bab i pendahuluan 1.1 latar belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/bab i.pdf · diragukan dan...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecurangan merupakan masalah yang sering kali ditemui di sekitar kita, baik berskala kecil maupun berskala besar seperti halnya korupsi. Hampir setiap hari media masa selalu menyajikan berita terkait dengan kecurangan seperti korupsi, money loundering (pencucian uang), gratifikasi, penyuapan, dan sebagainya. Semakin hari kecurangan di Indonesia semakin membudaya dan semakin rumit untuk diatasi. Hal tersebut dikarenakan para pelaku kecurangan merupakan orang yang berpendidikan dan telah berpengalaman, sehingga mereka dapat dengan mudah menentukan celah dan jalan keluar apabila terjerat dalam suatu skandal. Berbagai skandal kecurangan tersebut umumnya tidak memandang siapa mereka, apa jabatan yang sedang diembannya, dan apa latar pendidikan mereka. Tak hanya itu, para pelaku kecurangan umumnya berasal dari berbagai golongan profesi, salah satunya adalah akuntan. Gallup (2005) dalam Wilopo (2016) melakukan penelitian untuk membuat peringkat bagi standar kejujuran dan etika dari dua puluh satu (21) profesi di USA. Survei ini di lakukan di USA dengan masyarakat USA sendiri sebagai sampel penelitiannya dengan mengajukan berbagai pertanyaan tentang perilaku kedua puluh satu profesi ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya enam profesi aja yang memiliki peringkat standar tinggi dan sangat tinggi dalam kejujuran dan etika, sedangkan ke sembilan sisanya memiliki skor yang rendah.

Upload: lyngoc

Post on 06-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecurangan merupakan masalah yang sering kali ditemui di sekitar kita,

baik berskala kecil maupun berskala besar seperti halnya korupsi. Hampir setiap

hari media masa selalu menyajikan berita terkait dengan kecurangan seperti

korupsi, money loundering (pencucian uang), gratifikasi, penyuapan, dan

sebagainya. Semakin hari kecurangan di Indonesia semakin membudaya dan

semakin rumit untuk diatasi. Hal tersebut dikarenakan para pelaku kecurangan

merupakan orang yang berpendidikan dan telah berpengalaman, sehingga mereka

dapat dengan mudah menentukan celah dan jalan keluar apabila terjerat dalam

suatu skandal. Berbagai skandal kecurangan tersebut umumnya tidak memandang

siapa mereka, apa jabatan yang sedang diembannya, dan apa latar pendidikan

mereka. Tak hanya itu, para pelaku kecurangan umumnya berasal dari berbagai

golongan profesi, salah satunya adalah akuntan.

Gallup (2005) dalam Wilopo (2016) melakukan penelitian untuk membuat

peringkat bagi standar kejujuran dan etika dari dua puluh satu (21) profesi di

USA. Survei ini di lakukan di USA dengan masyarakat USA sendiri sebagai

sampel penelitiannya dengan mengajukan berbagai pertanyaan tentang perilaku

kedua puluh satu profesi ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya enam

profesi aja yang memiliki peringkat standar tinggi dan sangat tinggi dalam

kejujuran dan etika, sedangkan ke sembilan sisanya memiliki skor yang rendah.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

2

Keenam profesi tersebut diantaranya; profesi yang menduduki peringkat nomer

satu adalah perawat, kemudian selanjutnya adalah apoteker, dokter, guru, polisi,

dan rohaniawan.

Profesi akuntan berada pada peringkat ke-sembilan. Sedangkan peringkat

terbawah diduduki oleh profesi salesman dan telemarketer. Gallup (2005)

menyatakan bahwa peringkat akuntan semakin menurun dikarenakan skandal

keuangan yang terjadi di awal abad 20-an seperti kasus Enron, dan Wolrdcom

yang melibatkan Kantor Akuntan Publik Arthur Anderson. Berbagai skandal

korupsi yang sering diberitakan di media masa saat ini dilakukan oleh berbagai

golongan profesi, tak luput salah satunya adalah akuntan. Keterlibatan akuntan

dalam kasus kecurangan atau korupsi menyebabkan integritas akuntan semakin

diragukan dan menjadi sorotan publik. Selain itu, bukti lain menunjukkan bahwa

berdasarkan laporan Mahkamah Agung atas keputusan tindak pidana korupsi dari

2003 hingga 2012, ternyata lebih dari 70% pelaku korupsi berasal dari jenjang

pendidikan Sarjana (Wilopo 2016 : 37).

Pendidikan berperan penting dalam pembentukan karekter bangsa dan

pengedukasian terhadap pencegahan korupsi. Pendidikan yang baik adalah yang

mampu memberikan edukasi terhadap para siswanya. Namun sayangnya, dunia

pendidikan di Indonesia telah lama diwarnai dengan ketidakjujuran yang

dilakukan oleh para siswanya, tak luput di Perguruan Tinggi yang biasa dikenal

dengan kecurangan akademik. Tren ketidakjujuran ini menimbulkan berbagai

ancaman dalam dunia bisnis, sehingga para akademisi ditantang untuk

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

3

menghindari ketidakjujuran ini dan diharapkan mampu menghargai etika

pendidikan dan pengembangan moral pendidikan sarjana (Deliana, dkk, 2017).

Fenomena kecurangan akademik yang terjadi di Perguruan Tinggi salah

satunya di STIE Perbanas Surabaya khususnya pada mahasiswa Akuntansi

beragam, mulai dari kecurangan saat ujian seperti mencontek dan membuka

jawaban saat ujian melalui handphone, hingga pelanggaran berat seperti

menititipkan tanda tangan sebagai bukti hadir perkuliahan, memalsukan surat ijin

sakit, memalsukan tanda tangan orang tua bahkan dosen. Hal tersebut terbukti

dengan adanya pemberitahuan pempublikasian wajah, identitas pelaku, maupun

pernyataan tertulis pelaku kecurangan di papan mading kampus. Konsekuensi

yang harus mereka terima juga dapat dikatakan sepadan yakni digugurkannya

mata kuliah yang terbukti telah dicurangi, bahkan skorsing. Namun, nyatanya

sanksi tersebut tidak memberikan efek takut pada mahasiswa lainnya, justru

mereka masih berani untuk berbuat curang demi mendapatkan yang mereka

inginkan.

Pengawasan di setiap sudut ruangan, termasuk ruang kelas pun terbilang ketat.

Pihak STIE Perbanas Surabaya telah memasang kamera CCTV untuk mengawasi

proses perkuliahan di dalamnya. Namun, sebagian besar tindak kecurangan

ditemukan bukan dari kamera CCTV, namun oleh pengawas ujian atau dosen

yang mengawasi jalannya ujian. Padahal, pendidikan di STIE Perbanas Surabaya

telah banyak membekali para mahasiswanya dengan penerapan dan pengasahan

softskill maupun hardskill. Softskill telah banyak diterapkan dalam kegiatan

perkuliahaan, seperti pada sesi tanya jawab perkuliaan, kemandirian, hingga

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

4

kegiatan Super Softskill Mentoring (SSM) yang diadakan di Semester Genap tiap

tahunnya. Harapannya, dengan diadakannya kegiatan tersebut akan timbul

kesadaran diri, sikap proaktif , mental yang sehat, dan kejujuran dari mahasiswa.

Namun sepertinya tidak semua mahasiswa menerapkan softskillnya dalam

kegiatan perkuliahan sehari-hari. Alhasil, masih saja ada mahasiswa yang terbukti

melakukan kecurangan.

Kecurangan akademik khususnya pada saat Ujian Tengah Semester (UTS)

maupun Ujian Akhir Semester (UAS) di STIE Perbanas Surabaya selalu terjadi di

setiap semester, hal ini dibuktikan dengan data rekap mahasiswa yang melakukan

ketidakjujuran berupa mencontek, membuka catatan, dan lain-lain mulai dari

periode Gasal 2013/2014 hingga Genap 2017/2018 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Mahasiswa Yang Melakukan Kecurangan Akademik

TAHUN SEMESTER JUMLAH PER

SEMESTER

PER

TAHUN

2013

GENAP 2013/2014 UTS 0

2

9 UAS 2

GASAL 2013/2014 UTS 3

7 UAS 4

2014

GENAP 2014/2015 UTS 2

5

15 UAS 3

GASAL 2014/2015 UTS 2

10 UAS 8

2015

GENAP 2015/2016 UTS 1

4

19 UAS 3

GASAL 2015/2016 UTS 2

15 UAS 13

2016

GENAP 2016/2017 UTS 2

6

11 UAS 4

GASAL 2016/2017 UTS 3

5 UAS 2

2017

GENAP 2017/2018 UTS 0

10

11 UAS 10

GASAL 2017/2018 UTS 0

1 UAS 1

JUMLAH KESELURUHAN 65

Sumber: Bagian Akademik STIE Perbanas Surabaya, diolah.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

5

Gambar 1.1

Grafik Kecurangan Akademik Mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE

Perbanas Surabaya per Semester

Gambar 1.2

Kecurangan Akademik Mahasiswa Akuntansi STIE Perbanas Surabaya

per UTS/UAS

Tabel 1.1 maupun Gambar 1.2 menyajikan data bahwa kecurangan akademik

cenderung lebih tinggi disaat UAS dari pada UTS. Hal ini terbukti dari lebih

besarnya angka kecurangan saat UAS dari pada UTS di setiap semesternya.

Kecurangan tertinggi terjadi pada UAS semester Gasal 2015/2016 sebanyak 13

mahasiswa, Genap 2017/2018 sebanyak 10 mahasiswa, dan Gasal 2014/2015

2

5 4 6

10

7

10

15

5

1

2013 2014 2015 2016 2017

Kecurangan Akademik

GENAP GASAL

0

3 2 2

1 2 2

3

0 0 2

4 3

8

3

13

4 2

10

1

GENAP13/14

GASAL13/14

GENAP14/15

GASAL14/15

GENAP15/16

GASAL15/16

GENAP16/17

GASAL16/17

GENAP17/18

GASAL17/18

Kecurangan Akademik

UTS UAS

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

6

sebanyak 8 mahasiswa, sedangkan kecurangan terendah terjadi pada UTS

semester Genap 2013/2014 dan 2017/2018, serta Gasal 2017/2016, dimana tidak

terdapat mahasiswa yang tercatat telah mencontek. Jika ditelusuri lebih lanjut,

umumnya mahasiswa cenderung merasa mata kuliah di periode UAS (Setelah

UTS hingga menjelang UAS) lebih sulit jika dibandingkan dengan periode UTS

(setelah awal masuk hingga menjelang minggu UTS). Hal ini dikarenakan pada

silabus perkuliahan memberikan perkenalan materi di awal minggu dan semakin

bertambah tingkat kesulitan dan kompleksitasnya di minggu-minggu berikutnya.

Jika ditinjau secara keseluruhan semester, kecurangan akademik tertinggi berada

pada periode 2015/2016 yang berjumlah 19 mahasiswa. Lalu, jika dilihat tren

kecurangan ini cenderung masih berfluktuatif setiap periodenya.

Ketidakjujuran dalam dunia pendidikan yang selanjutnya disebut dengan

kecurangan akademik (academic fraud maupun academic dishonesty) dapat

diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan oleh mahasiswa yang meliputi

mencontek dalam bentuk kertas kecil atau melalui ponsel, copy paste dari internet,

bekerjasama dengan teman saat ujian, dan masih banyak lagi (Santoso dan Yanti,

2015). Academic fraud dapat didefinisikan sebagai suatu cara dan tindakan yang

dilakukan dengan unsur kesengajaan untuk mencapai suatu tujuan (hasil yang

baik) yang berasal dari perilaku tidak jujur. Kecurangan akademik yang dilakukan

mahasiswa menurut Fitriana dan Baridwan (2012) adalah upaya untuk

mendapatkan sesuatu secara tidak jujur. Kecurangan akademik yang dilakukan

pelajar maupun mahasiswa dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan

dengan sengaja, seperti halnya pelanggaran terhadap peraturan, ketidakadilan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

7

dalam penyelesaian tugas dan ujian, melakukan copy paste terhadap tugas

rekannya dan sebagainya. Ketidakjujuran akademik yang dilakukan mahasiswa

disebabkan diantaranya adanya tekanan, peluang dan pembenaran perilaku yang

diteliti oleh Apriani, dkk (2017), Artani dan Wetra (2017), Deliana dkk (2017),

Nursani dan Irianto (2016), Fitriana dan Baridwan (2012), dan Becker, et al.,

(2006) Selain itu, ada beberapa faktor lainnya seperti self-efficacy yang diteliti

oleh Artani dan Wetra (2017), Purnamasari (2013), Pudjiastuti (2012),

Kushartanti (2009), dan Bolin (2004), dan juga religiusitas oleh Herlyana, dkk

(2017), Pamungkas (2014), dan Purnamasari (2013).

Pertama, tekanan. Tekanan adalah situasi yang menghimpit seseorang yang

mengakibatkan mereka seketika memiliki kebutuhan yang sangat mendesak yang

terkadang tidak dapat diceritakan kepada orang lain. (Tuanakotta, 2010 : 207).

Tekanan yang dirasakan mahasiswa pun bermacam-macam, diantaranya; mereka

ingin mendapatkan IPK baik pada masa studinya, tekanan dari dirinya, lingkungan

dan orang tua. Semakin banyak tekanan yang dirasakan oleh mahasiswa, semakin

besar pula niat untuk melakukan kecurangan akademik (Fitriana & Baridwan,

2012). Tekanan menyebabkan mereka dituntut untuk memenuhi target dalam diri

mereka. Tak hanya berasal dari internal, faktor tekanan eksternal juga dirasa akan

memberatkan mahasiswa. Tak hanya berujung pada tindak kecurangan terhadap

pendidikannya, apabila mahasiswa merasa dirinya terlalu tertekan, maka tidak

menutup kemungkinan dia akan berbuat kriminal. Penelitian yang dilakukan oleh

Apriani, dkk (2017) memberikan hasil bahwa tekanan berpengaruh terhadap

terjadinya kecurangan. Penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

8

oleh, Zamzam, dkk (2017), dan Deliana, dkk (2017) dan Fitriana dan Baridwan

(2012). Namun, penelitian oleh Artani dan Wetra (2017) dan Nursani (2016),

memberikan hasil yang sedikit berbeda, bahwa tekanan yang dirasakan oleh

mahasiswa tidak berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan.

Kedua, peluang. Peluang didefinisikan sebagai elemen kedua dalam Fraud

Triangle, dikarenakan tekanan saja tidak akan membuat seseorang melakukan

ketidakjujuran, namun jika seseorang melihat peluang dan terhimpit tekanan,

maka ia akan semakin termotivasi untuk bertindak curang (Tuanakotta, 2010 :

211). Peluang untuk melakukan tindak kecurangan yang biasanya dilihat oleh

mahasiswa STIE Perbanas Surabaya adalah mereka sering kali menganalisis

situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ujian. Mereka sering kali

memperhatikan baik dosen ataupun pengawas ujian. Ketika pengawas ujian

terlihat lengah, mahasiswa akan seketika memikirkan cara untuk membuka

jawaban yang dibawanya dan berusaha berhati-hati agar tidak terlihat. Tak hanya

peluang terkait pengawas, peluang yang menguntungkan mahasiswa adalah posisi

duduk yang “tepat”. Tepat memiliki maksud yakni mereka terhalangi oleh rekan

yang lain sehingga mereka tidak terlihat oleh pengawas. Dari kesempatan inilah

mereka akan senantiasa bebas untuk membuka jawaban yang telah mereka

persiapkan. Keterkaitan antara peluang dengan tindak terjadinya kecurangan telah

banyak diteliti. Diantaranya diteliti oleh Deliana, dkk (2017), Nursani dan Irianto

(2016), Fitriana dan Baridwan (2012), dan Bolin (2004) yang memberikan hasil

bahwa peluang berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan akademik.

Sedangkan penelitian oleh Apriani, dkk (2017), Zamzam, dkk (2017), dan Artani

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

9

dan Wetra (2017) menujukkan bahwa peluang yang dirasakan oleh mahasiswa

tidak berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan akademik.

Ketiga, pembenaran. Pembenaran biasanya terjadi sebelum seseorang

melakukan kecurangan, bukan sesudahnya. Mencari pembenaran merupakan

bagian yang harus ada dalam kejahatan itu sendiri, bukan sebuah motivasi untuk

melakukan kejahatan. Pembenaran diperlukan agar pelaku dapat mencerna

perilakunya yang berlawanan dengan hukum untuk tetap mempertahankan jati

dirinya sebagai orang yang dipercaya (Tuanakotta, 2010 : 212). Pembenaran yang

mendasari mahasiswa untuk melakukan tindak kecurangan adalah karena mereka

memiliki alasan yang sebenarnya dikatakan baik, seperti agar dapat lulus dalam

mata kuliah tertentu, agar IPK tinggi, dan sebagainya, namun tindakan yang

mereka lakukan salah. Pembenaran bertentangan antara niat dengan perilaku.

Pembenaran hanya berada di sudut pandang individu tersebut tapi dapat dilihat

orang lain sebagai tindakan yang salah. Penelitian untuk membuktikan keterkaitan

antara pembenaran dengan tindak kecurangan akademik pernah dilakukan oleh

Apriyani, dkk (2017), Nursani (2016), dan Fitriana dan Baridwan (2012) secara

bersama-sama memberikan hasil bahwa pembenaran berpengaruh terhadap

kecurangan akademik. Namun, berbeda dengan peneliti oleh Deliana, dkk (2017)

Artani dan Wetra (2017), dan Zamzam, dkk (2017) yang menemukan bahwa

pembenaran tidak berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan akademik.

Self-efficacy banyak didefinisikan sama dengan kepercayaan diri seseorang.

Efikasi diri merupakan keyakinan pada kemampuan seseorang untuk mengatur

dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dalam mencapai

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

10

keinginannya (Ghufron dan Risnawita 2011 : 73). Dalam diri mahasiswa pastinya

memiliki pengukuran tersendiri terhadap kemampuannya dalam menanggapi

berbagai macam situasi dam masalah. Ketika efikasi diri seseorang meningkat,

maka ia akan merasakan bahwa ia akan sangat mampu untuk menyelesaikan

masalah dengan segenap kemampuannya, begitu juga sebaliknya. Mahasiswa

yang melakukan kecurangan akademik dapat dikategorikan sebagai mereka yang

memiliki efikasi diri rendah. Hal itu dikarenakan mereka tidak memiliki

kepercayaan diri yang cukup terhadap kemampuan yang mereka miliki. Padahal

ketika menghadapi ujian seperti kuis, UTS, UAS, mahasiswa tidak akan belajar

terlalu banyak. Hal ini dikarenakan sistem ujian di STIE Perbanas Surabaya yang

memiliki cut-off di setiap tiga kali pertemuan. Seharusnya, tiga sub-bab yang

mereka pelajari selama tiga minggu tersebut telah dipahami, bukan justru

bertindak curang. Penelitian terkait efikasi diri dengan terjadinya kecurangan

pernah diteliti oleh Purnamasari (2013), Pudjiastuti (2012) dan Kushartanti (2009)

menunjukkan bahwa Self-Efficacy berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan

akademik. Sedangkan penelitian oleh Artani dan Wetra (2017), Bolin (2004)

menjelaskan bahwa Self-Efficacy tidak berpengaruh terhadap kecurangan

akademik.

Hal berikutnya adalah religiusitas. Religi menurut Glock and Stark dalam

Ghufron dan Risnawita (2011 : 167) adalah tingkat keterkaitan individu dengan

agamanya yang dimana telah dihayati dan sehingga berpengaruh kepada segala

aspek kehidupannya. Hal ini didasari oleh kepercayaan dan pengalaman spiritual

masing-masing. Penelitian terkait religiusitas dengan terjadinya kecurangan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

11

akademik pernah dilakukan oleh Herlyana, dkk (2017) dan Purnamasari (2013)

yang memberikan hasil bahwa religiusitas berpengaruh terhadap kecurangan

akademik.

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa STIE Perbanas Surabaya jurusan

Akuntansi dikarenakan STIE Perbanas Surabaya merupakan salah satu Perguruan

Tinggi unggulan yang menghasilkan lulusan yang mampu terjun di bidang bisnis

dan perbankan yang berwawasan global (www.perbanas.ac.id), sehingga

diharapkan para mahasiswanya mampu meningkatkan dan menjunjung visi misi

STIE Perbanas Surabaya sebagai mahasiswa yang berkompeten dan memiliki

daya saing. Dikarenakan menurut Becker et al., (2006), mahasiswa yang

menempuh pendidikan berbasis bisnis lebih banyak melakukan kecurangan

(seperti mencontek, dan sebagainya) dikarenakan mereka memiliki mental yang

lemah. Hal ini tentunya tidak diiginkan oleh Perguruan Tinggi manapun terkait

dengan mental atau kualitas mahasiswa mereka yang rendah. Selain itu,

diharapkan juga para mahasiswa Akuntansi Perbanas yang nantinya akan menjadi

seorang profesional, mampu menjunjung kode etik dan keprofesionalannya.

Berdasarkan paparan fenomena di atas dan terdapatnya research gap pada

penelitian terdahulu menjadikan peneliti tertarik untuk menyusun penelitian

dengan judul “Analisis Pengaruh Dimensi Fraud Triangle, Self-Efficacy, dan

Religiusitas Terhadap Terjadinya Kecurangan Akademik Mahasiswa

Jurusan Akuntansi”.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

12

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

munculah beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh tekanan (pressure) terhadap terjadinya kecurangan

akademik mahasiswa jurusan akuntansi?

2. Bagaimana pengaruh peluang (opportunity) terhadap terjadinya

kecurangan akademik mahasiswa jurusan akuntansi?

3. Bagaimana pengaruh pembenaran (rationalization) terhadap terjadinya

kecurangan akademik mahasiswa jurusan akuntansi?

4. Bagaimana pengaruh self-efficacy terhadap terjadinya kecurangan

akademik mahasiswa jurusan akuntansi?

5. Bagaimana pengaruh religiusitas terhadap terjadinya kecurangan akademik

mahasiswa jurusan akuntansi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh tekanan (pressure) terhadap terjadinya

kecurangan akademik mahasiswa jurusan akuntansi.

2. Untuk menganalisis pengaruh peluang (opportunity) terhadap terjadinya

kecurangan akademik mahasiswa jurusan akuntansi.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

13

3. Untuk menganalisis pengaruh pembenaran (rationalization) terhadap

terjadinya kecurangan akademik mahasiswa jurusan akuntansi.

4. Untuk menganalisis pengaruh self-efficacy terhadap terjadinya

kecurangan akademik mahasiswa jurusan akuntansi.

5. Untuk menganalisis pengaruh religiusitas terhadap terjadinya kecurangan

akademik mahasiswa jurusan akuntansi.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini selain dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan

baru, juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran diri mahasiswa

untuk dapat berpasrtisipasi aktif dalam meningkatkan kejujuran dan

ketikutsertaan secara positif dalam peraturan lingkungan Perguruan

Tingginya.

b. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi terkait dengan

faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan keinginan untuk berbuat

curang, sehingga lembaga pendidikan dapat dengan mudah mencari

langkah antisipasi atau langkah memperbaiki agar dapat menghalangi

adanya celah untuk melakukan kecurangan.

c. Bagi Pemerintah

Tidak hanya ditujukan kepada tiga pihak di atas, pemerintahpun dapat

juga merasakan manfaat penelitian ini. Penelitian ini diharapkan mampu

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

14

memberi masukan kepada pemerintah mengenai bagaimana tata kelola

yang baik, serta untuk membuat peraturan mengenai penerapan Standard

Operating Procedure (SOP) yang harus dimiliki oleh seluruh instansi

pendidikan di Indonesia.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memberikan penjelasan mengenai objek dan pembahasan yang lebih

rinci, maka dibuatlah sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan ini terdiri atas beberapa subbab, diantaranya uraian

Latar Belakang masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan tentang Penelitian Terdahulu, Landasan

Teori yang digunakan untuk meneliti, Kerangka Pemikiran dan

Hipotesis. Dalam Kerangka Pemikiran diharapkan mampu

menjelaskan hubugan keterkaitan antar variabel yang diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang prosedur dan tata cara untuk

megetahui sesuatu dalam penelitian ini dengan mengungkapkan

langkah-langkah yang sistematis. Isi dari bab ini meliputi

Rancangan Penelitian, Batasan Penelitian, Identifiksi Variabel,

Definisi Operasional dn Pengukuran Variabel, Populasi, sampel

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangeprints.perbanas.ac.id/3836/5/BAB I.pdf · diragukan dan menjadi sorotan publik. ... situasi ruang kelas ketika mereka sedang melakukan ... Self-efficacy

15

dan Teknik Pengambilan Sampel, Data dan Metode Pengumpulan

Data, Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian, dan

Teknik Analisis Data.

BAB IV GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS

DATA

Bab ini menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, analisis

data dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan

saran untuk penelitian selanjutnya.