bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/1352/8/11. bab i.pdf ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang shūmul (universal). Agama yang memuat
semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah dalam kehidupan ini, yang
tidak disentuh Islam, walaupun masalah tersebut tampak kecil dan sepele.
Meminang (melamar) atau khiṭbah dalam bahasa Arab, merupakan
pintu gerbang menuju pernikahan. Khiṭbah menurut bahasa, adat dan syara,
bukanlah perkawinan. Semua itu hanya merupakan mūkadīmah
(pendahuluan) bagi perkawinan dan pengantar kesana. Khiṭbah merupakan
sebuah proses permohonan calon laki-laki terhadap calon wanita untuk
dijadikan istri.
Hukum pertunangan adalah īstīshab (dianjurkan) karena Nabi
Muhammad SAW. pernah bertunangan dengan Áisyah binti Abū Bakar Asy-
Ṣiddiq juga dengan Ḥafṣah binti Ùmar bin Khaṭṭab r.a.1
Dalam kitab atau kamus membedakan antara kata-kata "khiṭbah"
(melamar) dan "zawāj" (kawin/menikah), adat atau kebiasaan juga
membedakan antara lelaki yang sudah meminang (bertunangan) dengan yang
sudah menikah dan syari'at pun membedakan secara jelas antara kedua istilah
tersebut. Karena itu, khiṭbah tidak lebih dari sekedar mengumumkan
keinginan untuk menikah dengan wanita tertentu, sedangkan zawāj
1 Abdul Wahab Al-Sayyid Hawwas, Kunikahi Engkau Secara Islami, (Bandung: Pustaka,
Setia). Hal. 68
2
(pernikahan) merupakan aqad yang mengikat dan perjanjian yang kuat yang
mempunyai batas-batas, syarat-syarat, hak-hak, dan akibat-akibat tertentu.
Di dalam kitab-kitab fikīh, khiṭbah diterjemahkan dengan pernyataan
keinginan untuk menikah terhadap seorang wanita yang telah jelas “izhār al-
rughbat fi al-zāwaj bi imrāātin mu’ayyānat” atau memberitahukan keinginan
untuk menikah kepada walinya. Ada kalanya pernyataan keinginan tersebut
disampaikan dengan bahasa yang jelas dan tegas (sārīh) dan dapat juga
dilakukan dengan sindiran (kīnāyah).2
Peminangan (lamaran) dilakukan sebagai permintaan secara resmi
kepada wanita yang akan dijadikan calon istri atau melalui wali wanita itu.
sesudah itu baru dipertimbangkan apakah lamaran itu dapat diterima atau
tidak. Adakalanya lamaran itu hanya sebagai formalitas saja, sebab
sebelumnya antara pria dan wanita itu sudah saling mengenal atau menjajaki.
Demikian juga, lamaran itu ada kalanya sebagai langkah awal dan
sebelumnya tidak pernah kenal secara dekat, atau hanya kenal melalui teman
atau sanak keluarga.3
Peminangan yang kemudian berlanjut dangan “pertunangan” yang kita
temukan dalam masyarakat saat ini hanyalah merupakan budaya atau tradisi
saja yang intinya adalah khiṭbah itu sendiri, walaupun disertai dengan ritual-
ritual seperti tukar cincin, selamatan.
2 Amiur Nuruddin, dkk., Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan
Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1/1974 Sampai KHI, Ed. Pertama. Cet. Ke-3, (Jakarta: Kencana.
2006), Hal. 82. 3 M. Ali Hasan.Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Ed. I. Cet. 2. (Jakarta:
Prenada Media Group, 2006), Hal. 23
3
Atas dasar ini Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya menganjurkan
setiap laki-laki untuk melakukan peminangan. Rasulullah menyatakan:
المرأة وسلم إذا خطب أحدكم قال رسول اللو صلى اللو عليو عن جابر قال ها إلى ما يدعوه إلى نكاح فإن استطاع أبو داود . رواه ها ف لي فعل أن ي نظر من
Dari Jābir, Rosulullah saw bersabda: “Bila seseorang diantara kamu
meminang perempuan dan ia mampu melihatnya yang akan mendorong
untuk menikahnya, maka lakukanlah.”(HR. Abū Dāwud)4
Dalam hal ini terkesan ada anjuran, untuk tidak mengatakan sebuah
perintah (sunnah) dari Rasul untuk melihat wanita yang akan dinikahi
tersebut mengenai apa yang perlu di lihat, diantaranya adalah wajah dan
kedua telapak tangan . Dalam hadis lain Rasulullah juga bersabda:
ال الن عن المغي ان و خط ب ام رأة ف ه ا وس لم ص لى الل و علي و رة بن ش ع : انظ ر الي نكما. رواه احمد بن حنلفانو احرى ان ي ؤدم ب ي
Dari Mugiyrah Ibni Syuʻbah, “sesungguhnya ia pernah meminang
seorang wanita, lalu Nabi SAW bersabda, “Lihatlah dia, karena
sesungguhnya hal itu lebih menjamin untuk melangsungkan hubungan
kamu berdua”. (HR. Ahmad Bin Hanbal)5
Sedangkan di dalam al-qur‟an surat al-baqarah ayat 235 juga
disebutkan:
النسآء أوأكن نتم ف أن فسكم وال جناح عليكم فيما علم اهلل ج عراضتم بو من خط ولوا ق وال معروفا وال ت عزمواع دة أنكم ستذكرون هن ولكن ال ت واعدوىن سراإ آل أن ت
لغ الك تب أجلو واعلمواأن اهلل ي علم ما فى أنفسكم فاحذروه النكاح حتى ي واعلمواأن اهلل غفور حليم
4 Abū Dāwud, as-sunnah, Kitāb an-nikāh, Bāb fiir-rājuli Yanẓura ilal Mar’ata Wahuwa
Yurịdu Tazwịjaha. hadis no.1786. 5 Aḥmad Bin Hanbal, Musnad, Kitāb Awwalul musnad , Bāb. Fanaḍara іlaihā Fāinnahul
ukhra Ayyūdima Bainā Kumā, hadis.1778.
4
Artinya : Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang perempuan-
perempuan itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan
(keinginanmu) dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan
menyebut-nyebut kepada mereka. Tetapi janganlah kamu
membuat perjanjian (untuk menikah) dengan mereka secara
rahasia, kecuali sekedar mengucapkan kata-kata yang baik.
Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis
masa idahnya. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang
ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-NYA. Dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun. (QS.
Baqarah: 235)6
Memang terdapat dalam al-qur‟an dan dalam banyak hadis Nabi yang
membicarakan hal peminangan. Namun tidak ditemukan secara jelas dan
terarah adanya perintah atau larangan melakukan peminangan, sebagaimana
perintah untuk mengadakan perkawinan dengan kalimat yang jelas, baik
dalam al-qur‟an maupun dalam hadis Nabi .
Pernikahan merupakan jalan yang paling bermanfaat dan paling utama
dalam upaya merealisasikan dan menjaga kehormatan, karena dengan
pernikahan inilah seseorang bisa terjaga dirinya dari apa yang diharamkan
Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah saw mendorong untuk mempercepat
nikah. Pernikahan merupakan jalan fitrah yang bisa menuntaskan gejolak
biologis dalam diri manusia. Demi mengangkat cita-cita luhur yang kemudian
dari pertemuan secara syar‟i tersebut sepasang suami istri dapat menghasilkan
keturunan7.
Pada tradisi penyerahan perabot rumah tangga sehari sebelum akad
nikah dilaksanakan yang mana sudah menjadi pembicaraan ketika kedua
6 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah, (Kudus: Menara Kudus, 2006), hlm 38.
7 Ahmad Junaidi, Pernikahan Hybrid: Studi tentang Komitmen Pernikahan Wong Nasional di
Desa Patokpicis Kecamatan Wajak Kabupaten Malang. Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2013), hlm. 26.
5
belah pihak sudah sepakat pada saat peminangan berlangsung maka mengenai
barang bawaan yang akan diserahkan kepada calon mempelai wanita tidak
berpengaruh pada kondisi ekonomi peminangnya, dikarenakan sudah menjadi
tradisi yang melekat di masyarakat Desa Limbangan. Memang pada tradisi ini
banyak memakan biaya, bisa mencapai puluhan juta rupiah dengan
berkembangnya barang-barang perabot rumah tangga yang dikemas secara
modern.
Terkesan ada anjuran untuk melaksanakan tradisi lamaran bagi siapa
saja yang hendak melangsungkan pernikahan, sedangkan tradisi lamaran itu
sendiri membutuhkan kesiapan lahiriyah, dalam artian banyak membutuhkan
biaya seiring dengan berkembangnya zaman.
Sedangkan pada tradisi lamaran itu ada kalanya membawa makanan
seperti jenang, ketan putih dan ketan salak, rengginan yang harus dibawa
sebagai syarat ketika prosesi melamar.
Di masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten
Pemalang setelah melakukan peminangan, terdapat tradisi penyerahan
perabot rumah tangga satu hari sebelum akad nikah dilaksanakan yang
diberikan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita yang
mana masih dalam rangkaian khiṭbah.
Hal ini terjadi apabila calon suami nantinya akan menempati rumah
yang sudah disiapkan oleh pihak calon istri, dengan kata lain calon suami
menyiapkan semua perabot rumah tangga yang diserahkan kepada calon istri
6
sehari sebelum akad nikah, sedangkan calon istri hanya menyiapkan rumah
yang berupa gedung belaka, tanpa adanya isi rumah.
Pada penyerahan perabot tersebut berbeda dengan mahar yang akan
diberikan oleh calon suami kepada calon istrinya yang disebutkan dalam akad
pada acara perkawinan yang mengenai besar kecilnya mahar tersebut
disepakati oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti akan memberi
judul pada skripsi ini dengan judul: “ IMPLEMENTASI SUNNAH NABI
DALAM TRADISI PEMINANGAN DI DESA LIMBANGAN KEC.
ULUJAMI KAB. PEMALANG”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti menentukan
beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Hadis apa yang digunakan oleh masyarakat Desa Limbangan Kecamatan
Ulujami Kabupaten Pemalang pada tradisi peminangan ?
2. Bagaimana pemahaman dan praktik yang dilakukan oleh masyarakat Desa
Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang pada tradisi
peminangan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin peneliti
capai dalam penelitian ini, adalah:
7
1. Untuk mengetahui hadis apa saja yang beredar di masyarakat Desa
Limbangan pada tradisi peminangan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman dan praktik yang dilakukan
oleh masyarakat Desa Limbangan pada tradisi peminangan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat secara teoritis maupun
secara praktis.
1. Secara Teoritis
a. Diharapkan dalam penelitian ini mampu memberikan bahan masukan
untuk penelitian selanjutnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini
dan sekaligus dapat mencari serta menemukan solusinya.
b. Diharapkan dalam penelitian ini dapat menambah kajian keilmuan
yang mengulas secara khusus tentang masalah tradisi peminangan.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan mampu memberikan informasi kepada masyarakat yang
berkeinginan untuk melakukan prosesi peminangan sebelum
melaksanakan pernikahan.
b. Diharapkan mampu memberikan khazanah pengetahuan khususnya
bagi peneliti secara pribadi dan masyarakat luas pada umumnya
mengenai nilai-nilai Islam, tradisi dan kebudayaan masyarakat yang
bersangkutan.
8
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa tinjauan pustaka yang penulis lakukan, ada beberapa
penelitian seputar khiṭbah (pinangan) yang dilakukan oleh penelitian
sebelumnya, apalagi penelitian Implementasi Sunnah Nabi dalam tradisi
peminangan di Desa Limbangan Kec. Ulujami Kab. Pemalang. Dari hasil
penelusuran, penulis menemukan tema tentang peminangan, diantaranya
skripsi berjudul : Telaah Hadis Tentang Melihat Wanita Sebelum
Mengkhitbahnya (Studi Takhrij Hadis Riwayat Abū Dāwud Tentang
Diperbolehkannya Seorang Laki-Laki Melihat Wanita Sebelum
Mengkhitbahnya). Disusun oleh Muhamad Hafid, Nim: 21208007,
mahasiswa jurusan Syariah STAIN SALATIGA 2013. Dalam penelitiannya,
ia hanya pada keabsahan matan dan sanad serta implikasi hukum hadits.
Adat Peminangan Melalaken Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi
kasus di Kecamatan Simpang Kanan Kab. Aceh Singkil). Disusun oleh
M.Mispan, Nim: 110606980, mahasiswa jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah,
Fakultas Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Skripsi ini
membahas tentang Praktik peminangan adat melalaken dan hukum
melakukan peminangan.
Tradisi Khitbah di Kalangan Masyarakat Betawi Menurut Hukum Islam
(Studi kasus kelurahan Rawajati Kec. Pancoran Jakarta Selatan)”, disusun
oleh Hoirum Kodriasuh, mahasiswa jurusan Ahwal Al-Syakhsiyyah, fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007. Skripsi ini
membahas tentang Praktek Khitbah khusus masyarakat Betawi di Desa
9
Rawajati. Bahwa ada sebagian praktek budaya meminang yang bertentangan
dengan nilai-nilai ajaran Agama Islam.
Ganti Rugi Pembatalan Khitbah Dalam Tinjauan Sosiologi ( Studi kasus
Masyarakat Desa Pulung Rejo Kec. Rimba Ilir Jambi), Oleh mahasiswa Siti
Nurhayati, Nim: 106043201535, Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011, Skripsi
ini membahas tentang Pelaksanaan Khitbah dan faktor-faktor mempengaruhi
terjadinya pembatalan peminangan.
Prosesi Peminangan Menurut Adat Bima Dalam Perspektif Islam (Studi
kasus di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat). Oleh
mahasiswa Toty Citra Warsita, Nim: 106044201478, Jurusan Ahwal Al-
Syakhsiyyah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2010, Skripsi ini membahas tentang adat peminangan Bima yang dianggap
menyimpang dari ajaran Islam, karena masyarakatnya masih di pengaruhi
tradisi nenek moyang.
Sejauh ini penulis tidak menemukan penelitian seperti yang di atas,
sehingga penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI SUNNAH NABI
DALAM TRADISI PEMINANGAN DI DESA LIMBANGAN
KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG”.
F. Kerangka Teori
Setiap daerah memiliki tradisi dan kebiasaan yang berbeda-beda salah
satunya dalam hal peminangan (lamaran). Ketika sekelompok orang atau
10
individu yang mempunyai kebudayaan dan kemudian tinggal disatu daerah
yang baru, maka akan terjadilah perpaduan kebudayaan atau akulturasi
sebagaimana yang dikemukakan oleh Redfield, Linton dan Herskovits (1936):
yang artinya “Akulturasi dipahami sebagai fenomena yang dihasilkan
sekelompok individu yang mempunyai kebudayaan berbeda datang dan
melakukan hubungan yang selanjutnya mengubah kebudayaan asli atau
kedua kebudayaan tersebut. Jadi akulturasi adalah proses penyebaran
kebudayaan yang bermunculan yang mencolok dan dimodifikasi kebudayaan
yang muncul sebagai akibat kontak yang berlangsung. Karenanya dalam
suatu kajian akulturasi penting artinya mengkaitkan dengan suasana situasi
kelompok pada waktu kontak terjadi.8
Park dan Burgees (1921: 736-737): Menyatakan bahwa asimilasi
merupakan produk akhir yang sempurna dari suatu kontak sosial. Asimilasi
sebagai salah satu bentuk proses-proses sosial, erat kaitanya dengan
pertemuan dua kebudayaan atau lebih. Oleh karenanya seringkali istilah
asimilasi dan akulturasi dipergunakan dalam pengertian yang sama. Sebagai
akibatnya kedua istilah tersebut sering memiliki batasan yang bertumpang
tindih.9
Di masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupanten
Pemalang setelah melakukan peminangan, terdapat tradisi penyerahan
8 Poerwanto, Hari, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Cet. I
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000), hlm. 102-104. 9 Poerwanto, Hari, Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi. Cet. I
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2000), hlm. 116-117.
11
perabot rumah tangga satu hari sebelum akad nikah yang diberikan oleh calon
mempelai pria kepada calon mempelai wanita.
Peminangan yang kemudian berlanjut dengan “pertunangan” yang kita
temukan dalam masyarakat saat ini hanyalah merupakan budaya atau tradisi
saja yang intinya adalah khītbah itu sendiri, walaupun disertai dengan ritual-
ritual seperti tukar cincin, membawa seperangkat perabot rumah tangga mulai
dari perabot ruang tamu, kamar tidur, pakaian, peralatan dapur, barang-barang
eletronik seperti; televisi, kulkas, tape, dan lain-lain, hingga pada barang
otomotif seperti; sepeda motor, mobil yang harus diserahkan kepada pihak
istri untuk memenuhi setiap ruangan rumah yang akan ditempati oleh kedua
mempelai nantinya ketika sudah akad nikah diucapkan oleh pihak mempelai
laki-laki.
G. Metode Penelitian
Metode yang di pakai oleh penulis adalah kualitatif. Peneliti
menggunakan metode ini karena untuk menggali data yang bisa di
deskripsikan10
, penulis akan melakukan pencarian informasi yang
berhubungan dengan tradisi peminangan kepada tokoh agama dan tokoh
masyarakat, perangkat Desa bahkan warga masyarakat Desa Limbangan baik
berupa kata-kata, tulisan maupun perbuatan.
10
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Semarang: PT Remaja Rosda Karya,
2007), hlm 3.
12
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah studi penelitian
lapangan (field research.) Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian ini
di Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Yang
beralamat di Jalan Raya Limbangan 3327132016 Pos Ulujami 52371,
penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari 2016 sampai bulan Oktober
2016. Selama penelitian dilakukan peneliti sengaja datang ke Desa
Limbangan, langsung melibatkan diri untuk mendapat informasi dan
bahan-bahan lainnya agar mudah di dalam melakukan penelitiannya.
2. Objek Penelitian.
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah para pelaku tradisi
peminangan yang dilakukan masyarakat Desa Limbangan, yakni, tokoh
agama dan tokoh masyarakat, perangkat Desa bahkan warga masyarakat
Desa Limbangan karena menurut pengamatan sementara peneliti,
masyarakat Desa Limbangan mempunyai keunikan, keunikan yang peneliti
maksud disini salah satunya penyerahan perabot rumah tangga yang
diserahkan pada satu hari sebelum akad nikah berlangsung pada tradisi
peminangan yang masyarakat Desa Limbangan lakukan selama ini.
3. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber Primer dalam penelitian ini adalah berupa informasi yang
di dapatkan dari tradisi peminangan yang dilakukan masyarakat Desa
Limbangan, yakni, tokoh agama dan tokoh masyarakat, perangkat Desa
13
bahkan warga masyarakat Desa Limbangan. Selain itu penulis juga
mengamati sendiri proses pelaksanaan tradisi peminangan yang muncul
di masyarakat Desa Limbangan. Sehingga dapat dijadikan data primer
juga dalam penelitian ini.
b. Sumber data sekunder
Sumber sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
buku-buku perpustakaan yakni Kitab-kitab Hadis yang memuat Hadis-
hadis tentang peminangan, koleksi hadis-hadis hukum, fiqih, asas-asas
hukum Islam, Ritual Tradisi Masyarakat Jawa dan juga karya tulis
lainnya seperti skripsi atau tesis. Peneliti menggunakan data sekunder
tersebut untuk memudahkan dan membantu memahami tema yang
peneliti lakukan sekaligus menguatkan hasil penelitian yang di hasilkan.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data secara akurat, tentunya data harus
diperoleh secara langsung tanpa perantara, maka metode yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a) Pengamatan (Observasi)
Observasi sebagai pengumpul data dimaksud observasi yang
dilakukan secara sitematis. Dalam observasi ini penulis mengamati
keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja
untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasinya.11
Dalam hal
ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian, untuk mengobservasi
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta 2009), hlm. 144
14
tradisi peminangaan masyarakat Desa Limbangan Kecamatan Ulujami
Kabupaten Pemalang.
b) Wawancara (Intervieu)
Yakni pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan pada tujuan
penelitian.12
Tehnik ini dilakukan setelah tehnik observasi, karena
melalui mendatangi lapangan penelitian baru kita bisa melakukan
tehnik wawancara dengan memberi pertanyaan kepada tokoh agama
dan tokoh masyarakat, perangkat Desa bahkan warga masyarakat Desa
Limbangan.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan
dokumentasi dalam arti sempit berarti kumpulan data dalam bentuk
tulisan,13
yaitu berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, bulletin,
agenda dan sebagainya. Data yang di kumpulkan adalah data yang ada
kaitannya dengan data akurat yang dibutuhkan.
Teknik dokumentasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian.
Dokumen merupakan sumber informasi yang berupa foto, dan bahan
12
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid II (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), hlm. 192 13
Koentjoroningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1981),
hlm. 63
15
statistik. Secara harfiah dokumen dapat diartikan sebagai catatan
kejadian yang sudah lampau.14
Dalam penelitian ini jenis dokumen yang digunakan adalah
fotografi dan data-data. Adapun alat yang digunakan diantaranya
adalah kamera digital, handphone dan lainnya. Pengambilan gambar
ini digunakan untuk memperoleh gambar pada pelaksanaan tradisi
peminangan yang berlangsung di masyarakat Desa Limbangan.
5. Metode Analisis Data
Dalam prosedur peganalisaan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Miles dan Hurberman yang terdiri atas empat
tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah tahap
pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan
ketiga adalah tahap penyajian data, dan tahapan keempat adalah tahap
penarikan kesimpulan.
14
Djam‟an Satori Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2014), hlm. 146
Pengumpulan
data
Reduksi data Penyajian
data
Kesimpulan
16
a. Pengumpulan data
Berisi pengumpulan data berisi tentang serangkaian proses
pengumpulan data yang sudah dimulai ketika awal penelitian, melalui
wawancara awal maupun studi pre-eliminary.
b. Reduksi data
Berisi tentang proses penggabungan dan penyeragaman segala
bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang
akan di analisis.
c. Penyajian data (Display data)
Berisi tentang pengolahan data setengah jadi yang sudah
seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas
kedalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah
dikelompokkan dan dikatagorikan, serta akan memecah tema-tema
tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang
disebut dengan subtema yang diakhiri dengan pemberian kode dari
subtema.
d. Kesimpulan (Verifikasi)
Merupakan tahap terakhir menjurus pada jawaban dari
pertanyaan penelitian yang diajukan dan mengungkap “what” dan
“how” dari temuan penelitian tersebut. Secara esensial berisi tentang
uraian dari seluruh sub kategorisasi tema yang tercantum pada tabel
17
kategorisasi dan pengodean yang sudah terselesaikan disertai dengan
quote verbatim wawancaranya.15
H. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini disusun sebuah sistematika penulisan, agar
mudah memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh, maka secara
global dapat ditulis sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN memuat latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
metodologi penelitian serta sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN UMUM PEMINANGAN PERSPEKTIF HADIS
membahas mengenai Hadis-hadis Mengenai Pinangan yang memuat sifat
wanita yang dianjurkan di pinang, kebolehan melihat pinangan, Larang
meminang pinangan orang lain, meminang dengan sindiran (kepada wanita
yang ber‟iddah karena ditinggal mati suaminya atau yang „iddah thalaq tiga
dan Peminangan Perspektif Ulama Fiqih dan Hadis memuat Arti Peminangan,
Dasar Hukum Peminangan, Hukum Peminangan serta Kode Etik Dalam
Meminang, Syarat-syarat Meminang, Hikmah Disyariatkannya Peminangan.
BAB III : TRADISI PEMINANGAN DI DESA LIMBANGAN
KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG, membahas Profil
Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, Tradisi
Peminangan di Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang
15
Herdiansyah Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial
(Jakarta : PT Salemba Humanika), hlm.164-178.
18
BAB IV : ANALISIS TERHADAP IMPLEMENTASI TRADISI
PEMINANGAN DI DESA LIMBANGAN KECAMATAN ULUJAMI
KABUPATEN PEMALANG memuat Tradisi Peminangan di Desa
Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang, Dasar-dasar
Pemahaman Peminangan yang beredar di masyarakat Limbangan Kecamatan
Ulujami Kabupaten Pemalang, Pemahaman Masyarakat terhadap Tradisi
Peminangan di Desa Limbangan Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang
BAB V : PENUTUP memuat Kesimpulan dan Saran.