bab i pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi
prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan
pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan tempat tinggal adalah hal yang paling
utama dan tidak dapat dielakkan bahkan secara terus menerus kebutuhan itu akan
mengikuti perkembangan ekonomi seseorang mulai dari kebutuhan akan tempat
tinggal yang mungil, sederhana sesuai kemampuan hingga rumah mewah sesuai
dengan kemapanan seseorang. Umumnya bagi masyarakat yang sudah mapan
lebih memilih tempat tinggalnya berdiri di atas sebidang tanah, sehingga harga
tanah kian tahun kian meningkat, kebutuhan tanah pun kian tahun kian meningkat
dan persediaan tanah di suatu daerah kian tahun kian menipis sehingga terjadi
kepadatan penduduk di suatu lokasi tertentu.
Menurut Prawoto (2012: 230-231) bahwa tanah merupakan sebuah entitas
fisik yang melekat dengan hak kepemilikan berdasarkan hukum yang telah diatur
dan dibatasi untuk tujuan kebaikan bagi umat manusia. Tanah merupakan sumber
utama bagi kekayaan yang dapat dinilai atau dipertukarkan dengan uang. Tanah
dengan apa saja yang dihasilkannya mempunyai nilai ekonomis ketika dialihkan
kedalam barang dan jasa yang bermanfaat. Setiap tanah yang ada di permukaan
bumi ini pada dasarnya memiliki karakteristik dan keunikan yaitu meliputi
karakteristik fisik, lokasi dan legalitas, di mana ketiga karakteristik tersebut secara
langsung berdampak pada proses pembentukan harga tanah.
2
Harga tanah di suatu lokasi khususnya di DKI Jakarta dari waktu ke waktu
senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan wilayah.
Perubahan harga tanah tersebut dapat diakibatkan oleh banyak faktor penentu,
yang salah satunya adalah adanya pembangunan sarana infrastruktur seperti akses
jalan, jembatan, waduk, terminal yang pada akhirnya dapat memicu
perkembangan suatu wilayah.
Pembangunan infrastruktur suatu wilayah merupakan salah satu aspek
penting untuk mempercepat proses pembangunan nasional umumnya dan
pembangunan suatu wilayah pada khususnya. Infrastruktur juga memegang
peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi
mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara pada umumnya dan
suatu wilayah pada khususnya, tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan sarana
infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi dan energi.
Sejak zaman Belanda hingga kini, banjir merupakan salah satu
permasalahan kompleks yang masih melanda Kota Jakarta. Secara alami faktor
penyebab banjir yang ada di Jakarta selain morfologi daerahnya berupa dataran
rendah di mana 40 persen lebih pemukiman di Jakarta berada di bawah
permukaan sungai dan laut, dapat pula banjir disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi di bagian hinterland, aliran permukaan yang besar, drainase yang sangat
landai, pengaruh pasang surut air laut dan pendangkalan sungai di sekitar
muaranya.
Departemen Pekerjaan Umum DKI Jakarta (2014: 64) menerangkan bahwa
wilayah banjir di Jakarta selama periode dua puluh lima tahun terakhir terus
3
mengalami peningkatan misalnya, pada tahun 1980 luas daerah banjir mencapai
770 hektar kemudian meningkat pada tahun 1996 mencapai 2.300 hektar, dan
semakin meningkat pada tahun 2002 menjadi 16.800 hektar. Banjir terburuk yang
dialami Jakarta terjadi pada tahun 2007 yaitu luas genangan banjir mencapai
42.500 hektar. Pada tahun 2014 ini sejalan dengan hampir tuntasnya proyek
pembangunan kanal banjir timur, kendati Jakarta kembali diterjang banjir besar di
beberapa lokasi namun wilayah genangan banjir semakin mengalami penurunan
yang signifikan yaitu genangan air mencapai 28.000 hektar. Untuk itu proyek
pembangunan infrastruktur kanal banjir timur di Jakarta Timur terus mendapat
perhatian pemerintah untuk segera dirampungkan termasuk normalisasi daerah
aliran sungai (DAS) yang mengalami penyempitan dan pendangkalan.
Rencana Tata Ruang dan Wilayah 2010 Provinsi DKI Jakarta yang terdapat
di dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 tahun 1999, salah
satunya memuat tentang rencana pelaksanaan pembangunan proyek kanal banjir
timur sebagai salah satu upaya untuk mengurangi ancaman kerugian banjir yang
lebih besar pada tahun-tahun mendatang khususnya di sebagian besar wilayah
Provinsi DKI Jakarta. Pembangunan infrastruktur kanal banjir timur (KBT)
merupakan pengendalian banjir di bagian timur dan sebagian utara Jakarta
mengacu pada rencana induk yang kemudian dilengkapi dengan "The Study on
Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in the City of Jakarta" tahun
1991, serta "The Study on Comprehensive River Management Plan in Jabotabek"
pada Maret 1997 di mana keduanya dibuat oleh Japan International Cooperation
Agency.
4
KBT direncanakan untuk menampung aliran Kali Ciliwung, Kali Cililitan,
Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jatikramat, dan Kali Cakung
dengan daerah tangkapan air (catchment area) mencakup luas lebih kurang 207
kilometer persegi atau sekitar 20.700 hektar. KBT juga direncanakan melintasi 12
kelurahan yaitu 2 kelurahan di Jakarta Utara, dan 10 kelurahan di Jakarta Timur,
sepanjang 23,5 kilometer dengan lebar 100 hingga 300 meter tersebut, menelan
biaya pembangunan hingga mencapai 4,9 triliun, terdiri dari biaya pembebasan
lahan 2,4 triliun yang diambil dari APBD DKI Jakarta, dan biaya kontruksi 2,5
triliun dari dana APBN Departemen Pekerjaan Umum. Saluran KBT yang
memotong Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran,
Kali Jatikramat, dan Kali Cakung dari barat ke timur dialirkan ke utara
diperbatasan timur wilayah DKI Jakarta. Pada bagian muara kurang lebih 2 kilo
meter sebelum pantai Laut Jawa, saluran KBT memotong Sungai Blencong. Pada
halaman berikut, peneliti akan menampilkan gambar rute dari daerah yang
dilewati oleh kanal banjir timur yang diambil dari arsip dinas pekerjaan umum
dan juga peta yang menjelaskan letak kanal banjir timur yang diambil dari Google
Maps.
5
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum (2002)
Gambar 1.1 Jalur Kanal Banjir Timur
Sumber: Google Maps (2014)
Gambar 1.2 Peta Kanal Banjir Timur
6
Pembebasan lahan untuk pembuatan kanal banjir timur seluas 405,28 hektar
tersebut terdiri dari 147,9 hektar lahan di wilayah Jakarta Utara, dan 257,3 hektar
lahan di wilayah Jakarta Timur. Hingga September 2006 pembebasan lahannya
baru mencapai 111,19 hektar dengan biaya sekitar 700 miliar, dan untuk tahun
2007 direncanakan pembebasan lahan seluas 267,36 hektar dengan biaya 1,2
triliun rupiah. Namun dalam kenyataannya pembuatan kanal yang sudah
direncanakan lebih dari 30 tahun tersebut pembebasan lahan berjalan sangat
lambat dan alot, berdampak pada lambatnya pembangunan di mana rencana yang
sangat bagus tersebut tidak kunjung selesai direalisasikan, dan banjir yang kini
masih dirasakan sebagian warga Jakarta menjadi kenyataan setiap tahun.
Seiring dengan telah selesainya pembangunan proyek KBT, sejak tahun
2010 sebagian besar warga masyarakat di wilayah Jakarta Timur khususnya di
Kelurahan Duren Sawit yang dilalui oleh jalur kanal banjir timur, saat ini telah
dapat merasakan manfaat yang sangat besar dari pembangunan infrastruktur
tersebut. Masyarakat di Kelurahan Duren Sawit sudah tidak lagi merasa resah
akan genangan air dan banjir yang pada setiap musim hujan selalu membanjiri
pemukiman mereka, karena kini banjir itu tidak datang lagi. Lokasi Duren Sawit
pada khususnya dan Jakarta Timur pada umumnya mulai dilirik untuk menjadi
salah satu pilihan tempat tinggal maupun tempat usaha, sehingga wilayah Jakarta
Timur mulai berkembang, harga propertipun mulai merangkak naik mengikuti
perkembangan wilayah lainnya yang ada di Jakarta.
Kondisi lingkungan yang semakin kondusif dan tidak lagi dihantui ancaman
banjir tahunan di Kelurahan Duren Sawit, secara langsung berdampak pada
7
peningkatan laju pertumbuhan bisnis dan roda perputaran ekonomi. Saat ini warga
masyarakat telah dapat merasakan dampak positif dari pembangunan kanal banjir
timur bagi kelangsungan hidupnya.
Pembangunan infrastruktur kanal banjir timur tersebut selama periode 8
tahun terakhir (2007-2014) ternyata juga mempengaruhi harga pasar tanah dan
bangunan di sekitar lokasi KBT, khususnya di wilayah Kecamatan Duren Sawit.
Kondisi tersebut sangat masuk akal sebab harga tanah di suatu lokasi dari waktu
ke waktu senantiasa akan mengalami perubahan sejalan dengan terjadinya
perkembangan wilayah.
Salah satu faktor penentu perubahan harga tanah tersebut adalah adanya
pembangunan sarana infrastruktur kanal banjir timur yang cukup efektif untuk
mengatasi masalah banjir yang hampir setiap tahun melanda wilayah Kecamatan
Duren Sawit. Pembangunan proyek infrastruktur kanal banjir timur ini pada
akhirnya dapat memicu perkembangan wilayah menjadi daerah yang lebih
nyaman dan kondusif sebagai tempat hunian maupun aktifitas bisnis. Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang sejauh mana dampak pembangunan proyek infrastruktur kanal banjir
timur (KBT) terhadap nilai tanah dan bangunan di wilayah Jakarta Timur,
khususnya di Kelurahan Duren Sawit.
1.1.1 Perumusan masalah
Harga tanah dan bangunan di wilayah Jakarta Timur khususnya di
Kecamatan Duren Sawit dan sekitarnya, dalam beberapa tahun terakhir terus
mengalami kenaikan. Penyebab utama kenaikan harga tanah dan bangunan
8
tersebut antara lain disebabkan semakin berkembangnya wilayah pemukiman dan
aktifitas bisnis di wilayah tersebut, sementara lahan yang tersedia sangat terbatas.
Selain itu aspek lokasi dan akses jalan tol juga turut mengangkat nilai jual
tanah dan bangunan di daerah ini. Lokasi Kelurahan Duren Sawit sangat strategis
berdekatan dengan pintu tol Pondok Gede dan akses jalan antara Pondok Kopi,
Casablanca sampai ke pusat kota di jalan Sudirman.
Terlebih dengan telah dibangunnya proyek infrastruktur kanal banjir timur
(KBT) membuat wilayah Kelurahan Duren Sawit semakin nyaman dan kondusif
sebagai tempat hunian dan aktifitas bisnis yang strategis serta terhindar dari
masalah banjir yang rutin terjadi hampir setiap tahun melanda wilayah Jakarta.
Berdasarkan uraian di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian
tentang sejauh mana pengaruh pembangunan infrastruktur kanal banjir timur
(KBT) terhadap nilai jual tanah dan bangunan di wilayah Jakarta Timur.
Penelitian ini dituangkan dengan judul "Pengaruh Pembangunan Proyek
Infrastruktur Kanal Banjir Timur (KBT) Terhadap Harga Tanah: Studi Pada
Kelurahan Duren Sawit".
1.1.2 Pertanyaan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
pertanyaan penelitian dapat dijabarkan dalam pertanyaan berikut.
1. Bagaimanakah perkembangan harga tanah di sepanjang jalur proyek kanal
banjir timur yang terletak di Kelurahan Duren Sawit dan Kelurahan Pondok
Kelapa Jakarta Timur?
2. Apakah terdapat perbedaan harga tanah di Kelurahan Duren Sawit dan
9
Kelurahan Pondok Kelapa Jakarta Timur, sebelum dan sesudah proyek kanal
banjir timur selesai?
3. Apakah terdapat perbedaan harga tanah di sepanjang jalur yang dilalui dan
tidak dilalui proyek infrastruktur kanal banjir timur yang terletak di Kelurahan
Duren Sawit dan Kelurahan Pondok Kelapa Jakarta Timur?
4. Bagaimanakah pengaruh pembangunan proyek infrastruktur kanal banjir timur
terhadap harga tanah yang terletak di Kelurahan Duren Sawit dan Kelurahan
Pondok Kelapa Jakarta Timur?
1.2 Keaslian Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan kenaikan harga tanah yang disebabkan
oleh adanya suatu infrastruktur telah banyak dilakukan, namun belum ada yang
meneliti tentang pengaruh infrastruktur kanal banjir timur terhadap kenaikan
harga di Kelurahan Duren Sawit. Peneliti menggunakan Kelurahan Pondok
Kelapa sebagai daerah pembanding, karena masih dalam kecamatan yang sama
namun tidak dilewati oleh proyek infrastruktur kanal banjir timur. Dalam Tabel
1.1 diuraikan beberapa penelitian sejenis sebagai komparasi terkait dengan
Pengaruh Pembangunan Kanal Banjir Timur (KBT) Terhadap Harga Tanah: Studi
Pada Kelurahan Duren Sawit.
10
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
dan Tahun Alat Analisis Kesimpulan Penelitian
1 Zuhriyah (2012)
Uji beda rata rata Keberadaan jembatan Suramadu memberikan pengaruh nyata terhadap nilai tanah di Kecamatan Labang.
2 Hartanti (2012)
Metoda analisis spasial dan deskriptif kualitatif.
Semakin mendekati pusat pertumbuhan, maka harga tanah cinderung meningkat.
3 Ghana & Navastra (2012)
Teknik Isovalue dan deskriptif kualitatif
Adanya keterkaitan antara pengaruh pertumbuhan pemukiman terhadap pertumbuhan dinamika harga lahan di Surabaya Barat.
4 Ahmad (2011)
T-‐test dan deskriptif Pendapatan petani berbeda sebelum dan sesudah melepaskan tanah pertaniannya.
Perbedaan penelitian ini dibanding penelitian sebelumnya terletak pada
objek penelitian, variabel penelitian, metoda penelitian, alat analisis, dan lokasi
penelitian.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusah masalah, maka tujuan dari
penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Menganalisis perkembangan harga tanah sepanjang jalur proyek infrastruktur
kanal banjir timur yang terletak di Kelurahan Duren Sawit dan Kelurahan
Pondok Kelapa Jakarta Timur.
2. Menganalisis ada tidaknya perbedaan harga tanah di jalur proyek KBT yang
11
terletak di Kelurahan Duren Sawit dan Kelurahan Pondok Kelapa Jakarta
Timur, Sebelum dan Sesudah dilaksanakan Proyek kanal banjir timur.
3. Menganalisis ada tidaknya perbedaan harga tanah di sepanjang jalur proyek
infrastruktur kanal banjir timur yang dilalui dan tidak dilalui KBT terletak di
Kelurahan Duren Sawit dan Kelurahan Pondok Kelapa Jakarta Timur.
4. Menganalisis pengaruh pembangunan proyek KBT terhadap harga tanah yang
terletak di Kelurahan Duren Sawit dan Kelurahan Pondok Kelapa Jakarta
Timur.
1.3.2 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat praktis dan juga
teoritis bagi para pembacanya. Manfaat dan kegunaan yang dapat diperoleh dari
hasil penelitian ini sebagai berikut.
1. Manfaat bagi peneliti adalah bahwa penelitian ini merupakan sarana untuk
menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan, serta diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan khususnya yang membahas masalah
penilaian properti.
2. Manfaat bagi pihak lain adalah bahwa penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan acuan dan referensi bagi pihak lain yang
melaksanakan penelitian tentang topik yang berkaitan dengan pengaruh
pembangunan sarana infrastruktur terhadap nilai properti khususnya nilai jual
tanah.
12
1.4 Sistematika Penelitian
Penyusunan penelitian ini secara sistematis dibagi dalam 4 (empat) bab
dan beberapa sub-bab dengan perincian sebagai berikut. Bab I menguraikan dan
menceritakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan
sistematika penulisan. Bab II menjelaskan tentang landasan teori, hasil penelitian
sebelumnya, objek penelitian, model analisis, alat analisis, dan hipotesis. Bab III
menjelaskan secara deskriptif tentang cara penelitian, proses pengambilan data,
menganalisa data, membahas secara statistik dan secara kuantitatif. Bab IV
menjawab tujuan dari penelitian dan memberikan saran untuk pihak pihak
selanjutnya yang ingin meneliti topik yang berkaitan.