bab i pendahuluan a. latar belakang masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/bab 1.pdf · kabupaten...

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. John Dewey menyatakan, bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup. Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan bahwa bagaimanapun sederhana suatu komunikasi manusia, memerlukan adanya pendidikan. 1 Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk tercapainya tujuan pendidikan tersebut, tidak bisa terlepas dari yang namanya kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan. Berhasil dan tidaknya pendidikan, sangat bergantung dengan kurikulum yang digunakan. Sebab, Kurikulum adalah ujung tombak bagi terlaksanya kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum mustahil pendidikan akan dapat belajar dengan baik, efektif, dan efektif sesuai yang diharapkan. Karena itu, kurikulum sangat perlu untuk diperhatikan dimasing- masing satuan pendidikan. Sebab, kurikulum merupakan salah satu penentu 1 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2003), h.67. 1

Upload: others

Post on 07-Jan-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup

dan kehidupan manusia. John Dewey menyatakan, bahwa pendidikan sebagai

salah satu kebutuhan, fungsi sosial, bimbingan, sarana pertumbuhan yang

mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup.

Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan bahwa bagaimanapun sederhana

suatu komunikasi manusia, memerlukan adanya pendidikan.1

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung

jawab. Untuk tercapainya tujuan pendidikan tersebut, tidak bisa terlepas dari

yang namanya kurikulum pendidikan.

Kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah

pendidikan. Berhasil dan tidaknya pendidikan, sangat bergantung dengan

kurikulum yang digunakan. Sebab, Kurikulum adalah ujung tombak bagi

terlaksanya kegiatan pendidikan. Tanpa adanya kurikulum mustahil

pendidikan akan dapat belajar dengan baik, efektif, dan efektif sesuai yang

diharapkan. Karena itu, kurikulum sangat perlu untuk diperhatikan dimasing-

masing satuan pendidikan. Sebab, kurikulum merupakan salah satu penentu

1 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2003), h.67.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

2

keberhasilan pendidikan. Dalam konteks ini, kurikulum dimaknai sebagai

serangkaian upaya untuk menggapai tujuan pendidikan.2

Kepentingan tersebut, Pemerintah melakukan penataan kurikulum.

Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai

bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan,

dirancang secara sistematis atas dasar norma-norma yang berlaku, dan

dijadikan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga

kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.3

Kurikulum harus bersifat dinamis, artinya kurikulum harus selalu

mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu

pengetahuan dan teknologi. Tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem

nilai, serta kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, para pengembang

kurikulum termasuk pendidik harus memiliki wawasan yang luas dan

mendalam. Kurikulum harus selalu dimonitor dan dievaluasi untuk perbaikan

dan penyempurnaan. Setiap kali dilakukan perbaikan dan penyempurnaan

kurikulum belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik, karena kurikulum itu

bersifat hipotesis. Maksudnya, baik tidak suatu kurikulum akan dapat

diketahui setelah dilaksanakan di lapangan.4

Mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang

bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta

didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

2M. Fadlillah, Implementasi kurikulum 2013 dalam dalam pembelajaran SD/MI,

SMP/M.Ts, dan SMA/MA, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2014), hlm. 13 3Kadir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Renika Cipta, 2004), h.3.

4Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2012), hlm 2.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

3

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi

dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah

berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan

bangsa di masa mendatang. Pendidikan berakar pada budaya bangsa. Proses

pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga

mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa.

Melalui pendidikan, berbagai nilai dan keunggulan budaya di masa

lampau diperkenalkan, dikaji, dan dikembangkan menjadi budaya dirinya,

masyarakat, dan bangsa yang sesuai dengan zaman di mana peserta didik

tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris dan

pengembang budaya tersebut akan dimiliki peserta didik apabila pengetahuan,

kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial

memberikan dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai

individu, anggota masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia.

Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan

kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang

mencerminkan karakter bangsa masa kini. Oleh karena itu, konten pendidikan

yang mereka pelajari tidak semata berupa prestasi besar.

Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap

spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan

bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik

yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

4

spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan

Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan

eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.

Pada jenjang SMP/MTs, kompetensi sikap spiritual mengacu pada KI-

1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, sedangkan

kompetensi sikap sosial mengacu pada KI-2: Menghargai dan menghayati

perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong),

santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

Begitu banyak proses penilaian yang harus dilakukan oleh guru di

dalam pelaksanaan kurikulum 2013, tidak jarang banyak yang mengeluh

karena sulit melakukan proses penilaian. Namun untuk menjadikan Indonesia

yang lebih maju dan berkarakter, harus mau berubah dari keadaan

sebelumnya agar lebih baik, jika tidak maka akan mengalami stagnasi

pendidikan.

Tinjauan Filosofis Kurikulum 2013 bangsa di masa lalu tetapi juga

hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan berkelanjutan ke masa

mendatang. Berbagai perkem- bangan baru dalam ilmu, teknologi, budaya,

ekonomi, sosial, politik yang dihadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia

dikemas sebagai konten pendidikan. Konten pendidikan dari kehidupan

bangsa masa kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait

dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan

berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, dan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

5

memosisikan pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya,

dan alam. Lagipula, konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini akan

memberi makna yang lebih berarti bagi keung- gulan budaya bangsa di masa

lalu untuk digunakan dan dikembang- kan sebagai bagian dari kehidupan

masa kini.5

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan

pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah merupakan

pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik kurikulum

berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja ya menjadi titik

tekan kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan Soft

sekills dan hard skills yang yang meliputi aspek kompetensi sikap,

keterampilan danengetahuan. Kemudian, kedudukan kompetensi yang semula

diturunkan dar mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran

dikembangankan dari kompentensi. Selain pembelajaran lebih berfat tematik

integratif dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian dapat dipahami

bahwa kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum ang dikembangkan untuk

meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft sekils dan hard skills

yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan.6

Pada tahun ajaran 2013/2014 sejumlah sekolah sudah mulai

menerapkan kurikulum 2013. Diantara sekolah yang sudah menerapkan

kurikulum 2013 tersebut adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

5 Muh. Hanif Dalam jurnal Insania, Vol. 19, No. 1, Januari - Juni 2014

6 M. Fadhilah, Implementasi Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2014), hlm 16

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

6

Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten

Surakarta sebagai sekolah percontohan implementasi kurikulum 2013.

Menurut keterangan dari guru PAI SMP Negeri 1 Wonogiri bahwa

implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1

Wonogiri sudah melaksanakan sesuai dengan pola atau sistem yang

ditentukan oleh pemerintah yakni dengan mengimplementasikan 6 hal yaitu:

1) merencanakan pembelajaran dengan profesional, 2) mengorganisasikan

pembelajaran, 3) melih pendekatan pembelajara yang tepat, 4) menentukan

prosedur pembelajaran, 5) pembentukan kompetensi secara efektif, dan 6)

menetapkan kriteria keberhasilan.

Begitu juga menurut keterangan dari guru PAI SMP Negeri 1

Surakarta, bahwa implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI di

SMP Negeri 1 Surakarta juga sudah menerapkan sesuai dengan pola atau

sistem dari pemerintah dengan mengimplementasikan 6 hal tersebut. Namun

sebagai kurikulum yang masih terbilang baru, sampai saat ini masih ada

beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum 2013 pada

mata pelajaran PAI tersebut. Diantaranya belum terdistribusinya buku

pegangan guru dan buku untuk siswa dengan baik, baik buku paket yang

disusun oleh tim musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) maupun yang

disusun langsung diterbitkan oleh pemerintah, sistem atau format penilaian

sangat rumit dan banyak sekali sehingga tidak semua guru mengerti dan

faham penilaian yang ada pada kurikulum 2013, dan tidak semua siswa

memiliki fasilitas yang lengkap seperti laptop.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

7

Kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum 2013 mata

pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Surakarta tidak jauh beda dengan SMP

Negeri 1 Wonogiri.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis terdorong untuk

mengadakan penelitian dengan Judul “Implementasi Kurikulum 2013

Matapelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP

Negeri 1 Surakarta Tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, setelah melakukan

kajian yang komprehensif, maka masalah-masalah yang akan diketengahkan

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Proses Implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran

PAI di SMP Negeri 1 Wonogiri dan di SMP Negeri 1 Surakarta?

2. Apa kendala dan daya dukung dalam proses implementasi kurikulum

2013 pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP

Negeri 1 Surakarta?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan proses implementasi kurikulum 2013 pada mata

pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonogiri dan di SMP Negeri 1

Surakarta

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

8

b. Menemukan Kendala dan daya dukung dalam implementasi

kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonogiri

dan SMP Negeri 1 Surakarta.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharap dapat menjadikan khasanah keilmuan di

bidang pendidikan agama Islam, khususnya terkait dengan

implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran PAI serta dapat

memberikan tambahan wawasan dalam usaha meningkatan kualitas

bagi pengelolaan SMP Negeri 1 Wonogiri dan di SMP Negeri 1

Surakarta.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi SMP, Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama

Diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran,

masukan serta beban evaluasi bagi semua pihak yang terkait

dengan peningkatan kualitas pendidikan di SMP.

2) Bagi Masyarakat

Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa sekolah

menengah pertama baik negeri maupun swasta yang menerapkan

kurikulum 2013 merupakan produk unggulan yang sangat

kompetitif dan adaptif terhadap perkembangan dan perubahan

zaman ditunjang dengan kapasitas keilmuan yang mumpuni.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

9

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian

berikutnya yang berhubungan dengan implementasi kurikulum

2013 pada mata pelajaran PAI.

D. Landasan Teori

1. Telaah Pustaka

Mengenai tinjauan pustaka ini penulis mencoba untuk memberikan

sedikit tentang penelitian yang berkaitan dengan Implementasi kurikulum

2013 pada mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonogiri dan di SMP

Negeri 1 Surakarta, sesuai dengan judul antara lain:

a. Sukamdi, (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013) dalam

Tesisnya berjudul “Implementasi Kurikulum 2013 Dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SDN

Girimargo 1 dan SDN Gilirejo 2 Kecamatan Miri Kabupaten Sragen)

Tahun Pelajaran 2013/2014, dengan hasil penelitian menunjukkan

bahwa: 1) Pelaksanakan kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI

mulai tahun pelajaran 2013/2014. 2) Ada tiga tahap pembelajaran,

pertama, tahap persiapan dengan membuat prota dan promes, silabus,

dan RPP. Kedua, tahap pelaksanaan sebagai tahap inti dalam proses

pembelajaran. Dalam penyampaian materi inti pelajaran guru selalu

menggunakan metode ceramah. Ketiga, tahap evaluasi/penilaian.

Penilaian yang dilakukan guru adalah penilaian berbasis kelas, mulai

dari proses paling awal sampai pada proses paling akhir. Penilaian

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

10

hasil belajar siswa belum dilaksanakan secara optimal, 3) Hambatan-

hambatan yang ditemui guru pendidikan agama Islam adalah

kurangnya fasilitas pendukung berupa buku-buku PAI kurikulum

2013, sumber belajar, sarana dan prasarana. Persamaan dengan

penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah sama-sama meneliti

tentang implementasi kurikulum 2013.7

b. Irma Surya Wardani, (UIN Raden Intan Lampung 2017). meneliti

tentang “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di SMA Negeri 1

Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.” Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis, dapat diperoleh kesimpulan bahwa:

Implementasi Kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI agar dapat

memperoleh hasil yang optimal maka guru harus bisa menjadi

motivator peserta didik dengan baik dan bisa membawa dan

mengarahkan potensi peserta didik tersebut. Keberhasilan pelaksanaan

Kurikulum 2013 melalui usaha-usaha kepala sekolah dan guru PAI

yang dapat mendorong sekolah untuk dapat mencapai visi, misi, dan

tujuannya. Dalam upaya mengatasi hambatan sekolah telah berusaha

meningkatkan kapasitas profesional dan kompetensi dengan berbagai

pelatihan dan peningkatan keahlian dalam mengajar serta memberikan

akhlak dan budi pekerti yang baik bagi peserta didik melalui

Pendidikan Agama Islam. Persamaan dengan penelitian yang akan

7 Sukamdi, “Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam (Studi Kasus di SDN Girimargo 1 dan SDN Gilirejo 2 Kecamatan Miri)”. Tesis (Sragen:

Program Pascasarjana Universias Muhammadiyah Surakarta, 2013).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

11

diteliti oleh penulis adalah sama-sama meneliti tentang implementasi

kurikulum 2013.8

c. Famela Muti Septiana (UIN Sunan Kali Jaga 2016) “Implementasi

Kurikulum Pendidikan Agama Islam Al Irsyad di SMP Al Islamiyyah

Puwokerto.”Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1). Kurikulum

PAI Al Irsyad di di desain dengan mengacu peraturan pemerintah yang

ada, namun lebih diperdalam tentang muatan materi pelajaran

pendidikan agama islam. (2). Dalam kurikulum PAI Al Irsyad terdapat

Materi atau mata pelajaran yang tidak ada dalam kurikulum nasional

yakni Halaqoh. (3). Implementasi kurikulum PAI Al Irsyad dilakukan

dalam tiga tahap yakni perencanan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Hal ini berbeda dengan

kurikulum yang dibuat dipemerintah yang mana tidak ada proses

pelaksanaan pembelajaran. (4). Dalam implementasi kurikulum PAI Al

Irsyad tidak semulus yang diharapkan mulai dari awal perencanaan

kurikulum sampai pada teknis pelaksanaan di kelas, namun dari

berbagai kendala yang dihadapi dapat menghasilkan siswa yang dapat

berprestasi secara akademik dibuktikan dengan nilai mata pelajaran

agama Islam yang rata-rata diatas KKM dan pengamalan praktek

ibadah harian seperti sholat tepat pada waktunya dan menghafal al-

8 Irma Surya Wardani, “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di SMA Negeri 1 Sukoharjo”. Tesis (Pringsewu: UIN

Raden Intan Lampung, 2017).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

12

Qur’an. Persamaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis

adalah sama-sama meneliti tentang implementasi kurikulum 2013.9

d. Mika Husyada, (IAIN Salatiga 2016) Implementasi Kurikulum 2013

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 6 Ambarawa

Satu Atap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum 2013 di

SMP Negeri 6 Ambarawa Satu Atap masih belum maksimal karena

masih menggunakan perangkat pembelajaran KTSP. Proses

pembelajaran terutama pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam

cakupan materi yang terlalu luas sehingga kurangnya waktu tatap

muka, masih kurang tersedianya sarana prasana, dan tenaga pendidik

yang kurang masih belum maksimal dalam mengajar. Pada kurikulum

2013 lebih menitik beratkan keaktifan siswa serta menuntut siswa

untuk mencari pengetahuan lain dari berbagai sumber. Dari hasil

wawancara yang dilakukan, disimpulkan guru merasa belum mampu

membuat perangkat pembelajaran kurikulum 2013 dan siswa sedikit

kesulitan untuk mencari materi yang lebih luas karena keterbatasan

sarana. Sarana prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber

daya yang penting dalam pendayagunaan dan pengelolaannya, agar

tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Persamaan dengan penelitian

yang akan diteliti oleh penulis adalah sama-sama meneliti tentang

implementasi kurikulum 2013.10

9 Famela Muti Septiana, 2016. “Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Al

Irsyad di SMP Al Islamiyyah”. Tesis. (Puwokerto: UIN Sunan Kali Jaga). 10 Mika Husyada. 2016. “Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMP Negeri 6 Ambarawa”. Tesis. (Satu Atap: IAIN Salatiga(.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

13

e. Mastur, (Universitas Lambung Mangkurat, 2017) implementasi

Kurikulum 2013 dalam pelaksanaan pembelajaran di SMP N 8

Yogyakarta. Hasil penelitian mengungkapkan: (1) perencanaan

pembelajaran dilakukan dengan menerjemahkan ide dan konsep

Kurikulum 2013 terlebih dahulu, kemudian disusun RPP yang

dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu

yang mengacu pada standar isi dan silabus; (2) pelaksanaan

pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah

(saintifik); (3) penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan dengan

menggunakan teknik tes, tertulis maupun lisan, juga teknik non-tes,

pengamatan kinerja dan pengukuran sikap.11

f. Citra Mutiara Ninndy, dkk. (Universitas Islam Bandung, 2016).

Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti (Studi Deskriptif di Kelas VIII D SMP

Negeri 1 Bongas, Indramayu.) Hasil Penelitian dan pembahasan

diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : (1) perencanaan yang dilakukan

oleh guru yaitu menyusun dokumentasi berupa silabus, program

tahunan, program semester, alokasi waktu, sampai dengan RPP, (2)

pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP di kelas

berupa kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

Yang di dalam nya terdapat kegiatan 5 M. (3) evaluasi/penilaian

dilakukan dengan 2 kali, Hasil yang didapatkan dari evaluasi

11

Mastur. implementasi Kurikulum 2013 dalam pelaksanaan pembelajaran di SMP N 8

Yogyakarta. Jurnal. (Mangkurat: Universitas Lambung 2017).

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

14

pembelajaran ialah berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan

sikap, (4) Faktor yang dirasa menjadi penghambat dalam implementasi

kurikulum 2013 tersebut ialah : a) Tradisi/kebiasaan masyarakat yang

masih menomorduakan pendidikan; b) Tradisi belajar peserta didik,

faktor pendukung, diantaranya :a) sarana dan prasarana yang cukup

memadai; b) adanya perpustakaan yang rapresentatif; c) perilaku

peserta didik yang mulai menyukai model pembelajaran kurikulum

2013 yang lebih variatif, menyenangkan; d) komite sekolah sangat

mendukung terhadap pembelajaran kurikulum 2013.12

g. Nur laili Noviani dalam Jurnal berjudul Challenge for teh Islamic

Tudies Senior High School Teacher in Implementing the Curriculum in

SMA N 1 Salatiga. Menyimpulkan bahwa this reasearch finds out that

individual differences and the complexity of evaluation standard are

the main challenges for the tachers. Individual differences do not only

apply to students but also teachers. The complexity of evaluation

standard is also significant to challenge the teacher on implementing

Islamic education based on whole 2013 curriculum.13

Menunjukkan

bahwa penelitian ini menemukan bahwa perbedaan individu dan

kompleksitas standar evaluasi adalah tantangan utama bagi para

penonton. Perbedaan individu tidak hanya berlaku untuk siswa tetapi

12

Citra Mutiara Ninndy, dkk. 2016. Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Studi Deskriptif di Kelas VIII D SMP Negeri 1

Bongas, Indramayu. (Bandung: Universitas Islam Bandung). 13 Nur laili Noviani. Challenge for teh Islamic Tudies Senior High School Teacher in

Implementing the Curriculum in SMA N 1 Salatiga. Analisa Journal of Social Science and

Religion. Vol. 754.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

15

juga guru. Kompleksitas standar evaluasi juga signifikan untuk

menantang guru dalam menerapkan pendidikan Islam berdasarkan

seluruh kurikulum 2013.

h. Husna Yusrina, Sri Yamtinah, Peduk Rintayati. Implementation of

Thematic Learning on Curriculum 2013 in 4th Grade Elementary

School. Menyimpulkan bahwa All teacher have implemented thematic

lesson in curriculum 2013, on the implementation of thematic learning,

teacher s still need other references to deepen the material and to

develop the ability of learners to be more independent in learning

aktivities and tailored to the competencies that must be achieved. The

second requirement is that teachers need adequate facilites for the

implementation of thematic learning can be maximized. Id addition,

teacher need regular coaching on the implementation of thematic

learning so that learning activites can be given to learners

maximally.14

Menjelaskan bahwa Semua guru telah menerapkan

pembelajaran tematik dalam kurikulum 2013. Meski ada beberapa

kesulitan seperti pembuatan rencana pelajaran, penerapan

pembelajaran tematik, proses penilaian dll. Pada pelaksanaan

pembelajaran tematik, guru masih membutuhkan referensi lain untuk

memperdalam materi dan mengembangan kemampuan peserta didik

untuk lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran dan disesuaikan

dengan kompetensi yang harus dicapai.

14

Husna Yusrina, Sri yamtinah, Peduk Rintayati. Implementation of Thematic Learning

on Curriculum 2013 in 4th Grade Elementary School. international Jurnal of Pedagogy and Tacher

Education. 2018. Vol. 2.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

16

i. Heri Retnawati, Samsul Hadi, Ariadie Chandra Nugraha. Vocational

High School Teachers’ Difficulties in Implementating the Assesment in

Curriculum 2013 in Yogyakarta Province of Indonesia. Menyimpulkan

bahwa The result of the study showed that in the assesment

implementation of Curriculum 2013 the teachers had not fully

understand the assesment system. The teachers’ difficulties were also

found in: developing the instrument of attitude, implementing the

authentic assessment, formulating the indicators, designing the

assesment rubric for the skills, and gathering the scores from multiple

measurement teachniques. In addition, the teacher could not find

feasible aplication for describing the student’s learning

achievements.15

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam

pelaksanaan penilaian Kurikulum 2013 guru belum sepenuhnya

memahami sistem penilaian. Kesulitan para guru juga ditemukan

dalam: mengembangkan instrumen sikap, mengimplementasikan

penilaian otentik, merumuskan indikator, merancang rubrik penilaian

untuk keterampilan, dan mengumpulkan skor dari berbagai teknik

pengukuran. Selain itu, guru tidak dapat menemukan aplikasi yang

layak untuk menggambarkan prestasi belajar siswa.

Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa

implementasi atau pelaksaan kurikulum 2013 belum sepenuhnya

memenuhi standart yang telah ditentukan yaitu masih terdapat sedikit

15 Heri Retnawati, Samsul Hadi, Ariadie Chandra Nugraha. Vocational High School

Teachers’ Difficulties in Implementating the Assesment in Curriculum 2013 in Yogyakarta

Province of Indonesia. International Journal of Instruction. 2016. Vol.9, No.1

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

17

dari pelaksaan kurikulum KTSP, sedangkan dalam penelitian ini

implementasi kurikulum 2013 telah memenuhi standart pelaksanaan

yang ditentukan yang meliputi proses merancang pembelajaran,

pengorganisasian pembelajaran, memlilih pendekatan pembelajaran

dan pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Di samping pelaksanaan

pembelajaran implementasi kurikulum 2013 dalam penelitian ini juga

menetapkan standart keberhasilan pembelajaran agar output yang

dihasilkan bermutu tinggi sesuai dengan perkembangan masyarakat.

2. Kerangka Teoritik

Kurikulum adalah suatu yang sangat vital dalam pendidikan.

Dengan melihat kerangka atau tujuan pendidikan, maka kurikulum harus

senantiasa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, agar out put

atau peserta didik juga bisa dengan mudah menyesuaikan dengan

perkembangan yang ada.16

Fungsi kurikulum yang dipaparkan oleh ahli amat beragam salah

satu fungsinya yaitu kurikulum dianggap sebagai alat untuk mencapai

tujuan pendidikan. Oleh karena itu kurikulum mempunyai berbagai

komponen pokok yang sistematis, komponen yang ada didalamnya antara

lain:

1. Tujuan

Masing-masing jenjang pendidikan memiliki tujuan kurikulum

yang berbeda. Hal ini menyesuaikan dengan perkembangan kognitif

16

Mida Latifatul Muzamiroh, Kupas Tuntas Kurikulum 2013, (Kata Pena : Surabaya,

2013), hlm. 56

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

18

dan sosial anak. Karena itulah materi yang ada di SD tidak sama dengan

SMP atau yang lebih tinggi. Dengan tujuan agar siswa mudah

memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.

2. Isi

Komponen kurikulum yang paling utama adalah bahan ajar yang

diberikan kepada murid untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Bahan

yang diajarkan harus sesuai dengan perkembangan siswa, mengandung

pengetahuan ilmiah dan mampu dipertanggungjawabkan kebenarannya.

3. Strategi

Perkembangan kurikulum di Indonesia memang mengalami

beberapa fase untuk menyesuaikan peningkatan tujuan pendidikan.

Karena itulah metode dan strategi mengajar harus mampu menunjang

kegiatan siswa agar bisa memenuhi standar yang dipatok. Dengan

menggunakan media pembelajaran yang cocok dan menarik, akan

merangsang keinginan murid untuk belajar sehingga hasil yang

didapatkan akan lebih baik.

4. Evaluasi

Tahapan akhir namun sangat berpengaruh dalam pengembangan

kurikulum yaitu evaluasi. Hasil pembelajaran akan diketahui untuk

memberikan penilaian apakah penerapannya sudah sesuai dengan

kondisi siswa atau perlu dilakukan perbaikan. Pada kasus K-13

misalnya hanya berlaku selama 1 tahun saja dan pendidikan Indonesia

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

19

kembali menggunakan pedoman pengajaran berbasis KTSP hingga

sekarang.

Komponen-komonen tesebut diatas saling berkaitan serta

berintegrasi satu sama lain sebagai penunjang keberlangsungan

kurikulum itu sendiri. Sehingga apabila komponen yang satu rusak

maka mempengaruhi komponen lainnya dan tentu akan merusak

keberlangsungan kurikulum itu sendiri.

Istilah implementasi merupakan istilah yang tidak asing lagi.

Implementasi yang kita pahami adalah penerapan atau pelaksanaan,

artinya sesuatu yang telah dirancang atau di desain untuk kemudin

diterapkan, dilaksanakan atau dijalankan sepenuhnya. Mengacu pada

fungsi dan istilah implementasi, maka kurikulum hendaknya dilaksanakan

sesuai dengan rancangan atau desain awal kurikulum, apabila pada

pelaksanaannya tidak sesuai maka fungsi kurikulum sebagai alat untuk

mencapai tujuan kurikulum tidak akan berhasil guna sesuai dengan

fungsinya.17

Apabila dicermati rancangan kurikulum dan implementasi

kurikulum merupakan sebuah sistem yang sinergis antara satu dan dan

yang lainnya serta membentuk garis lurus dalam hubungannya. Ini

menunjukkan bahwa implementasi menunjukkan rancangan, oleh

karenanya implementasi yang baik berasal dari rancangan yang baik pula.

Satu hal yang harus diperhatikan dalam kaitan implementasi kurikulum,

seluruh komponen yang ada di sekolah perlu memahami rancangan

17

Nur Aidi, Nurruhmatul Amaliyah, Managemen Kurikulum Sekolah, (Gosyen

Publishing : Yogyakarta, 2016), hlm. 20

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

20

kurikulum terlebih dahulu, terutama guru pelaksana lapangan yang terlibat

langsung dalam proses belajar mengajar.

Dalam E. Mulyasa, untuk implementasi kurikulum 2013 guru

dituntut secara profesional untuk:

1) Merencanakan pembelajaran yaitu proses mempersiapkan kegiatan-

kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan

tertentu.

2) Megorganisasikan pembelajaran yaitu merupakan fase yang amat

penting dalam rancangan pembelajaran. Ini akan membuat topik-topik

dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi si-belajar. yaitu

dengan menunjukkan bagaimana topic-topik itu terkait dengan

keseluruhan isi bidang studi.

3) Memilih pendekatan pembelajaran yang tepat yaitu memberikan materi

yang disesuaikan dengan kecenderunganpeserta didik.

4) Melaksanakan pembelajaran yaitu interaksi guru dan siswa dalam

rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi

proses interaksi yang bersifat edukatif antara guru dengan siswa.

Kegiatan yang dilaksanakan tersebut bermuara pada satu tujuan yaitu

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya

5) Pembentukan kompetensi secara efektif yaitu proses pembentukan

seperangkat penguasaan kemampuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang

harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru yang bersumber dari

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

21

pendidikan, pelatihan dan pengalamannya sehingga dapat menjalankan

tugas mengajarnya secara profesional.

6) Penetapan kriteria kebersihan yaitu menetapkan kriteria tentang

kebersihan.18

Dengan memperhatikan hal-hal di atas, diharapkan efektifitas

implementasi kurikulum akan dapat tercapai, meskipun efektifitas

implementasi ini pada akhirnya akan bergantung pada efektifitas guru

dalam mengelola karakteristik siswa, materi ajar, kegiatan pembelajaran,

perangat, sumber dan lingkungan belajar dengan sasaran pembelajaran.

Sehingga untuk kepentingan tersebut akan sangat memerlukan seorang

guru dengan kompetensi yang tinggi.

Implementasi kurikulum ini tentunya akan lebih sering mengalami

perubahan karena disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, masyarakat

dan dunia kerja yang senantiasa mengalami perubahan seiring dengan

perubahan global pula. Bukan hal yang aneh pula apabila perubahan

kurikulum mengalami perubahan dari tahun ketahun. Seperti yang

diungkapkan menteri pendidikan dan kebudayaan, Mohammad Nuh

setidaknya ada tiga bentuk yang ditawarkan antara lain:

Alternatif pertama, kurilum itu akan diterapkan di seluruh

indonesia dengan memilih beberapa elas secara acak. Seandainya dalam

uji public langkah itu buka yang terbaik, maka alnalife kedua, yakni

dengan menggunakan model piloting. Tapi model ini punya kelemahan,

18

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Th. 2013), hlm. 99

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

22

yakni adanya anggapan diskriminasi. Alternatif ketiga, kurilum baru

diberlakukan di seluh kelas, tapi hanya dibeberapa seklah. Mohammad-

nuh menjelaskan perubahan kurikulum baru 2013 menggunakan metode

tematik integratif. Jadi, pelajaran didasarkan atas tea-tema. Tema tadi itu

mengkait dan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran. Dengan

perubahan implementasi kurikulum ini diharapkan akan meningkatkan

kualitas siswa.

Sehubungan degan perubahan kurikulum 2013, agar kurikulum

yang mengalami perubahan dapat diimplementasikan dengan sukses, maka

ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

a. Rancangan inovasi. Dalam proses ini benar-benar harus diperhatikan

adalah kebutuhan siswa di dalam dunia kerja pada masa sekarang dan

masa yang akan datang. Sehingga riset atau analisis kebutuhan dunia

kerja menjadi langkah awal sebelum menetapkan inovasi.

b. Inovasi yang sukses tentu dilandasi sikap atau budaya perubahan yang

mengakar dari dalam diri masing-masing komponen sekolah. Sekolah

tradisional atau sekolah konvensional untuk melakukan perubahan.

Sehingga dengan perubahan yang mengakar akan mempermudah

implementasi kurikulum yang sulit diprediksi.

c. Implementasi kurikulum yang sesuai dengan tujuan haruslah

menggunakan berbagai pendekatan baru yang adaptif dan organic.

Dengan pendekatan ini implementasi kurikulum tentunya lebih fleksibel

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

23

dan mendekatkan sumber daya yang terlibat dengan kondisi-kondisi

nyata di sekolah.

d. Hindarilah menjadi orang yang bersikap seolah-olah mampu melakukan

segalanya. Dalam implementasi kurikulum yang tepat adalah ketika kita

menajdi orang yang melakukan pekerjaan secara rasional serta sesuai

dengan kebutuhan.19

Disamping hal-hal diatas, hal urgen yang harus pula diperhatikan

adalah fakta-fakta yang terjadi disebuah sekolah. Rekayasa sejarah tentu

akan sangat mempengaruhi setiap solusi dalam perubahan implementasi

kurikulum. Jon synder menunjukkan bahwa riset atas implementasi

kurikulum mempunyai penemuan tentang kondisi-kondisi yang

memudahkan atau menghalangi keseluruhan proses implementasi. Riset

ini menunjukkan bahwafakta akan jauh lebih mudah diterapkan dalam

implementasi kurikulum baik fakta yang mudah atau fakta yang sulit.

Disamping itu, fakta dari sebuah implementasi akan sangat mempengaruhi

tingkat optimalisasi kurikulum itu sendiri.

Untuk mengetahui seberapa jauh optimalisasi dari implementasi

kurikulum, sekolah dapat melakukan refleksi terhadap kurikulum yang

telah dijalankan.

E. Metode Penelitian

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini yang berkaitan

dengan metode penilitian adalah:

19

Nur Aidi, Nurrohmatul Amalia, Managemen Kurikulum Sekolah, (Gosyen Publishing:

Yogyakarta, 2016), hlm. 25

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

24

1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berfikir yang

menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan

sosial dan perlakuan penelitian terhadap ilmu atau teori. Paradigma

penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu

masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab

masalah penelitian. Paradigma penelitian dapat pula diartikan sebagai

pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variebel yang akan diteliti

sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu

dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan

hipotesis, serta teknik analisis sttistik yang akan digunkan.

Secara umum paradigma penelitian diklarifikasikan kedalam dua

kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Masing-

masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga

kelemahan, sehingga untuk menentukan atau paradigma yang akan

digunakan dalam melakukan penelitian tergantung beberapa hal,

diantaranya: pertama, jika ingin melakukan suatu penelitian lebih rinci

yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara

studi kasus, Maka pendekatan yang sebaiknya digunakan adalah

paradigma kualitatif. Kedua, jika penelitia ingin menjawab pertanyaan

yang penerapannya luas dengan obyek peneitian yang banyak, maka

pardigma kuantitatif yang lebh cepat, dan jika penelitian ingin mejawab

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

25

pertanyaan mendalam dan detail khusus untuk satu objek penelitian saja,

maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan.

Penulis menggunakan paradigma penelitian kualiatif. Penelitian

kualitatif memiliki beberapa arti atau revisi, maka dapat di simpulkan

bahwa: penelitian kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang yang diamati.

Kedua, penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya secara

fuamental sangat tergantung pada proses pengamatan yang dilakukan

oleh peneliti itu sendiri. Ketiga, peneliti kualitatif temuannya tidak

diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitunglainnya.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menapai tujuan. Berdasarkan hal terbutdi atas dapat dijelaskan bahwa

penelitian adalah teknik untuk memahami suatu objek dalam suatu

kegiatan penelitian.20

Berdasaran ruang lingkup penelitian penulis menggunakan

penelitian pendidikan. Peneltian pendidikan adalah cara yang digunakan

untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat

dipertanggungjawabkan dalam upaya memahami proses kependidikan

dalam lingkungan pendidikan melalui pendekatan ilmiah, baik

dilingkungan pendidikan formal, pendidikan informal maupun

pendidikan nonformal. Menemukan prinsip-prinsip umum atau

20

Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, (Bandung:

Tarsito,1982), hlm. 131

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

26

penafsiran tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan,

meramalkan dan mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingkungan

pendidikan merupakan tujuan dari suatu kerja penelitian pendidikan.

Berdasarkan tempat penelitian, penulis menggunakan jenis

penelitian lapangan (field research), karena data-data yang diperlukan

untuk menyusun penelitian ini diperoleh dari lapangan yaitu SMP Negeri

1 Wonogiri dan SMP Negeri Surakarta. Penelitian kepustakaan (library

reseach) penulis gunakan untuk mencari kajian-kajian teori yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Sifat penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang

diperlukan dalam kehidupan yang nyata dan sebenarnya.21

Berdasarkan tipe penelitian, penulis menggunakan penelitian tipe

deskriptif. Penelitian tipe ini adalah penelitian yang mendeskripsikan

secara terperinci realitas dan fenomena-fenomena dengan memberikan

kritik atau penilaian terhadap fenomena tersebut sesuai dengan sudut

pandang atau pendekatan yang digunakan.22

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

phenomenologis yaitu mendekati secara mendalamsuatu fenomena

(peristiwa-kejadian-fakta) yang menyita perhatian masyarakat luas

21

Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2007), hlm. 4 22

Sudarno Sobron dkk, Buku Panduan Penulisan Tesis Magister Pendidikan Islam

Magister Pemikiran Islam Dan Magister Hukum Islam, (Surakarta: PPs. Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2016). Hlm. 12

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

27

karena keunikan dan kedahsyatan fenomena tersebut mempengaruhi

masyarakat.23

Dengan menggunakan pendekatan phenomenologis dalam

penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui bagaimana sekolah dalam

menerapkan standar nasional pendidikan, serta upaya sekolah dalam

menunjang standar lulusan siswa di SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP

Negeri 1 Surakarta.

4. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah semua informasi, baik erupakan benda nyata,

abstrak ataupun entu paristiwa ata gejala.24

Dalam penelitian kualitatif,

data yang dikumpulan berhubungan dengan fokus penelitian. Data-data

tersebut terdiri atas dua jenis data yang bersumber dri manusia dan data

bersumber dari non manusia. Data dari manusia diperoleh dari orang ya

menjadi informan dalam hal lain ini orang yang secara langsung menjadi

subyek penelitian. Sedangkan data n manusia bersumber dari dokumen-

dokumen berupa cetakan, rekaman gambar/foto, dan hasil-hasil observasi

yang berbungan dengan fokus penelitian.25

Jadi, dapat disimpulkan

bahwa sumber data ada dua, yaitu data primer dan data sekunder.data

primer yaitu data yang dperoleh dari informan, sedangkan data sekunder

yaitu data berupa dokumentasi.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah,

guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP Negeri

23

Sudarno Shobron.dkk, Pedoman Penelitian Tesis, (Surakarta: Sekolah Pasca Sarjana

UMS Surakarta, 2016), hal. 15 24

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Petunjuk rakis untuk Penelitian Pemula),

(Yogyakarta: UGM Press, 208) hlm. 20 25

Ahmad Tanzeh, pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta:Teras, 209), hlm. 58

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

28

1 Surakarta. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah semua hal

yang berupa simbol, yakni semua benda yang dapat digunakan oleh

penulis untuk dokumentasi, seperti: silabus, RPP, nilai tugas, nilai raport,

dll.

5. Objek dan Subjek Penelitian

a. Objek penelitian adalah tempat penelitian dilakukan. Dalam hal ini

penulis meneliti SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP Negeri 1

Surakarta.

b. Subjek penelitian adalah orang atau masyarakat yang akan digali

informasinya untuk data penelitian. Penulis mengambil subjek kepala

sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan siswa-

siswa SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP Negeri 1 Surakarta.

6. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data

dalam penelitian ini adalah :

a. Metode Observasi

Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan

sumber data yang digunakan, maka metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi langsung.

Menurut Sutopo, observasi langsung dapat dilakukan dengan

mengambil peran atau tak berperan. Observasi berperan dapat berupa

observasi berperan pasif, observasi berperan aktif atau observasi

berperan penuh. Adapun penelitian ini akan menggunakan observasi

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

29

berperan pasif, dimana peneliti akan mendatangi dan mengamati

pelaksaan implementasi kurikulum 2013 pendidikan agama Islam di

SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP Negeri 1 Surakarta.

b. Metode Wawancara (Interview)

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau

responden. Caranya adalah bercakap-cakap dengan bertatap muka,

wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara atau tanya jawab secara langsung.

Pada kesempatan ini wawancara yang digunakan adalah

wawancara terstruktur, artinya peneliti mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara urut, serta terkait oleh suatu susunan pertanyaan

yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hasil implementasi dan

problematika merupakan salah satu data yang akan digali oleh peneliti

kepada para informan, sedangkan yang menjadi informan atau pusat

wawancara pada penelitian ini adalah kepala sekolah, waka

kurikulum, siswa-siswa SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP Negeri 1

Surakarta, serta guru mata pelajaran pendidikan Agmana Islam.

Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi data penulis sesuai

dengan penelitiannya.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara

mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi,

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

30

administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.26

Metode

dokumentasi ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal

dari sumber non manusia. Sumber-sumber non manusia ini sering

diabaikan dalam penelitian kualitatif, padahal sumber ini kebanyakan

sudah tersedia dan siap pakai. Dokumen berguna karena dapat

memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok

penelitian. Salah satu bahan dokumenter adalah foto-foto bermanfaat

sebagai sumber informasi karena mampu membekukan dan

menggambarkan peristiwa yang terjadi serta berguna untuk

melengkapi data penulis baik berupa gambar maupun catatan.

7. Validitas Data

Pengukuran keabsahan data pada penelitian kualitatif mengacu

pada credibility (derajat kepercayaan), transferability (keteralihan),

depandability (kepastian). Uji keabsahan data ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data yang diperoleh.

Dalam menetapkan keabsahan data pada penelitian ini, penulis

menggunakan tekni uji confirmability (kepastian) yakni dengan menguji

proses penelitian dan hasil penelitian.

8. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

26

Nasution, Metodologi Research penelitian ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm.

143

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

31

seperti yang disarankan oleh data. Proses Analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu

wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan,

dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Dari

berbagai uraian memberikan gambaran tentang betapa pentingnya

kedudukan analisis data kualitatif , aktivitas analisis data tersebut sudah

mulai terlaksana sejak pengumpulan data yang dilakukan peneliti secara

intensive27

Pengumpulan data dengan beraneka macam cara seperti observasi,

wawancara, dan dokumentasi yang berwujud kata-kata dan bukan

rangkaian angka, karena analisis ini kualitatif bukan analisis kuantitatif.

Analisis kualitatif terdiri dari tiga jalur kegiatan yang terjadi

bersamaan, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai pemilihan, pemusatan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data dari

catatan-catatan tertulis dilapangan. Data yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak, maka dari itu perlu dicatat secara teliti dan

rinci. Semakin lama melakukan penelitian di lapangan maka jumlah

data semakin banyak, komplek dan rumit. Oleh karena itu, perlu

segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data

berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada

27

Lexy Moleong, Metode Penelitian...., hlm 280-281

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

32

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya. sebagai mana reduksi data berlangsung terus-menerus

hingga proyek penelitian kualitaif lengkap tersusun.28

Reduksi data

dilakukan atas dasar rumusan masalah yang akan dibahas dalam

penilitian ini yaitu Implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran PAI

di SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP Negeri 1 Surakarta. Serta Faktor

pendukung dan penghambatnya.

b. Penyajian Data

Alur penting yang kedua dari analisis adalah penyajian data.

Penyajian yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Namun

disarankan juga dengan berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja)

dan chart.29

Data tentang Implementasi Kurikulum 2013 mata

pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonogiri dan SMP Negeri 1

Surakarta. Serta faktor pendukung dan penghambatnya yang diperoleh

dalam penelitian, akan disajikan dalam bentuk uraian naratif atau teks,

gambar, tabel, matrik dan grafik.

c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Menarik kesimpulan atau verifikasi, penarikan kesimpulan

merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh, kesimpulan-

28

Miles dan Huberman, Analisis dan Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992),

hlm. 15-16. 29

Ibid. hlm. 17.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalaheprints.ums.ac.id/77656/3/BAB 1.pdf · Kabupaten Wonogiri dan Sekolah Menengan Pertama Negeri 1 Kabupaten Surakarta sebagai sekolah percontohan

33

kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung,

singkatnya, makna-makna yang muncul dari data harus di uji

kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya itu merupakan

validitasnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi

mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah

dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

Penarikan kesimpulan ditarik berdasarkan data yang terkumpul dan

rumusan masalah yang ditentukan yaitu tentang Implementasi

Kurikulum 2013 mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Wonogiri dan

SMP Negeri 1 Surakarta. Serta Faktor pendukung dan

penghambatnya.

Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif.30

30

Ibid. hlm. 19-20.

Pengumpulan

Data

Penyajian

Data

Reduksi

Data Kesimpulan-

kesimpulan

Penarikan