bab iii deskripsi lokasi penelitian 3.1 gambaran umum ...eprints.umm.ac.id/41820/4/bab iii.pdf ·...

15
48 BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Banyuwangi Sejarah Singkat Banyuwangi adalah Kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Sejarah singkat Kabupaten Banyuwangi yaitu dahulu wilayah ujung timur Pulau Jawa dipimpin seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Pada masa pemerintahannya beliau dibantu oleh seorang patih yang gagah, berani, dan bijaksana. Beliau bernama Patih Sidopekso. Patih Sidopekso mempunyai istri yang bernama Sri Tanjung. Istri dari Patih Sidopeksi sangat cantik, dan juga terlihat anggun sehingga membuat sang Raja tergila-gila kepada istri Patih Sidopekso. Agar hasrat tersebut tercapai oleh sang Raja untuk membujuk dan merayu Sri Tanjung, maka munculah akal liciknya dengan memerintah Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa. Maka dengan tegas dan gagah tanpa curiga, Patih Sidopekso berangkat untuk menjalankan tugas dari Raja. Sikap yang tak patut dari Prabu Sulahkromo dengan merayu dan memfitnah Sri Tanjung dengan segala tipu daya yang ia lakukan. Namun cinta sang Raja membuat Sri Tanjung tidak tergoda dan tetap teguh pada pendiriannya sebagai istri yang taat dan selalu berdoa untuk suaminya.

Upload: ngokiet

Post on 07-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

48

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Banyuwangi

Sejarah Singkat

Banyuwangi adalah Kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa.

Sejarah singkat Kabupaten Banyuwangi yaitu dahulu wilayah ujung timur Pulau

Jawa dipimpin seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo. Pada masa

pemerintahannya beliau dibantu oleh seorang patih yang gagah, berani, dan

bijaksana. Beliau bernama Patih Sidopekso. Patih Sidopekso mempunyai istri yang

bernama Sri Tanjung. Istri dari Patih Sidopeksi sangat cantik, dan juga terlihat

anggun sehingga membuat sang Raja tergila-gila kepada istri Patih Sidopekso.

Agar hasrat tersebut tercapai oleh sang Raja untuk membujuk dan merayu Sri

Tanjung, maka munculah akal liciknya dengan memerintah Patih Sidopekso untuk

menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa. Maka

dengan tegas dan gagah tanpa curiga, Patih Sidopekso berangkat untuk

menjalankan tugas dari Raja. Sikap yang tak patut dari Prabu Sulahkromo dengan

merayu dan memfitnah Sri Tanjung dengan segala tipu daya yang ia lakukan.

Namun cinta sang Raja membuat Sri Tanjung tidak tergoda dan tetap teguh pada

pendiriannya sebagai istri yang taat dan selalu berdoa untuk suaminya.

49

Ketika Patih Sidopekso kembali dari tugasnya, ia langsung menghadap Raja.

Akal busuk Sang Raja pun muncul, dengan memfitnah Patih Sidopekso dan

menyampaikan sesuatu kepada Patih pada saat ia menjalankan perintah tugas dari

Raja. Sang Raja menyampaikan kepada Patih bahwa istrinya Sri Tanjung

mendatangi dan merayu serta berselingkuh dengan Raja. Tanpa berfikir panjang

Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh kemarahan dan

tuduhan yang tidak beralasan.

Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur membuat hati Patih Sidopekso

semakin panas dan amarah mengancam akan membunuh istrinya. Lalu Sri Tanjung

dibawa sang Patih ke tepi sungai yang keruh dan kumuh. Namun sebelum Patih

Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada sebuah permintaan terakhir dari Sri

Tanjung kepada suaminya sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya ia

rela dibunuh dan agar jasadnya diceburkan ke dalam sungai, apabila darahnya

membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berselingkuh, namun jika air

sungai berbau harum maka ia tidak bersalah. Patih Sidopekso tidak lagi mampu

menahan diri, dan segera menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung. Lalu darah

memercik dari tubuh Sri Tanjung dan mati seketika. Mayat Sri Tanjung segera

diceburkan ke sungai dan tak lama kemudian sungai itu menyebarkan bau harum,

dan bau wangi. Hal tersebut membuktikan sri tanjung tidak bersalah, dan patih

sidopekso sangat menyesal karena tidak mempercayai istrinya itu, sehingga daerah

tersebut di beri nama BANYUWANGI yang berarti air yang berbau harum

(www.banyuwangikab.go.id/profil/sejarah-singkat.)

50

3.2 Kondisi Geografis Kabupaten Banyuwangi

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7º45’15”–

8º43’2” LS dan 113º38’10” BT. Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur Pulau

Jawa. Adapun rincian-rincian kondisi geografis Kabupaten Banyuwangi yaitu:

Luas Wilayah : 5.782,50 km2 merupakan daerah kawasan hutan. Area

kawasan hutan ini mencapai 183.396,34 ha atau sekitar

31,72 %, luas persawahan sekitar 66.152 ha atau

11,44%, luas perkebunan sekitar 82.143,63 ha atau

14,21 %, luas permukiman sekitar 127.454,22 ha atau

22,04 %. Dan sisanya digunakan untuk jalan, ladang,

dan lain-lainnya.

Panjang garis pantai : sekitar 175,8 km

Letak geografis : Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa

pegunungan yang merupakan daerah penghasil produk

perkebunan; dan dataran rendah dengan berbagai potensi

produk hasil pertanian serta daerah sekitar garis pantai

yang membujur dari arah utara ke selatan yang

merupakan daerah penghasil berbagai biota laut.

Batas wilayah : Sebelah utara adalah Kabupaten Situbondo.

Sebelah timur adalah Selat Bali.

Sebelah selatan adalah Samudera Indonesia.

51

Sebelah barat adalah Kabupaten Jember dan

KabupatenBondowoso.

(www.banyuwangikab.go.id/profil/gambaranumum.htm

l)

Gambar 3.2

Peta Wilayah Kabupaten Banyuwangi

Sumber: Gambardaerah.com

52

3.3 Sejarah Desa Tamansari

Desa Tamansari adalah Desa yang terletak di kawasan Taman Wisata Alam

Kawah Ijen, Kabupaten Banyuwangi. Keberadaan Desa Taman Sari memiliki asal

usul yang cukup mengesankan. Yaitu sejak peninggalan zaman Belanda sekitar

128 tahun yang lalu. Pada masa itu ada orang Belanda yang bertempat tinggal di

Desa Tamansari tepatnya di Dusun Krajan. Ia bernama Tuan Van Ort Lander atau

Tuan Pancur. Masyarakat Desa Tamansari sering memanggilnya dengan sebutan

Tuan Pancur. Kemudian Tuan Pancur menikah dengan penduduk pribumi yang

bernama Ny Mince/Aisyah.

Nama Tamansari sendiri diambil dari sebuah taman yang dipergunakan sebagai

tempat penginapan yang dimiliki oleh Tuan Pancur yang berada di Dusun Krajan

dengan jarak tempuh kurang lebih 200 meter dari kantor Desa Tamansari. Pada

awalnya Desa Tamansari secara administrativ masuk pada wilayah Kecamatan

Glagah. Namun dibantu oleh kantor Kecamatan Licin yang berlokasi di Desa

Licin. Pada tanggal 11 November 2004 terjadi pemekaran wilayah menjadi dua

bagian, yaitu Kecamatan Glagah sebagai Kecamatan induk dan Kecamatan Licin

sebagai Kecamatan pemekaran. Kecamatan Licin memiliki 8 Desa, diantaranya :

Desa Tamansari, Desa Licin, Desa Pakel, Desa Kluncing,Desa Segobang,Desa

Banjar,Desa Blimbingsari dan Desa Gumuk.

Desa Tamansari secara administratif terbagi menjadi tujuh Dusun yaitu : Dusun

Ampel Gading, Dusun Blimbingsari, Dusun Kebun Dadap, Dusun Jambu, Dusun

Tanahlos, Dusun Sumberwatu dan Dusun Krajan.

53

3.4 Kondisi Geografis Desa Tamansari

Desa Tamansari berada pada ketinggian 650 m dari permukaan laut. Sehingga

pada tempat terbuka, Kabupaten Banyuwangi dengan batas Selat Bali di sebelah

timur terlihat dengan jelas. Luas wilayah Desa Tamansari yaitu 2767,16 Ha.

Tabel 3.4

Luas Wilayah Desa Tamansari

Sumber: Diolah Dari Data Monografi Desa Tamansari tahun 2015.

Berdasarkan tabel diatas dapat menunjukan bahwa pada wilayah

perkebunan yang ada di Desa Tamansari lebih luas dibandingkan dengan

lainnya. Tentunya perkebunan yang ada diantaranya perkebunan kopi. Karena

melimpahnya kopi yang dihasilkan dari Desa tersebut maka luas wilayah yang

dihasilkan paling luas yaitu wilayah perkebunan.

Desa Tamansari berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Desa Kampung Anyar

2. Sebelah Selatan : Desa Banjar

3. Sebelah Timur : Desa Licin

4. Sebelah Barat : Kabupaten Bondowoso

No Luas Wilayah Keterangan

1 Perkebunan 1951,50 Ha

2 Lahan Kering (Ladang/tegalan) 586,265 Ha

3 Bangunan sekolah,pasar dan toko 31,921 Ha

4 Pemukiman penduduk 17,630 Ha

5 Sawah 128 Ha

6 Wisata Pegunungan 5,5 Ha

7 Lain-lain 46 Ha

Jumlah 2767,16 Ha

54

3.4.1 Jumlah Masyarakat Desa Tamansari.

Tabel 3.4.1 Jumlah Masyarakat Berdasarkan Jenis Kelamin.

Sumber: Diolah Dari Data Monografi Desa Tamansari tahun 2015.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah

masyarakat Desa Tamansari yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah

3.286 orang, sedangkan jumlah masyarakat yang berjenis kelamin

perempuan berjumlah 3.710 orang. Hal ini menggambarkan bahwa

jumlah masyarakat Desa Tamansari yang berjenis kelamin perempuan

lebih banyak dari jumlah masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki.

Sehingga sebagian besar jumlah masyarakat Desa Tamansari berjenis

kelamin perempuan.

3.4.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tamansari.

Tabel 3.4.2 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tamansari.

Sumber: Diolah Dari Data Monografi Desa Tamansari tahun 2015.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pendidikan masyarakat

Desa Tamansari yang jumlahnya terbanyak adalah tamatan SD/sederajat

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 3.286

2 Perempuan 3.710

Jumlah 6.996

No Jenjang Pendidikan Jumlah

1 Tamat SD/Sederajat 2.920 orang

2 Belum tamat SD/sederajat 2.230 orang

3 Tidak sekolah 721 orang

4 Tamat SMP/sederajat 700 orang

5 Tamat SMA/sederajat 400 orang

6 Tamat Akademi 25 orang

Jumlah 6.996 orang

55

dengan jumlah 2.920 orang dari keseluruhan jumlah masyarakat. Sedangkan

posisi jumlah kedua yaitu pada masyarakat yang tidak tamat SD/sederajat

dengan jumlah 2.230 orang. Dan pada peringkat ketiga penduduk yang tidak

sekolah berjumlah 721 orang, dan yang tamat SMP/sederajat dengan jumlah

700 orang. Jadi kesimpulannya bahwa tingkat pendidikan di Desa Tamansari

masih relatif cukup rendah. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan

semakin sedikit jumlahnya.

3.4.3 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Tamansari

Secara umum mata pencaharian masyarakat Desa Tamansari sebagian

besar adalah sebagai petani. Pada umumnya tanaman yang ditanam adalah

padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan cabai. Sedangkan mata

pencaharian yang lain dari penduduk Desa Tamansari adalah sektor

penambangan belerang. Masyarakat Desa Tamansari juga memiliki mata

pencaharian lain yang cukup variatif seperti buruh harian, pegawai negeri,

pegawai swasta, jasa komunikasi, jasa angkutan.

Tabel 3.4.3 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Tamansari

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Buruh Harian 700 orang

2 Penambang Belerang 250 orang

3 Buruh Tani 230 orang

4 Petani (pemilik lahan) 160 orang

5 Pegawai swasta 65 orang

6 Pedagang 60 orang

7 Jasa angkutan 50 orang

8 PNS 40 orang

9 Lain-lain 5.441 orang

Jumlah 6.996 orang

56

Sumber: Diolah Dari Data Monografi Desa Tamansari tahun 2015.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah yang

terbanyak dari mata pencaharian Desa Tamansari adalah buruh harian.

Sedangkan mata pencaharian penduduk di posisi keuda yaitu sebagai

penambang belerang dengan jumlah 250 orang. Karena bekerja menjadi

penambang tidak membutuhkan sebuah skill yang tinggi sehinga

sebagian dari masyarakat Desa Tamansari ada yang memilih menjadi

penambang belerang. Dan posisi ketiga yaitu buruh tani dan juga posisi

keempat petani sebagai pemilik lahan. Karena lahan yang ada di Desa

Tamansari juga luas sehingga masyarakat memanfaatkan lahan tersebut

untuk sebagai salah satu area persawahan. Sedangkan pada posisi

terkecil selanjutnya yaitu pegawai swasta dengan jumlah 65 orang,

pedagang dengan jumlah 60 orang,jasa angkutan dengan jumlah 50

orang dan PNS berjumlah 40 orang.

3.4.4 Agama

Masyarakat Desa Tamansari sebagian besar beragama islam

yang berjumlah 6.890 orang. Sedangkan agama yang lainnya yaitu

Kristen protestan berjumlah 85 orang dan Kristen khatolik berjumlah 21

orang.

57

Tabel 3.4.3 Agama Masyarakat Desa Tamansari.

Sumber : Diolah Dari Data Monografi Desa Tamansari Tahun 2015.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa masyarakat Desa

Tamansari adalah masyarakat yang agamis, oleh karena itu aktivitas

keagamaan terasa sangat mewarnai aktivitas keseharian masyarakat ini.

Mayoritas masyarakat Desa Tamansari memeluk agama islam dengan

adanya tempat ibadah 6 masjid dan 52 mushola/langgar. Dan adanya 1

tempat gereja. Kehidupan beragama masyarakat Desa Tamansari

berjalan cukup harmonis.

3.4.5 Organisasi Agama

Masyarakat Desa Tamansari rata-rata mengikuti organisasi NU

(Nahdatul Ulama). Karena menurut mereka NU adalah organisasi

keagamaan dalam lintasan sejarah bangsa Indonesia. Masyarakat Desa

Tamansari mengikuti organisasi tersebut jika ada kebingungan dalam

hal pengumuman-pengumuman hari besar seperti puasa dan lebaran

melalui siaran dari televisi.

No Agama Jumlah

1 Islam 6.890 orang

2 Kristen

Protestan

85 orang

3 Kristen Katolik 21 orang

4 Hindu -

5 Budha -

6 Konghucu -

Jumlah 6.996 orang

58

3.5 Gambaran Umum PT. Candi Ngrimbi

PT. Candi Ngrimbi merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

produksi belerang. Perusahaan ini dulunya bernama CV. Argomulyo dan pada

tahun 1980 berubah nama menjadi PT. Candi Ngrimbi. Lokasi perusahaan

tersebut ada di Desa Tamansari, Kabupaten Banyuwangi. Dalam memproduksi

belerang, perusahaan ini biasanya dalam sehari mampu menghasilkan 12 ton

belerang, dalam sebulan 350 ton belerang, sedangkan dalam setahun 3000

sampai 5000 ton belerang. Kegunaan dari belerang tersebut digunakan untuk

berbagai mecam produk. Struktur organisasi pada perusahaan ini yaitu:

a. Bagian Produksi: Sarjono dan Halim

b. Bagian Procesing: Hariasantoso, Imam, Virga

c. Bagian Gudang: Budi

d. Bagian Keuangan: Virga

3.6 Gambaran Umum Kawah Ijen

Kawasan Gunung api Ijen merupakan kawasan vulkanik yang terletak di

Provinsi Jawa Timur. Kawasan Gunung api Ijen ini berada di Kecamatan Licin,

Kabupaten Banyuwangi dan Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso. Jarak

Kawah Ijen sekitar 33 km dari Banyuwangi dengan posisi geografis sekitar 8⁰2’30”

LS - 8⁰5’30” LS dan 114⁰12’30” BT - 114⁰16’30” BT. Ijen merupakan kawasan

Gunung api berkawah dengan ketinggian danau kawah 2.145 m dan tepi kawahnya

mencapai 2.386 dari permukaan laut. Gunung api Ijen memiliki sumberdaya

belerang yang melimpah. Jumlah cadangan belerang di gunung api Ijen merupakan

59

cadangan belerang terbesar di Indonesia. Sedikitnya 14 ton belerang setiap hari

berhasil ditambang (Witiri dan Sumarti, 2011). Adapun batas-batas wilayah

Kawah Ijen adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Hutan lindung Gunung Remuk.

2. Sebelah selatan: Aliran sungai Banyulinu.

3. Sebelah barat : Jalan lintas Banyuwangi – Bondowoso.

4. Sebelah timur : Lereng Gunung Merapi.

Gambar 3.6

Kawah Ijen

Sumber: Dokumentasi Peneliti.

60

3.7 Potensi Kawah Ijen

Kawah Ijen yang telah ditetapkan sebagai kawasan wisata alam hingga saat ini

memiliki fenomena alam kawah yang unik dan menarik untuk dikunjungi.

Kawasan taman wisata alam Kawah Ijen merupakan kawasan yang di lindungi.

Gunung Ijen memiliki jenis flora dan fauna yang lebih vareatif. Disamping itu

karena gunung Ijen merupakan gunung vulkanik yang cukup aktif. Gunung Ijen

juga sebagai sumber penghasil belerang yang cukup aktif juga. Jika saat kadar

belerang meningkat, maka nantinya akan membahayakan bagi kehidupan di

sekitarnya. Maka dari itu kawasan wisata alam kawah Ijen dilindungi. Gunung Ijen

juga dikelilingi gunung-gunung lain seperti gunung Blaos, gunung Pawenan, dan

gunung Remuk. Diantara gunung-gunung tersebut, gunung Ijen yang aktif

menghasilkan belerang.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Kawah Ijen dijadikan sebagai

tempat perekonomian masyarakat Desa Tamansari. Masyarakat Desa Tamansari

memanfaatkan kawah tersebut untuk menambang belerang, karena melimpahnya

sumber daya alam Kawah Ijen guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Para

penambang belerang bekerja dengan peralatan sederhana lalu dipikul dengan

kerangjang sebagai tempat belerang. Penambang belerang ini mengambil belerang

di dasar kawah. Asap yang ada di dekat kawah cukup tebal, namun dengan

peralatan masker yang sederhana membuat para penambang tetap mencari

belerang. Lelehan belerang tersebut di dapatkan dari pipa-pipa yang menuju

sumber gas yang mengandung sulfur. Gas tersebut dialirkan melalui pipa lalu

61

keluar dalam bentuk lelehan belerang yang berwarna merah. Setelah membeku

belerang tersebut berubah menjadi warna kuning. Setelah bongkahan belerang

menjadi beku dan keras, selanjutnya para penambang mengambilnya dan

dimasukkan ke dalam keranjang pikul. Para penambang akan memikul belerang

tersebut dengan melalui jalan setapak. Beban belerang yang dipikul cukup berat

antara 80 kilogram hingga 150 kilogram dengan rata-rata para penambang

melakukan dua kali naik ke kawah. Penambang belerang disini masih

menggunakan cara tradisional dengan menggunakan keranjang pikul yang di

angkut atau pikul oleh manusia. Penambangan tradisional ini konon hanya terdapat

di Indonesia yaitu di Gunung Welirang dan Gunung Ijen. Penambangan yang

sudah ada sejak zaman kolonial Belanda tersebut masih tetap menggunakan cara

tradsional hingga saat ini. Dengan melimpahnya persediaan sumber belerang

tersebut maka akan mengakibatkan banyak orang yang berniat memanfaatkan dan

mengambil keuntungan untuk kebutuhan hidupnya.

62

Gambar 3.7

Proses Kegiatan Penambang Belerang

Sumber: Dokumentasi Peneliti