bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/146/2/bab i_lintiya devi y..pdf ·...

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Secara klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/GAD), gangguan panik (panic disorder), gangguan phobik (phobic disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder) (Hawari, 2001). Perasaan cemas yang tidak segera ditangani secara cepat dapat berkembang menjadi kronik (berat) kemudian dapat memicu adanya ketegangan baik secara fisik maupun mental. Kemudian dapat berlanjut pada gangguan organ vital tubuh seperti jantung, ginjal hingga bisa menyebabkan kematian yang berkaitan dengan pola koping yang maladaptif dari keluarga pasien dalam menghadapi kecemasan dan perasaan stres yang mereka alami (Daniel, 2005). Kecemasan masih menjadi masalah utama dan perlu penanggulangan segera, karena dapat merugikan berbagai hal, baik materil maupun non materil. Berdasarkan data yang diperoleh, lebih dari 23 juta Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Upload: vuongque

Post on 21-May-2018

228 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik

(menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan

kejiwaan (psychiatric disorder). Secara klinis gejala kecemasan dibagi

dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder),

gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/GAD),

gangguan panik (panic disorder), gangguan phobik (phobic disorder) dan

gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder) (Hawari,

2001).

Perasaan cemas yang tidak segera ditangani secara cepat dapat

berkembang menjadi kronik (berat) kemudian dapat memicu adanya

ketegangan baik secara fisik maupun mental. Kemudian dapat berlanjut

pada gangguan organ vital tubuh seperti jantung, ginjal hingga bisa

menyebabkan kematian yang berkaitan dengan pola koping yang

maladaptif dari keluarga pasien dalam menghadapi kecemasan dan

perasaan stres yang mereka alami (Daniel, 2005).

Kecemasan masih menjadi masalah utama dan perlu

penanggulangan segera, karena dapat merugikan berbagai hal, baik materil

maupun non materil. Berdasarkan data yang diperoleh, lebih dari 23 juta

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

2

penduduk, kira-kira satu dari empat individu di Amerika Serikat

mengalami gangguan kecemasan setiap tahunnya. Gangguan kecemasan

menghabiskan 46,6 milyar dolar Amerika Serikat pada tahun 1990 dalam

biaya langsung dan tidak langsung, hampir 1/3 dari total biaya kesehatan

jiwa Amerika Serikat sebesar 148 milyar dolar. Penduduk yang mengalami

gangguan panik menghabiskan biaya besar untuk pelayanan kesehatan.

Suatu survei menemukan bahwa seorang pasien yang mengalami serangan

panik rata-rata melakukan 7 kali kunjungan medis dalam satu tahun.

Kurang dari 25% penduduk yang mengalami gangguan panik mencari

bantuan karena mereka tidak menyadari gejala fisik yang mereka alami

(Basil, 2014).

Gejala kecemasan meliputi fisik, emosi dan kognitif. Gejala fisik

meliputi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, susah

tidur, mual dan muntah, kelelahan, telapak tangan berkeringat serta

gemetar. Respon emosional meliputi rasa lelah, mudah tersinggung,

merasa perlu bantuan, menangis dan depresi. Gejala kognitif meliputi

ketidakmampuan berkonsentrasi , mudah lupa, tidak perhatian terhadap

lingkungan (Schwartz 2000, dalam Purwaningsih 2010).

Bagi pasien, hospitalisasi terutama di ruang High Care Unit (HCU)

merupakan stresor yang dapat mempengaruhi kesembuhan pasien.

Ketakutan akan lingkungan asing, perawat berbaju putih, tindakan

keperawatan yang melukai, perpisahan dengan keluarga pasien atau orang

terdekat membuat mereka mengalami kecemasan. Kondisi kecemasan

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

3

yang berlebihan akan menghambat proses penyembuhan dan

menimbulkan trauma paska hosptalisasi. Hasil penelitian Sharon

Mckincley di Royal North Shore Hospital menunjukkan pada saat

penilaian kecemasan ada 35% mengalami cemas tingkat berat, 55%

mengalami cemas tingkat sedang, dan 45% mengalami tingkat ringan

(Mckincley, 2004).

Tindakan keperawatan untuk menangani masalah kecemasan

pasien dapat berupa tindakan mandiri oleh perawat seperti tehnik relaksasi

dan distraksi (Potter, 2005). Salah satu teknik distraksi yang digunakan

untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah dengan mendengarkan

musik klasik, karena teknik distraksi merupakan tindakan untuk

mengalihkan perhatian. Sedangkan teknik relaksasi terutama latihan nafas

dalam selama 3-4 kali sering dilakukan di rumah sakit dan dapat dilakukan

dimana saja baik dengan posisi duduk atau berbaring dalam posisi yang

menyenangkan sehingga dapat mengurangi kecemasan.

Kini telah banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk

menangani kecemasan ataupun nyeri, salah satunya adalah terapi musik

yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Terapi musik ini

terbukti berguna dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan

rasa nyeri dan dapat membuat perasaan klien rileks (Kate and Mucci, 2002

dalam Faradisi, 2012).

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

4

Terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien

yang dirawat diruang intensive unit. Pasien yang harus dirawat diruang

intensive unit salah satunya mengalami stress dan kecemasan, karena

pelaksanaan keperawatan yang dilakukan dan pola unit yang memiliki

instrumen yang lebih canggih dalam memantau pasien secara memadai

(Suhartini, 2008).

Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian di tahun 1996, Journal of

the American Medical Association melaporkan tentang hasil-hasil suatu

studi terapi musik di Austin, Texas yang menemukan bahwa setengah dari

ibu-ibu hamil yang mendengarkan musik selama kelahiran anaknya tidak

membutuhkan anestesi. Rangsangan musik meningkatkan pelepasan

endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan obat-obatan. Pelepasan

tersebut memberikan pula suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan

dapat mengurangi kecemasan (Campbell, 2001 dalam Faradisi, 2012).

Pernyataan diatas didukung dengan studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti melalui observasi di Ruang HCU RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto yang memiliki 12 tempat tidur, monitor

setiap pasien, jarak antara tempat tidur pasien 2 meter dengan penyekat

korden untuk privasi pasien, jam kunjung sehari 2 kali yaitu jam 12.30 –

13.00 wib dan jam 16.30 – 18.00 wib. Berdasarkan jumlah pasien selama 3

bulan terakhir (November 2014, Desember 2014, Januari 2015) di Ruang

HCU yaitu sejumlah 142 pasien. Dari studi pendahuluan tersebut peneliti

menanyakan kepada 5 pasien yang di rawat di ruang HCU, 3 diantaranya

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

5

mengatakan merasa cemas. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan pasien

yang gelisah, tanda-tanda vital yang tidak stabil, tidak didampingi orang

terdekat, pasien meringis, dan pasien menanyakan tentang penyakitnya.

Pasien juga cemas dengan lingkungan yang baru beserta alat-alat yang

berada di ruang tersebut maupun dengan tenaga medis. Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Perbedaan efektifitas terapi musik

klasik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan

pasien diruang High Care Unit (HCU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Purwokerto”.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat

perbedaan efektifitas Terapi musik klasik dan Relaksasi nafas dalam

terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien diruang High Care Unit

(HCU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto? ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

efektifitas Terapi musik klasik dan Relaksasi nafas dalam terhadap

penurunan tingkat kecemasan pasien di Ruang HCU RSUD Prof. Dr.

Margono Soekarjo Purwokerto.

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

6

2. Tujuan khusus.

a. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU

sebelum diberikan terapi musik klasik.

b. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU

sebelum diberikan relaksasi nafas dalam.

c. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU

sesudah diberikan terapi musik klasik.

d. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU

sesudah diberikan relaksasi nafas dalam.

e. Perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam

terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien yang dirawat

diruang HCU sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik

dan relaksasi nafas dalam.

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber

informasi dan pertimbangan bagi instansi kesehatan dalam

menentukan kebijakan yang berhubungan dengan terapi

nonfarmakologis untuk penurunan tingkat kecemasan pasien yang

dirawat di Rumah Sakit.

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

7

2. Manfaat keilmuan

a. Bermanfaat bagi ilmu keperawatan sebagai evident based practice

khususnya bidang keperawatan kritis guna menanggulangi

kecemasan yang sering di alami pasien saat dirawat di rumah sakit.

b. Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk

menurunkan tingkat kecemasan yang di alami pasien saat di rawat

dirumah sakit.

c. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu

pengetahuan dan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi bagi

peneliti selanjutnya.

3. Manfaat bagi pasien/keluarga

Mengurangi dan menghilangkan dampak kecemasan yang dialami

pasien selama menghadapi penyakitnya saat dirawat dirumah sakit dan

mempercepat proses penyembuhan pasien. Begitu juga bagi keluarga

pasien yang mengharapkan kesembuhan pasien.

E. Penelitian terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Faradisi pada tahun 2012 dengan

judul“Efektivitas terapi murottal dan terapi music klasik terhadap

penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi di pekalongan “ .

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas

pada kedua terapi dalam menurunkan kecemasan. Jenis penelitian

quasi eksperiment, tipe pre test and post test design. Sample penelitian

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

8

adalah pasien fraktur ekstremitas di RSI Muhammadiyah Pekajangan.

Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.

Tehnik pengambilan data dengan cara observasi dan wawancara.

Analisa data menggunakan uji t-dependent (paired sample t test). Uji

beda tingkat kecemasan dengan terapi musik diperoleh nilai t hitung

sebesar 8,887 (p = 0,000 < 0,05). Artinya pemberian terapi musik

efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat

kecemasan dengan terapi murotal diperoleh nilai t hitung sebesar

10,920 (p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal efektif

menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan

dengan terapi musik dan murotal diperoleh nilai t hitung sebesar 2,946

(p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal lebih efektif

menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi

musik.

Perbedaan penelitian ini adalah Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan terapi

musik dan murrotal. Sedangkan peneliti menggunakan Teknik

pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Peneliti

menggunakan terapi musik dan relaksasi nafas dalam.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui

penurunan tingkat kecemasan pada pasien, variabel bebas terapi musik

klasik dan variabel terikat penurunan tingkat kecemasan.

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

9

2. Penelitian yang dilakukan oleh Novianti tahun 2013 dengan judul

“Efektivitas mendengarkan bacaan al qur’an terhadap skor kecemasan

pada lansia di shelter dongkelsari wukirsari cangkringan sleman

Yogyakarta”.

Desain penelitian ini adalah Quasy experimental dengan pendekatan

Pre-Post Test Design with Control Group. Sampel berjumlah 37 orang

lansia yang telah memenuhi kriteria subyek penelitian yang dibagi

menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 19 orang dan kelompok

kontrol 18 orang. Alat ukur penelitian ini menggunakan Hamilton

Rating Scale for Anxiety dan analisa data menggunakan uji paired t-test

dan independent t-test. Hasil penelitian dengan uji paired t-test

menunjukkan nilai signifikansi 0,005 (p<0,05) dan independent t test

sebesar 0,002 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa

mendengarkan bacaan Al-Qur’an efektif dalam menurunkan skor

kecemasan pada lansia.

Perbedaan penelitian ini adalah Alat pengukuruan menggunakan HRS-

A. Penelitian ini menggunakan bacaan al qur’an. Analisa data

menggunakan uji paired t-test dan independent t-test. Sedangkan

peneliti menggunakan Alat pengukuran menggunakan FAS. Peneliti

ini menggunakan terapi musik klasik. Analisa data menggunakan chi

square.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui

kecemasan.

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

10

3. Penelitian yang dilakukan oleh abdul ghofur dan eko purwoko, 2007

dengan judul “Pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan

tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di pondok bersalin ngudi

saras trikilan kali jambe sragen” tujuan peneliti ini adalah mengetahui

pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan

pada pasien persalinan kala I. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

Pertama, diketahuinya gambaran teknik nafas dalam, yaitu nafas

dengan irama pernafasan dalam pada pasien persalinan kala I. Kedua,

diketahuinya karakteristik tingkat kecemasan pada pasien persalinan

kala I. Penelitian menggunakan Desain penelitian ini adalah quasy

eksperimen dalam satu kelompok (One- Group pre test-posttest), di

mana kelompok eksperimen diberikan pre test sebelum di beri

perlakuan yang kemudian diukur dengan posttest setelah perlakuan.

Besarnya sampel 12 responden, tempat penelitian di Pondok Bersalin

Ngudi Saras Trikilan kali jambe sragen jawa tengah pada tahun 2007.

Teknik sampling dengan menggunakan teknik total sampling.

Kesimpulan penelitian ini adalah Penelitian dapat digambarkan ada

skala perbedaan tingkat kecemasan ke pasien sebelum diberi perlakuan

teknik relaksasi nafas dalam dan setelah diberi perlakuan teknik

relaksasi nafas dalam. Ada pengaruh yang signifikan dari memberikan

teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pasien skala

1. Jumlah responden berdasarkan umur di Klinik Ngudi Saras Trikilan

Kali Jambe Sragen sebanyak 3 orang berumur 20-25 tahun , 3 orang

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

11

berumur 26-30 tahun, dan sebanyak 6 orang yang berumur 30-35

tahun. Berdasarkan pekerjaan yang paling banyak bekerja sebagai ibu

rumah tangga 7 responden (58,33%). Berdasarkan riwayat persalinan

responden yang menjalani persalinan paling banyak yaitu persalinan

multigravida sebanyak 7 responden (58,33%), sedangkan yang

menjalani persalinan primigravida sebanyak 5 responden (42,33%).

Berdasarkan riwayat persalinan, semua responden belum pernah ada

yang melakukan persalinan dan ada juga yang sudah pernah

melakukan persalinan. Berdasarkan umur responden, banyak pasien

yang akan menjalani persalinan pada umur 20 – 25 tahun. Pasien yang

berada pada umur tersebut banyak yang mengalami tingkat kecemasan

berat yaitu sebanyak 3 responden (25 %), kecemasan dapat terjadi

pada semua usia, tapi lebih banyak terjadi pada usia lebih dewasa.

Sedangkan pada umur 26 – 30 lebih banyak mengalami tingkat

kecemasan berat yaitu sebanyak 5 responden (42, 33%).dan pada umur

26 – 30 hanya 1 responden (8,33%) yang mengalami kecemasan

sedang. Sedangkan pada umur yang lebih tua umur 31 – 35 tahun pada

penelitian ini lebih mengalami kecemasan sedang sebanyak 2 reponden

(16, 67%).

Perbedaan penelitian ini adalah Teknik sampling menggunakan total

sampling. Sedangkan peneliti ini menggunakan Teknik sampling

menggunakan consecutive sampling.

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

12

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui

pengaruh teknik nafas dalam, sama-sama diobservasi..

4. Penelitian yang dilakukan oleh wellem, 2012 dengan judul penelitian

“Pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan pasien yang di rawat

di ruang internal RSUD kabupaten papua barat” Sebagian besar klien

masuk tanpa persiapan dan tanpa perencanaan sebelumnya atau masuk

ke Ruang interne dalam keadaan darurat. Tujuan peneliti ini

mengetahui pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan pasien

yang dirawat di Ruang Interna RSUD Kabupaten Papua Barat.

Penelitian menggunakan Desain penelitian ini adalah Pra-Eksperimen

dalam satu kelompok (One- Group Pra-test-posttest Design),

kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

diobservasi lagi setelah intervensi. Pengujian sebab akibat dengan cara

membandingkan hasil pra-test dengan post test. Besarnya sampel

ditetapkan sejumlah 56 responden, tempat penelitian ruang interna

RSUD Kabupaten Papua Barat dan di analisis statistik hasil kuesioner

diskoring dan kemudian dilakukan pembandingan nilai antara sebelum

perlakuan dan sesudah perlakuan dengan uji statistic Wilcoxon Signed

Rank Test dengan tingkat signifikansi 𝛼 <0.05 bila hasil analisis

P<0.05 berarti Ho ditolak atau ada pengaruh orientasi terhadap tingkat

kecemasan.

Perbedaan penelitian ini adalah Desain penelitian pendekatan (One-

group pra test-posttest design). variabel bebas orientasi. Sedangkan

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

13

peneliti menggunakan pendekatan (pre-post test two group design).

variabel bebas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui

kecemasan, sama-sama diobservasi, variabel terikat tingkat

kecemasan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Ansoru Awaludin, 2013 dengan

Judul penelitian “Efektifitas Pendampingan Orang Tua Untuk

Mengurangi Kecemasan Anak Ketika Dilakukan Pemasangan Infus”.

Tujuan peneliti ini mengetahui efektifitas pendampingan orang tua

untuk mengurangi rasa cemas anak ketika dilakukan prosedur invasif

pemasangan infus. Penelitian ini menggunakan desain observasional

analitik dengan mengunakan rancangan penelitian case control.

Populasi semua pasien anak yang dirawat di Ruang Kenari RSUD

Ajibarang dan di Ruang Cemapaka RSUD. Dr. R. Goetheng

Tarunadibrata Purbalingga. Data pasien selama 3 bulan terakhir

(Oktober 2012, November 2012, dan Desember 2012). Teknik

pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan

yang dibuat oleh peneliti berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang

telah ditentukan oleh peneliti. Alat ukur menggunakan Face anxiety

scale dan Analisa data menggunakan uji t-independen. Responden

yang didampingi dan tidak didampingi serta kategori usia prasekolah

dan sekolah berjumlah sama yaitu masing-masing 38 orang (50%).

Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 42 orang (55,3%).

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

14

Posisi responden dalam keluarga mayoritas adalah anak pertama yaitu

sebanyak 33 orang (43,4%). Skor kecemasan tertinggi responden

adalah 2 (sedang) sebanyak 28 orang (36,8%). Pendampingan orang

tua efektif mengurangi kecemasan anak ketika dilakukan pemasangan

infus pada anak usia prasekolah dan usia sekolah.

Perbedaan penelitian ini adalah desain observasional analitik dengan

mengunakan rancangan penelitian case control. Sedangkan peneliti

menggunakan desain pra-eksperimen dengan menggunakan rancangan

penelitian pre-post test two group design.

Persamaan dengan penelitian ini sama-sama meneliti tentang

kecemasan, variabel terikat tingkat kecemasan, alat ukur menggunakan

FAS.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Arifah & Ida Nuriala Trise, 2012

dengan Judul penelitian “Pengaruh Pemberian Informasi Tentang

Persiapan Operasi Dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik

Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang

Bougenville RSUD Sleman”. Tujuan peneliti ini untuk mengetahui

pengaruh pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan

pendekatan komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan klien.

Peneliti ini menggunakan Desain penelitian pra-eksperimental dengan

pendekatan one- group pre-post test design. Jumlah sampel 45 orang

dengan teknik pemilihan sampel dengan cara consecutive sampling.

Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan kuesioner tingkat

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/146/2/BAB I_Lintiya Devi Y..pdf · membutuhkan anestesi. ... Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan

15

kecemasan yang dimodifikasi dari Taylor Manifest Anxiety Scale (T-

MAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,7%

responden mengalami kecemasan ringan, 51,1% mengalami

kecemasan sedang, dan kecemasan berat 2,2% sebelum pelaksanaan

pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan

komunikasi terapeutik. Setelah pelaksanaan pasien pre operasi tingkat

kecemasannya menjadi ringan 82,2%, tingkat kecemasan sedang 4,4%,

dan yang menjadi tidak cemas sebesar 13,3%. Penelitian ini dengan

menggunakan uji statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa pemberian

informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi

terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan

kecemasan pasien (p = 0,00o; α = 0,05 dan z = -5,858).

Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan one- group

pre-post test design. Alat ukur menggunakan T-MAS. Sedangkan

peneliti menggunakan pendekatan pre-post test two group design.

Alat ukur menggunakan FAS.

Persamaan penelitian ini adalah penelitian ini sama-sama meneliti

tentang kecemasan, variabel bebas tingkat kecemasan, teknik

pengambilan sampel consecutive sampling.

Perbedaan Efektifitas Terapi..., Lintiya Devi Yulinda, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015