sosiologi tawuran

8
TAWURAN ANTAR PELAJAR Kelompok 6 1. Rakha Yudhistira 2. Ratih Ayu 3. Rayhanah M. 4. Samuel Gogo 5. Wardani 6. M. Andriansyah

Upload: rakha-geovani

Post on 12-Aug-2015

90 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

TAWURAN ANTAR PELAJARKelompok 6

1. Rakha Yudhistira

2. Ratih Ayu

3. Rayhanah M.

4. Samuel Gogo

5. Wardani

6. M. Andriansyah

PENGERTIAN TAWURAN Tawuran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai

perkelahian yang meliputi banyak orang. Ironis memang seorang pelajar melakukan perkelahian, namun itu kenyataan yang terjadi. Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja. Kenakalan remaja dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis yaitu situasional dan sistematik :

1. Pada situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.

2. Pada sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma, dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.

PENYEBAB TAWURAN Pada awalnya tawuran antarpelajar hanya menjadi gejala sosial di wilayah

perkotaan, namun saat ini tawuran mulai terjadi di wilayah yang jauh dari perkotaan.

Tawuran merupakan gejala sosial yang cukup serius karena menyebabkan kerugian yang sangat banyak, mulai dari kerusakan fasilitas umum hingga berakibat kehilangan nyawa.

Pada umumnya tawuran diawali dengan sebuah konflik yang terjadi pada siswa antarsekolah. Konflik tersebut meluas karena perasaan solidaritas yang kuat antarsiswa di dalam sekolah masing-masing dan menghasilkan konflik antarsiswa dari sekolah yang berlainan.

Sering kali ada beberapa siswa yang hanya ikut-ikutan tawuran, alasan mereka karena mereka tidak ingin disebut orang yang penakut, tidak setia kawan, kurang solidaritas oleh siswa yang mengajak tawuran.

Pada kondisi ini siswa yang tidak terlibat terpaksa ikut tawuran demi solidaritas.

Terdapat dua faktor yang menyebabkan siswa melakukan tawuran. Pertama faktor internal, yaitu jiwa premanisme yang tumbuh di dalam jiwa pelajar. Hal ini diakibatkan oleh faktor kedua, yaitu faktor eksternal :

Faktor keluarga.

Siswa yang melakukan tawuran mungkin saja mendapat perlakuan kekerasan oleh orangtuanya di rumah yang mempengaruhi psikis siswa dan membuat siswa berpikir bahwa kekerasan adalah hal yang wajar.

Faktor lingkungan.

Siswa yang tumbuh di lingkungan yang buruk akan berperilaku buruk pula, sehingga mereka menganggap kekerasan hal yang biasa karena mereka sudah biasa melihat hal tersebut di lingkungan sekitarnya.

DAMPAK DARI TAWURAN Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi

korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian

Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya, rusaknya rumah warga apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga

Terganggunya proses belajar mengajar

Menurunnya moralitas para pelajar

Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai

SOLUSI MENGATASI TAWURAN Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar

Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik

Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri

Memfasilitasi para pelajar untuk baik di lingkungan rumah atau di lingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat  di waktu luangnya. Contohnya : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler di sekolahnya

KESIMPULAN Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu

siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.

Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar menjadi insan yang  lebih baik.

Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.

TERIMA KASIH