bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/582/2/ratna maharani bab i.pdf ·...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi, liberalisasi serta kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi membuat arus informasi menjadi tidak terbendung. Gaya hidup dan modernisasi membuat gaya hidup remaja di perkotaan ikut mengalami perubahan, pada satu sisi hal tersebut dianggap memberikan manfaat dan memberikan kemudahan namun di sisi lain dapat pula mendorong remaja memiliki kecenderungan berperilaku negatif dengan pola hidup konsumtif, selain itu rapuhnya tatanan dan nilai-nilai yang ditanamkan pada usia dini bagi remaja di lingkungan keluarga dan teman sepergaulan dianggap ikut memberikan kontribusi dan mendorong remaja terpengaruh lingkungan pergaulan yang kurang sehat, sehingga tidak jarang diantara remaja tersebut ada yang terjerumus ingin coba-coba akibat rasa ingin tahu akibat bujukan teman sepergaulan dan memilih untuk mengkonsumsi Narkotika, obat-obatan terlarang dan zat adiktif lainnya, sebagai alat untuk melepaskan diri dari tekanan dan himpitan permasalahan yang individu hadapi (Melati, 2014). Menurut Soedjono (dalam Rukiman, 2005) penyalahgunaan Narkotika merupakan permasalahan nasional dan internasional, karena berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.Tahun 1971, Indonesia sebagai negara lalu lintas penyelundupan narkotika Internasional dan peredarannya secara gelap mendapat dukungan para pecandu yang tidak Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Upload: leliem

Post on 26-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi, liberalisasi serta kemajuan dibidang teknologi dan

komunikasi membuat arus informasi menjadi tidak terbendung. Gaya hidup

dan modernisasi membuat gaya hidup remaja di perkotaan ikut mengalami

perubahan, pada satu sisi hal tersebut dianggap memberikan manfaat dan

memberikan kemudahan namun di sisi lain dapat pula mendorong remaja

memiliki kecenderungan berperilaku negatif dengan pola hidup konsumtif,

selain itu rapuhnya tatanan dan nilai-nilai yang ditanamkan pada usia dini

bagi remaja di lingkungan keluarga dan teman sepergaulan dianggap ikut

memberikan kontribusi dan mendorong remaja terpengaruh lingkungan

pergaulan yang kurang sehat, sehingga tidak jarang diantara remaja tersebut

ada yang terjerumus ingin coba-coba akibat rasa ingin tahu akibat bujukan

teman sepergaulan dan memilih untuk mengkonsumsi Narkotika, obat-obatan

terlarang dan zat adiktif lainnya, sebagai alat untuk melepaskan diri dari

tekanan dan himpitan permasalahan yang individu hadapi (Melati, 2014).

Menurut Soedjono (dalam Rukiman, 2005) penyalahgunaan Narkotika

merupakan permasalahan nasional dan internasional, karena berdampak

negatif terhadap kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara.Tahun 1971,

Indonesia sebagai negara lalu lintas penyelundupan narkotika Internasional

dan peredarannya secara gelap mendapat dukungan para pecandu yang tidak

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

2      

 

kecil jumlahnya, dan sebagian besar penggunanya adalah anak-anak

remaja.Penyalahgunaan narkotika tersebar secara merata dari kalangan atas

hingga anak jalanan terutama di kalangan remaja, pelajar dan mahasiswa.

Di Indonesia pengguna NAPZA mencapai 3,8 juta jiwa, sebagian

besar pengguna tersebut ternyata adalah usia produktif, dan sebagian besar di

antaranya adalah remaja dan dewasa awal (20-30 tahun). 70 persen dari total

pengguna NAPZA di Indonesia anak diusia sekolah, 4 persen lebih siswa

SMA dan selebihnya mahasiswa (BNN, 2012).Penyalahgunaan narkoba di

Indonesia sudah sampai ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan, fakta di

lapangan menunjukkan bahwa 50% penghuni LAPAS (Lembaga

Pemasyarakatan) disebabkan oleh kasus narkoba (Eleanora, 2011).Sedangkan

di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Purwokerto, terdapat 66 remaja

dengan kasus penyalahgunaan obat-obatan jenis NAPZA.

Pada umumnya penggunaan NAPZA hanya sebagai pelampiasan

kekesalan.Banyak di antara individu yang mempunyai sikap menyukai

beberapa jenis NAPZA karena individu beranggapan bahwa dengan memakai

NAPZA segala persoalan yang sedang individu hadapi dapat terselesaikan.

Individu ini beranggapan bahwa menggunakan NAPZA dapat memberikan

sugesti keberanian dan kekuatan, menghilangkan rasa malu dan dapat

diterima oleh teman-teman sebayanya tanpa mengenal status sosial dan

ekonomi. Sebaliknya ada pula individu yang menunjukkan sikap tidak

menyukai menggunakan NAPZA, individu tersebut menganggap dengan

menggunakan NAPZAakan merusak dan dapat menghambat aktivitasnya

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

3      

 

sehingga dapat merugikan dirinya sendiri (Anisyah, 2009).Santrock (2003)

menemukan beberapa alasan remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena rasa

ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan

lingkungan, maupun untuk kompensasi. Sedangkan Syamsu (2014)

menyebutkan faktor-faktor penyebab seorang remaja menyalahgunakan

NAPZA adalah karena ingin tampil berbeda atau menonjol, melarikan diri

dari dari kenyataan, rasa kesetiakawanan, serta rasa ingin tahu.

Ketika seorang remaja telah terjerumus ke dalam penggunaan

NAPZA, semakin lama dosis pengunaannya semakin meningkat (Rosyidah

dan Nurdibyanandaru, 2011). Hal tersebut senada dengan Santrock (2007)

bahwa ketika remaja terus menerus mengkonsumsi NAPZA, tubuh remaja

akan membangun batas toleransi, yang berarti tubuh remaja membutuhkan

obat dalam jumlah yang lebih besar agar dapat memberikan efek yang sama.

Selain itu peggunaan NAPZA juga menyebabkan ketergantungan fisik,

dimana kebutuhan fisik terhadap suatu obat disertai dengan gejala ketagihan

yang tidak menyenangkan ketika pemakaian obat dihentikan.Gejala-gejala

yang mungkin muncul menurut Pinel (2009) seperti mual, gangguan

pencernaan, keringat berlebih, menggigil dan kedinginan, tremor, dan

gangguan tidur, yang menyebabkan munculnya perasaan-perasaan negatif

lainnya. Hal ini membuat seseorang menjadi ketergantungan terhadap suatu

obat, atau dengan kata lain individu tersebut mengalami kecanduan.

Dijelaskan pula dalam DSM-IV kecanduan merupakan kumpulan

gejala yang mengindikasikan bahwa seseorang memiliki kesulitan untuk

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

4      

 

mengontrol penggunaan suatu zat dan meneruskan penggunaanya tanpa

memperdulikan akibatnya. Sedangkan pecandu NAPZA adalah seorang

penyalahguna NAPZA yang telah mengalami ketergantungan terhadap satu

atau lebih narkotik, psikotropika, dan zat adiktif lain, baik secara fisik

maupun psikis.

Pada dosis yang rendah, individu yang mengkonsumsi NAPZA akan

mengalami perubahan perasaan menjadi segar-bugar; kegelisahan dan

kegembiraan diawal kemudian diikuti oleh keadaan yang terbebas dari beban

pikiran seperti mimpi; perubahan persepsi indrawi termasuk mengenai ruang

dan waktu; indera peraba, penglihatan, penciuman, pengecap dan suara yang

lebih tajam dari biasanya; serta perubahan-perubahan dalam berpikir, secara

sekilas kondisi-kondisi tersebut tidak berbeda dengan kondisi orang pada

umumnya (Pinel, 2009).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang yang

mengkonsumsi NAPZA pada dosis rendah tidak terlalu terlihat, tetapi pada

dosis tinggi maka sangat berpengaruh pada kondisi psikologisnya.

Kemampuan individu dalam melaksanakan tugas, yang sudah mengalami

kecanduan NAPZA pada dosis tinggi cenderung menurun. Dalam berbicara

menjadi terbata-bata, sehingga sulit melakukan komunikasi secara

efektif.Mengalami halusinasi, kondisi emosionalnya menjadi tidak terkontrol,

mengalami distorsi penginderaan, mengalami perasaan paranoia, dan

mempengaruhi kemampuan motoriknya (Pinel, 2009).

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

5      

 

Berdasarkan hasil wawancara pada tiga subyek, ketiganya mengaku

awal mula menggunakan obat-obatan jenis NAPZA karena rasa

penasaran.Bahkan subyek AN awalnya dimintai tolong oleh temannya untuk

membeli obat-obatan tersebut, karena subyek merasa penasaran akhirnya

subyek mulai mencoba mengkonsumsi. Ketika mengkonsumsi obat-obatan

tersebut An merasakan dirinya lebih percaya diri dari sebelumnya, dan ketika

subyek tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan tersebut merasakan mual,

gemetar dan kedinginan sehingga subyek terus mengkonsumsinya bahkan

menambahkan dosisnya. Karena kebutuhan obat-obatan tersebut semakin

tinggi, subyek berusaha memenuhi kebutuhannya dengan menjual obat-

obatan tersebut kepada teman-temannya. Walaupun masih dalam skala kecil,

tetapi tetap saja merugikan sampai akhirnya subyek terjaring dalam razia

petugas dan masuk dalam LAPAS.

Menurut Hutapea (2010) pada awal menjalani kehidupan di dalam

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS), seorang narapidana memasuki suatu

dunia yang amat berbeda dengan kehidupan sebelumnya diluar Lembaga

Permasyarakatan. Cohen dan Tylor (dalam Hutapea, 2011) bahkan

menyebutnya sebagai keruntuhan hidup menyeluruh (“massive life

disruption”). Hasil penelitian Holmes dan Rahe (dalam Liwarti, 2013),

hukuman penjara menempati urutan keempat dalam skala urutan pengalaman

hidup yang menimbulkan stres. Remaja yang telah masuk dalam

LembagaPermasyarakatan akan mendapatkan stereotip buruk dari

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

6      

 

masyarakat, selain itu kondisi yang penuh tekanan juga akan mempengaruhi

kondisi mental para remaja.

Beberapa perubahan hidup yang dialami oleh para remaja dapat

membawa remaja ini dalam suatu perasaan ketidaknyamanan fisik dan psikis

(Liwarti, 2013). Di dalamLembaga Permasyarakatan, para remaja memiliki

keterbatasan untuk menjalin hubungan antara sesama narapidana, adanya rasa

takut untuk bergaul dengan lainnya, hilangnya privasi dan individualitas,

berkurangnya otonomi serta setiap saat individu dapat menerima perlakuan

buruk, baik dari sesama yang lebih kuat atau lebih berpengaruh maupun dari

pihak yang memiliki otoritas (Hutapea, 2011).

Berdasarkan keterangan dari ketiga subyek, pada saat awal berada

dalam lembaga pemasyarakatan subyek merasa mendapat tekanan seperti

takut mendapatkan stereotip buruk dari masyarakat, takut untuk bergaul

dengan sesama narapidana, takut mendapatkan perlakuan buruk hal tersebut

tentunya mempengaruhi kondisi psikologis remaja.

Menurut Handayani (2010) menjalani kehidupan di LAPAS

merupakan bentuk pertanggungjawaban yang harus dipenuhi oleh remaja

yang melanggar hukum.Tujuan dari pembinaan adalah agar narapidana tidak

mengulangi lagi perbuatannya, menemukan kembali kepercayaan dirinya, dan

dapat diterima menjadi bagian dari anggota masyarakat.Selama menjalani

masa hukuman di LAPAS berbagai permasalahan dialami narapidana remaja

diantaranya adalah perubahan hidup, hilangnya kebebasan, hak-hak yang

semakin terbatas, dan perolehan label penjahat.Narapidana yang masih

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

7      

 

tergolongremaja membutuhkan arahan, bimbingan, serta pendampingan dari

orangtua agar individu dapat berkembang ke arah pendewasaan yang lebih

positif.

Penelitian Sholichatun (dalam Nelfice dkk, 2014)menunjukkan bahwa

masalah yang menjadistresor bagi para anak didik di LAPAS

adalahkerinduan pada keluarga, kejenuhan di LAPAS baikkarena bosan

dengan kegiatan-kegiatannya, bosandengan makanannya, adanya masalah

denganteman dan rasa bingung ketika memikirkan masadepannya nanti

setelah keluar dari LAPAS.Ketiga subyek mengakui merasa bingung

bagaimana dengan masa depannya, bagaimana pandangan masyarakat

mengenai dirinya, apakah merasa masih dapat tetap melanjutkan sekolah atau

tidak. Subyek A dan T mengaku merasa bosan berada di dalam LAPAS, dan

ingin cepat kembali kerumah sedangkan An mengaku sudah mulai terbiasa

menjalani aktifitas di LAPAS. Ketika An mulai merasa bosan, subyek

berusaha membaur dengan narapidana lainnya.

Cooke dkk (dalam Liwarti, 2013), menegaskan bahwa para remaja

mengalami kehilangan beberapa hal yaitu, kehilangan kendali memilih hidup

yang dijalani bahkan melakukan fungsi dasar seperti mencuci dan tidur,

kehilangan keluarga dekat seperti anak dan suami, kurangnya stimulasi

kegiatan sehari-hari karena kegiatan dilembaga pemasyarakatan cenderung

monoton, serta kehilangan panutan terutama pada anak-anak dan remaja. Hal-

hal seperti ini akan menimbulkan masalah-masalah yang akan sangat

berpengaruh terhadap psychological well being para remaja.

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

8      

 

Menurut Synder & Lopez (dalam Liwarti, 2013) Psychological well

being dapat menjadikan gambaran mengenai level yang tertinggi dari fungsi

individu sebagai manusia dan yang diidam-idamkannya sebagai makhluk

yang memiliki tujuan dan berusaha berjuang untuk tujuan hidupnya. Individu

yang memiliki psychological well being yang positif adalah individu yang

memiliki respon positif terhadap dimensi-dimensi psychological well being

yang berkesinambungan. Pada intinya psychological well being merujuk pada

perasaan seseorang mengenai aktifitas hidup sehari-hari. Menurut Bradburn

(dalam Liwarti, 2013) perasaan ini dapat berkisar dari kondisi mental negatif

misalnya, ketidakpuasan hidup, kecemasan merasa tertekan, rasa percaya diri

yang rendah, dan sering berperilaku agresif, sampai pada kondisi mental yang

positif seperti, realisasi potensi dan aktualisasi diri.

Menurut Ryff & Singer (Papalia dkk, 2008) kesehatan mental positif

mengandung kenyamanan psikologis yang amat berkaitan dengan perasaan

keberadaan diri yang sehat. Orang yang sehat secara psikologis memiliki

sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Individu membuat

keputusan sendiri dan mengatur perilakunya sendiri, serta lebih memilih atau

membentuk lingkungan yang membuat hidupnya menjadi bermakna, serta

berjuang dan mengembangkan dirinya sendiri semaksimal mungkin.

Menurut keterangan dari petugas beberapa remaja ada yang merasa

malu dengan statusnya saat ini sebagai narapidana. Subyek T mengatakan

bahwa dirinya merasa malu, minder, bersalah kepada keluarganya, dan ragu-

ragu dan takut jika dirinya tidak dapat diterima kembali dimasyarakat selepas

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

9      

 

masa tahanannya. Subyek A merasa bersalah, karena telah membuat malu

keluarganya, subyek juga masih belum bisa menerima dirinya berada di

lembaga pemasyarakatan sehingga subyek juga merasa sulit beradaptasi

dengan lingkungannya. Sedangkan subyek An, awalnya memang merasa

malu dan sangat bersalah karena membuat keluarganya sedih, tetapi seiring

berjalannya waktu subyek mulai dapat menerima keadaannya dan berusaha

membuktikan bahwa subyek dapat menjadi individu yang lebih baik

lagi.Menurut Bartol (Azani, 2012) dampak psikologis hukuman penjara

antara lain: kehilangan identitas diri, kehilangan rasa aman, kehilangan

kemerdekaan individual, kehilangan kebebasan untuk berkomunikasi,

kehilangan pelayanan, kehilangan kasih sayang keluarga, kehilangan harga

diri, kehilangan rasa percaya diri dan kehilangan kehilangan kreatifitas

bahkan impian serta cita-cita narapidana. Kehilangan hak-hak tersebut

menyebabkan terjadinya perubahan dalam kehidupan para narapidana, yang

menyebabkan para narapidana sulit untuk menerima dirinya sendiri.

Penerimaan diri adalah menurut Johnson(dalam Putri, 2012),

penerimaan diri dipandang sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki

penghargaan yang tinggi pada dirinya sendiri. Untuk mencapai suatu konsep

diri maka seseorang harus dapat menjalankan penerimaan atas dirinya. Jika

seseorang memiliki konsep diri yang positif maka ia akan memiliki

penerimaan diri yang positif, dan jika ia memiliki konsep diri yang negatif

maka ia tidak akan memiliki penerimaan atas dirinya (Burns, dalam Putri,

2012).

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

10      

 

Berdasarkan penuturan petugas pada tanggal 24 Juli

2015,menuturkan, rata-rata remaja yang baru masuk dalam LAPASawalnya

sulit untuk terbuka dan cenderung pendiam, menutup diri.Tetapi setelah

diajak untuk berbaur dan mengikuti kegiatan, sedikit-sedikit mulai bisa

membuka diri tetapi tidak semua, masih ada juga yang masih menutup diri

karena malu, adanya rasa bersalah atau perasaan takut serta canggung karena

berada ditempat baru.Termasuk subyek A, T dan AN, subyek A dan T masih

merasakan adanya perasaan malu dan bersalah sedangkan subyek AN sudah

mulai dapat beradaptasi dan sudah mulai dapat menerima keadaan dirinya

serta berusaha membuktikan bahwa dirinya dapat menjadi individu yang

lebih baik.

Penghuni Lembaga Pemasyarakatan memiliki hak untukmeningkatkan

psychological well being, para remaja memiliki hak untuk memiliki

kehidupan yang bahagia sekalipun berada dalam penjara.Selama berada

dalam Lembaga Permasyarakatan, para remaja mendapatkan pembinaan agar

kelak berfungsi secara layak ditengah masyarakat setelah selesai menjalani

masa hukuman. Sehingga menurut Anthony (dalam Azani, 2012) para remaja

ini dapat menerima kenyataan, dan dapat mengembangkan kesadaran diri,

berpikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk

memiliki, serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Dengan kata lain,

remaja di dalamLembaga Permasyarakatan sendiri, mendapatkan pembinaan

atau bimbingan agar dapat menggali potensi-potensi yang ada dalam diri,

serta membentuk mental yang positif dalam diri remaja. Namun pada

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

11      

 

kenyataannya tidak semua remaja dapat merasakan hak individu untuk

memiliki kehidupan yang bahagia. Tidak semua remaja mampu menerima

keadaan dirinya, karena menyandang status sebagai narapidana. Menurut UU

no. 12 tahun 1995, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana

hilangkebebasan di dalam penjara.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 27 Juli 2015

pada tigaremaja, terlihat subyek A dan T terlihat lebih pendiam dibandingkan

dengan An.An terlihat dapat membaur dengan rekan-rekannya bahkan dengan

petugas subyek tidak segan untuk bertanya, sedangkan A dan T hanya

berbicara ketika ada rekannya atau petugas yang bertanya atau mengajak

bicara, saat ada orang lain yang tidak dikenal kedua subyek lebih sering

menunduk. Ketika peneliti bertemu dengan salah seorang remaja berinisial A,

peneliti melakukan wawancara dengan didampingi seorang petugas. Subyek

mengatakan, selama berada di dalamLembaga Pemasyarakatan memang

merasakan kecemasan dan kekhawatiran bagaimana nanti menjalani

kehidupan setelah bebas dari masa hukuman. Subyek juga merasa bersalah

kepada keluarganya karena perbuatannya dan statusnya sebagai narapidana,

subyek merasa malu jika nantinya bertemu kembali dengan masyarakat,

subyek merasa dirinya tidak sama dengan orang lain karena statusnya sebagai

narapidana. Setelah selesai menceritakan pengalamannya A langsung pergi

kedalam lingkungan sel, selama proses wawancara A terlihat gelisah dan

tidak tenang. Begitu pula dengan T, terlihat lebih banyak menunduk ketika

diajak bicara dibandingkan dengan kedua subyek An terlihat lebih santai.

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

12      

 

Tidak semua remaja dapat menerima semua aspek positif dan negatif

yang ada dalam dirinya, yang menyebabkan turunnya rasa percaya diri pada

masing-masing individu, tetapi ada juga beberapa individu yang kemudian

menjadi agresif mudah marah, tersinggung dan sebagainya sehingga

memancing adanya tindakan kekerasan seperti perkelahian.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak LAPAS

(Lembaga Pemasyarakatan) pada remaja yang berada di dalam sel merasakan

perasaan bingung, putus asa karena harus mendekam dalam sel, jauh dari

keluarga khususnya orang tua, dan kehilangan panutan. Karena di dalam sel

sendiri terdiri dari para remaja yang juga bernasib sama, merasa bingung dan

putus asa sehingga para remaja ini tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Karena menyandang predikat sebagai seorang narapidana, para remaja ini

bingung bagaimana masa depannya kelak, masih dapatkah diterima kembali

oleh keluarga masyarakat nantinya, masih dapatkah melanjutkan sekolah

atau dapatkah remaja-remaja ini memperoleh lapangan pekerjaan. Turunnya

rasa percaya diri, adanya perasaan malu dan bersalah, belum bisa menerimaa

keadaan, serta putus asa yang dirasakan para remaja dapat berdampak pada

penerimaan diri para remaja.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh

peneliti pada ketiga remaja, ditemukan adanya perbedaan kondisi

psychological well beingyang berbeda. Dimensi-dimensi yang terdapat dalam

psychological well being yakni penerimaan diri, hubungan positif dengan

orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

13      

 

pribadi. Dimana untuk mencapai psychological well being dimensi utama

yang harus terpenuhi oleh seseorang adalah penerimaan diri.

Dua dari tiga subjek ditemukan masih belum mampu memperoleh

psychological well being.Subjek merasa bersalah kepada keluarganya dan

malu karena statusnya sebagai narapidana dan pernah mengkonsumsi

NAPZA.Sedangkan satu dari ketiga subjek menunjukan sikap-sikap yang

merupakan bentuk dari psychological well being.Subjek menunjukan adanya

penerimaan diri yang baik dimana subjek sudah menyadari keadaannya saat

ini dan subjek juga terus berusaha tumbuh dan berkembang menjadi individu

yang lebih baik lagi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

mengenai pengaruh penerimaan diri terhadap psychological well

beingnarapidana remaja yang mengalami kecanduan NAPZA.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruhpenerimaan diri terhadappsychological well

being pada narapidanaremaja Tahanan Polres Banyumasyang mengalami

kecanduanNAPZAdi Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruhpenerimaan diri terhadappsychological well being pada narapidana

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/582/2/Ratna Maharani BAB I.pdf · ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan,

14      

 

remajaTahanan Polres Banyumasyang mengalami kecanduanNAPZA di

Lembaga Permasyarakatan Purwokerto ?

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan

keilmuan di bidang psikologi, khususnya psikologi klinis.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat khususnya

bagi narapidana remaja agar mampu meningkatkan penerimaan dirinya

sehingga mendapatkan kesejahteraan psikologis.

Pengaruh Penerimaan Diri..., Ratna Maharani, Fakultas Psikologi UMP, 2015