bab i pendahuluan a. latar belakangkinerja dari masing-masing seksi yang ada di lingkungan bidang...
TRANSCRIPT
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas
dan terukur. Diharapkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
kesehatan dapat berlangsung dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif,
dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status
kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit;
(3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya
cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga
kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem
kesehatan. Berakhirnya pelaksanaan tugas tahun 2018 yang merupakan
awal tahun implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK 02.02/Menkes/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang mempunyai visi
“Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.” Pembangunan kesehatan
pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui
upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 2
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu
paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan
nasional: 1) pilar paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif
preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan
kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi
berbasis risiko. Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan merupakan unit yang sangat berperan dalam
mewujudkan pilar pertama dalam Program Indonesia Sehat.
Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan
dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.
Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja
Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian indikator
kinerja dari masing-masing Seksi yang ada di lingkungan Bidang Kesehatan
Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan di tahun 2019.
Dengan perubahan Susunan Organisasi baru Permenkes Nomor 64
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan maka
dilakukan perubahan dalam penyusunan perjanjian kinerja. Perjanjian kinerja
yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 sasaran dan
28 indikator kinerja.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan laporan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan ini bertujuan untuk memberikan
gambaran terhadap pencapaian target kinerja sebagaimana yang telah ditetapkan
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 3
pada perjanjian kinerja selama satu tahun anggaran. Laporan ini juga berperan
sebagai perwujudan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
C. Visi, Misi dan Strategi
1. Visi
Visi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan mengikuti visi
Gubernur Kalimantan Selatan yaitu “Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan)
Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing.” Visi
tersebut mengandung makna bahwa kondisi Kalimantan Selatan pada Tahun
2021 berada dalam kondisi mapan, yang berarti (baik, tidak goyah, stabil).
Dengan visi Gubernur tersebut diharapkan Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan mampu mendorong pembangunan berwawasan kesehatan
dan kemandirian masyarakat dalam mewujudkan lingkungan hidup yang sehat
dan berperilaku sehat serta mampu menggerakkan semua potensi yang ada
dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang merata dan bermutu bagi
semua penduduk, guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
sebagai perwujudan hak asasi manusia di bidang kesehatan.
2. Misi
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui misi pembangunan,
yaitu :
1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang agamis, sehat, cerdas dan
terampil,
2. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang profesional dan berorientasi
pada pelayanan publik,
3. Memantapkan kondisi sosial budaya daerah yang berbasis kearifan lokal,
4. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang mendukung percepatan
pengembangan ekonomi dan sosial budaya,
5. Mengembangkan daya saing ekonomi daerah yang berbasis sumberdaya
Lokal, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 4
D. Tujuan
Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur
di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan dalam rangka terselenggaranya pembangunan
kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna agar meningkatnya status
kesehatan masyarakat.
E. Nilai-nilai
Guna mewujudkan visi dan misi serta rencana strategis pembangunan
kesehatan, Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah
dirumuskan dalam Renstra Kementerian Kesehatan, antara lain:
a. Pro Rakyat;
b. Inklusif;
c. Responsif;
d. Efektif;
e. Bersih.
F. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan
dan peningkatan pembiayaan kesehatan.
Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2015-2019, meliputi:
a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan
Lanjut Usia yang Berkualitas.
b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan.
d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 5
G. Sasaran
Sasaran Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan, adalah meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.
H. Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 72 Tahun
2016, tugas pokok Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan menyusun
laporan program Kesehatan Keluarga, Gizi Masyarakat, Promosi dan
Pemberdayaan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Kesehatan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana pelaksanaan tugas bidang kesehatan masyarakat;
2. Penyiapan perumusan kebijakan operasional program kesehatan keluarga,
gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;
3. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional program kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;
4. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi program kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olahraga;
5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan program kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi dan pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olahraga;
6. Menghadiri rapat teknis bidang kesehatan masyarakat;
7. Pengevaluasian pelaksanaan tugas bidang kesehatan masyarakat, dan
8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala dinas.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 6
Fungsi tersebut dilaksanakan oleh organisasi dengan susunan:
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;
b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat;
c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga .
I. Potensi dan Permasalahan
Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input
dalam menentukan arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Saat ini
akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan sudah cukup
baik, akan tetapi Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan kesehatan ibu
hamil dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan
indikator determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi
dalam kehamilan dan perdarahan post partum, selain itu penyebab karena lain-
lain juga semakin meningkat. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila
kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu
menskrining kelainan pada ibu hamil sedini mungkin.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat
antara lain adalah anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria,
TB, HIV, Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35
tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun).
Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah melahirkan,
sementara perempuan yang melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per
1000 kelahiran hidup. Hal ini diperkuat oleh data yang menunjukkan masih
adanya umur perkawinan pertama pada usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak
46,7% dari semua perempuan yang telah kawin.
Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah
jumlah tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah
tersebar ke seluruh wilayah, namun kompetensi masih belum memadai.
Demikian juga secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED dan RS
PONEK meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan kualitas
pelayanan. Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja,
penyakit akibat kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 7
meninggal akibat kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama
5 tahun terakhir. Proporsi kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-
45 tahun. Oleh karena itu program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas,
agar sejak awal faktor risiko sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia
kerja adalah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos
Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu bentuk UKBM pada pekerja dan
peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan seperti nelayan, TKI, dan
pekerja perempuan.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain
masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi
persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi
dengan masalah stunting. Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis
yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan
kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing
rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari pertama
kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya,
dan pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang
serius. Yang menjadi masalah, lewat dari 1000 hari, dampak buruk
kekurangan gizi sangat sulit diobati. Untuk mengatasi stunting, masyarakat
perlu dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita.
Secara aktif turut serta dalam komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition)
dalam menurunkan stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari
pertama kehidupan (terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia
2 tahun) dalam menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena
masalah gizi tidak hanya dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja
(intervensi spesifik) tetapi juga oleh sektor di luar kesehatan (intervensi
sensitif). Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 8
J. Sistematika
Sistematika penulisan laporan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut :
Kata Pengantar
Ikhtisar Eksekutif
BAB I
Penjelasan umum organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, penjelasan aspek strategis
organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang
dihadapi organisasi.
BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Bidang Kesehatan
Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2019.
BAB III
Penyajian capaian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis
organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, dengan
melakukan beberapa hal sebagai berikut: Membandingkan antara target
dan realisasi kinerja tahun ini; Membandingkan realisasi kinerja tahun ini
dengan target jangka menengah; Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan
atau peningkatan/penurunan kinerja serta indikator solusi yang telah dilakukan;
Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; Analisis program/kegiatan
yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja
dan melakukan analisa realisasi anggaran.
BAB IV
Pada bab penutup ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi
serta saran sebagai masukan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kinerjanya.
LAMPIRAN
Perjanjian Kinerja.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 9
BAB II
PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja yang merupakan
suatu dokumen pernyataan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk
mewujudkan target kinerja tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang mengikat
untuk dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan sebagai upaya mewujudkan pelayanan kesehatan
yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian penetapan kinerja tahun 2019
yang telah ditanda tangani bersama oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan dengan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat berisi indikator, antara lain:
persentase ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan, persentase bayi yang mendapat
ASI Eksklusif, persentase ibu hamil yang mendapat TTD 90 tablet selama kehamilan,
persentase remaja puteri yang mendapat TTD, persentase ibu hamil yang mendapat pelayanan
antenatal minimal 4 kali (K4), persentase puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan
untuk peserta didik kelas 1, persentase puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil,
persentase puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dasar, jumlah Pos UKK yang
terbentuk di daerah PPI/TPI, persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi
standar, persentase puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok
masyarakat di wilayah kerjanya, jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM, persentase
sarana air minum yang dilakukan pengawasan, persentase TTU yang memenuhi syarat
kesehatan, persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan, jumlah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan tatanan kawasan sehat, persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan
PHBS, persentase desa yang mengalokasikan dana desa untuk UKBM, jumlah dunia usaha
yang memanfaatkan CSRnya untuk program kesehatan dan jumlah organisasi kemasyarakatan
yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 10
BAB III
CAPAIAN KINERJA DAN REALISASI ANGGARAN
A. Capaian Kinerja
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan
bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen baru,
pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan
dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan pemerintahan yang
baik di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan laporan akuntabilitas kinerja
dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam
penetapan kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada
akhir tahun anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi
yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting
yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi
serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
a. Capaian Indikator Kinerja Utama
Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian Kesehatan dengan
upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Stunting. Adapun capaian indikator kinerja utama di Kalimantan Selatan
selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1. Capaian Indikator Kinerja Utama
Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2017-2019
No. Indikator Kinerja 2017 2018 2019
1. AKI 104/100.000 KH 112/100.000 KH 92/100.000 KH
2. AKB 10/1000 KH 10/1000 KH 9/1000 KH
3. Stunting 34,10 (PSG) 33,1 (Riskesdas)
27,4 (e-PPGBM)
30,38 (SSGBI)
18,98 (e-PPGBM)
Dari tabel tersebut dapat dilihat capaian AKI selama tiga tahun masih fluktuatif dari 2017
ke 2018 naik, kemudian tahun 2019 turun kembali, sementara capaian AKB relatif tetap
selama tiga tahun, meskipun pada tahun 2019 menurun. Sedangkan persentase balita
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 11
stunting di Kalimantan Selatan dalam kurun waktu 2017 sampai dengan 2019 cenderung
menurun dari 34,10% ke 33,10% menjadi 30,38%.
b. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) adalah indikator kunci untuk memonitor
keberhasilan pembangunan kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Indikator
pembangunan kesehatan yang diukur dalam IPKM meliputi kesehatan balita, kesehatan ibu,
penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan reproduksi, dan status gizi.
Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan rilis yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan selama dua suvei terakhir menunjukkan peningkatan nilai dan
peringkat. Dimana pada IPKM tahun 2013 Provinsi Kalimantan Selatan mendapatkan nilai
sebesar 0,4857 yang berada pada peringkat 31 dari 33 provinsi, sedangkan pada IPKM
tahun 2018 mengalami peningkatan nilai yaitu 0,5879 yang juga mengalami peningkatan
peringkat yaitu 23 dari 34 provinsi.
c. Indikator Kinerja Program
Adapun capaian program dan kegiatan dari masing-masing seksi pada Bidang Kesehatan
Masyarakat sebagaimana yang termuat dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) tahun
2019, diuraikan sebagai berikut :
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat meliputi kegiatan pembinaan gizi
masyarakat dan pembinaan kesehatan keluarga dengan indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 3.2. Indikator Kinerja dan Target
Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2019
No. Indikator Kinerja Target
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
1. Ibu hamil KEK yang mendapat tambahan makanan 80 96,8 121
2. Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif 35 68 194,3
3. Ibu hamil yang mendapatkan TTD minimal 90 tablet 70 80,8 115,4
4. Bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini 70 73 104,3
5. Balita kurus yang mendapat makanan tambahan 72 99,5 138,2
6. Remaja puteri mendapat TTD 30 45,7 152,3
Rata-rata 77,3% 137,6
Dari 6 (enam) indikator kinerja pembinaan gizi masyarakat seluruhnya (100%) telah mencapai
target yang ditetapkan, dengan rata-rata realisasi 77,3% dan rata-rata capaian sebesar 137,6%.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 12
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pembinaan gizi masyarakat pada tahun 2019 sebesar
Rp 1.525.758.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 1.356.990.700 atau 88,9% sedangkan capaian
indikator kinerja rata-rata sebesar 137,6%. Hal ini berarti telah terwujud efisiensi anggaran, karena
capaian kinerja 137,6% dapat terwujud dengan 88,9% anggaran.
Tabel 3.3. Indikator Kinerja dan Target
Kegiatan Pembinaan Kesehatan Keluarga Tahun 2019
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1. Kunjungan neonatal pertama (KN1) 90 88,06 97,8
2. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke empat (K4) 80 78,2 97,7
3. Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk
peserta didik kelas 1
70 90,56 129,4
4. Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk
peserta didik kelas 1, 7 dan 10
60 77,36 128,9
5. Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja 45 56,60 125,8
6. Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil 100 98,30 98,3
7. Puskesmas yang melakukan Orientasi P4K 100 94,47 94,5
Rata-rata 83,36 110,3
Dari 7 (tujuh) indikator kinerja pembinaan kesehatan keluarga hanya 3 (tiga) indikator yang
mencapai target (43%), sedangkan 4 (empat) indikator (57%) masih di bawah target dengan rata-rata
realisasi sebesar 83,36% dan rata-rata capaian sebesar 110,3%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pembinaan kesehatan keluarga pada tahun 2019 sebesar
Rp 1.307.532.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 1.197.381.300 atau 91,6% sedangkan capaian
indikator kinerja rata-rata sebesar 110,3%. Hal ini berarti telah terwujud efisiensi anggaran, karena
capaian kinerja 110,3% dapat terwujud dengan 91,6% anggaran.
b. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga meliputi kegiatan penyehatan
lingkungan dan upaya kesehatan kerja dan olahraga dengan indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 3.4. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Penyehatan Lingkungan
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1. Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM 1.608 1.705 106
2. Sarana air minum yang dilakukan pengawasan 50% 60% 120
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 13
3. TTU yang memenuhi syarat kesehatan 58% 60% 103,4
4. RS yang melakukan pengelolaan limbah medis
sesuai standar
38% 22% 57,9
5. TPM yang memenuhi syarat kesehatan 32% 38% 118,7
6. Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan
tatanan kawasan sehat
10 10 100
Rata-rata 101
Dari 6 (enam) indikator kinerja penyehatan lingkungan 5 (lima) indikator telah mencapai target
(83,33%), sedangkan 1 (satu) indikator (16,67%) masih di bawah target dengan rata-rata capaian
sebesar 101%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan penyehatan lingkungan pada tahun 2019 sebesar
Rp 809.211.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 728.461.600 atau 90% sedangkan capaian
indikator kinerja rata-rata sebesar 101%. Hal ini berarti telah terwujud efisiensi anggaran, karena
capaian kinerja 101% dapat terwujud dengan realisasi 90% anggaran.
Tabel 3.5. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1. Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan
kerja dasar
80% 75,74% 94,7
2. Jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja yang
terbentuk di daerah PPI/TPI
150 0 0
3. Fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang
memenuhi standar
100% 0 0
4. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan
kesehatan olahraga pada kelompok masyarakat
di wilayah kerjanya
72% 74,89% 104
Rata-rata 49,7
Dari 4 (empat) indikator kinerja upaya kesehatan kerja dan olahraga hanya 1 (satu) indikator telah
mencapai target (25%), sedangkan 3 (tiga) indikator (75%) masih di bawah target dengan rata-rata
capaian sebesar 49,7%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan upaya kesehatan kerja dan olahraga pada tahun 2019
sebesar Rp 823.845.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 769.715.000 atau 93,43% sedangkan
capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 49,7%. Hal ini berarti tidak terwujud efisiensi anggaran,
karena capaian kinerja hanya 49,7% sedangkan anggaran yang diserap sebesar 93,43%.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 14
c. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat meliputi kegiatan promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dengan indikator kinerja sebagai berikut :
Tabel 3.6. Indikator Kinerja dan Target
Kegiatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
No. Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
1. Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS 80% 100% 125%
2. Desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM 35% 83,6% 238,8%
3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk
program kesehatan
26 31 119,2%
4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan
sumber dayanya untuk mendukung kesehatan
15 17 113,3%
Rata-rata 149,1
Dari 4 (empat) indikator kinerja promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat seluruh indikator
telah mencapai target (100%) dengan rata-rata capaian sebesar 149,1%.
Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat pada
tahun 2019 sebesar Rp 3.533.769.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 3.178.219.600 atau
89,94% sedangkan capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 149,1%. Hal ini berarti telah terwujud
efisiensi anggaran, karena capaian kinerja 149,1% dapat terwujud dengan 89,94% anggaran.
d. Administrasi Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan
Kesehatan Masyarakat diarahkan untuk penguatan perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan
kegiatan yang terintegrasi antar pusat dan daerah, antar program dan antar sektor. Dimana
kegiatan Dukungan Manajemen ini diberikan untuk mendukung kegiatan pada program teknis,
diantaranya adalah Rapat Koordinasi Teknis Program Kesehatan Masyarakat, Bimbingan
Teknis Program Kesehatan Masyarakat ke kabupaten/kota, Konsultasi Program Kesehatan
Masyarakat ke Pusat dan Evaluasi Pelaporan Program Kesehatan Masyarakat serta Pengelolaan
Keuangan dan BMN.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 15
Tabel 3.7. Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
No. Indikator Kinerja Target
(%)
Realisasi
(%)
Capaian
(%)
1.
Realisasi kegiatan administrasi dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
95% 95% 100%
Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat dari target 95% pada tahun 2019 direalisasi sebesar 95%
atau capaian 100%. Anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat pada tahun
2019 sebesar Rp 809.211.000,- yang direalisasikan sebesar Rp 728.461.600 atau 90% sedangkan
capaian indikator kinerja rata-rata sebesar 97,7%. Hal ini berarti telah terwujud efisiensi anggaran,
karena capaian kinerja 97,7% dapat terwujud dengan 90% anggaran.
a. Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Makanan Tambahan
Masalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian, masalah tersebut antara lain
anemia dan ibu hamil KEK. Status kesehatan di Indonesia belum menggembirakan ditandai dengan
Angka Kematian Ibu, Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita masih sulit ditekan bahkan selama 10
tahun terakhir ini kematian neonatal ada dalam kondisi stagnan. Pendekatan siklus hidup sejak dari
masa janin sampai usia lanjut terus diupayakan, diperlukan upaya strategis yang dimulai sejak masa
kehamilan bahkan masa pra-kehamilan agar terwujud generasi yang sehat dan tangguh. Periode pra-
kehamilan dan kehamilan harus disiapkan dengan baik, hal ini tertuang dalam arah kebijakan
RPJMN 2015-2019 yaitu mempercepat perbaikan gizi masyarakat dengan fokus utama pada 1000
Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jumlah ibu hamil yang mendapatkan makanan tambahan di
Kalimantan Selatan Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8. Jumlah Ibu Hamil yang Mendapat PMT Tahun 2019
No. Kabupaten/
Kota
Jumlah Ibu
Hamil
Jumlah Ibu
Hamil
KEK
% Ibu
Hamil
KEK
Ibu Hamil KEK
mendapat PMT
% Ibu Hamil
KEK mendapat
PMT
1. Tanah Laut 7.225 1.081 14,96 1.081 100.0
2. Kotabaru 8.096 797 9,84 797 100.0
3. Banjar 11.799 1.137 9,64 1.137 100.0
4. Barito Kuala 6.406 1.110 17,33 1.110 100.0
5. Tapin 3.830 584 15,25 584 100.0
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 16
6. HSS 4.438 625 14,08 596 95,36
7. HST 4.925 535 10,86 535 95.7
8. HSU 4.682 980 20,93 980 100.0
9. Tabalong 5.394 895 16,59 895 100.0
10. T. Bumbu 8.741 856 9,79 841 98,25
11. Balangan 2.902 375 12,92 375 100.0
12 Banjarmasin 14.282 1.524 10,67 1.217 79,86
13. Banjarbaru 5.419 521 9,61 521 100.0
PROVINSI 88.484 11.020 12,45 10.669 96,81
Adapun faktor pendukung pemberian PMT pada ibu hamil KEK, antara lain adalah :
a. Tersedianya PMT bumil KEK dari Direktorat Gizi Kemenkes RI, yang didistribusikan ke
kabupaten/kota.
b. Sistem distribusi PMT Ibu Hamil KEK dari Pusat ke Provinsi hingga Puskesmas dikelola
dengan baik.
c. Kapasitas pengelola program gizi di kabupaten/kota dalam pencatatan dan pelaporan sudah
baik walaupun belum tepat waktu.
d. Menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan distribusi makanan tambahan di puskesmas
melalui aplikasi e-PPGBM yang langsung dapat diakses oleh daerah maupun pusat.
e. Daya terima makanan tambahan pada ibu hamil KEK baik, sebagian ibu hamil dapat
menghabiskan makanan tambahan yang diterima dari puskesmas.
f. Petugas kesehatan selalu memberikan penjelasan kepada ibu hamil KEK sebagai sasaran
penerima PMT antara lain: bahaya kurang gizi pada masa kehamilan, bagaimana cara
mencegah kurang gizi, alasan ibu menerima PMT, manfaat setelah mengkonsumsi PMT dan
mematuhi aturan mengkonsumsi PMT.
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil
KEK, antara lain:
a. Masih kurangnya sosialisasi pencatatan dan pelaporan melalui aplikasi e-PPGBM sehingga
petugas kesehatan masih belum memahami mekanisme pencatatan dan pelaporan dengan
baik.
b. Kurangnya integrasi dan koordinasi antara tenaga gizi dan bidan dalam pemberian makanan
tambahan ibu hamil, sehingga masih ditemukan makanan tambahan bumil KEK yang
berlebih di puskesmas.
c. Kurangnya buku pedoman dan sosialisasi pedoman penanggulangan Kurang Energi Kronik
pada ibu hamil oleh pusat.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 17
d. Masalah gudang sebagai tempat penyimpanan, di puskesmas tidak tersedia gudang khusus
tempat penyimpanan PMT sehingga masih tergabung dengan tempat penyimpanan obat dan
alat kesehatan.
e. Masalah tingkat kepatuhan dari sasaran bumil KEK.
f. Masalah makanan pendamping dan keberlanjutan pangan PMT di keluarga.
g. Alasan Ibu hamil KEK tidak menghabiskan PMT antara lain: dimakan oleh anggota
keluarga lain, rasa terlalu manis, tidak suka tekstur, ada efek samping (diare, alergi).
Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan adalah :
a. Melakukan konfirmasi data ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan.
b. Melakukan konfirmasi ketersediaan makanan tambahan atau pembiayaan untuk makanan
tambahan bagi ibu hamil, misalnya melalui dana BOK berupa bahan pangan lokal.
c. Melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas dalam penanganan
masalah ibu hamil KEK, serta peningkatan sistem pencatatan dan pelaporan melalui
aplikasi e-PPGBM.
d. Monev suplementasi gizi dengan tujuan memantau distribusi PMT dan sosialisasi aplikasi
monev PMT.
e. Memberikan edukasi pentingnya kepatuhan terhadap konsumsi PMT sehingga memberi
dampak untuk peningkatan status gizi.
b. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang dikenal dengan sebutan dengan KN1,
merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi
risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir, dengan cara mendeteksi
sedini mungkin permasalahan yang mungkin dihadapi bayi baru lahir, sekaligus memastikan
pelayanan yang seharusnya didapatkan oleh bayi baru lahir yang diantaranya terdiri dari
konseling perawatan bayi baru lahir, ASI Eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi (bila belum
diberikan) dan Hepatitis B 0 (nol) injeksi (bila belum dberikan). Kunjungan ini dilakukan
dengan pendekatan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
Perhitungan cakupan ini dilakukan dengan cara membandingkan bayi baru lahir yang
mendapatkan kunjungan neonatal pertama dengan jumlah seluruh bayi baru lahir di wilyahnya
yang kemudian dikonversi dalam bentuk persentase. Target indikator KN 1 di awal Renstra
2015-2019 adalah sebesar 75% (2015), sedangkan target pada tahun 2018 adalah sebesar 90%.
Pencapaian indikator KN 1 tahun 2019 Provinsi Kalimantan Selatan masih di bawah target,
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 18
yaitu sebesar 88,06%. Dengan realisasi tersebut maka capaian kinerja Provinsi Kalimantan
Selatan adalah sebesar 97,7%. Namun jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota terdapat 9
kabupaten/ kota yang belum mencapai target, dimana 3 terendah adalah Kotabaru (67%), Tanah
Bumbu (75%) dan Barito Kuala (82%).
Tabel 3.9. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Tahun 2019
No. Kabupaten/
Kota
Jumlah Sasaran
Kelahiran
Hidup
Laki-
Laki Perempuan Total
Jumlah
Absolut %
1. Tanah Laut 7.113 3.327 3.167 6.494 6.494 91,30
2. Kotabaru 7.416 2.562 2.448 5.010 5.010 67,56
3. Banjar 10.852 5.308 5.075 10.383 10.383 95,68
4. Barito Kuala 5.907 2.556 2.297 4.853 4.853 82,16
5. Tapin 3.484 1.619 1.598 3.217 3.217 92,34
6. HSS 4.105 1.935 1.764 3.699 3.699 90,11
7. HST 4.553 2.046 1.916 3.962 3.962 87,02
8. HSU 4.256 1.936 1.798 3.734 3.734 87,73
9. Tabalong 4.960 2.185 2.085 4.270 4.270 86,09
10. T. Bumbu 7.946 3.022 3.013 6.035 6.035 75,95
11. Balangan 2.638 1.161 1.035 2.196 2.196 83,24
12. Banjarmasin 13.174 6.556 6.480 13.036 13.036 98,95
13. Banjarbaru 4.911 2.393 2.322 4.715 4.715 88,06
PROVINSI 81.315 36.606 34.998 71.604 71.604 88,06
Faktor pendukung terlaksananya kegiatan yang menunjang capaian KN1, diantaranya adalah:
1) Adanya pedoman Neonatal Esensial yang menjadi dasar/standar pelayanan kesehatan bayi
baru lahir yang di dalamnya termasuk adalah kunjungan neonatal.
2) Dukungan dari organisasi profesi dan lintas program dalam penggerakan anggotanya untuk
melaksanakan KN 1. Dukungan ini diperoleh melalui advokasi dan sosialisasi yang
dilakukan terhadap organisasi profesi, dan pelibatan organisasi profesi terkait dalam
kegiatan.
3) Adanya pedoman teknis untuk fasilitas pelayanan kesehatan dalam bentuk buku saku.
Dengan telah semakin tersebar dan terdistribusinya buku saku pelayanan neonatal esensial
maka cakupan dapat tercapai. Buku ini menjadi pedoman sekaligus suatu bentuk
perlindungan terhadap nakes didalam melaksanakan Kunjungan Neonatal Pertama.
4) Upaya peningkatan kuantitas dan kualitas pelaksanaan KN 1 diintegrasikan dengan
kegiatan persalinan di fasilitas kesehatan, karena melalui persalinan di fasilitas kesehatan
maka diharapkan bayi yang dilahirkan juga akan mendapatkan pelayanan sesuai standar.
5) Peningkatan kapasitas SDM kesehatan
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 19
6) Kebijakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan terkait penempatan tenaga kesehatan
PTT bidan/perawat/gizi/kesmas di desa terpencil dan sangat terpencil
7) Pemenuhan sarana prasarana,
8) Dukungan anggaran,
9) Pembinaan program secara berkala sudah dilakukan (supervisi fasilitatif, monev, bimbingan
teknis program secara terpadu)
c. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Antenal Minimal Empat Kali Selama
Kehamilan (K4)
Cakupan K4 Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2019 masih di bawah target, yaitu
sebesar 78% dari target 80%. Namun jika dirincikan cakupan kabupaten/ kota maka hanya 4
kabupaten/kota yang mencapai target, yaitu Banjarmasin, Banjarbaru, Tapin dan Banjar.
Sedangkan 9 kabupaten masih di bawah target, terutama tiga yang paling rendah adalah
Kotabaru (64%), Tanah Bumbu (67%) dan Balangan (69%). Cakupan K4 Kabupaten/Kota di
Kalimantan Selatan Tahun 2019 sebagaimana tergambar pada tabel berikut ini.
Tabel 3.10. Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Antenatal K4 Tahun 2019
No. Kabupaten/Kota Jumlah Sasaran
Ibu Hamil
Jumlah
Absolut %
1. Tanah Laut 7.569 5.451 72,02
2. Kotabaru 8.096 5.252 64,86
3. Banjar 11.799 10.166 86,16
4. Barito Kuala 6.406 4.971 77,60
5. Tapin 3.830 3.265 85,25
6. HSS 4.438 3.450 77,74
7. HST 4.925 3.595 72,99
8. HSU 4.682 3.530 75,40
9. Tabalong 5.394 4.261 79,00
10. T. Bumbu 8.742 5.910 67,60
11. Balangan 2.902 2.027 69,85
12. Banjarmasin 14.202 12.311 86,20
13. Banjarbaru 5.419 4.845 89,41
PROVINSI 88.484 69.034 78,2
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 20
d. Persentase Bayi Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja selama enam bulan pertama tanpa minuman
atau makanan tambahan lain. Target persentase bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI
Eksklusif sebesar 35%, realisasi kinerja Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2019 sebesar
68% atau sudah di atas target. Jika dirinci menurut kabupaten/kota seluruhnya telah mencapai
target, sebagaimana tersaji pada tabel berikut ini.
Tabel 3.11. Persentase Bayi Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019
No. Kabupaten/
Kota
Bayi 0-6 Bulan Mendapat ASI
Eksklusif
Sasaran Bayi
0-6 Bulan Jumlah (%)
1. Tanah Laut 5.442 3.885 71,39
2. Kotabaru 3.203 2.146 67,00
3. Banjar 4.889 3.211 65,68
4. Barito Kuala 5.426 3.883 71,56
5. Tapin 2.444 1.797 73,53
6. HSS 2.897 2.089 72,11
7. HST 4.044 2.782 68,79
8. HSU 1.642 1.035 63,03
9. Tabalong 3.963 2.732 68,94
10. T. Bumbu 7.646 5.854 76,56
11. Balangan 1.038 910 87,67
12. Banjarmasin 11.519 6.792 58,96
13. Banjarbaru 1.783 931 52,22
PROVINSI 55.936 38.047 68,02
e. Persentase Ibu Hamil yang Mendapat TTD 90 Tablet Selama Kehamilan
Tablet tambah darah atau biasa disebut TTD adalah suplemen penting untuk ibu hamil
dalam mencegah anemia. Pemerintah merekomendasikan konsumsi tablet tambah darah
minimal 90 tablet selama hamil. Anemia pada saat kehamilan tidak hanya berdampak pada si
ibu tetapi juga pada janin. Ibu hamil yang menderita anemia berat beresiko mengalami
perdarahan saat persalinan dan kematian. Sementara bayinya beresiko lahir dengan berat
rendah serta prematur.
Target persentase ibu hamil yang mendapat TTD 90 tablet selama kehamilan sebesar
70%, namun realisasi kinerja Provinsi Kalimantan Selatan telah mencapai 80,8% atau di atas
target. Jika dirinci berdasarkan kabupaten/kota masih terdapat 1 kabupaten belum mencapai
target, yaitu Kotabaru (57,6%) sebagaimana tergambar pada tabel berikut ini.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 21
Tabel 3.12. Persentase Ibu Hamil yang Mendapat TTD 90 Tablet Selama Kehamilan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019
No. Kabupaten/Kota
Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan 90 TTD
Jumlah Ibu
Hamil
Bumil Mendapat
TTD %
1. Tanah Laut 7.225 6.255 83,52
2. Kotabaru 8.096 4.666 57,63
3. Banjar 11.799 10.153 78,34
4. Barito Kuala 6.406 4.966 77,67
5. Tapin 3.830 3.315 86,55
6. HSS 4.438 3.491 78,75
7. HST 4.925 3.770 76,55
8. HSU 4.682 3.787 79,76
9. Tabalong 5.394 4.362 81,11
10. T. Bumbu 8.741 6.542 74,83
11. Balangan 2.902 2.163 74,53
12. Banjarmasin 14.282 13.460 94,24
13. Banjarbaru 5.419 4.890 90,24
PROVINSI 88.484 71.820 80,8
Faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya realisasi kinerja tersebut, antara lain adalah :
1) Efek samping minum TTD (mual, muntah dan sembelit)
2) Kurangnya KIE tentang manfaat TTD
3) Kondisi geografis dan akses yang sulit dijangkau, seperti daerah pegunungan dan
kepulauan (Kabupaten Kotabaru)
Solusi yang dilakukan, antara lain adalah :
1) Menyarankan pemilihan waktu yang tepat minum TTD
2) Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan kader posyandu
3) Memperbaiki strategi komunikasi (perubahan perilaku) sehingga ibu hamil mendapat
informasi yang jelas tentang manfaat TTD.
4) Menggiatkan pusling terpadu untuk menjangkau sasaran di pelosok dan daerah
terpencil.
f. Persentase Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan
Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan pada tahun 2019 ditargetkan
72%, sedangkan cakupan Provinsi Kalimantan Selatan sudah mencapai 99,57% atau telah
melampaui target. Jika dirinci menurut kabupaten/kota seluruhnya telah memenuhi target atau di
atas 72% sebagaimana tergambar pada grafik berikut ini.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 22
Tabel 3.13. Persentase Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019
No. Kabupaten/
Kota Balita Kurus
Balita Kurus
Mendapat Makanan
Tambahan
% Balita Kurus
Mendapat Makanan
Tambahan
1. Tanah Laut 1.004 1.004 100.00
2. Kotabaru 1.170 1.170 100.00
3. Banjar 1.580 1.580 100.00
4. Barito Kuala 2.044 2.044 100.00
5. Tapin 687 687 100.00
6. HSS 538 513 95.35
7. HST 1.360 1.360 100.00
8. HSU 1.877 1.877 100.00
9. Tabalong 1.316 1.300 98,78
10. T. Bumbu 777 761 97,94
11. Balangan 347 347 100.00
12. Banjarmasin 524 524 100.00
13. Banjarbaru 185 185 100.00
PROVINSI 13.409 13.352 99,57
Adapun faktor pendukung dalam pemberian makanan tambahan pada balita kurus, antara lain
adalah :
a. Tersedianya PMT bumil KEK dari Direktorat Gizi Kemenkes RI, yang didistribusikan ke
kabupaten/kota.
b. Sistem distribusi PMT balita kurus sudah dikelola dengan baik.
c. Kapasitas pengelola program gizi di kabupaten/kota dalam pencatatan dan pelaporan sudah
baik.
d. Menerapkan sistem pencatatan dan pelaporan distribusi makanan tambahan di puskesmas
melalui aplikasi e-PPGBM yang langsung dapat diakses oleh daerah maupun pusat.
e. Daya terima makanan tambahan pada balita kurus, cukup baik
f. Pemberian KIE kepada orangtua balita kurus sebagai sasaran penerima PMT
Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pemberian makanan tambahan untuk balita kurus,
antara lain:
a. Masih kurangnya sosialisasi pencatatan dan pelaporan melalui aplikasi e-PPGBM sehingga
petugas kesehatan masih belum memahami mekanisme pencatatan dan pelaporan dengan
baik.
b. Kurangnya integrasi dan koordinasi antara tenaga gizi dan bidan dalam pemberian makanan
tambahan balita kurus, sehingga masih ditemukan makanan tambahan balita kurus yang
berlebih di puskesmas.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 23
c. Masalah gudang sebagai tempat penyimpanan, di puskesmas tidak tersedia gudang khusus
tempat penyimpanan PMT sehingga masih tergabung dengan tempat penyimpanan obat dan
alat kesehatan.
d. Masalah makanan pendamping dan keberlanjutan pangan PMT di keluarga.
e. Alasan balita tidak menghabiskan PMT antara lain: dimakan oleh anggota keluarga lain,
tidak suka tekstur, ada efek samping (diare, alergi).
Alternatif pemecahan masalah yang dilakukan adalah :
a. Melakukan konfirmasi data balita kurus yang mendapat makanan tambahan.
b. Melakukan konfirmasi ketersediaan makanan tambahan atau pembiayaan untuk makanan
tambahan bagi balita, misalnya melalui dana BOK berupa bahan pangan lokal.
c. Melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas dalam penanganan
masalah balita kurus, serta peningkatan sistem pencatatan dan pelaporan melalui aplikasi
e-PPGBM.
d. Monev suplementasi gizi dengan tujuan memantau distribusi PMT dan sosialisasi aplikasi
monev PMT.
e. Memberikan edukasi pentingnya kepatuhan terhadap konsumsi PMT sehingga memberi
dampak untuk peningkatan status gizi.
g. Persentase Remaja Putri yang Mendapat Tablet Tambah Darah
Remaja putri perlu mendapat tablet tambah darah karena masa remaja adalah fase pertumbuhan
yang cepat sehingga kebutuhan zat besi meningkat, kehilangan darah rutin dalam jumlah banyak
(haid), remaja putri adalah calon ibu dan untuk mengatasi defisiensi zat besi.
Target untuk indikator ini adalah sebesar 30%, tahun 2019 Provinsi Kalimantan Selatan telah
mencapai 54,54%. Jika dirinci menurut kabupaten/kota, masih terdapat 1 kota yang masih di
bawah target yaitu Banjarmasin (6,55%) sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.14. Remaja Puteri yang Mendapat Tablet Tambah Darah Tahun 2019
No. Kabupaten/
Kota
Jumlah Remaja
Puteri (10-14
Tahun)
Jumlah Remaja
Mendapat TTD
% Remaja Puteri
Mendapat TTD
1. Tanah Laut 12.793 9.220 72,07
2. Kotabaru 10.633 7.114 66,90
3. Banjar 22.745 15.128 66,51
4. Barito Kuala 15.431 8.798 57,02
5. Tapin 6.640 6.640 100,00
6. HSS 12.838 6.043 47,07
7. HST 11.356 9.514 83,78
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 24
201
52
20
290
135
148
169
219
157
131
135
150
202
157
0
20
199
135
148
116
194
131
131
116
105
151
0 100 200 300 400 500 600
Batola
Bmasin
Bbaru
Banjar
Tapin
HSS
HST
HSU
Balangan
Tabalong
Tanah Laut
Tanbu
Kotabaru
8. HSU 11.991 9.797 81,70
9. Tabalong 17.786 14.334 80,59
10. Tanah Bumbu 13.818 13.818 100,00
11. Balangan 6.988 4.568 65,37
12. Banjarmasin 57.752 3.780 6,55
13. Banjarbaru 25.546 14.677 57,45
PROVINSI 226.317 123.431 54,54
h. Persentase Desa/Kelurahan yang Melaksanakan STBM
Desa STBM adalah desa yang melaksanakan program STBM yang memenuhi kriteria minimal
adanya natural leader/kelompok kerja STBM desa, mempunyai rencana kerja tahunan desa/
kelurahan dan telah memiliki 1 dusun Stop BAB Sembarangan (Stop BABs). Pendekatan
STBM akan mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan
cara pemicuan. Pendekatan parstisipatif mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi
sanitasi melalui proses pemicuan yang menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat
tentang pencemaran lingkungan akibat BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Adapun Tujuan
dari Program STBM (Sanitasi Total berbasis Masyarakat) yaitu mewujudkaan akses dan
menggunakan jamban sehat; mencuci tangan pakai sabun (CTPS), mengelola dan menyimpan
air minum dan makanan yang aman; mengelola sampah dengan baik; serta mengelola limbah
rumah tangga.
Grafik 3.1. Desa/Kelurahan yang Melaksanakan STBM
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019
Meskipun capaian kinerja telah tercapai akan tetapi ada beberapa hambatan untuk pencapaian
Universal Access 2019 STBM sebagai berikut :
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 25
Beberapa Petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas belum melakukan entry di website
STBM dalam laporan desa yang melaksanakan STBM
Beberapa Puskesmas belum melakukan penganggaran pelaksanaan STBM di dana Desa dan
BOK
Kabupaten Hulu Sungai Tengah petugas Kesehatan Lingkungan belum pernah mendapatkan
pelatihan STBM dikarenakan Hulu sungai Tengah Baru tahun 2017 masuk menjadi daerah
PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat)
Beberapa kecamatan dan desa/kelurahan belum optimal dalam koordinasi lintas sektor dan
lintas program.
Kekurangan cetak jamban/cetak jamban terbatas di kabupaten sehingga memerlukan waktu
lama dalam pembuatan Jamban/WC dikarenakan pemakaian cetak jamban bergiliran.
Tindak lanjut dalam pencapaian desa yang melaksanakan STBM sebagai berikut:
a) Meningkatkan Jumlah/Desa kelurahan yang melaksanakan STBM
b) Meningkatkan Jumlah desa/kelurahan SBS terverifikasi.
c) Mengoptimalkan peran kecamatan dan desa/kelurahan dalam pencapaian wilayah yang
terbebas dari perilaku buang air bersih sembarangan.
d) Bagi Kabupaten/kota (Banjarmasin, Tanah Bumbu dan Hulu Sungai Tengah) yang belum
segera membuat regulasi STBM untuk mendukung percepatan Universal Access 2019.
e) Meningkatkan anggaran STBM dalam APBD kabupaten/kota, BOK Puskesmas dan
memasukan STBM dalam RPJM Desa.
f) Memaksimalkan sinergi dan integrasi pendekatan STBM dalam kegiatan lintas sektor dan
lintas program terkait upaya percepatan universal access 2019.
g) Meningkatkan status kecamatan yang cakupan akses sanitasi di atas 95% menjadi
kecamatan SBS/ODF paling lama di akhir tahun.
h) Memastikan Larangan Buang Air Besar Sembarangan (SBS) di desa/ kelurahan SBS
melalui peraturan desa.
i) Melakukan updating progress akses jamban keluarga ke website STBM secara rutin, setiap
ada perubahan data di lapangan.
i. Persentase sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan
Pelaksanaan Pengawasan Kesehatan Air Minum (PKAM) suatu upaya meningkatkan pelayanan
penyediaan air kepada masyarakat yang aman dan terhindar dari gangguan kesehatan terkait air
yang bertujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan air yang aman
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 26
dikonsumsi, tidak ada perumahan kumuh masyarakat dan sanitasi yang layak bagi seluruh
masyarakat.
Capaian kinerja Persentase Sarana Air Minum yang Dilakukan Pengawasan telah
melebihi target sebesar 60% dari target 50 persen dengan capaian sebesar 120%.
Walaupun sudah tercapat target nasional masih ada kendala dan masalah yang dihadapi sebagai
berikut :
1) Belum maksimal Petugas Sanitarian melakukan pengawasan air Minum di wilayah kerja
masing-masing puskesmas hal ini disebabkan karena terbatas dana dan peralatan serta
ketrampilan dalam pemeriksaan air minum.
2) Beberapa petugas Sanitarian belum mendapatkan Pelatihan dalam pengawasan air minum,
baik melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Sarana air minum maupun entry pada
website RPKAM.
j. Persentase Sekolah dan Puskesmas yang Memenuhi Persyaratan Kesehatan (TTU)
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat,
sarana dan kegiatan tetap, diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta dan atau perorangan
yang dipergunakan langsung oleh masyarakat contoh sekolah, puskesmas, hotel, tempat ibadah,
dan lain-lain. Tujuan Sanitasi tempat-tempat Umum (TTU) untuk memantau tempat-tempat
umum secara berkala serta membina dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam
menciptakan lingkungan bersih dan sehat di tempat-tempat umum. Capaian indikator per
kabupaten dapat dilihat pada grafik berikut.
Capaian dari indikator Persentase Sekolah dan Puskesmas yang Memenuhi Persyaratan
Kesehatan (TTU) dari target 58% tercapai realisasi 60% atau capaian sebesar 103%.
Walaupun sudah tercapai target nasional, namun masih ada kendala dan masalah yang
dihadapi dalam pengawasan tempat-tempat umum yang belum memenuhi syarat kesehatan
dikarenakan ada beberapa puskesmas yang belum melaksanakan Inspeksi Santitasi Kesehatan
(IKL) TTU (Pasar sehat) dan masih adanya petugas Sanitarian yang belum dilatih dalam
pelaksanaan penilaian tempat-tempat umum.
k. Persentase TPM yang dilakukan Pengawasan Memenuhi Syarat Kesehatan
Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat
dan perlengkapannya yang mungkin bisa menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Pengawasan tempat pengolahan makanan berupa kegiatan penilaian terhadap tempat-tempat
yang memproduksi makanan antara lain rumah makan, restoran, jasa boga, katering, industri
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 27
makanan, pedagang kaki lima, warung kopi dam makanan dan depot air minum. Pengawasan
tempat pengolahan makanan menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah
konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli
mengurangi kerusakan/pemborosan makanan.
Capaian dari indikator persentase TPM yang dilakukan pengawasan yang Memenuhi
Persyaratan Kesehatan dari target 32% terealisasi sebesar 38% atau capaian sebesar 118%.
Beberapa permasalahan yang dihadapi di lapangan yaitu petugas pemeriksa belum
terlatih, beberapa puskesmas yang belum melaksanakan Inspeksi Kesehatan Lingkungan TPM
serta memberikan sertifikat laik sehat hal ini dikarenakan alat sanitarian kit dan biaya untuk
pemeriksaan kimia dan bakteriologis terbatas.
l. Kabupaten/Kota yang Menyelenggarakan Tatanan Kawasan Sehat
Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/Kota yang bersih, nyaman, aman
dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa
tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat oleh pemerintah daerah.
Sasaran kabupaten/kota yaitu tatanan potensi dan permasalahan pada msing-masing kecamatan
di kabupaten/kota. Penyelenggarakan dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan
memberdayakan masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah kabupaten/kota untuk
mewujudkan kabupaten/kota sehat. Tujuan Kabupaten/kota sehat tercapainya kondisi
kabupaten/kota untuk hidup dengan bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai
tempat bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program-program kesehatan
dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan sarana dan produktivitas dan perekonomian
masyarakat.
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019 dalam menyelenggarakan Kabupaten/kota
sehat sebanyak 10 kabupaten/kota dari target 10 kabupaten/kota atau realisasi 100%. Adapun
kendala yang dihadapi dalam melaksanakan KKS dikarenakan oleh beberapa hal :
1. Beberapa kabupaten/kota belum membentuk/Pembuatan SK Tim Pembina Kabupaten dan
Tim Forum Kabupaten Kota Sehat.
2. Kurangnya dukungan dana dari Pemda baik bersumber APBN, APBD (provinsi dan
kabupaten) guna melaksanakan persiapan dan Koordinasi Tim pembina Kabupaten dan Tim
forum Kabupaten melakukan sosialisasi dan koordinasi dalam pelaksanaan Kabupaten/Kota
Sehat untuk mempercepat pelaksanan kabupaten/kota sehat.
3. Peran Tim Pembina Provinsi dalam melakukan advokasi dan asistensi ke Pemerintah Daerah
Kabupaten/kota.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 28
m. Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar
Kesehatan Kerja adalah upaya perlindungan dan pemeliharaan kesehatan fisik, mental
dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, dan pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja,
baik itu pada pekerja formal maupun pekerja informal.
Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam peningkatkan pelayanan
kesehatan pada pekerja, berupa pelayanan pekerja sakit yang berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan, surveilans kesehatan kerja, pengukuran kebugaran di tempat kerja, dan pemeriksaan
kesehatan pada pekerja. Target yang ditetapkan pada tahun 2019 untuk jumlah Puskesmas yang
menyelenggarakan kesehatan kerja dasar adalah 80% atau sekitar 188 Puskesmas di Kalimantan
Selatan dengan realisasi sebesar 75,74% atau sebanyak 178 Puskesmas sudah
menyelenggarakan kesehatan kerja dasar atau capaian 94,7%.
n. Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Kegiatan Kesehatan Olahraga pada
Masyarakat di Wilayah Kerjanya
Kesehatan Olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan olahraga atau latihan
fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui aktifitas fisik dan
atau olahraga. Target sasaran kesehatan olahraga adalah masyarakat umum dan prestasi.
Kebugaran jasmani merupakan indikator fungsi organ yang optimal, terutama fungsi
jantung, paru-paru, dan otot rangka yang dapat menggambarkan kualitas hidup sehari hari.
Tingkat kebugaran yang rendah menjadi salah satu faktor risiko seseorang untuk mengalami
penyakit akibat kurang gerak dan dapat berdampak pada penurunan produktivitas maupun
prestasi. Mengetahui tingkat kebugaran jasmani juga sangat bermanfaat dalam menentukan
kegiatan aktifitas fisik, latihan fisik dan olahraga sesuai dengan kesiapan fisiknya. Peningkatan
Penyakit Tidak Menular (PTM) sangat erat hubungannya dengan perubahan perilaku dan gaya
hidup, seperti pola makan yang tidak seimbang, kurangnya aktifitas fisik merupakan salah satu
dampak negatif dalam masa perkembangan IPTEK.
Indikator ini digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam peningkatkan pelayanan
kesehatan olahraga pada masyarakat, berupa pendataan kelompok olahraga, pembinaan dan
pelayanan kesehatan olahraga dalam bentuk pengukuran kebugaran masyarakat di Puskesmas,
pengukuran kebugaran calon Jemaah haji, pengukuran kebugaran pekerja dan pengukuran
kebugaran anak sekolah.
Target yang ditetapkan pada tahun 2019 untuk jumlah Puskesmas yang melaksanakan
kegiatan kesehatan olahraga pada masyarakat di wilayah kerjanya adalah 72% atau sekitar 170
Puskesmas di Kalimantan Selatan namun capaian kinerja Tahun 2019 ini telah mencapai 74,9%
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 29
atau sebanyak 177 Puskesmas sudah melaksanakan kegiatan kesehatan olahraga pada
masyarakat di wilayah kerjanya dengan capaian 104%.
o. Kabupaten/Kota yang Memiliki Kebijakan PHBS
Persentase kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru per tahun
(Kebijakan yg mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat adalah kebijakan dalam bentuk
Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat Keputusan
Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota pada tahun tersebut)
Secara umum tema Germas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Peningkatan Aktifitas
Fisik, 2) Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi (Konsumsi Sayur/Buah dan
Stunting), 3) Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit (Periksa Kesehatan Berkala),
4) Peningkatan Kualitas Lingkungan, 5) Peningkatan Perilaku Hidup Sehat, 6) Peningkatan
Edukasi Hidup Sehat.
Dari target 80% atau 10 kabupaten/kota pada tahun 2019, Provinsi Kalimantan Selatan
dapat mencapai sebanyak 13 kabupaten/kota atau 100%.
p. Desa yang Memanfaatkan Dana Desa untuk UKBM
Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang diperuntukkan bagi desa, yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahaan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat (Permendagri Nomor 113 Tahun 2014). Desa
yang mengalokasikan Dana Desa untuk UKBM adalah persentase desa yang memanfaatkan
Dana Desa minimal 10% untuk UKBM dengan difasilitasi oleh puskesmas.
Capaian Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun ke tahun terus meningkat dari tahun
2016 sebesar 29%, meningkat menjadi 31% pada tahun 2017, menjadi 32% pada tahun 2018.
Target pada tahun 2019 sebesar 35% dengan realisasi sebesar 83,6%, artinya capaian Provinsi
Kalimantan Selatan sudah di atas target (238%).
Pada tiap tahunnya penggunaan dana desa terus meningkat karena adanya sosialisasi
penggunaan dana desa serta adanya pendampingan sarjana pendamping desa/fasilitator desa.
Trend persentase desa yang memanfaatkan dana desa minimal 10% untuk UKBM dapat
digambarkan pada grafik berikut ini.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 30
29 31 32
83.6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2016 2017 2018 2019
PER
SEN
TASE
(%
)
Grafik 3.2. Trend Persentase Desa yang Memanfaatkan Dana Desa Minimal 10% untuk
UKBM Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2016-2019
q. Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung
Kesehatan dan Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSRnya untuk Program Kesehatan
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang telah MoU dengan Kementerian
Kesehatan/Pemerintah Daerah/Dinas Kesehatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk
mendukung program kesehatan. Pemberdayaan masyarakat diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan sebagai
acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, lembaga kemasyarakatan, organisasi
kemasyarakatan, swasta, dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam mewujudkan peran
aktif dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Target yang ditetapkan pada tahun 2019 untuk jumlah organisasi kemasyarakatan yang
memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan adalah 15% dengan realisasi
sebesar 17% atau capaian 113,3%. Rincian per kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 3.15. Organisasi Masyarakat dan Dunia Usaha yang Mendukung Kesehatan
Tahun 2019
No. Kabupaten/Kota Organisasi Masyarakat Dunia Usaha
1. Banjarmasin PKK Bank Kalsel
2. Banjarbaru PKK, LSM, Yonif 623 Kompi
Senapan A.
PT Angkasa Pura I
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 31
3. Banjar
4. Tapin PKK, PMI, Aisyah, Fatayat
NU, KNIP, LSM (KOPETA)
PT. KPP (Kalimantan Prima
Persada), PT. HRS (Hasnur
Riung Sinergy), PT. EBL
(Energy Batu Bara Lestari),
PT BRE (Bhumi Rantau
Energy), PT GMT (Global
Makam Tehknik), PT Putra
Bangun Bersama, PT
Kharisma Inti Usaha, PT TCT
(Tapin Coal Terminal), PT
KAP 2.
5. HSS
6. HST
7. HSU Muslimat NU PT. Persada Dinamika
Lestari.
8. Balangan PKK PT. Adaro Indonesia, PT
Pamapersada Nusantara, PT
Sapta Indra Sejati (SIS).
9. Tabalong PKK PT. Adaro Minining, Yayasan
Adaro Bangun Negeri
(YABN).
10. Tanah Laut PT. Arutmin Indonesia
Tambang Kintap. PT Arutmin
Indonesia Tambang Asam
Asam.
11. Tanah Bumbu PKK, Dharma Wanita
Persatuan, PMI.
PT. JAM/JAL, PT INNI JOA,
PT SINGLAND, PT Tunas
Inti Abadi (TIA), PT Borneo
Indo Bara (BIB), PT Sinar
Mas, CV. Radio Suara
Bersujud).
12. Kotabaru PKK
13. Batola PKK Kabupaten, PKK
Kecamatan, PKK Desa,, BPK
SMS, Majalis Taklim
Baiturrahman, KB Ar Raudah,
Persit Kartika Candra Kirana
Kodim 1005.
PT. Adaro, PT Talenta Bumi,
PT Tri Banua Mas, CV.
Hasanudin
B. Realisasi Anggaran
Pagu anggaran pada Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Satker Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2019 sebesar Rp 8.757.567.000,- dan
mencapai realisasi sebesar Rp 7.916.333.300,- atau 90,39%. Realisasi anggaran Program
Pembinaan Kesehatan Masyarakat disajikan pada tabel berikut ini.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 32
Tabel 3.16. Realisasi Anggaran Dekonsentrasi (03) Program Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2019
No. Jenis Kegiatan Pagu
(Rp)
Realisasi
(Rp)
Realisasi
(%)
1. (2080)
Pembinaan Gizi Masyarakat 1.525.758.000 1.356.990.700 88,94%
2.
(2085)
Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya pada Program Layanan
Dukungan Manajemen
757.452.000 685.565.100 90,51%
3. (2089)
Pembinaan Upaya Kesehatan
Kerja dan Olahraga
823.845.000 769.715.000 93,43%
4. (5832)
Pembinaan Kesehatan Keluarga 1.307.532.000 1.197.381.300 91,58%
5. (5833)
Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
3.533.769.000 3.178.219.600 89,94%
6. (5834)
Penyehatan Lingkungan 809.211.000 728.461.600 90,02%
Total 8.757.567.000 7.916.333.300 90,39%
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Realisasi anggaran Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat Satker Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 2019 sebesar 90,39%
dengan rincian :
a. Pembinaan Gizi Masyarakat (88,94%)
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga (91,58%)
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga (93,43%)
d. Penyehatan Lingkungan (90,02%)
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (89,94%)
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar (90,51%)
2. Pencapaian indikator kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Provinsi Kalimantan
Selatan pada tahun 2019 yang memenuhi target adalah sebagai berikut :
a. Pembinaan Gizi Masyarakat (100%)
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga (43%)
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga (25%)
d. Penyehatan Lingkungan (83,33%)
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (100%)
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar (100%)
3. Dari 6 sasaran program/kegiatan, tercapai sebanyak 3 sasaran (50%) dan tidak tercapai
sebanyak 3 sasaran (50%).
4. Dari 28 indikator kinerja, tercapai sebanyak 20 indikator (71,43%) dan 8 indikator
(28,57%) belum tercapai.
5. Realisasi anggaran sebesar 90,39%, tidak berbanding lurus jika dibandingkan dengan
capaian kinerja yang hanya 20 dari 28 indikator (71,43%) yang telah mencapai target.
6. Jika disandingkan antara realisasi anggaran sebesar 90,39% dengan rata-rata capaian
28 indikator kinerja sebesar 110,7%, maka dapat dikatakan telah terwujud efisiensi
anggaran karena capaian kinerja lebih besar daripada realisasi anggaran.
7. Tantangan dalam pelaksanaan program, yaitu kondisi geografis sebagian besar wilayah
kalsel di kelilingi oleh sungai dan rawa, sosial budaya (pantangan makanan saat
hamil/nifas), pola konsumsi (makanan khas banjar), pertolongan persalinan masih
banyak di non fasilitas kesehatan dan tingginya pernikahan dini.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 34
8. Faktor pendukung keberhasilan pencapaian indikator kinerja program, antara lain adalah
ketersediaan anggaran, kebijakan dari pemerintah pusat, regulasi dari pemerintah
provinsi, integrasi dan sinergi pusat-daerah, serta keakuratan data.
9. Faktor penghambat dalam pencapaian indikator kinerja program, antara lain adalah SDM
yang jumlahnya terbatas dan belum terlatih, tingkat kepatuhan sasaran, masih ada ego
sektor dan sarana/prasarana belum memadai (gudang penyimpanan khusus PMT tidak
tersedia di puskesmas).
10. Alternatif solusi yang dapat diberikan, antara lain memaksimalkan pembinaan
penyelenggaraan program dan terfokus pada daerah sasaran yang aktif kepada
seluruh pengelola kesehatan di daerah dalam percepatan pencapaian target indikator
program serta memaksimalkan komunikasi aktif.
B. Saran
Dalam menyusun perencanaan tahun yang akan datang diharapkan untuk memperkuat
intervensi spesifik dan sensitif yang terintegrasi pada lokus prioritas dengan meningkatkan
akses pelayanan kesehatan dasar dan upaya promotif dan preventif.
1. Penyusunan perencanaan/anggaran diharapkan sesuai money follow program
berdasarkan pendekatan Holistik, Tematik, Integratif dan Spasial (HITS).
2. Sebagai tindak lanjut advokasi dan asistensi Tim Pembina Provinsi, mendorong Bupati/
Walikota mengeluarkan kebijakan terkait dukungan pelaksanaan tatanan kawasan sehat
di kabupaten/kota tahun 2020 atau 2021.
3. Setiap kabupaten/kota diharapkan dapat menindaklanjuti dengan menyusun dan
melaksanakan Rencana Aksi Daerah untuk peningkatan capaian program prioritas.
4. Monitoring dan evaluasi perlu terus dilakukan agar dapat terpantau serta terkendalinya
masalah dan hambatan secara dini sehingga dapat menemukan solusi yang cerdas dan
inovatif dalam pelaksanaan kegiatan.
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 35
Perjanjian Kinerja Tahun 2019
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 36
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 39
Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 39
Struktur Organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan 2019 39