bab i pendahuluan - repository.unj.ac.idrepository.unj.ac.id/2232/1/bab 1.pdfpergeseran moral yang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi untuk berkarakter sesuai dengan
fitrah penciptaan manusia saat dilahirkan, kemudian memerlukan proses panjang
pembentukan karakter melalui pengasuhan dan pendidikan sejak usia dini. Faktor
lingkungan sebagai tumbuh dan berkembang dapat mempengaruhi baik buruknya
karakter seseorang. Pendidikan juga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pembentukan karakter siswa.1 Sebab peserta didik di era globalisasi sudah mengalami
pergeseran moral yang ditandai banyaknya kenakalan remaja seperti, pergaulan
bebas, narkoba, dan tawuran. Seperti tabel dibawah ini yang diolah dari badan
statistik kriminal,
Tabel I.1. Persentase Penduduk Korban Kejahatan Semua Provinsi dan Jenis
Kejahatan yang Dialami2
No Nama Kejahatan Tahun
2014
Tahun 2015 2016
1 Pencurian 41,05 84,19 % 87,19
2 Penganiayaan 4,92% 3,15% 3,45%
3 Pelecehan Seksual 2,49% 0,80% 1,15%
4. Narkoba 19,280% 36,874% 39,171%
Penipuan, Penggelapan dan
Korupsi
48,068% 54,115% 49,198%
(Sumber : Diolah dari Badan Statistik Kriminal 2017)
1 Muhammad Yaumi, 2014, Pendidikan Karakter : Landasan, Pilar dan Implementasi, (Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP), hlm. 7 ebook 10.35 2 https://www.bps.go.id/publication/2017/12/22, diakses pada 28 Mei 2018, pukul 10.38 WIB
2
Data statistik pada tabel I.1. memperlihatkan banyaknya korban akibat dari
berbagai tindak kejahatan dari tahun 2014, 2015 dan 2016 hal tersebut karena
bergesernya faktor moral dan kurangnya pendidikan karakter sebagai pondasi
karakter seseorang. Pembahasan moral tidak jauh dari karakter, persoalan karakter
merupakan persoalan yang tidak bisa dihilangkan begitu saja atau dilupakan begitu
saja. Oleh karena itu sebaiknya pendidikan karakter juga perlu diberikan dalam
lingkungan sekolah.3
Mengenai pendidikan di sekolah, maka proses pendidikannya tertuang dalam
satuan pendidikan yang lebih dikenal dengan sebutan kurikulum. Kurikulum
mencakup seperangkat program mengenai tujuan, isi dan materi pelajaran, serta
strategi dalam pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya tercermin panduan
interaksi guru dengan siswa.4 Titik sentral kurikulum adalah anak didik itu sendiri.
Perkembangan anak didik hanya akan tercapai apabila dia memperoleh pengalaman
belajar melalui semua kegiatan yang disajikan sekolah, baik melalui mata pelajaran
atau kegiatan lainnya untuk terjun ke masyarakat.
Mengutip dari buku Rakhmat, John Franklin Bobbitt mengatakan bahwa
kurikulum adalah “a way to prepare for their future roles in the new industrial
society, he influenced the curriculum by showing how teaching classical subjects
3 Wahidin, Syaifullah dan Hafidz, Pemahaman Remaja Tentang Kenakalan Remaja dan Partisipasi
Pendidikan dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Kecamatan Mamajang Makassar, dalam Jurnal
Analisis, Vol. 1, No. 1, 2012, hlm 18 4 Subandijah, 1993, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 4-
6
3
should be replaced by teaching subjects that correspond to sosial needs”. 5 Definisi
ini dapat dipahami bahwa kurikulum jalan untuk mempersiapkan murid untuk peran
masa depan mereka dalam masyarakat industri baru. Dengan demikian, kurikulum
memiliki hubungan dengan sarana konstruksi sosial yang tidak bisa dipisahkan
dengan keberadaan masyarakat. Tidak hanya pendidikan sesuai kurikulum tertulis
tetapi pendidikan yang juga tidak tertulis dikurikulum yang bisa menyokong
pembentukan karakter pada peserta didik.
Paradigma ini untuk mengantisipasi penurunan moral, maka perlu adanya
pendidikan karakter yakni dari berbasis kurikulum resmi menuju kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum). Istilah kurikulum tersembunyi sendiri merujuk
kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh dalam proses pengajaran dan
pendidikan yang mungkin meningkatkan, mendorong atau bahkan melemahkan usaha
pencapaian tujuan pendidikan.6 Untuk meningkatkan usaha pencapaian tujuan
pendidikan maka perlu peran dan dukungan dari stakeholder sekolah. Salah satu
stakeholder yang penting ialah guru. Kurikulum tersembunyi tidak lepas dari budaya
yang kental dengan nilai dan norma disekolah. Seperti misalnya, norma-norma yang
diajarkan guru secara tidak langsung saat mengajar siswa.
Peran guru sangat penting dalam proses penerapan pendidikan karakter karena
terkait dengan ucapan, sikap, perilaku dan perbuatan sangat berpengaruh terhadap
5 Rakhmat Hidayat, 2014, Sosiologi Pendidikan Emile Durkheim, (Jakarta : Grafindo), hlm. 7 6 Subandijah, Op.cit., hlm. 2
4
pembentukan karakteristik peserta didik. Guru mengajarkan sikap jujur dan
menghormati maka siswa meniru untuk belajar jujur, menghormati guru serta
meghargai pendapat teman, budaya tersebut akan menjadi pembiasaan dalam
keseharian siswa. Selain itu guru juga memantau siswa dan semua kegiatan lainnya,
karena kurikulum tersembunyi mencakup segala sesuatu untuk melatih siswa secara
tidak langsung.7
Filososfi jawa menurut Koentjaraningrat guru disebut digugu lan ditiru, guru
sebagai ujung tombak character building mempunyai peranan penting, karena
gurulah yang terdepan dalam mengawal perubahan karakter masa yang akan datang.
Kurikulum tersembunyi sendiri membentuk nalar pikir dan sikap siswa.8
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa karakter dapat mempengaruhi
kesuksesan seseorang. Di antaranya, hasil penelitian di Harvard University, Amerika
Serikat yang menyatakan bahwa ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill).9 Tetapi oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mngungkapkan
bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh
soft skill. Bahkan orang-orang sukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak
7 Zuhal Cubukcu, The effect of Hidden Curriculum on Character Education process of primary School
students, Journal Educational Science, Vol 12, No 2, 2012, hlm. 5 8 Nana Syaodih Sukmadinata, 2011, Pengembangan kurikulum : Teori dan Praktek, (Bandung: PT
remaja Rosdakarya), hlm. 27 9 Doni Koesoma, 2015, PGSD Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (pendidikan karakter),
(Jakarta : Grasindo), hlm. 27
5
didukung oleh kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan
bahwa mutu pendidikan karakter siswa sangat penting untuk ditingkatkan.
Keberadaan kurikulum tersembunyi memegang peran untuk ikut membentuk
karakter. Kurikulum tersembunyi bisa membentuk perspektif siswa dalam berbagai
bidang dan persoalan; jenis kelamin, moral, kelas sosial, budaya, politik, bahasa, dan
sebagainya, yang pada akhirnya dapat membentuk karakter mereka.10 Pada dasarnya
kurikulum tersembunyi juga terintegrasi dalam kurikulum tertulis, namun dalam
pelaksanaan ada yang terlihat dan ada yang tidak terlihat.
Seperti penelitian terdahulu oleh Melinda Merdeka Sari “ Membangun Karakter
Melalui The Hidden Curriculum di SD Terpadu Putra Harapan Purwokerto.11 Hasil
jurnal menunjukkan bahwa hidden curriculum mampu memberikan pengaruh
dalam perubahan nilai, persepsi, dan perilaku siswa. Berkaitan dengan budaya
sekolah, pengelolaan kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler,
penciptaan suasana belajar dan lingkungan sekolah, pembiasaan, dan pembudayaan
nilai dan etika yang baik dapat mendukung keberhasilan program pendidikan
karakter. Sebuah lembaga pendidikan tentunya memiliki tujuan yang diinginkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut sekolah akan membuat kurikulum yang tidak ada
di sekolah pada umumnya yakni hidden curriculum.
10 Wina Sanjaya, 2014, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Prenadamedia Group), hal. 11 11Melinda Merdeka Sari, Membangun Karakter Melalui The Hidden Curriculum di SD Terpadu Putra
Harapan Purwokerto, Jurnal Studi Islam dan Sosial, Vol. 9, No. 2, 2016, hlm. 6
6
Oleh karena itu penulis tertarik dengan pembahasan kurikulum tersembunyi.
Peneliti lebih meneliti pada jenjang SD dikarenakan pada jenjang tersebut sikap,
perilaku, dan karakter siswa mudah dibentuk, sehingga pada saat ke jenjang lebih
tinggi siswa memiliki bekal yang baik dalam hal norma dan nilai sosial. Di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Al-Manar mengedepankan karakter yang Islami. Terdapat di Jln.
Pondok Kelapa Selatan Lampiri, Duren Sawit Jakarta Timur. Pembentukan akhlaq dan
aqidah perlu dilakukan sedini mungkin agar siswa memiliki pondasi aqidah yang
kuat.
Pelaksanaan kurikulum tersembunyi di SDIT Al-Manar lebih menekankan pada
pembiasaan beribadah dan kegiatan keagamaan lainnya. Untuk melihat keberadaan
kurikulum tersembunyi dilihat dari tigas aspek yang relatif berubah tercantum dalam
kurikulum tertulis (ideal). Pertama, struktural tentang pengelolaan guru dalam kelas.
Kedua, sistem sosial, yaitu hubungan antara stakeholder sekolah. Ketiga, kultur
budaya yaitu dimensi sosial yang terkait dengan sistem kepercayaan, nilai- nilai dan
struktur kognitif, yang dilihat dari kegiatan rutin sekolah.
Setelah dilakukan observasi, kegiatan sehari-hari sekolah tersebut, selalu
dibiasakan dengan nilai-nilai positif bagi para siswanya agar tak hanya akademik saja
yang dimunculkan dalam perilaku siswa, tetapi nilai karakter agama dan bangsa
sejalan dilaksanakan. Sudah dijadikan pembiasaan pada siswa misalnya mulai dari
nilai spiritual seperti sholat dhuha, tadarus, dan khotmil Quran yang menjadi salah
7
satu program rutin, semua itu sudah ditanamkan dalam kegiatan sehari-hari sehingga
para siswa pun sudah mulai terbiasa dengan aktivitas tersebut.
Pada akhirnya, dari semua program di sekolah tersebut akan membentuk perilaku
positif pada siswa yang tanpa disadari siswa sudah terbiasa melakukan kegiatan
tersebut, meskipun sifat dan perilaku siswa berbeda-beda, akan tetapi semua itu
harus terus dan terus dibiasakan pada siswa mulai sejak dini, karena dikatakan sejak
dini ialah masa perkembangan emas pada diri anak untuk membentuk karakternya.
1.2 Permasalahan Penelitian
Bergesernya moral peserta didik yang terjadi saat ini ditandai dengan
maraknya kenalan remaja yang terjadi, seperti merokok, pergaulan bebas, Usia
remaja tidak lagi dipandang sebagai usia bagi para remaja dimana mereka harus
belajar dan menuntut ilmu. Remaja di sibukkan dengan perkembangan zaman
globalisasi yang tak terbendung lagi, belum lagi perkembangan teknologi berupa
media sosial yang begitu cepat dapat merubah karakter.
Sekolah perlu memperhatikan hal-hal tersembunyi yang menjadi hasil
sampingan dari diselenggarakannya program dan kegiatan belajar-mengajar, yang
dikenal dengan istilah kurikulum tersembunyi. Salah satunya, budaya dalam sekolah
bisa saja menunjukan hal negatif tanpa disadari kepada peserta didik. Contohnya ,
Jika guru menghukum siswa dengan tindak kekerasan kepada siswa yang melakukan
kesalahan, maka itu bisa menjadi pesan bagi siswa bahwa kekerasan itu hal biasa,
8
dan bisa mereka lakukan kepada teman atau siswa lain yang menurut mereka
telah melakukan kesalahan.
Penelitian ini berupaya memberikan pemahaman terkait pentingnya keberadaan
kurikulum tersembunyi dengan melihat dari aspek relatif berubah, Ada tiga hal
penting yang termasuk di dalam aspek ini. Ketiga hal penting ini menjadi contoh dan
panduan untuk melihat berlangsungnya kurikulum tersembunyi di sekolah. Pertama,
struktural, dilihat dari proses guru mengelola kelas. Kedua, sistem sosial, yaitu
suasana sekolah yang tergambar dari pola hubungan antar komponen- komponen
sekolah. Ketiga, kultur budaya terkait dengan sistem kepercayaan, nilai- nilai dan
struktur kognitif. Diharapkan dengan pemahaman akan pentingnya keberadaan
kurikulum tersembunyi ini, tujuan sekolah untuk membentuk karakter siswa yang
baik dan Islami tercapai. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin membatasi
permasalahan penelitian, tujuannya agar pembahasan yang dilakukan oleh penulis
dapat lebih fokus dan juga lebih mempermudah penulisan. Permasalahan penelitian
yang diangkat oleh penulis yaitu:
1. Bagaimana upaya SDIT AL-Manar dalam pelaksanaan kurikulum
tersembunyi sebagai pembentukan karakter siswa ?
2. Bagaimana kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan karakter
Islami di SDIT AL-Manar?
3. Apa hambatan SDIT AL-Manar dalam pembentukan karakter siswa ?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan utama dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui bagaimana kurikulum tersembunyi dalam penerapan
pendidikan karakter yang dilaksanakan di SDIT Al-Manar serta dapat menjawab
pertanyaan penelitian tersebut yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan upaya SDIT AL-Manar dalam pelaksanan kurikulum
tersembunyi sebagai pembentukan karakter siswa
2. Untuk mendeskripsikan kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan
karakter Islami di SDIT AL-Manar
3. Untuk mengetahui hambatan SDIT AL-Manar dalam pembentukan karakter
siswa
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun dengan adanya penelitian ini bertujuan menambah wawasan ilmu
pengetahuan baik dalam bidang sosiologi pendidikan dan sosiologi kurikulum
tersembunyi karena penelitian ini bisa menjadi sumber referensi untuk melihat
keberadaan kurikulum tersembunyi di sekolah melalui pemahaman sosiologi. Secara
teoritis diharapkan penelitian ini mampu memberikan sebuah gambaran mengenai
kurikulum tersembunyi.
Peneliti dari segi praktis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan
untuk peneliti lain yang melakukan penelitian serupa. Dengan demikian, kehadiran
10
penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran untuk mengetahui bahwa
kurikulum tersembunyi terbangun dari sumber kurikulum tertulis (ideal). Adapun
kegunaan dalam melaksanakan penelitian tersebut adalah :
1. Bagi pihak sekolah. Penelitian diharapkan bermanfaat untuk memberikan
informasi mengenai kurikulum tersembunyi sebagai penyokong pendidikan
karakter peserta didik. Pada hasil penelitian yang dihasilkan, diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam upaya memperbaiki kekurangan penerapan
kurikulum tersembunyi sebagai pembentukan karakter peserta didik.
2. Bagi Prodi Pendidikan Sosiologi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah
bahan kajian sosiologi kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan
karakter peserta didik.
3. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi atau informasi
bagaimana sekolah mengimplementasikan suatu kebijakan yang berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat akan sekolah.
4. Untuk Peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti
maupun pembaca dalam membangkitkan semangat dalam mempelajari kajian
kurikulum tersembunyi sebagai penyokong pendidikan karakter.
1.5 Tinjauan Penelitian Sejenis
Peneliti dalam membantu proses penelitian menggunakan beberapa bahan pustaka
yang dianggap dapat membantu proses penelitian yang berkaitan dengan subjek dan
objek penelitian, yaitu tentang kurikulum tersembunyi dan pendidikan karakter.
11
Untuk menghindari penelitian yang sama atau plagiat dengan penelitian lainnya.
Berikut adalah beberapa tinjauan pustaka yang diambil dari beberapa penelitian dari
penelitian sebelumnya yang dapat membantu proses penelitian yang dilakukan.
Pertama, Jurnal Anik Farida sari dengan judul Membangun Karakter Melalui The
Hidden Curriculum.12 Penelitian tersebut melihat bahwa dalam membentuk karakter
siswa solusinya ialah melalui hidden curriculum. Menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode studi kasus. Konsep yang digunakan adalah hidden curriculum dan
pendidikan karakter. Di jelaskan bahwa hidden curriculum mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kurikulum tersembunyi dari dua Aspek Hidden Curriculum yaitu, Struktural
(organisasi) Menjelaskan tentang pembagian kelas, berbagai kegiatan sekolah di luar
kegiatan belajar (Misalnya berbagai kegiatan ekstrakurikuler), berbagai fasilitas
yang disediakan sekolah (misalnya fasilitas lapangan olah raga, fasilitas perpustakaan
dll). Kedua, Kultural Mencakup norma sekolah, etos kerja keras, peran dan tanggung
jawab, relasi sosial antarpribadi dan antarkelompok, konflik antarpelajar, ritual dan
12 Anik Farida, Membangun Karakter Melalui The Hidden Curriculum, Jurnal Studi Islam dan Sosial,
Vol. 9, No. 2, 2015, hlm. 6 diakses dari ejournal.iaingawi.ac.id tanggal 10 Juli 2017
12
perayaan ibadah, toleransi, kerjasama, kompetisi, ekspektasi guru terhadap muridnya
serta disiplin waktu.
Kedua, Hikmatul Mustaghfiroh dengan judul Hidden curriculum dalam
pembelajaran PAI.13 Penelitian tersebut menekankan bagaimana kurikulum
tersembunyi dalam sebuah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Konsep yang
digunakan adalah hidden curriculum. Hidden curriculum memiliki peran yang cukup
signifikan dalam membentuk sikap dan karakter para siswa. Melalui penggunaan
kurikulum tersembunyi, para guru dan sekolah-sekolah dapat mencapai tujuan
pembelajaran PAI secara optimal.
Kurikulum tersembunyi mencakup segala bentuk pendidikan, termasuk aktivitas
rekreasional dan sosial tradisional, yang dapat mengajarkan bahan-bahan pelajaran
yang sebetulnya tak sengaja karena bukan berhubungan dengan sekolah tetapi dengan
pengalaman belajar. Ada banyak definisi tentang pendidikan Islam. Pemahaman
Kurikulum tersembunyi yang menjadi kultur sekolah lebih banyak mempengaruhi
proses pembentukan kepribadian siswa pada kurikulum formal yang ada.
Implementasi kurikulum tersembunyi, diperlukan kemampuan guru dan pengelola
pendidikan dalam pemahaman dan pelaksanaan kurikulum ini.
13 Hikmatul Mustaghfiroh, Hidden Curriculum dalam Pembelajaran PAI, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 9, No. 2, 2014, hlm. 12 diakses dari journal.stainkudus.ac.id tanggal 10 Juli 2017
13
Ketiga, jurnal Fathurrohman dengan judul Konservasi Pendidikan Karakter
Islami dalam Hidden Curriculum sekolah.14 Penelitian tersebut menggambarkan
bahwa peran pendidikan karakter dalam hidden curriculum sekolah dapat
membangun karakter islami agar menjadi generasi berbudi luhur dan berakhlak mulai
sesuai tujuan pendidikan. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Konsep yang digunakan ialah hidden curriculum dan pendidikan karakter.
Pendidikan harus mengemban misi pembentukan karakter sehingga para peserta
didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan dengan
baik. Kenyataan membuktikan bahwa Indonesia banyak bermasalah dalam hal
karakter. Hal ini berarti bangsa Indonesia yang didominasi oleh umat islam belum
mengamalkan ajaran agama dengan baik.
Untuk itu, perlu menjadikan pendidikan karakter islami sebagai pondasi utama
dalam membangun karakter manusia. Namun demikian, untuk zaman sekarang masih
diperlukan metode dan strategi yang dikembangkan oleh para ahli moral melalui
hidden curriculum di sekolah. Maka pengalaman yang dihadapi masing-masing orang
menjadi faktor yang sangat dominan dalam pembentukan dan pengamalan
karakternya. Disinilah pendidikan karakter dalam hidden curriculum memiliki peran
yang penting dan strategis bagi peserta didik dalam rangka melakukan proses
internalisasi dan pengamalan nilai-nilai karakter mulia di masyarakat.
14 Fathurrohman, Konservasi Pendidikan Karakter Islami dalam Hidden Curriculum Sekolah,
Jurnal Pendidikan Agama islam , Vol. 02, No. 01, 2014 , hlm. 6 diakses dari jurnalpai.uinsby.ac.id
tanggal 10 Juli 2017
14
Keempat, tesis Adlan Fauzi Lubis dengan judul Hidden Curriculum dan
Pembentukan Karakter (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta).15 Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Konsep
yang digunakan ialah Hidden curriculum. Lebih lanjut Adlan menjelaskan
Permasalahan yang bergesernya moral peserta didik yang terjadi di Madrasah Aliyah
Pembangunan yang terjadi dewasa ini. Semua ini ditandai dengan maraknya kenalan
remaja yang terjadi. Remaja disibukkan dengan perkembangan zaman globalisasi
yang tak terbendung lagi. Belum lagi perkembangan teknologi berupa media sosial
yang begitu cepat dapat merubah karakter.
Hidden curriculum merupakan suatu usaha untuk membentuk karakter peserta
didik serta mengurangi kenakalan remaja yang sangat marak dewasa ini. Untuk
mewujudkan pendidikan yang berkarakter maka dibutuhkan perpaduan antara
kurikulum tertulis dengan hidden curriculum agar menjadi bagian yang terintegrasi.
Melalui pengembangan aspek hidden curriculum untuk menanamkan nilai-nilai
karakter dapat dilaksanakan dari berbagai aspek yakni, aspek struktural (pembagian
kelas, ekstrakurikuler, fasilitas sekolah dan aspek kultural (norma sekolah, suasana
sekolah, interaksi guru dan siswa, iklim sekolah, ibadah, kompetisi, ekspetasi
guru terhadap muridnya serta disiplin waktu). Untuk mewujudkan keberhasilan dalam
15 Adlan Fauzi Lubis, 2015, Hidden Curriculum dan Pembentukan Karakter (Studi Kasus di Ma
drasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta), Jakarta: Tesis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, hlm. 8 diakses dari http://repository.uinjkt.ac.id tanggal 11 Juli 2017
15
membentuk karakter melalui aspek hidden curriculum diperlukan kerjasama dari
semua stakeholder .
Kelima, tesis yang ditulis oleh Moh. Al Amin yang berjudul Pendidikan Karakter
siswa melalui Hidden curriculum di Madrah Ibtidaiyah (MI) Tarbiyatul Aulad
Nglanjuk Cepu Blora Jawa tengah.16 Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan implementasi Pendidikan karakter yang
dilaksanakan di MI Tarbiyatul Aulad Nglanjuk Cepu dengan 7 basis pembelajaran.
Tulisan ini berangkat dari fokus permasalahan bahwa Pada setiap kegiatan
intrakurikuler maupun dalam bidang ekstrakurikuler di dalamnya terkandung hidden
curriculum yang terdapat nilai -nilai karakter.
Implementasi pendidikan karakter di MI Tarbiyatul Aulad Nglanjuk Cepu
yaitu Kegiatan Intrakurikuler atau proses belajar mengajar dikelas merupakan
kegiatan utama sekolah. Dalam pembelajaran dikelas terdapat dua hal yang ikut
menunjang berhasil tidaknya proses pembelajaran yakni masalah pengajaran dan
manajemen kelas. Pengajaran meliputi pemilihan metode agar tujuan tercapai dan
menajemen kelas merupakan usaha agar kelas tetap kondusif untuk proses belajar.
Tujuan Amin dalam tesis ini ialah Sebagai bahan kajian dalam upaya
membangun karakter siswa melalui kegiatan siswa disekolah khususnya terhadap
hidden curriculum. Hasil penelitian tesis ini adalah Pembelajaran nilai dalam rangka
16 Moh al amin, 2017, Pendidikan Karakter Siswa Melalui Hidden Curriculum di Madrah Ibtidaiyah
(MI) Tarbiyatul Aulad Nglanjuk Cepu Blora Jawa tengah, Disertasi : Universitas Negeri Yogyakarta,
hlm. 6 diakses dari http://web.b.ebscohost.com tanggal 11 Juli 2017
16
pendidikan karakter dapat terintegrasi melalui berbagai program dan kultur sekolah
yang kondusif mampu menghadirkan (menginternalisasikan) nilai-nilai pada diri
peserta didik. Kegiatan dalam kurikulum tersembunyi merupakan kegiatan satuan
pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata
pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai kebutuhan, potensi
,bakat dan minat mereka. Pendidikan karakter dilaksanakan di MI Tarbiyatul
Aulad Nglanjuk Cepu merupakan pendekatan yang menyertai kurikulum yang
digunakan di sekolah tersebut.
Secara lebih lanjut persamaan dan perbedaan kelima tinjauan pustaka tersebut
dengan penelitian skripsi yang dilakukan peneliti akan berusaha dijabarkan secara
detail dalam tabel berikut:
Tabel I.2. Perbandingan Penelitian Sejenis
No. Peneliti Tahun
Publikasi
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Anik
Farida
sari
2015 Membangun Karakter
Melalui The Hidden
Curriculum
Sama-sama
membahas tentang
Kurikulum tersembunyi dalam
membentuk
pendidikan
karakter
Memfokuskan pada peran
lembaga sekolah dalam
menciptakan hidden curriculum untuk mengurangi kasus
kenakalan dan penyimpangan
perilaku siswa. Sedangkan
penelitian penulis focus pada
penerapan kurikulum
tersembunyi dalam membangun
pedidikan karakter islami.
2 Hikmatul
Mustaghf
iroh
2014 Hidden Curriculum
dalam pembelajaran
PAI
Sama-sama
membahas
kurikulum
tersembunyi
hikmat berfokus pada
kurikulum terembunyi yang
dilakukan dalam pembelajaran
PAI. Sementara penulis tidak
hanya focus pada pembelajaran PAI tetapi juga melihat peran
aspek dari kurikulum
tersembunyi.
17
No. Peneliti Tahun
Publikasi
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Fathurroh
man
2014 Konservasi Pendidikan
Karakter Islami dalam
Hidden Curriculum
sekolah
Sama-sama
membahas
pendidikan
karakter islami
dalam kurikulum
tersembunyi
Membahas peran kurikulum
tersembunyi dalam mengatasi
demoral karakter siswa seperti
tawuran, narkoba, pergaulan
bebas dan tindak criminal
lainnya. Sementara penulis lebih
melihat kurikulum tersembunyi
sebagai penerapan pendidikan
karakter islami
4. Adlan
Fauzi
Lubis
2015 Hidden Curriculum
dan Pembentukan
Karakter (Studi Kasus di Madrasah Aliyah
Pembangunan)
Pembahasan sama-
sama menganalisis
kurikulum tersembunyi dalam
pembentukan
karakter
membahas tentang peran
kurikulum tersembunyi dan
guru di SMA dalam membentuk karakter siswa agar mengurangi
kenakalan remaja. Sedangkan
penulis bukan di SMA tapi SD
juga tidak hanya melihat dari
peran guru saja.
5. Moh. Al
Amin
2015 Pendidikan Karakter
siswa melalui Hidden
curriculum di Madrah
Ibtidaiyah (MI)
Tarbiyatul Aulad
Nglanjuk Cepu Blora
Jawa tengah
Sama-sama
membahas
pembentukan
karakter melalui
kurikulum
trsembunyi
Membahas tentang kurikulum
tersembunyi melalui 7 basis
pembelajaran dalam pendidikan
karakter. Sedangkan penulis
tidak melihat dari 7 basis
pembelajaran.
(Sumber: Diolah dari tinjauan penelitian sejenis, 2017)
Pada akhirnya, dari beberapa tinjauan pustaka yang diambil untuk penelitian ini,
peneliti dapat menggali informasi yang relevan dalam mendukung penelitian yang
akan melihat bagaimana pelaksanaan kurikulum tersembunyi yang dilakukan sekolah
sebagai penerapan pendidikan karakter. Kelima tulisan tersebut kemudian dapat
membantu peneliti dalam merangkai pola pikir yang sistematis dalam rangka
penyusunan skripsi yang akan dilakukan. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti
juga mendapat beberapa konsep terkait dengan konsep pendidikan karakter, budaya
sekolah dan kurikulum tersembunyi.
18
1.6 Kerangka Konseptual
1.6.1 Perkembangan Psikologi Anak SD
Aspek perkembangan yang ada pada anak usia dini meliputi aspek intelektual,
fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan.17 Semua aspek
perkembangan yang ada pada diri anak ini selayaknya menjadi perhatian
parapendidik agar aspek perkembangan ini dapat berkembang secara optimal.
Mengutip Piaget pada buku Jannah anak pada usia (7-11 tahun) berada dalam
tahap operasional konkret yaitu dimana anak sudah mampu berpikir rasional, seperti
penalaran untuk menyelesaikan suatu masalah yang konkret (aktual), oleh karena itu
tumbuh kembang di masa ini sangat perlu menjadi perhatian.18
Pendidikan anak tidak hanya untuk kemampuan dalam bidang akademis saja,
tetapi juga pentingnya penanaman karakter yang baik untuk perkembangan kehidupan
anak di masa mendatang.19 Anak-anak pada usia ini perlu mendapatkan pendidikan
karakter yang dapat memberikan penguatan selain akademis yakni pendidikan
karakter bernuansa islam, karena pada fase ini usia 6-12 jiwa anak pada sekolah dasar
secara umum tertuang pada skema berikut ini,
17 Jean Piaget, & Barbel Inhelder, Psikologi Anak, Terj. Miftahul Jannah, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2010), Cet. 1, hlm. 110 18 Ibid., 19 Agustinus Hermino,2014, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, (Bandung : Alfabeta), hlm.
174
19
Skema I.1. Fase anak berusia 6-12 tahun
(Sumber : Agustinus Hermino, Manajemen kurikulum berbasis karakter, 2014)
Tabel I.1 memperlihatkan kondisi psikologis anak, maka pendidikan karakter
disusun berdasarkan kondisi kejiwaan anak. Ini merupakan alasan peneliti untuk
melakukan penelitian di jenjang sekolah dasar. Pembiasaan yang dihasilkan dari
sekolah akan terus melekat pada jenjang berikutnya. Pendidikan karakter pada
jenjang SD ini tidak dapat dilaksanakan hasilnya secara instant, tetapi memerlukan
proses waktu, pendampingan dan pemaknaan disertai contoh nyata yang baik, maka
para peserta didik akan lebih mudah mengingat dan mendapatkan pengertian serta
makna terhadap pendidikan karakter yang sedang mereka lalui.
Mengutip dari Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh, di
medan mengatakan “Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika
anak-anak masih duduk di bangku SD, itulah sebabnya, pendidikan karakter di
tingkat SD harus diprioritaskan, bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak
Pertumbuhan fisik dan
motorik maju pesat
Kehidupan sosialnya mampu
bekerja sama dan bersaing
dalam teman sebayanya
Proses menyadari diri
dalam sebuah keinginan
dan bertambah minat
Kemampuan
berfikir dalam
tingkatan
persepsional
Mempunyai kesanggupan
untuk memahami hubungan
sebab akibat
Ketergantungan kepada orang
dewasa semakin berkurang dan
kurang memerlukan perlindungan
orang dewasa
20
dapat mendapat perhatian, melainkan porsinya sangat berbeda”.20 Pada jenjang SD
porsinya mencapai 60% dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini
agar lebih muda diajarkan dan melekat pada jiwa anak-anak hingga kelak ia dewasa.
1.6.2 Pendidikan Karakter
Secara etimologis, Karakter ialah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak,
atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain.21 Dengan
demikian karakter adalah nilai-nilai yang terpatri dan terukir dalam diri manusia
melalui pendidikan, pengalaman, serta pembiasaan. Untuk menjadi pembangunan
karakter bangsa sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan
nasional. Secara eksplisit pendidikan karakter adalah amanat Undang-Undang No. 23
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ada pada pasal 3 menegaskan
bahwa,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”22
Potensi peserta didik yang akan dikembangkan dalam UU No. 23 tahun 2003
pada hakikatnya sangat dekat dengan makna karakter. Menurut Ditjen
Mandikdasmen-Kementrian Pendidikan Nasional, karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik
20 Anas Salahudin, 2013 , Pendidikan Karakter Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung: CV
Pustaka Setia), hlm. 211 21 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1994, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ed.2, cet.3 (Jakarta: Balai Pustaka), hlm. 445 22 Agustinus Hermino, 2014 , Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, (Bandung: Alfabeta), hlm.
158
21
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.23 Pendidikan
karakter bukan hanya sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah.
Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan yang baik
(habituation).
Pendidikan karakter tidak dapat dilaksanakan atau dikehendaki hasilnya
secara instant tetapi memerlukan proses waktu, pendampingan, dan pemaknaan dari
interaksi antara pendidik dan siswa, dengan adanya pemahaman dan pemberian
contoh yang baik, maka siswa akan lebih mudah mengingat dan mendapatkan
pengertian serta makna terhadap pendidikan karakter yang sedang mereka lalui,
sebaliknya dengan sedikit pemahaman yang diterima oleh siswa, maka makna dari
pendidikan karakter yang diajarkan akan tidak menghasilkan pemaknaan yang dalam
atau sesuai tujuan sekolah yaitu pembentukan karakter baik.24 Untuk itu pembentukan
karakter siswa fungsi dari seluruh potensi individu (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) bisa dilihat dari konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses
psikologis dan sosial-kultural Olah Hati, Olah Pikir, Olah Rasa dan Raga dan Olah
Raga.25
23 Ibid., hlm. 159 24 Ibid., hlm. 162 25 Anas Salahudin, Op.cit., hlm. 6
22
Tabel I.3. Grand-design Pembentukan Karakter
(Sumber : Kemendiknas, 2010)
Mendidikan karakter tidak hanya mengenalkan nilai-nilai secara kognitif
tetapi juga melalui penghayatan secara afektif dan mengamalkan nilai-nilai tersebut
secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan siswa seperti pramuka, upacara
bendera, palang merah remaja, teater, praktek kerja lapangan, menjadi relawan
bencana alam, atau pertandingan olahraga dan seni adalah cara-cara efektif
menanamkan nilai-nilai karakter yang baik pada siswa. Ia menekankan pendidikan
berbasis karakter bukan merupakan mata pelajaran tersendiri melainkan dampak
pengiring yang diharapkan tercapai. Nilai-nilai yang ditanamkan berupa sikap dan
tingkah laku tersebut diberikan secara terus-menerus sehingga membentuk sebuah
kebiasaan. Dan dari kebiasaan tersebut akan menjadi karakter khusus bagi individu.
1.6.3 Karakter Islami
Akhlaq yang sesuai ajaran islam disebut dengan akhlaqul karimah atau akhlaq
mulia yang dapat diperoleh melalui dua jalan, yakin ; Pertama, bawaan lahir, sebagai
karunia dari Allah (contoh akhlaq para nabi), Kedua, hasil usaha melalui pendidikan
OLAH HATI
(Jujur, Bertanggung jawab, berempati)
OLAH PIKIR
(Cerdas, kreatif)
OLAH RASA DAN KARSA
(Peduli, kreatif, toleran, beretos kerja)
OLAH RAGA (KINESTEIK)
(Bersih, sehat, disiplin, sportif,
kompetitif,)
23
dan penggemblengan jiwa.26 Dari pengertian diatas dapat di pahami bahwa karakter
identik dengan akhlaq, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia, baik berhubungan dengan tuhan,
dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang
terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan dan perbuatan diwujudkan dalam
bentuk pembiasaan dan perilaku. 27
Karakter Islami merupakan proses transmisi pengetahuan yang diarahkan
pada tumbuhnya penghayatan keagamaan yang akan memupuk kondisi ruhaniyah
yang mengandung keyakinan akan keberadaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Imam
Ghazali dalam buku Anas, karakter Islami merupakan proses pengenalan dan
pengakuan yang ditanamkan secara bertahap dan berkesinambungan, dalam diri
manusia mengenai objek-objek yang benar sehingga akan membimbing manusia ke
arah pengenalan dan pengakuan terhadap eksistensi Tuhan dalam kehidupan.
Pengetahuan manusia diarahkan untuk mengembangkan kehidupan lebih baik.
Menurut Imam Ghazali dalam Anas karakter Islam memberikan empat paradigma
dasar bagi sistem pendidikan.28
Pertama, islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi dan tujuan pendidikan
berdasarkan akidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk sumber daya manusia
yang terdidik dengan pola berfikir Islami dan pola sikap yang Islami. Kedua,
26 Fathurrohman, Op.cit., hlm. 5 27 Ibid., hlm. 7 28 Anas Salahudin, Op.cit., hlm. 102
24
pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan sehingga melahirkan amal
saleh dan ilmu yang bermanfaat, maksudnya ialah bahwa dalam Islam pokok
perhatian bukanlah kuantitas, melainkan kualitas pendidikan. seperti yang terdapat
dalam surat al-mulk ayat 2 bahwa ahsanu amalan atau amalan shalihan.
Ketiga, pendidikan bertujuan untuk membangkitkan dan mengarahkan
potensi-potensi, baik yang ada pada setiap diri manusia selaras dengan fitrah manusia
dan meminimalisasi aspek buruknya. Keempat, keteladanan merupakan bagian yang
tidak dapat terpisahkan dalam proses pendidikan. Pada dasarnya pendidikan karakter
berusaha mewujudkan peserta didik atau manusia yang berkarakter sehingga dapat
menjadi manusia paripurna (insan kamil).
Empat paradigm dalam konteks pendidikan diatas merupakan solusi yang
tepat untuk mewujudkan hakikat pendidikan karakter Islam, yaitu terbentuknya
manusia yang beriman dan bertakwa, berpengetahuan luas serta mempunyai karakter
yang mulia. Pendidikan karakter tidak terlepas dari pendidikan Islami. Hakikat
pendidikan karakter bervisi Islam adalah keselarasan antara akal (IQ), emosi (Q),
nurani (SQ). Dalam islam karakter identik dengan akhlaq, yaitu kecenderungan jiwa
untuk bersikap atau betindak secara otomatis.
Pendidikan karakter Islami harus dimulai dari sejak dini, jika tidak karakter
akan sulit untuk diubah. Pendidikan karakter Islami diterapkan ke peserta didik sejak
dini dengan cara pembiasaan. Pendidikan anak tidak hanya untuk kemampuan dalam
25
bidang akademis saja, tetapi juga pentingnya penanaman karakter yang baik untuk
perkembangan kehidupan anak di masa mendatang, maka melihat kenyataan tersebut
orang tua memiliki hak perogratif untuk memilih lembaga pendidikan bagi anak-
anaknya.29
Pendidikan Islam yang berorientasi pada pembentukan karakter dapat
dilakukan melalui banyak model. Pertama model pesantren dan kedua Madrasah atau
Islam Terpadu. Merupakan sebuah lembaga pendidikan islam yang modern,
memadukan antara pendidikan nasional dan pendidikan Islami, yang
mengintegrasikan agama dan pengetahuan umum. Dalam Sekolah Dasar bermuatan
madrasah atau Islam Terpadu diselenggarakan dengan dua model yakni boarding
school, seperti halnya pesantren dimana siswa belajar full day, kedua dalam
pelaksanaan seperti sekolah umum di mana siswa belajar dalam jam tertentu, tetapi
kurikulumnya memadukan pendidikan Islami dan sekolah umum.30 Di SD Madrasah
maupun SD Isam Terpadu ditekankan keseimbangan antara nilai-nlai keagamaan dan
pengetahuan umum, sehingga melahirkan sosok manusia yang saleh secara
kepribadian tetapi berfikir dan bersikap maju dalam memandang kehidupan.
Pendidikan karakter dapat dilakukan sepanjang hari di lembaga pendidikan
khususnya SD dibawah asuhan yang intensif, selama disekolah diserahkan oleh pihak
sekolah setelah di luar menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Masing-
29 Agustinus Hermino, 2014, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter, (Bandung: Alfabeta), hlm.
174 30 Ibid., hlm. 33-34
26
masing memiliki kelemahan dan kelebihan, yang penting terdapat proses yang
intensif dan tepat sasaran dalam pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islami.
1.6.4 Nilai-Nilai Karakter
Memahami istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karakter.
Pertama, karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila
seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, rakus, tentulah orang tersebut
memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku
jujur, suka menolong, rendah hati tentulah seseorang telah memanifestasikan
karakter mulia. Kedua, istilah karakter tersebut erat kaitannya dengan personality.31
Tatanan dan situasi kehidupan yang menentukan terbentuknya karakter peserta
didik.
Karakter identik dengan akhlaq, sehingga karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas manusia, baik
berhubungan dengan tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun
dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat
istiadat, semuanya diwujudkan dalam bentuk pembiasaan dan perilaku. Nilai-nilai
perilaku manusia yang universal mempunyai 18 nilai dalam pendidikan karakter yang
dibuat oleh Kemendiknas32,
31 Doni Koesoma. Op.,cit, hlm. 47 32 Anas Salahudin . Op.cit., hlm. 111-112
27
Tabel I.4. 18 Nilai dalam Pendidikan Karakter oleh Kemendiknas
No. Nilai Keterangan
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, ertnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan
5. Kerja keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas,
seta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarainya, dilihat dan didengar
10. Semangat kebangsaan Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya
11. Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa
12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan
mengakui, serta menghromati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
28
No. Nilai Keterangan
14. Cinta damai Sikap, perkataan dan tindakan yan menyebabkan orang
lain merasa sennag dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan lingkungan alam disekitarnya dan
mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkannya
18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkunga {alam, sosial dan
budaya}, Negara dan Tuhan YME
(Sumber : Anas Salahudin, Pendidikan karakter berbasis agama dan budaya bangsa, 2013)
18 nilai karakter yang harus diajarkan pada peserta didik dalam pendidikan
karakter. Agar dalam kehidupan bermasyarakatnya terwujud pribadi yang baik. Tidak
hanya dalam pendidikan, namun keluarga dan masyarakat juga turut andil dalam
mengajarkan nilai karakter tersebut. Namun, dari 18 nilai karakter tersebut peneliti
fokus beberapa nilai karakter saja seperti Kejujuran, Tanggung Jawab, Toleransi,
Disiplin, Religius, Mandiri, Peduli sesama atau peduli lingkungan. Alasan peneliti
tidak semua dijadikan fokus untuk pendidikan karakter, karena untuk mempermudah
analisis nilai karakter pada pelaksanaan proram sekolah. Nilai karakter lainnya pun
diajarkan tapi tidak menjadi fokus peneliti.
29
Tabel I.5 7 Nilai Karakter di SDIT AL-Manar
No. Nilai Karakter Bentuk Perbuatan
1. Kejujuran2 koperasi kejujuran, tidak mencontek pada saat ulangan
harian maupun ujian semesteran
2. Tanggung Jawab mengerjakan tugas dari guru sesuai yang telah
ditentukan, berperan aktif dalam kelompok
dan berani menanggung resiko atas perbuatan
yang telah dilakukan.
3. Toleransi Perbedaan pendapat dalam berdiskusi
4. Disiplin tidak terlambat masuk ke sekolah,
melaksanakan jadwal tugas, membuang
sampah pada tempatnya, tidak membuat
kebisingan di kelas, memakai pakaian dengan
rapi.
5. Religius melakukan shalat duha, tadarrus Al-Qur'an,
Kultum, shalat berjamaah, dan pelaksanaan
shalat jumat,
6. Mandiri Mengerjakan semua tugas individu yang
diberikan tanpa meminta bantuan orang lain.
7. Peduli sesama/peduli lingkungan Berinisiatif menggalang dana bantuan kepada
penderita kanker, memberikan sebagian uang
saku untuk bersedeka
(Sumber : Wawancara dengan Kepala Sekolah SDIT AL-Manar, 06 Mei 2018)
Tabel I.5 merupakan nilai-nilai yang menjadi fokus peneliti dalam
pembentukan karakter siswa. Dari 8 nilai karakter tersebut membangun kurikulum
tersembunyi yang menjadi penyokong pendidikan karakter. Melalui kegiatan yang
disediakan sekolah.
30
1.6.5 Kurikulum Tersembunyi
Kurikulum ideal (Ideal Curiculum) adalah kurikulum yang dicita - citakan
sebagaimana yang tertuang dalam dokumen kurikulum dan kurikulum pada aspek
pengalaman belajar siswa. Pada hakikatnya adalah kurikulum actual (Actual
Curiculum).33 Kurikulum actual merupakan penjabaran kurikulum resmi kedalam
pengembangan program pembelajaran, dimana kurikulum aktual dapat dilaksanakan
secara riil oleh guru sesuai dengan kondisi yang ada. Termasuk di dalam kurikulum
actual tersebut terdapat kurikulum tersembunyi, karena kurikulum tersembunyi ini
disajikan dan dialami siswa didalam maupun diluar kelas
Secara etimologi, kata hidden curriculum merupakan gabungan dari kata
hidden dan curriculum kata hidden berasal dari bahasa inggris yaitu hide yang berarti
tersembunyi atau terselubung34. Tersembunyi tidak tertulis bukan berarti hilang.
Istilah kurikulum tersembunyi menunjuk pada segala sesuatu yang dapat berpengaruh
di dalam berlangsungnya pengajaran dan pendidikan.35 Dikatakan tersembunyi,
karena kegiatan-kegiatan tersebut tidak tertulis dalam kurikulum ideal ataupun faktual
dalam proses pembelajaran. Sehingga kurikulum tersembunyi dalam hal ini
merupakan sesuatu yang menjadi misi tertentu yang hanya diketahui oleh seorang
guru ataupun pengelola pendidikan.
33 Abdullah Idi, 2011, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Depok: AR-RUZZ MEDIA),
hlm. 49 34 Ibid., hlm. 46 35 Subandijah, 1996, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), cet
II, hlm. 25
31
Sedangkan menurut Allan A. Glatthorn, hidden curriculum adalah kurikulum
yang tidak menjadi bagian yang harus dipelajari, yang digambarkan sebagai berbagai
aspek yang ada di sekolah dan diluar sekolah, tetapi mampu memberikan pengaruh
dalam perubahan nilai, perspektif, dan perilaku siswa.36
Mengutip Allan A. Glattorn kurikulum tidak hanya sebatas hal-hal yang
tampak sebagaimana yang disampaikan oleh pakar kurikulum, ada hal lain yaitu
kurikulum tersembunyi yang memberikan peran signifikan bagi proses pendidikan
peserta didik.37 Dengan kata lain unsur-unsur tersebut mencakup kultur dan kebijakan
sekolah.
Pendidikan yang diperoleh merupakan hasil yang tidak semata berpatokan
pada buku teks, metode pendidikan menyampaikan dll. Dalam mencermati hal
tersebut, Glatthorn menjelaskan aspek penting menjadi bagian integral dari kurikulum
tersembunyi, yaitu : Aspek tidak tetap dan relatif berubah yang di dalamnya terdapat
3 hal. Ini menjadi contoh dan panduan untuk melihat berlangsungnya kurikulum
tersembunyi di sekolah. Ketiga hal tersebut tercantum dalam kurikulum tertulis
adalah:
a) Struktural (organisasi), kebijakan guru dalam proses pembelajaran yang
meliputi bagaimana guru mengelola kelas, bagaimana pelajaran diberikan, juga
berbagai kegiatan sekolah di luar kegiatan belajar (kegiatan ekstrakurikuler).
36 Moh. Yamin, 2012, Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Jakarta : Diva Pers), hlm.
64 37 Dede Rosyada, 2007, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana Penada Media Group),
hlm. 29
32
b) Sistem Sosial, yaitu suasana sekolah yang tergambar dari pola-pola hubungan antar
komponen- komponen sekolah.
c) Budaya, dimensi sosial yang terkait dengan sistem kepercayaan, nilai- nilai dan
struktur kognitif. Dari uraian di atas dapat ketahui bahwa semua bentuk perilaku
interaksi sosial di sekolah dan sekitarnya merupakan pembentuk kurikulum
tersembunyi dari pengalaman dan pengetahuan yang diberikan oleh sekolah melalui
guru, lingkungan sekolah, yang kemudian mampu mengubah pola pikir dan perilaku
siswa. 38
1.6.6 Hubungan Antar Konsep
Kerangka konsep yang telah dipaparkan, secara sederhana peneliti membuat
hubungan antar konsep studi ini pada kurikulum tersembunyi dilihat dari aspek tidak
tetap yang di kemukakan oleh Allan Glathorn Pertama, struktural tentang kebijakan
penugasan guru dan mengelompokkan siswa untuk proses pembelajaran. Kedua,
sistem sosial, yaitu hubungan yang dibangun stakeholder sekolah. Ketiga, kultur
budaya, terkait dengan sistem kepercayaan, nilai- nilai dan struktur kognitif. Dari
kegiatan spontan yang sekolah lakukan.
Melaksanakan kurikulum yang telah direncanakan melalui kegiatan belajar
mengajar, siswa juga menyerap hal lain yang tidak disengaja diajarkan oleh
pendidik melalui apa yang disebut dengan kurikulum tersembunyi. Kurikulum
tersembunyi adalah merupakan hasil sampingan dari sebuah pendidikan, di mana
38 Wina Sanjaya, Op.cit., hlm. 30
33
hasilnya dipelajari tetapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan. Hasil
ini dianggap sebagai pelajaran yang diajarkan informal, dan biasanya tidak sengaja,
dalam sistem sekolah, termasuk didalamnya perilaku, perspektif, dan sikap yang
diterima siswa selama mereka berinteraksi dan berada di sekolah.
Skema I.2. Hubungan Antar Konsep
(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)
1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni menekankan pada
pencarian data secara detail dari suatu permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha membangun sebuah realitas
sosial, di mana peneliti terlibat dan memfokuskan diri untuk melihat interaksi
maupun proses yang terjadi pada fenomena maupun objek yang diteliti. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membuat deksriptif, gambaran atau lukisan secara
KURIKULUM
TERSEMBUNYI
( nilai dan norma)
Aspek Kurikulum
Tersembunyi (Glatthorn):
(Struktural, Sistem Sosial, dan
Kultur Budaya).
PENDIDIKAN KARAKTER
(Kemendiknas 2010)
Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raa
dan Karsa, dan Olah Raga
KARAKTER SISWA
(Kejujuran, Tanggung
jawab, Toleransi,
Disiplin, Religius,
Mandiri, peduli
sesama dan Rasa
Kebangsaan).
34
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang dimiliki.39
Peneliti mengambil metode tersebut karena membutuhkan informasi yang
mendalam mengenai kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan karakter
islami di SD IT Al-Manar. Adapun proses pengumpulan data dalam metode ini,
adalah diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
1.7.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan kunci yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif. Peneliti mencakup dua hal yakni sumber data primer dan sekunder. Adapun
subjek dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang terlibat secara langsung dan
rutin dalam pelaksanaan kurikulum tersembunyi di sekolah. Selain itu juga terdapat
informan yang menjadi sebagai pelengkap data agar data yang diperoleh akurat.
Subjek penelitian ini terdiri dari tujuh orang. Satu orang informan merupakan
Kepala Sekolah SDIT Al-Manar yang mengetahui konsep budaya sekolah yang
diterapkan, program sekolah, serta memberikan informasi mekanisme yang ada
disekolah. Kemudian 3 Guru yang terlibat langsung dalam mengajarkan pendidikan
karakter di dalam proses pembelajaran dan di luar pembelajaran seperti penanggung
jawab esktrakurikuler, program sekolah dan wali kelas 4 dan 5 selain itu terkait
proses pembelajaran dan cara menginternalisasi pembiasaan yang ada disekolah.
39 Lexy. J. Moleong, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya), hlm. 49.
35
Selain itu peneliti menetapkan 5 peserta didik kelas 4 dan 5 yang bersekolah di SDIT
Al-Manar dan orang tuanya sebagai informan yang memberikan informasi apakah
pendidikan karakter dalam kurikulum tersembunyi membentuk karakter baik saat
disekolah dan dirumah. Hal tersebut dipilih karena informan tersebut dinilai
mengetahui banyak informasi terkait dengan kurikulum terselmbunyi dalam
pembentukan karakter peserta didik di SDIT Al-Manar. Penjabaran terkait informan
tersebut dapat dilihat pada tabel 1.6.
Tabel I.6 Karakteristik Informan No. Nama Posisi Peran dalam Penelitian
1 Aminuddin,
S.Pd.I
Kepala sekolah SDIT
Al-Manar
1. Memberikan informasi tentang keseluruhan
budaya dan program yang ada di sekolah
2. Sejarah sekolah
3. Cara menjalin relasi dengan guru, peserta didik dan orang tua
4. Keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran
5. Hambatan dalam menjalankan program sekolah
6. Solusi dari hambatan tersebut
7. Bagaimana kepala sekolah menjaga hubungan
stakeholder sekolah ?
8. Ekstrakurikuler yang wajib dilaksanakan dalam
sekolah
2. Fajar
Abdurrahman
Wali kelas di kelas 5
A dan Koordinator
Program disekolah
1. Bagaimana Budaya Sekolah dilaksanakan?
2. Apa saja program pembiasaan yang ada di
sekolah ?
3. Kendala saat menjalakan program tersebut ? 4. Kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan
pendidikan karakter sebelum KBM, KBM, dan
setelah KBM?
5. Cara memberikan hukuman kepada peserta
didik?
6. Bagaimana pembentukan karakter siswa dapat
dibentuk?
7. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan
di sekolah ini?
8. Solusi untuk menghadapi kendala menjalankan
budaya dan program yang ada ?
36
No. Nama Posisi Peran dalam Penelitian
3. Erna Sutiyana Mengajar Tahsin dan
Tahfidz
1. Bagaimana Budaya dilaksanakan?
2. Apa saja program pembiasaan yang ada di
sekolah ?
3. Kendala saat menjalakan program tersebut ?
4. Kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan
pendidikan karakter sebelum KBM, KBM, dan
setelah KBM?
5. Cara memberikan hukuman kepada peserta
didik?
6. Bagaimana pembentukan karakter siswa dapat
dibentuk?
7. Sebelum pembelajaran dimulai, apakah anda membuat perjanjian kepada siswa?
8. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan
di sekolah ini?
9. Solusi untuk menghadapi kendala menjalankan
budaya dan program yang ada ?
4. Epiyanah S.Pd Sebagai wali kelas di
kelas 4 dan
Penanggung jawab
supercamp
1. Kegiatan dalam Pelaksanaan supercamp sebagai
program sekolah
2. Bagaimana karakter dilaksanakan?
3. Bagaimana Budaya dilaksanakan?
4. Apa saja program pembiasaan yang ada di
sekolah ?
5. Kendala saat menjalakan program tersebut ? 6. Kegiatan apa saja yang mendukung keberhasilan
pendidikan karakter sebelum KBM, KBM, dan
setelah KBM?
7. Cara memberikan hukuman kepada peserta
didik?
8. Bagaimana pembentukan karakter siswa dapat
dibentuk?
9. Sebelum pembelajaran dimulai, apakah anda
membuat perjanjian kepada siswa?
10. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan
di sekolah ini?
5. Imam Orang tua Murid dari
Haidar Akbar (kelas
4) yang bersekolah di
SDIT Al-Manar
1. Memberikan informasi tentang perubahan
perilaku pada haidar selama di SDIT Al-Manar 2. Persepsi imam tentang program yang ada
disekolah seperti eskul dan kegiatan lainnya
3. Alasan memasuki anaknya ke SDIT Al-Manar
4. Pendapat tentang guru-guru di SDIT Al-Manar
5. Keluhan anaknya terhadap sekolah
6. Elies Orang tua Murid dari
Regina Aurelie (kelas
3) dan Adelia Safira
kelas 5 yang
bersekolah di SDIT
Al-Manar
1. Memberikan informasi tentang perubahan
perilaku pada Regina selama di SDIT Al-Manar
2. Persepsi Elies tentang program yang ada
disekolah seperti eskul dan kegiatan lainnya
3. Alasan memasuki anaknya ke SDIT Al-Manar
4. Pendapat tentang guru-guru di SDIT Al-Manar
5. Keluhan anaknya terhadap sekolah
37
No. Nama Posisi Peran dalam Penelitian
7. Amelia Orang tua Murid dari
Syahril (kelas 4) yang bersekolah di
SDIT Al-Manar
1. Memberikan informasi tentang perubahan
perilaku pada Syahril selama di SDIT Al-Manar
2. Persepsi Amelia tentang program yang ada
disekolah seperti eskul dan kegiatan lainnya
3. Alasan memasuki anaknya ke SDIT Al-Manar
4. Pendapat tentang guru-guru di SDIT Al-Manar
5. Keluhan anaknya terhadap sekolah
8. Dewi Ananda Andaru Setyo (Kelas
3 ) yang bersekolah
di SDIT AL-Manar
. Memberikan informasi tentang perubahan
perilaku pada Syahril selama di SDIT Al-Manar
2. Persepsi Amelia tentang program yang ada
disekolah seperti eskul dan kegiatan lainnya
3. Alasan memasuki anaknya ke SDIT Al-Manar
4. Pendapat tentang guru-guru di SDIT Al-Manar 5. Keluhan anaknya terhadap sekolah
(Sumber: Diolah oleh Peneliti, 2018)
1.7.2 Lokasi dan Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDIT Al-Manar yang berlokasi Jln. Pondok Kelapa
Selatan RT. 009 RW. 012 No. 26 Lampiri, Pondok Kelapa, Duren Sawit Jakarta
Timur. Alasan mengapa penulis mengambil lokasi ini untuk dijadikan lokasi
penelitian adalah di lokasi tersebut merupakan lembaga sekolah dasar yang
menerapkan pendidikan karakter islami melalui kurikulum tidak tertulis tetapi
keberadaaanya sangat berpengaruh pada perilaku siswa. Dan sekolah ini sudah sangat
dikenal karena memiliki keunggulan tersendiri dalam programnya dan terbukti dari
akreditasi yaitu A. Melalui hal tersebutlah, peneliti ingin melihat bagaimana sekolah
melaksanakan kurikulum tersembunyi dalam penerapan pendidikan karakter islami
siswa. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan januari akhir sampai dengan mei 2018.
1.7.3 Peran Peneliti
Peran peneliti disini sebagai pengumpul informasi yang terjun langsung dan
terlibat di dalam proses wawancara dan observasi untuk memperoleh data yang
38
diperlukan. Peneliti berusaha mencari tahu mengenai kurikulum tersembunyi dalam
penerapan pendidikan karakter islami di SDIT Al-Manar. Dengan demikian peneliti
mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, peneliti juga berperan
sebagai instrumen dan sekaligus perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis,
penafsir data, dan pelapor penelitan.
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan beberapa teknik diantaranya.
1. Wawancara
Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari
para informan dalam berbagai situasi dan konteks. Peneliti menggunakan wawancara
tidak terstruktur dalam penelitian ini. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.40 Pedoman
wawancara ini hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Peneliti memberikan keleluasaan kepada informan untuk memberikan penjelasan
secara aman sehingga informan tidak merasa tertekan. Wawancara dilakukan secara
langsung atau secara tatap muka dengan informan kunci dan beberapa informan
pendukung.
40 Andi Prastowo,2010, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta:
Diva Press), Hlm. 146
39
Peneliti mewawancarai bagaimana konsep pendidikan karakter islami di sekolah
Islam Terpadu Al-Manar dilakukan yaitu dengan menerapkan pembiasaan dalam
program sekolah (Full Day School), Pembentukan akhlaq dan aqidah, penggabungan
antara prinsip pendidikan Islam dengan metode pendidikan Nasional yang baik,
Semua materi agama yang diberikan senatiasa selalau dibarengi dengan praktek,
sehingga para siswa dapat lebih jelas memaknai setiap
Pelajaran agama yang diberikan, memberikan pelayanan kebutuhan para siswa,
seperti : Al Manar Consulting Service, Safe Internet Access, Katering, Jemputan,
Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler. Selama penelitian berlangsung, peneliti tidak
menemukan kesulitan yang berarti dalam hal mendapatkan informasi dari informan.
2. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung dengan cara mengamati
kegiatan SDIT Al- Manar dalam melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan guru
terkait dalam proses pelaksanaan kurikulum tersembunyi, hubungan antara guru dan
murid, relasi antara guru dengan stakeholder sekolah. Peneliti juga melakukan
pengamatan dengan mengamati berbagai aktifitas para warga sekolah SDIT Al-Manar
dan kegiatan pembelajaran di sekolah dalam pembentukan karakter siswa.
3. Dokumentasi dan Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen. Peneliti mengambil segala macam bentuk data
40
pendukung penelitian, berupa gambar, artikel, data sekolah, hasil rekaman, memo,
dan fieldnote. Hal ini dilakukan untuk menjadi data pendukung laporan penelitian
selain hasil wawancara dengan pengurus sekolah terkait kurikulum tersembunyi
dalam penerapan pendidikan karakter islami di SDIT Al-Manar. Dokumentasi yang
dianalisis dalam penelitian ini yang berhubungan dengan penelitian seperti bentuk
kurikulum tersembunyi, gambaran umum, letak geografis, program kegiatan, jaringan
yang terjalin, serta berbagai aktivitas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
Peneliti melakukan studi kepustakaan melalui buku-buku, tesis, jurnal dan
dokumentasi yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh
penulis. Dokumen yang menjadi data sekunder adalah data sekolah. Penulis juga
mendapatkan dokumentasi berupa foto dari koleksi divisi dokumentasi kegiatan.
Selanjutnya, buku yang berkaitan dengan penelitian ini, penulis mendapatkannya dari
Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan Universitas Indonesia (UI). Kemudian untuk
tesis dan jurnal yang menjadi tinjauan penelitian sejenis dalam mengerjakan
penulisan ini berasal dari beberapa tempat dan sumber, Seperti: Perpustakaan UI,
serta Web Portalgaruda.org.
1.7.5 Triangulasi Data
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut saat mengumpulkan dan menganalisis data, ide
41
dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga
diperoleh kebenaran jika dilihat dari berbagai sudut pandang.41 Mathinson
menjelaskan bahwa nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah
untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau
kontradiksi oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam
pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.42
Triangulasi ini kemudian berguna dalam penelitian untuk mengungkapkan hasil
temuan yang lebih beragam dan menguji kebenaran suatu data. Adapun dalam proses
triangulasi data, peneliti melakukan triangulasi dengan dua penyidik. Teknik peyidik
ialah cara pemeriksaan kredibilitas data yang dilakukan dengan memanfaatkan
pengamat lain untuk pengecekan derajat kepercayaan data kita.43
Peneliti mewawancarai 5 pihak orangtua. Pertama, orangtua dari haidar yaitu
Bapak Imam. Kedua, orangtua dari Regina dan Adelia Savira yaitu Ibu Elies. Ketiga,
Orangtua dari Syahril yaitu Ibu Amelia. Keempat Orangtua dari Andaru yaitu Ibu
Dewi sebagai kebenaran data untuk melihat karakter siswa dirumah dan melhat
adakah perubahan karakter yang terlihat ketika bersekolah di SDIT AL-Manar dan
mewawancarai kepala sekolah sebagai penyelenggara aspek actual yang di dalamnya
41 Andi Prastowo,2011, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Jakarta: AR-RUZZ MEDIA), hlm. 269 42 John W. Creswell,2014, Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),
hlm. 241 43 Andi Prastowo, Op.cit., hlm. 270
42
terdapat kurikulum tersembunyi. Proses triangulasi menjadi penting dilakukan untuk
menyamakan perspektif antara peneliti dengan realitas.
1.8 Sistematika Penulisan
Sebuah penelitian harus memiliki sistematika penelitian, penelitian ini terdiri
dari tiga bagian yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Ketiga bagian ini disajikan dalam
lima bab dan beberapa subbab. Dalam penelitian yang dibuat ini, isi Bab I akan
menjabarkan mengenai latar belakang penelitian sehingga dapat terlihat permasalahan
penelitian yang muncul yang terdiri dari dua pertanyaan penelitian yang bertujuan
agar peneliti fokus terhadap suatu fenomena yang dikaji.
Selanjutnya terdapat juga tujuan penelitian, tinjauan studi sejenis, kerangka
konsep, metode penelitian dan sistematika penulisan. Semua itu bertujuan untuk
mengetahui kerangka dasar dalam penelitian ini dibuat dan hal ini diharapkan dapat
memberikan penjelasan mengenai kurikulum tersembunyi dalam penerapan
pendidikan karakter islami di SDIT Al-Manar.
Bab II berisikan deskripsi mengenai gambaran umum penelitian yakni SDIT
Al-Manar. Dalam bab ini terdiri dari subbab-subbab yang menjelaskan terkait letak
geografis SDIT Al-Manar, profil dari SDIT Al-Manar yang didalamnya berisi
mengenai sejarah berdirinya SDIT Al-Manar, visi misi SDIT Al-Manar, program
pendidikan karakter islami di SDIT Al-Manar, serta sarana dan prasarana di SDIT Al-
Manar.
43
Bab III pada bab ini peneliti akan membahas temuan peneliti yaitu Upaya
SDIT AL-Manar dalam pelaksanaan kurikulum tersembunyi sebagai pendidikan
karakter siswa. Dalam hal ini akan diuraikan mengenai pelakasanaan kurikulum
tersembunyi dalam kegiatan belajar mengajar siswa, pengelompokkan belajar siswa,
kegiatan ekstrakurikuler siswa, hubungan stakeholder sekolah dan budaya disekolah
Bab IV Bab ini akan mengaitkan hasil temuan di lapangan dengan konsep yang
berkaitan. Peneliti akan memakai konsep 7 nilai karakter di SDITAL-Manar dalam
kurikulum tersembunyi menurut Allan Glatthorn
Bagian akhir yaitu bab V merupakan bagian penutup. Bab ini berisi tentang
kesempatan peneliti menyimpulkan laporan penelitian secara menyeluruh.
Kesimpulan ini merupakan jawaban eksplisit dari pertanyaan penelitian. Selain itu
peneliti juga memberikan saran untuk SDIT Al-Manar sebagai pertimbangan
kedepannya.