bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/27426/4/4-bab i.pdf · 2019. 11....
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masuknya Islam ke Jawa Barat sebagai sebuah agama yang memiliki
sistem dan nilai dalam kehidupan manusia, mampu menghimpun kearifan lokal
masyarakat yang membawa perubahan besar terhadap perkembangan seni
tradisional Sunda yang tidak terlepas dari peranan Sunan Gunung Djati atau
Syarif Hidayatullah sebagai penyebar Islam di Jawa Barat. Proses islamisasi yang
berkembang, secara tidak langsung menimbulkan terjadinya proses akulturasi
budaya antara kebudayaan leluhur Sunda dengan budaya Islam. Adanya kontak
budaya dengan nilai-nilai yang diberikan oleh agama Islam yang terus-menerus
menimbulkan perubahan fungsi pada seni tradisional daerah yang menyebabkan
timbulnya karya-karya seni Sunda baru yang terus-menerus diwariskan dari
generasi ke generasi, sehingga banyak di antara kesenian Sunda yang bernafaskan
Islam salah satunya adalah seni terbang.
Seni terbang adalah salah satu kesenian pertunjukan rakyat yang di
dalamnya mengandung nilai-nilai keIslaman, dan sering digunakan sebagai media
dakwah Islam melalui puji pujian yang bersumber dari kitab Barzanji yang
dilantunkan sepanjang pertunjukan berlangsung dengan diiringi alat musik tebang
(Rebana) di pakai dalam upacara-upacara tradisional masyarakat Sunda seperti
maulid nabi, syukuran panen, ruwatan bumi, selametan pernikahan dan selametan
khitanan.
Dalam proses penyebaran Islam seni terbang yang dibawa oleh Sunan Gunung Djati atau
Syarif Hidayatullah sering dipakai sebagai media islamisasi masyarakat Cirebon. Kegiatan
Sunan Gunung Djati dan para kelompoknya adalah menyebarkan Agama Islam di kalangan
rakyat Jawa Barat, yaitu Majalengka, Sumedang, Garut, Galuh dan lain-lain. Melalui
pementasan seni terbang Sunan Gunung Djati menyampaikan ajaran-ajaran agama Islam melalui
simbol-simbol yang terkandung di dalamnya.1 Untuk lebih dapat dipahami di kalangan
masyarakat, Sunan Gunung Djati mengajarkan ajaran-ajaran agama Islam seperti pengertian
tentang rukun Islam, yang dikaitkan dengan alat musik terbang. Ke 5 buah alat musik terbang
tersebut yaitu Tojo, Gembrung 1, Gembrung 2, Kempring, dan Tempas disimbolkan sebagai
rukun Islam yang 5 yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan naik haji. Begitu pula ajaran
mengenai salat lima waktu, juga disimbolkan ke dalam 5 buah terbang, yaitu subuh, zuhur, ashar,
magrib, dan isya.2 Kesenian tersebut tumbuh dan berkembang hampir disetiap daerah Jawa Barat
seperti di Kabupaten Bandung dan beberapa daerah lainnya termasuk di Desa Sukamukti
Kecamatan Majalaya. Kesenian terbang yang terdapat di daerah tersebut adalah Seni Terbang
Medal Keramat Cempaka Mulya.
Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya merupakan sebuah seni tradisi di Desa
Sukamukti Kecamatan Majalaya yang merupakan seni pertunjukan rakyat yang bentuk
penyajiannya berupa karawitan campuran yang terdiri dari 5 instrumen terbang (rebana) dan 1
buah dogdog serta nyanyian yang berupa syair atau pupujian yang diambil dari kitab Barzanji.
Para pelaku seni terbang di daerah tersebut masih berasal dari generasi terdahulu yang
mengenalkan seni terbang tradisional dengan memegang teguh kepercayaan-kepercayaan yang
1 Entis, Laki-laki, 57 tahun, sebagai ketua paguyuban Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya,
Bandung : Kp. Pangkalan Raja Rt 02 RW 05 Sukamukti Majalaya, tanggal 3 Maret 2015. 2 Lasmiati DKK, Peta Kebudayaan Indonesia Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat, Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2009, hlm 45.
turun-temurun dari leluhurnya. Seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya
modernisasi di masyarakat membuat seni terbang ini berkembang dan muncul di masyarakat
hingga terkenal di daerahnya serta di wilayah Bandung dan sekitarnya. 3
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis ingin berusaha mengungkapkan
kembali bagaimana sejarah Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya di Majalaya dan
perkembangan, serta nilai-nilai Islam di dalamnya. Peristiwa tersebut diungkap kembali dalam
sebuah skripsi yang berjudul: “SENI TERBANG MEDAL KERAMAT CEMPAKA MULYA
SUKAMUKTI KECAMATAN MAJALAYA BANDUNG 1989-2012”. Dalam judul tersebut
penulis memakai tahun sebagai batasan objek peristiwa yang akan dikaji yaitu dari tahun 1989-
2012. Tahun 1989 karena pada tahun ini terjadi peristiwa penting yaitu berdirinya paguyuban
seni terbang medal keramat cempaka mulya di Desa Sukamukti kecamatan Majalaya. Sedangkan
tahun 2012, penulis jadikan sebagai batasan objek peristiwa yang akan dikaji karena dari tahun
1989-2012 ini terjadi perkembangan pada seni terbang yaitu dari seni terbang tradisional menjadi
seni terbang modern.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan, latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka muncul beberapa
persoalan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah Seni Terbang itu dan bagaimana sejarahnya di Indonesia ?
2. Bagaimana perkembangan Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya di Majalaya
(1989-2012) ?
3. Bagaimana nilai-nilai Islam dalam Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya di
Majalaya ?
3 Entis, Laki-laki, 57 tahun, sebagai ketua paguyuban Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya,
Bandung : Kp. Pangkalan Raja Rt 02 RW 05 Sukamukti Majalaya, tanggal 3 Maret 2015.
C. Tujuan Penelitian
Untuk lebih jelasnya mengenai tujuan penulisan ini, maka penulis telah menyusun
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dan sejarah seni terbang di Indonesia.
2. Untuk mengetahui perkembangan Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya di
Majalaya dari tahun 1989-2012.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Seni Terbang Medal Keramat
Cempaka Mulya di Majalaya.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam kajian pustaka mengenai pembahasan seni terbang, mungkin pembahasan ini
sudah banyak diteliti oleh para pencinta kajian ini. Seperti karya tulis yang berjudul “Seni
Terbang Pusaka Walahir Di Kampung Koang Desa Mekarwangi Kecamatan Ibun Kabupaten
Bandung” pada tahun 2010 oleh Ecep Cuarsa. Dalam penelitiannya Ecep, mengkaji tentang
keberadaan seni terbang pusaka walahir yang di dalamnya membahas asal-usul seni terbang
pusaka walahir, sistem pewarisan, deskripsi seni terbang pusaka walahir yang di dalamnya
mencakup instrumen, macam-macam warna suara pada terbang, repertoar lagu, pola tabuh
terbang, sesajen, dan struktur penyajian seni terbang.
Perbedaan penelitian ini dengan karya tulis di atas terlihat dari objek kajiannya. Karya
tulis di atas mengkaji tentang Seni Terbang Pusaka Walahir sedangkan dalam penulisan kali ini
mengkaji tentang Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya, dari kedua seni terbang
tersebut terlihat perbedaan dari segi penampilannya. Yang mana, Seni Terbang Medal Keramat
Cempaka Mulya dalam segi penampilannya mengenalkan seni terbang modern dengan
memasukan unsur-unsur instrumen musik modern dan mempunyai ciri khas yaitu dengan
menampilkan seni akrobatik (beladiri), sedangkan Seni Terbang Pusaka Walahir dalam segi
penampilannya mengenalkan seni terbang tradisional yang menampilkan 5 instrumen terbang
dan 1 buah dogdog serta nyanyian yang berupa syair atau pupujian yang diambil dari kitab
Barzanji, dan lagu buhun.
Selanjutnya karya tulis berjudul “Nilai-Nilai Islam Dalam Seni Terbang Di Kecamatan
Tanjungkerta Kabupaten Sumedang” pada tahun 2003 oleh Eni Sumiati. Dalam penelitiannya
Eni, menjelaskan keberadaan seni terbang di Kecamatan Tanjungkerta Sumedang dan pokok
kajiannya lebih dititikberatkan pada nilai-nilai Islam dalam seni terbang. Sedangakan perbedaan
penelitian ini dengan karya tulis tersebut terlihat dari objek kajiannya. Karya tulis tersebut
mengkaji tentang nilai-nilai Islam dalam seni terbang di Tanjungkerta Sumedang sedangkan
dalam penelitian kali ini mengkaji tentang perkembangan Seni Terbang Medal Keramat
Cempaka Mulya di Majalaya. Karya tulis tersebut peneliti jadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk menjelaskan “Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya Sukamukti Kecamatan
Majalaya Bandung 1989-2012”.
Kemudian karya tulis Firly Pauzia yang berjudul “Kesenian Terbang Medal Keramat
Cempaka Mulya Dalam Upacara Ngaruat Bumi Di Desa Sukamukti Kecamatan Majalaya
Kabupaten Bandung” pada tahun 2013. Dalam penelitiannya Firly, membahas tentang
pelaksanaan seni terbang dalam upacara ngaruat bumi,4 yang mencakup fungsi Kesenian
Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya dalam upacara ngaruwat bumi dan menjelaskan
tentang jenis-jenis instrumen terbang, lagu-lagu pada kesenian terbang medal keramat cempaka
mulya, tangga nada, lirik lagu atau syair, pola tabuhan, bagian-bagian instrumen, serta busana.
4 Ngaruat adalah upacara ritual dalam rangka menolak bala (upacara pembersihan)
Sedangkan dalam penelitian ini penulis mengangkat judul mengenai “Seni Terbang
Medal Keramat Cempaka Mulya Sukamukti Kecamatan Majalaya Bandung 1989-2012”.
Meskipun terdapat kesamaan tema atau objek penelitian dengan penulis sebelumnya, tetapi
terlihat dengan jelas bahwa judul yang diangkat oleh penulis dengan penulis sebelumnya berbeda
terutama dari segi kajiannya penulis sebelumnya mengkaji tentang pelaksanaan dan fungsi seni
terbang medal keramat cempaka mulya dalam upacara ngaruat bumi, sedangkan dalam penelitian
kali ini penulis mengkaji tentang sejarah masuknya seni terbang ke Indonesia, serta mengkaji
tentang kemunculan dan perkembangan Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya di
Majalaya dari tahun 1989-2012 dan nilai-nilai Islam dalam seni terbang.
E. Langkah-Langkah Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sejarah. Menurut Louis Gottshalk
yang dikutip Sulasman, metode sejarah adalah peroses menguji dan menganalisis kesaksian
sejarah untuk menemukan data autentik dan dapat dipercaya, serta usaha sintetis atas data
semacam itu menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya.5 Dalam metode penelitian sejarah ini
terdapat empat langkah pokok yaitu: Heuristik, Kritik, Intepretasi, dan Historiografi.
1. Tahapan Heuristik
Heuristik ini merupakan tahapan pertama dalam sebuah penulisan sejarah dengan
mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji. Pada
tahapan ini penulis pertama-tama melakukan langkah persiapan yaitu dengan menyiapkan buku
catatan, alat tulis, perekam suara, dan pengendali wawancara. Untuk menambah informasi
5 Sulasman, Metodelogi Penelitian Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm 74.
tentang keberadaan sumber dan gambaran tentang objek kajian, penulis menggunakan bantuan
dari internet.
Tahap pertama dalam pencarian sumber, penulis mencari sumber ke tempat paguyuban
Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya yang bertempatkan di Kampung Pangkalan Raja
RT 02 RW 05 Desa sukamukti Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung yaitu pada tanggal 3
Maret 2015, disini penulis mendapatkan sumber yang berupa data visual dan foto serta sumber
wawancara. Untuk tahap pencarian selanjutnya, pada tanggal 18 Maret 2015 penulis mencari
sumber ke kantor Kecamatan Majalaya, disini penulis mendapatkan sumber yang berupa data
statistik wilayah Majalaya dari tahun ke tahun dan foto peta wilayah Majalaya. Kemudian pada
tanggal 27 Maret penulis mencari ke kantor Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) yang
bertempatkan di daerah Cinambo, disini penulis mendapatkan 8 sumber dokumen yang berupa
hasil penelitian. Kemudian untuk tahap pencarian selanjutnya, pada tanggal 28 Maret 2015
penulis mencari ke Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) di daerah Buah Batu Bandung, disini
penulis mendapatkan sebuah karya tulis yang berupa skripsi dan pada tanggal 16 Juni 2016
penulis mencari ke kantor Statistik Kabupaten Bandung dan mendapatkan 3 sumber berupa
buku. Kemudian sumber-sumber tersebut oleh penulis diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
sumber primer dan sumber sekunder. Setelah dilakukan pemilahan, maka ada beberapa sumber
primer yang dijadikan acuan pokok dalam penulisan penulisan ini diantaranya sebagai berikut:
a. Sumber primer diantaranya
1) Sumber Lisan (Wawancara), diantaranya:
- Nama : Abah Entis Uyut Rela
Usia : 58 Tahun
Status : Pelaku
Tempat : Paguyuban Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya di
Desa Sukamukti Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.
- Nama : Ujang Hidayat
Usia : ±55 Tahun
Status : Pelaku
Tempat : paguyuban Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya di
Desa Sukamukti Kecamatan Majalaya kabupaten Bandung.
2) Sumber video, diantaranya:
- VCD, 2012, video pentas seni terbang medal keramat cempaka mulya dalam acara
tasyakur wallimattunnikah.
3) Sumber Foto
- Foto profil grup Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya beserta alat musiknya
- Foto Alat musik Terbang yaitu, kempring, kemprak, tempas, tojo, gembrung dan dog-
dog.
4) Sumber Audio
- Lagu-lagu Terbang modern pada Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya
5) Sumber Tertulis, diantaranya:
a) Buku
- A. Sobana Hardjasaputra DKK, 2011, Cirebon Dalam Lima Zaman (Abad ke-15 Hingga
Pertengahan Abad ke-20). Cetakan ke-1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Barat.
- Anonim, 1992, Potensi Desa Kabupaten Bandung 1990 (hasil sensus penduduk 1990
angka sementara), Kantor Statistik Kabupaten Bandung.
- Anonim, 1998, Kabupaten Bandung Dalam Angka 1998, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bandung dan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Bandung.
- Anonim, 1990, Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Wilayah Administratif Kabupaten
Bandung (hasil sensus penduduk 1990), Kantor Statistik Kabupaten Bandung,.
b) Hasil penelitian
- Atik Soepandi DKK, 1985-1986, Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Di Jawa
Barat, hasil penelitian, Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventaris dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah.
- Yugo Sariyun DKK, 1990-1991, Nilai Budaya Dalam Permainan Rakyat Jawa Barat,
hasil penelitian, Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nila Tradisional Proyek Inventarisasi dan Pembinaan
nilai-nilai Budaya.
- Lasmiati DKK, 2009, Peta Kebudayaan Indonesia Kabupaten Bandung Provinsi Jawa
Barat, hasil penelitian, Bandung: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Balai
Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.
- Lasmiati, 2004, Bangreng, Kesenian Ttradisional Di Kecamatan Tanjungkerta
Kabupaten Sumedang, hasil penelitian, Bandung: Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata Deputi Pelestarian dan Pengembangan Nilai Budaya.
- Euis Thresnawati DKK, 2010, Peta Kebudayaan Kota Bandung; Kecamatan Ujung
Berung, Kecamatan Gede Bage, Kecamatan Cibiru, hasil penelitian, Bandung:
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Direktur Jendral Nilai Budaya Seni dan Film
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.
b. Sumber sekunder diantaranya
1) Sumber tertulis diantaranya:
a) Sumber video
- Youtube video Pentas Seni Gemyung di Keraton Kasepuhan Cirebon (diakses tanggal
08 iei 2016)
- Youtube Video Sejarah Seni Buhun Terbang di Majalaya (diakses tanggal
07 iei jm 23:36:14)
- Youtube video Terbang Gebes Seni Tatar Sunda Pakidulan - Tasikmalaya West Java
INDONESIA (diakses tanggal 08 iei 2016)
b) Hasil Penelitian
- Endang Supriatna DKK, Studi Tentang Fungsi Seni Gembyung Dalam Kehidupan
Mastarakat Panjalu Kabupaten Ciamis, hasil penelitian, Bandung: Departemen
Kebudayaan Dan Pariwisata Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional Bandung.
- Lasmiati DKK, Peta Kebudayaan Indonesia Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional
Bandung.
- Ria Andayani Somantri DKK, Debus Kesenian Tradisional Masyarakat Banten,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Balai
Pelestarian Nilai Budaya Bandung (wilayah kerja Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta,
Banten, dan Lampung).
c) Karya tulis
- Uka Tjandrasasmita, 2009, “Arkeologi Islam Nusantara.( Google book)”, Kepustakaan
Populer Gramedia,.
- Ecep Cuarsa, 2010, “Seni Terbang Pusaka Walahir Di Kampung Koang Desa
iekarwangi Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung” skripsi.
- Eni Sumiati 3 “Nilai-Nilai Islam Dalam Seni Terbang Di Kecamatan Tanjungkerta
Sumedang” skripsi.
2. Tahapan Kritik
Dalam tahap ini penulis melakukan penelaahan tentang keaslian sumber sejarah baik dari
bentuk maupun isinya dengan cara mengklasifikasikan sumber data berdasarkan kualitasnya,
dengan dilakukan kritik ekstern yang bertujuan untuk meneliti tingkat otentisitas sumber atau
keaslian sumber, sedangkan kritik intern yang bertujuan untuk menilai tingkat kredibilitas
sumber atau kebenaran sumber.
a. kritik ekstern
Dalam melakukan kritik ekstern penulis lakukan pada sumber Arsip, video, foto dan
karya tulis yang dijadikan acuan dalam penulisan ini. Arsip yang didapat penulis berupa
berbentuk file dan fotokopi diperoleh dari Kantor Statistik Kabupaten Bandung dalam keadaan
dapat terbaca, sumber video diperoleh penulis dari paguyuban Seni Terbang Medal Keramat
Cempaka Mulya dalam keadaan kurang jelas, penayangannya langsung pada pertunjukan tanpa
ada penayangan pembuka pertunjukan dan penutup pertunjukan seni terbang. Selanjutnya
sumber karya tulis yang berupa hasil penelitian berbentuk file dan fotokopi yang didapatkan oleh
penulis dari Kantor Badan Pelestarian Nilai Budaya dalam keadaan dapat terbaca.
Semua sumber tersebut dibuat, dikeluarkan atau diterbitkan sesuai dengan waktu
kejadian ataupun sesudahnya. Tulisan pada sumber tersebut semuanya memakai ejaan bahasa
Indonesia yang sudah disempurnakan (terutama sumber-sumber skunder). Sehingga dengan
adanya hal tersebut menjadi bukti kongkrit dalam melakukan rekonstruksi sejarah.
b. Kritik Intern
Dalam tahap ini yang dilakukan oleh penulis adalah mengkritik isi sumber-sumber yang
telah didapatkan, penulis menyimpulkan bahwa isi dari sumber-sumber yang didapat tersebut
bersinergis dari satu sumber ke sumber yang lainnya dengan peristiwa dan konteks zaman pada
waktu itu. Seperti isi sumber wawancara dari Bapak Entis Uyut Rela yang isinya menyatakan
bahwa Seni Terbang ini dibawa oleh Sunan Gunung Djati dan dijadikan sebagai media islamisasi
di daerah Cirebon pada waktu itu. Hal ini berhubungan dengan isi dari sumber karya tertulis
yang berjudul Kesenian Tradisional Di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang yang
isinya Dalam risetan seni dijelaskan bahwa, kira-kira pada abad ke 15, Sunan Gunung Jati yang
menjadi salah satu penyebar agama Islam di Jawa Barat, telah membangun Masjid Agung Sang
Ciptarasa. Dari sisa-sisa kayu yang digunakan untuk pembangunan masjid tersebut, telah dibuat
genjring besar yang disebut terbang. Isi sumber tersebut sama dengan isi karya tulis yang
berjudul Peta kebudayaan Indonesia Kabupaten Bandung.
Kemudian dari isi sumber wawancara Bapak Entis Uyut Rela dengan isi sumber
wawancara Bapak Ujang Beurit isinya sama dan saling melengkapi satu sama lian yang isinya
seperti contoh berikut; seni terbang ini dari daerah Cempaka yaitu dari Bapak Idun kemudian
turuntemurun hingga ke cucunya yaitu Bapak Entis Uyut Rela yang mendirikan paguyuban seni
terbang medal keramat cempaka mulya di Majalaya pada tahun 1989.
3. Tahapan Interpretasi
Tahap ini adalah tahap penafsiran, dalam tahap ini fakta-fakta yang saling terlepas
dirangkaikan menjadi satu kesatuan yang harmonis dan tepat. Sehingga menghasilkan bayangan
kejadian masa lalu berdasarkan fakta-fakta yang berhasil ditemukan, yang akhirnya akan
menghasilkan sebuah penulisan sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.6
Dalam tahap ini penulis memakai teori akulturasi untuk menginterpretasikan sumber-
sumber yang di peroleh. Menurut Koentjaraningrat yang dikutip oleh Beni Ahmad Saebani
menyatakan bahwa;
Proses akulturasi timbul apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsur-unsur kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya ke
peribadian kebudayaan sendiri. Jadi, akulturasi artinya menerima, mengelola kebudayaan
asing dan mengombinasikannya dengan kebudayaan asli pribumi tanpa merusak atau
menghilangkan unsur-unsur keaslian budaya pribumi. 7
Salah satu bentuk akulturasi adalah adanya kontak kebudayaan yang terus menerus. Seperti
Paguyuban Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya adalah suatu paguyuban yang
mengenalkan Seni Terbang tradisional dengan memegang teguh kepercayaan-kepercayaan yang
sudah turun-temurun dari leluhurnya. Tetapi dengan seiringnya waktu dan berkembangnya
modernisasi di lingkungan masyarakat, hal ini menimbulkan terjadinya persentuhan kebudayaan
yang menimbulkan pengadopsian budaya sehingga terjadi perubahan-perubahan yang tidak
merusak dan menghilangkan unsur-unsur keaslian seni tradisional Terbang itu sendiri.
4. Tahapan Historiografi
Historiografi adalah tahap merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis,
diakronis dan sistematis serta menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.8 Dalam tahapan ini unsur
subjektif dan objektif penulis telah dimasukan ke dalamnya, sehingga menjadi kisah sejarah yang
harmonis dan selaras. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut;
6 E. Kosim, “Metodologi Sejarah”, (Bandung: Universitas Padjajaran, 1984), hlm 36. 7 Beni Ahmad Saebani, Pengantar Antropologi, (Bandung:CV Pustaka Setia, 2012), hlm 189-190. 8 Sulasman, loc.cit, hlm 148.
BAB I merupakan bab pendahuluan yang di dalamnya terdiri dari latar belakang
masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, dan langkah-langkah dalam penelitian. yang terdiri
dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
BAB II membahas tentang pengertian dan sejarah seni terbang di Indonesia, yang di
dalamnya berisi tentang awal mula terbentuknya seni terbang di Indonesia hingga
perkembangannya di Jawa Barat.
BAB III membahas tentang seni terbang medal keramat cempaka mulya di Majalaya,
yang didalamnya berisi mengenai latar belakang berdirinya paguyuban Seni Terbang Medal
Keramat Cempaka Mulya di Majalaya. Kemudian pembahasan selanjutnya membahas
perkembangan Seni Terbang Medal Keramat Cempaka Mulya di Majalaya, yang didalamnya
berisi mengenai perkembangan dalam segi penampilan pementasan seperti dalam alat musik,
lagu-lagu dan pementasan lainnya. Kemudian pembahasan berikutnya membahas mengenai
nilai-nilai Islam dalam seni terbang, yang didalamnya berisi tentang nilai-nilai Islam dalam alat
musik terbang dan nilai Islam dalam lagu-lagu terbang serta nilai-nilai Islam dalam pelaksanaan
seni terbang.
BAB IV merupakan kesimpulan dari hasil penelitian yang tercermin dalam bab I, II dan
III. Selanjutnya, pada akhir karya penelitian ini dilengkapi dengan daftar sumber dan lampiran-
lampiran.