bab i pendahuluan a. latar belakangetheses.iainkediri.ac.id/1291/2/931304515 bab1.pdf · 2020. 7....
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal Indonesia mengalami kemajuan pesat sejak deregulasi tahun
1988. Jumlah emiten yang semula hanya 24 emiten pada tahun 1988 sekarang
menjadi 622 emiten tahun 2019 atau rata-rata ada 20 emiten baru setiap tahun.
Pada tahun 1997/1998 saat krisis finansial Asia melanda Idonesia, harga saham
jatuh lebih dari 55% dan berlangsung sangat lama sampai 2003 karena krisis
ini diikuti dengan krisis politik di Indonesia. Demikian juga pada krisis
finansial global tahun 2008, harga saham jatuh sekitar 50% meski dengan
jangka waktu yang lebih pendek, hanya berlangsung 11 bulan dan kemudian
harga saham berangsur pulih. 1
Secara umum pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya
permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan untuk jangka panjang,
umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Undang-undang Pasar Modal nomor 8
Tahun 1995 mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek”.2
1 Mohamad Samsul, Pasar Modal & Manajemen Portofolio, (Jakarta:Erlangga,2015),40.
2 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, (Yogyakarta:UPP AMP
YKPN, 1994), 3-4.
2
18
Pasar modal banyak dijumpai di banyak negara karena pasar modal
menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi
ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari
lender ke borrower. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka
miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana
tersebut. Dari sisi borrowers tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan
mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil
operasi perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan
produksi, sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan
kemakmuran.3 Pasar modal di suatu negara telah dapat dijadikan sebagai salah
satu ukuran untuk melihat maju mundurnya dinamika bisnis yang terjadi di
negara tersebut.4
Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah sebuah negara dengan
penduduk yang mayoritas beragama Islam, oleh karena itu sektor industri pasar
modal diharapkan bisa mengakomodir dan sekaligus melibatkan peran serta
warga muslim dimaksud secara langsung untuk ikut aktif menjadi pelaku
utama pasar, tentunya adalah sebagai investor lokal di pasar modal Indonesia.
Sebagai upaya dalam merealisasikan hal tersebut, maka sudah sewajarnya
disediakan dan dikembangkan produk-produk investasi di pasar modal
Indonesia yang sesuai dengan prinsip dasar ajaran agama Islam.5 Kinerja
perdagangan saham-saham syari’ah di Bursa Efek Indonesia dapat diwakili
3 Ibid., 4.
4 Irham Fahmi, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Teori dan Aplikasi, (Bandung:CV.
Alfabeta, 2014), 245. 5 Andrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, (Jakarta:Sinar Grafika,2011), 19.
3
oleh saham-saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini
diperkenalkan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Danareksa Investment
Management (DIM) pada 3 Juli 2000.6 Jakarta Islamic Index terdiri dari 30
jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syari’ah Islam.
Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan
pihak Dewan Pengawas Syari’ah PT Danareksa Investment Management.7
Berdasarkan analisis yang peneliti lakukan pada surat Pengumuman
Perubahan Komposisi Saham Dalam Perhitungan Jakarta Islamic Index yang
dikeluarkan selama 5 tahun terakhir tepat pada tahun 2014 sampai 2018
terdapat 15 perusahaan yang mampu bertahan atau teraktif dalam Jakarta
Islamic Index, perusahaan tersebut dibagi menjadi beberapa komoditi antara
lain:
1. Pertambangan : Adro Energy Tbk (ADRO);
2. Perdagangan : AKR Corporindo Tbk (AKRA); United Tractors Tbk
(UNTR)
3. Otomotif : Astra Internasional Tbk (ASII);
4. Properti dan Konstruksi Gedung : Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE);
Lippo Karawaci Tbk (LPKR); Summarecon Agung Tbk (SMRA); Wijaya
Karya (Persero) Tbk (WIKA)
5. Barang konsumsi : Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP); Indofood
Sukses Makmur Tbk (INDF); Kalbe Farma Tbk (KLBF); Unilever
Indonesia Tbk (UNVR);
6 Adiwarman A.Karim, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta:PT. Serambi Ilmu Semesta,
2009), 260. 7 Ibid., 97.
4
6. Infrastruktur : Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS);
Telecomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM);
7. Industri dasar kimia : Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR).
Dari beberapa sektor diatas peneliti memilih sektor industri barang
konsumsi sebagai bahan penelitian karena sektor industri barang konsumsi
dianggap sebagai salah satu sektor yang penting di Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Indonesia berada di urutan ke 4 setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia ada
268.074.565 jiwa.8 Banyaknya jumlah penduduk, tentu akan mempengaruhi
jumlah permintaan barang yang akan di konsumsi. Sebagaimana yang
diketahui bahwa barang konsumsi merupakan kebutuhan pokok yang selalu
dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Barang konsumsi yang selalu
dibutuhkan manusia meliputi makanan, minuman, obat-obatan, dan kebutuhan
rumah tangga lainnya. Perusahaan barang konsumsi yang mampu bertahan
selama lima tahun berturut-turut di Jakarta Islamic Index adalah Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk (ICBP), Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), Kalbe
Farma Tbk (KLBF), dan Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
8http://www.ilo.org//wcmsp5/groups/public/@asia/@ro_bangkok/@ilo_jakarta/dokuments/present
ation/wcms_346599.pdf diakses pada tanggal 18 Juli 2019 pukul 21:19 WIB
5
Tabel 1.1
Rata-rata Harga Saham Perusahaan Barang Konsumsi
Tahun KLBF ICBP INDF UNVR
2014 1.830 13.100 6.750 32.300
2015 1.320 13.475 5.175 37.000
2016 1.515 8.575 7.925 38.800
2017 1.690 8.900 7.625 55.900
2018 1.520 10.450 7.450 45.400
Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa setiap perusahaan
memiliki harga saham yang berbeda-beda. Harga saham tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Unilever Indonesia Tbk yaitu dengan harga saham dikisaran Rp
32.300 sampai Rp 55.900 per lembar saham. Sedangkan harga saham terendah
dari ke 4 perusahaan diatas adalah harga saham perusahaan Kalbe Farma Tbk
yang berada dikisaran harga Rp 1.320 sampai Rp 1.830 per lembar saham.
Berikut perbandingan laba bersih yang diperoleh perusahaan Unilever
Indonesia Tbk yang memiliki harga saham tinggi dengan perusahaan Kalbe
Farma Tbk yang harga sahamnya rendah:
Tabel 1.2
Laba Bersih (Rp Milliar)
Tahun UNVR KLBF
2014 6.400 2.066
2015 5.900 2.004
2016 6.400 2.300
2017 7.000 2.404
2018 9.100 2.457
Sumber :www.unilever.co.id, www.kalbe.co.id
Dari tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa laba bersih yang diperoleh
kedua perusahaan cenderung meningkat, meskipun pada tahun 2015 laba bersih
kedua perusahaan menurun. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi
6
Indonesia yang melambat sebagai dampak penurunan harga komoditas dan
konsumen bereaksi mengurangi pengeluaran mereka. Jika dibandingkan kedua
perusahaan tersebut, laba bersih yang diperoleh perusahaan Unilever Indonesia
Tbk mengalami peningkatan ataupun penurunan secara signifikan. Sedangkan
perolehan laba bersih perusahaan Kalbe Farma Tbk mengalami peningkatan
ataupun penurunan yang tidak terlalu tajam. Laba bersih adalah ukuran kinerja
perusahaan. Hal tersebut mengambarkan bahwa kedua perusahaan dari tahun
ke tahun tetap menjaga kinerja perusahaan dengan baik. Kinerja perusahaan
yang baik akan berdampak pada devinden yang akan diterima pemegang
saham, karena deviden selalu didasarkan pada laba bersih tahun berjalan.9 Jika
dibandingkan harga saham perusahaan dan perolehan labanya, peneliti tertarik
terhadap perusahaan Kalbe Farma Tbk karena meskipun perusahaan tersebut
memiliki harga saham yang rendah tetapi masih bisa menawarkan keuntungan
bagi para investor. Seperti yang diketahui industri farmasi memiliki peran yang
sangat penting dalam mendukung upaya pemerintah untuk menciptakan
masyarakat yang sehat dan sejahtera. Hal tersebut sejalan dengan misi
perusahaan Kalbe Farma Tbk yaitu meningkatkan kesehatan untuk kehidupan
yang lebih baik
Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan
return, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan tinggi begitu
pula sebaliknya jika return rendah maka risiko juga akan rendah. Untuk itu,
dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi ada baiknya investor
9 Yulius Jogi Christiawan dan Josua Tarigan, “Kepemilikan Manajerial:Kebijakan Hutang, Kinerja
dan Nilai Perusahaan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 9 No. 1 Mei 2007, 3.
7
melakukan analisis terlebih dahulu terhadap instrumen investasi yang akan
dipilih. Analisis dilakukan untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
Risiko yang dihadapi dalam melakukan investasi dapat berupa risiko
sistematis (systematic risk) dan risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk).
Risiko sistematis adalah risiko yang tidak bisa dideversifikasikan atau dengan
kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh. Sedangkan
risiko tidak sistematis yaitu risiko yang hanya membawa dampak pada
perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami unsystematic
risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena
perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya.
Berinvestasi dalam bentuk saham memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi
sehingga risikonya juga tinggi.10 Setiap pelaku pasar modal memerlukan suatu
alat analisis untuk membantu dalam mengambil keputusan pembelian atau
menjual suatu saham. Ada dua tipe analisis saham yaitu analisis analisis
teknikal dan fundamental.
Analisis teknikal adalah analisis yang mempelajari tentang perilaku pasar
yang diterjemahkan ke dalam grafik riwayat harga dengan tujuan untuk
memprediksi harga di masa yang akan datang. Sedangkan analisis fundamental
menyatakan bahwa setiap intrumen investasi mempunyai landasan yang kuat
yaitu nilai intrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisis yang sangat
hati-hati terhadap kondisi pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang
10
Irham Fahmi, Pengantar Pasar Modal, (Bandung:Alfabeta, 2012), 205.
8
akan datang. Ide dasar pendekatan ini adalah harga saham dipengaruhi oleh
kinerja perusahaan.11
Harga saham merupakan harga yang terbentuk di bursa saham. Ada dua
faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu faktor mikro ekonomi dan makro
ekonomi. Faktor mikro ekonomi adalah faktor-faktor ekonomi yang berkaitan
dengan kondisi internal perusahaan. Faktor makro ekonomi adalah faktor-
faktor ekonomi yang berada di luar perusahaan tetapi mempunyai pengaruh
terhadap kinerja saham maupun kinerja perusahaan. Faktor makro ekonomi
yang dapat diukur dengan angka antara lain : inflasi, suku bunga, kurs valuta
asing, peredaran uang. Perubahan dalam faktor makroekonomi akan
mempengaruhi kinerja perusahaan walaupun tidak seketika, tetapi secara
perlahan dalam jangka panjang. Sebaliknya, harga saham akan terpengaruh
seketika oleh perubahan makro ekonomi itu terjadi, investor akan
mengkalkulasi dampak baik positif maupun negatif terhadap kinerja
perusahaan beberapa tahun ke depan, kemudian mengambil keputusan saat ini
untuk membeli atau menjual saham yang bersangkutan. Oleh karena itu harga
saham lebih cepat menyesuaikan terhadap perubahan variabel-variabel
makroekonomi dibandingkan kinerja perusahaan.12
11
David Sukardi Kodrat dan Kurniawan Indonanjaya, Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal
dan Fundamental untuk Analisis Saham, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010), 1-2. 12
Samsul, Pasar Modal & Manajemen Portofolio., 210.
9
Tabel 1.3
Faktor Makroekonomi Tahun 2014-2018
Tahun
Inflasi
Suku Bunga
Nilai Tukar
Rupiah terhadap
USD (Rp)
Jumlah Uang
Beredar
(Triliun)
2014 8,36% 7,75% 12.438 4.173
2015 3,35% 7,50% 13.855 4.549
2016 3,02% 4,75% 13.418 4.869
2017 3,61% 4,25% 13.556 5.420
2018 3,13% 6% 14.494 5.760
Sumber : www.bps.go.id, www.bi.go.id. (Diolah)
Dari tabel 1.3 diatas menjelaskan bahwa inflasi dari tahun 2014-2018
mengalami fluktuasi. Inflasi mengalami penurunan dari tahun 2014-2016 dari
8,36% menjadi 3,02% pada tahun 2016. Tahun 2017 inflasi meningkat menjadi
3,61% dan menurun kembali 3,13% pada tahun 2018. Kondisi inflasi < 10%
per tahun disebut dengan inflasi ringan. Bahkan kondisi inflasi dibawah 5% per
tahun merupakan kondisi inflasi yang dianggap banyak pihak memberikan
kenyamanan bagi kalangan pembisnis. Maka inflasi pada tahun 2014-2018
dianggap sebagai kondisi yang normal.
Sedangkan faktor suku bunga cenderung menurun dari 7,75% pada tahun
2014 menjadi 4,25% pada tahun 2017, dan meningkat menjadi 6% pada tahun
2018. Dalam Islam suku bunga diartikan sama dengan riba. Pernyataan ini
mengacu pada definisi riba, yaitu tambahan yang terjadi tanpa adanya aktifitas
10
di sektor riil. Oleh karena itu suku bunga diharamkan pada konsep
perekonomian dalam Islam.13
Faktor yang menjadi pusat perhatian peneliti adalah nilai tukar rupiah
dan jumlah uang beredar karena kedua faktor ini pada tahun 2014-2018 terus
mengalami peningkatan. Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang
terus meningkat (depresiasi nilai rupiah) tentunya akan mengurangi tingkat
kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun 2014
nilai tukar rupiah mengalami peningkatan (depresiasi nilai rupiah) yang
awalnya Rp 12.438 menjadi Rp 13.855 pada tahun 2015. Kemudian tahun 2016
nilai tukar rupiah mengalami penurunan (apresiasi nilai rupiah) menjadi Rp
13.418. Hal tersebut dikarenakan membaiknya harga komoditas seperti
batubara dan nikel, serta adanya program pengampunan pajak atau amnesti
pajak sehingga dapat menarik lebih banyak dana masuk dari luar negeri ke
dalam negeri. Pada tahun 2017-2018 rupiah kembali mengalami peningkatan
yakni sebesar Rp 13.556 menjadi Rp 14.494.
Menguatnya nilai tukar rupiah akan bisa turut memberikan keyakinan
lebih kepada investor terhadap stabilitas moneter di negara tersebut. Dan
sebaliknya jika nilai tukar rupiah melemah maka investor asing ini akan
megharapkan return yang besar dari saham sebagai kompensasi kerugian atas
valas, jika emiten tidak mampu memberikan kompensasi kerugian ini maka
13
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis, (Jakarta:KENCANA, 2018), 140.
11
mereka akan mendiskonkan harga saham yang dimiliki, bahkan selajutnya
mereka bisa keluar dari bursa.14
Jumlah uang beredar dalam tabel 1.3 di atas menunjukkan jumlah uang
beredar dalam arti luas (M2). Dalam periode pengamatan tahun 2014-2018
jumlah uang beredar terus mengalami peningkatan. Jumlah uang beredar tahun
2014 sebesar Rp 4173 trilliun dan terus mengalami peningkatan sampai tahun
2018 sebesar Rp 5760 trilliun. Menurut Mohammad Samsul jika jumlah uang
beredar meningkat, maka harga saham akan naik sehingga pasar menjadi
bullish. Sebaliknya jika jumlah uang beredar menurun, maka harga saham akan
turun dan pasar modal akan bearish.
Dari tabel 1.1, harga saham perusahaan Kalbe Farma Tbk dan tabel 1.3
variabel nilai tukar rupiah dan jumlah uang berdar diatas peneliti tertarik untuk
meneliti pengaruh nilai tukar rupiah dan jumlah uang beredar terhadap harga
saham perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018. Hal tersebut
dikarenakan adanya ketidaksesuaian teori yang terjadi pada nilai tukar rupiah
dengan harga saham terjadi pada tahun 2015, dimana nilai tukar rupiah
melemah justru harga saham mengalami penurunan. Selanjutnya
ketidaksesuaian teori terjadi pada tahun 2016 dimana nilai tukar rupiah
menguat, harga saham justru ikut meningkat dan pada tahun 2018 nilai tukar
rupiah melemah namun harga saham malah menurun. Sedangkan
ketidaksesuaian teori pada jumlah uang beredar dengan harga saham terjadi
14
Irham Fahmi, Ekonomi Politik Teori dan Realita, (Bandung: Alfabeta, 2013, 249.
12
pada tahun 2015 dan 2018, dimana jumlah uang beredar meningkat harga
saham justru mengalami penurunan.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Uang
Beredar terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Kalbe Farma Tbk
Tahun 2014-2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dikemukakan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana nilai tukar rupiah pada tahun 2014-2018?
2. Bagaimana jumlah uang beredar pada tahun 2014-2018?
3. Bagaimana harga saham pada perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-
2018?
4. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga saham pada
perusahaan Kalbe Farma Tbk 2014-2018?
5. Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap harga saham pada
perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018?
6. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah dan jumlah uang beredar terhadap
harga saham pada perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui nilai tukar rupiah pada tahun 2014-2018.
13
2. Mengetahui jumlah uang beredar tahun 2014-2018.
3. Mengetahui harga saham pada perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-
2018.
4. Mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga saham pada
perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018.
5. Mengetahui pengaruh jumlah uang beredar terhadap harga saham pada
perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018.
6. Mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah dan jumlah uang beredar
terhadap harga saham pada perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-
2018.
D. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini, diharapkaan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat menambah wawasan
dan pengetahuan mengenai pengaruh nilai tukar rupiah dan jumlah uang
beredar terhadap harga saham pada perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun
2014-2018.
2. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat
mengetahui kemampuan mahasiswa dalam penguasaan materi yang
sudah diperoleh diperkuliahan serta menambah koleksi kepustakaan
IAIN Kediri.
14
3. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu sumber
informasi dan bahan pertimbangan bagi calon investor maupun praktisi
pasar modal yang hendak berinvestasi saham di pasar modal.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi
kebenarannya.15 Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. : Nilai tukar rupiah tidak berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018.
: Nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018.
2. : Jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018.
: Jumlah uang beredar berpengaruh terhadap harga saham pada
perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018.
3. : Nilai tukar rupiah dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara
simultan terhadap harga saham pada perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun
2014-2018.
: Nilai tukar rupiah dan jumlah uang beredar berpengaruh secara simultan
terhadap harga saham pada perusahaan Kalbe Farma Tbk tahun 2014-2018.
15
Riduwan, Dasar-dasar Statistika, (Bandung:Alfabeta,20014), 163.
15
F. Telaah Pustaka
Rujukan yang dijadikan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
berkaitan dengan variabel makro ekonomi yang sudah dilakukan oleh peneliti
di beberapa perguruan tinggi. Namun fokus pembahasan skripsi tersebut
berbeda dengan yang akan penulis bahas dalam skripsi. Hasil penelitian
tersebut di antaranya sebagai berikut:
1. Analisis Pengaruh Devidend Payout Ratio dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Pertambangan dan
Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia Yang terdapat di Jakarta
Islamic Index Pada Tahun 2009-2013 oleh Ahmad Faqih Alimudin
(2015). Mahasiswa STAIN Kediri. Penelitian ini fokus pada harga saham
perusahaan sektor tambang dan sektor industri dasar dan kimia di Jakarta
Islamic Index. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R Square sebesar
0,148 yang berarti harga saham dipengaruhi 14,8% oleh Deviden Payout
Ratio dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan. Dari hasil regresi
diperoleh persamaan Y=56167,963 + 203,40 +(-5,305 . Dari
persamaan tersebut dapat diketahui bahwa Devidend Payout Ratio
berpengaruh positif terhadap harga saham akan tetapi Nilai Tukar Rupiah
memiliki pengaruh negatif terhadap harga saham.16
2. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah
(US$/RP), Inflasi, BI Rate, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga
16
Ahmad Faqih Alimudin, “Analisis Pengaruh Devidend Payout Ratio dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Pertambangan dan Perusahaan Sektor Industri
Dasar dan Kimia Yang terdapat di Jakarta Islamic Index Pada Tahun 2009-2013”, Skripsi S1,
(Kediri:STAIN KEDIRI, 2015).
16
Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia oleh Emi Kurniawan (2013). Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini terfokus pada Harga Saham
Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini termasuk
penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan nilai tukar rupiah
tidak terpengaruh teradap harga saham yang dtunjukkan dengan nilai
signifikansi 0,555 > 0,05. Variabel inflasi berpengaruh positif terhadap
harga saham ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,026 > 0,05. Variabel
Bi Rate berpengaruh negatif terhadap harga saham ditunjukkan dengan
nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Variabel jumlah uang beredar tidak
berpengaruh terhadap harga saham ditunjukkan dengan nilai signifikansi
0,377 > 0,05.17
3. Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
oleh Erlangga Yudha Utama (2016). Mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta. Penelitian ini terfokus pada Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan suku bunga tidak berpengaruh
terhadap IHSG ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,586 yang lebih
besar dari (0,05). Variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG
ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,499 yang lebih besar dari
17
Emi Kurniawati, “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah
(US$/RP), Inflasi, BI Rate, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013”, Skripsi S1,
(Surakarta:Universitas Muhammadiyah, 2015).
17
(0,05). Sedangkan jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap
IHSG ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 yang lebih besar dari
(0,05).18
4. Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham di
Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) Tahun 2012-2016 oleh Susi Ulandari (2017). Mahasiswa UIN
Raden Fatah Palembang. Penelitian ini terfokus pada harga saham di
sektor industri barang konsumsi pada Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI). Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham
ditunjukkan dengan hasil uji t test dimana nilai signifikan dari variabel
inflasi sebesar 0,0036 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05. Sedangkan
nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap harga saham
ditunjukkan dengan hasil uji t test dimana nilai signifikan dari variabel
nilai tukar rupiah sebesar 0,0018 lebih kecil dari taraf signifikan 0,05.19
18
Erlangga Yudha Utama, “Pengaruh Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, Skripsi S1,
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2016). 19
Susi Ulandari, “Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham di Sektor
Industri Barang Konsumsi Pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) Tahun 2012-2016”,
Skripsi S1, (Palembang:UIN Raden Fatah, 2017).