bab i pendahuluan -...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan industri manufaktur di Indonesia semakin ketat. Di Indonesia perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode ke periodenya semakin bertambah, sehingga tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya akan menguntungkan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Selain itu dapat dikatakan bahwa persaingan industri manufaktur menjadi semakin ketat karena banyaknya produk impor yang dengan mudahnya masuk ke pasar Indonesia dan menjadi alternatif pilihan para konsumen di Indonesia serta semakin maraknya produk-produk ilegal yang menjadi hambatan bagi perusahaan di industri manufaktur untuk menguasai pasar. Daya saing produk manufaktur semakin melemah. Di dalam negeri, produk manufaktur seperti elektronika rumah tangga kalah bersaing dengan produk impor, apalagi diperburuk dengan banyaknya produk ilegal. Di pasar internasional, produk tekstil dan produk kayu yang masih menjadi primadona ekspor kalah bersaing dengan produk dari Cina dan negara ASEAN lainnya. (sumber: fiskal.depkeu.go.id). Industri manufaktur itu sendiri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. (sumber: sulut.bps.go.id).

Upload: lyhanh

Post on 05-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Persaingan industri manufaktur di Indonesia semakin ketat. Di Indonesia

perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini dapat terlihat dari

jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari

periode ke periodenya semakin bertambah, sehingga tidak menutup kemungkinan

perusahaan ini sangat dibutuhkan masyarakat sehingga prospeknya akan

menguntungkan di masa kini maupun di masa yang akan datang. Selain itu dapat

dikatakan bahwa persaingan industri manufaktur menjadi semakin ketat karena

banyaknya produk impor yang dengan mudahnya masuk ke pasar Indonesia dan

menjadi alternatif pilihan para konsumen di Indonesia serta semakin maraknya

produk-produk ilegal yang menjadi hambatan bagi perusahaan di industri

manufaktur untuk menguasai pasar.

Daya saing produk manufaktur semakin melemah. Di dalam negeri, produk manufaktur seperti elektronika rumah tangga kalah bersaing dengan produk impor, apalagi diperburuk dengan banyaknya produk ilegal. Di pasar internasional, produk tekstil dan produk kayu yang masih menjadi primadona ekspor kalah bersaing dengan produk dari Cina dan negara ASEAN lainnya. (sumber: fiskal.depkeu.go.id).

Industri manufaktur itu sendiri adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. (sumber: sulut.bps.go.id).

2

Persaingan industri manufaktur menuntut perusahaan untuk dapat lebih

berkompetitif agar tidak terjebak dalam kemerosotan persaingan tersebut.

Perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif dari perusahaan

lainnya. Perusahaan tidak hanya dituntut untuk mampu menghasilkan produk

yang bermutu bagi konsumen, tetapi juga harus mampu mengelola keuangannya

dengan baik, artinya kebijakan pengelolaan keuangan harus dapat menjamin

keberlangsungan usaha perusahaan. Kebijakan manajemen merupakan salah satu

hal yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk dapat bersaing. Salah satu fungsi

manajemen adalah dalam hal pendanaan dan pengelolaan keuangan perusahaan.

Kebijaksanaan manajemen mengenai pengelolaan keuangan salah satunya adalah

mengenai struktur modal perusahaan.

Struktur modal perusahaan menjadi penting bagi perusahaan, karena baik

buruknya struktur modal akan memiliki pengaruh langsung terhadap struktur

finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki struktur modal yang tidak

baik, yaitu memiliki utang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat

bagi perusahaan tersebut. Struktur modal didefinisikan sebagai “perimbangan/

perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dengan modal sendiri.”

(Riyanto, 2001: 282).

Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan

kegiatannya. Dana perusahaan dapat diperoleh dari utang maupun dari pemilik

perusahaan. Dana yang diterima oleh perusahaan akan digunakan untuk membeli

aktiva tetap yang nantinya digunakan untuk memproduksi barang atau jasa,

membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, untuk piutang

3

dagang, untuk mengadakan persediaan kas, dan membeli surat berharga yang

sering disebut dengan efek atau sekuritas untuk kepentingan transaksi maupun

untuk menjaga likuiditas perusahaannya. Sumber pendanaan perusahaan dapat

berasal dari dalam perusahaan (internal financing) atau dari luar perusahaan

(external financing). Sumber pendanaan dari dalam perusahaan atau sering

disebut dengan modal sendiri merupakan modal yang akan terus tertanam di

dalam perusahaan selama masa operasi perusahaan. Sumber dana yang berasal

dari dalam perusahaan dapat berupa laba yang tidak dibagikan dan digunakan

kembali menjadi modal serta penarikan modal melalui penjualan saham kepada

investor. Sedangkan sumber pendanaan dari luar perusahaan atau sering disebut

dengan modal asing adalah modal yang hanya bekerja sementara di dalam

perusahaan dan merupakan beban bagi perusahaan karena harus mengembalikan

nominal nilai utang tersebut beserta bunganya. Dana dari luar perusahaan bisa

didapatkan dengan meminjam dana dari pihak kreditur seperti bank dan lembaga

keuangan bukan bank atau dengan menerbitkan obligasi.

Perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa hal dalam upaya

memenuhi pendanaan tersebut antara lain mengenai besarnya kebutuhan dana,

bentuk dana yang akan digunakan, dan lamanya dana tersebut digunakan.

Kebutuhan dana untuk pengeluaran operasional perusahaan dibiayai dengan

menggunakan sumber dana jangka pendek. Sumber dana jangka pendek ini

digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, seperti

membayar gaji pegawai, membayar biaya administrasi, dan pengeluaran lain yang

sifatnya rutin. Dana yang dikeluarkan untuk operasional perusahaan ini

4

diharapkan dapat kembali dalam jangka waktu yang relatif pendek dari hasil

penjualan. Sedangkan kebutuhan dana untuk pengeluaran kapital dibiayai dengan

sumber dana jangka panjang. Sumber dana ini digunakan untuk perluasan

perusahaan dan modernisasi perusahaan. Bagi perusahaan manufaktur, me-

modernisasi aktiva tetap (seperti mesin-mesin, bangunan) adalah sesuatu yang

penting untuk menunjang barang yang dihasilkan. Sumber dana jangka panjang

antara lain adalah penerbitan saham, penerbitan obligasi, dan laba ditahan. Hasil

pengembalian dari sumber dana jangka panjang diterima kembali dalam jangka

waktu yang relatif lama (lebih dari satu tahun). Dari penanaman dana antara utang

jangka panjang dengan modal sendiri atau dari penggunaan dana jangka panjang

seperti utang jangka panjang, saham (baik saham biasa maupun preferen), dan

laba ditahan tersebut maka terbentuklah struktur modal.

Struktur modal yang terbentuk di perusahaan manufaktur pada tahun

2007-2008 terlihat pada grafik di bawah ini:

Sumber: idx.co.id (data diolah) Grafik 1.1

Struktur Modal Perusahaan Manufaktur

5

Dalam Bursa Efek Indonesia, industri manufaktur dibedakan menjadi tiga

bagian berdasarkan sektor, yaitu sektor primer (ekstraktif), sektor sekunder

(industri pengolahan/manufaktur), dan sektor tersier (industri jasa / non-

manufaktur). (sumber: www.idx.co.id). Sektor sekunder (industri

pengolahan/manufaktur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu industri dasar dan kimia,

industri barang konsumsi, dan aneka industri. Pada sector basic industry and

chemical (industri dasar dan kimia), struktur modal perusahaan naik dari tahun

2007 ke tahun 2008 dari 26,16% menjadi 70,57%. Kenaikan yang sama terjadi

pada sector consumer goods industry (industri barang konsumsi) dari 47,94%

menjadi 55,22%, sedangkan pada sector miscellaneous industry (aneka industri)

terjadi penurunan yang cukup drastis dari 47,26% menjadi -12,18%. Kenaikan

struktur modal tersebut merupakan bukti bahwa di dalam industri manufaktur,

penggunaan utang jangka panjang lebih dominan dibandingkan penggunaan

modal dalam perusahaan.

Industri manufaktur merupakan industri yang sangat menarik bagi investor

untuk menginvestasikan dananya, karena industri manufaktur “merupakan sektor

andalan pembangunan nasional yang terus mengalami perkembangan yang cukup

signifikan dari tahun ke tahun”. (sumber: sulut.bps.go.id). Selain itu, investor

yang menanamkan dananya ke dalam industri manufaktur memiliki jaminan atas

dana yang diinvestasikannya yang terdapat dalam aktiva perusahaan yang akan

digunakan untuk memproduksi sejumlah barang serta penggunaan aktiva sebagai

jaminan untuk membayar kembali seluruh utang beserta bunganya. Namun pada

6

kenyataannya investasi domestik di sektor manufaktur menurun di tahun 2008

seiring dengan lonjakan harga minyak dunia sehingga banyak pengusaha yang

menunda rencananya menanamkan modal hingga tahun mendatang.

Menurut Menteri Perindustrian, Fahmi Idris, menurunnya investasi manufaktur dalam negeri dikarenakan beberapa faktor. Pertama, struktur biaya berubah seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Ditambah lagi sentimen negatif krisis kredit perumahan beresiko tinggi (subprime mortgage) di Amerika Serikat yang mempengaruhi pasar modal dunia. Kedua, sikap lembaga perbankan yang terlalu berhati-hati dan mengakibatkan berkurangnya arus permodalan, sehingga menyusutkan dukungan investasi manufaktur. Dua faktor tersebut yang menjadi masalah para pengusaha manufaktur nasional sehingga mereka memutuskan untuk menarik kembali rencana investasi. (sumber: Suara Pembaruan Daily).

Investor lebih memilih menanamkan modalnya pada perusahaan yang

sudah terlihat jelas selalu aman. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo),

Sofjan mengatakan bahwa “investor memilih sektor yang paling menguntungkan.

Oleh karena itu lagi-lagi sektor manufaktur sulit tumbuh.” (sumber: Suara

Pembaruan Daily). Namun tidak semua sektor manufaktur mengalami

kemunduran. Investor baik Penanam Modal Asing (PMA) maupun Penanam

Modal Dalam Negeri (PMDN) masih melirik industri yang bergerak di sektor gas

dan minyak bumi serta industri makanan dan minuman, karena pengeluaran

konsumsi masyarakat tetap tinggi terhadap kebutuhan hidupnya.

Bagi perusahaan yang menggunakan aturan struktur finansial konservatif,

perusahaan mencari celah yang aman bagi keberlangsungan perusahaan. Manajer

perusahaan lebih takut untuk menggunakan utang. Jadi perusahaan memberikan

batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai

besarnya modal asing dengan modal sendiri. Sedangkan perusahaan yang

7

memiliki manajemen yang agresif akan cenderung menggunakan utang bagi

keberlangsungan operasional perusahaan dan berharap dengan menggunakan

utang tersebut perusahaan akan lebih besar mendapatkan laba.

Dalam menetapkan dana jangka panjang mana yang akan dipilih,

perusahaan harus memperhitungkan dengan matang agar diperoleh struktur

permodalan yang optimal, karena dengan itu perusahaan akan menghasilkan

tingkat pengembalian yang optimal pula, sehingga bukan hanya perusahaan yang

memperoleh keuntungan, tetapi para pemegang saham turut memperoleh

keuntungan tersebut. Struktur modal yang tidak optimal akan menimbulkan biaya

modal yang besar, apabila utang yang digunakan terlalu besar, maka akan

menimbulkan biaya utang yang besar. Di sisi lain, apabila perusahaan

menerbitkan terlalu banyak saham, maka biaya modal yang akan ditanggung

terlalu besar, karena diantara biaya sahamlah yang paling besar diantara biaya

modal lainnya. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi struktur modal.

Brigham dan Houston (2001: 39-41) menyatakan bahwa:

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan.

Dalam mencari keseimbangan finansial pada perusahaan industri, Riyanto

(2001: 13) menyatakan bahwa:

Bagi perusahaan yang bukan financial corporation, yang diutamakan lebih dahulu adalah masalah penentuan dan susunan aktiva yang diperlukan untuk melaksanakan produksi yang direncanakan. Setelah menentukan sejumlah aktiva, besarnya komposisi, sifat-sifat dan syaratnya, barulah menentukan

8

jumlah dan susunan pasiva sehingga terbentuk struktur modal yang sebaik-baiknya.

Struktur aktiva perusahaan manufaktur tahun 2007-2008 tergambar dalam

grafik di bawah ini:

Sumber: idx.co.id (data diolah)

Grafik 1.2 Struktur Aktiva Perusahaan Manufaktur

Sektor industri yang mengalami kenaikan struktur aktiva berasal dari

sektor industri dasar dan kimia yang naik sebesar 8,75% dari 43,74% di tahun

2007 menjadi 52,49% di tahun 2008, aneka industri yang naik dari 34,67%

menjadi 48,78%. Namun tidak seperti dua sektor industri sebelumnya, sektor

industri barang konsumsi mengalami sedikit penurunan dari 38,16% menjadi

37,88%.

Aktiva yang tertanam dalam industri tersebut memberikan perlindungan

(proteksi) kepada para kreditur, karena kemampuannya untuk menghasilkan laba

dan dapat direalisasikan/dijual, sehingga merupakan sumber dana untuk

membayar kembali utang beserta bunganya. Selain itu aktiva pun merupakan

9

suatu alat dasar bagi perusahaan untuk digunakan sebagai jaminan memperoleh

pinjaman.

Banyaknya pendirian industri manufaktur membuktikan bahwa

masyarakat membutuhkan hasil pengolahan bahan baku menjadi barang jadi

untuk dikonsumsi. Berdasarkan hal tersebut, dimungkinkan tingkat penjualan dari

hasil aktivitas perusahaan akan naik, maka menghasilkan laba yang besar pula,

sehingga dengan berinvestasi pada industri manufaktur diharapkan memperoleh

keuntungan yang besar. Perolehan laba dari tingkat investasi perusahaan dapat

terlihat dari profitabilitas perusahaan. profitabilitas industri manufaktur di tahun

2007-2008 digambarkan dalam grafik berikut:

Sumber: idx.co.id (data diolah)

Grafik 1.3 Profitabilitas Perusahaan Manufaktur

Profitabilitas pada perusahaan manufaktur di sektor industri dasar dan

kimia mengalami kenaikan dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebanyak 3,56% dari

4,91% menjadi 8,47%. Tidak berbeda dengan sektor industri barang konsumsi

yang mengalami kenaikan pula di tahun 2008 sebesar 3,35% dari 9,86% di tahun

10

2007 dan 13,21% di tahun 2008. Sedangkan aneka industri mengalami penurunan

profitabilitas yang sangat drastis di tahun 2008 hingga mencapai 150% dari 4,18%

mnjadi -5,74% di tahun 2008.

Jika dilihat dari keseluruhan data di atas, terlihat bahwa pada sektor

industri dasar dan kimia, struktur aktiva naik diikuti dengan kenaikan

profitabilitas dan struktur modal. Pada sektor industri barang konsumsi,

penurunan struktur aktiva diikuti oleh kenaikan profitabilitas dan struktur modal,

sedangkan pada sektor aneka industri, terjadi kenaikan sruktur aktiva dan

penurunan profitabilitas serta penurunan yang cukup drastis dari struktur modal.

Sedangkan menurut teori, kenaikan struktur aktiva akan diikuti oleh kenaikan

struktur modal seperti yang dijelaskan oleh Weston dan Copeland (1997: 175)

yang menyatakan bahwa “perusahaan yang memiliki aktiva tetap jangka panjang

lebih besar, akan menggunakan utang hipotik jangka panjang, dengan harapan

aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutupi tagihannya.” Mengenai

profitabilitas, kenaikan profitabilitas akan diikuti oleh penurunan struktur modal,

karena kenaikan profitabilitas berarti laba yang didapat oleh perusahaan semakin

besar dan perusahaan cenderung menggunakan laba ditahan untuk dijadikan

modal bagi perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pun telah diuji oleh

beberapa peneliti. Hasa Nurrohim dalam jurnalnya menyebutkan bahwa secara

bersama-sama variabel profitabilitas, fixed asset ratio, kontrol kepemilikan, dan

struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Namun secara parsial hanya

profitabilitas dan kontrol kepemilikan yang berpengaruh secara signifikan.

11

Sedangkan struktur aktiva dan fixed asset ratio tidak berpengaruh signifikan

terhadap struktur modal. Pengujian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur

yang berspesifikasi pada Consumer Goods pada periode 2001-2005 sebanyak 21

perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Kesuma mengenai analisis yang

mempengaruhi struktur modal dan bagaimana pengaruhnya terhadap harga saham

perusahaan real estate yang go public di BEI, hasilnya menunjukkan bahwa

profitabilitas berpengaruh besar terhadap harga saham namun tidak berpengaruh

signifikan terhadap struktur modal sebesar 4,1% dan berlawanan arah, sedangkan

pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal namun

tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan struktur aktiva memiliki

hasil yang berlawanan arah dengan nilai saham, yang artinya bahwa kenaikan

struktur aktiva mengakibatkan modal kerja dan kemampuan memenuhi kewajiban

turun sehingga perusahaan memerlukan modal dari saham, dan membuat harga

saham menjadi turun. Penelitian selanjutnya mengenai struktur modal dilakukan

oleh Bram Hadianto yang meneliti sektor telekomunikasi selama tahun 2000-

2006, hasilnya menunjukkan bahwa struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh

positif terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh

negatif terhadap struktur modal. Penelitian pada perusahaan perbankan telah

dilakukan oleh Rina Walmiaty Mardi yang menghasilkan kesimpulan bahwa

struktur aktiva, profitabilitas, dan kebijakan dividen secara simultan memiliki

pengaruh terhadap struktur pendanaan industri perbankan dengan struktur aktiva

merupakan pengaruh terbesar dibandingkan dengan profitabilitas dan kebijakan

dividen. Namun secara parsial, struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh

12

signifikan terhadap struktur pendanaan dan bertanda negatif, sedangkan kebijakan

dividen berkorelasi positif.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan dan hasil dari

penelitian terdahulu yang masih berbeda, maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang “Pengaruh Struktur Aktiva dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian atas pemaparan latar belakang di atas, maka disusun

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

3. Bagaimana pengaruh pengaruh struktur aktiva dan profitabilitas secara

bersama-sama terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI.

13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini ialah untuk mengumpulkan, mengolah dan

menganalisis data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,

untuk mempelajari struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,

serta sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja manajemen keuangan khususnya

yang dipengaruhi oleh struktur aktiva dan profitabilitas.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh struktur aktiva terhadap struktur

modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap struktur

modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh struktur aktiva dan profitabilitas

secara bersama-sama terhadap struktur modal pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI.

14

1.4 Kegunaan penelitian

1. Kegunaan Akademis

Kegunaan akademis dalam hal ini kegunaan teoritis dari penelitian yang

dilakukan adalah dapat mengembangkan pengetahuan dengan menerapkan teori-

teori mengenai manajemen keuangan yang telah dipelajari dan

mengaplikasikannya dalam bentuk tulisan pada data yang diteliti.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis ialah kegunaan yang dapat diterapkan atau

diimplikasikan dalam kehidupan. Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah

dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi pada

industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu, untuk

perusahaan agar dapat mempertimbangkan utang dan modal yang membentuk

struktur modal serta hal-hal yang dapat mempengaruhinya.