bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/bab i.pdf · menurut data badan pusat...

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak potensi sumber daya alam, salah satunya adalah hasil tambang. Negara ini memiliki banyak hasil tambang diantaranya seperti emas, tembaga, belerang, dan sebagainya. Manusia mengeksplorasi sumber daya alam dengan melakukan penambangan secara tradisional maupun secara modern. Penambangan yang dilakukan secara tradisional dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat tradisional maupun dengan tenaga manusia, seperti cara dipikul dan lain sebagainya. Sedangkan penambangan secara modern dapat dilakukan dengan alat-alat canggih seperti mesin-mesin yang bisa digunakan pekerja agar mereka tidak kesulitan dalam bekerja. Berdasarkan data Asosiasi Pertambangan Indonesia pada tahun 2014, Indonesia menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk negara yang kaya akan sumberdaya tambang, dengan potensi dan produksi sebagai berikut: cadangan batubara Indonesia hanya 0,5% dari cadangan dunia, produksinya menempati posisi ke-6 sebagai produsen dengan jumlah produksi mencapai 246 juta ton, peringkat ke-25 sebagai negara dengan potensi minyak terbesar yaitu sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel potensial, peringkat ke-13 negara dengan cadangan gas alam. Indonesia menduduki 13 terbesar dunia sebesar 92,9 triliun kaki kubik, peringkat ke-7 yang memiliki potensi emas terbesar di dunia dengan produksi menduduki peringkat ke-6 di dunia sekitar 6,7%, peringkat ke-5 untuk cadangan timah terbesar di dunia sebesar 8,1% dari

Upload: others

Post on 09-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak potensi sumber daya alam, salah

satunya adalah hasil tambang. Negara ini memiliki banyak hasil tambang diantaranya

seperti emas, tembaga, belerang, dan sebagainya. Manusia mengeksplorasi sumber

daya alam dengan melakukan penambangan secara tradisional maupun secara modern.

Penambangan yang dilakukan secara tradisional dapat dilakukan dengan menggunakan

alat-alat tradisional maupun dengan tenaga manusia, seperti cara dipikul dan lain

sebagainya. Sedangkan penambangan secara modern dapat dilakukan dengan alat-alat

canggih seperti mesin-mesin yang bisa digunakan pekerja agar mereka tidak kesulitan

dalam bekerja.

Berdasarkan data Asosiasi Pertambangan Indonesia pada tahun 2014, Indonesia

menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk negara yang kaya akan sumberdaya tambang,

dengan potensi dan produksi sebagai berikut: cadangan batubara Indonesia hanya 0,5%

dari cadangan dunia, produksinya menempati posisi ke-6 sebagai produsen dengan

jumlah produksi mencapai 246 juta ton, peringkat ke-25 sebagai negara dengan potensi

minyak terbesar yaitu sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel

potensial, peringkat ke-13 negara dengan cadangan gas alam. Indonesia menduduki 13

terbesar dunia sebesar 92,9 triliun kaki kubik, peringkat ke-7 yang memiliki potensi

emas terbesar di dunia dengan produksi menduduki peringkat ke-6 di dunia sekitar

6,7%, peringkat ke-5 untuk cadangan timah terbesar di dunia sebesar 8,1% dari

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

2

cadangan timah dunia, peringkat ke-7 untuk cadangan tembaga dunia sekitar 4,1%,

Peringkat ke-8 cadangan nikel dunia, cadangan nikel Indonesia sekitar 2,9% dari

cadangan nikel dunia (www.hpli.org). Sedangkan tambang belerang yang ada di

Kawah Ijen dalam sehari produksi belerang mencapai 14 ton per hari. Sedangkan

jumlah produksi dalam 1 tahun kurang lebih 5.000 ton. (www.ptcandingrimbi.com).

Penyebaran wilayah tambang belerang di Indonesia saat ini baru diketahui 6

Provinsi di Indonesia yaitu: Jawa barat : Gunung Tangkuban Perahu, Danau Putri,

Galunggung, Ceremai, Telaga bodas, Jawa tengah : Gunung Dieng, Jawa timur :

Gunung Arjuno, Gunung Welirang, Gunung Ijen, Sumatera utara : Gunung Namora,

Sulawesi utara : Gunung Mahawu, Soputan, dan Gunung Sorek Merapi, Maluku : Pulau

Damar (Sumarti :2010).

Pekerja tambang belerang juga harus perlu memikirkan kondisi. Baik keadaan

kondisi fisik maupun kondisi alam. Agar tingkat kecelakaan kerja dapat di

minimalisirkan, maka para penambang belerang harus menjaga kondisi tersebut.

Karena kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu upaya yang penting

untuk menciptakan suasana bekerja yang aman dan nyaman. Berdasarkan UU No. 1

Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian

yang tidak diduga ataupun tidak dikehendaki, dan yang mengacaukan proses yang telah

diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia

maupun kerugian harta benda.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

3

Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan

kerja di Indonesia masih tergolong naik turun dari setiap tahunnya. Tercatat bahwa

tahun 2016 menunjukan data jumlah kecelakaan kerja 106.129 orang, korban mati

berjumlah 26 185 orang. Korban luka berat dan luka ringan berjumlah 144.108 orang

(www.bps.go.id). Sedangkan kecelakaan kerja pada bidang pertambangan, pada tahun

2014 tercatat bahwa ada 48 orang cidera ringan, 78 orang mengalami cidera berat, dan

32 orang meninggal (www.esdm.go.id). Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh

berbagai faktor diantaranya adalah faktor manusia atau pekerja dan faktor lingkungan.

Faktor manusia memegang peranan penting didalam terjadinya kecelakaan kerja

sedangkan dari segi lingkungan temperatur yang ada di tempat kerja dipercaya sebagai

salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja, suhu dilingkungan seperti

pertambangan (Suma’mur,1989:7).

Terdapat tujuh dusun di Desa Tamansari dengan sebagaian besar

masyarakatnya bekerja sebagai penambang belerang. Mereka melakukan

penambangan di Kawah Ijen, yaitu kawah dari Gunung Ijen yang lokasinya berada di

Desa tersebut. Selain keindahan alamnya juga adanya penambang belerang tradisional

yang menambang belerang di dasar Kawah Ijen. Menjadi menarik karena mereka

menambang belerang masih dengan cara tradisional yaitu dengan cara dipikul dan

peralatan yang digunakan juga masih sangat sederhana.

Penambang belerang Kawah Ijen masih menggunakan cara yang sederhana

untuk mengambil belerang. Mereka menggunakan kerangjang pikul untuk mengangkut

belerang. Dengan menggunakan keranjang pikul sebagai alatnya, maka para

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

4

penambang belerang jika akan mengambil belerang mereka harus turun kebawah di

dekat danau kawah. Setelah belerang dimasukukkan kedalam keranjang pikul

selanjutnya belerang tersebut dibawa menuju tempat penimbangan belerang. Belerang

yang mereka hasilkan kemudian mereka timbang di tempat penimbangan.

Penimbangan tersebut ialah PT Candi Ngrimbi yang berada di Desa Tamansari

Kecamatan Licin. Perusahaan tersebut bergerak di pengolahan barang tambang

belerang dan bidang produksi bahan dasar sebagai suatu produk tertentu.

Para penambang belerang yang ada di Kawah Ijen berjumlah sekitar 200 orang

penambang. mereka bekerja setiap hari mulai dini hari hingga siang hari. Dengan

medan yang berat yaitu berjalan melewati jalan yang sempit dan bebatuan dengan jarak

sekitar 4 kilometer. Dalam sehari mereka mampu mengangkut belerang kurang lebih

70 kilogram, bahkan dari mereka ada yang bekerja hingga dua kali naik. Dengan harga

yang tidak seberapa, dan harga belerang tersebut per-kilonya Rp 900,00 . Pendapatan

tersebut tidak sebanding dengan apa yang mereka lakukan selama bekerja. Namun,

pekerjaan ini tetap mereka lakukan dari dulu hingga sekarang untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Penambang belerang harus memikirkan kondisi. Baik keadaan kondisi fisik

penambang serta keadaan lokasi tempat penambangan, apakah dalam keadaan aman

atau tidak. Sering kali asap tebal juga muncul dari kawah belerang dan juga berbahaya

bagi keselamatan para penambang. Menjadi penambang belerang dengan risiko

keselamatan kerja yang tidak terlalu banyak membuat mereka tetap bertahan bekerja

sebagai penambang. Karena mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

5

Meski pekerjaan tersebut memiliki risiko tinggi. Salah satunya adalah

kecelakaan kerja, yang terjadi pada waktu mereka menambang. Dari hasil observasi di

lapangan peneliti mengetahui kecelakaan kerja yang terjadi di kalangan penambang

belerang ialah kecelakaan kerja bersifat ringan, sedang dan berat. Berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan penambang yang pernah mengalami kecelakaan kerja ialah

sebagai berikut kecelakaan kerja ringan berjumlah 2 orang penambang, kecelakaan

kerja sedang berjumlah 3 orang penambang dan kecelakaan kerja berat berjumlah 1

orang penambang. Sebab menambang belerang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.

Merujuk kecelakaan kerja yang pernah di alami para penambang di Kawah Ijen,

membuat mereka tetap termotivasi untuk lanjut bekerja menjadi penambang belerang.

Melimpahnya sumber daya belerang tersebut dimanfaatkan oleh penambang untuk

kehidupan yang lebih sejahtera. Namun yang terlihat justru penambang hidup masih

dalam kekurangan. Dikarenakan pendapatan yang hanya pas-pasan, serta waktu kerja

yang dikeluarkan. Para penambang juga di baying-bayangi rasa takut pada kematian

karena penyakit pernafasan. Secara rasional tentunya para penambang belerang

memikirkan tentang cara-cara agar kebutuhan keluarganya tercukupi.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

6

Mencermati fenomena tersebut maka skripsi ini mengkaji, memahami serta

menunjukan secara kualitatif tentang kecelakaan kerja. Sebab frekuensi terjadinya

kecelakaan kerja lebih sering disebabkan oleh faktor manusia. Karena manusia yang

paling banyak berperan dalam menggunakan peralatan kerja. Oleh karena itu peneliti

mengangkat judul “Rasionalitas Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja Di

Kalangan Penambang Belerang Kawah Ijen”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalahnya adalah :“Bagaimana

Rasionalitas Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja di Kalangan Penambang

Belerang Kawah Ijen?”

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui Rasionalitas Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja di

Kalangan Penambang Belerang Kawah Ijen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menguatkan dan

mengkritik pada konsep Weber tentang rasionalitas. Dan mengkaji konsep

Weber terutama pada Rasionalitas dan untuk mengetahui Rasionalitas

Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja Penambang Belerang Kawah Ijen.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

7

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Civitas Akademika

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi baru

bagi civitas akademika. Sehingga dapat menunjang keilmuan dan

mempertajam analisis terkait dengan tema penelitian ini. Terutama

dalam Rasionalitas Kecelakaan Kerja Dan Keselamatan Kerja di

Kalangan Penambang Belerang Kawah Ijen.

b. Manfaat Bagi Peneliti

Peneliti akan menjadi lebih paham tentang lingkup kerja

penambang belerang di Ijen, sehingga peneliti juga mampu

menerapkan analisis berkaitan dengan Rasionalitas Kecelakaan

Kerja Dan Keselamatan Kerja Penambang Belerang Kawah Ijen.

Selain itu peneliti akan lebih mengetahui dan memahami tingkat

kecelakaan kerja yang ada di sektor informal, terutama pada bidang

pertambangan.

c. Manfaat Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan atau rujukan dalam pembuatan kebijakan bagi

pemerintah terkait kebijakan pemerintah kepada penambang yang

mengalami kecelakaan kerja. Agar pemerintah dapat memberikan

jaminan perlindungan kesehatan pada kecelakaan kerja.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

8

1.5 Definisi Konsep

Definisi Konsep digunakan untuk mengetahui pengertian serta batasan

dari setiap konsep yang ada dalam penelitian. Konsep-konsep yang diperoleh

dari penelitian ini antara lain yaitu:

1.5.1 Konsep Rasionalitas

Proses berpikir aktor dalam menentukan pilihan tentang alat dan

tujuan (Ritzer,2005:231). Pertimbangan-pertimbangan sukarela dan alat-

alat yang efisien digunakan untuk mencapai tujuan khusus (Jary &

Jary,1991:521).

1.5.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan.

Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur

kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Oleh karena itu

peristiwa kecelakaan kerja disertai kerugian material ataupun penderitaan

dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Kecelakaan

akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja. Bahwa

kecelakaan kerja terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada saat

melaksanakan pekerjaan (Suma’mur, 2014:5).

1.5.3 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan

pada akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu

utama bagi keamanan tenaga kerja, dan keselamatan kerja menyangkut

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

9

segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa

(Suma’mur,2014).

1.5.4 Pertambangan

Berdasarkan Pasal 1 angka I Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009,

pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

penelitian,pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang

meliputi penyelidikan umum, explorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian,pengangkutan dan penjualan.

Serta kegiatan pasca tambang. Pengertian tersebut dalam arti luas meliputi

berbagai kegiatan pertambangan yang ruang lingkupnya dapat dilakukan

sebelum penambangan, proses penambangan, dan sesudah proses

penambangan (Salim HS, 2012: 11).

1.5.5 Belerang

Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang

memiliki lambang S dan nomor atom 16, bentuknya non-metal. Dalam

bentuk aslinya, belerang merupakan zat padat Kristal yang berwarna kuning.

Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-

mineral sulfida dan sulfat. Belerang yang padat mempunyai dua bentuk

alotrop yaitu belerang yang stabil pada suhu dibawah 95,5 ⁰ dan mencaiir

pada suhu 113⁰C (Goenawan, 1999:15).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

10

1.5.6 Kawah Ijen

Kawasan Gunung api Ijen merupakan kawasan vulkanik yang

terletak di Provinsi Jawa Timur. Kawasan Gunung api Ijen ini berada di

Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Sempol,

Kabupaten Bondowoso. Jarak Kawah Ijen sekitar 33 km dari

Banyuwangi dengan posisi geografis sekitar 8⁰2’30” LS - 8⁰5’30” LS

dan 114⁰12’30” BT - 114⁰16’30” BT. Ijen merupakan kawasan Gunung

api berkawah dengan ketinggian danau kawah 2.145 m dan tepi

kawahnya mencapai 2.386 dari permukaan laut. Gunung api Ijen

memiliki sumberdaya belerang yang melimpah. Jumlah cadangan

belerang di gunung api Ijen merupakan cadangan belerang terbesar di

Indonesia. Sedikitnya 14 ton belerang setiap hari berhasil ditambang

(Witiri dan Sumarti, 2011).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan secara

deskriptif serta menggunakan data kualitatif. Pada umumnya metode ini

dilakukan dengan suatu tujuan utama, untuk menggambarkan dan

mengungkapkan. Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk membuat

deskripsi, gambaran, serta fakta-fakta yang akurat terhadap fenomena yang

akan diteliti. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang untuk memahami

fenomena tentang apa yang ditimbulkan oleh subjek penelitian,misalnya

perilaku,persepsi,tindakan dan lain-lain secara holistic dan dengan cara

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

11

deskriptif dalam bentuk kata-kata bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Bogdan dan

Taylor (Moleong,2007:3). Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis

fenomenologi. Fenomenologi merupakan jenis penelitian yang digunakan

untuk menggali pemahaman yang mengendap dalam fikiran masyarakat terkait

suatu fenomena. Menurut Polkinghome (Herdiansyah, 2014: 67), fenomenologi

adalah sebuah studi untuk memberikan gambaran tentang arti dari pengalaman

beberapa individu terkait suatu konsep.

Pendekatan deskriptif kualitatif ini dipilih oleh peneliti karena dianggap

sesuai dengan tema yang akan diteliti, dengan menggunakan penedekatan ini

maka peneliti akan mudah menggali data tentang Rasionalitas Kecelakaan

Kerja Penambang Belerang Kawah Ijen.

1.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kawah Ijen yang terletak di Desa

Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Desa Tamansari

mempunyai tujuh dusun yaitu, dusun Ampelgading, Blimbingsari, Jambu,

Kebun Dadap, Krajan, Sumberwatu, dan Tanah Los. Namun para penambang

belerang lebih banyak yang tinggal di Dusun Ampelgading daripada Dusun

lainnya. Lokasi ini dipilih karena merupakan daerah yang terkenal dengan

kekayaan belerang nya dan hanya ada satu di Kawah Ijen Kabupaten

Banyuwangi.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

12

1.6.3 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel penelitian ini menggunakan

accidental sampling, yaitu penentuan subjek atau informan penelitian

didasarkan pada kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul, yaitu

siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data.

Kriteria subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Penambang belerang yang sudah pernah mengalami kecelakaan kerja.

2. Penambang belerang yang sudah bekerja menjadi penambang di Kawah

Ijen minimal 5 tahun.

3. Penambang belerang yang setiap hari bekerja di Kawah Ijen.

4. Penambang belerang yang usianya sudah 30-60 tahun.

Beberapa kriteria tersebut dapat mendukung peneliti dalam

menggali data yang terkait para penambang belerang. Adapun alasan

peneliti menentukan kriteria dalam melakukan wawancara terhadap

beberapa sampel tersebut, karena beberapa sampel diangggap

menguasai dan paham tentang realita sebuah kecelakaan kerja di Kawah

Ijen. Sehingga data yang nantinya didapat akan terjamin validitasnya.

1.6.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam dua

klasifikasi, yaitu data primer dan data sekunder.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

13

1.6.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung oleh

peneliti tanpa melalui perantara ataupun sumber lainnya.

Adapun data primer ini didapatkan berupa teks hasil wawancara

dan observasi secara langsung pada informan yang telah

ditentukan.

1.6.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti

secara tidak langsung dari objek penelitian ataupun merupakan

data yang diperoleh melalui perantara media tertentu maupun

sumber lainnya. Data sekunder dalam penelitian ini berupa hasil

penelitian terdahulu, jurnal, buku, foto-foto yang ada kaitannya

dengan persoalan terhadap kecelakaan kerja penambang

belerang kawah ijen.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

1.6.5.1 Observasi

Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik

yang lain, yaitu wawancara dan dokumentasi. Observasi

dilakukan untuk mengamati terlebih dahulu kondisi serta situasi

lokasi yang terjadi pada lingkungan penambang belerang kawah

ijen secara langsung dan terang-terangan. Menurut Nasution

(1988) dalam Sugiyono (2009 : 226) observasi merupakan dasar

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

14

semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan dapat bekerja melalui

data dari dunia nyata dengan cara melakukan observasi.

Observasi dilakukan dengan cara bertemu langsung

dengan penambang belerang Kawah Ijen yang dilakukan pada

pagi hari ketika para penambang berada di atas kawah dan sudah

membawa belerang kedalam keranjang. Tujuan dari observasi

ini adalah untuk mengetahui dan mencari data tentang

bagaimana rasionalitas kecelakaan kerja penambang belerang

yang ada di Kawah Ijen.

Observasi pertama dilakukan peneliti pada hari Minggu

tanggal 15 April 2018. Peneliti berangkat dari rumah menuju

Kawah Ijen pada jam 01.00 pagi. Dengan jarak tempuh

perjalanan sekitar satu jam menuju paltuding Kawah Ijen. Akses

jalan menuju Kawah Ijen melewati jalan yang sempit dan

berkelok-kelok juga sepi. Awal observasi pertama ini peneliti

ditemani kakak, dikarenakan perjalanan menuju Kawah Ijen

peneliti memilih berangkat pada pukul 01.00 pagi untuk melihat

para penambang belerang dan keindahan alam Kawah Ijen.

Setelah sampai di paltuding Kawah Ijen, peneliti langsung

membeli tiket masuk menuju Kawah Ijen seharga Rp. 10.000,00

setelah peneliti membeli tiket, peneliti langsung berjalan menuju

ke Kawah dengan jalan kaki dan jarak tempuh yang dilalui

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

15

sekitar 3-4 kilometer perjalanan. Dengan medan jalan yang naik

turun dan jalan yang dilalui adalah tanah. Saat perjalanan kabut

tebal turun dan membuat peneliti tidak bisa melihat jalan,

bahkan angin kencang juga dirasakan peneliti.

Kondisi jalan menuju Kawah Ijen juga terlihat ramai

oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang akan

menikmati indahnya alam Kawah Ijen. Setelah berjalan hampir

2 kilometer, peneliti merasa lelah dengan kondisi jalan yang

tidak rata naik turun. Pos bunder merupakan tempat istirahat

para penambang maupun wisatawan, di tempat itu peneliti

memilih istirahat sebentar dan melanjutkan kembali perjalanan

menuju kawah. Jarak dari pos bunder hingga kawah sudah tidak

begitu jauh. Tepat pukul 04.00 pagi peneliti tiba berada di

Kawah Ijen dengan kondisi kabut yang begitu tebal dan angin

yang begitu kencang serta asap belerang yang tebal. Peneliti

memilih untuk istirahat terlebih dahulu sambil menunggu

matahari terbit. Tepat pukul 05.30 pagi para wisatawan mulai

ramai menikmati pemandangan pagi Kawah Ijen, namun

peneliti memilih langsung mendekati para penambang belerang

yang sedang menaruh belerangnya kedalam keranjang pikul.

Awal peneliti bertemu dengan salah satu penambang bernama

Supeno, ia menjadi penambang belerang sudah 5 tahun. Dan di

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

16

tempat itu juga peneliti dengan Supeno bercerita pengalaman

selama menjadi penambang. Namun Supeno tidak pernah

mengalami sebuah kecelakaan kerja, karena ia masih baru

menjadi penambang belerang. Dan saat itu juga peneliti hanya

bertemu dengan satu penambang saja. Tidak mendekati

penambang lainnya. Karena suasana di Kawah Ijen saat itu

terlihat ramai, membuat peneliti hanya menikmati suasana alam

kawah saja dan bertemu dengan satu penambang. Setelah

peneliti selesai dari kawah, peneliti lanjut untuk turun kembali

menuju paltuding. Jarak yang ditempuh pun juga sama saat akan

berangkat. Namun perjalanan turun jalannya tidak seperti saat

akan naik keatas, hanya saja turunan yang sedikit licin dan kita

harus berhati-hati.

Observasi kedua dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 29

April 2018. Pada observasi kedua ini peneliti kembali menuju

Kawah Ijen. Perjalanan menuju Kawah Ijen dilakukan pada jam

03.00 pagi dengan jarak tempuh dari rumah menuju Kawah Ijen

yaitu sekitar satu jam menuju paltuding. Dengan akses jalan

yang sempit dan berkelok-kelok dan juga sepi. Sesampainya di

paltuding, peneliti lanjut untuk naik ke kawah bersama seorang

tour guide. Karena pada saat itu cuaca di Kawah Ijen telah turun

hujan membuat jalanan menuju kawah becek dan kabut pun juga

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

17

turun. Membuat peneliti kesulitan pada saat berjalan menuju

kawah. Sesampainya di pos bunder peneliti memilih untuk

istirahat sejenak, karena kabut semakin tebal membuat jarak

pandang tidak terlihat. Sambil menunggu kabut sedikit hilang,

peneliti melihat banyaknya para penambang yang sedang

istirahat dan para wisatawan yang akan menikmati suasana alam

Kawah Ijen. Selanjutnya peneliti jalan kembali menuju kawah,

dan jarak pos bunder dengan kawah juga tidak begitu jauh. Tepat

pukul 05.30 pagi peneliti sampai di Kawah Ijen, dan angina

kencang juga mulai terasa dan asap tebal juga terasa perih di

mata. Pada saat itu peneliti memilih turun kebawah didekat

dapur kawah, awalnya peneliti tidak di izinkan turun dan

mendekati dapur kawah, namun karena pada saat itu ada petugas

dapur kawah yang sedang bertugas sehingga peneliti diberi izin

turun kebawah. Dengan asap belerang yang sangat tebal dan

perih dimata, membuat peneliti tetap melanjutkan untuk turun.

Jalan menuju dapur kawah juga sangat sempit, dan harus

melewati batuan yang curam.

Sesampainya di dekat dapur kawah, peneliti mendekati

penambang belerang, penambang tersebut bernama Supeno.

Pada saat itu Supeno sedang istirahat setelah ia mengambil

belerang. Lalu Supeno bercerita pengalamannya menjadi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

18

penambang belerang, peneliti juga sempat menanyakan tentang

kecelakaan kerja, dan Supeno menjawab jika ia pernah

mengalami kecelakaan kerja. Namun kecelakaan kerja yang

dialami oleh Supeno hanya terjatuh dan terpeleset saja,

kecelakaan kerja tersebut tidak membuat Supeno berhenti

bekerja, justru ia melanjutkan kerja kembali sebagai

penambang. Karena bekerja menjadi penambang belerang

sebagai pemenuh kebutuhan ekonominya. Setelah Supeno

menceritakan pengalamannya selama menjadi penambang

belerang, setelah peneliti bertemu dengan Supeno, Pada saat itu

Supeno sedang istirahat dengan keranjang pikul belerangnya,

pada saat itu Supenoo sudah mengambil belerang dan akan

dibawa ke penimbangan.Disitulah Supeno menceritakan

pengalamannya selama menjadi penambang belerang. Peneliti

pada saat itu juga menanyakan tentang kecelakaan kerja yang

terjadi, ternyata subjek yang bernama Supeno juga pernah

mengalami kecelakaan kerja. Namun kecelakaan kerja yang

dialami Supeno tidak membuat ia berhenti bekerja, melainkan

lanjut bekerja. Setelah peneliti bertemu dengan Supeno, peneliti

lanjut untuk kembali naik keatas karena angin yang terjadi

begitu kencang dan asap belerang semakin terasa perih dimata.

Pada saat perjalanan menuju ke paltuding, ada sedikit kejadian

yang dialami peneliti. Peneliti terjatuh dan terpeleset di jalanan

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

19

Kawah Ijen. Karena akses jalan yang tidak rata membuat kita

harus berhati-hati. Karena pada saat itu peneliti sedikit

mengalami kesakitan, dan memilih istirahat sebentar di pos

bunder. Saat peneliti merasakan sudah tidak begitu sakit,

peneliti melanjutkan kembali perjalanan. Dan sampai di

paltuding peneliti lanjut untuk kembali menuju rumah.

Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 31 Juli 2018,

pada hari selasa. Pada observasi ketiga ini peneliti kembali

menuju Kawah Ijen. Peneliti memilih berangkat sendiri dari

rumah pada pukul 06.00 pagi. Dan jarak tempuh dari rumah

menuju Kawah Ijen sekitar satu jam. Namun pada saat itu karena

peneliti berangkat sendirian, dan merasa takut dijalan yang sepi.

Maka peneliti memilih berangkat bareng dengan truk

penambang belerang. Peneliti ikut mereka dengan menumpangi

truk, dan menunggu truk di PT Candi Ngrimbi. Pada saat itu

peneliti mengetahui adanya truk penambang dari salah satu

penambang. Truk tersebut digunakan untuk mengangkut

belerang dan mengangkut para penambang yang tidak memiliki

kendaraan untuk bekerja. Peneliti merasa senang bisa ikut

langsung naik truk bersama para penambang. Raut wajah

mereka terlihat senang melihat peneliti ikut bersama mereka.

Para penambang yang membawa tas kecil sebagai wadah bekal

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

20

nasi mereka, juga adanya botol minum untuk mereka ketika

sedang istirahat. Peneliti dan penambang terlihat saling

bercanda bersama sambil menikmati perjalanan menuju Kawah

Ijen. Sesampainya di dekat penimbangan belerang, para

penambang lanjut bekerja mengambil belerang di kawah. Dan

peneliti memilih untuk diam di tempat dekat penimbangan

belerang. Karena di dekat penambangan juga ada beberapa

penambang belerang, dan peneliti bertemu kembali dengan

penambang yang bernama Buamah. Pada saat itu peneliti

bertemu Buamah yang sedang istirahat setelah mengambil

belerang. Suasana di tempat penimbangan pada pagi hari pukul

10.00 terlihat belum begitu ramai, karena hari masih pagi masih

banyak penambang yang bekerja. Namun hanya ada beberapa

penambang saja yang sudah mengambil belerang sejak dini hari.

Saat peneliti bertemu Buamah, ternyata ia sudah mengambil

belerang sejak dini hari dan memilih untuk istirahat sebentar dan

lanjut bekerja kembali.

Peneliti bertemu penambang-penambang baru dan disitu

peneliti ikut bergabung dengan mereka. Para penambang pun

juga terlihat terbuka dengan peneliti, sehingga membuat peneliti

dapat dengan mudah membaur dengan mereka. Peneliti bertemu

dengan Paijan, Hartono, dan Sumarto. Mereka yang peneliti

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

21

temui pada saat itu sudah bekerja sejak dini hari. Saat mereka

menceritakan tentang pengalamannya selama menjadi

penambang belerang, peneliti sempat menanyakan tentang

kecelakaan kerja kepada mereka. Ternyata dari mereka pernah

mengalami kecelekaan kerja saat sedang menambang. Tingkat

kecelakaan kerja yang dialami para penambang tergolong mulai

dari kecil hingga sedang. Para penambang yang sudah pernah

mengalami kecelakaan kerja masih tetap lanjut bekerja sebagai

penambang. Dikarenakan pendapatan mereka dari hasil

menambang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Setelah peneliti dengan penambang saling berbincang-bincang

tidak terasa waktu sudah sore, dan banyak penambang belerang

yang sudah turun dari kawah. Mereka membawa banyaknya

belerang yang akan ditimbang, kemudian belerang yang sudah

ditimbang selanjutnya dibawa kedalam truk dan dibawa

ketempat produksi belerang. Tempat penimbangan belerang

ditutup pada pukul 16.00 sore, dan truk pengangkut belerang

beserta para penambang selanjutnya turun menuju PT Candi

Ngrimbi. Peneliti ikut kembali dengan mereka, bedanya saat

pergi truk terlihat kosong tidak ada belerang dan pulangnya truk

berisi penuh dengan belerang. Pada saat itu cuaca di Kawah Ijen

terlihat mendung, pada saat perjalanan menuju PT Candi

Ngrimbi hujan pun turun, peneliti dengan para penambang

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

22

terlihat duduk tenang dan kehujanan. Cuaca kabut pun juga

turun, dan jalanan menjadi gelap. Hujan pun tidak berhenti

bahkan semakin deras dan peneliti bersama penambang terkena

hujan yang deras. Setelah sampai di PT Candi Ngrimbi peneliti

dengan para penambang turun dari truk. Jarak rumah para

penambang belerang tidak begitu jauh, mereka jalan kaki

menuju rumahnya masing-masing dan peneliti juga kembali

menuju rumahnya.

Observasi keempat dilakukan pada hari jum’at tanggal

01 Agusutus 2018. Pada observasi keempat ini, peneliti kembali

menuju Kawah Ijen. Peneliti berangkat dari rumah pukul 06.00

pagi dan jarak tempuh perjalanan menuju Kawah Ijen sekitar

satu jam. Seperti biasanya peneliti ikut kembali dengan para

penambang naik truk. Tepat pukul 08.30 peneliti sampai di PT

Candi Ngrimbi dan berkumpul bersama dengan penambang

yang akan bekerja. Tentunya peneliti bertemu kembali dengan

orang-orang yang sama seperti kemarin. Peneliti dengan para

penambang naik truk dan menikmati suasana pagi pemandangan

sekitar Kawah Ijen. Dengan akses jalan yang sepi dan sempit

membuat peneliti lebih baik ikut truk daripada peneliti jalan

sendiri dengan kondisi yang sepi. Setelah sampai di dekat

penimbangan belerang, peneliti dan para penambang turun dari

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

23

truk. Tentunya para penambang langsung naik keatas untuk

mengambil belerang. Peneliti memilih untuk berada di dekat

penimbangan saja. Pada saat itu di dekat penimbangan tempat

istirahat para penambang masih terlihat sepi. Dan hanya ada

warung nasi yang buka pada saat itu. Peneliti mendekati warung

tersebut, dan bertemu dengan Mak Tun seorang penjual nasi dan

gorengan. Ia berjualan didekat penambangan sudah lama sekitar

15 tahun, ia memilih berjualan disitu karena lokasi tempat

berjualan cocok dengan tempat penimbangan belerang.

Sehingga dapat memudahkan para penambang yang kelaparan

setelah bekerja. Dengan harga jual yang tidak mahal, membuat

Mak Tun merasa iba dengan para penambang. Warung tersebut

terlihat ramai pada pukul 12.00 siang hingga pukul 16.00 sore.

Setelah peneliti melihat kondisi penimbangan belerang, mulai

terlihat adanya para penambang yang sudah turun dari kawah

dan membawa belerang. Penimbangan belerang buka pada

pukul 09.00 pagi hingga pukul 16.00, para penambang yang

sudah bekerja sejak dini hari mereka bisa melakukan

penimbangan pada pagi hari dan bisa lanjut bekerja lagi. Rata-

rata beban belerang yang diangkut oleh penambang terlihat

berat, sehingga pendapatan yang diterima setiap penambang

juga berbeda-beda. Pada saat itu peneliti bertemu dengan

penambang yang bernama Arif, Misnawi dan Saman. Sama

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

24

dengan para penambang lainnya penambang menceritakan

pengalamannya selama menjadi penambang belerang. Saat

mereka sedang bercerita peneliti menanyakan tentang

kecelakaan kerja, dan para penambang belerang pernah

mengalami kecelakaan kerja ringan,sedang dan berat. Peneliti

menemukan penambang yang pernah mengalami kecelakaan

kerja level berat, penambang tersebut pada saat itu mengalami

kecelakaan kerja berat bahwa matanya terkena asap belerang

yang begitu pekat saat sedang mengambil belerang di dapur

kawah. karena begitu sakit dimata, membuat penambang

tersebut sempat berfikiran apakah ia masih bisa lanjut bekerja

kembali atau tidak. Karena luka yang begitu parah dialami,

membuat ia harus berobat ke dokter dan harus istirahat kurang

lebih setengah bulan untuk memulihkan mata tersebut.

Penambang belerang yang mengalami kecelakaan berat tersebut

tidak menerima imbalan lebih dari perusahaan untuk

pengobatan. Biaya pengobatan ditanggung sendiri oleh

penambang belerang, setelah istirahat cukup lama untuk

memulihkan kondisi tersebut membuat ia memilih untuk lanjut

bekerja kembali, karena kebutuhan sehari-hari hanya ia yang

bekerja sebagai penambang. Setalah peneliti berbincang-

bincang dengan penambang belerang, peneliti ikut kembali

dengan truk belerang. Karena hari sudah sore dan penimbangan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

25

sudah tutup, truk pengangkut belerang juga sudah penuh maka

peneliti dengan para penambang yang tidak memiliki kendaraan

naik truk dan turun kebawah menuju PT Candi Ngrimbi. Peneliti

dengan para penambang belerang saling bercanda sambil

menikmati suasana sore perjalanan di Kawah Ijen. Setelah

sampai di PT Candi Ngrimbi, peneliti dan penambang turun dari

truk dan pulang ke rumah masing-masing.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui dan mengamati aktivitas kehidupan sehari-hari para

penambang belerang Kawah Ijen serta mengikuti aktivitas

penambang belerang dalam bekerja. Observasi dilakukan

dengan cara bertemu langsung dengan penambang belerang.

Tujuannya adalah untuk memperolah data berkaitan dengan

rasionalitas kecelakaan kerja di kalangan penambang belerang

1.6.6 Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara memperoleh

informasi melalui kegiatan tanya jawab secara langsung pada informan.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari informan secara mendalam. Esterberg

(2002) dalam Sugiyono (2009:231) mendefinisikan wawancara

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat menghasilkan makna dalam suatu topik tertentu.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

26

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

model tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara

yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap. Wawancara yang

dilakukan oleh peneliti dengan Penambang Belerang dan bagian

pengelola pipa-pipa Kawah Ijen. Sehingga mempunyai kesan dan tidak

ada sekat pada peneliti dengan informan.

1.6.7 Dokumentasi

Dokumentasi dalam hal ini merupakan bukti-bukti yang telah

diabadikan baik dalam jangka waktu dekat maupun dalam jangka waktu

lama. Data tersebut berkaitan dengan jumlah penduduk, profil desa

maupun data-data lain yang berkaitan dengan tema penelitian yang

dibahas. Menurut Sugiyono (2009: 240), Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan

informasi yang berhubungan dengan data-data tentang berbagai hal

peristiwa kecelakaan kerja penambang. Serta foto-foto dokumenter

tentang penambang belerang pada peristiwa kecelakaan kerja.

1.6.8 Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan bahan-bahan lain. Sehingga dapat dengan mudah dipahami.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

27

Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009: 246-253),

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Adapun tahapan analisis data adalah:

1.6.8.1 Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi

data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu,

dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan-

kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan di verifikasi. Dengan

demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencari yang bila

diperlukan kembali.

1.6.8.2 Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka proses selanjutnya adalah

mendisplaykan data, dalam penelitian kualitatif penyajian data

ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Display

data bermanfaat untuk mempermudah peneliti memahami apa

yang terjadi, dan mempermudah merencanakan apa kerja

selanjutnya

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

28

1.6.8.3 Kesimpulan Data (Conclusion) / Verifikasi

Langkah ini merupakan penarikan kesimpulan awal.

Kesimpulan ini bisa berubah seiring jalannya penelitian. Dan

jika ditemukan data-data kuat yang mendukung, tetapi jika

kesimpulan awal ini dilengkapi data-data yang valid dan

mendukung serta konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan awal yang dikemukakan

ini dianggap kesimpulan yang kredibel.

1.6.8.4 Validitas Data

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan adalah peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan,wawancara lagi dengan

sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan

perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan

narasumber akan semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin

terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan (Sugiyono, 2012 :270).

b. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan merupakan pengamatan secara

lebih cernat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara

pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan, maka

penulis dapat melanjutkan pengecekan kembali apakah data

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

29

yang telah ditemukan itu salah atau tidak (Sugiyono, 2012 :

272).

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan

sebagai pengecekan data dan berbagai cara, berbagai waktu.

Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu ( Sugiyono, 2012 : 273).

a) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber digunakan untuk menguji

data dilakukan dengan cara mengecek data yang

diperoleh melalui beberapa sumber

(Sugiyono,2012:274).

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda

(Sugiyono,2012:274).

c. Triangulasi Waktu

Untuk pengujian kredibiltas data dapat dilakukan

dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam

waktu atau situasi yang berbeda. Jika hasil ujian

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

30

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara

berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian

datanya (Sugiyono,2012:274).

1.6.8.5 Analisis Kasus Negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau

berbeda dengan hasil penilitian hingga pada saat tertentu.

Melakukan analisis kasus negatif berarti mencari data yang

berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan.

Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan

temuan, berarti data yang ditemukan dapat dipercaya

(Sugiyono,2012:275).

1.6.8.6 Menggadakan member check

Member check adalah proses data yang diperoleh

peneliti kepada yang memberikan data. Tujuan dari member

check adalah untuk mengetahui seberapa jauh yang diperoleh

sesuai dengan apa yang diberikan oleh yang memberikan data.

Apabila data yang ditemukan disepakati oleh yang memberi data

berarti data tersebut dikatakan sudah valid/benar. Sehingga

semakin kredibiltas/dipercaya, akan tetapi apabila data yang

ditemukan peneliti dengan berbagai aspek tidak disepakati oleh

pemberi data, dan apabila perbedaannya berbeda, maka peneliti

harus merubah temuannya, dan juga harus menyesuaikan

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/41820/2/BAB I.pdf · Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, menyatakan angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong

31

dengan apa yang diberikan oleh pemberi data

(Sugiyono,2012:368-376).