuah karya

seni dwimatra, karena batik terbuat dari material dua dimensi dan batik juga

termasuk jenis lukis. Ada sebagian orang berpendapat bahwa batik termasuk jenis

lukis, hanya saja proses pembuatan batik berbeda dengan proses pembuatan lukis

pada umumnya. Hamzuri (1989: 6) “Orang melukis atau menggambar atau

menulis pada kain mori memakai canting disebut membatik dalam bahasa Jawa

dikatakan mbatik”.

Batik tidak saja untuk menghasilkan lukisan atau kain mori yang

bergambar, tetapi bisa digunakan sebagai teknik dalam pembuatan suatu karya

seni kerajinan yang muncul dari kekreatifan manusia. Endik S (dalam bukunya

Seni Membatik, 1986: 10) “Batik adalah seni dan cara untuk menghias kain

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

5

dengan menggunakan penutup lilin dengan membentuk corak hiasannya, sebuah

warna itu sendiri dicelup dengan memakai zat warna biasa”.

Amri Yahya (1971: 2) berpendapat bahwa:

Batik ialah karya yang dipaparkan dengan melukis atau ditulis, dikuaskan atau ditumpahkan atau dengan canting atau cap pada kain dengan menggunakan lilin (malam) untuk penutup pada bagian yang tetap seperti warna asli kain dasar atau jika dikehendaki warna yang lebih dari satu macam. Teknik tersebut di atas dilakukan berulang kali.

Poerwadarminta (1984: 84) “Batik adalah corak atau gambar (pada kain)

yang pembuatannya secara khusus dengan menerapkan malam kemudian

pengolahannya diproses dengan cara tertentu”.

Dari berbagai uraian tentang batik di atas maka dapat diambil kesimpulan

tentang batik yaitu karya batik merupakan hasil kreatifitas manusia yang berupa

lukisan yang alat dan pembuatannya memiliki alat khusus jika dibanding dengan

melukis pada umumnya yaitu menggunakan canting dan lilin (malam) yang

dilukiskan di kain mori dengan menerapkan pola atau motif.

2. Kajian Motif Batik

b. Pengertian Motif Batik

1) Pengertian Motif Batik

Motif batik adalah pola yang mewujudkan batik secara keseluruhan dan

berfungsi sebagai penghias bidang kain sehingga memberi keindahan visual dari

karya batik serta dapat menjadi ciri khas batik itu sendiri.

Riyanto (dalam katalog Batik Indonesia, 1997: 15) “Nama sehelai batik

pada umumnya diambil dari motifnya. Motif merupakan kebutuhan dari subjek

gambar yang menghiasi kain batik tersebut”.

Motif batik dibuat untuk mendapatkan keindahan visual dari karya batik

itu sendiri. Batik tanpa motif tidak akan ada apa-apanya karena suatu motif atau

corak merupakan satu bagian dari batik yang tidak dapat dipisahkan, karena motif

batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan gambar batik secara

keseluruhan.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

6

Edi Kurniadi (dalam bukunya Seni Kerajinan Batik, 1996: 66) “Motif

batik adalah kerangka atau gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan,

motif batik disebut pula corak batik atau pola batik”.

Poerwadarminta (1984: 593) “Kata motif berarti pola, corak, alasan

(sebab) seorang melakukan sesuatu”.

c. Motif Batik Tradisional

Sewan Susanto (1980: 212) “Motif batik adalah kerangka gambar yang

mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif batik juga disebut pola batik”.

Motif-motif yang biasa dipakai dalam pembatikan dapat dikelompokkan

menurut susunan bentuk visual dari motif batik yang ada. Penggolongan motif

batik dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Kelompok Motif dengan Unsur Ornamen Geometris

Motif atau ornamen geometris sangat banyak coraknya, diantaranya

adalah:

a) Motif Banji

Motif Banji sangat sulit dijumpai dalam proses pembatikan, motif Banji

pada dasarnya adalah ornamen Swastika yang disusun dan digabungkan.

Contoh motif Banji antara lain Banji Guling, Banji Bengkok, Banji

Kacip, dan Banji Banyumas.

Gambar 1. Motif Banji Banyumas (Sumber: Sewan Susanto, 1980: 19)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

7

b) Motif Ganggong

Motif Ganggong merupakan motif yang sangat sedikit jumlahnya dan

sudah agak sulit untuk ditemui.

Contoh motif Ganggong antara lain Ganggong Branto, Ganggong Sari,

dan Ganggong Ranti.

Gambar 2. Motif Ganggong Branto (Sumber: Sewan Susanto, 1980: 20)

c) Motif Anyaman dan Motif Nitik

Motif-motif nitik adalah semacam ceplok yang tersusun oleh garis-garis

putus.

Contoh motif Nitik antara lain Rengganis, Nitik Krawitan, Nitik dan

Jonggrong.

Gambar 3. Motif Nitik Rengganis

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

8

(Sumber: Hamzuri, 1989: 48)

d) Motif Kawung

Motif-motif Kawung adalah motif-motif yang tersusun dari bentuk

bundar-lonjong, yang disusun secara memanjang menurut garis diagonal miring

ke kiri atau ke kanan berselang-seling.

Contoh motif Kawung antara lain Kawung Picis, Kawung Bribil, dan

Kawung Sen.

Gambar 4. Motif Kawung (Sumber: Sewan Susanto, 1980: 28)

e) Motif Lereng dan Parang

Motif-motif yang tergolong Parang dan Lereng adalah motif-motif yang

tersusun menurut garis miring atau kadang-kadang kita sebut garis diagonal.

Contoh motif Lereng dan motif Parang antara lain udan liris, lereng ukel,

sekar liris, parang rusak, parang teja, dan parang gondosuli.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

9

Gambar 5. Motif Gondosuli (Sumber: Hamzuri, 1989: 37)

2) Kelompok Motif dengan Unsur Ornamen Non Geometris

Motif non geometris yaitu motif yang tersusun dari ornamen-ornamen

tumbuhan, meru, pohon hayat, candi, binatang, burung, garuda, ular, dan naga

yang dalam susunannya tidak teratur menurut bidang geometris. Meskipun

demikian dalam bidang luas akan terjadi berulang kembali susunan motif tersebut.

Macam-macam motif non geometris adalah:

a) Motif Semen

Motif Semen adalah motif yang ornamennya terdiri dari tumbuhan, meru,

burung atau lar-laran, dan binatang, yang tersusun secara harmoni tetapi tidak

menurut bidang-bidang geometris.

Contoh antara lain Semen Rama, Semen Candra, dan Semen Garuda.

Gambar 6. Motif Semen Rama (Sumber: Sewan Susanto, 1980: 234)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

10

b) Motif Buketan

Motif buketan adalah di mana pada penempatan bidang untuk ornamen

atau gambarnya tidak sama, maksudnya adalah di satu sisi bidang penuh dengan

gambar-gambar, sedang pada satu bidang sisi lainnya hampar atau kosong.

Gambar 7. Motif Terang Bulan (Sumber: Hamzuri, 1989: 96)

c) Motif Dinamis

Motif dinamis adalah motif-motif yang masih bisa dibeda-bedakan

menjadi unsur-unsur motif, tetapi ornamen didalamnya tidak lagi berupa

ornamen-ornamen tradisional, melainkan berupa ornamen-ornamen yang abstrak.

Contoh motif Dewa Ruci, Motif Gelombang Laut, dan motif Holobis.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

11

Gambar 8. Motif Dewa Ruci (Sumber: Sewan Susanto, 1980: 250)

d) Motif Pinggiran

Motif pinggiran adalah motif-motif yang khusus dipakai hiasan pinggir

kain atau motif untuk batik antara bidang yang berpola dan bidang kosong yang

tidak berpola.

Contoh antara lain: Kemada Salangan, Kemada Gandulan, Cemukiran

atau Modang.

Gambar 9. Motif Kemada Salangan (Sumber: Sewan Susanto, 1980: 254)

3. Ornamen Motif Batik Tradisional

Ornamen batik dibedakan menjadi dua yaitu ornamen utama dan

ornamen pengisi bidang atau ornamen tambahan. Sebuah uraian menyatakan

bahwa “Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang menentukan dari pada

motif tersebut, dan pada umumnya. Ornamen-ornamen utama itu masing-masing

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

12

mempunyai arti, sehingga susunan ornamen-ornamen itu dalam suatu motif

membuat jiwa atau arti daripada motif itu sendiri”. (Sewan Susanto, 1980: 212)

Namun demikian, ornamen tambahan tersebut tidak berarti kurang

penting. Ornamen tambahan tersebut akan menentukan keindahan dari ornamen

itu sendiri. Sehingga di dalam membuat ornamen pengisi bidang harus

diperhatikan. Sedangkan ornamen tambahan disini tidak mempunyai arti di dalam

pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang. Isen motifnya sendiri

berupa titik, garis-garis, gabungan titik dan garis yang berfungsi sebagai pengisi

ornamen-ornamen dari motif atau mengisi bidang diantaranya ornamen-ornamen

tersebut. Contoh ornamen dilihat dari paham Jawa yaitu ornamen utama antara

lain : Meru, Api, Ular, Burung, Garuda, Burung, Pohon, Ular. Ornamen tambahan

antara lain: cecek-cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, sisik, dan gringsing,

a. Meru

Meru melambangkan gunung atau tanah yang disebut juga bumi.

Gambar 10. Ornamen Meru

(Sumber: Sewan Susanto, 1980: 260)

b. Api

Api melambangkan lidah api, nyala api, yang disebut dengan agni atau

geni.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

13

Gambar 11. Ornamen Lidah Api

(Sumber: Sewan Susanto, 1980: 271)

c. Ular

Ular atau naga melambangkan air atau banyu disebut juga tirta.

Gambar 12. Ornamen Ular

(Sumber: Sewan Susanto, 1980: 273)

d. Burung

Burung melambangkan angin atau maruta.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

14

Gambar 13. Ornamen Burung

(Sumber: Sewan Susanto, 1980: 268)

e. Garuda

Garuda atau lar garuda melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi,

yaitu penguasa jagad dan isinya.

Gambar 14. Ornamen Garuda

(Sumber: Sewan Susanto, 1980: 266)

Ornamen-ornamen menurut paham dari kebudayaan Hindu-Indonesia

dapat diartikan sebagai berikut:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

15

f. Burung

Burung melambangkan dunia atas.

Gambar 15. Ornamen Burung

(Sumber: Sewan Susanto, 1980: 268)

g. Pohon

Pohon melambangkan dunia tengah.

Gambar 16. Ornamen Pohon

(Sumber: Sewan Susanto, 1980: 261)

h. Ular

Ular melambangkan dunia bawah.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

16

Gambar 17. Ornamen Ular

(Sumber: Sewan Susanto, 1980: 273)

Makna-makna yang terkandung dalam ornamen tersebut hampir sudah

tidak dipahami lagi oleh para perajin maupun para pengusaha batik, hanya

sebagian kecil yang memahami.

4. Kajian Bahan dan Alat Batik

a. Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Batik

1) Kain

Kain yang digunakan dalam batik ialah kain yang seratnya memanjang

dan melintang. Soedjono (dalam bukunya Batik Lukis, 1989: 12) “Kain yang

digunakan dalam pembuatan batik pada umumnya terbuat dari benang-benang

atau serat-serat alam asli. Serat-serat benang sintetis atau tiruan seperti nylon,

venil, dan sebagainya, tidak dapat menyerap warna”.

2) Lilin Batik (Malam)

Prinsip dasar dari membatik adalah menutup kain yang tidak ingin

diwarana dengan menggunakan lilin (malam). Lilin ialah cairan dari berbagai

bahan yang dicairkan menjadi satu kemudian dibekukan. Titik cair lilin batik kira-

kira 40oC.

Abdul Hadi (2002: 41) berpendapat bahwa “Lilin batik (disebut: malam

bati) terdiri dai berjenis-jenis bahan, yang setelah dicampur satu sama lain,

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

17

dilelehkan kemudian dibekukan menjadi sau”. Susunan lilin batik ada 6 yaitu:

malam tawon, gondorukem, damar mata kucing, parafin, mikrowas, dan gajih.

a) Malam Tawon

Malam tawon sering disebut dengan kote. Sifat malam tawon sangat

mendukung dalam penghambat warna dalam pembatikan yaitu mudah lekat pada

kain, tahan lama, dan tidak mudah retak. Titik leleh malam tawon adalah 59ºC.

b) Gondorukem

Pemberian pada gondorukem pada lilin adalah agar lilin batik menjadi

lebih keras dan tidak mudah membeku sehingga lilin batik menjadi lebih baik

karena sifat gondorukem mudah mencair maka gondorukem lebih mudah masuk

kedalam serat-serat kain. Titik leleh gondorukem adalah 70o – 80ºC.

c) Damar Mata Kucing

Damar mata kucing dipakai dalam dunia membatik sebagai campuran

lilin batik (malam) dengan perbandingan tertentu dan disesuaikan dengan

penggunaan lilin batik.

d) Parafin

Parafin sering disebut dengan lilin pecah, berwarna putih atau kuning

muda, dipakai dalam campuran lilin batik agar lilin batik mempunyai daya tembus

basah dan mudah dilorod.

e) Microwax

Microwak adalah jenis parafin yang lebih halus, berwarna kuning muda,

lemas, sehingga lilin batik menjadi lemas namun ulet

f) Kendal (Gajih)

Kendal merupakan lemak dari binatang, berwarna putih seperti mentega,

biasanya diambil dari binatang lembu atau kerbau. Kendal dipakai dalam

campuran lilin batik berfungsi sebagai pembuat lilin batik agar lebih lemas.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

18

b. Alat yang Digunakan dalam Proses Pembuatan Batik

1) Canting

Canting adalah alat utama dalam kegiatan membatik yang berfungsi

untuk menuliskan malam dalam kain batik. Canting merupakan salah satu penentu

dari hasil batik, apakah batik tersebut nantinya baik atau buruk. Canting terdiri

dari 3 bagian yaitu:

a) Gagang

Gagang berfungsi untuk pegangan saat canting digoreskan di atas kain.

b) Nyamplung

Nyamplung berfungsi sebagai alat penampung malam cair waktu malam

cair tersebut digoreskan di atas kain

c) Cucuk.

Cucuk berfungsi untuk keluarnya malam cair pada saat akan digoreskan.

Gambar 18. Canting (Sumber: Hamzuri, 1989: 6)

2) Kuas

Dalam motif batik ada yang membutuhkan malam dalam bentuk bidang

yang luas dan ada pula yang hanya berbentuk garis atau titik-titik saja. Untuk

melukiskan malam dalam bidang garis atau titik-titik biasanya hanya

menggunakan sebuah canting. Sedangkan untuk mengeblok bidang lukis yang

luas biasanya menggunakan kuas. Kuas banyak dijual di berbagai pasaran dan

berbagai macam bentuk ukuran dan kualitas.

3) Gawangan

Gawangan berfungsi untuk membentangkan kain. Gawangan harus

memiliki sifat yang ringan namun kuat karena selain sebagai tempat untuk

menyangga kain lebar yang dibentangkan juga harus mudah untuk dipindah. Batik

Gagang Cucuk

Nyamplung

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

19

yang berukuran kecil membuatnya tidak perlu menggunakan gawangan karena

cukup dengan tangan saja.

Gambar 19. Gawangan (Sumber: Hamzuri, 1989: 3)

4) Wajan

Wajan berfungsi sebagai tempat untuk mencairkan malam/lilin batik.

Pada jaman dahulu wajan terbuat dari tanah liat, namun dengan perkembangan

jaman dan kebudayaan manusia maka wajan sekarang terbuat dari bahan logam

atau baja.

5) Kompor

Alat yang digunakan untuk memanaskan lilin batik pada jaman dahulu

adalah anglo. Pada jaman dahulu pembatik menggunakan anglo selain senang

dengan keadaan yang tradisional juga melatih kesabaran para pembatik untuk

menjaga besar nyala bara api dalam anglo tersebut.

Namun, dengan keadaan jaman yang membutuhkan segala sesuatu yang

serba cepat, maka pembatik memilih suatu alat yang lebih modern dan praktis

yang disebut dengan kompor. Dengan menggunakan kompor pembatik lebih

mudah untuk mengatur kebutuhan besar api karena tinggal menaikan atau

menurunkan sumbu kompor melalui alat yang telah disiapkan.

6) Bak Celup

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

20

Bak celup berfungsi sebagai tempat untuk memberi warna pada kain

batik setelah kain batik selesai di malam. Bak celup yang dibutuhkan adalah

menyesuaikan dengan kebutuhan besar kecilnya kain dan banyaknya warna yang

diinginkan. Bak celup yang digunakan umumnya terbuat dari plastik.

7) Panci

Panci merupakan alat untuk menghilangkan lilin/malam yang terbuat dari

logam alumunium, dengan cara kain direbus dengan air dan diberi soda abu

secukupnya, sehingga ketel atau panci harus kuat dan tebal dan sesuai dengan

kebutuhan jumlah kain yang dilorod.

8) Sarung Tangan

Sarung tangan yang dipakai terbuat dari karet yang tidak tembus dengan

air. Sarung tangan digunakan pada waktu pemberian warna pada kain batik.

Dalam pemberian warna sebaiknya kita menggunakan sarung tangan yang lebih

besar, hal ini memudahkan kita untuk memakai dan memudahkan untuk

melepaskannya. Selain itu, sarung tangan karet juga berfungsi untuk melindungi

tangan dari bahan pewarna.

5. Kajian Pembuatan Batik (Membatik)

Batik para umumnya dibuat melalui empat tahap yaitu:

a. Tahap Pertama

1) Memotong Kain (Mori)

Memotong kain/mori disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan.

Ujung-ujungnya diplipit dan dijahit agar benang-benang kain bagian tepi tidak

lepas.

2) Mencuci Mori

Mencuci mori tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji dan kotoran

kain mori dari pabrik. Kain dari pabrik pada umumnya masih mengandung kanji

dan kotoran yang dapat mengurangi kualitas hasil kain batik. Cara mencuci kain

ialah dengan direndam dengan air semalam dan pada pagi harinya dibilas dengan

air sampai bersih

3) Menganji Mori

Menganji mori ialah memberikan kanji tipis, tetapi jangan sampai

menutup bahan pewarna. Cara ini dilakukan agar lilin batik tidak terlalu meresap

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

21

pada pori-pori kain hingga pada proses mlorod malam atau lilin batik mudah

dihilangkan

4) Mengemplong

Mengemplong ialah meratakan permukaan mori yang telah diberi kanji

tipis dengan jalan memukul berkali-kali permukaan kain. Proses ini memiliki

tujuan untuk memudahkan memudahkan kain dalam menyerap warna.

b. Tahap Kedua

Ngengrengan yaitu membuat pola atau motif dengan kertas minyak,

sepanjang kain batik yang akan dibatik, lalu kita tempelkan di bawah kain mori

dan diletakkan di atas gawangan.

Membuat gambar sesuai pola dengan menggunakan canting bercarat

sedang. Setelah itu kita ambil kertas minyaknya dan kita isi bagian-bagian

motifnya dengan motif-motifnya dengan menggunakan canting bercucuk kecil,

agar kelihatan rapi dan halus. Jika lilin tidak panas, bagian dalam kain mori tidak

tembus, sehingga harus dibatik lagi sesuai dengan motif sebelumnya. Proses ini

dalam bahasa Jawanya disebut “diterusi”.

Tidak semua bagian tengah motif harus dibatik namun ada yang harus

ditinggalkan atau dikosongkan. Bagian motif yang dikosongkan, ditutup lilin

dengan menggunakan canting bermata besar. Penutupan ini akan memberikan

warna putih setelah melalui proses penyogaan. Kegiatan ini dalam bahasa

Jawanya disebut dengan “menembok”.

c. Tahap Ketiga

Tahap ketiga dalam proses membatik adalah menyoga. Tujuan dari

menyoga adalah:

1) Melarutkan/menghilangkan lilin yang melekat dan bisa meninggalkan

bekas.

2) Menimbulkan warna putih batik dan latar hitam

Langkah-langkah dari menyoga adalah menyediakan bahan obat (napthol

dan garam) dan tiga buah alat untuk tempat larutan, misalnya ember atau panci

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

22

besar. Ember pertama diisi air hangat untuk melarutkan naptol dan tempat kedua

diisi air panas untuk tempat pelarutan garam.

Kemudian ngengrengan yang sudah jadi, dilipat seperti wiron dengan

ukuran lebar kurang lebih 20 cm, lalu dicelup ke dalam larutan napthol hingga

rata. Kemudian kita pindahkan kelarutan garam.

Selanjutnya diletakkan di tempat yang lebih tinggi agar air yang meresap

tersebut menetes (atus dan kering). Setelah itu, ulangi proses pencelupan

ngengrengan ke dalam napthol dan garam. Tujuannya agar bahan obat warna

meresap ke dalam kain. Pekerjaan dapat dilakukan dua kali atau lebih demi

kualitas warna yang baik.

Selanjutnya menyiapkan ember yang ketiga, berisi air mendidih untuk

ngengrengan (tujuannya untuk melarutkan malam yang masih melekat ke dalam

air panas) tunggu sampai dingin, barulah dicuci dengan air biasa untuk

menghilangkan kotoran, kemudian ngengrengan dijemur sampai kering. Sebagai

catatan, ngengrengan yang telah melalui proses penyogaan disebut “kelengan”

atau hitaman. Setelah kelengan kering dibatik lagi (bagian yang berwarna putih

diberi motif lagi). Sedangkan kelengan yang berwarna hitam, kita tutup lagi

dengan lilin.

d. Tahap Keempat

Tahap keempat dalam proses membatik adalah membakar kelengan

yaitu:

1) Mengubah kelengan menjadi kain batik.

2) Membentuk warna coklat dari bagian putih kelengan yang sudah dibatik.

3) Mengkilapkan warna hitam kelengan.

Proses tersebut sama dengan menyoga, tetapi menggunakan obat yang

berbeda. Dengan catatan kelengan yang sudah dibakar, menjadi kain batik yang

siap dipakai. Sebelumnya dipres lebih dahulu agar kelihatan halus dan mengkilap.

Dengan demikian, selesailah proses pembuatan kain batik melalui 4 tahapan. Agar

kain batik tersebut tidak kaku, harus kita celup ke dalam kanji dan dijemur di

tempat yang teduh.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

23

6. Kerajinan Batik di Indonesia

Kerajinan batik yang tersebar di Indonesia meliputi:

a. Daerah Surakarta dan Yogyakarta

Perkembangan batik di Surakarta dan Yogyakarta pada abad XXVII,

XXVIII, dan XXIX berkembang luas. Awalnya batik sekedar hobi dari keluarga

raja di dalam berhias melalui busana. Namun, perkembangan selanjutnya

dikembangkan oleh masyarakat sehingga batik menjadi komoditi perdagangan.

Batik Surakarta terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya. Bahan-

bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak menggunakan

bahan-bahan seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak jaman dahulu. Polanya

antara lain Sidomukti dan Sidoluruh.

Batik di Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-1 dengan

Rajanya Penembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah di Desa Plered,

Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga keraton yang

dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu raja.

b. Daerah Banyumas dan Pekalongan

Batik di Banyumas berpusat di Sokaraja, kerajinan batik Banyumas

dibawa oleh para pengikut Pangeran Diponegoro setelah selesainya peperangan

tahun 1830 mereka kebanyakan menetap di daerah Banyumas. Pengikutnya yang

terkenal ialah Najendra dan beliau yang mengembangkan batik celup di Sokaraja.

Daerah pembatikan di Banyumas sudah terkenal sejak dahulu dengan motif dan

warnanya dan sekarang dinamakan batik Banyumas.

Batik Pekalongan dibawa oleh para pengikut Pangeran Diponegoro yang

menetap di daerah ini, kemudian mengembangkan usaha batik di sekitar daerah

pantai. Selain itu, batik juga tumbuh pesat di Buawaran, Pekajangan dan

Wonopringgo. Adanya pembatikan di daerah-daerah ini hampir bersamaan dengan

pembatikan daerah-daerah lainnya yaitu sekitar abad ke-XIX.

c. Daerah Pacitan

Pada jaman dahulu ketika batik belum keluar dari keraton, batik tidak

boleh digunakan oleh masyarakat umum. Tetapi pada waktu itu ada istilah motif

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

24

batik larangan yaitu motif batik yang hanya boleh digunakan oleh kaum kraton

atau kaum bangsawan.

Setelah batik keluar dari kraton maka kerajinan batik terbagi menjadi dua

yaitu batik Saudagar dan batik Petani/Pedesaan. Batik Saudagar adalah batik yang

dihasilkan oleh kalangan saudagar atau pedagang. Batik ini lebih halus

penggarapannya, namun batik ini tidak lepas dari motif-motif kraton, hanya saja

batik saudagar telah mengalami pengembangan-pengembangan di dalam

motifnya.

Batik Petani/pedesaan adalah batik yang dihasilkn oleh masyarakat

pedesaan/petani. Batik ini penggarapannya lebih kasar jika dibandingkan dengan

batik Saudagar dan batik Larangan. Namun, batik pedesaan juga tidak lepas dari

motif-motif batik keraton, hanya saja batik pedesaan penggarapannya lebih kasar.

Pacitan merupakan daerah penghasil batik yang cukup besar. Batik di

daerah Pacitan termasuk golongan batik petani/pedesaan. Hal ini, dapat dilihat

dari ragam hias yang digunakan yaitu ragam hias tumbuh-tumbuhan/flora, dan

penggabungan antara ragam hias tumbuhan dengan ragam hias makhluk hidup

yaitu hewan bersayap (burung).

d. Daerah Jakarta

Perkembangan batik di Jakarta dibawa oleh para pendatang dari Jawa

Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan di daerah-daerah pembatikan

yaitu Tanah Abang, Karet, Bendungan Ilir, Udik, Kebayoran Lama, Mapang

Prapatan dan Tebet.

Jakarta sebelum Perang Dunia I telah menjadi pusat perdagangan antar

daerah Indonesia dengan pelabuhannya Pasar Ikan. Setelah Perang Dunia I

selesai, dimana proses pembatikan cap mulai dikenal, produksi batik meningkat

dan pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran baru. Daerah pasaran

untuk batik di Jakarta yang terkenal adalah Tanah Abang.

e. Daerah Sumatera Barat

Batik di Sumatera Barat mulai berkembang setelah pendudukan Jepang,

dimana sejak putusnya hubungan antara Sumatera dengan Jawa waktu

pendudukan Jepang, maka persediaan-persediaan batik yang ada pada pedagang-

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

25

pedagang batik sudah habis dan konsumen perlu batik untuk pakaian sehari-hari

mereka.

B. Kerangka Berfikir

Kerajinan Batik Tulis “Puri”

Bahan dan alat

Proses Produksi Faktor Pendukung

Perajin

Perkembangan Batik Tulis Periode 2004-2008

Ide

Jenis produk yang dihasilkan

Faktor Penghambat

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

26

Kerajinan Batik Tulis Puri merupakan salah satu kerajinan yang sudah

lama dikenal oleh masyarakat Pacitan dan daerah sekitarnya, selain itu juga

menghasilkan berbagai motif.

Perajin merupakan manusia kreatif yang berusaha menghasilkan karya

sebaik mungkin sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi konsumen dan

produsen. Keuntungan dalam hal ini bemakna, bagi produsen atau penghasil

barang sebagai usaha untuk mendapatkan keuntungan finansial, sedangkan bagi

konsumen adalah sebagai pemenuhan kebutuhan hidup.

Perajin harus memiliki keterampilan, kreatifitas, serta bahan dan alat

yang memadai agar mendapatkan hasil produk yang maksimal. Bahan utama

dalam membuat batik adalah kain mori yang biasa digunakan oleh masyarakat

pada umumnya.

Adanya ide yang didukung dengan tersedia alat dan bahan maka akan

menuju pada proses produksi karya batik. Dalam suatu proses produksi sering

tidak semudah apa yang ada dalam angan dan gagasan, karena dalam setiap

produksi suatu barang/karya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor

pendukung dan faktor penghambat.

Karya yang dihasilkan di kerajinan batik tulis Puri memiliki beberapa

jenis produk yang dipasarkan melalui pameran-pameran yang diadakan

pemerintah daerah, selain itu batik tulis Puri juga telah memiliki show room

sendiri.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

27

A. Tempat dan Waktu Penelitian.

Penelitian ini berlokasi di kerajinan batik tulis “Puri” desa

Cokrokembang, kecamatan Ngadirojo, kabupaten Pacitan. Alasan pemilihan

lokasi, karena pusat kerajinan batik tulis “Puri” merupakan salah satu pelopor

berdirinya kerajinan-kerajinan batik di Pacitan. Selain itu, pusat kerajinan batik

tulis “Puri” merupakan pusat kerajinan batik tertua di Pacitan dan merupakan

pusat kerajinan terbesar di Pacitan.

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2006 –

Desember 2008.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini dirancang menggunakan metode deskriptif

kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang, pelaku, peristiwa ataupun kejadian yang sedang

berlangsung dan sedang diamati.

Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2002: 3), bahwa “Metode kualitatif

adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Sedangkan deskriptif merupakan bentuk penelitian yang digunakan untuk

menjelaskan peristiwa yang terjadi pada saat sekarang sebagaimana adanya saat

penelitian dilakukan.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal

terpancang (embedded research). Sesuai dengan pendapat Sutopo (2002: 112)

bahwa “Penelitan terpancang merupakan suatu langkah sebelum melakukan

penelitian harus memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya

namun tetap terbuka dengan sifat interaktif dan variabel utamanya”.

Penelitian ini mempunyai objek tunggal maka strategi penelitian

menggunakan strategi tunggal terpancang, disebut dengan tunggal karena

penelitian diadakan pada satu lokasi saja dan disebut terpancang karena sebelum

diadakan penelitian sudah direncanakan, apa yang diteliti dibatasi pada rumusan

masalah yang menjadi objek kajian, yaitu mengetahui latar belakang berdirinya,

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

28

proses pembuatan, motif batik, faktor pendukung dan penghambat, serta bentuk

dan jenis batik yang dihasilkan kerajinan batik tulis “Puri”.

C. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan

tindakan dari orang yang diamati dan diwawancarai. Suharsimi Arikunto (2003:

130), bahwa “Sumber data adalah tempat, orang atau benda dimana peneliti dapat

mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenaan dengan

variabel yang diteliti.

Lofland dalam (Moleong, 2002: 112), bahwa “Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain lain”. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Informan

Moleong (2002: 90) menyatakan bahwa “Informan adalah orang yang

dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”.

Informan tersebut dipilih karena dianggap mengetahui tentang

permasalahan yang diteliti, maka diperoleh data yang benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan. Informan dalam penelitian ini adalah Ibu Puri sebagai

pengrajin dan perintis batik tulis “Puri” karena beliau merupakan orang yang

benar-benar mengetahui tentang permasalahan yang diteliti. Selain itu, peneliti

juga mencari data dari sekretaris kerajinan batik tulis Puri yaitu Ibu Puji.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa merupakan dua unsur pokok yang dijadikan

sumber penghimpunan informasi dan data yang dilakukan dengan berbagai teknik,

seperti pengamatan, wawancara, dan dokumen. Sasaran pengamatan dalam

penelitian ini adalah di kerajinan batik tulis “Puri” di dusun Cerbon, desa

Cokrokembang, kecamatan Ngadirojo, kabupaten Pacitan. Peristiwa yang dikaji

yaitu perkembangan proses pembuatan kerajinan batik tulis “Puri”.

3. Dokumen

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

29

Dokumen merupakan sumber data yang berupa bahan tertulis atau benda

yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktivitas. Dokumen yang ada dan

bisa mendukung dari proses penelitian ini antara lain data monografi desa, peta

desa yang fungsinya sebagai pelengkap untuk menjelaskan keberadaan wilayah

penelitian secara menyeluruh dan sebagian yang lain data-data dokumen berupa

proses pembuatan kerajinan batik tulis, motif, dan jenis produk yang dihasilkan.

D. Teknik Sampling Teknik sampling atau cuplikan merupakan suatu proses yang umum

dalam suatu penelitian yang mengarah pada seleksi. Sutopo (2002: 55), bahwa

“Cuplikan (sampling) adalah suatu bentuk khusus atau suatu proses yang umum

dalam pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi”.

Dalam hal ini cenderung bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan

berdasarkan konsep teoritik yang digunakan, dan keingintahuan pribadi, sehingga

peneliti cenderung memilih informan yang dianggap mengerti masalah secara

mendalam, dianggap tahu, dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber informasi

yang meyakinkan.

Teknik yang dipergunakan dalam penelitian adalah purposive sampling

sesuai dengan pendapat Sutopo (2002: 56) bahwa “Purposive sampling adalah

teknik untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan

masalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data

yang mantap”.

Maka dari keterangan tersebut di atas maka peneliti memilih Ibu Puri sebagai

key informant, selaku pemilik dan pimpinan kerajinan batik tulis Puri.

Pemilihan sampel ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui latar belakang berdirinya, proses pembuatan, motif batik, faktor

pendukung dan penghambat, serta jenis produk yang dihasilkan kerajinan batik

tulis “Puri. Dalam penelitian ini, peneliti juga memilih motif-motif lama dan

baru karena motif tersebut dianggap mewakili informasi yang dibutuhkan,

dianggap mewakili karena motif tersebut banyak diminati oleh konsumen.

Karya yang peneliti teliti yaitu motif lama terdiri dari: motif truntum,

potowolo, parang rusak, kawung, dan dele kecer. Motif baru terdiri dari i love

u, kupu rowo, kanthil, matahari, dan cokro-cikri.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

30

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Observasi

Sutopo (2002: 64) “Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari

sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda, serta rekaman

gambar”. Sutrisno Hadi (1990: 23) “Observasi adalah sebagai metode ilmiah yang biasa diartikan sebagai pengetahuan

dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena yang dihadapi dan diselidiki”.

Teknik observasi ini didasarkan atas pengalaman secara langsung yang merupakan alat yang akurat untuk

mengetes suatu kebenaran. Peneliti menggunakan pengamatan secara langsung dan berperan pasif dimana peneliti bisa

melakukan observasi baik secara formal ataupun informal mengenai perilaku dan kondisi lingkungan penelitian, peneliti

tidak terlibat dalam peran apapun, serta kehadiran peneliti di lokasi penelitian diketahui oleh yang diamati. Melalui

observasi langsung dan berperan pasif diperoleh data-data yang lengkap tentang suasana kerja, aktivitas pengrajin dalam

proses pembuatan kerajinan batik tulis yang menuntut kecermatan detail dan keahlian tangan pengrajinnya di desa

Cokrokembang, kecamatan Ngadirojo, kabupaten Pacitan.

2. Wawancara

Moleong (2001:135) “Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Wawancara merupakan suatu bagian penting dalam proses penelitian

yang dilakukan oleh kedua belah pihak antara pewawancara dan responden,

keberhasilan wawancara tergantung pada pewawancara, responden, topik

pembicaraan dan situasi pada saat wawancara. Sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan.

Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, di mana wawancara

mendalam (in-depth interview) dapat dilakukan berkali-kali atau setiap saat sesuai

dengan keperluan peneliti dalam waktu dan konteks yang dianggap tepat untuk

mengungkapkan dan mendapatkan data yang rinci, jujur, dan mendalam dari

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

31

informan dengan struktur yang yang tidak ketat tetapi dengan pertanyaan semakin

terfokus dan informasi yang diperoleh semakin terfokus dan informasi yang

diperoleh semakin mendalam. Seperti yang diungkapkan Sutopo (2002:59)

bahwa:

Wawancara mendalam dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pemandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam”

Informan dalam wawancara adalah Ibu Puri selaku pemilik dan perajin

kerajinan batik tulis. Dengan teknik wawancara diharapkan dapat diperoleh data-

data dari informan latar belakang berdirinya, proses pembuatan, motif batik,

faktor pendukung dan penghambat, serta bentuk dan jenis batik yang dihasilkan

kerajinan batik tulis “Puri” di desa Cokrokembang, kecamatan Ngadirojo,

kabupaten Pacitan.

3. Dokumentasi

Moleong (2002: 161) “Dokumentasi merupakan sumber data yang sangat

penting untuk mengemukakan data dalam penelitian kualitatif”, maka digunakan

sumber data berupa dokumen dalam hal pencatatan peristiwa, pengalaman atau

hal-hal lain yang berhubungan dengan penelitian.

Dokumentasi pada dasarnya adalah merekam atau mencatat peristiwa

atau aktivitas yang berhubungan dengan penelitian. Dalam metode dokumentasi

penyelesaian mengumpulkan data dari sumber-sumber yang ada yaitu laporan data

berupa arsip, majalah, surat kabar, buku-buku dan foto-foto yang berhubungan

dengan permasalahan dalam penelitian tentang kerajinan batik tulis “Puri” di desa

Cokrokembang, kecamatan Ngadirojo, kabupaten Pacitan. Seperti yang

diungkapkan Nasution (1988: 85) “Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti

buku harian, surat-surat dan dokumen resmi”.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

32

F. Validitas Data

Validitas data merupakan konsep penting yang digunakan untuk

memantapkan data yang sudah terkumpul sehingga dapat dipertanggungjawabkan

kebenaranya.

Untuk mendapatkan kevaliditasan data diperlukan teknik yang sesuai, dalam

penelitian ini dilakukan dengan teknik:

1. Triangulasi

Moleong (2002: 178), bahwa “Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Dalam

penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data sesuai yang

dikemukakan oleh Sutopo (2002: 79), bahwa “Triangulasi data adalah penelitian

dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan

data yang sejenis atau sama”.

Dari keterangan teknik triangulasi di atas maka peneliti dalam menguji

validitas data menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dalam

penelitian ini, yaitu dengan mengumpulkan dan membandingkan data dari Ibu

Puri selaku pemilik “kerajinan batik tulis “Puri” di desa Cokrokembang,

kecamatan Ngadirojo, kabupaten Pacitan.

2. Reviu Informan (Informant Review)

Reviu informan digunakan untuk meyakinkan kebenaran data yang

diperoleh, juga simpulan penelitian. Maka data-data laporan yang telah disusun

oleh peneliti perlu dikomunikasikan dengan informannya, khususnya yang

dipandang sebagai informan pokok untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis

tersebut merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang bisa disetujui informan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2002: 83) “Informant review adalah

laporan penelitian direview oleh informant (khususnya key informant) untuk

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

33

mengetahui apakah apa yang ditulis merupakan sesuatu yang dapat disetujui

mereka”.

Dalam hal ini peneliti mencatat segala informasi dari key informant

yaitu Ibu Puri, selanjutnya dikembalikan lagi hasil catatan tersebut kepada pada

key informant, untuk dapat diteliti kembali apakah ada kesalahan atau

ketidaksesuaian dalam penulisan tersebut.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Patton dalam Moleong (2002: 103) “Analisis data merupakan

upaya mencari data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data yang diperoleh”.

Analisis data dalam penelitian ini dikerjakan setelah pengumpulan data

seperti observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti mengerjakan analisis data

merupakan upaya mencari dan menata dengan sistematis catatan hasil observasi,

wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti dan

menyajikannya sebagai temuan orang lain.

Sutopo (2002: 94) “Analisis data dalam penelitian kualitatif

menggunakan tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan

simpulan”. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Sutopo (2002: 91) berpendapat bahwa “Reduksi data merupakan

komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan,

penyederhanaan dan abstraksi data dari fielnote. Proses ini berlangsung sepanjang

pelaksanaan penelitian”. Jadi reduksi data merupakan proses seleksi pemfokusan

dan penyederhanaan yang dilakukan sejak awal penelitian, penyusunan proposal,

pelaksanaan penelitian di lapangan, penyusunan laporan sampai akhir

pengumpulan data.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

34

2. Sajian Data

Sajian data adalah pengungkapan informasi yang didapatkan dalam

penelitian yang mengarah pada kemungkinan pengambilan keputusan. Sutopo

(2002: 92) berpendapat bahwa “Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi

informasi, deskripsi, dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan

penelitian dapat dilakukan”. Dalam hal ini data yang terkumpul dikelompokkan

dalam beberapa bagian sesuai jenis permasalahan, untuk memperoleh gambaran

secara menyeluruh, sehingga dapat mempermudah pemahaman guna proses

selanjutnya.

3. Penarikan Simpulan

Miles dan Huberman (dalam terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992:

19) “Penarikan simpulan dilakukan mulai dari permulaan pengumpulan data yaitu

dengan cara mencari makna dari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-

pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur serta sebab akibat dan prosisi”.

Jadi secara keseluruhan teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah model analisis mengalir (flow model of analysis). Berikut

gambar skema dari analisis data model alir:

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

35

Bagan 2: Analisis data Model Alir (Miles dan Huberman terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi, 1992: 18)

Masa Pengumpulan Data

REDUKSI DATA

PENYAJIAN DATA

Antisipasi Selama

Selama

PENARIKAN KESIMPULAN

Selama Pasca

Pasca

Pasca

= ANALISIS

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

36

H. Prosedur Penelitian

Untuk mempermudah penelitian laporan penelitian maka diperlukan

suatu prosedur penelitian yaitu tahap-tahap atau langkah-langkah yang

ditempuh dalam suatu penelitian. Pada tahap prosedur penelitian ini memberi

gambaran keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data di

lapangan, analisis data serta penafsiran terhadap data yang dikumpulkan

sampai dengan penulisan laporan hasil penelitian. Prosedur yang akan

ditempuh dalam laporan ini adalah:

1. Tahap Pra Lapangan Persiapan

Tahap yang pertama ini adalah tahap persiapan sebelum terjun ke

lapangan dan membuat rencana penelitian dan mempersiapkan semua alat dan

materi yang digunakan di dalam penelitian, antara lain:

a. Memilih lapangan penelitian yaitu kerajinan batik tulis “Puri” di desa

Cokrokembang, kecamatan Ngadirojo, kabupaten Pacitan.

b. Menyusun rancangan berupa proposal penelitian.

c. Mengurus perijinan yaitu surat ijin dari FKIP UNS.

d. Menjajagi keadaan lapangan.

e. Memilih informan, yaitu pengrajin di kerajinan batik tulis “Puri” di desa

Cokrokembang, kecamatan Ngadirojo, kabupaten Pacitan.

f. Menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Observasi Lapangan

Pada tahap ini peneliti siap melakukan penelitian, yaitu meliputi segala

aktivitas di lapangan untuk mengetahui dan mengkaji lebih jauh tentang keadaan

objek penelitian:

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

37

a. Mengumpulkan data dengan observasi langsung tentang pemilihan bahan-

bahan proses pembuatan sampai hasil akhir dari kerajinan batik Tulis “Puri”.

b. Mengadakan wawancara dengan pengrajin batik Tulis “Puri”.

c. Membuat dokumentasi dengan memotret aktivitas di lapangan dan objek yang

diteliti.

3. Tahap Analisis Data

Proses analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analsis data flow model of analysis

yang terdiri dari tiga komponen yaitu :

a. Reduksi Data.

b. Penyajian data.

c. Penarikan kesimpulan atau verifikasi.

4. Tahap Penyusunan Laporan

Tahap penyusunan laporan ini merupakan tahap akhir dalam proses

penelitian. Setelah memperoleh data yang diperlukan, kemudian dianalisis dan

sudah dapat dijamin keabsahan datanya, maka baru dilakukan penyusunan laporan

penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam rumusan

masalah.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pacitan merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang kaya dengan

objek pariwisata yaitu pantai dan goa. Perkembangan kota Pacitan tergolong

cepat hal ini terbukti dengan banyaknya pembangunan infrastruktur yang

mendukung sarana dan prasarana untuk mempermudah hubungan kota Pacitan

dengan kota lainnya. Kota Pacitan secara geografi merupakan daerah perbukitan.

Kota Pacitan sebelah selatan berbatasan dengan laut selatan, sebelah barat

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

38

berbatasan dengan Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri, sebelah utara

berbatasan dengan kota Ponorogo, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan

kota Trenggalek.

Pacitan terdiri dari beberapa Kecamatan salah satunya adalah Kecamatan

Ngadirojo. Letak Kecamatan Ngadirojo berada di sebelah timur dari kota Pacitan

yang berjarak kurang lebih 38 km. Kecamatan Ngadirojo ini secara geografis

merupakan daerah perbukitan. Kecamatan Ngadirojo terdiri dari berbagai desa.

Salah satu dari desa tersebut adalah Desa Cokrokembang. Desa Cokrokembang

terdiri dari 3 dusun yaitu dusun Kowangin, dusun Cerbon dan dusun Barak.

Dusun Cerbon inilah peneliti melakukan penelitian tepatnya

beralamatkan di Rt 03 Rw I Dusun Cerbon Desa Cokrokembang Kecamatan

Ngadirojo Kabupaten Pacitan. Menurut data monografi desa, letak desa ini

merupakan dataran rendah dengan jumlah penduduk 3037 jiwa.

1. Deskripsi Kerajinan Batik Tulis Puri di Desa Cokrokembang

Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan.

Kerajinan batik tulis Puri terletak di Desa Cokrokembang Kecamatan

Ngadirojo Kabupaten Pacitan merupakan salah satu perusahaan batik terbesar di

Pacitan yang masih bertahan sampai sekarang ditengah pesatnya kemajuan jaman.

Letak kerajinan batik Puri sangat mudah dijangkau dengan kendaraan umum

maupun pribadi karena letaknya sangat strategis membuat para konsumen mudah

untuk menjangkau dan menemukan lokasi kerajinan batik tulis Puri.

Batik Puri sudah ada sejak 60 tahun yang lalu. Batik Puri merupakan

suatu kerajinan yang teroganisir dengan baik, hal ini dapat dilihat dari sistem

manajemen dan sistem pengorganisasiannya. Dengan didukung berbagai sarana

dan prasarana maka batik Puri tetap sukses dalam menjalani usahanya. Sebagai

perusahaan yang profesional maka perusahaan batik ibu Puri ini telah memenuhi

kewajiban atau ketentuan dari pemerintah berupa:

1. Surat Tanda Daftar Perusahaan-Nomor:13355701734

Tanggal 26-02-1999

2. Surat Ijin Usaha Perdagangan-Nomor:0560/13-35/TDUP/II/99

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

39

Tanggal 24-02-1999

3. Surat Tanda Daftar Industri-Nomor: 194/13-34/KMK/III/1999

Tanggal 16-03-1999

Susunan kepengurusan terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris,

bendahara, pemasaran. Secara organisasi kerajinan batik tulis Puri terdiri dari:

1. Ketua : Ibu Puri

2. Wakil : Umi Khasanah

3. Sekretaris : Puji

4. Keuangan : Sumiatin

5. Pemasaran : Hemi

Gambar 20. Lokasi Kerajinan Batik Tulis Puri di Desa Cokrokembang Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

(Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2006)

B. Latar Belakang Berdirinya Kerajinan Batik Tulis “Puri” di Desa

Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.

Ibu Puri merupakan salah satu perajin yang masih aktif memproduksi

batik di daerah Pacitan yang terletak di Desa Cokrokembang, Kecamatan

Ngadirojo. Ibu Puri adalah anak pertama dari enam saudara yang dilahirkan dari

bapak Marlan dan ibu Kadimah yang berprofesi sebagai pembatik

Ibu Puri sejak usia 2 tahun telah menjadi yatim piatu karena kedua orang

tuanya telah meninggal dunia. Kehidupan keluarga Ibu Puri yang kurang mampu

membuat mereka harus mengalami pahit getirnya kehidupan, sehingga paman dan

bibinya tergerak untuk mengangkat mereka menjadi anak yang dirawat dengan

penuh kasih sayang.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

40

Paman dan bibinya adalah para perajin batik yang sangat ahli dalam

bidangnya dan mereka mempunyai usaha kerajinan batik yang cukup terkenal di

desanya, sehingga secara tidak langsung ibu puri pada masa kecilnya dibesarkan

di dalam lingkungan batik yang sangat mempunyai pengaruh besar terhadap masa

depan ibu puri.

Ibu Puri ketika masih duduk di kelas 2 SD, paman dan bibinya

meninggal dunia sehingga beliau harus mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari

dan membiayai sekolahnya dengan membuat batik dan menjualnya sendiri, karena

harus menanggung beban keluarga, maka beliau hanya menempuh pendidikan

sampai Sekolah Rakyat dan tidak bisa melanjutkan sampai tingkat yang lebih

tinggi. Usaha batik tulis yang telah dirintis paman dan bibinya kemudian

dilanjutkan beliau sampai sekarang.

Usaha tersebut terus berkembang sehingga dapat meningkatkan

perekonomian hidupnya maupun masyarakat setempat dan dapat membuka

lapangan pekerjaan di daerah sekitarnya, di samping untuk meningkatkan

ekonomi beliau juga ingin melestarikan kebudayaan Jawa yang hampir hilang

oleh kemajuan zaman.

Sebagai industri rumah tangga yang berkembang pesat maka beliau

mendaftarkan usahanya tersebut sesuai dengan ketentuan pemerintah yang

berupa:

C. Proses Pembuatan Kerajinan Batik Tulis “Puri”

di Desa Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan

Perusahaan batik tulis Puri merupakan kerajinan batik tulis yang

dikerjakan secara manual, sehingga di dalam proses pembuatan batik semuanya

melibatkan tenaga manusia tanpa menggunakan mesin dari tahap awal sampai

akhir. Penggunaan bahan dan alat secara maksimal dengan mengandalkan

keahlian khusus, mempengaruhi kualitas karya batik yang dihasilkan. Kerajinan

ibu Puri juga mengalami perkembangan yang sangat pesat jika dilihat dari segi

bahan dan alat, beberapa perkembangan bahan dan alat tersebut antara lain: dari

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

41

segi bahan berupa kain yang digunakan, sedangkan dari alat perkembangannya

berupa tempat pelorodan, pewarnaan, pembangunan bengkel untuk menjemur.

1. Bahan yang Digunakan Batik Tulis Puri

Pada dasarnya setiap kegiatan seni, pengrajin tidak terlepas dari adanya

pemilihan bahan dan penggunaan peralatan. Demikian juga, dalam pembuatan

batik selain menguasai peralatan dan bahan dibutuhkan keahlian dalam memlih

bahan dan keterampilan menggunakan canting dalam menghasilkan karya batik.

Berikut ini dijelaskan perkembangan bahan yang digunakan dalam pembuatan

batik.

1) Mori (Kain)

Kain adalah salah satu bahan baku dari batik yang dipola kemudian

dicanting (diberi malam cair menggunakan canting). Kain untuk membatik harus

menggunakan kain yang tidak terbuat dari bahan sintetis (serat benang tiruan),

karena kalau menggunakan kain yang terbuat dari bahan sintetis hasilnya kurang

bagus.

Kain yang digunakan dalam proses pembatikan di kerajinan batik Puri

adalah kain prima ini mempunyai ukuran 105 cm x 225 cm. Penggunaan kain

prima dihentikan karena setelah kain diwarnai hasilnya kurang cerah sehingga

mempengaruhi minat konsumen.

Kemudian untuk memenuhi kebutuhan pasar kain yang digunakan dalam

proses pembatikan di kerajinan batik Puri adalah:

1) Kain Primis

Kain primis terdiri dari beberapa jenis merk yaitu kreto, bendera 3, dan

kupu. Ukuran kain primis 105 cm x 225 cm.

2) Kain Sutra

Kain sutra terdiri dari beberapa jenis merk yaitu ATBM, sutra biasa, dan

krep. Ukuran kain 115 cm x 250 cm.

3) Mesres

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

42

Mesres mempunyai ukuran 115 cm x 250 cm.

4) Berkulin

Berkulin mempunyai ukuran110 cm x 225cm.

Gambar 21. Mori (Kain) (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2006)

a. Malam.

Malam adalah bahan yang berfungsi untuk menghalangi warna yang

tidak diinginkan pada kain. Malam yang digunakan di kerajinan batik tulis Puri

tidak ada perkembangan, masih sama dengan periode yang sebelumnya. Malam

yang digunakan di kerajinan batik Puri adalah:

1) Malam cepu berfungsi untuk sawutan.

2) Malam klowong berfungsi untuk memola.

3) Malam tembokan berfungsi untuk cecek dan ngeblok.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

43

4) Malam tawon dicampurkan dengan malam tembokan yaitu berguna untuk

cecek dan ngeblok supaya tidak mudah pecah.

Gambar 22. Malam (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2006)

b. Bahan Pewarna

Bahan pewarna dalam pembuatan batik terdiri dari 2 bahan pewarna

yaitu pewarnaan dengan Indigo dan pewarnaan dengan naphtol. Batik tulis yang

dibuat oleh Ibu Puri menggunakan pewarnaan dengan Napthol dikarenakan

prosesnya lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan cara yang menggunakan

indigo.

Bahan pewarna yang digunakan ibu Puri tidak mengalami perkembangan

masih tetap menggunakan napthol yaitu:

1) Campuran As–BO dengan garam biru BB untuk menghasilkan warna biru.

2) Campuran As–LB, 91 dengan garam merah B untuk menghasilkan warna

coklat.

3) Campuran As–G dengan garam merah B untuk menghasilkan warna orange.

4) Campuran As–G dengan garam kuning 96 untuk menghasilkan warna kuning.

5) Campuran As–BO dengan garam hitam B untuk menghasilkan warna hitam.

6) Campuran As–BO dengan garam merah B untuk menghasilkan warna merah

hati.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

44

Gambar 23. Bahan Pewarna (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2006)

1. Alat yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan batik dikerjakan

secara manual yaitu dengan mengandalkan tenaga manusia. Peralatan yang

digunakan dalam proses pembuatan batik di perusahaan batik Puri antara lain:

a. Canting

Canting merupakan alat utama dalam pembuatan batik. Canting

mempunyai fungsi untuk melukiskan malam yang telah dimasak hingga cair pada

kain yang telah dipola terlebih dahulu. Hasil dari batik juga ditentukan dari baik

buruknya canting. Canting yang digunakan dalam pembatikan yang digunakan di

kerajinan batik puri tidak mengalami perkembangan, hanya saja adanya

pergantian canting dari yang telah rusak dengan yang baru.

Canting yang digunakan di perusahaan batik Puri antara lain:

1) Canting Klowong

Canting klowong digunakan untuk membuat bagian-bagian pola pada

kain yang telah digambari terlebih dahulu. Besar lubang canting klowong lebih

besar dari canting cecek.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

45

Gambar 24. Canting Klowong (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2007)

2) Canting Ceret 2 (Dua)

Canting ceret dua digunakan untuk membuat dua garis sekalian dalam

waktu bersamaan sehingga garis tersebut sejajar dan sama.

Gambar 25. Canting Ceret Dua (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2007)

3) Canting Cecek

Canting Cecek mempunyai fungsi untuk membuat cecek (titik-titik)

dalam isen-isen.

Gambar 26. Canting Cecek (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2007)

4) Canting Tembokan

Canting Tembokan digunakan untuk menembok/mengeblok, yaitu untuk

menutup bidang-bidang kain yang luas.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

46

Gambar 27. Canting Tembokan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2007)

b. Tempat Pewarnaan dan Pelorodan

Tempat pewarnaan dan pelorodan di tempat Ibu Puri mengalami

perkembangan yang pesat. Tempat yang digunakan untuk pewarnaan hanya

menggunakan ember plastik karena tidak mengandung logam yang dapat

mempengaruhi kualitas batik.

Gambar 28. Ember Plastik (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

Perkembangan selanjutnya adalah telah dibuatkan bak-bak pewarnaan

yang permanen yang berbentuk kolam-kolam berukuran kecil yang masing

masing kolam memiliki fungsi untuk mewarnai.

Sedangkan, tempat yang digunakan untuk pelorodan batik juga terjadi

penambahan tempat yang dulunya hanya 2 buah sekarang telah menjadi 4 buah.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

47

Gambar 29. Tempat Pewarnaan dan Pelorodan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2006)

c. Kompor

Kompor berfungsi untuk melelehkan malam agar mencair. Kompor yang

digunakan di perusahaan Puri tidak mengalami perkembangan masih tetap

menggunakan kompor kecil yang jumlah sumbunya kurang lebih 4 atau 6. Tujuan

menggunakan kompor kecil adalah untuk menghasilkan api kecil dan

memudahkan pengaturan suhunya, sehingga akan menghasilkan malam yang tidak

terlalu cair dan kental yang sangat sesuai untuk proses pembatikan.

Gambar 30. Kompor (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

d. Wajan

Wajan mempunyai fungsi sebagai tempat atau wadah untuk melelehkan

malam batik. Wajan yang digunakan di perusahaan Puri tidak mengalami

perkembangan masih tetap menggunakan wajan berukuran kecil yang terbuat dari

almunium.

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

48

Gambar 31. Wajan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

e. Gunting

Gunting berfungsi untuk memotong kain mori sesuai ukuran yang

diinginkan. Perusahaan Puri gunting yang digunakan tidak mengalami

perkembangan.

f. Meja Pola

Meja pola digunakan pada saat membuat pola pada kain, terbuat dari

kayu. Perusahaan Puri, meja pola yang digunakan tidak mengalami

perkembangan.

g. Gawangan

Gawangan berfungsi untuk membentangkan kain pada saat waktu

dicanting. Perusahaan Puri, gawangan yang digunakan tidak mengalami

perkembangan masih tetap menggunakan gawangan yang terbuat dari bambu.

Gambar 32. Gawangan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

49

h. Sarung Tangan.

Sarung tangan digunakan pada waktu pewarnaan dan pelorodan terbuat

dari karet sintetis. Hal ini bertujuan agar tangan terlindungi dari zat warna pada

saat pewarnaan karena warna yang digunakan untuk membatik bila terkena tangan

sulit dihilangkan. Sarung tangan yang digunakan di perusahaan Puri tidak

mengalami perkembangan masih tetap menggunakan sarung tangan.

Gambar 33. Sarung Tangan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

i. Tempat Duduk atau Dingklik.

Dingklik berfungsi untuk duduk pada waktu pencantingan. Perusahaan

Puri, tempat duduk yang digunakan tidak mengalami perkembangan masih tetap

menggunakan dingklik yang terbuat dari kayu dan plastik.

j. Ijuk

Ijuk terbuat dari bahan serat-serat pohon aren. Ijuk digunakan untuk

menghilangkan malam yang tersumbat dicucuk canting pada waktu pembatikan.

Perusahaan Puri, ijuk yang digunakan tidak mengalami perkembangan masih

tetap.

k. Bengkel.

Bengkel di tempat kerajinan batik Puri adalah sebuah ruangan tempat

penjemuran/pengeringan kain batik yang telah melalui proses pembuatan ketika

cuaca tidak mendukung (hujan/mendung), selain berfungsi sebagai tempat

pengeringan/penjemuran juga digunakan sebagai tempat untuk mencanting.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

50

Gambar 34. Ruang Bengkel (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

2. Proses Pembuatan Batik Tulis

di Kerajinan Batik Tulis Puri

Proses pembuatan batik di kerajinan batik tulis Puri tidak mengalami

perubahan yang mendasar, masih mengacu pada cara-cara lama. Proses

pembuatan batik tulis di kerajinan batik Puri melalui tahapan-tahapan sebagai

berikut:

a. Tahap Pemotongan Kain Mori

Sebelum menjadi kain batik yang siap dipakai, mori harus melalui

beberapa tahap pembuatan. Tahap pembuatannya terdiri dari beberapa macam

yaitu: merendam, menganji, dan pengemplongan.

1) Merendam

Kain mori direndam dalam air mendidih selama 2 menit dengan

menggunakan TRO (Turkiesh Red Oil) dengan tujuan agar kain nanti mudah

untuk menyerap warna.

2) Menganji

Setelah selesai merendam, kain mori dikeringkan kemudian diberi kanji

agar kain menjadi kaku. Kanji terlalu pekat, akan mempersulit dalam penggunaan

malam batik karena sukar menempel sehingga mutu gambar menurun. Kanji yang

terlalu encer akan menyebabkan gambar mudah membelobor.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

51

3) Pengemplongan

Tahap selanjutnya pengemplongan dilakukan dengan maksud agar kain

tidak terlalu kaku, lemas, dan mudah dibatik. Kain yang akan dikemplong

digulung, dilipat ditaruh di atas kayu, kemudian dipukuli dengan balok kayu

secara perlahan.

Setelah kain melalui tahapan-tahapan tersebut maka kain mori siap

dikerjakan untuk proses selanjutnya.

b. Membuat Pola

Kain yang sudah melalui tahapan-tahapan tersebut di atas kemudian

dibuat pola atau gambar sesuai dengan pesanan (gambar pola telah disiapkan oleh

pemilik jadi konsumen tinggal memilih sesuai selera) dengan menggunakan pensil

6B agar warna yang dihasilkan jelas dan mudah dihilangkan.

c. Mencanting atau Pemberian Malam

Kain yang sudah diberi pola kemudian dicanting (pemberian malam

pada kain) dengan menggunakan canting klowong. Malam yang digunakan adalah

malam klowong. Pekerjaan mencanting dilakukan bolak-balik pada sisi kain

pekerjaan ini disebut nerusi, gunanya adalah agar kain yang sudah dicanting tadi

tidak mudah kemasukan warna pada waktu proses pewarnaan. Setelah proses

nglowong tadi selesai kemudian diteruskan dengan ngeblok atau nembok, yaitu

menutup bagian kain yang tidak diinginkan kena warna.

Gambar 35. Mencanting atau Pemberian Malam (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

52

d. Proses Pewarnaan

Proses pewarnaan merupakan salah satu penentu dari keberhasilan

pembuatan batik. Disebut penentu karena apabila dari proses pewarnaan

mengalami kerusakaan maka akan rusak pula hasil dari pembatikan tersebut, atau

dapat dikatakan proses pembatikan gagal. Jadi pada proses pewarnaan ini harus

lebih hati-hati.

Warna-warna yang digunakan di perusahaan Batik Puri antara lain

1) Warna biru yang dihasilkan oleh campuran ASBO + garam biru BB.

2) Warna coklat yang dihasilkan oleh campuran ASLB, 91 + garam merah B.

3) Warna orange yang dihasilkan oleh campuran ASG + garam merah B.

4) Warna kuning dihasilkan oleh campuran ASG + garam kuning 96.

5) Warna hitam dihasilkan oleh campuran ASBO + garam hitam B.

6) Warna merah hati dihasilkan oleh campuran ASBO + garam merah B.

Proses pewarnaan melalui beberapa tahap yaitu sebelum kain dimasukan

pada bahan pewarna, kain terlebih dahulu dibasahi dengan air bersih dengan

tujuan agar warna dapat menyerap dengan cepat. Kemudian kain yang telah

dibasahi dengan air bersih tadi ditiriskan. Setelah kain ditiriskan kain tadi

dimasukkan ke dalam larutan pewarna, kemudian setelah kain dicelupkan pada

larutan pewarna secara merata lalu kain tersebut dicelupkan pada garam hingga

merata. Tujuan dari pemberian garam ini adalah untuk mengikat warna agar tidak

pudar. Hal ini dilakukan 6-7 kali. Untuk setiap pewarnaan di kerajinan batik Puri

ini menghabiskan kurang lebih 5 kg bahan pewarna.

Gambar 36. Proses Pewarnaan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

53

e. Pelorodan

Pelorodan dilakukan setelah proses pewarnaan selesai yaitu dengan cara

kain batik dimasukan ke dalam air mendidih yang dicampuri obat berupa abu

soda, kemudian diaduk sampai malam yang melekat pada kain hilang. Setelah itu

kain dicuci hingga bersih sampai tidak ada sisa malam yang menempel di kain dan

dijemur hingga kering cara ini dinamakan ngesut. Setelah kering kain batik

disetrika lalu dikemas dan siap dipasarkan.

Gambar 37. Proses Pelorodan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

C. Perkembangan Motif Batik Tulis di Kerajinan Batik Tulis “Puri”

Desa Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan

Periode 2000-2008

Motif merupakan rangka dari batik. Motif dan isen diambil dari bentuk

alam dan lingkungan. Bentuk motif tersebut dapat berwujud dari ide bentuk

tumbuhan, bentuk binatang, dan benda-benda yang setiap hari kita lihat di

kehidupan kita. Motif sangat menentukan tinggi rendahnya suatu hasil karya batik

baik dipasaran maupun secara estetika, sedangkan warna batik yang sering

digunakan sangat mendukung daripada motif tersebut. Jadi, antara motif dan

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

54

warna saling mendukung. Kerajinan batik Puri mengalami perkembangan motif

dan warna yang sangat pesat. Sebelum tahun 2004 warna yang digunakan di batik

Puri adalah warna-warna lama yaitu hitam coklat. Namun, setelah tahun 2004

warna yang digunakan adalah warna-warna biru, coklat, orange, merah hati,

merah menyala, dan hitam.

Begitu juga, motif-motif batik yang dihasilkan di kerajinan batik Puri

juga mengalami perkembangan yang pesat. Perubahan-perubahan tersebut

diperoleh dari ide kreatif ibu Puri dalam mengamati alam dan lingkungan sekitar.

Perkembangan motif batik diperoleh selain dari ide atau gagasan sendiri juga

didapat dari studi banding ke daerah-daerah batik lain serta magang di perusahaan

batik yang lebih maju. Dengan pengalaman seperti itu maka motif-motif batik

yang dihasilkan juga tidak ketinggalan dengan batik-batik lainnya atau dengan

kata lain motif-motif yang dihasilkan selalu mengikuti pasar umum.

Pada umumnya motif batik terbagi manjadi dua yaitu motif geometris

dan motif non geometris. Secara garis besar motif-motif yang dihasilkan di

kerajinan batik Puri digolongkan menjadi dua jenis yaitu motif lama dan motif

baru yang mengacu pada motif geometris dan motif non geometris.

1. Motif Lama

Motif lama yang masih dihasilkan di kerajinan batik Puri masih cukup

banyak. Beberapa contoh motif-motif yang dihasilkan antara lain:

A. |motif T runtum

B.

a. Motif Truntum

Gambar 38. Motif Truntum (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

55

b. Motif Poto Wolo

Gambar 39. Motif Poto Wolo (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

c. Motif Parang Rusak

Gambar 40. Parang Rusak (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

d. Motif Kawung

Gambar 41. Motif Kawung (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

56

e. Motif Dele Kecer

Gambar 42. Motif Dele Kecer (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

2. Motif Baru

a. Motif I Love U

Gambar 43. Motif I love U (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

b. Motif Kupu Rowo

Gambar 44. Motif Kupu Rowo (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

57

c. Motif Kanthil

Gambar 45. Motif Kanthil (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

d. Motif Matahari

Gambar 46. Motif Matahari (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

e. Motif Cokro-Cikri

Gambar 47. Motif Cokro-Cikri (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

58

f. Motif Pinggiran

Gambar 48. Motif Pinggiran (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

g. Motif Iwak Emas

Gambar 49. Motif Iwak Emas (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

h. Motif Pledak

Gambar 50. Motif Pledak (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

59

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Kerajinan Batik Tulis “Puri” di Desa

Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan.

Pada umumnya suatu usaha yang maju dan berkembang tidak terlepas

dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Begitu juga, usaha di kerajinan

batik Puri ini juga banyak mendapat hambatan dan dukungan baik dari proses

pembuatan maupun penjualan.

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam industri rumah tangga batik tulis “Puri” adalah

modal yang diberikan dari Dinas Perindustrian dan Koperasi, Dinas Pariwisata,

Badan Pemberdayaan Perempuan, dan pengalaman. Karena berdasarkan

banyaknya pengalaman yang diperoleh Ibu Puri selama bertahun-tahun bergelut

di bidang ini sehingga beliau dapat mengelola usaha batik ini, yaitu beliau mampu

mencari pemasaran yang baik berbekal hubungan baik dengan para pelanggan,

beliau juga mampu mengetahui minat konsumen dan meningkatkan usaha, selain

itu beliau juga didukung juga oleh lembaga-lembaga pemerintahan, antara lain

Dengan adanya bantuan dari lembaga-lembaga terkait maka usaha batik Puri

sangat mendapat dukungan baik dari sektor pemasaran, keuangan

(permodalan),dan informasi terbaru tentang perkembangan batik.

Faktor pendukung adalah faktor karyawan dan faktor lingkungan. Faktor

karyawan adalah keadaan kehidupan karyawan Ibu Puri berada di daerah

pedesaan yang memiliki kebutuhan hidup yang tidak sedikit. Hal ini dapat dilihat

dari kegiatan karyawan selain membatik mereka juga harus mencarikan makanan

ternak mereka, dan ketika musim kemarau mereka juga harus mencari air untuk

kebutuhan sehari-hari yang membutuhkan waktu yang lama. Selain faktor

karyawan adalah faktor lingkungan, faktor lingkungan adalah pada waktu bulan

baik bagi orang Jawa merupakan suatu kesempatan untuk mengadakan hajatan

atau acara. Hal ini menyebabkan para karyawan Ibu Puri akhirnya tidak secara

maksimal dalam memproduksi batik karena waktu mereka harus tersita dengan

gotong royong dalam membantu tetangga yang sedang mengadakan hajatan.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

60

Penghalang lainnya adalah kadang ada karyawan yang minat kerjanya kurang dan

malas.

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam industri rumah tangga kerajinan batik tulis

“Puri” adalah persaingan bisnis, hal ini disebabkan karena terbatasnya daerah

pemasaran di Pacitan sedangkan banyak sekali pengusaha yang bergerak di

bidang ini.Sedangkan Pacitan merupakan daerah yang masih percaya adanya ilmu

gaib. Persaingan bisnis yang dihadapi oleh Ibu Puri tidak lepas dari hal-hal yang

berbau mistis. Hal ini dilakukan oleh pesaing Ibu Puri untuk menjatuhkan

keberadaannya di peredaran perbatikan. Hal ini terjadi karena si pesaing merasa

batik yang dihasilkan oleh batik Puri lebih baik dan lebih diterima di masyarakat.

Usaha-usaha tersebut antara lain dengan jalan membuat Ibu Puri sakit yang

akhirnya usaha batiknya menjadi sedikit terhambat.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

61

F. Jenis Produk yang Dihasilkan di Kerajinan Batik Tulis “Puri” Desa

Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan

Periode 2004-2008

Jenis adalah salah satu unsur yang paling penting di dalam memberikan

daya tarik tersendiri pada barang-barang kerajinan sehingga dengan adanya jenis

akan dapat menampilkan suatu ciri khas ataupun menambah kualitas dan unsur

pada barang-barang kerajinan. Jenis produk yang dihasilkan batik Puri sebelum

tahun 2004 adalah hanya selembar kain yang dibatik yang kemudian oleh

konsumen diolah sesuai dengan keinginan konsumen.

Setelah tahun 2004 kerajinan batik tulis Puri selain membuat kain batik

juga menghasilkan jenis produk baru. Hasil karya kerajinan batik yang dihasilkan

perusahaan “Batik Tulis Puri” setelah 2004 adalah berupa benda fungsional

seperti baju, taplak meja, jilbab, dan selendang.

1. Baju

Gambar 51. Baju (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Baju merupakan kebutuhan pokok yang berfungsi sebagai pelindung

tubuh dari gangguan luar seperti sengatan matahari. Baju yang dihasilkan

perusahaan batik tulis “Puri” yaitu kemeja pria lengan panjang dan pendek,

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

62

kemeja wanita lengan panjang dan pendek, dan kebaya. Dalam membuat pakaian

jadi perusahaan batik tulis “Puri” bekerjasama dengan penjahit di lingkungan

sekitar.

2. Taplak Meja

Gambar 52. Taplak Meja (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Taplak meja berfungsi untuk menutup dan menghias meja agar tampak

lebih indah. Taplak meja yang dihasilkan perusahaan batik tulis “Puri” berupa

selembar kain yang diberi motif baik berupa pesanan maupun inisiatif sendiri.

Taplak batik yang dihasilkan berukuran 115 cm x 115 cm dan ada yang ukurannya

disesuaikan dengan pesanan.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

63

3. Jilbab

Gambar 53. Jilbab (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Jilbab berfungsi sebagai penutup kepala wanita muslim. Jilbab yang

diproduksi perusahaan batik tulis “Puri” berbentuk segi empat yang mempunyai

barmacam-macam jenis motif batik.

4. Selendang

Gambar 54. Selendang (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Selendang berfungsi sebagai pelengkap kebaya. Jilbab yang diproduksi

perusahaan batik tulis “Puri” berbentuk persegi panjang mempunyai dengan motif

parang rusak, cuken, sekar jagat, dan pledak.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

64

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perkembangan proses

pembuatan batik tulis di pusat kerajinan batik tulis Puri, dusun Cerbon, desa

Cokrokembang, kecamatan Ngadirojo, kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sesuai

dengan rumusan masalah, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian

sebagai berikut:

1. Latar Belakang Berdirinya Kerajinan Batik Tulis Puri

Ibu Puri adalah anak pertama dari enam saudara yang dilahirkan dari

bapak Marlan dan ibu Kadimah yang berprofesi sebagai pembatik. Kehidupan

keluarga Ibu Puri yang kurang mampu membuat mereka harus mengalami pahit

getirnya kehidupan, sehingga paman dan bibinya tergerak untuk mengangkat

mereka menjadi anak yang dirawat dengan penuh kasih sayang.

Paman dan bibinya adalah para perajin batik dan mempunyai usaha

kerajinan batik yang cukup terkenal di desanya. Ibu Puri ketika masih duduk di

kelas 2 SD, paman dan bibinya meninggal dunia sehingga beliau harus mencukupi

kebutuhan hidup sehari-hari dan membiayai sekolahnya dengan membuat batik

dan menjualnya sendiri. Usaha tersebut terus berkembang sehingga dapat

meningkatkan perekonomian hidupnya maupun masyarakat setempat dan dapat

membuka lapangan pekerjaan di daerah sekitarnya, di samping untuk

meningkatkan ekonomi beliau juga ingin melestarikan kebudayaan Jawa yang

hampir hilang oleh kemajuan zaman.

2. Proses Pembuatan Batik Tulis Puri di Desa Cokrokembang

Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

65

Dalam setiap proses pembuatan batik selalu berhubungan dengan adanya

bahan dan alat. Untuk proses pembuatan batik tulis Puri tidak mengalami

perubahan yaitu Menyiapkan bahan, alat, pemotongan kain mori, mendesain atau

membuat pola, mencanting atau pemberian malam, proses pewarnaan, pelorodan

(finishing).

c. Menyiapkan bahan, berupa: kain mori (primis, sutra, prima, mesres, berkulin),

Malam (cepu, klowong, tembokan, dan tawon), bahan pewarna napthol

(Campuran As–BO dengan garam biru BB untuk menghasilkan warna biru,

Campuran As–LB,91 dengan garam merah B untuk menghasilkan warna

coklat, Campuran As–G dengan garam merah B untuk menghasilkan warna

orange, Campuran As–G dengan garam kuning 96 untuk menghasilkan warna

kuning, Campuran As–BO dengan garam hitam B untuk menghasilkan warna

hitam, dan Campuran As–BO dengan garam merah B untuk menghasilkan

warna merah hati)

d. Menyiapkan alat, berupa: canting (klowong, canting ceret dua, canting Cecek,

canting tembokan), tempat pewarnaan dan pelorodan, kompor kecil yang

jumlah sumbunya kurang lebih 4 atau 6, Wajan kecil tebuat dari almunium,

gunting, meja pola terbuat dari kayu, gawangan terbuat dari bambu, sarung

tangan terbuat dari karet sintetis, dingklik, ijuk terbuat dari bahan serat-serat

pohon aren.

e. Tahap Pemotongan Kain Mori

Sebelum menjadi kain batik yang siap dipakai, mori harus melalui

beberapa tahap pembuatan. Tahap pembuatannya terdiri dari beberapa macam

yaitu: merendam, menganji, dan pengemplongan.

1) Merendam kain mori dalam air mendidih selama 2 menit dengan

menggunakan TRO (Turkiesh Red Oil).

2) Menganji kain mori agar kain menjadi kaku. Kanji terlalu pekat, akan

mempersulit dalam penggunaan malam batik karena sukar menempel

sehingga mutu gambar menurun. Kanji yang terlalu encer akan

menyebabkan gambar mudah membelobor.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

66

3) Pengemplongan dilakukan agar kain tidak terlalu kaku, lemas, dan mudah

dibatik.

f. Membuat Pola

Kain yang sudah melalui proses pengkanjian kemudian dibuat pola atau

gambar sesuai dengan pesanan (gambar pola telah disiapkan oleh pemilik jadi

konsumen tinggal memilih sesuai selera) dengan menggunakan pensil 6B agar

warna yang dihasilkan jelas dan mudah dihilangkan.

g. Mencanting atau Pemberian Malam

Kain yang sudah diberi pola kemudian dicanting (pemberian malam

pada kain) dengan menggunakan canting klowong. Malam yang digunakan adalah

malam klowong. Pekerjaan mencanting dilakukan bolak-balik pada sisi kain

pekerjaan ini disebut nerusi, gunanya adalah agar kain yang sudah dicanting tadi

tidak mudah kemasukan warna pada waktu proses pewarnaan. Setelah proses

nglowong tadi selesai kemudian diteruskan dengan ngeblok atau nembok, yaitu

menutup bagian kain yang tidak diinginkan kena warna.

h. Proses Pewarnaan

Proses pewarnaan merupakan salah satu penentu dari keberhasilan

pembuatan batik. Disebut penentu karena apabila dari proses pewarnaan

mengalami kerusakaan maka akan rusak pula hasil dari pembatikan tersebut, atau

dapat dikatakan proses pembatikan gagal. Jadi pada proses pewarnaan ini harus

lebih hati-hati.

Proses pewarnaan melalui beberapa tahap yaitu sebelum kain dimasukan

pada bahan pewarna, kain terlebih dahulu dibasahi dengan air bersih dengan

tujuan agar warna dapat menyerap dengan cepat. Kemudian kain yang telah

dibasahi dengan air bersih tadi ditiriskan. Setelah kain ditiriskan kain tadi

dimasukkan ke dalam larutan pewarna, kemudian setelah kain dicelupkan pada

larutan pewarna secara merata lalu kain tersebut dicelupkan pada garam hingga

merata. Tujuan dari pemberian garam ini adalah untuk mengikat warna agar tidak

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

67

pudar. Hal ini dilakukan 6-7 kali. Untuk setiap pewarnaan di kerajinan batik Puri

ini menghabiskan kurang lebih 5 kg bahan pewarna.

i. Pelorodan

Pelorodan dilakukan setelah proses pewarnaan selesai yaitu dengan cara

kain batik dimasukan ke dalam air mendidih yang dicampuri obat berupa abu

soda, kemudian diaduk sampai malam yang melekat pada kain hilang. Setelah itu

kain dicuci hingga bersih sampai tidak ada sisa malam yang menempel di kain dan

dijemur hingga kering cara ini dinamakan ngesut. Setelah kering kain batik

disetrika lalu dikemas dan siap dipasarkan.

j. Perkembangan bahan dan alat.

Perkembangan bahan yang terjadi di kerajinan batik Puri adalah pada

kain mori.

Kain yang dulu digunakan adalah kain prima ukuran 105 cm x 225 cm,

kain yang sekarang digunakan terdiri dari:

5) Kain Primis

Kain primis terdiri dari beberapa jenis merk yaitu kreto, bendera 3, dan

kupu. Ukuran kain primis 105 cm x 225 cm.

6) Kain Sutra

Kain sutra terdiri dari beberapa jenis merk yaitu ATBM, sutra biasa, dan

krep. Ukuran kain 115 cm x 250 cm.

7) Mesres

Mesres mempunyai ukuran 115 cm x 250 cm.

8) Berkulin

Berkulin mempunyai ukuran110 cm x 225cm.

Perkembangan alat yang terjadi di kerajinan batik Puri adalah meliputi

beberapa hal yaitu

1) Bengkel

Garasi adalah sebuah ruangan tempat penjemuran/pengeringan kain batik

yang telah melalui proses pembuatan ketika cuaca tidak mendukung

(hujan/mendung).

2) Tempat Pewarnaan dan Pelorodan

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

68

Perkembangan tempat pewarnaan dapat dilihat dari adanya pembuatan

bangunan yang lebih permanen yaitu berupa bak-bak air, kalau dulu hanya

menggunakan ember plastik.

3. Motif yang digunakan di Pusat Kerajinan Batik Tulis Puri

di Desa Cokrokembang Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Motif batik yang dihasilkan di tempat bu Puri mengalami banyak

perkembangan. Perkembangan motif dibedakan menjadi dua yaitu motif lama dan

motif baru.

Contoh motif lama antara lain motif parang rusak, potowolo, truntum,

kawung, kopi pecah.

Contoh motif baru antara lain motif i love u, kupu rowo, kanthil,

matahari, cokro-cikri, lung galuh ,ikan pari, merak, mawar, ulera.

Pengembangan batik diperoleh selain dari ide atau gagasan sendiri juga

didapat dari studi banding ke daerah-daerah batik lain serta magang di perusahaan

batik yang lebih maju.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Kerajinan Batik Tulis Puri

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam industri rumah tangga batik tulis “Puri” adalah

modal yang diberikan dari Dinas Perindustrian dan Koperasi, Dinas Pariwisata,

Badan Pemberdayaan Perempuan, dan pengalaman. Dengan pengalaman yang

banyak maka Ibu Puri dapat mengelola usaha batik, mencari pemasaran,

mengetahui minat konsumen dan meningkatkan usaha. Selain itu faktor yang

mendukung usaha batik Puri adalah lembaga-lembaga pemerintahan, antara lain

Dinas Perindustrian, Dinas Pariwisata, Badan Pemberdayaan Perempuan,

Koperasi. Dengan adanya bantuan dari lembaga-lembaga terkait maka usaha batik

Puri sangat mendapat dukungan baik dari sektor pemasaran, keuangan

(permodalan), masukan-masukan baru tentang perkembangan batik.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

69

b. Faktor Penghambat, antara lain:

1) Persaingan bisnis.

2) Keadaan kehidupan karyawan berada di daerah pedesaan yang memiliki

kebutuhan hidup yang tidak sedikit. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan

karyawan selain membatik mereka juga harus mencarikan makanan ternak

mereka, dan ketika musim kemarau mereka juga harus mencari air untuk

kebutuhan sehari-hari yang membutuhkan waktu yang lama.

3) Lingkungan, faktor lingkungan adalah pada waktu bulan baik bagi orang

Jawa merupakan suatu kesempatan untuk mengadakan hajatan atau acara.

Hal ini menyebabkan para karyawan Ibu Puri akhirnya tidak secara

maksimal dalam memproduksi batik karena waktu mereka harus tersita

dengan gotong royong dalam membantu tetangga yang sedang

mengadakan hajatan.

5. Jenis Produk Batik yang Dihasilkan di Perusahaan Batik Tulis Puri Desa

Cokrokembang Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Jenis merupakan sesuatu yang dapat dilihat dan diraba. Hal ini, bisa kita

lihat dari perkembangan hasil batik yang diproduksi oleh perusahaan batik Puri

yaitu baju, taplak meja, jilbab, dan selendang.

i. Baju

Baju yang dihasilkan di perusahaan batik Puri terdiri dari kemeja pria

lengan panjang dan pendek, kemeja wanita lengan panjang dan pendek, dan

kebaya. Dalam hal membuat pakaian jadi perusahaan batik Puri bekerjasama

dengan penjahit di lingkungan sekitar.

ii. Taplak Meja

Taplak meja yang dihasilkan berupa selembar kain yang diberi motif

batik dengan ukuran 115 cm x 115 cm. Ukuran taplak meja kadang bisa berubah

sesuai dengan pesanan.

iii. Jilbab

Jilbab yang diproduksi di perusahaan batik Puri berbentuk segi empat

yang mempunyai motif iwak emas.

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

70

iv. Selendang

Selendang yang diproduksi batik Puri berbentuk persegi panjang

mempunyai motif parang rusak, cuken, sekar jagat, dan pledak.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan Ibu Puri diharapkan

dapat mengembangkan karya yang dapat dijangkau masyarakat menengah ke

bawah karena selama ini Ibu Puri menghasilkan karya untuk menengah ke atas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi. 2002. Ilmu Pengetahuan Bahan dan Alat (Bangunan, Mebel, dan Kerajinan). Surakarta: FKIP UNS Surakarta.

Amri Yahya. 1971. Seni Lukis Batik Sebagai Sarana Peningkatan Apresiasi Seni Lukis Kontemporer. Thesis S1. Jogjakarta : Fakultas Keguruan Sastra Seni IKIP.

Edi Kurniadi.1996. Seni Kerajinan Batik. Surakarta : UNS Press.

Endik, S. 1986. Seni Membatik. Jakarta: PT Safir Alam.

Hamzuri. 1989. Batik Klasik. Jakarta: Sapdodadi

Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles Matthew, B. dan Michael Huberman, A. 1992. Analisis Data Kualitatif (terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi ). Jakarta: UI Press.

Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Poerwadarminto, W.J.S. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Sewan Susanto. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik (BBKB).

Soedjono.1989. Batik Lukis. Bandung: CV Remajda Karya.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...3 Batik tulis “Puri” tidak hanya memproduksi motif tradisional tetapi lebih banyak memproduksi motif-motif baru sesuai permintaan

71

Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Sutrisno Hadi. 1990. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.

Suwaji Bastomi. 1992. Wawasan Seni. Semarang: IKIP Semarang Press.

www.pacitan.go.id

www.pekalongan.go.id

www.surakarta.go.id

www.wikipedia.org/wiki/batik