bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/esti evriyanti_bab i.pdf ·...

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup merupakan contoh kecenderungan kelompok-kelompok dalam menggunakan barang-barang untuk membedakan diri mereka dengan kelompok- kelompok lain, sekaligus sebagai sebuah perjuangan memperoleh posisi sosial (Lury, 1988: 113). Gaya hidup suatu kelompok akan berbeda dengan kelompok lainnya. Kelompok masyarakat petani memiliki perbedaan gaya hidup dengan pengrajin batik, demikian pula pengrajin batik akan berbeda dengan gaya hidup pegawai negeri. Demikian pula dilihat dari kondisi sosial ekonomi, maka kelompok masyarakat yang miskin akan memiliki gaya hidup yang berbeda dengan masyarakat yang kaya atau kalangan atas. Perbedaan gaya hidup disebabkan oleh status sosial ekonomi serta jenis pekerjaan tertentu, maka bukan suatu mustahil terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat Desa Maos Kidul yakni semula petani menjadi pengrajin batik serta semula dalam kondisi ekonomi yang lemah menjadi ekonomi yang mampu. Dalam hal ini gaya hidup pengrajin batik yang konsumtif dalam pemakaian barang-barang mewah seperti: pakaian, rumah, radio, televisi, VCD, sepeda motor, dan mobil. Tingkat kehidupan pengrajin batik yang kaya dan mapan serta karakter pengrajin batik yang individualis. Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa diartikan sebagai salah satu teknik pewarnaan pada sebuah kain dengan 1 Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Upload: dinhkhuong

Post on 21-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gaya hidup merupakan contoh kecenderungan kelompok-kelompok dalam

menggunakan barang-barang untuk membedakan diri mereka dengan kelompok-

kelompok lain, sekaligus sebagai sebuah perjuangan memperoleh posisi sosial

(Lury, 1988: 113). Gaya hidup suatu kelompok akan berbeda dengan kelompok

lainnya. Kelompok masyarakat petani memiliki perbedaan gaya hidup dengan

pengrajin batik, demikian pula pengrajin batik akan berbeda dengan gaya hidup

pegawai negeri. Demikian pula dilihat dari kondisi sosial ekonomi, maka

kelompok masyarakat yang miskin akan memiliki gaya hidup yang berbeda

dengan masyarakat yang kaya atau kalangan atas.

Perbedaan gaya hidup disebabkan oleh status sosial ekonomi serta jenis

pekerjaan tertentu, maka bukan suatu mustahil terjadinya perubahan gaya hidup

masyarakat Desa Maos Kidul yakni semula petani menjadi pengrajin batik serta

semula dalam kondisi ekonomi yang lemah menjadi ekonomi yang mampu.

Dalam hal ini gaya hidup pengrajin batik yang konsumtif dalam pemakaian

barang-barang mewah seperti: pakaian, rumah, radio, televisi, VCD, sepeda

motor, dan mobil. Tingkat kehidupan pengrajin batik yang kaya dan mapan serta

karakter pengrajin batik yang individualis.

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik

bisa diartikan sebagai salah satu teknik pewarnaan pada sebuah kain dengan

1

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

2

menggunakan bahan sejenis malam yang berfungsi untuk mencegah pewarnaan

sebagian pada bahan kain dasar tersebut. Pengertian lain batik adalah kain atau

busana yang dibuat dengan teknik tersebut (teknik pewarnaan), termasuk

penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan (Prasetyo, 2010: 1).

Batik dalam bahasa Jawa berasal dari kata “tik”. Kata itu mempunyai

pengertian berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut, dan kecil, yang

mengandung keindahan. Batik merupakan hasil penggambaran corak di atas kain

dengan menggunakan canting dan bahan malam (Handoyo, 2008: 3)

Batik merupakan hasil kebudayaan asli bangsa Indonesia yang

mempunyai nilai tinggi. Batik sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak ratusan

tahun yang lalu. Awalnya batik hanya digunakan untuk pakaian raja-raja di Jawa

pada zaman dahulu. Kemudian, batik berkembang menjadi pakaian sehari-hari

masyarakat Jawa (Setiati, 2008: 3).

Batik merupakan salah satu warisan budaya asli Indonesia yang bernilai

seni tinggi dan telah mendapatkan pengakuan oleh dunia internasional. Hal ini

dibuktikan dengan pengakuan UNESCO yang secara resmi mencatumkan Batik

Indonesia dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan

Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity)

dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the

Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.

Dengan cita rasa seni tinggi yang terkandung dalam sebuah batik, kini

batik menjadi kebanggan pakaian nasional bagi masyarakat Indonesia bahkan

batik berkembang menjadi sebuah identitas bagi bangsa Indonesia di dunia

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

3

internasional. Dengan banyaknya ragam benda kesenian yang dibuat dengan

bahan dasar batik maka ini memicu munculnya industri – industri batik di

Indonesia, baik itu Industri skala besar dan menengah ataupu industri-industri

yang bersifat kecil yang disebut juga industri rumah tangga atau home industry.

Banyak sekali home industry batik di Indonesia ini yang bisa ditemukan

salah satunya adalah home industry batik Rajasamas yang berlokasi di desa Maos

kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap. Industri batik Rajasamas ini dimiliki

oleh Bapak Tonik Sudarmaji dan istrinya, Euis Rohaini. Pada awalnya batik

Rajasamas merupakan industri rumah tangga kecil biasa tetapi seiring waktu serta

semakin berkembangnya pemakaian batik dalam kehidupan masyarakat Indonesia

maka industri batik Rajasamas kini telah berkembang dan cukup dikenal oleh

masyarakat di daerah Cilacap dan sekitarnya.

Batik Rajasamas tidak hanya dikenal di daerah Cilacap dan sekitarnya

saja tetapi kini sudah dikenal oleh masayarakat di luar daerah Cilacap seperti

Semarang dan Jakarta bahkan hingga ada yang dijual ke Luar negeri. Dengan

lokasi yang jauh dari kota yang identik sebagai pusat atau kiblat batik nasional

seperti Pekalongan, Solo dan Yogyakarta, hal ini memberikan keleluasaan pangsa

pasar bagi batik Rajasamas untuk memperluas daerah pemasaran di luar

kabupaten Cilacap selain di kedua kota besar seperti Semarang dan Jakarta.

Bahkan kini batik Rajasamas telah memiliki galeri outlet di Semarang dan Jakarta

sebagai bukti ekspansi area pemasarannya di dalam negeri.

Area pemasarannya tidak hanya di dalam negeri tetapi juga sudah sampai

ke Luar negeri hal ini terbukti dari adanya pesanan batik dari Jepang dan China.

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

4

Batik Rajasamas juga sering mengikuti pameran-pameran produk batik hingga ke

luar negeri. Salah satu contohnya yaitu pada saat mengikuti pameran UKM di

Ankara, Turki saat ditunjuk menjadi perwakilan produk khas Cilacap dalam

bidang UKM Indonesia. Dengan semakin luasnya daerah pemasaran maka hal ini

akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi ataupun penjualan. Hal ini akan

memicu meningkatnya kebutuhan tenaga kerja dalam pemenuhan peningkatan

terhadap jumlah produksi kain batik.

Pada saat awal berdirinya, batik Rajasamas dikerjakan oleh pemilik dan

keluarga sendiri. Namun saat ini batik Rajasamas telah memiliki 80 pekerja yang

berperan dalam proses bisnis batik Rajasamas dari mulai proses produksi,

distribusi hingga pemasaran produk. Peningkatan kebutuhan tenaga kerja ini

berdampak positif bagi masyarakat karena akan menyerap tenaga kerja lokal di

sekitar lingkungan industri batik Rajasamas yang berarti bahwa dalam skala minor

angka pengangguran di kabupaten Cilacap berkurang.

Dengan meningkatnya jumlah produksi dan penjualan maka secara

otomatis keuntungan (omset) batik Rajasamas meningkat. Hal ini akan

berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan hidup bagi pemilik dan para

pengrajin batik Rajasamas. Peningkatan kesejahteraan tersebut berimbas pada

meningkatnya kemampuan secara ekonomi yang lebih baik bagi pengrajin batik

sehingga berpengaruh pada pola gaya hidup pengrajin batik tersebut. Hal ini

tercermin dalam kemampuan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup misalnya

adanya pemenuhan, peningkatan kualitas atau kuantitas tempat tinggal,

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

5

pemenuhan terhadap peralatan modern seperti kendaraan bermotor, peralatan

elektronik, peralatan komunikasi dan sebagainya.

Akan tetapi meningkatnya kesejahteraan ekonomi terhadap kemampuan

pemenuhan kebutuhan hidup ini bisa mendorong pengrajin batik untuk mengikuti

gaya hidup konsumtif yang tinggi walau sebenarnya kebutuhan-kebutuhan itu

bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap

kondisi kehidupan sosial masyarakat di desa Maos Kidul yang memiliki

kemampuan ekonomi rendah.

Dengan mengetahui latar belakang masalah seperti diatas maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitiaan tentang gaya hidup pengrajin batik

Rajasamas di desa Maos Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap tahun 2008-

2014 dalam peranan serta kaitannya dengan perkembangan keadaan sosial

ekonomi di desa Maos Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yang akan diteliti sebagai berikut.

1. Bagaimana kondisi wilayah di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten

Cilacap?

2. Bagaimana perubahan sosial ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Desa

Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap?

3. Bagaimana perkembangan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul

Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap?

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini untuk mengetahui sebagai berikut.

1. Kondisi wilayah di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap.

2. Perubahan sosial ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Desa Maos Kidul

Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap.

3. Perkembangan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul Kecamatan

Maos Kabupaten Cilacap.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan informasi tentang kondisi wilayah di Desa Maos Kidul kecamatan

Maos kabupaten Cilacap.

2. Memberi informasi tentang tingkat kehidupan pengrajin batik di desa Maos

Kidul.

3. Untuk mengetahui perkembangan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos

Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul

Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap tahun 2008-2014 merupakan penelitian

yang pertama kali dilakukan. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Jarwono

(2002) yang meneliti “Gaya Hidup Pedagang di Desa Losari Kecamatan

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

7

Rembang Kabupaten Purbalingga”. Hasil penelitian ini menyatakan ada

perubahan gaya hidup setelah menjadi pedagang rantau. Perubahan yang

menyolok baik dari segi perumahan, pakaian, makanan, maupun pemilikan

peralatan rumah tangga. Sebagai dampak dari keberhasilan perantau maka terjadi

perkembangan gaya hidup mereka dan keluarganya, serta munculnya gaya hidup

penduduk perkotaan antara lain dalam hal sikap konsumsi serta kepemilikan

barang-barang dan mengubah bentuk rumah yang bertingkat dengan arsitektur

lebih maju. Munculnya gaya hidup masyarakat desa yang dengan penampilan

industrialis.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti (2002) dalam penelitian

yang berjudul “Kehidupan pengrajin limbah glugu dan bathok di Kelurahan

Purbalingga Wetan” menyimpulkan bahwa kegiatan pengrajin limbah glugu dan

bathok di Kelurahan Purbalingga wetan, Kecamatan Purbalingga Kabupaten

Purbalingga tahun 1992-1998 kurang begitu berkembang dikarenakan

penggunaan alat yang masih tradisional. Pemasaran yang bersifat lokal serta

belum adanya kegiatan industri yang bersifat kelompok, mulai tahun 1999 sampai

sekarang adanya penggunaan mesin produksi. Adanya perkembangan pemasaran

sampai keluar daerah berdampak pada meningkatnya jumlah permintaan produksi

kerajinan limbah glugu dan bathok sehingga meningkatkan penghasilan mereka.

Hal tersebut juga berdapak pada perubahan gaya hidup, peningkatan pemahaman

pengrajin terhadap kebutuhan anak, seperti pendidikan formal, cara hidup sehat,

serta perumahan. Dari penelitian Aprianti dapat ditarik kesimpulan bahwa dari

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

8

keluarga pengrajin dapat meningkatkan hasil sehingga mereka dapat menikmati

seperti kebutuhan papan, sandang, makan, pendidikan dan kesehatan yang layak.

Menurut Umi Baroroh (2004) yang meneliti tentang “Gaya Hidup

Pengrajin Jamu Tradisional di Desa Mujur Lor Kecamatan Kroya Kabupaten

Cilacap” menyimpulkan bahwa setelah menjadi pengrajin jamu tradisional,

kehidupan yang dialami oleh masyarakat menjadi lebih baik dibandingkan pada

waktu menjadi petani. Gaya hidup yang dialami cenderung lebih baik, terbukti

dengan adanya pemilikan barang-barang yang tergolong mewah. Serta dalam

bidang perumahan yang dapat dilihat dalam bentuk bangunan rumah mereka yang

bertingkat dengan arsitektur yang lebih maju dibandingkan penduduk sekitar.

Perbedaan dengan peneliti sebelumnya, sebenarnya hampir sama yaitu

membahas tentang gaya hidup. Peneliti sebelumnya membahas tentang gaya

hidup pedagang. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang kondisi wilayah

Desa Maos Kidul, perkembangan ekonomi pengrajin batik, dan kondisi ekonomi

pengrajin batik berpengaruh terhadap gaya hidup di Desa Maos Kidul Kecamatan

Maos Kabupaten Cilacap.

F. Landasan Teori dan Pendekatan

1. Deskripsi teori

a. Pengertian Kerajinan Batik

Perkembangan pengrajin batik sekarang tidak hanya dituangkan di atas

kain, melainkan sudah mulai berinovasi dan menjadi industry kreatif seperti

kerajinan batik dituangkan ke alat-alat rumah tangga dalam bentuk seprei, gorden,

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

9

penutup kulkas dan dispenser, dan lain-lain, inovasi ke dalam bentuk asesoris

berbahan baku batik, sepatu, blangkon, tas, dompet, sandal, mukena, sajadah dan

lain-lain, batik ke dalam bentuk Craft, dan Batik ractal, yaitu pembuatan motif

Batik dengan menggunakan software digital yang dapat menghasilkan berbagai

macam motif Batik Indonesia.

b. Perkembangan Usaha Batik

Saat ini industri batik yang tidak terlalu terpuruk dan lumayan berkembang

adalah batik Pekalongan. Saat ini industri batik Pekalongan memiliki 2608 unit

usaha yang tersebar di kota Pekalongan sebanyak 608 unit usaha dengan 5.821

tenaga kerja. Dan di kabupaten Pekalongan sebanyak 2000 unit usaha dengan

10.000 tenaga kerja.

Kebanyakan hasil produksi dari industri Pekalongan adalah batik cap dan

batik printing. Karena proses produksinya lebih cepat dan harganya tidak terlalu

mahal. Sementara itu untuk batik tulis hanya diproduksi berdasarkan pesanan

karena proses pembuatan yang lama dan harga yang relatif mahal. Negara yang

menjadi pasar tetap produk batik Pekalongan antara lain Malaysia, Jepang dan

Timur Tengah. Sementara Pasar domestik adalah pasar Bali dan Jakarta. Dan juga

kota-kota lain di Indonesia. Selain itu untuk menjaga agar batik tetap menjadi

bagian dari masyarakat Pekalongan, seni batik dimasukkan ke dalam kurikulum

lokal di sekolah-sekolah menengah agar para pemuda di Pekalongan dapat

mengenal batik dengan baik.

Untuk industri-industri batik yang lain keadaanya tidak terlalu

menggembirakan. Bahkan untuk mendapatkan batik tertentu seperti batik

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

10

Lasem sangat sulit, khususnya batik tulis. Demikian juga dengan batik Yogya dan

batik Solo, walaupun tidak separah batik Lasem, tapi produksinya sangat

menurun. Pengrajin batin Yogya dan Solo semakin berkurang. Demikian juga

dengan batik-batik yang lain seperti batik Ciamisan, batik Banyumas, batik

Indramayu dan batik Tasik. Kalaupun ada produksi biasanya berdasarkan pesanan

dalam partai kecil dan dititipkan pada pemilik merek terkenal seperti Batik Keris

atau Danar Hadi.

Industri batik Indonesia pernah mengalami masa jaya yaitu pada tahun

1980-an. Saat itu batik Indonesia mampu menembus pasar luar negeri. Tetapi

keterbatasan modal membuat sebagian pengrajin tidak dapat memenuhi

permintaan apalagi ketika krisis moneter melanda Indonesia, pengrajin batik

semakin kesulitan, impor kain dan obat-obatan untuk pewarna melonjak tajam.

Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) membuat keadaan semakin sulit. Ditambah lagi

dengan keamanan yang tidak kondusif seperti bom Bali 1 dan 2.

c. Wilayah Pemasaran Batik

Area pemasarannya tidak hanya di dalam negeri seperti pasar lokal tetapi

juga sudah sampai ke luar negeri hal ini terbukti dari adanya pesanan batik dari

Jepang dan China. Negara yang menjadi pasar tetap produk batik antara lain

Malaysia, Jepang dan Timur Tengah. Sedangkan Pasar domestik adalah pasar Bali

dan Jakarta. Dan juga kota-kota lain di Indonesia.

d. Segmen Pasar

Dalam menempatkan posisi untuk membidik pasar, alias segmentasi, tidak

hanya menjual batik sebagai sebuah produk pakaian saja, tapi juga mengemasnya

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

11

menjadi satu kesatuan produk jasa yang menarik. Bidang usahanya adalah penata

rias untuk acara pernikahan atau keperluan lain dengan batik sebagai kostumnya.

Melihat domisili usahanya di sebuah apartemen misalnya, maka sudah jelas akan

membidik pasar menengah keatas. Namun, membidik akan jadi sebuah bidikan

kosong apabila kita tidak kreatif mengemas dalam sebuah produk jasa tambahan,

terlebih lagi apabila jasa tersebut sangat unik dan jarang ada orang lain yang

sanggup. Mungkin apabila hanya menjual batik sebagai suatu produk barang

tanpa dikemas dengan produk jasa yang menarik lainnya (meskipun

segmentasinya menengah keatas), orang belum tentu tertarik.

e. Pengrajin Batik

Pengrajin batik adalah aset dalam dunia batik yang mempunyai arti sangat

penting dan bernilai tinggi bagi perkembangan batik Indonesia. Tanpa pengrajin

batik, maka bisa dipastikan perkembangan batik Indonesia akan semakin

tenggelam bahkan bisa jadi kebanggaan warisan budaya Indonesia ini akan hilang.

Seperti yang terjadi saat ini, banyak pengusaha batik yang gulung tikar

disebabkan oleh minimnya Skill, dan minimnya regenerasi para pengrajin batik.

Pentingnya dari kehadiran pengrajin batik dalam perkembangan batik

baik di Indonesia maupun di kancah internasional, maka seharusnya pengrajin

batik mendapatkan perhatian dari banyak pihak, khususnya pemerintah. Baik

dalam segi kesejahteraan pengrajin batik, juga perlindungan terhadap para

pengrajin tersebut. Berkat kemampuan mereka dalam membuat batik, maka bisa

mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi pengusaha batik dan bangsa

Indonesia.

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

12

Selain itu, pengakuan dari UNESCO ini tidaklah bersifat selamanya. Jika

batik sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia ini tidak mampu dirawat

dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia sendiri, maka status pengakuan ini

akan berakhir. Maka lembaga ini hadir untuk melestarikan batik Indonesia dengan

memperhatikan, melindungi dan meregenerasi para pengrajin batik. Dengan cara

memberi mereka pelatihan agar pengrajin batik Indonesia menjadi pengrajin batik

unggul dan profesional modernis, mengenalkan batik sejak usia dini, mengajak

pemuda untuk mencintai batik sebagai regenerasi penerus pengrajin batik

Indonesia.

Namun pentingnya kehadiran pengrajin batik dalam kemajuan batik

Indonesia, tidak sesuai dengan kemajuan batik Indonesia. Jumlah pengrajin batik

di Indonesia semakin berkurang, Disebabkan oleh: 1) kesenjangan para pengrajin

batik dengan pengusaha, 2) minimnya regenerasi pengrajin batik, 3) batik tulis

berkurang karena kurangnya modal, 4) kurangnya dukungan dari pemerintah, 5)

lebih mementingkan batik sebagai komoditas bukan dari nilai dari estetika batik

tersebut. Untuk itulah Komunitas Pengrajin Batik Indonesia ini akan menjawab

tantangan di atas, sehingga kemajuan batik bisa tercapai.

f. Gaya Hidup Pengrajin Batik

Gaya hidup adalah karakteristik seseorang yang dapat diamati, yang

menandai suatu sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungan.

Karakteristik tersebut berkaitan dengan pola penggunaan waktu, uang, dan obyek-

obyek yang berkaitan dengan semuanya. Misalnya cara makan, berbicara,

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

13

kebiasaan dirumah, kebiasaan di kantor, kebiasaan belanja, dan pilihan teman

(Piliang, 1998: 209).

Manusia pada kelompok manapun pasti memiliki gaya hidup. Gaya hidup

ini biasanya yang membedakan kehidupan suatu kelompok dengan kelompok lain.

Gaya hidup biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi sosial

ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

Gaya hidup (Life Style) dalam penelitian ini menuju pada perilaku

konsumen yang dianut oleh masyarakat, dalam hal ini adalah pengrajin batik.

Dengan gaya hidup konsumen dianggap membawa kesadaran dan kepekaan yang

lebih tinggi terhadap para konsumen. Oleh sebab itu dengan gaya hidup maka

manusia bersikap individualis dan melalui pemilihan barang-barang tertentu.

Dalam kaitan ini, individu secara aktif menggunakan barang-barang konsumsi

seperti pakaian, mobil, rumah, dekorasi, furniture, makanan dan minuman dan

juga benda-benda seperti hiburan, musik, film, dan seni sesuai cita rasa

kelompoknya. Jadi dalam kaitannya dengan pembangunan gaya hidup yang

ekspresif maka untuk mencapai kepuasaan dari berbagai komoditas dan praktik

yang melengkapi itu, muncullah tuntutan yang konstan akan informasi mengenai

gaya hidup. Yang hanya memiliki satu kehidupan untuk dihidupkan (only one life

to life) banyak sekali interpretasi mengenai benda-benda budaya, pengalaman

budaya serta gaya hidup yang kesemuanya menunjuk pada kapasitas untuk diri

dan transformasi gaya hidup. Warren Susman (1979: 220) menegaskan bahwa

salah satu perubahan terpenting dalam formasi identitas yang terjadi bersama

dengan gerakan menuju budaya konsumen terjadi bersamaan dengan terjadinya

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

14

pergeseran dari pernyataan mengenai kebaikan karakter menjadi kebaikan

kepribadian (Featherstone, 2001: 273).

Individu-individu menggunakan barang-barang menurut tujuan yang telah

diimpikan oleh pembuat iklan seringkali diungkapkan bahwa art pemakaian

benda-benda konsumen, proses decoding, sangat kompleks dan problematik.

Raymond Williams (1961: 312), misalnya berpendapat bahwa keseragaman antar

kelas (cross class) dalam perumahan dan waktu senggang mereka tidak signifikan

dalam memahami struktur kelas. Sebaliknya kelas-kelas yang berbeda memiliki

cara kehidupan dan pandangan yang berbeda mengenai sifat hubungan sosial yang

membentuk suatu matriks yang didalam matriks itu terjadi konsumsi

(Featherstone, 2001: 206).

Dengan demikian, maka gaya hidup merupakan contoh kecenderungan

kelompok-kelompok dalam menggunakan barang-barang untuk membedakan diri

mereka dengan kelompok-kelompok lain, sekaligus sebagai sebuah perjuangan

memperoleh posisi sosial (Lury, 1988: 113). Berdasarkan pendapat diatas maka

tampak bahwa gaya hidup suatu kelompok akan berbeda dengan kelompok

lainnya. Kelompok masyarakat petani memiliki perbedaan gaya hidup dengan

pengrajin batik, demikian pula pengrajin batik akan berbeda dengan gaya hidup

pegawai negeri. Demikian pula dilihat dari kondisi sosial ekonomi, maka

kelompok masyarakat yang miskin akan memiliki gaya hidup yang berbeda

dengan masyarakat yang kaya atau kalangan atas.

Perbedaan gaya hidup disebabkan oleh status sosial ekonomi serta jenis

pekerjaan tertentu, maka bukan suatu mustahil terjadinya perubahan gaya hidup

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

15

masyarakat Desa Maos Kidul yakni semula petani menjadi pengrajin batik serta

semula dalam kondisi ekonomi yang lemah menjadi ekonomi yang mampu.

Dalam hal ini, peneliti akan mengupas gaya hidup pengrajin batik yang konsumtif

dalam pemakaian barang-barang mewah seperti: pakaian, rumah, radio, televisi,

VCD, sepeda motor, dan mobil. Tingkat kehidupan pengrajin batik yang kaya dan

mapan serta karakter pengrajin batik yang individualis.

2. Teori dan Pendekatan

a. Teori Gaya Hidup

Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang

diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas),

apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang

mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, kaum

remaja sangatlah identik dengan apa yang mereka lakukan dalam setiap waktunya

(remaja tidak terlepas dari peran media dalam kehidupan sehari-harinya).

Sebagian besar waktu mereka tersita dengan menonton siaran televisi (program-

program yang mereka minati yang bertemakan hiburan, musik, fashion, dan lain-

lain seperti: film-film Korea, ajang reality show “Girl and Boy Band”),

mendengarkan siaran radio (lagu-lagu yang sedang nge-trend), mengikuti

perkembangan para idolanya dalam majalah ataupun internet, dan berbagai cara

lain guna memperoleh informasi agar tidak ketinggalan zaman.

Menurut Khaldun (Lover, 1993: 43) btu bahwa manusia adalah makhluk

sosial yang pada hakikatnya sifat sosial manusia itu berasal dari kenyataan bahwa

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

16

untuk menolong dirinya sendiri, yang diperlukan aktivitas dalam upaya

mempertahankan hidupnya. Untuk itu manusia pada kelompok manapun pasti

memiliki gaya hidup, gaya hidup biasanya yang membedakan kehidupan suatu

kelompok dengan kelompok lain. Faktor yang mempengaruhi gaya hidup antara

lain kondisi sosial ekonomi yang bersangkutan. Berdasarkan keterangan diatas

maka dapatlah diambil suatu pengertian mengenai gaya hidup. Gaya hidup adalah

karakteristik seseorang yang dapat diamati, yang menandai suatu sistem nilai serta

sikap terhadap diri sendiri dengan lingkungan. Karakteristik tersebut berkaitan

dengan penggunaan waktu, uang dan obyek-obyek yang berkaitan dengan

semuanya. Misalnya cara makan, berbicara, kebiasaan dirumah, kebiasaan

dikantor, kebiasaan berbelanja dan pilihan teman (Piliang, 1998: 209).

Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup

adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam

hubungannya dengan tiga hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan,

persahabatan, dan cinta. Bertolak pada pengertian gaya hidup di atas, remaja

merupakan sasaran empuk dari terciptanya pola-pola kehidupan berdasarkan

persahabatan dan cinta. Di mana pada masa tersebut merupakan saat-saat untuk

mereka saling mengekspresikan rasa persahabatan dan cinta dalam berbagai

bentuk (hal ini dapat berakibat positif dan negatif, dengan munculnya geng-geng

antar remaja, biasanya bermula dari lingkungan sekolah, tempat di mana mereka

berinteraksi dengan teman sebaya).

Gaya hidup menurut Kotler (2002: 192) adalah pola hidup seseorang di

dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

17

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam

beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya

hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas),

apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang

orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah

perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya

yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.

Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku

sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan

social berada dalam keadan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur,

makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman

beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang

dialami. Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan

bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang

baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan

ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan

penyakit (Hardinger dan Shryock, 2001).

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

18

b. Bentuk-bentuk Gaya Hidup

Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup,

berikut ini.

1) Industri Gaya Hidup

Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi,

“estetisisasi kehidupan sehari-hari” dan bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru

mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi

sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!”

adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia

modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar

adalah industri penampilan.

2) Iklan Gaya Hidup

Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para

politisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era

globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk

budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture) adalah gempuran

iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan

memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara

halus (subtle) arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga

perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.

3) Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup

Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa

dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para selebriti membantu

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

19

dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya

konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi

baru yang dikenal sebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang ini

dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired

identity) cara mereka berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gonta-

ganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka

digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen dalam parade

identitas.

4) Gaya hidup mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada

sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan

dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan

tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi.

Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan

memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko

dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya

hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia

akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab,

serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian

tersebut.

5) Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk

mencari kesenangan , seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah,

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

20

lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang

mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat

berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis

yang diidolakan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata sampai

dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam

pola perilakunya.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup

Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup

seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti

kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan

jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003)

menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2

faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang

berasal dari luar (eksternal).

Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian,

konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai

berikut.

1) Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan

untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui

pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

21

tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan

sosialnya.

2) Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,

pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat

dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari

pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.

3) Kepribadian

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku

yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

4) Konsep diri

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.

Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk

menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek.

Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap

suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan

perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri

merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.

5) Motif.

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa

aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif.

Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan

membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

22

6) Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti

mengenai dunia.

Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut.

a. Kelompok referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh

langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok

yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut

menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi

pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota

didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan

individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

b. Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan

sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk

kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

c. Kelas sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan

lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan

para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang

sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam

masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

23

tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta

kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha

yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang

dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.

d. Kebudayaan

Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai

anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari

pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan

bertindak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).

Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep

diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi,

keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.

Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama

dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang

di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan

lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok

gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer mungkin

menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

24

pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas

mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi.

Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup

sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain,

berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image

inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam

mempengaruhi perilaku konsumsinya.

Fenomena ini pokok pangkalnya adalah stratifikasi sosial, sebuah struktur sosial

yang terdiri lapisan-lapisan :

a. dari lapisan teratas sampai lapisan terbawah.

b. dalam struktur masyarakat modern,

c. status sosial haruslah diperjuangkan (achieved)

d. dan bukannya karena diberi atau berdasarkan garis keturunan (ascribed).

Selayaknya status sosial merupakan penghargaan masyarakat atas prestasi

yang dicapai oleh seseorang. Jika seseorang telah mencapai suatu prestasi tertentu,

ia layak di tempatkan pada lapisan tertentu dalam masyarakatnya. Semua orang

diharapkan mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih prestasi, dan

melahirkan kompetisi untuk meraihnya (https://www.academia.Edu/

4297262/teori_gaya_hidup/ diakses pada 30 Mei 2014).

b. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi dan ekonomi.

Pendekatan sosiologi menyoroti tentang segi-segi sosial peristiwa yang dikaji,

seperti golongan sosial mana yang berperan, nilai-nilai yang dianut, serta

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

25

hubungan dengan golongan lain (Kartodirdjo, 1992: 4). Pendekatan ekonomi

menyoroti kondisi ekonomi subyek penelitian yaitu para pengrajin batik Desa

Maos Kidul. Kedua pendekatan ini penting berkaitan dengan perubahan gaya

hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap.

G. Metode Penelitian

Pada bagian ini merupakan penguraian mengenai metode dan teknik

penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan

skripsi yang berjudul Gaya Hidup Pengrajin Batik di Desa Maos Kidul

Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap tahun 2008-2014. Metode yang dipakai

dalam penelitian adalah metode sejarah yaitu menguji dan menganalisis secara

kritis rekaman dan peninggalan masa lalu untuk memahami peristiwa yang terjadi

masa lampau secara imajinatif. Adapun tahapan-tahapan metode sejarah adalah

sebagai berikut.

1. Heuristik, merupakan sebuah tahapan atau kegiatan untuk mencari atau

menemukan sumber, data dan informasi mengenai masalah yang di angkat,

baik tulis maupun batik cap, yang disesuaikan dengan jenis sejarah yang akan

ditulis (Kuntowijoyo, 1995: 94).

a. Dokumen

Sehubungan dengan metode penelitian tersebut, kegiatan penelitian ini

diawali dengan mengumpulkan sumber-sumber dari berbagai catatan dan

motif-motif batik di galery batik atau sumber tertulis yang di ambil dari

Kantor Kepala Desa setempat dalam Monografi desa Maos Kidul 2013.

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

26

b. Informasi/ data wawancara

Wawancara ini dilakukan oleh penulis dengan beberapa masyarakat yang

menjadi pengrajin batik. Awal wawancara penulis melakukan pengumpulan

data pertanyaan kemudian melakukan wawancara dengan 6 orang.

Secara sederhana, heuristik merupakan mencari jejak-jejak yang ditinggalkan

karena setiap aktivitas pastilah meninggalkan bukti-bukti bahwa pernah ada

suatu aktivitas. Sumber ini berupa sumber lisan yaitu merupakan keterangan

langsung dari para pelaku, biasanya disebarkan dari mulut ke mulut. Sumber

lisan yang penulis kumpulkan antara lain menggunakan metode sejarah lisan

kepada sejumlah informan yang dijadikan narasumber untuk melengkapi hal-

hal yang tidak termuat dalam dokumen, adapun informan yang penulis

jadikan salah satu narasumber adalah beberapa masyarakat setempat sebagai

pengrajin batik (Kuntowijoyo, 1995: 100).

2. Kritik, yaitu berupa pengkajian sumber sejarah, di tempuh dengan jalan

mencari keotentikan dan kredibilitas sumber yang sesuai dengan materi

penelitian. Kritik sendiri dibagi dua yaitu, kritik ekstern dan kritik intern.

Kritik ekstern yaitu untuk menentukan apakah sumber asli atau palsu dengan

cara mengamati keadaan fisik sumber tersebut. Kritik intern yaitu

menentukan isi sumber dapat dipercaya atau tidak, dengan cara mencari

beberapa sumber yang sesuai dengan pembahasan materi untuk dibandingkan

kemudian ditentukan dapat dipakai atau tidak. Sumber lisan dengan cara

mewawancarai pengrajin batik tersebut. (Kuntowijoyo, 1995: 100)

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

27

3. Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap data tersebut. Tahapan ini sering

disebut sumber subyektivitas, karena Kuntowijoyo (1995: 100) pendapat

tersebut sebagian benar dan sebagian lagi salah. Interpretasi sebagai sumber

subyektivitas dikatakan benar karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak

bisa berbicara. Sejarawan yang jujur, akan mencantumkan data dan

keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali

dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, subyektivitas penulis sejarah diakui,

tetapi untuk dihindari. Interpretasi mengandung maksud sebagai penafsiran

terhadap data yang terkumpul setelah dilakukan penyeleksian atau pegujian

sumber. Dengan kata lain dalam langkah ini peneliti menggabungkan semua

fakta-fakta yang telah didapat dari para informan menjadi satu kesatuan

(Kuntowijoyo (1995: 100)

4. Historiografi, adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai

sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk tulisan sejarah. Setelah

melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar

bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga

untukdibaca orang lain. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan struktur dua

gaya bahasa penulisanya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar

orang lain mengerti pokok-pokok pikiran yang diajukan oleh penulis. Pada

tahap ini peneliti melakukan penulisan sehingga dapat menjadi karya tulis

ilmiah yang sesuai dengan ketentuan keilmuan (Kuntowijoyo, 1995: 102).

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

28

H. Sistematika Penulisan

Sistem penulisan proposal seminar ini adalah sebagai berikut :

Bab I Berisi pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Tinjauan Pustaka, Landasan Teori dan Pendekatan, Metode

Penelitian, serta Sistematika Penulisan. Latar belakang masalah

menguraikan tentang hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini.

Masalah-masalah dalam penelitian ini akan dibahas dalam

rumusan masalah, selanjutnya diuraikan tujuan penelitian yaitu

mendeskripsikan untuk apa penelitian dilakukan, sedangkan

dalam manfaat penelitian menjelaskan manfaat penelitian secara

teoritis dan praktis.

Bab II Mengupas tentang kondisi wilayah Desa Maos Kidul Kecamatan

Maos Kabupaten Cilacap terdiri dari Sejarah Desa, keadaan

Demografi, dan keadaan Sosial Ekonomi serta awal munculnya

Batik Maos.

Bab III Mengupas tentang perubahan sosial ekonomi dan penyerapan

tenaga kerja pengrajin batik yang terdiri dari pengrajin batik,

dampak kerajinan batik terhadap perubahan sosial ekonomi,

penyerapan tenaga kerja, partisipasi masyarakat daerah sekitar,

peranan lembaga swasta dan pemerintah, serta nilai-nilai

kewirausahaan pengrajin batik.

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/5088/2/Esti Evriyanti_BAB I.pdf · bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi

29

Bab IV Mengupas tentang perkembangan gaya hidup di desa Maos Kidul

kecamatan maos kabupaten cilacap terdiri dari tingkat kehidupan

pengrajin batik, karakter pengrajin batik, dan perkembangan gaya

hidup pengrajin

Bab V Simpulan dan Saran

Gaya Hidup Pengrajin..., Esti Evriyanti, FKIP UMP, 2014