bab i pendahuluan a. latar belakang. dalam dunia pendidikan

16
Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang mendapatkan porsi perhatian terbesar baik dari kalangan pendidik, orangtua maupun siswa. Banyak di antara orangtua yang memiliki persepsi bahwa matematika merupakan pengetahuan terpenting yang harus dikuasai siswa. Sayangnya, tidak semua siswa memiliki kemampuan cemerlang di bidang matematika. Bahkan banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menjadi hal yang paling menyeramkan. Salah satu tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah, tercantum dalam permen nomor 22 tahun 2006 pada butir ke empat yaitu “agar siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah”. Kalimat tersebut bermakna bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dikembangkan dalam diri siswa, sejalan dengan kalimat yang terdapat dalam NCTM (2000: 60), bahwa: “Communication is an essential part of mathematics and mathematics education”. Ini bermakna bahwa kemampuan komunikasi matematika menjadi hal yang fundamental yang harus dikembangkan dalam pembelajaran dan pendidikan matematika.

Upload: vantram

Post on 19-Jan-2017

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dalam dunia pendidikan matematika merupakan salah satu mata pelajaran

di sekolah yang mendapatkan porsi perhatian terbesar baik dari kalangan

pendidik, orangtua maupun siswa. Banyak di antara orangtua yang memiliki

persepsi bahwa matematika merupakan pengetahuan terpenting yang harus

dikuasai siswa. Sayangnya, tidak semua siswa memiliki kemampuan cemerlang di

bidang matematika. Bahkan banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika

merupakan pelajaran yang sulit dan menjadi hal yang paling menyeramkan.

Salah satu tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar

dan menengah, tercantum dalam permen nomor 22 tahun 2006 pada butir ke

empat yaitu “agar siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah”.

Kalimat tersebut bermakna bahwa komunikasi matematis merupakan salah

satu kemampuan penting yang harus dikembangkan dalam diri siswa, sejalan

dengan kalimat yang terdapat dalam NCTM (2000: 60), bahwa: “Communication

is an essential part of mathematics and mathematics education”. Ini bermakna

bahwa kemampuan komunikasi matematika menjadi hal yang fundamental yang

harus dikembangkan dalam pembelajaran dan pendidikan matematika.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2

Lebih lanjut dalam NCTM (2000: 29) dijelaskan bahwa: “The process

standards problem solving, Reasoning and Proof, communication, connections,

and representation highlight ways of acquiring and using content knowledge”.

Maksudnya bahwa komunikasi merupakan salah satu dari lima standar

proses yang ditekankan dalam NCTM, sehingga komunikasi menjadi hal yang

sangat penting dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika, karena

melalui komunikasi inilah siswa dapat menyampaikan ide-idenya kepada guru dan

kepada siswa lainnya. Dengan demikian kemampuan berkomunikasi mutlak

diperlukan bagi siswa dalam setiap proses pembelajaran, karena tanpa didukung

kemampuan berkomunikasi proses pembelajaran tidak dapat berlangsung baik.

Brenner (1998: 107) mengemukakan bahwa:

Penekanan atas komunikasi dalam pergerakan reformasi matematika

berasal dari suatu konsensus bahwa hasil pembelajaran sangat efektif di

dalam suatu konteks sosial. Melalui konteks sosial yang dirancang dalam

pembelajaran matematika, siswa dapat mengkomunikasikan berbagai ide

yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah matematika.

Dengan demikian jelas sekali bahwa melalui komunikasilah siswa dapat

menyampaikan ide-idenya dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul

dalam proses pembelajaran, sehingga tercipta aktivitas siswa yang menjadi tujuan

utama dalam proses pembelajaran.

Lebih lanjut Brenner (1998: 104), menyatakan bahwa: “Peningkatan

kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan matematika adalah satu dari tujuan

utama pergerakan reformasi matematika”. Menurut Hulukati (2005: 18)

“Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan masalah matematika pada

umumnya ditunjang oleh pemahaman mereka terhadap bahasa”.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3

Bahkan menurut Barody yang dikemukakan oleh Hulukati, (2005: 17), ada dua

alasan mengapa kemampuan berbahasa itu sangat penting dibutuhkan dalam

berkomunikasi, yaitu:

Mathematics as language; matematika tidak hanya sekedar alat bantu

berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, atau

menyelesaikan masalah, namun matematika juga adalah alat yang tak

terhingga nilainya untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas,

tepat, dan ringkas, dan Mathematics learning as social activity, sebagai

aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa,

misalnya komunikasi antara guru dan siswa yang merupakan bagian

penting untuk memelihara dan mengembangkan potensi matematika siswa.

Dari ketiga pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa terdapat

hubungan yang erat antara kemampuan komunikasi matematis, bahasa dan

pemecahan masalah. Dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika, siswa membutuhkan kemampuan komunikasi

matematis yang ditunjang dengan pemahaman terhadap bahasa.

Oleh karena adanya hubungan antara bahasa dan matematika, maka guru

sebagai tenaga profesional di lapangan harus mampu membuat suatu hubungan

yang membantu siswa mengekspresikan masalah matematika ke dalam bahasa

simbol atau model matematika.

Karakteristik matematika yang abstrak, sarat dengan istilah dan simbol,

mengakibatkan banyak siswa yang hanya menelan mentah saja semua materi

tanpa mencoba untuk memahami informasi yang terkandung di dalamnya,

sehingga penomena yang terjadi di lapangan adalah kebanyakan siswa menerapkan

metode menghafal rumus untuk belajar matematika. Padahal esensi dari

pembelajaran matematika bukanlah untuk menghafal, melainkan lima standar

proses yang ditekankan dalam NCTM yaitu kemampuan pemecahan masalah,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4

penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi dan representasi. Artinya bahwa lima

kemampuan tersebut harus dikembangkan dalam setiap pembelajaran matematika.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

matematis di Indonesia masih kurang baik. Survei yang dilakukakan Trends in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa:

“Penekanan pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan

keterampilan dasar, hanya sedikit sekali penekanan penerapan matematika dalam

konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar

secara matematis” (Herman, 2006: 5).

Selanjutnya hasil penelitian Tim Pusat Pengembangan Penataran Guru

Matematika juga mengungkapkan bahwa: “Di beberapa wilayah Indonesia yang

berbeda, sebagian besar siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan

masalah dan menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model

matematika” (Shadiq, 2007: 2-3). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan

komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa Indonesia masih kurang baik.

Hal-hal yang mengindikasikan masih rendahnya kemampuan komunikasi

matematika siswa dalam pembelajaran adalah: Siswa kurang percaya diri dalam

mengomunikasikan gagasannya dan masih ragu-ragu dalam mengemukakan

jawabannya ketika ditanya guru; ketika ada masalah dalam bentuk soal cerita

siswa bingung bagaimana menyelesaikannya, siswa kesulitan membuat model

matematika dari soal cerita tersebut, dan belum mampu untuk mengomunikasikan

ide atau pendapatnya dengan baik, pendapat yang disampaikan oleh siswa sering

kurang terstruktur sehingga sulit dipahami oleh guru maupun temannya.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5

Kondisi di atas terjadi karena dalam pembelajaran matematika

konvensional siswa jarang sekali diminta untuk mengkomunikasikan ide-idenya.

Hal ini dikemukakan oleh Silver (Turmudi, 2008) bahwa:

Aktivitas siswa sehari-hari terdiri dari menonton gurunya menyelesaikan

soal-soal di papan tulis, kemudian meminta siswa bekerja sendiri dalam

buku teks atau LKS yang disediakan. Konsekuensinya kalau siswa diberi

soal yang berbeda dengan soal latihan mereka membuat kesalahan atau

mengalami kesulitan dalam mencari penyelesaiannya.

Ini menunjukkan bahwa siswa hanya menghapalkan prosedur penyelesaian

sehingga kemampuan komunikasi siswa tidak akan berkembang. Pendapat ini

didukung oleh Undang (1998: 1) yang mengatakan bahwa: “Guru sebagai subjek

dan siswa sebagai objek masih tetap mendominasi dunia pendidikan”. Guru sama

sekali tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengungkapkan rasa

ingin tahunya, melalui pertanyaan atau pemberian tanggapan terhadap konsep

yang sedang dipelajari, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan dan

kebebasan untuk dapat berbuat, mencari tahu dan membangun pengetahuannya

sendiri. Akibatnya siswa menjadi pasif, tidak memiliki motivasi untuk belajar,

kurang bergairah, dan kurang kreatif. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan

komunikasi matematis siswa rendah, demikian pula tujuan pendidikan tidak dapat

dicapai secara optimal. Pendapat yang senada disampaikan oleh Marpaung (2000:

264) bahwa: ”Problem yang muncul pada pembelajaran konvensional adalah

apabila ditanya suatu konsep atau proses siswa tidak menjawab dengan penuh

keyakinan atau malah diam”.

Semua ini merupakan problematika yang harus segera dicari solusinya sehingga

tujuan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6

Terdapat beberapa alasan pentingnya kemampuan komunikasi matematis

siswa dikembangkan dalam pembelajaran matematika: Pertama, kemampuan

komunikasi diperlukan untuk mempelajari bahasa dan simbol-simbol matematika

serta mengekspresikan ide-ide matematika. Selanjutnya komunikasi juga

bermanfaat untuk melatih siswa dalam mengemukakan gagasan secara jujur

berdasarkan fakta, rasional, serta meyakinkan orang lain dalam rangka

memperoleh pemahaman bersama.

Dengan demikian kondisi pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai

subjek pasif, atau objek dalam pembelajaran jelas sangat tidak menguntungkan

terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator, mediator dan

motivator dalam proses pembelajaran benar-benar dituntut harus dapat

mengakomondasi dan memfasilitasi ide siswa. Siswa harus dapat

mengilustrasikan dan menginterprestasikan berbagai masalah dalam bahasa dan

pernyataan-pernyataan matematika serta dapat menyelesaikan masalah tersebut

menurut aturan atau kaidah matematika.

Kemampuan siswa mengilustrasikan dan menginterprestasikan berbagai

masalah dalam bahasa dan pernyataan-pernyataan matematika, serta dapat

menyelesaikan masalah tersebut menurut aturan atau kaidah matematika,

merupakan karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi

matematis. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam Principles and

Standards for School Mathematics dari NCTM (Yonandi, 2010: 276) bahwa

kemampuan komunikasi matematis siswa dapat dilihat dari beberapa indikator

berikut:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7

Kemampuan menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta

menggambarkan secara visual, kemampuan menginterpretasikan dan

mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan maupun tertulis, dan

kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, simbol-simbol

matematika, dan struktur-strukturnya untuk memodelkan situasi atau

permasalahan matematika.

Untuk mencapai indikator di atas, guru sebagai ujung tombak di lapangan

memiliki peran sentral, guru perlu menemukan cara bagaimana menyampaikan

berbagai konsep yang diajarkan agar dapat bermakna bagi siswa serta dapat dipahami

dan diingat lebih lama oleh siswa, bagaimana guru dapat berkomunikasi secara

efektif, serta bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari

siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu

mengkaitkannya dengan kehidupan nyata yang mereka lihat dan mereka alami.

Dari gambaran tersebut jelas diperlukan sistem pembelajaran di samping

mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis juga dapat melibatkan

siswa secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya, serta mampu

menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan konteks situasi

kehidupan nyata, agar pembelajaran menjadi bermakna. Hal ini sejalan dengan

pernyataan yang tercantum dalam kurikulum (Depdiknas, 2006:1), bahwa:

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai

dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual

problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara

bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.

SD Laboratorium UPI yang beralamat di Desa Cibiru Wetan Kecamatan

Cilenyi Kabupaten Bandung merupakan salah satu SD yang berada di bawah

naungan UPI yang telah menerapkan berbagai model/pendekatan pembelajaran

yang melibatkan siswa secara aktif sebagai subjek dalam proses pembelajaran.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8

Di antaranya adalah pembelajaran matematika realistik (PMRI) dan pelaksanaaan

model pembelajaran matematika melalui pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah Laboratorium

UPI pada tanggal 24 April 2012 diperoleh gambaran bahwa model/pendekatan

tersebut diterapkan dan dikembangkan dengan asumsi bahwa model/pendekatan

tersebut fokus pada siswa sebagai pembelajar yang aktif, dan dipandang tepat

dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, karena

belajar dengan model tersebut bukan hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi

melibatkan proses pengalaman secara langsung, sehingga diharapkan siswa

berkembang secara utuh, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.

Dengan demikian visi SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru dalam

menciptakan generasi yang unggul, kompetitif dan berbudaya dapat dicapai

melalui misi SD tersebut yaitu mengembangkan program pembelajaran yang

mampu membina kecerdasan spiritual, intelektual dan emosional sesuai dengan

kebutuhan perkembangan individu peserta didik serta melalui penciptaan

lingkungan yang kondusif dan demokratis dalam upaya membantu perkembangan

bakat, minat, nilai dan kompetensi peserta didik secara optimal.

Tujuan lain yang diharapkan oleh SD laboratorium UPI dalam menerapkan

model pembelajaran tersebut adalah dicapainya harapan pemerintah seperti yang

tercantum dalam kurikulum (Depdiknas, 2006: 1) bahwa:

Standar kompetensi matematika disusun agar siswa dapat berfikir secara

sistematis logis, berfikir abstrak, dapat menggunakan matematika dalam

pemecahan masalah dan komunikasi menggunakan simbol dan diagram

yang dikembangkan melalui pembelajaran yang bertahap dan

berkesinambungan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

9

Studi ini akan mencoba menganalisis kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Analisis

kemampuan komunikasi matematis siswa ini dilakukan secara kualitatif dengan

berbagai alasan, di antaranya:

Pertama, analisis kualitatif jarang sekali dilakukan, selama ini analisis

hanya terfokus pada analisis kuantitatif, padahal pendidikan tidak hanya berkaitan

dengan persoalan angka melainkan dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang

visioner yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Asmani (2011: 151) bahwa :

Pendidikan tidak hanya berkaitan dengan persoalan angka dan statistik,

tetapi juga pemikiran-pemikiran progresif yang menjadi ruh pendidikan.

Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian kualitatif untuk membangkitkan

pemikiran-pemikiran kreatif dan visioner dalam dunia pendidikan agar

cepat berkembang pesat.

Kedua, pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada

hasil melainkan juga pada proses untuk meraih hasil yang optimal. Hal ini sesuai

dengan esensi dari pendekatan kualitatif yang lebih mementingkan proses

dibanding hasil.

Ketiga, permasalahan yang ada dalam penelitian ini lebih tepat dicarikan

jawabannya dengan metode kualitatif karena dengan metode kualitatif diharapkan

data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna

sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

B. Fokus Penelitian/Batasan Masalah

Agar permasalahan di dalam penelitian ini tidak meluas, maka penelitian

ini dibatasi pada hal-hal berikut:

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

10

1. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah analisis terhadap kemampuan

komunikasi matematis siswa yang belajar melalui model PMRI (Pendidikan

Matematika Realistik Indonesia)

2. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas IV sekolah dasar laboratorium UPI

Kampus Cibiru yang berjumlah 23 orang.

C. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian yang diuraikan di atas,

secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana kemampuan

komunikasi matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru?”

Permasalahan tersebut dijabarkan lebih khusus ke dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IV SD

Laboratorium UPI selama proses pembelajaran berlangsung?

2. Masalah apa saja yang dihadapi siswa dan guru dalam mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis selama proses pembelajaran berlangsung?

3. Bagaimanakah upaya guru dalam mengembangkan kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI selama proses pembelajaran

berlangsung?

D. Tujuan Penelitian.

Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum

penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis tentang kemampuan komunikasi

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

11

matematis siswa kelas IV sekolah dasar, secara khusus penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Memperoleh gambaran kemampuan komunikasi matematika siswa kelas IV

SD Laboratorium UPI selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Memperoleh gambaran masalah yang dihadapi siswa dan guru dalam proses

pengembangan kemampuan komunikasi selama proses pembelajaran

berlangsung.

3. Memperoleh gambaran upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV SD Laboratorium UPI

dalam proses pembelajaran?

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

mendalam dan komprehensif terhadap peneliti khususnya dan instansi-instansi

pendidikan yang sedang dan akan mengembangkan kemampuan komunikasi

matematis di sekolah. Dan secara ideal, penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi beberapa aspek, di antaranya:

1. Secara Teoritis

a. Memberikan sumbangan keilmuan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

terutama berkenaan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan melakukan

penelitian yang serupa pada masa yang akan datang.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

12

2. Secara Praktis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dalam

pembelajaran matematika di sekolah dasar, dan secara khusus diharapkan

bermanfaat bagi berbagai pihak di antaranya:

a. Bagi institusi yang diteliti, sebagai masukan yang konstruktif dalam

mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Menjadi bahan masukan dan sekaligus referensi bagi kepala sekolah, beserta

wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah dan seluruh warga sekolah dalam

memahami dan mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

c. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis dalam setiap pembelajaran matematika.

d. Bagi para pengambil kebijakan, sebagai salah satu acuan dalam

mengambil keputusan dan kebijakan tentang pengembangan kemampuan

komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran di sekolah.

F. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan proses analisis terhadap kemampuan komunikasi

matematis siswa sekolah dasar (Studi Kualitatif Pada Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru). Berdasarkan hasil eksplorasi peneliti,

terdapat beberapa hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini,

di antaranya:

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

13

Penelitian Agustyaningrum (2010), dengan judul “Implementasi Model

Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa Kelas IX B SMP Negeri Sleman”.

Penelitian ini merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman tahun ajaran 2010-2011.

Adapun hasil temuan menunjukkan tahap-tahap pembelajaran Learning Cycle

yang meliputi tahap engagement, eksploration, explanation, elaboration dan tahap

evaluation dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IX

B SMP Negeri 2 Sleman.

Penelitian lain adalah penelitian yang ditulis oleh Sofyan (2008) yang

diberi judul: “Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah

Pertama”. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah model pembelajaran yang lebih

baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi matematis siswa. Adapun hasil temuan dari penelitiannya

menyimpulkan bahwa: terdapat kaitan yang signifikan antara kemampuan

pemecahan masalah matematika dengan kemampuan komunikasi matematis pada

siswa yang mengikuti pembelajaran berbasis masalah terbuka daripada siswa yang

mengikuti pembelajaran berbasis masalah terstruktur dan pembelajaran

konvensional.

Berbeda dengan dua penelitian yang telah disebutkan di atas, penelitian

yang akan peneliti laksanakan ini difokuskan pada Sekolah Dasar. Selain itu

penelitian ini difokuskan pada analisis kemampuan komunikasi matematika siswa

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

14

kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Penelitian ini

bertujuan mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa yang meliputi:

kemampuan komunikasi matematis siswa selama proses pembelajaran

berlangsung, kesulitan yang dihadapi siswa dan guru dalam mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis, dan upaya yang dilakukan guru dalam

mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

Untuk memperjelas posisi penelitian ini, maka peneliti akan menjabarkan

tabel persamaan dan perbedaan dengan beberapa penelitian yang dibahas

sebelumnya. Hal ini menjadi penting agar dapat mengungkapkan celah yang

menjadi perbedaan dan persamaan dari beberapa penelitian tersebut. Secara rinci

tebel perbedaan dan persamaan penelitian dapat dilihat pada halaman berikut:

Tabel 1.1

Perbedaan dan Persamaan Beberapa Penelitian

No. Nama/Tahun dan Judul

Penelitian Persamaan Perbedaan

Penelitian yang peneliti laksanakan

1 Nina Agustyaningrum, S.Pd.Si Mahasiswi pada

Jurusan Pendidikan Matematika, Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas IX B

SMP Negeri Sleman”

Sama-sama mengkaji masalah

kemampuan komunikasi matematis siswa

Lebih menekankan pada implementasi

tahapan Learning Cycle dalam meningkatkan indikator kemampuan komunikasi matematis siswa

Kajian difokuskan pada analisis

kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Penelitian bersifat grounded theory

2

Deddy Sofyan dengan judul : “Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah

Menengah Pertama

Sama-sama mengkaji tentang kemampuan komunikasi matematis siswa

Fokus pada menelaah model pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

15

G. Definisi Istilah

Definisi istilah merupakan penjelasan atas konsep penelitian yang ada

dalam judul penelitian. Definisi istilah sangat berguna dalam memberikan

pemahaman dan batasan yang jelas agar penelitian ini tetap terfokus pada kajian

yang diinginkan peneliti. Adapun beberapa istilah yang perlu di definisikan antara

lain:

“Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam

bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah

dimengerti” (Yulaelawati, 2007: 72).

“Komunikasi matematis merupakan kesanggupan atau kecakapan siswa

untuk menyatakan dan menafsirkan gagasan matematis secara lisan, tertulis, atau

mendemonstrasikan apa yang ada dalam persoalan matematika”. (Depdiknas,

2004: 24). Fokus dalam penelitian ini adalah pada kemampuan komunikasi

matematis siswa dalam menyelesaikan suatu butir soal, sesuai dengan indikator

kemampuan komunikasi yang ingin dicapai dan akan diteliti.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis tentang “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Sekolah Dasar (Studi Kualitatif pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Laboratorium UPI Kampus Cibiru Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung),

secara keseluruhan terdiri dari lima bab, masing-masing bab disusun secara rinci

dan sistematis. Adapun sistematika penulisan dan pembahasannya diuaraikan

sebagai berikut:

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam dunia pendidikan

Juliah, 2012 Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

16

BAB I : Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang, fokus

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

originalitas penelitian, definisi istilah dan sitematika penulisan.

BAB II : Merupakan kajian teori yang berfungsi sebagai acuan teoritik dalam

melakukan penelitian ini. Pada bab ini dijelaskan tentang

pengertian komunikasi matematis, aspek-aspek komunikasi,

indikator komunikasi, pembelajaran matematika, dan pentingnya

komunikasi dalam pembelajaran matematika.

BAB III : Bab ini mengemukakan metode penelitian yang berisi tentang

metode, lokasi dan subjek penelitian, jenis data penelitian,

instrumen penelitaian, sampel sumber data, tekhnik pengumpulan

data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap

penelitiaan.

BAB IV : Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi

gambaran umum subjek penelitian, penyajian data, temuan

penelitian, dan pembahasan.

BAB V : Merupakan bab terakhir, yang berisi kesimpulan dan rekomendasi.